bab iii hasil penelitian dan analisa · 2019. 8. 8. · adalah analisis. hasil penelitian penulis...
TRANSCRIPT
-
70
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
Dalam bab ini Penulis memaparkan dua (2) hal yang berkaitan dengan judul
yang dikemukakan di atas yakni yang pertama hasil penelitian dan yang kedua
adalah analisis. Hasil penelitian Penulis tersebut berupa gambaran berbentuk narasi
lengkap atas Putusan 599 j.o. 47, obyek analisis dari skripsi ini.
Selanjutnya dalam bagian analisis, Penulis akan menguraikan penerapan dari
kaedah-kaedah hukum yang ada dalam Bab II terhadap hasil penelitian yang ada.
Dengan demikian dapat menjawab rumusan masalah seperti yang telah
dikemukakan pada bab I dari skripsi ini.
3.1. Penyelesaian Perkara Misbakhun
Perkara yang menjadi satuan amatan penelitian ini terdaftar di Mahkamah
Agung Republik Indonesia dengan nomor 599 K/Pid.Sus/20111 (Putusan 599).
Dalam Putusan 599 itu Mahkamah Agung memeriksa perkara pidana
khusus dalam tingkat kasasi yang melibatkan perkara para terdakwa. Terdakwa
yang pertama bernama Franky Ongkowardojo2. Dalam susunan pengurus PT. SPI
Ongko yang bekerja sebagai Direktur PT. SPI. Di samping itu, Mahkamah Agung
1 Perlu Penulis kemukakan, bahwa di samping uraian mengenai gambaran obyektif tentang Putusan ini, di sana-sini dalam catatan kaki, juga Penulis sertakan beberapa hal yang menjadi pemahaman
Penulis sendiri.
2 Pihak terdakwa/terpidana pertama ini untuk selanjutnya disingkat dengan Ongkowardojo, atau Ongko.
-
71
Republik Indonesia juga memeriksa dan memutus terdakwa kedua Mukhamad
Misbakhun3 yang dalam susunan pengurus PT. SPI adalah seorang Komisaris.
Dalam Putusan 599 terlihat bahwa baik Ongkowardojo maupun Misbakhun
telah dirampas kemerdekaannya4, dalam hal ini telah ditahan sejak perkara mereka
masih di tingkat Penyidikan oleh pihak Kepolisisan (Penyidik) hingga Putusan
Peninjauan Kembali. Total masa penahanan terhadap Ongko5 maupun Misbakhun
satu tahun satu bulan atau kurang lebih 390 hari.
Baik Ongkowardojo maupun Misbakhun mula-mula disidangkan di muka
persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena didakwa melakukan tindak
pidana. Adapun gambaran perbuatan pidana yang dilakukan oleh mereka menurut
dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), dalam Putusan 599 adalah sebagai berikut.
3.1.1. Penyelesaian Perkara Misbakhun di Pengadilan Negeri
Menurut JPU, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama–dengan Robert
Tantular6, Hermanus Hasan Muslim7 selaku Direktur Utama merangkap sebagai
3 Pihak kedua itu selanjutnya disingkat Misbakhun. 4 Atau, menurut pendapat Penulis, kedua pihak tersebut di tas sejatinya telah dihukum. Hal itu
terlihat dari lamanya masa penahanan mulai dari tingkat Penyidikan hingga Peninjauan Kembali,
demikian pula dengan dikasuskannya kedua pihak tersebut oleh otoritas publik, dalam hal ini JPU
dan juga pemberitaan yang meluas bahwa kedua pihak tersebut terlibat dari kasus sebagaimana
dikemukakan di atas adalah suatu indiakator tentang hukuman.
5 Dalam Putusan 47, Ongkowardojo dipidana penjara selama 1 tahun. Artinya, hukuman selama 365 hari dalam Putusan 47 itu kurang dari masa penahanan yang bertotal 390 hari. Masih ada 25 hari
lagi (390-365= 25 hari) hukuman yang seharusnya sudah diterima.
66 Selanjutnya disingkat Tantular. 7 Selanjutnya disingkat Hasan.
-
72
Direktur Kredit PT. Bank Century, Tbk8., Linda Wangsadinata9 sebagai Pimpinan
Kantor Pusat Operasi (KPO) Bank Century, Cabang Senayan dan Arga Tirta
Kirana10 sebagai Kepala Devisi Legal Coorporate Bank Century, (Diperiksa dalam
perkara tersendiri) pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 27 November
2007 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu yang tidak dapat dipastikan pada
tahun 2007 bertempat di Bank Century, yang beralamat di Gedung Sentral Senayan
I Lt. 1a, JI. Asia Afrika No. 8, kode pos 10270, Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya
pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat—sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan
perbuatan, Anggota Dewan Komisaris, Direksi Atau Pegawai Bank, dengan sengaja
membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam
laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi
atau rekening suatu bank.
Selanjutnya, modus operandi yang didakwakan oleh JPU, baik kepada
Ongkowardojo maupun Misbakhun dimulai dengan sejarah pendirian PT. SPI.
Perusahaan yang didirikan pada tahun 1999 tanpa ijin import itu, berdasarkan Akta
pendirian No. 3 tanggal 2 November 1999 yang bergerak dalam bidang
Perdagangan Umum. Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat tanggal 8
8 Selanjutnya sebut saja Bank Century. 9 Selanjutnya disingkat Wangsadinata. 10 Selanjutnya disingkat Kirana.
-
73
Oktober 2007 No. 7 yang dibuat oleh Utiek R. Abdulrachman, SH., MH., MKn.,
Notaris Kabupaten Tangerang11.
Setelah histori pendirian PT. SPI, JPU juga menyatakan dalam dakwaannya
bahwa Pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat Permohonan
fasilitas Usance L/C kepada Bank Century. Adapun maksud perbuatan hukum
tersebut adalah PT. SPI membeli condensate (produk minyak bumi yang biasa
dipergunakan untuk bahan baku plastik dan bahan baku lainnya) dari Grains and
Industrial Products Pte., Ltd. Harga obyek jual-beli itu sebesar USD
22,500,000.00,- PT. SPI juga menjamin akan menempatkan margin sebesar 20%
berupa deposito pada Bank Century senilai USD 4,500,000.00,- Dokumen
penjaminan itu yang ditandatangani oleh Ongkowardojo, selaku Direktur PT. SPI.
Dalam Dakwaan JPU dikemukakan bahwa sebelum permohonan L/C saksi
Wangsadinata, menerima informasi dan instruksi dari saksi Tantular bahwa PT. SPI
akan mengajukan fasilitas L/C sebesar USD 22,500,000.00,- dengan jaminan
berupa margin deposito sebesar 20% dari fasilitas L/C yang dimohonkan atau
sebesar USD 4,500,000.00,- Saksi Wangsadinata menanyakan data-data calon
importir (PT. SPI) untuk dianalisa terlebih dahulu di Bank Century Cabang Senayan
namun oleh saksi Tantular tetap diperintahkan untuk L/C segera diproses12.
Wangsadinata kemudian menghubungi dan menginformasikan kepada saksi
Hasan mengenai instruksi Tantular disertai kekurangan dan kelemahan-
11 Untuk selanjutnya disingkat dengan Notaris Tanggerang. 12 Menurut pendapat Penulis, dari dakwaan JPU itu tampak terlihat ada usaha untuk membuktikan jika kedua terdakwa melanggar prosedur penerbitan L/C yang normal, menurut hukum Perdagangan
Internasional.
-
74
kelemahannya yaitu berupa tidak adanya data-data apapun dari calon importir.
Margin deposito juga hanya 20% dari fasilitas L/C yang dimohonkan sehingga tidak
meng-cover seluruh jumlah fasilitas kredit yang diajukan oleh PT. SPI. Di samping
itu, Cabang the issuing bank tidak pernah mengenal calon debitur, namun Hasan
menginstruksikan penerbitan L/C tetap dijalankan dengan terlebih dahulu membuat
Formulir Persetujuan Kredit (FPK) sedangkan untuk Memorandum Analisa Kredit
(MAK) dan data-data lainnya menyusul.
Menurut JPU, pada hari yang bersamaan (29 Oktober 2007) Wangsadinata
meminta kepada Nofi selaku Kabag Acount Officer untuk membuat FPK. Nomor
FPK: 146/B-LC/SPI/KPOIXI07. Terlihat bahwa FKP tetap diterbitkan walaupun
tanpa ada kelengkapan dokumen administrasi, tanpa dilakukan survey terlebih
dahulu dan tanpa adanya MAK13. Buku ekspedisi pengantar dokumen milik Kantor
Pusat Operasional (KPO) Senayan menunjukkan bahwa dokumen MAK
disampaikan setelah fasilitas L/C dicairkan dan dibuat belakangan/back date.
Tanggal 19 November 2007 telah dibuat SPK (Surat Penegasan Kredit ) No.
271/PNG-KRIB/KPOIXI I07 yang merupakan surat penegasan kredit kepada
debitur. SPK adalah surat persetujuan bank memberikan fasilitas L/C. Dalam hal
ini kredit yang diberikan adalah sebesar USD 22,500,000.00.
Berdasarkan Formulir Persetujuan Kredit (FPK) No. FPK: 146/8 LC/SPI
IKPOIXI07 tanggal 29 Oktober 2007 dan Surat Persetujuan Pemberian Fasilitas
Kredit tanggal 19 November 2007 dinyatakan bahwa salah satu syarat pemberian
13 Semua prosedur ini dapat Penulis sebut sebagai melanggar prosedur penerbitan L/C yang normal dalam hukum perdagangan internasional.
-
75
L/C mewajibkan PT. SPI memberikan jaminan Deposito sebesar USD
4,500,000.00,- yang harus diblokir, diikat secara gadai dan adanya kuasa
pencairan.14
Tanggal 22 November 2007 dilaksanakan penandatanganan Akta Perjanjian
Pemberian fasilitas Usance L/C No. 146 yang dibuat di hadapan saksi Buntario
Tigris, SH., SE., MH., Notaris di Jakarta15, yang merupakan perjanjian antara PT.
