bab iii hasil penelitian dan analisis -...

28
41 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini Penulis menggambarkan suatu hasil penelitian yang diperoleh dari putusan pengadilan No. 1887. Uraian tentang hasil penelitian atas putusan tersebut akan dibagi menjadi beberapa sub Bab dan terutama sebagai sisipan analisis akan dikemukakan bagian dari putusan tersebut yang menurut pendapat Penulis memiliki tanda-tanda bahwa Trust Receipt ada di dalam Putusan 1887 seperti dalam BAB II sudah digambarkan prinsip-prinsip dan kaedah yang berlaku. Bab ini juga berisi penggambaran analisis Trust Receipt dengan cara membandingkan uraian kepustakaan mengenai prinsip prinsip hukum dalam Trust Receipt pada BAB II dengan unsur-unsur / indikator-indikator Trust Receipt yang dianggap ada dalam putusan 1887. 3.1. Pihak-Pihak dalam Putusan 1887 Hasil penelitian berupa Putusan 1887 itu menyangkut perkara perdata dalam tingkat kasasi, antara pihak pihak. Yaitu PT. Perusahaan Pelayaran Samudera “Samudera Indonesia”, berkedudukan di Jakarta, Jalan Kalibesar Barat No.43, yang diwakili oleh dan memilih domilisi di kantor kuasanya LOEKMAN WIRIADINATA, SH., dan kawan-kawan, Advokat dan Pengacara, Jalan Veteran

Upload: phamcong

Post on 12-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

41

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Dalam Bab ini Penulis menggambarkan suatu hasil penelitian yang

diperoleh dari putusan pengadilan No. 1887. Uraian tentang hasil penelitian atas

putusan tersebut akan dibagi menjadi beberapa sub Bab dan terutama sebagai

sisipan analisis akan dikemukakan bagian dari putusan tersebut yang menurut

pendapat Penulis memiliki tanda-tanda bahwa Trust Receipt ada di dalam Putusan

1887 seperti dalam BAB II sudah digambarkan prinsip-prinsip dan kaedah yang

berlaku.

Bab ini juga berisi penggambaran analisis Trust Receipt dengan cara

membandingkan uraian kepustakaan mengenai prinsip – prinsip hukum dalam

Trust Receipt pada BAB II dengan unsur-unsur / indikator-indikator Trust Receipt

yang dianggap ada dalam putusan 1887.

3.1. Pihak-Pihak dalam Putusan 1887

Hasil penelitian berupa Putusan 1887 itu menyangkut perkara perdata

dalam tingkat kasasi, antara pihak – pihak. Yaitu PT. Perusahaan Pelayaran

Samudera “Samudera Indonesia”, berkedudukan di Jakarta, Jalan Kalibesar Barat

No.43, yang diwakili oleh dan memilih domilisi di kantor kuasanya LOEKMAN

WIRIADINATA, SH., dan kawan-kawan, Advokat dan Pengacara, Jalan Veteran

42

III/7A Jakarta berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 28 Februari 1986 selaku

Pemohon Kasasi.

Pemohon Kasasi dahulu adalah pihak Tergugat I-Pembanding; Sedangkan

pada pihak Termohon Kasasi adalah PT. Sejahtera Bank Umum, berkedudukan di

Jakarta, Jalan Tiang Bendera No.15 Jakarta Barat, dalam hal ini diwakili oleh

kuasanya : HERMAN WIDJAJA, SH., dan kawan, berdasarkan surat kuasa

khusus tanggal 10 Maret 1986. Termohon kasasi, dahulu adalah pihak Penggugat-

Terbanding. Pihak Termohon Kasasi berikutnya adalah PT. GESPAMINDO,

berkedudukan di Jakarta, Jalan Mangun Sarkoro No.8 Jakarta Pusat, Pihak Turut

Termohon kasasi dahulu adalah pihak tergugat II-Turut Terbanding.

3.2. Dalil-Dalil Putusan 1887

Dari surat-surat yang telah dibaca oleh Mahkamah Agung, ternyata bahwa

Termohon kasasi sebagai Penggugat asli telah menggugat pihak Pemohon Kasasi

dalam persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Pada pokoknya dalil-dalil

pihak – pihak tersebut Penulis kemukakan sebagai berikut di bawah ini.

Pada akhir tahun 1982, permulaan tahun 1983 Tergugat asli II dalam hal

ini PT. Gespamindo telah melakukan import pupuk dari Phosphate Mining

Company of Christmas Island Ltd. Canberra, Australia. Adapun jumlah pupuk

yang diimport oleh PT Gespamindo adalah sebanyak 3000 metric ton seharga

seluruhnya US.$ 195.000,- . Import pupuk yang dilakukan oleh PT Gespamindo

43

tersebut dilakukan atas pesanan PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT.

Sinar Mulia Buana, masing-masing sebanyak1000 metric ton.

Untuk melaksanakan impor tersebut, atas permintaan Tergugat asli II,

Penggugat asli dalam hal ini PT. Bank Sejahtera Umum melalui The Chartered

Bank di Jakarta telah membuka 3 buah L/C untuk dibayar kepada pihak eksportir

di Canberra Australia, yang keseluruhannya berjumlah US.$ 195.000,-.

Pupuk import tersebut telah dikirim dan diangkut oleh Tergugat asli I,

dalam hal ini PT. Perusahaan Pelayaran Samudra “Samuda Indonesia” sesuai Bill

of Lading / Konosemen dari Melbourne tertanggal 23 Maret 1983.

Setelah ditebus oleh Penggugat asli1, dari The Chartered Bank Jakarta.

Semua lembar dari Bill of Lading / Konosemen tersebut yang masing-masing

dibuat rangkap 2, kini ada pada Penggugat Asli.

Meskipun demikian, sesuai jawaban dari Tergugat Asli I, ternyata seluruh

impor tersebut oleh Tergugat Asli I telah diserahkan kepada pemesannya dengan

melalui Tergugat Asli II, tanpa penyerahan Bill of Lading / Konosemen asli.