SPI dengan Bank Century atas penyediaan fasilitas usance L/C sebesar USD
22,500,000.00.
Penyerahan Gadai atas Deposito berjangka sebesar USD 4,500,000.00,- juta
No. VB.022598 yang merupakan setoran jaminan sebesar 20% dari total plafon
usance L/C sebesar USD 22,500,000.00,- ditandatangani oleh Ongkowardojo
selaku Direktur PT. SPI dan Misbakhun selaku Komisaris PT. SPI sedangkan dari
Bank Century yang membutuhkan tanda tangan adalah Kirana dan Wangsadinata.
Penyerahan Surat Kuasa dari PT. SPI kepada Bank Century untuk
memperpanjang jangka waktu bilyet deposito No.VB.022598 sebesar USD
4,500,000.00,- menagih, mengambil dan menerima pembayaran bunga dari uang
pokok dari deposito berjangka tersebut pada waktunya, minta pembayaran uang
14 Pada titik ini, sebetulnya telah terlihat suatu mekanisme penyelesaian sengketa. Sebab, deposito yang telah diblokir, dibuat dalam bentuk perjanjian jaminan yang langsung dapat dieksekusi
mengingat ada kuasa pencairan adalah sarana efektif penyelesaian sengketa dalam kasus pada
Putusan 599 j.o. 47 itu. Lihat catatan kaki 75 Bab II hal., 53. (cek ulang bisa berubah)
15 Untuk selanjutnya disebut Notaris Jakarta.
-
76
pokok dari deposito berjangka tersebut sebelum jatuh tempo yang ditandatangani
oleh Ongkowardojo dan Misbakhun16.
Ongkowardojo dan Misbakhun dalam gadai atas deposito berjangka tanggal
22 November 2007 menerangkan sebagai pemilik sah dari deposito berjangka
dengan nominal USD 4,500,000.00,- juga pada Surat Kuasa yang ditandatangani
pada tanggal 22 November 2007 Ongkowardojo dan Misbakhun
menerangkan/mengaku sebagai pemilik sah dari bilyet deposito berjangka dengan
nominal USD 4,500,000.00.
Namun menurut dakwaan JPU, berdasarkan dokumen pembukaan deposito
diketahui bahwa sebenarnya deposito baru dibuka tanggal 27 November 2007.
Jumlah dana yang tersedia dalam rekening valas PT. SPI pada tanggal 22 November
2007 adalah sebesar USD 1.826.250.00,- yang berasal dari 4 (empat ) kali transaksi
konversi/pembelian valas pada tanggal 19, 20, 21 dan 22 November 2007 masing-
masing sebesar USD 675,000.00,- USD 286,000.00,- USD 482,000.00,- dan USD
383,000.00,- sedangkan saldo rekening valas PT. SPI pada tanggal 27 November
2007 (sebelum pembukaan deposito) adalah sebesar USD 4,838,621.26,-
selanjutnya sebagian besar dana tersebut ditempatkan dalam bentuk deposito
sebesar USD 4,500,000.00,- pada tanggal 27 November 2007. Pengikatan jaminan
deposito milik Ongkowardojo dan Misbakhun dilakukan terlebih dahulu padahal
16 Dalam hukum jaminan atas kebendaan bergerak/moevable, maka benda jaminan harus diserahkan
dan dikuasai oleh Kreditur. Dengan terpenuhinya syarat yang demikian itu maka jaminan menjadi
efektif/mengikat.
-
77
depositonya sendiri belum ada17 dan seharusnya tanggal deposito adalah lebih awal
dari tanggal Surat Kuasa Pencairan dan Surat gadai.
Menurut JPU, Surat Gadai atas Deposito milik Ongkowardojo dan
Misbakhun adalah surat gadai seolah-olah. Seolah-olah menyerahkan deposito
sebesar USD 4,500,000.00,- kepada Wangsadinata dan Kirana, namun dana
jaminan belum ada. Walaupun deposito belum ada tetapi oleh Wangsadinata dan
Kirana seakan-akan menerima sebagaimana dalam Surat Gadai Atas Deposito
tanggal 22 November 2007 yang ditandatangani oleh Ongkowardojo dan
Misbakhun sebagai pihak yang menggadaikan/menyerahkan dan Wangsadinata dan
Kirana sebagai pihak penerima gadai.
Pada tanggal 23 November 2007 Direktur PT. SPI (selaku Buyer) telah
menandatangani Kontrak Perdagangan (Sales Contract) dengan Grains and
Industrial Products Trading Pte., Ltd., (selaku Seller) No. GRIP S07-4955-1807,
Pada saat penandatanganan Kontrak Perdagangan tersebut Direktur SPI tidak
bertemu dengan pihak penjual (Grains and Industrial Products Pte., Ltd.,). Dari sini
saja sudah jelas menunjukkan bahwa ada yang tidak beres. Dalam perdagangan
internasional, tanggal jual-beli (Sales Contract) harus lebih tua daripada tanggal
pembukaan L/C.
17 Maksudnya uang sebesar 4,500.000,00,- Dolar Amerika tersebut belum ada. Dana yang ada pada saat deposito diserahkan adalah baru USD 1.826.250,00,-.
-
78
Menurut JPU berdasarkan dokumen bill of lading (BL)18 tertanggal 25
Oktober 200719, tidak terdapat identitas PT. SPI namun yang ada justeru PT. Trans
Pasific Petrochemical Indotama selaku notify party20 sehingga tidak terkait dengan
L/C yang dibuka oleh PT. SPI.
Pada tanggal 27 November 2007 telah dilakukan pembukaan deposito No.
VB.022598 sebesar USD 4,500,000.00,- ditandatangani debitur dan disahkan oleh
pejabat Bank Century. Pembukaan deposito tersebut dilakukan setelah mendebet
dana rekening PT. SPI di Bank Century, setelah Deposito tersebut dibuat
selanjutnya oleh petugas Bagian Deposito diserahkan kepada Bagian Kredit Cabang
KPO untuk kelengkapan persyaratan jaminan PT. SPI dan disatukan filenya dengan
surat Gadai dan Surat kuasa untuk mencairkan Deposito. Memo dari Bagian Kredit
Cabang KPO kepada bagian Deposito No: LCSNY/KPOI SPI IXI I07 tanggal 27
November 2007 yang menyatakan deposito No. VB.022598 diblokir karena
menjadi jaminan UC yang ditandatangani oleh Pimpinan KPO Wangsadinata dan
Kabag Exim Bank Century Nofi.
18 Tidak mungkin dalam logika hukum perdagangan internasional ada tanggal pengiriman barang 25/10/2007 lebih dahulu dari tanggal penandatanganan sales contract 23 November 2007. Dari
sudut ini saja Penulis berpendapat bahwa tidak ada perdagangan internasional tetapi tindak pidana.
Pada titik ini maka benar apa yang dikatakan Penulis pada catatan kaki no. 3 Bab ini bahwa Ongko
& Misbakhun telah dihukum.
19 Suatu keanehan—kalau tidak mau dikatakan penipuan—yang luar biasa. Tidak mungkin ada tanggal B/L yang lebih duluan daripada tanggal perjanjian jual-beli. Sehingga, apabila hal ini ditilik
dari sudut hukum perdagangan internasional, jual-beli itu terjadi antara PT. Trans Pasific
Petrochemical Indotama dan Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd., di singapura. Bukan
jual-beli antara Pt. SPI dan Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd.
20 Penulis berpendapat bahwa jual-beli sebetulnya terjadi antara PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama dan Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd. Namun dari sudut (perspektif)
penyelesaian sengketa) sayangnya JPU tidak menghadirkan pihak ini dalam sidang tersebut.
-
79
Pada tanggal 29 November 2007 sesuai dengan Surat Akseptasi yang
dilakukan oleh Bank Century kepada National Commercial Bank, Jeddah maka
pihak beneficiary yaitu Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd., Singapore
dapat melakukan diskonto wesel untuk mendapatkan pembayaran dari negotiating
bank21. Dengan adanya surat tersebut maka pihak penjual dapat melakukan
penarikan dana sebanyak USD 22,500,000.0022.
Dalam dakwaan JPU dinyatakan bahwa proses pengajuan permohonan
Usance L/C PT. SPI pada awalnya adalah tidak ada permohonan kredit dari debitur,
tidak dilakukan survey dan juga berdasarkan catatan/buku ekspedisi pengantar
dokumen milik Kantor Pusat Operasional (KPO) Senayan menunjukkan bahwa
dokumen MAK disampaikan setelah fasilitas L/C dicairkan dan dibuat belakangan
(back date). Dan, pada tanggal 22 November 2007 telah dilakukan pengikatan
jaminan gadai deposito dan penyerahan surat kuasa atas jaminan deposito sebesar
USD 4,500,000.00. Padahal berdasarkan dokumen pembukaan deposito diketahui
bahwa sebenarnya deposito baru dibuka tanggal 27 November 2007. Berdasarkan
dokumen bill of lading (BL)23 tertanggal 25 Oktober 2007, tidak terdapat identitas
21 Negotiating Bank dimaksud yaitu National Commercial Bank Jeddah. 22 Tidak mungkin dalam suatu perdagangan internasonal yang pembayarannya dilakukan dengan L/C dilakukan setelah sudah ada B/L. Mestinya, B/L bisa terbit atas nama PT. Trans Pasific
Petrochemical Indotama, setelah ada pembayaran kepada Grains and Industrial Products Trading
Pte., Ltd. Sayangnya pada penyelesaian kasus tersebut di atas pihak-pihak itu tidak dapat dihadirkan
di persidangan.
23 Keterangan ini bertambah aneh, sebab dalam Perdagangan internasional tidak mungkin ada keterangan seperti pembukaan deposito dalam suatu B/L.