Pada titik ini atau point / dalil di Mahkamah Agung ini, Penulis melihat

bahwa sebetulnya terdapat indikator Trust Receipt. Mungkin saja sudah sempat

dibuat oleh para pihak dalam hal ini antara PT. Bank Sejahtera Umum dengan the

Chartered Bank Jakarta. Namun belakangan ternyata,si Pihak PT. Gespamindolah

malahan yang menjual barang impor itu kepada tiga PT. Pemesan tanpa

1 menurut Penulis yang dimaksud dengan kata ditebus adalah dibeli oleh PT. Bank Sejahtera

Umum.

44

persetujuan PT. Bank Sejahtera Umum, yang menurut Penulis telah memberi

Trust Receipt kepada the Chartered Bank Jakarta.

3.3. Kewajiban Pembayaran Tersisa

Sesuai dengan ketentuan, maka Tergugat Asli II untuk kepentingan

pembukaan L/C tersebut di atas masih mempunyai kewajiban pembayaran kepada

Penggugat Asli uang sejumlah sebagai berikut : Untuk L/C tanggal 31 Januari

1983 No. 901/0475/83 dan tanggal 31 Januari 1983 No. 901/076/83 sebesar : 2 X

US.$ 65.000 = US.$ 130.000,-, Baru dibayar 10% = US.$ 13.000,-, Sisa = US.$

117.000,-. Untuk L/C tanggal 14 Februari 1983 No. 901/0691/83, sejumlah :1 x

US.$ 65.000,- = US.$ 65.000,-, Baru dibayar 20% = US.$ 13.000,-, Sisa

seluruhnya : US.$ 117.000,- + US.$ 52.000,- = US.$ 169.000,-.

Penulis berpendapat bahwa sebetulnya yang dimaksud pembukaan L/C itu

adalah tidak mempunyai makna yuridis. Mengingat secara yuridis yang

menerbitkan L/C dalam kasus ini adalah The Chartered Bank di Jakarta. Atau ada

kemungkinan L/C tersebut, bersama-sama dengan documentary credit telah

“ditukarkan” dengan Trust Receipt yang diserahkan kepada the Chartered Bank.

3.4. Perbuatan Melawan Hukum

PT. Gespamindo tidak melakukan pembayaran atas sisa kewajibannya.

Sehingga menurut hukum, Tergugat Asli II telah melakukan perbuatan melawan

45

hukum. Derry Firmansyah dalam skripsinya berpendapat 2 bahwa yang terjadi

sesungguhnya adalah suatu wanprestasi dus bukan Perbuatan Melawan Hukum

(PMH) sebagaimana dikemukakan oleh para hakim yang mengadili dan memutus

kasus itu. Demikian juga dengan Tergugat Asli I yaitu PT. Pelayaran Samudra

“Samudra Indonesia” atas tindakannya yang secara tanpa hak menurut para

hakim, menyerahkan pupuk yang diangkutnya kepada pihak yang tidak dapat

menunjukkan Bill of Lading / Konosemen dari pupuk tersebut, adalah merupakan

perbuatan yang melawan hokum. PMH tersebut adalah pelanggaran Pasal 507,

508, 509 dan atau 510. Namun ada yang berpendapat3 bahwa sebetulnya PT.

Pelayaran Samudera Indonesia tidak ada sangkut paut dalam perhubungan hukum

itu.

3.5. Ganti Rugi yang Dituntut

Dengan adanya perbuatan melawan hukum dari Tergugat-Tergugat Asli

tersebut, Penggugat Asli berhak menurut pembayaran dari Tergugat-Tergugat Asli

secara tanggung renteng sejumlah US.$ 169.000,- ditambah ganti rugi, bunga 13%

per tahun terhitung mulai tanggal 24 Maret 1983 sampai dengan 15 November

1984 = US.$ 36.378,72, sehingga jumlah seluruhnya US.% 205.738,72

2 Menurut Firmansyah, SH, bahwa dalam kasus 1887 yang ada seharusnya wanprestasi dan bukan

perbuatan melawan hukum adalah suatu penemuan hukum.

3 Skripsi Derry Firmansyah, SH.

46

3.6. Sita Jaminan yang Dituntut

Untuk menjamin pelaksanaan putusan dalam perkara, Penggugat asli

sempat mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus

kasus atau perkara tersebut agar terhadap barang-barang bergerak milik Tergugat-

tergugat asli, diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag).

Penggugat asli menuntut kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat untuk

memutus didalam Provinsi supaya para hakim dimaksud meletakkan sita jaminan

atas barang-barang bergerak berupa alat perlengkapan kantor. Sita jaminan yang

juga dimintakan kepada para hakim untuk dilakukan atas tanah berikut bangunan

Milik Tergugat I yang terletak di Jalan Let. Jen. S. Parman No.35 Jakarta Barat.

Penggugat asli juga memohon agar para majelis hakim tersebut

menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan sebelumnya.

Selanjutnya Penggugat Asli kemudian meminta supaya para hakim menyatakan

bahwa Tergugat I : PT. Samudera Indonesia telah melakukan perbuatan melawan

hukum. Adapun Perbuawan Melawan Hukum dimaksud adalah dalam

kedudukannya sebagai pengangkut dan / atau sebagai agen pelayaran telah

menyerahkan barang berupa 300 metric ton kepada pihak ketiga tanpa penyerahan

Bill of Lading / Konosemen asli, sehingga merugikan kepentingan Penggugat

sejumlah US.$ 205.738.72.

Penggugat Asli, dalam hal ini PT. Bank Sejahtera Umum juga menuntut

kepada Pengadilan untuk menyatakan bahwa Tergugat II telah melakukan aspek

perbuatan melawan hukum. Lainnya yaitu telah tidak memenuhi kewajibannya

47

kepada Penggugat sehubungan dengan pembukuan 3 (tiga) L/C : L/C

No.901/0475/83 sebesar US.$ 65.000,- , L/C No. 901/0476/83 sebesar US.$

65.000,- + US.$ 130.000,- sudah dibayar 10% US.S 13.000,- US.$ 117.000,- , L/C

No. 901/0691/83 sebesar US.$ 65.000,- , dibayar 20% US.$ 13.000,- US.$

52.000,- US.$ 169.000,- , bunga (24 Maret 1983 sampai dengan 15 November

1984); 602 hari x 13% p.a US.$ 36.738,72. Jumlah berikut bunga sebesar US.$

205.738,72.

Penggugat Asli juga meminta Pengadilan supaya menghukum oleh karena

itu Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk membayar kepada

Penggugat secara tunai dan sekaligus uang sejumlah US.$ 205.738,72 atau dengan

nilai lawan dengan kurs US.$ 1 = Rp 1.072,- yakni berjumlah 205.738,72 X Rp

1.072 = Rp 220.551.908,- (dua ratus dua puluh juta lima ratus lima puluh satu ribu

sembilan ratus delapan rupiah), ditambah dengan bunga yang berlaku bagi suatu

pemberian kredit dan jumlah tersebut.

Adapun bunga yang dituntut adalah sebesar 2,5% per bulan, sejak mulai

didaftarkannya gugatan itu sampai dibayar lunas jumlah tersebut di atas.

Penggugat Asli memohon Pengadilan menyatakan putusan dalam kasus itu

dapat dijalankan lebih dahulu, meskipun andaikata Tergugat I dan II naik banding

atau kasasi atau mengadakan verzet.

Penggugat Asli juga memohon kepada Pengadilan supaya para Tergugat

membayar biaya-biaya menurut hukum atau setidak-tidaknya Pengadilan memberi

putusan yang seadil-adilnya sebagaimana layaknya suatu pengadilan yang baik.

48

3.7. Delik-Delik Eksepsi Tergugat Asli II

Terhadap gugatan Penggugat Asli tersebut, oleh Tergugat Asli II diajukan

eksepsi yang pada pokoknya dengan dalil-dalil sebagai berikut di bawah ini.

Gugatan Penggugat asli campur aduk antara wanprestasi dengan perbuatan

melawan hukum seperti yang diatur dalam Pasal 1365 BW.

Karena itu, gugatan Penggugat Asli yang kabur itu harus ditolak dan / atau

dinyatakan bahwa gugatan itu adalah mengenai wansprestasi saja atau mengenai

perbuatan melawan hukum saja.

3.8. Putusan Pengadilan Negeri

Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Barat telah

mengambil putusan. Adapun Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat itu dibuat

pada tanggal 18 September 1985 No. 009/Pdt/G/1985/PN.Jkt. Bar.

Amar Putusan dimaksud adalah mengabulkan gugatan Penggugat untuk

sebagian. Para hakim juga menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang

diletakkan dalam perkara itu.

Selanjutnya para hakim juga menyatakan bahwa Tergugat I, PT. Samudera

Indonesia telah melakukan perbuatan melawan hukum, yakni dalam

kedudukannya sebagai pengangkut dan / atau sebagai agen pelayaran telah

menyerahkan barang berupa 3000 metric ton pupuk Phosphate kepada pihak

ketiga tanpa penyerahan Bill of Lading / Konosemen asli, sehingga merugikan

Penggugat sebesar US.$ 169.000,- (seratus enam puluh sembilan ribu US dollar).

49

Amar putusan hakim juga menyatakan bahwa Tergugat I membayar dengan tunai

dan sekaligus dengan penerimaan surat tanda pembayaran yang sah, kepada

Penggugat yang sebesar US.$ 169.000,- (seratus enam puluh sembilan ribu U$

dollar), atau dengan nilai lawan dengan kurs US.$ 1 = Rp 1.072,- atau kurs yang

sedang berlaku pada saat pembayaran dilakukan. Putusan tersebut dapat

dijalankan lebih dahulu, tanpa mengindahkan Tergugat I mengajukan perlawanan,

banding, atau kasasi (uitvoerbaar bij voorraad).

Para hakim juga menyatakan bahwa mereka menolak gugatan Penggugat

untuk selebihnya dan menghukum Tergugat I untuk membayar biaya perkara,

yang hingga sekarang ditentukan sebesar Rp 90.750- (sembilan puluh ribu tujuh

ratus lima puluh rupiah).

3.9. Putusan Pengadilan Banding

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat sebagaimana telah dikemukakan

di atas dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat I telah diperbaiki oleh

Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusannya tanggal 8 Januari 1986

No.544/Pdt/1985/PT.DKI. Adapun amar Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta

tersebut berbunyi sebagai berikut di bawah ini :

Majelis hakim dalam perkara itu menerima permohonan banding dari

Pembanding semula Tergugat I. Mereka juga menguatkan Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Barat tanggal 11 September 1985

No.009/Pdt/G/1985PN.JKT.BAR., yang dimohonkan banding namun demikian

50

para hakim tersebut melakukan perbaikan atas Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat itu sehingga berbunyi: mengabulkan gugatan penggugat untuk sebahagian.

Selanjutnya amar putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Barat itu juga

menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan dalam perkara

tersebut, menyatakan bahwa Tergugat I, PT. Samudra Indonesia dalam

kedudukannya sebagai pengakut dan sebagai agen pelayaran dengan menyerahkan

barang berupa 3000 metric ton pupuk Phospate kepada pihak ketiga tanpa

penyerahan Bill of Lading/Konosemen asli dan Tergugat II, PT. Gespamindo yang

telah meminta agar 3000 metric ton pupuk itu diserahan tanpa Bill of Lading /

Konosemen asli, telah melakukan perbuatan melawan hukum.

Para hakim dalam Amar Putusan itu juga menghukum oleh karena itu

Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk membayar kepada

Penggugat secara tunai dan sekaligus, uang sejumalh US.$ 169.000,- (seratus

enam puluh sembila ribu US dollar) dengan nilai tukar rupiah pada saat

pembayaran dilakukan, ditambah dengan ganti rugi sebesar 6% setahun dari

jumlah tersebut, mulai dari gugatan didaftarkan sampai dibayar lunas.