-
80
PT. SPI namun yang ada justru PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama selaku
notify party, sehingga tidak terkait dengan L/C yang dibuka oleh PT. SPI.24
Terhadap permohonan fasilitas kredit yang diajukan oleh PT. SPI tidak
dilakukan survey atau kunjungan secara langsung serta semua syarat/proses
pemberian kredit hanya formalitas sehingga jelas tidak sesuai dengan prosedur dan
kenyataan demikian dakwaan JPU. Menurut JPU, tidak dilakukan pencatatan dalam
laporan maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi
dalam pembukuan atau dalam laporan proses kredit sehingga Bank Century
mengalami kerugian atau kredit macet atau mengalami likuditas Bank. Lagi
menurut JPU, setidak-tidaknya dalam pemberian kredit tersebut di atas tidak
dilakukan analisa kredit prospek usaha kinerja serta kemampuan membayar debitur
sehingga menyebabkan kredit macet25.
Dalam dakwaannya JPU berkesimpulan bahwa perbuatan sebagaimana
diuraikan di atas diatur dan diancam dengan pidana yang pertama, sebagaimana
diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) Undang- Undang No. 10 tahun 1998 j.o.
Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUH Pidana.
Dalam dakwaannya yang kedua JPU kembali menegaskan bahwa
Ongkowardojo dan Misbakhun baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Tantular,
Hasan,Wangsadinata dan Kirana pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 27
November 2007 atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang tidak dapat dipastikan
24 Yang Penulis pahami dengan tidak terkait adalah bahwa sebetulnya PT. SPI tidak pernah melakukan jual-beli internasional dengan Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd. 25 Dalam pandangan Penulis, sebetulnya tidak ada jual-beli Internasional antara PT. SPI dan pihak luar negeri. Demikian pula tak ada L/C. Namun yang terjadi sesungguhnya adalah perjanjian kredit
biasa.
-
81
pada tahun 2007 bertempat Bank Century Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan perbuatan, dengan
sengaja memakai surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk
diedarkan yang isinya tidak sejati atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan tidak
dipalsu dan pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian. Perbuatan mana
menurut JPU, dilakukan dengan cara-cara antara lain sama persis dengan yang telah
diuraikan Penulis untuk perbuatan pidana yang pertama di atas. Kecuali, untuk
dakwaan kedua perbedaannya terletak pada tambahan fakta bahwa Ongkowardojo
dan Misbakhun dalam gadai atas deposito berjangka tanggal 22 November 2009
menerangkan sebagai pemilik sah dari deposito berjangka dengan nominal USD
4,500,000.00,- begitu juga pada Surat Kuasa yang ditandatangani pada tanggal 22
November 2007 Ongkowardojo dan Misbakhun menerangkan/mengaku sebagai
pemilik sah dari bilyet deposito berjangka dengan nominal USD 4,500,000.00,- dan
telah dilakukan pengikatan jaminan gadai deposito dan penyerahan surat kuasa atas
jaminan deposito sebesar USD 4,500,000.00. Padahal berdasarkan dokumen
pembukaan deposito diketahui bahwa sebenarnya deposito baru dibuka tanggal 27
November 2007. Pengikatan jaminan deposito milik Ongkowardojo dan
Misbakhun dilakukan terlebih dahulu, sementara menurut dakwaan JPU,
depositonya sendiri belum ada. Selanjutnya dalam dakwaan kedua JPU juga
mengatakan bahwa seharusnya tanggal deposito adalah lebih awal dari tanggal
Surat Kuasa Pencairan dan Surat gadai. Ongkowardojo dan Misbakhun selaku
pemilik sah deposito seolah-olah menyerahkan deposito sebesar USD
-
82
4,500,000.00,- kepada Wangsadinata dan Kirana dan walaupun deposito belum ada
tetapi oleh Wangsadinata dan Kirana deposito seakan-akan diterima sebagaimana
dalam Surat Gadai Atas Deposito tanggal 22 November 2007 yang ditandatangani
oleh Ongkowardojo dan Misbakhun sebagai pihak yang
menggadaikan/menyerahkan dan Wangsadinata juga Kirana sebagai pihak
penerima gadai. Menurut JPU, jika tanpa adanya Surat Gadai Deposito dan Surat
Kuasa Pencairan Deposito maka permohonan fasilitas L/C tidak memenuhi syarat
dan tidak dapat diproses. Kemudian , JPU menambahkan bahwa terhadap
permohonan fasilitas kredit yang diajukan oleh Wangsadinata dan Kirana PT. SPI
yang tidak sesuai dengan prosedur dan kenyataan, menyebabkan Bank Century
mengalami kerugian atau kredit Macet atau mengalami likuiditas Bank. Perbuatan
Ongkowardojo dan Misbakhun yang kedua tersebut diatur dan diancam dengan
pidana dalam Pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUH Pidana.
Jaksa Penuntut Umum juga memberikan alternatif dakwaan dengan fakta
yang sama persis dengan yang telah diuraikan dalam modus operandi yang pertama,
kecuali terhadap permohonan fasilitas kredit yang diajukan oleh Ongkowardojo dan
Misbakhun, (PT. SPI) yang tidak sesuai dengan prosedur dan kenyataan,
menyebabkan Bank Century mengalami kerugian atau kredit macet atau mengalami
likuiditas Bank. Menurut kesimpulan JPU Perbuatan Ongko dan Misbakhun diatur
dan diancam dengan pidana yang kedua sebagaimana tertera dalam Pasal 263 Ayat
(1) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUH Pidana .
Dakwaan JPU pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat tanggal 13 Oktober
2010 di atas disertai dengan permintaan kepada Majelis Hakim untuk menyatakan
-
83
Ongkowardojo dan Misbakhun terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
tindak pidana secara bersama-sama, dalam hal ini melakukan tindak Pidana
Perbankan26 yaitu melanggar Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998
tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan jo. Pasal 55 Ayat
(1) ke- 1 KUHP. Majelis Hakim kemudian oleh JPU juga dimintai untuk
menjatuhkan pidana terhadap Ongkowardojo dan Misbakhun dengan pidana
penjara masing-masing selama: 8 (delapan) tahun, dikurangi selama mereka berada
dalam tahanan. Hakim juga memeritah mereka untuk tetap ditahan dan membayar
denda masing-masing sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah),
Subsidair: 6 (enam) bulan kurungan.
Dalam Amar Putusan yang diambil alih dalam Putusan 599 itu JPU juga
meminta kepada Majelis Hakim yang mengadili Perkara itu agar barang bukti disita
Ongkowardojo berupa: (a) Print out rekening Koran PT. S PI No. Rekening: 1022-
103666-011/1022-0000857254-001 bulan November 2007 dan November 2008;
(b) Akta Notaris Tanggerang tentang pernyataan Keputusan Rapat PT. SPI
berkedudukan di Jakarta ditambah dengan barang bukti yang disita dari Misbakhun
berupa dokumen PT. SPI: (a) Surat PT. Selalang Prima Internasional tanggal 29
Oktober 2007 perihal Permohonan Fasilitas L/C yang ditandatangani oleh
Ongkowardojo; (b) Memorandum Analisa Kredit (MAK) No. FPK:
146/B/LC/SPI/KPO/XI/07 tanggal 29 Oktober 2007 ditandatangani oleh Novita
Eva Linda, Nofi dan Wangsadinata; (c) Formulir Persetujuan Kredit (FPK) No.
26 Menurut Penulis, hal inilah yang menyebabkan Mahkamah Agung RI mengkategorikan perkara di atas ke dalam perkara pidana khusus (pidana perbankan).
-
84
FPK: 146/B LC/SPI/KPO/WILAYAH-3, FPK Pinjaman Kelompok Usaha
(Group), FPK Dokumentasi Kredit, FPK Dokumentasi Agunan, FPK Rekomendasi
Usulan Kredit, FPK Rekomendasi Komite Kredit; (d) Akta Perjanjian Pemberian
Fasilitas Usance L/C no. 146 tanggal 22 November 2007, Notaris Buntario Tigris
Darmawano, SH., SE., MH; (e) Surat Bank Century tanggal 19 November 2007
yang ditujukan kepada PT. PT. SPI, perihal persetujuan pemberian fasilitas L/C
yang ditandatangani oleh Hasan dan Hamidy, SE (Wakil Dirut); (f) Analisa Aspek
legal tanggal 22 November 2007; (g) Foto Pengikatan Kredit tanggal 22 November
2007 (2 lembar); (h) Gadai Deposito Berjangka No.VB 022598 senilai USD
4.500,000 ,00,- tanggal 22 November 2007; (i) Surat Kuasa kepada Bank Century,
tertanggal 22 November 2007 yang ditandatangani oleh Ongkowardojo dan
Misbakhun dan Surat Kuasa Pendebetan Rekening untuk pembayaran L/C; (j)
Bilyet Deposito Valas No. VB 022598 atas nama PT. SPI jangka waktu 27/11/07-
27/12107; (k) Memo dari Bagian Kredit kepada Bagian Deposito Nomor: /C-
SNY/KPO/SPI IXI I 07 yang berisi deposito atas nama PT. SPI, Bilyet Nomor:
VB022598 nominal USD 4.500,000,00,- tanggal 27 November 2007 yang
ditandatangani oleh Wangsadinata dan Nofi; (l) Sales Contract No. GRIP S07-
4955-1807 tanggal 27 November 2007 dengan Lampiran Appendix 1; (m)
Permintaan pembukaan L/C Import tanggal 27 November 2007 atas nama PT. SPI;
(n) Draft Letter of Credit (UC) dan Letter of Credit (L/C) No. 0950020474 LC07B
senilai USD 22,499,964,63; (o) Surat dari The Bank of New York No. 02051852
tanggal 29 November 2007 Perihal Pengiriman dokumen, dengan lampiran
Commercial Invoice tanggal 28 November 2007 No. GRIP: 507-4955-1807-0856,
-
85
Beneficiary' s Certificate tanggal 28 November 2007, Bill of Lading atas nama
PETRONAS dari Pelabuhan Bintulu Crude Oil Terminal Malaysia ke Tanjung
Awar Awar Tuban, Indonesia. Wessel No. GRIP 507- 4955 1807-1807 sebesar
USD 22.499,964,63 ; (p) Surat Bank Century No. 839 tanggal 28 November 2007
kepada PT. SPI Perihal Pemberitahuan tentang tibanya dokumen dan adanya
penyimpangan atas syarat UC & Security Cheking of Documents; (q) Surat
Akseptasi atas nama PT. SPI atas transaksi L/C No. 0950020474LC07B; (r) SWIFT
MT799- Advice of Acceptance; (s) Instruksi Pembayaran UC kepada Bagian Exim
KPNO dan Exim KPO Senayan dan List of Payment tanggal 18 November 2008;
(t) Memo Persetujuan Break Deposito tanggal 19 November 2008 untuk pelunasan
L/C dari Divisi Legal kepada Direktur; (u) Massage Identifier MT7 40; (v) Akta
No. 145 Berita Acara PT. SPI yang dibuat oleh Notaris Buntario Tigris, SE., SH.,
MH., tanggal 22 November 2007; (w) Akta Pendirian PT. SPI No. 03 tanggal 2
November 1999; (x) the Financial Statement of PT. SPI for the period ended
November 30, 2009; (y) Laporan Auditor Independent PT. SPI periode 1 Januari
2009 sampai 31 Agustus 2009 (No. 067/AK-LAP/1009, 30 Juni 2009) dan 31
Desember 2008 (No. 065/AKLAP/1009), 31 Desember 2008, 2007 (No. 064/AK
LAP/09(9) kesemuanya diperintahkan oleh Majelis Hakim untuk dikembalikan
kepada BARESKRIM MABES POLRI supaya dapat digunakan dalam perkara lain.
Sedangkan untuk barang bukti yang disita dari Indra Prahara berupa: (a)
Fotocopy legalisir Pemberitahuan Pengangkutan Barang Import/Eksport dari satu
tempat ke tempat lain dalam Pengawasan Pabean; (b) Foto copy legalisir Bill of
Lading tanggal 25 Oktober 2007; (c) Foto copy legalisir Manifest; (d) Packing List
-
86
No. PU2007/10- 070 dari Java Energy Resources (Pte) Limited; (e) Shipping
Invoice No. 070/X- 2007 oleh JPU dimintakan dari Majelis Hakim PN supaya tetap
terlampir dalam berkas perkara.
Pengadilan Negeri juga menetapkan dalam Amar Putusannya supaya
Ongkowardojo dan Misbakhun dibebani biaya perkara masing-masing sebesar dua
ribu rupiah.
Perlu Penulis gambarkan di sini bahwa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat yang bernomor register 995/Pid.B/2010/PN. Jkt. Pst. tanggal 02 November
2010, Amar lengkapnya adalah Menyatakan Ongkowardojo dan Misbakhun telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “membuat
surat palsu”; Menjatuhkan pidana terhadap Ongkowardojo dan Misbakhun masing-
masing dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun; Menetapkan lamanya
Ongkowardojo dan Misbakhun dalam tahanan akan dikurangkan seluruhnya dari
pidana penjara yang dijatuhkan kepada Para Terdakwa tersebut. Memerintahkan
para Terdakwa tetap berada dalam tahanan; Menyatakan barang bukti yang disita
dari Ongkowardojo, juga dari Misbakhun yang telah dikemukakan oleh Penulis di
atas (a-y) dikembalikan kepada Bareskrim Mabes Polri untuk digunakan dalam
perkara lain. Sedangkan barang bukti disita dari Indra Prahara tetap terlampir dalam
berkas perkara. Majelis Hakim juga membebankan Ongkowardojo dan Misbakhun
membayar biaya perkara masing-masing sebesar dua ribu rupiah.
-
87
3.1.2. Penyelesaian Perkara Misbakhun di Pengadilan Tinggi
Stori tentang perkara Misbakhun seperti telah dikemukakan di atas tidak
hanya berhenti di Pengadilan Negeri. Perkara Misbakhun dilanjutkan ke tingkat
banding dengan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 414/Pid/2010/PT.DKI.
tanggal 17 Januari 2011 yang Amar lengkapnya menerima permintaan banding dari
Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat, Ongkowardojo dan
Misbakhun.
Pengadilan Tinggi menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tersebut di atas dengan mengubah lamanya pidana yang dijatuhkan kepada para
terdakwa. Amar lengkap Putusan Banding tersebut adalah bahwa Ongkowardojo
dan Misbakhun dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “membuat surat palsu”; Menjatuhkan pidana terhadap Ongko dan
Misbakhun masing- masing dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;
Menetapkan lamanya para terdakwa dalam penangkapan dan penahanan
dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan kepada Para Terdakwa
tersebut. Memerintahkan para Terdakwa tetap berada dalam tahanan.
Dalam amar Putusan PT tersebut juga tercantum hal yang sama mengenai
barang bukti yang disita baik dari Ongkowardojo maupun barang bukti yang disita
dari Misbakhun sebagaimana sudah diuraikan di atas (a-y) dikembalikan kepada
Bareskrim Mabes Polri untuk dipergunakan dalam perkara lain.
Selanjutnya PT juga memutus sama dengan PN yaitu barang bukti disita
dari Indra Prahara yang sama dengan apa yang telah diuraikan di atas tetap terlampir
dalam berkas perkara.
-
88
Sama dengan Putusan PN, Pengadilan Tinggi membebankan kepada Ongko
dan Misbakhun untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat pengadilan,
yang dalam tingkat banding masing-masing sebesar dua ribu rupiah.
3.1.3. Penyelesaian Perkara Misbakhun di Tingkat Kasasi
Dalam tingkat Kasasi Mahkamah Agung mempertimbangkan mengingat
akan akta tentang permohonan kasasi No. 05/Akta.Pid/2011/PN.Jkt.Pst. yang
dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menerangkan,
bahwa pada tanggal 04 Februari 2011 JPU pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat
mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut dan
mengingat pula akan akta tentang permohonan kasasi No.
05/Akta.Pid/2011/PN.Jkt.Pst. yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat yang menerangkan, bahwa pada tanggal 08 Februari 2011 para
Terdakwa mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi
tersebut.
Maka memperhatikan memori kasasi tanggal 16 Februari 2011 dari JPU
sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat pada tanggal 16 Februari 2011 serta memperhatikan pula memori kasasi
tanggal 18 Februari 2011 dari kuasa Ongko dan Misbakhun yang diajukan untuk
dan atas nama mereka juga sebagai Pemohon Kasasi tersebut berdasarkan surat
kuasa khusus bertanggal 01 Februari 2011 memori kasasi mana telah diterima
dikepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 18 Februari 2011 dan
setelah Mahkamah Agung membaca surat-surat yang bersangkutan menimbang,
-
89
bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahukan kepada JPU pada
tanggal 01 Februari 2011 dan Jaksa/Penuntut Umum mengajukan permohonan
kasasi pada tanggal 04 Februari 2011 serta memori kasasinya telah diterima di
kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 16 Februari 2011,
dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh
karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima.
Mahkamah Agung juga mempertimbangkan bahwa putusan Pengadilan
Tinggi tersebut telah diberitahukan kepada Ongko dan misbakhun pada tanggal 18
Februari 2011 dan mereka mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 08
Februari 2011 serta memori kasasinya telah diterima di kepaniteraan Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 18 Februari 2011, dengan demikian permohonan
kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut
formal dapat diterima.
3.1.3.1. Dalil-dalil Kasasi JPU
Alasan-alasan JPU, Ongko dan Misbakhun mengajukan Kasasi adalah
menurut JPU, Pengadilan Tinggi j.o. Putusan Pengadilan Negeri, tidak sesuai
dengan ketentuan Pasal 197 Ayat (1) UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
Pertama, Pasal Peraturan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari Putusan, disertai
-
90
dengan keadaan yang memberatkan dan meringankan Ongko dan Misbakhun (Pasal
197 Ayat (1) huruf (f) UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP).
Menurut dalil kasasi JPU, dalam putusan Pengadilan Negeri, Majelis Hakim
pada pokoknya berpendapat bahwa dakwaan pertama melanggar Pasal 49 Ayat (1)
huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992
tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-l KUHP tidak terbukti karena: (a)
Pasa149 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.
7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP, pelaku Tindak
Pidana sudah ditetapkan secara limitatif yaitu: Anggota Dewan Komisaris, Direksi
atau Pegawai Bank. Sedangkan menurut Majelis Hakim Banding, Ongko dan
Misbakhun tidak termasuk dalam kategori tersebut (pegawai bank). Sehingga
menurut Majelis Hakim Banding, tidak tepat apabila diterapkan pasal tersebut
kepada Ongko dan Misbakhun. Dalil JPU itu didukung oleh saksi ahli WINARNI,
SH., M.Hum yang berpendapat bahwa Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun
1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan adalah tindak
pidana dengan pelaku secara spesifik, yaitu hanya berlaku bagi Anggota Dewan
Komisaris, Direksi atau Pegawai Bank. Menurut keterangan ahli tersebut, pelaku
Kejahatan Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pegawai Bank dalam Pasal 49
ini adalah Internal Bank. Kalau ada pegawai Bank berkonspirasi dengan pihak di
luar bank melakukan Tindak Pidana, maka Pegawai Bank dikenakan undang-
undang Perbankan sedangkan orang luar bank tunduk pada KUHP27.
27 Vide Putusan Halaman 84.
-
91
Majelis hakim dalam perkara a quo berpendapat bahwa dakwaan kedua
Pasal 264 Ayat (2) j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- I KUHPidana ditujukan pada perbuatan
pemalsuan atau memalsukan surat. Sedangkan Majelis berpendapat bahwa
berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan lebih tepat apabila kepada
Terdakwa didakwakan dakwaan ketiga yaitu membuat surat palsu yang
pengertiannya berbeda dengan pemalsuan atau memalsukan surat (Pasal 264
KUHP)28.