Para hakim dalam perkata itu juga menyatakan bahwa perkara itu dapat

dijalankan lebih dahulu, meskipun Tergugat I dan Tergugat II mengajukan upaya-

upaya hukum seperti perlawanan, banding, atau kasasi.

Akhirnya para hakim tersebut juga dalam Amar Putusannya menolak

gugatan Penggugat selebihnya; Menghukum Tergugat I sekarang Pembanding

51

untuk membayar biaya perkara dalam tingkat banding sebesar Rp 17.750,- (tujuh

belas ribu rujuh ratus lima puluh rupiah).

3.10. Perkara Kasasi di Mahkamah Agung

Menyusul putusan Pengadilan Tinggi di atas telah diberitahukan kepada

Tergugat I Pembanding pada tanggal 19 Februari 1986, kemudian terhadapnya

oleh Tergugat I Pembanding (dengan perantaraan kuasanya khusus berdasarkan

surat kuasa khusus tanggal 28 Februari 1986) diajukan permohonan kasasi secara

lisan pada tanggal 3 Maret 1986 sebagaimana ternyata dari akta permohonan

kasasi No. 014/Srt. Perdata/1986 yang dibuat oleh Panitera Kepala Pengadilan

Negeri Jakarta Barat. Permohonan Kasasi tersebut kemudian disusul oleh memori

kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kapaniteraan Pengadilan

Negeri tersebut pada tanggal 14 Maret 1986.

Setelah itu oleh Penggugat-Terbanding yang pada tanggal 15 Maret 1986

telah diberitahu tentang memori kasasi dari Tergugat I-Pembanding, diajukan

jawaban memori kasasi, diterima Kapaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

tanggal 5 April 1986.

Baik pemberitahuan isi putusan maupun permohonan kasasi dilakukan

sesudah Undang-Undang No.14 tahun 1985 berlaku, maka terhadap perkara kasasi

tersebut diberlakukan tenggang-tenggang waktu kasasi menurut Undang-Undang

No.14 tahun 1985.

52

Permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasan yang telah diberitahukan

kepada pihak lawan dengan seksama diajukan dalam tenggang waktu dan dengan

cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan

kasasi tersebut secara legal dapat diterima.

3.11. Memori Kasasi yang Digunakan

Keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon kasasi dalam memori

kasasi tersebut pada pokoknya diuraikan oleh Penulis di bawah ini.

Putusan Pengadilan Tinggi yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri

tentang putusan dapat dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad) adalah

melanggar Pasal 189 (1) HIR jo. Instruksi Mahkamah Agung tanggal 13 Februari

1958 No.348/K/5216/M dan surat Mahkamah Agung terganggal 30 Mei 1975 No.

158/0254/i/um/1975 serta surat-surat edaran Mahmakah Agung No. 06/1975

tanggal 1 Desember 1975, No.3/1971 tanggal 17 Mei 1971, No.02/1975 tanggal

28 Agustus 1975.

Menurut Pemdion Kasasi, dalam perkara tersebut tidak ada hal-hal yang

bersifat eksepsional, lagipula terhadap barang-barang milik Tergugat Asal 1 Ayat

(15) Wali Amanat adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Umum untuk

mewakili kepentingan pemegang Surat Berharga berdasarkan perjanjian antara

Bank Umum dengan emiten Surat Berharga yang bersangkutan telah diletakkan

sita jaminan yang nilainya melebihi nilai gugatan.

53

Terlihat menurut dalil Pemohon Kasasi bahwa dalam gugatan, yang

menjadi pokok perkara bukan karena telah diserahkannya barang yang diangkut

oleh Tergugat Asal I yang in casu atas permintaan Tergugat Asli kepada pemesan

sebagaimana terlihat dalam B/L nya. Melainkan karena masih adanya kewajiban

pembayaran oleh Tergugat Asal II kepada Penggugat asal, uang sejumlah US.$

169.000,- sebagai akibat dibukanya L/C untuk mengimpor pupuk dari Australia.

Dengan adanya kenyataan tersebut, maka menurut pemohon kasasi Judex

Facti seharusnya mempertimbangkan, siapa yang dibebani tanggung jawab.

Pengadilan Tinggi menganggap telah terbukti bahwa Tergugat Asal II

melakukan perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian bagi

Penggugat asal, maka sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata,

yang wajib mengganti kerugian adalah Tergugat Asal II.

Di samping itu, menurut pemohon kasasi Judex Facti 4 juga tidak

mempertimbangkan akan hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak terhadap

perjanjian yang dibuatnya, yang dalam perkara a quo adalah adanya L/C yang

dibuat oleh dan di antara Penggugat asal dengan Tergugat Asal II dan adanya B/L

yang dibuat oleh dan di antara Tergugat Asal II dengan Tergugat Asal I.

Kedua perjanjian itu menurut Pemohon Kasasi berbeda, yaitu L/C diatur

dalam Undang-Undang Pokok Perbankan Kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan

4 Yang dimaksud dengan judex factie adalah pengadilan dimana majelis hakim di Pengadilan

Tinggi memutus dengan pemeriksaan fakta. Berbeda dengan judex juris, hakim memutus hanya

mempertimbangkan hukumnya saja.

54

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.

Sedangkan Wali Amanat adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank

Umum untuk mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan

perjanjian antara Bank Umum dengan emiten surat berharga yang bersangkutan .5

Sedangkan B/L diatur dalam KUHD yang menyamakan dengan

konosemen atau Surat Berhaga dalam mana pengangkut menerangkan bahwa ia

telah menerima barang tertentu untuk diangkut ke suatu tempat tujuan yang

ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada orang yang ditunjuk (Penerima)

disertai dengan janji – janji apa penyerahan akan terjadi6 dan dalam perkara a quo

kedua perjanjian itu merupakan perjanjian yang masing-masing berdiri sendiri-

sendiri.