Majelis Hakim dalam perkara a quo baik dalam putusan tingkat pertama
maupun dalam putusan tingkat banding telah menyatakan Dakwaan Pertama
melanggar Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-l KUHPidana
maupun Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-l KUHPidana
hanya mendasarkan kepada pendapat ahli dan pendapat subyektif Majelis Hakim
tanpa mendasarkan pada pertimbangan hukum terhadap unsur-unsur
Perbuatan/Bestandelen dalam Dakwaan Pertama maupun Dakwaan Kedua.
Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan ternyata terbukti bahwa
Ongkowardojo baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Tantular, Hasan,
Wangsadinata dan Kirana pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 27
November 2007 bertempat di Bank Century dengan sengaja membuat atau
menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam laporan,
maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening suatu bank dengan cara proses pengajuan permohonan Usance L/C PT.
28 Vide putusan PN. Jakarta Pusat, hal. 84-85.
-
92
SPI pada awalnya adalah tidak ada permohonan kredit dari debitur, tidak dilakukan
survey dan juga berdasarkan catatan/buku ekspedisi pengantar dokumen milik KPO
Senayan menunjukkan bahwa dokumen MAK disampaikan setelah fasilitas L/C
dicairkan dan dibuat belakangan (back date) dan pada tanggal 22 November 2007
telah dilakukan pengikatan jaminan gadai deposito dan penyerahan surat kuasa atas
jaminan deposito sebesar USD 4,500,000.00,- Padahal, berdasarkan dokumen
pembukaan deposito diketahui bahwa sebenarnya deposito baru dibuka tanggal 27
November 2007 berdasarkan dokumen bill of lading (BL) tertanggal 25 Oktober
2007, tidak terdapat identitas PT. SPI namun yang ada justru PT. Trans Pasific
Petrochemical Indotama selaku notify party, sehingga tidak terkait29 dengan L/C
yang dibuka oleh PT. SPI. Menurut dalil kasasi JPU Ongkowardojo dan Misbakhun
memenuhi unsur perbuatan dalam Dakwaan Pertama melanggar Pasal 49 Ayat (1)
huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992
tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHPidana.
Kedua, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi j.o. Putusan Pengadilan Negeri
yang memeriksa dan mengadili perkara ini juga belum mempertimbangkan secara
seksama dan mendalam tentang hal-hal yang memberatkan Ongkowardojo selaku
Direktur PT. SPI dan Misbakhun selaku Komisaris PT. SPI yang baik sendiri-
sendiri atau bersama-sama Tantular, Hasan, Wangsadinata dan Kirana. Kenyataan
yang terjadi di dalam masyarakat (niotoirfeiten). Dalam dalil Kasasinya JPU
menyatakan bahwa hal-hal memberatkan yang harus dipertimbangkan oleh Majelis
Hakim adalah perbuatan Ongkowardojo dan Misbakhun baik sendiri-sendiri atau
29 Lihat catatan kaki no.6, supra. (lht kmbl krn ada penambahan cttn kaki)
-
93
bersama-sama Tantular, Hasan,Wangsadinata dan Kirana telah menyebabkan
dana/uang Bank Century mengalir ke PT. SPI sebesar US$ 4,500.000,00,- dan
keseluruhan uang keluar dari Bank Century total sebesar Rp. 181.306.440.000
(seratus delapan puluh satu milyar tiga ratus enam juta empat ratus empat puluh juta
rupiah ) pada saat Bank Century mengalami masalah likuiditas.30
Akibat perbuatan Ongkowardojo selaku Direktur PT. SPI dan Misbakhun
selaku Komisaris PT. SPI baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Tantular, Hasan,
Wangsadinata dan Kirana menyebabkan Bank Century gagal bayar dan Pemerintah
harus mengeluarkan dana talangan yang sangat besar sejumlah Rp. 6,7 Trilyun
untuk menyehatkan kembali PT. Bank Century Tbk.31
Perbuatan Ongkowardojo dan Misbakhun baik sendiri-sendiri atau
bersama-sama Tantular, Hasan,Wangsadinata dan Kirana telah menimbulkan
dampak negatif yang sangat luas di masyarakat, seperti gejolak dan kemarahan
yang berkepanjangan dari masyarakat dan para pemilik dana simpanan yang
berjumlah lebih kecil, yang hak-haknya diabaikan dan dirugikan oleh Bank
Century.32
30 Seharusnya, apabila para JPU dan para Majelis Hakim sedikit lebih mempunyai background hukum perdagangan internasional yang memadai, maka mereka dapat mengarahkan pemalsuan
bukan pada point deposito berjangkanya namun pada documentary credit/kredit berdokumen.
31 Perlu Penulis kemukakan di sini bahwa skandal keuangan dalam kasus yang bersangkutan ada kaitan dengan korupsi atau penyalahgunaan wewenang oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang
mungkin saja menggunakan dana century untuk membeli suara dalam pemilu 2009?
32 Skandal mencuri yang terendus dengan modus operandi tersebut dalam dokumen JPU di atas bukan hanya merugikan negara, namun banyak nasabah. Mencuri untuk berlaga dalam pemilu untuk
menggapai kekuasaan? Sungguh suatu tindakan kontra produktif bagi peradaban demokrasi bagi
bangsa-bangsa merdeka dan beradab.
-
94
Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan ternyata benar bahwa
Ongkowardojo dan Misbakhun baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Tantular,
Hasan, Wangsadinata dan Kirana pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 27
November 2007 bertempat di Bank Century, yang beralamat di Gedung Sentral
Senayan I Lt. 16, Jl. Asia Afrika No. 8, kode pos 10270 Jakarta Pusat, dengan
sengaja membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan
atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu Bank dengan cara proses pengajuan permohonan
Usance L/C PT. SPI pada awalnya adalah tidak ada permohonan kredit dari debitur,
tidak dilakukan survey dan juga didasarkan catatan/buku ekspedisi pengantar
dokumen milik KPO Senayan menunjukkan bahwa dokumen MAK disampaikan
setelah fasilitas L/C dicairkan dan dibuat belakangan (back date) dan pada tanggal
22 November 2007 telah dilakukan pengikatan jaminan gadai deposito dan
penyerahan surat kuasa atas jaminan deposito dan USD 4,500,000.00,- padahal
berdasarkan dokumen pembukaan deposito diketahui bahwa sebenarnya deposito
baru dibuka tanggal 27 November 2007 berdasarkan dokumen bill of lading (BL)
tertanggal 25 Oktober 2007, tidak terdapat identitas PT. SPI namun yang ada justru
PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama selaku notify party, sehingga tidak
terkait33 dengan L/C yang dibuka oIeh PT. SPI.
Menurut dalil Kasasi JPU, berdasarkan Ketentuan Pasal 197 Ayat (2) UU
No.8 tahun 1981 tentang KUHAP, tidak terpenuhinya Ketentuan dalam Ayat (1)
(a), (b), (c), (d), (e), (f), (g), (h), (i), (j), (k), dan (l) Pasal ini mengakibatkan Putusan
33 Lihat catatan kaki no. 6. (perhtikn ada prbhn cttn kaki)
-
95
batal demi hukum. Sehingga putusan Pengadilan Tinggi j.o. Putusan Pengadilan
Negeri atas nama Ongkowardojo dan Misbakhun batal demi hukum (null and void).
Berdasarkan Surat Dakwaan JPU, khususnya Dakwaan Pertama melanggar
Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang pembahan atas UU No.
7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHPidana maupun
Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHPidana dan
fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan keterangan saksi-saksi,
keterangan Terdakwa, alat bukti surat dan alat bukti petunjuk ternyata benar bahwa
Ongkowardojo selaku Direktur PT. SPI dan Misbakhun selaku Komisaris PT. SPI
baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Robert Tantular, Hermanus Hasan Muslim
selaku Direktur Utama merangkap sebagai Direktur Kredit PT. Bank Century, Tbk.,
Linda Wangsadinata sebagai Pimpinan Kantor Pusat Operasi (KPO) PT. Bank
Century, Tbk., Cabang Senayan dan Arga Tirta Kirana sebagai Kepala Devisi Legal
Coorporate PT. Bank Century, Tbk., pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan
27 November 2007 bertempat di PT. Bank Century Tbk., yang beralamat di Gedung
Sentral Senayan I Lt. 16, Jl. Asia Afrika No. 8, kode pos 10270, Jakarta Pusat,
dengan sengaja membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan
usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank dengan cara proses pengajuan
permohonan Usance L/C PT. SPI pada awalnya adalah tidak ada permohonan kredit
dari debitur, tidak dilakukan survey dan juga berdasarkan catatan/buku ekspedisi
pengantar dokumen milik KPO Senayan menunjukkan bahwa dokumen MAK
disampaikan setelah fasilitas L/C dicairkan dan dibuat belakangan (back date) dan
-
96
pada tanggal 22 November 2007 telah dilakukan pengikatan jaminan gadai deposito
dan penyerahan surat kuasa atas jaminan deposito sebesar USD 4,500,000.00,-
padahal berdasarkan dokumen pembukaan deposito diketahui bahwa sebenarnya
deposito baru dibuka tanggal 27 November 2007 berdasarkan dokumen bill of
lading (BL) tertanggal 25 Oktober 2007, tidak terdapat identitas PT. SPI namun
yang ada justru PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama selaku notify party,
sehingga tidak terkait dengan L/C yang dibuka oleh PT. SPI. Menurut kesimpulan
dalil Kasasi JPU, perbuatan Ongkowarojo dan Misbakhun memenuhi unsur
perbuatan dalam Dakwaan Pertama melanggar Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No.
10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o.
Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHPidana.