Sehingga menurut Pasal 1338 (1) dan Pasal 1340 KUHPerdata, hak-hak

dan kewajiban-kewajibannya juga terpisah satu sama lain, karena perjanjian hanya

mengikat bagi para pihak yang membuatnya 7 dan tidak dapat membawa rugi

kepada pihak ketiga.

Mengenai hal ini dapat dilihat tentang asas kepribadian dalam

KUHPerdata asas Kepribadian adalah asas yang menentukan bahwa seseorang

5 UU Perbankan Nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 11 dan 15.

6 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

7 Asas Kepribdian, dalam KUHPerdata Pasal 1340.

55

yang akan melakukan kontrak hanya untuk kepentingan perorangan Pasal 1315

dan 1340 BW.8

Atas dari itu, menurut Pemohon Kasasi maka kerugian yang ditimbulkan

oleh belum dibayarnya lunas L/C oleh Tergugat asal II tidak dapat dibebankan

kepada Tergugat Asal I dengan alasan barang-barang yang diangkutnya telah

diserahkan tanpa B/L asli, yang notebene penyerahan tersebut telah mendapat

jaminan dari Tergugat Asal II dan sebelumnya telah mendapat pula persetujuan

dari prinsipnya.

3.12. Putusan yang Kontradiktif

Selain hal-hal yang diuraikan di atas, Putusan Pengadilan Negeri mengenai

perkara a quo mengandung kontradiksi. Di mana dalam pertimbangan hukum

menyatakan telah terbukti bahwa Tergugat Asal II masih mempunyai kekurangan

pembayaran kepada Penggugat asal sebesar US.$ 169.000,- tetapi dalam amarnya

menghukum pembayaran L/C sebesar US.$ 169.000,- Tergugat Asal I secara

tanggung renteng membayar kerugian itu. Putusan Pengadilan Tinggi yang

menghukum Tergugat Asal I dan II secara tanggung renteng membayar ganti rugi

kepada Penggugat Asal sebesar US.$ 169.000,- adalah melanggar Pasal 1282

KUHPerdata yang berbunyi;

“tiada perikatan dianggap tanggung-menanggung, melainkan

jika hal itu dinyatakan secara tegas”.

8 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1315 dan 1340 BW.

56

Selama persidangan, menurut pendapat Pemohon Kasasi Penggugat Asal

tidak dapat membuktikan adanya perjanjian / hubungan hukum antara Penggugat

asal dengan Tergugat Asal I, dan juga tidak dapat membuktikan adanya suatu

perjanjian tanggung renteng antara Tergugat Asal I dengan Tergugat Asal II, dan

pula tidak ada undang-undang yang menetapan demikian.

Pula, Penggugat Asal tidak dapat membuktikan bahwa kerugian yang

diderita Penggugat Asal adalah sebagai akibat perbuatan Tergugat Asal I. Oleh

karena Penggugat asal tidak dapat membuktikan secara terinci kerugian yang

dideritanya, maka gugatan tentang ganti rugi harus ditolak.

Tambahkan pula, menurut Pemohon Kasasi suatu putusan Pengadilan

tidak boleh mengandung kontradiksi antara pertimbangan hukum dengan amar

dalam pelaksanaannya (Putusan Mahkamah Agung tanggal 18 Desember 1971

No. 598 K/Sip/1971 dan Putusan Mahkamah Agung tanggal 25 Maret 1972 No.51

K/Sip/1972).

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, maka menurut pendapat

Pemohon Kasasi tidak ada alasan bagi Judex Facti untuk menghukum Tergugat

Asal I secara tanggung renteng dengan Tergugat Asal II untuk membayar ganti

kerugian kepada Penggugat asal.

57

3.13. Hukum Tentang Bunga Bank

Putusan Pengadilan Tinggi yang mengabulkan bunga ganti rugi sebesar

6% setahun juga menurut pendapat Pemohon Kasasi adalah melanggar hukum

yang berlaku tentang bunga pinjaman di bank.

Penggugat Asal tidak dapat membuktikan bahwa antara Tergugat Asal I

dengan Penggugat Asal ada suatu hubungan hukum. Sehingga, dengan demikian

telah tidak terbukti pula bahwa antara Tergugat asal I dengan Penggugat asal ada

perjanjian mengenai bunga. Dari Putusan Mahkamah Agung tanggal 7 Agustus

1975 No. 1114 K/Sip/1972 dapat diketahui dengan jelas bahwa tuntutan bunga

harus diperjanjikan dalam perjanjian, tanpa ada diperjanjikan, tuntutan bunga

harus ditolak.

Dalam perkara a quo, bunga yang dituntut sebagai ganti rugi tersebut tidak

diperjanjikan dalam perjanjian L/C dan tuntutan bunga ganti rugi sebesar 13% per

tahun bukan merupakan bunga bank sebagaimana lazimnya.

3.14. L/C Bukan Hutang-Piutang Biasa

Selain itu perjanjian L/C bukan merupakan perjanjian hutang-piutang biasa

antara satu orang dengan orang lain yang mungkin berdasarkan rasa keadilan

dapat ditetapkan oleh Pengadilan besarnya bunga sebagai ganti rugi, melainkan

merupakan suatu perjanjian pinjam meminjam antar bank di satu pihak dengan

peminjam di lain pihak.

58

Menurut Pendapat Penulis dalam L/C "peminjam", bukan suatu hubungan

hukum hutang-piutang, tetapi surat tanda bukti Pembiayaan Internasional oleh

suatu Bank (the issuing Bank) berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka

waktu tertentu. Sehingga, seharusnya tentang bunga secara tegas dicantumkan

dalam perjanjian dan apabila tidak adalah merupakan resiko bank sendiri.

3.15. Ketertiban Beracara

Putusan Pengadilan Tinggi yang menguatkan dengan perbaikan Putusan

Pengadilan Negeri menurut Pemohon Kasasi terdapat ketidaktertiban dalam

beracara dan mengandung kontradiksi dan kabur, serta melanggar Pasal 181 (1)

HIR dan Pasal 184 (1) HIR.

Dalam pertimbangan hukumnya, Pengadilan Negeri menyatakan bahwa

telah terbukti berdasarkan hukum bahwa Tergugat asal II mempunyai kekurangan

pembayaran kepada Penggugat Asal sejumlah US.$ 169.000,- hingga dengan

demikian tuntutan Penggugat asal sepanjang Tergugat Asal II tidak memenuhi

kewajibannya kepada Penggugat asal sejumlah US.$ 169.000,- harus dikabulkan.

Akan tetapi dalam amarnya, apa yang telah dipertimbangkan itu sama sekali tidak

tercantum.

Sewaktu dalam tingkat Banding, terhadap hal tersebut telah diajukan

keberatan oleh Tergugat Asal I dalam memori bandingnya, sehingga Pengadilan

Tinggi hendak memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri tentunya hal tersebut

59

dipertimbangkan. Akan tetapi, kenyataannya hal tersebut tidak dipertimbangkan

oleh Pengadilan Tinggi.

Andaikata Pengadilan Tinggi hendak mengadili sendiri, menurut Pemohon

Kasasi seharusnya Pengadilan Tinggi membatalkan Putusan Pengadilan Negeri

lebih dahulu dan kemudian dengan pertimbangannya sendiri memberikan

putusannya. Putusan Pengadilan Negeri mengenai ganti rugi dan tanggung renteng

adalah tepat. Sehingga, Tergugat Asal I tidak memperoleh lagi dalam memori

bandingnya, akan tetapi kenyataannya Pengadilan Tinggi telah meninjau Putusan

Pengadilan Negeri yang tidak dibanding itu dan mengubahnya dengan

mengabulkan tuntutan Penggugat Asal akan bunga ganti rugi dan tanggung

renteng.

Sehingga menurut Pemohon Kasasi dalam hal ini Pengadilan Tinggi telah

menyimpang dari Putusan Mahkamah Agung tanggal 2 Desember 1975 No.261

K/Sip/1973.

Kecuali itu, menurut Pemohon Kasasi Putusan Pengadilan Tinggi juga

mengandung kontradiksi dan kabur, karena di satu pihak menyatakan bahwa

kerugian yang diderita Penggugat asal adalah sebanyak sisa pelunasan L/C yang

masih harus dibayar oleh Tergugat Asal I telah melakukan perbuatan melanggar

hukum dan dihukum untuk membayar kerugian yang diderita Penggugat Asal

sebesar US.$ 169.000,- secara tanggung renteng, meskipun Penggugat asal tidak

dapat membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya itu adalah akibat perbuatan

Tergugat Asal I.

60

Kemudian ternyata pula bahwa Putusan Pengadilan Tinggi telah

melanggar Pasal 181 (1) HIR jo. Pasal 184 (1) HIR tentang biaya perkara, yaitu

dalam putusannya, Pengadilan Tinggi telah memutuskan bahwa Tergugat Asal I

dan II telah melakukan perbuatan melawan hukum dan karenanya menghukum

Tergugat Asal I dan II secara tanggung renteng membayar kepada Penggugat asal

uang sejumlah US.$ 169.000,- sehingga ini berarti bahwa Tergugat Asal I dan II

dinyatakan sebagai pihak yang kalau dan berdasarkan Pasal 181 (1) HIR jo 184

(1) HIR harus dihukum untuk membayar biaya perkara.

Akan tetapi kenyataannya dalam amar, yang dihukum untuk membayar

biaya perkara hanya Tergugat Asal I. Judex Facti baik dalam proses pemeriksaan

dan dalam putusannya terdapat keanehan-keanehan dan ketidaktertiban dalam

beracara.

Pertimbangan pengadilan Negeri menyatakan Tergugat asal II terbukti

melakukan perbuatan melawan hukum, yaitu tidak melunasi kekurangan

pembayaran L/C kepada Penggugat asal, akan tetapi anehnya amar putusannya

tidak mencantumkan hukuman terhadap Tergugat Asal II. Malah, yang

dicantumkan adalah hukuman terhadap Tergugat Asal I, meskipun Penggugat

Asal tidak dapat membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya adalah akibat

perbuatan Tergugat Asal I.

Pada waktu putusan diucapkan jelas dinyatakan oleh Majelis Pengadilan

Negeri bahwa biaya perkara dibebankan kepada Tergugat Asal II, demikian pula

sebagaimana tercantum dalam akta banding, tetapi dalam amar putusan, yang

dihukum membayar biaya perkara adalah Tergugat Asal I.

61

Putusan Pengadilan Tinggi terdapat kontradiksi dan kabur, karena di satu

pihak menyatakan bahwa kerugian yang diderita Penggugat Asal adalah karena

belum dilunasinya sisa pembayaran L/C oleh Tergugat Asal II dan karena itu

tuntutan tersebut dapat dikabulkan, akan tetapi anehnya, Tergugat Asal I juga

turut dihukum secara tanggung renteng, meskipun Penggusal asal tidak dapat

membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya adalah akibat perbuatan Tergugat

Asal I.

Lebih aneh lagi, menurut Pemohon Kasasi bahwa berkas perkara dikirim

oleh Pengadilan Negeri tanggal 21 November 1985, tetapi telah diterima oleh

Pengadilan Tinggi pada tanggal 19 November 1985.

3.16. Pertimbangan-pertimbangan Mahkamah Agung

Para hakim dalam majelis peradilan Kasasi yang terdiri dari R. Poerwoto

Soehadi Gandasoebrata, S.H., Wakil ketua sebagai ketua, Ny. Djoewarini, S.H.,

dan Yahya, S.H, sebagai Hakim-Hakim Anggota mempertimbangkan jika

keberatan yang diajukan Pemohon Kasasi tidak dapat dibenarkan, karena hal

tersebut tidak perlu dipertimbangkan, sebab amar dalam putusan kasasi tidak perlu

menyebutkan tentang serta merta.