Dalam pandangan JPU, pertimbangan Majelis Hakim Banding berpendapat
bahwa Dakwaan Pertama melanggar Pasal 49 Ayat huruf (a) UU No. 10 tahun 1998
tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-
l KUHPidana tidak terbukti yang hanya mengandalkan satu alat bukti yaitu
keterangan Ahli34 yang bahwa Ongko dan Misbakhun tidak dapat dikenakan Pasal
49 Ayat (1) huruf (a) No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun
1992 tentang j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHPidana karena bukan karyawan Bank
Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHPidana hanya
didasarkan kepada pendapat subjektif Majelis Hakim baik tingkat pertama maupun
tingkat banding yang berpendapat bahwa perbuatan mereka seperti itu tepat
dikenakan Dakwaan Ketiga. Dalam dalil Kasasinya JPU menyayangkan jika
34 Lihat catatan kaki pada hal. 113 no 11. (lht ulang)
-
97
Majelis Hakim banding tidak menguraikan unsur perbuatan mana yang tidak
terbukti dalam Dakwaan Pertama maupun Dakwaan Kedua mengabaikan fakta
perbuatan yang terjadi yang dilakukan oleh Ongko dan Misbakhun, sehingga
putusan akhir yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim baik dalam tingkat maupun
dalam tingkat banding khususnya dalam Dakwaan Pertama atau Kedua tersebut
Tidak terbukti secara hukum, seharusnya lepas dari segala tuntutan hukum.
Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, JPU menilai bahwa Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta yang memeriksa dan mengadili perkara ini telah salah.
Majelis Hakim tidak menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidak
sebagaimana mestinya Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-
l KUHP, yang sudah ditetapkan secara limitatif yaitu Anggota Dewan Komisaris,
Direksi atau Pegawai bank.
Pendapat Majelis Hakim baik dalam tingkat pertama maupun tingkat
banding tersebut hanya didasarkan kepada Pendapat ahli35 dan bukan didasarkan
kepada fakta yang terungkap di persidangan dimana mereka Ongkowardojo dan
Misbakhun sebagai Komisaris dan Direktur PT. SPI mengajukan fasilitas usance
L/C untuk import bintulu kondensat, sementara dari awal mengetahui bahwa PT.
SPI tidak mempunyai ijin sebagai perusahaan yang dapat mengimport bintulu
kondensat36. Tidak itu saja, karena dari awal sudah mempunyai iktikad tidak baik
kemudian diikuti dengan kebohongan-kebohongan yang lain yaitu: Ongko dan
35 Lihat lagi catatan kaki hal. 120 & 113. (cek ulang) 36 Perhatikan catatan kaki Penulis di hal 116 Bab ini, supra. (cek ulg)
-
98
Misbakhun mengatakan sebagai pemilik dari deposito uang US$ 4.500.000,- dan
menandatangani surat perjanjian Gadai Deposito serta surat Pencairan gadai
Deposito pada tanggal 22 November 200737. Padahal belum ada, kemudian untuk
melengkapi syarat-syarat yang diperlukan agar fasilitas kredit Usance L/C tersebut
bisa cair mereka melampirkan bill of lading tanggal 25 Oktober 2007 tentang
import bintulu kondensat milik PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPI)38.
Juga fakta bahwa Bank Century begitu mudah dan cepat memproses permohonan
fasilitas kredit Usance L/C untuk import bintulu kondensat sebesar US$
22.500.000,- Hal tersebut bertentangan dengan logika umum39 tentang kredit Bank
yang sangat susah walaupun syarat-syarat sudah lengkap.
Fakta-fakta tersebut sama sekali tidak dipertimbangkan dalam pembahasan
unsur pasal atau perbuatan dalam Dakwaan Pertama, padahal Pasal 197 Ayat (1)
huruf (d) UU no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP secara jelas mengatur bahwa:
“Surat Putusan Pemidanaan memuat pertimbangan yang disusun
secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat
pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang, yang
menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa";
Apabila Majelis Hakim perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun
tingkat banding berpendapat bahwa Dakwaan Pertama Pasal 49 Ayat (1) huruf (a)
UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang
37 Lagi-lagi JPU membangun suatu dalil yang lemah. Sebab dalam hukum, jaminan dapat diletakkan pada benda yang baru akan ada. Kalau seandaianya para JPU membangun dalil atas dasar hukum
perdagangan internasional (documentary credit) maka mungkin saja hasilnya jadi lain.
38 Cukup terang di sini jika JPU memahami aspek hukum Perdagangan Internasional (lex mercatoria).
39 Mestinya para JPU mengatakan bertentangan dengan hukum perdagangan internasional (documentary credit).
-
99
Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHP, tidak terbukti, maka menurut JPU
secara a contrario Pasal 199 Ayat (1) huruf (b) UU No. 8 tahun 1981 tentang
KUHAP menyatakan:
"Pernyataan bahwa Terdakwa diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum, dengan menyebutkan alasan dan pasal
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan".
Menurut JPU, Majelis Hakim dalam perkara a quo baik dalam tingkat
pertama maupun tingkat banding, hanya menyatakan bahwa dakwaan Pertama
melanggar Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP
tidak terbukti dan membebaskan dari Dakwaan Pertama tanpa menyebut alasan dan
pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan.
Selain itu Majelis Hakim dalam perkara a quo baik dalam tingkat pertama
maupun tingkat banding, juga tidak cermat, menurut dalil kasasi JPU, karena Pasal
yang didakwakan kepada para Terdakwa adalah sebagai pelaku turut serta
melakukan perbuatan (Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHP) dengan Pegawai Bank yaitu
Tantular selaku pemegang saham Bank Century, Hasan, Wangsadinata dan Kirana
dengan sengaja membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
laporan transaksi atau rekening suatu bank (Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10
tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan). Benar
mereka Terdakwa bukan/tidak termasuk pegawai Bank Century akan tetapi
Tantular selaku pemegang saham PT. Bank Century, Tbk, MBA, Hasan selaku
-
100
Dirut PT. Bank Century, Wangsadinata selaku Kepala Pusat Operasional (KPO)
Cab. Senayan dan Kirana sebagai kepala Devisi legal PT. Bank Century KPO Cab.
Senayan, semuanya adalah pemegang saham dan Pegawai Bank Century.
Majelis Hakim dalam perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun
tingkat banding berpendapat dalam pembahasan pertimbangan hukum Dakwaan
Ketiga bahwa para Terdakwa dapat dikatakan sebagai Mereka yang melakukan
(Pleger) perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang yaitu
memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan kebenaran dalam Surat Gadai
Deposito Berjangka tanggal 22 November 2007 dan surat kuasa Pencairan Deposito
tanggal 22 November 200740.
Pertimbangan hukum tersebut menurut dalil Kasasi JPU menjadi aneh
karena memisahkan Surat Gadai Deposito Berjangka tanggal 22 November 2007
dan surat Kuasa Pencairan Deposito tanggal 22 November 2007 dan seolah-olah
berdiri-sendiri serta tidak terkait dengan permohonan, proses dan pemberian
fasilitas kredit Usance L/C sebesar US$ 22.500.000,- yang jelas-jelas melanggar
prinsip kehati-hatian/asas prudensial. Seharusnya, menurut JPU Majelis hakim,
baik dalam tingkat pertama maupun tingkat banding melihat dan menghubungkan
Surat Gadai Deposito Berjangka tanggal 22 November 2007 dan surat Kuasa
Pencairan Deposito tanggal 22 November 2007 dengan surat-surat yang lain
sebagai satu kesatuan dalam proses pengajuan, proses dan pemberian kredit PT. SPI
sebesar US$ 22,5 juta yang tidak sesuai dengan prosedur dan peran mereka
40 vide Putusan halaman 100.
-
101
sangatlah jelas yaitu mengajukan permohonan fasilitas kredit Usance L/C yang
tidak benar, memberikan keterangan tentang Deposito sebesar US$ yang tidak
benar, melampirkan bill of lading milik PT. TPPI41 dalam permohonan fasilitas
Usance L/C.
Dalam dalil Kasasinya JPU berpendapat bahwa pertimbangan dan
kesimpulan yang menyatakan bahwa mereka Terdakwa tidak cocok
dikenakan/dijerat dengan UU Perbankan yaitu Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU
No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan
adalah benar dengan catatan bahwa Anggota Komisaris, Direksi dan Pegawai Bank
melakukan secara lengkap unsur pasal/perbuatan secara sendirian (Pelaku
tunggal/dader), akan tetapi apabila Anggota Komisaris, Direksi dan Pegawai Bank
bersama-sama dengan pelaku lain di luar Bank (mede pleger, uit loker dan mede
plegtigheid), maka pelaku di luar pegawai Bank dapat dikenakan dengan pasal
penyertaan tindak pidana perbankan. Majelis hakim telah memaknai secara sempit
pengertian Pelaku (dader) dalam Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No.10 tahun 1998
tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dengan membatasi
hanya Anggota Komisaris, Direksi dan Pegawai Bank, padahal pengertian/konsepsi
pelaku menurut teori ilmu hukum dapat dibedakan menjadi: pelaku (dader), limit
serta melakukan (made dader) orang yang menganjurkan (uit loker) atau orang
yang melakukan pembantuan (mede ptechti gegeid).
41 Sangat-sangat disayangkan, JPU tidak menghadirkan pihak ini dalam persidangan. Sebab, ada kemungkinan PT. TPPI adalah semacam PT-PT-an, yang melakukan impor barang untuk PT. SPI.
-
102
Tentang Dakwaan Kedua, JPU mendalilkan alasan kasasi dengan
mengatakan bahwa para terdakwa melanggar pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat
(1) ke-1 KUHP yang menurut Majelis hakim banding tidak terbukti karena
ditujukan pada perbuatan pemalsuan atau memalsukan surat Majelis hakim,
menurut JPU dalam perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun tingkat
banding, telah menyamakan unsur Pasal/perbuatan dalam dakwaan Kedua:
melanggar Pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP dengan Dakwaan
Ketiga melanggar Pasal 263 Ayat (1) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP. Padahal
Dakwaan Kedua dan Dakwaan Ketiga berbeda jauh baik unsur pasal/perbuatan
(bestandelen) maupun ancaman hukumannya.
Pasal 264 Ayat (2) KUHP unsur-unsur pasal/perbuatannya adalah:
"Diancam dengan pidana yang sama (8 tahun), barangsiapa
dengan sengaja memakai surat tersebut dalam Ayat (1), yang
isinya tidak sejati atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan
tidak dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan
kerugian"
Sedangkan Pasal 264 Ayat (1) KUHP unsur-unsur Pasal/perbuatannya
adalah: "Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun, jika dilakukan terhadap: (1) Akta Authentik; (2) Surat Hutang atau sertifikat
hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun dari suatu lembaga umum; (3)
Surat Sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan,
yayasan perseroan atau maskapai; (4) Talon, tanda bukti deviden atau bunga dari
salah satu surat yang diterangkan dalam 2 dan 3, atau tanda- bukti yang dikeluarkan
sebagai pengganti surat-surat itu; (5) Surat Kredit atau Surat Dagang yang
diperuntukkan untuk diedarkan.
-
103
Bahwa Dakwaan Ketiga masuk dalam Bab XII Pemalsuan Surat, Pasal 263
Ayat (1) KUHP dengan unsur pasal/perbuatan:
“barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang
dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan
hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu
hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai surat palsu seolah-olah isinya benar dan tidak
dipalsukan, diancam jika pemakaian surat tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat";
Perbuatan yang dilarang dalam Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal
55 Ayat (1) ke- 1 KUHP adalah memakai surat palsu yang sudah spesifik dalam
Ayat (1) seolah-olah asli dan tidak dipalsukan jika pemakaiannya dapat
menimbulkan kerugian, sementara perbuatan yang dilarang dalam Dakwaan Ketiga
Pasal 263 Ayat (1) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP adalah membuat surat Palsu
atau memalsukan surat (secara umum), dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh orang lain memakai jika pemakaiannya dapat menimbulkan kerugian.
Pendapat Majelis hakim perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun
tingkat banding, dalam pertimbangan hukum pembahasan Dakwaan Kedua
Melanggar pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP tidak cocok
diterapkan terhadap Mereka Terdakwa karena ditujukan pada perbuatan pemalsuan
atau memalsukan surat menurut dalil Kasasi JPU adalah salah besar karena telah
menyamakan unsur pasal/perbuatan atau bestandelen Dakwaan Kedua dan
Dakwaan Ketiga adalah sama, padahal sama sekali berbeda.
Selain itu pendapat/kesimpulan Majelis Hakim perkara a quo baik dalam
tingkat pertama maupun tingkat banding yang menyatakan bahwa Dakwaan Kedua
tidak cocok diterapkan untuk mereka Terdakwa hanya didasarkan kepada
-
104
perasaan/asumsi tepat dan tidak tepat dan bukan didasarkan kepada fakta-fakta
yang terungkap dipersidangan.
Apabila majelis Hakim; perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun
tingkat banding, berpendapat bahwa Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal
55 Ayat (1) ke-1 KUHP, tidak terbukti dan membebaskan mereka Terdakwa dari
Dakwaan Kedua, maka menurut dalil Kasasi JPU secara a contrario Pasal 199 Ayat
(1) huruf (b) UU No.8 tahun 1981 tentang KUHAP menyatakan :
"Pernyataan bahwa Terdakwa diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum, dengan menyebutkan alasan dan pasal
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan".
Majelis hakim dalam perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun
tingkat banding hanya menyatakan bahwa Dakwaan Kedua melanggar Pasal 264
Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP tidak terbukti dan membebaskan dari
Dakwaan Pertama tanpa menyebut alasan dan pasal peraturan Perundang-undangan
yang menjadi dasar putusan dan hanya mendasarkan pada perasaan yaitu cocok dan
tidak cocok.
Apabila Majelis Hakim dalam perkara a quo mempertimbangkan seluruh
fakta-fakta yang terungkap di persidangan dan menghubungkan dengan unsur
pasal/perbuatan atau berstandelen dengan Dakwaan Pertama yaitu sebagai turut
serta melakukan perbuatan (Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP) dengan Pegawai Bank
yaitu Tantular, selaku pemegang saham Bank Century, Hasan, Wangsadinata dan
Kirana dengan sengaja membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
laporan transaksi atau rekening suatu bank (Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10
-
105
tahun 1998 tentang perbankan atas UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan), maka
JPU sangat yakin, semua unsur dalam Dakwaan Pertama tersebut telah terbukti
secara sah menurut hukum.
Pendapat Majelis hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri yang
menyatakan bahwa Dakwaan Pertama dan Dakwaan Kedua tidak terbukti hanya
mendasarkan pada pendapat ahli dan perasaan Majelis Hakim tentang cocok/tidak
cocok dan tepat/tidak tepat dan bukan didasarkan pada fakta-fakta yang terungkap
di persidangan, hal tersebut bertentangan dengan asas peradilan pidana yang
mencari kebenaran material, sehingga menurut dalil Kasasi JPU harus
dikesampingkan.
Majelis Hakim perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun banding
telah tidak menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana
mestinya, khususnya ketentuan mengenai syarat minimal pembuktian. (cttn:
mungkin inilah yang menyebabkan hal2 ttg pembuktian dalam Bab II perlu
dipertahankan, tidak dicoret/dibuang).
JPU menilai bahwa cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan
undang-undang yang diuraikan sebagai berikut. Majelis Hakim Pengadilan negeri
Jakarta Pusat yang memeriksa dan perkara tersebut juga tidak melaksanakan cara
mengadili sesuai dengan undang-undang, antara lain: (a) Pasal 183 KUHAP yang
menyatakan bahwa:
hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana itu benar-
benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
-
106
Majelis hakim pada tingkat Pengadilan Negeri dan tingkat Banding menurut
Dalil Kasasi JPU telah salah dalam cara mengadili khususnya dalam hal
Penggunaan minimal dua alat bukti dalam hal penjatuhan pembebasan Terdakwa
dari Dakwaan Kesatu dan Kedua, karena Majelis hakim dalam tingkat pertama
maupun tingkat banding telah mengabaikan ketentuan Perundang-undangan
khususnya UU tentang Perbankan dan KUHP Pasal 264 Ayat (1) jo. Pasal 55 Ayat
(1) ke- 1 KUHP.
Di satu sisi, Pasal 197 Ayat (1) huruf (f) KUHAP menyatakan bahwa Surat
Putusan pemidanaan memuat pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai
fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di
sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan Terdakwa. Sementara di sisi lain
Majelis Hakim baik dalam tingkat pertama maupun dalam tingkat Banding, tidak
memberikan pertimbangan berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan dan
keadaan beserta alat pembuktian, khususnya dalam Dakwaan Pertama atau
Dakwaan Kedua, karena hanya mendasarkan satu alat bukti yang sah yaitu
Keterangan/pendapat ahli dalam Dakwaan Kedua serta pendapat subjektif dari
Majelis Hakim bahwa untuk mereka Terdakwa lebih tepat dibuktikan Dakwaan
Ketiga. Demikian dalil Kasasi JPU.
3.1.3.2. Dalil-dalil Kasasi Ongko & Misbakhun
Sedangkan pihak Ongko dan Misbakhun juga mengemukakan alasan-alasan
atau dalil-dalil pengajuan kasasi mereka sebagai berikut di bawah ini.
-
107
Sama halnya dengan dalil Kasasi JPU sebagaimana telah dikemukakan di
atas, Ongko dan Misbakhun juga mendalilkan bahwa Judex Facti tingkat banding
tidak melaksanakan hukum acara menurut ketentuan Undang-Undang. KUHAP
Pasal 197 Ayat (1) huruf (d) yang memerintahkan suatu putusan pemidanaan harus
memuat
“pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari
pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan
Terdakwa.”
Menurut Ongko dan Misbakhun, Judex Facti tingkat banding dalam
putusannya tidak memberikan pertimbangan yang cukup sebagaimana diamanatkan
oleh KUHAP. Tidak ada pertimbangan mengenai mengapa dan dalam hal apa saja
Majelis Hakim tingkat banding sependapat dengan putusan Majelis Hakim tingkat
pertama.
Dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 197 Ayat (1) huruf (d) KUHAP,
maka menurut Ongko dan Misbakhun Judex Facti tingkat banding seharusnya
memberikan pertimbangan dan alasan-alasan kesamaan pendapatnya dengan
Majelis Hakim tingkat pertama terkait hukumnya. Menurut Ongko dan Misbakhun
yang dimaksud dengan pertimbangan terkait hukum adalah pertimbangan alat bukti
dan unsur-unsur pidana, serta memberikan bantahan-bantahan yang beralas hukum
terhadap dalil-dalil keberatan para Terdakwa sebagai pembanding dalam Memori
Bandingnya terdahulu. Selanjutnya menurut Ongko dan Misbakhun, dalam
putusannya ditingkat banding, Judex Facti tidak memberikan pertimbangan yang
-
108
cukup mengenai hukumnya, dimana Judex Facti hanya memberikan pertimbangan
sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa setelah membaca dan mempelajari secara
seksama salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No. 995/Pid.B/2010 /PN. Jkt. Pst. tanggal 2 November 2010,
memori banding dari para terdakwa dan Penuntut Umum, kontra
memori banding dari Penuntut Umum dan para terdakwa serta
berkas perkara yang dimintakan banding a quo, Pengadilan
tingkat banding sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim
Pengadilan tingkat pertama dalam putusannya bahwa para
Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam
dakwaan Ketiga, karena itu dapat disetujui dan dijadikan
pertimbangan Pengadilan tingkat banding dalam memutus
perkara ini dalam tingkat banding, kecuali mengenai lamanya
pidana yang telah dijatuhkan kepada para Terdakwa, Pengadilan
tingkat banding tidak sependapat sehingga perlu diubah”, dengan
tambahan pertimbangan sebagai berikut: ”Bahwa tidak
terpenuhinya ketentuan Pasal 197 Ayat (1) huruf (d) KUHAP
dalam suatu putusan yang memuat pemidanaan, mengakibatkan
putusan batal demi hukum sebagaimana ketentuan Pasal 197 Ayat
(2) KUHAP karena tidak cukup dipertimbangkan (“onvoldoende
gemotiveerd ”).