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak salah menerapkan hukum demikian

menurut para majelis hakim, lagi pula keberatan tersebut mengenai penilaian hasil

pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak

dapat dipertimbangkan dalam tingkat kasasi karena pemeriksaan dalam tingkat

62

kasasi hanya berkenaan dengan tidak dilaksanakan atau ada kesalahan dalam

perlaksanaan hukum, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-

Undang No.14 Tahun 1985.

Tidak ada perjanjian antara Tergugat Asal I dan Tergugat Asal II yang

menyatakan dengan tegas adanya tanggung jawab renteng sesuai dengan

ketentuan Pasal 1282 KUHPerdata.

Oleh karena telah terbukti bahwa Penggugat Asal menderita kerugian

sebesar US.$ 169.000,- sebagai akibat dari kesalahan/perbuatan melawan hukum

yang dilakukan oleh Tergugat-tergugat Asal, di mana Tergugat Asal I sebagai

pengangkut dan/atau agen pelayaran atas permintaan Tergugat Asal II telah

menyerahkan barang-barang yang diangkutnya kepada pihak ketiga tanpa

penyerahan B/L, maka adalah adil apabila risiko atas kesalahan bersama itu

dipikul oleh Tergugat-Tergugat asal secara bersama-sama pula yakni masing-

masing setengah bagian dari US.$ 169.000,- atau Tergugat Asal I dan II masing-

masing dihukum untuk membayar kepada Penggugat asal, uang sejumlah US.$

84.500,-.

Mengenai penilaian hasil pembuktian, seperti telah dipertimbangkan di

atas, keberatan serupa itu tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat

kasasi, demikian pertimbangan para MH yang memutus perkara itu.

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak salah menerapkan hukum. Pengadilan

Tinggi Jakarta seharusnya membatalkan lebih dahulu Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Barat, sepanjang mengenai gugatan terhadap Tergugat Asal II dan bunga,

63

dan mengadilinya sendiri tentang hal-hal tersebut. Pengadilan Tinggi Jakarta tidak

salah menerapkan hukum, sebab dalam tingkat banding, perkara diperiksa lagi

secara keseluruhan.

Tergugat Asal I dan II telah dinyatakan kalah dalam perkara ini, maka

Tergugat Asal I dan II harus dihukum untuk membayar ongkos perkara.

Pengadilan Tinggi Jakarta tidak salah menerapkan hukum, kecuali mengenai

tanggung renteng.

Menurut pendapat Mahmakah Agung, cukup alasan untuk mengabulkan

permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon kasasi. PT. Perusahaan

Pelayaran Samudera “Samudera Indonesia” tersebut di atas, dan untuk

membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta tanggal 8 Januari 1986. No.

554/PDT/1985/PT.DKI, yang menguatkan dan memperbaiki Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Barat tanggal 11 September 1985 No. 009/Pdt/G/1985/Jkt.

Sehingga Mahkamah Agung mengadili sendiri dengan amar sepanjang

mengenai tanggung renteng dan ongkos perkara bahwa dalam perkara tersebut

Pemohon kasasi / Tergugat Asal I dan Turut Termohon Kasasi / Tergugat Asal II

sebagai pihak yang dikalahkan harus membayar semua biaya perkara, baik yang

jatuh dalam tingkat pertama dan tingkat banding, maupun yang jatuh dalam

tingkat kasasi, masing-masing separo-separo.

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No.14 Tahun 1970 dan

Undang-Undang No.14 Tahun 1985 yang bersangkutan Mahkamah Agung

mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. Perusahaan Pelayaran

Samudera “Samudera Indonesia” tersebut dan membatalkan Putusan Pengadilan

64

Tinggi Jakarta tanggal 8 Januari 1986 No.544/Pdt/1985/PT.DKI yang menguatkan

dan memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 11 September

1985 No. 009/Pdt/G/1985/PN.Jkt.Bar, sepanjang mengenai tanggung renteng dan

ongkos perkara.

3.17. Putusan Kasasi Mahkamah Agung

Mahkamah Agung RI yang mengadili sendiri perkara di tingkat Kasasi itu

memutuskan bahwa Menolak Eksepsi Tergugat II. Selanjutnya Mahkamah Agung

juga menyatakan sah dan berharga conservatoir beslag yang dilaksanakan oleh

Penitera Pengganti Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 29 Januari 1986 No.

009/Pdt/1985/PN.Jkt.Bar atas sebidang tanah beserta dua buah bangunan yang

berdiri diatasnya yang terletak di Jalan Let. Jen.S. Parman No.35 (Slipi) Jakarta

Barat.

Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum.

Menghukum Tergugat I dan Tergugat II membayar kepada Penggugat secara tunai

dan sekaligus, masing-masing setengah bagian dari US.$ 169.000,- atau masing-

masing sejumlah US.$ 84.500,- ditambah dengan bunga sebear 6% setahun dari

jumlah tersebut mulai dari gugatan didaftarkan sampai dibayar lunas serta

menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya.

Mahkamah Agung dalam putusan atas perkara tersebut menghukum

Pemohon Kasasi dan Turut Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara, baik

yang jatuh dalam tingkat pertama dan tingkat banding maupun yang jatuh dalam

65

tingkat kasasi masing-masing separo-separo dan biaya dalam tingkat kasasi ini

ditetapkan sebanyak Rp 20.000,-.

3.18. Analisis

Memang, perlu dinyatakan di sini bahwa gambaran hasil penelitian yang

telah Penulis kemukakan di atas, analisis (break down) Putusan 1887, sama sekali

tampak tidak terdapat apa yang disebut sebagai Trust Receipt. Terkecuali apa

yang telah Penulis kemukakan dalam Sub Judul 3.2 di atas.

Namun demikian Penulis berpendapat bahwa apabila putusan tersebut

diselami, atau dikaji secara mendalam, sebetulnya menurut pendapat Penulis,

terdapat indikator (tanda-tanda) bahwa sesungguhnya, apa yang disebut dengan

Trust Receipt ada di dalam Putusan 1887 tersebut.

Berikut di bawah ini Penulis akan mengemukakan suatu analisis (break

down) unsur-unsur (indikator) Trust Receipt, yang menurut pendapat Penulis

terkandung di dalam Putusan 1887, hasil penelitian dimaksud.

3.19. Pihak dalam Trust Receipt Versi Putusan 1887

Menurut pendapat Penulis, pihak (the party to contract), mengingat Trust

Receipt adalah suatu kontrak (a contract) adalah antara The Standard Chartered

Bank di Jakarta dengan PT. Sejahtera Bank Umum yang di dalam Putusan 1887

adalah berkedudukan sebagai pihak Termohon Kasasi I.

66

Adapun indikator unsur Trust Receipt dimaksud dapat dilihat dalam

ungkapan :

"...untuk melaksanakan impor tersebut, atas permintaan

tergugat Asli II, Penggugat Asli melalui The Chartered Bank di

Jakarta telah membuka tiga buah L/C untuk dibayarkan kepada

penjual pupuk (eksportir)...".

Ungkapan di atas terutama dalam kata-kata "...melalui The Chartered

Bank..." memerlihatkan dengan jelas bahwa pihak yang melakukan pembayaran

pupuk atau (barang impor) dari Australia itu bukan Gespamindo.

Pihak tersebut sesungguhnya adalah the Chartered Bank.

Penulis mengatakan demikian sebab, bukankah sudah merupakan rahasia

umum, bahwa biasanya hanya L/C Bank dengan reputasi Internasional seperti The

Standard Chartered Bank sajalah yang dapat meyakinkan penjual luar negeri

(eksportir) seperti Phospate Mining Company of Christmas Island Ltd., Canberra,

Australia ?

Hal ini selanjutnya membuktikan bahwa "kredit" sebetulnya diberikan

oleh The Chartered Bank kepada PT. Bank Sejahtera Umum.

Selanjutnya, "jaminan"/ secutity atas "kredit" yang diberikan oleh The

Standard Chartered Bank kepada PT. Sejahtera Bank Umum itu adalah dokumen

ekspor yang "dibeli” oleh The Standard Chartered Bank dari Bank-nya si

Eksportir yang ada di Australia. Dimaksud dengan dokumen ekspor adalah

documentary credit.

67

The Standard Chartered Bank kemudian "mendeliver" atau menyerahkan

dokumen eksport kepada PT. Bank Sejahtera Umum. Dengan catatan, PT. Bank

Sejahtera Umum akan "membayar" harga dokumen eksport, yang dalam hal ini

mewakili barang eksport yang telah dibeli atau di impor dari Australia oleh The

Standard Chartered Bank di Jakarta tersebut.

Hanya saja, dalam hukum jaminan (security) berlaku prinsip yang umum,

bahwa barang "jaminan" dikuasai oleh kreditur dalam gadai / plegde antara

debitur dengan si pihak kreditur.

Atas dasar itu, maka dalam rangka “menerobos” "jalan buntu" tidak dapat

dikuasainya dokumen eksport, maka Trust Receipt dikeluarkan oleh pihak The

Srtandard Chartered Bank kepada PT. Bank Sejahtera Umum. Inilah yang Penulis

maksudkan dalam Judul Penelitian dan Karya Tulis kesarjanaan ini dengan “Trust

Receipt” dalam mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya Bill of Lading oleh

Importir dalam Perdagangan Internasional.

PT. Bank Sejahtera Umum kemudian mencari pembeli barang-barang

eksport yang telah dibayar oleh The Standard Chartered Bank tersebut. Pembeli

yang membeli barang-barang eksport itu, Penulis duga adalah PT. Gespamindo.

Dalam Trust Receipt antara The Stadard Chartered Bank dan PT.

Sejahtera Bank Umum tersebut, kemungkinan diisyaratkan bahwa pembayaran

oleh PT. Gespamindo dibayarkan kepada rekening PT. Sejahtera Bank Umum

yang ada di The Standard Chartered Bank.

68

Namun demikian, sampai dengan jatuh tempo pelunasan "kredit import"

yang diberikan oleh The Standard Chartered Bank kepada PT. Bank Sejahtera

Umum tersebut, tidak ada uang yang dibayarkan oleh Gespamindo ke rekening

PT. Sejahtera Bank Umum. Akhirnya PT. Bank Sejahtera Umum "menalangi"

mambayar harga dokumen eksport tersebut dan mengajukan tuntutan perdata

kepada Gespamindo, seperti yang tertera dalam Putusan 1887.

Memerhatikan uraian /analisis tersebut di atas. Penulis berpendapat bahwa

Trust Receipt telah dicoba dipergunakan, antara The Standard Chartered Bank

dan PT. Sejahtera Bnak Umum dalam mengatasi kebuntuan, tidak dapat

dikeluarkan dokumen-dokumen eksport termasuk di dalamnya B/L.

Namun demikian, jalan yang disediakan oleh hukum (a contract) tersebut

dalam tahap-tahap selanjutnya, yaitu dalam hubungan antara PT. Bank Sejahtera

Umum dan PT. Gespamindo, terjadi kendala yang disebabkan oleh PT.

Gespamindo yang tidak dapat menggunakan fasilitas yang diberikan oleh PT.

Sejahtera Bank Umum kepada PT. Gespamindo dan berakhir dalam kasus No

1887 itu.

Tetapi, di atas semuanya, menurut pendapat Penulis, Trust Receipt telah

dipergunakan dan berhasil mengatasi kebutuan antara The Standard Chartered

Bank dan pihak PT. Bank Sejahtera Umum dalam pembiayaan Perdagangan

Internasional.