Berbeda dengan dalil Kasasi JPU di atas Ongko dan Misbakhun
mengemukakan alasan kasasi mereka bahwa Judex Facti tidak menerapkan hukum
sebagaimana mestinya dengan mencampuradukkan hukum Perdata dengan Pidana.
Rumusan hukum Dakwaan Ketiga sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana
dalam Pasal 263 Ayat (1) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUH Pidana adalah
“Membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang,
atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal
dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak
dipalsu dan pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian”.
-
109
Terhadap Dakwaan Ketiga Penuntut Umum, menurut Ongko dan
Misbakhun dapat dilihat bahwa obyek yang didakwakan adalah Perbuatan Dalam
Lingkup Keperdataan.Seluruh dokumen yang telah ditandatangani oleh PT. SPI,
sebagai debitor, dan Bank Century, sebagai kreditor, dalam rangka permohonan
penerbitan L/C memenuhi dan merupakan implementasi dari azas-azas hukum
perdata: (1) Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik
yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan
perorangan debitur. Hal ini sejalan dengan kaedah dalam Pasal 1131 KUHP; (2)
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh debitur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas
utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil
pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain
(Pasal 1150 KUHPerdata); (3) Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang
diperkenankan untuk membuktikan perjanjian pokoknya (Pasal 1151
KUHPerdata); (4) Barang yang baru ada pada waktu yang akan datang, dapat
menjadi pokok suatu persetujuan (Pasal 1334 KUH Perdata); (5) Semua persetujuan
yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undan-gundang bagi
mereka yang membuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata); dan (6) Persetujuan hanya
berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Persetujuan tidak dapat merugikan
pihak ketiga; persetujuan tidak dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga
selain dalam hal yang ditentukan dalam Pasal 1317 (Pasal 1340 KUH Perdata);
Menurut dalil Ongko dan Misbakhun, setelah dilakukan pemeriksaan
terhadap saksi-saksi baik yang diajukan oleh JPU, maupun saksi-saksi meringankan
-
110
dan saksi-saksi ahli dari Penasehat Hukum dalam tahap pembuktian di depan
persidangan, maka perbuatan yang dirumuskan dalam Dakwaan Ketiga di atas
bukan merupakan perbuatan pidana, melainkan, perbuatan dalam ranah
keperdataan biasa antara SPI, sebagai debitor/pihak yang akan berutang, dengan
PT. Bank Mutiara Tbk., (d/h PT. Bank Century Tbk)42, sebagai kreditor
swasta/pemberi utang.
Menurut Ongko dan Misbakhun, jelas hubungan hukum, antara SPI dan
Bank Century, merupakan hubungan hukum yang sangat khas dalam ”Azas-Azas
Keperdataan”. Lebih lanjut Ongko dan Misbakhun berpendapat bahwa degan telah
diberikannya Restrukturisasi terhadap kredit PT. SPI, sesuai Akta Restruturisasi
No. 3 tanggal 6 November 2009 (lampiran 23 Pledoi Para Pembanding), Akta
Restruturisasi No. 4 tanggal 6 November 2009 (lampiran 24 Pledoi Para
Pembanding), Akta Restruturisasi No. 5 tanggal 6 November 2009 (lampiran 25
Pledoi Para pembanding), seluruhnya dibuat oleh Notaris Mardiana Karlini
Hutagalung, S.H., dan sampai dengan saat ini, PT. SPI tetap membayar
kewajibannya sesuai dengan kesepakatan Restrukturisasi antara PT. SPI dengan
Bank Mutiara Tbk., (d/h Bank Century )43.
42 Menarik dicatat di sini bahwa Bank Century bubar dan berganti menjadi Bank Mutiara ketika Kasasi ini berlangsung.
43 Menurut Penulis, kata kunci restrukturisasi hutang PT. SPI oleh Bank Century yang dilakukan oleh penggantinya yaitu Bank Mutiara telah menjadi alat justifikasi baik JPU, Ongko dan Misbakhun
yang diwakili oleh advokat mereka maupun para hakim pidana untuk menjatuhkan putusan bebas
(vrijspraak) kepada Misbakhun dalam putusan 47. Di samping itu juga membebaskan Ongko.
Namun kedua pihak itu tetap menjalani hukuman perdata mereka untuk melunasi hutang yang
berjumlah USD 22,5 juta itu.
-
111
Sebagaimana kami telah sampaikan dalam Pledoi dan Memori Banding,
bahwa dalam Rapat Tim Pengawas Bank Century DPR RI dengan Direksi PT Bank
Mutiara pada tanggal 20 Oktober 2010, direksi Bank Mutiara, saudara Maryono,
secara tegas menyatakan antara lain:
“PT. SPI yang dipimpin oleh Ongkowardojo dan komisaris
Misbakhun tidak memiliki masalah hukum dengan Bank Century
atau Bank Mutiara, terkait dengan penerbitan L/C, Karena,
setelah ditandatanganinya akta restrukturisasi, status PT. SPI
adalah clear. Bank Mutiara juga menyayangkan adanya proses
hukum terhadap nasabahnya dan mengkhawatirkan juga, di masa
depan, kasus semacam ini, akan menghambat proses asset
recovery Bank Century atau Bank Mutiara yang telah
diamanatkan oleh Paripurna DPR RI” 44
Oleh karena itu menurut kuasa hukum Ongko dan Misbakhun, Dakwaan
Ketiga Penuntut Umum tidak terbukti karena perbuatan Para Terdakwa bukan
merupakan Tindak Pidana melainkan perbuatan perdata. Selain itu, dalam
pembuktian di depan sidang Pengadilan tingkat pertama, Penuntut Umum sendiri
tidak pernah membuktikan tentang Dakwaan Kedua dan Dakwaan Ketiga terhadap
Ongko dan Misbakhun maka dengan demikian terhadap Terdakwa I dan Terdakwa
II tersebut harus dibebaskan dari segala tuntutan hukum, demikian suatu
kesimpulan dalam dalil Kasasi Ongko dan Misbakhun.
44 Sumber: Laporan Singkat Rapat Tim Pengawas Century DPR RI dengan Direksi PT Bank Mutiara, 20 Oktober 2010. Menurut Penulis, proses mediasi di tengah berlangsungnya Kasasi
Perkara Pidana ini telah “melibatkan” pihak DPR-RI, namun semua berlangsung secara “siluman”.
Suatu penyelesaian sengketa yang menarik.
-
112
3.1.3.3. Pertimbangan Hakim dalam Putusan 599
Menyusul alasan-alasan pihak-pihak pengaju kasasi di atas Mahkamah
Agung berpendapat bahwa mengenai alasan-alasan kasasi Jaksa/Penuntut Umum
dan para Terdakwa tidak dapat dibenarkan, dengan alasan bahwa Judex
facti/Pengadilan Tinggi tidak salah dalam menerapkan hukum.
Menurut Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi yang memperbaiki putusan
Pengadilan Negeri sekedar mengenai lamanya pidana yang dijatuhkan kepada
Terdakwa I dan Terdakwa II menjadi 2 (dua) tahun atas terbuktinya kesalahan
Terdakwa I dan Terdakwa II “membuat surat palsu” melanggar Pasal 263 Ayat (1)
jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP.
Mahkamah Agung juga berpendapat Judex facti dalam putusan tersebut
antara lain mempertimbangkan bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II telah
mengetahui pemberian fasilitas L/C tidak dilakukan sesuai prosedur, akan tetapi
para Terdakwa tetap menandatangani akad kredit, sehingga merugikan keuangan
Negara.
Berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata, putusan judex factie
(Pengadilan Tinggi) dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
undang-undang, maka menurut Mahkamah Agung permohonan kasasi dari
Jaksa/Penuntut Umum dan para Terdakwa tersebut harus ditolak.
Oleh karena para Pemohon Kasasi/para Terdakwa dipidana, maka para
Pemohon Kasasi/para Terdakwa harus dibebani untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini.
-
113
Selanjutnya dengan memperhatikan Undang-Undang No. 48 tahun 2009,
Undang-Undang No. 8 tahun 1981 dan Undang-Undang No. 14 tahun 1985
sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor. 5
tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 tahun 2009 serta
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan mengadili menolak
permohonan kasasi dari Pemohon kasasi Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan
Negeri Jakarta Pusat dan para Terdakwa.
Mahkamah Agung, pada tingkat Kasasi itu kemudian membebani para
Pemohon kasasi/para Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
kasasi tersebut ditetapkan masing- masing sebesar dua ribu lima ratus rupiah.
Keputusan tersebut diambil secara musyawarah pada hari Selasa, tanggal 5 April
2011 oleh H.M. Imron Anwari, SH., Sp.N., MH., Ketua Muda Urusan Lingkungan
Peradilan Militer yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis, H. Achmad Yamanie, SH., MH., dan Prof. DR. H.M. Hakim Nyak Pha,
SH., DEA. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis, beserta Hakim-Hakim
Anggota tersebut dan dibantu oleh Dwi Tomo, SH., M.Hum., Panitera Pengganti,
tanpa dihadiri oleh para Pemohon kasasi: Jaksa Penuntut Umum dan para
Terdakwa.
-
114
3.2. Penyelesaian Perkara Misbakhun di Tingkat Peninjauan Kembali
Terhadap Putusan Kasasi sebagaimana Penulis uraikan di atas Mahkamah
Agung Republik Indonesia telah membuat Putusan No. 47 PK/PID.SUS/2012 hasil
pemeriksaan perkara pidana dalam peninjauan kembali.
Putusan Peninjauan Kembali tersebut pada prinsipnya mengulang kembali
Franky Ongkowardojo maupun Mukhamad Misbakhun, pihak-pihak yang didakwa
oleh JPU pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagaimana dakwaan dan putusan
telah dikemukakan di atas dan juga putusan PT. No. 414/Pid./2010/ PT. DKI yang
semuanya telah dikemukakan di atas.
Dalam Putusan PK itu dijelaskan MA telah membaca putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia No.599 K/Pid.Sus/2011 tanggal 5 April 2011 yang amar
lengkapnya Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: Jaksa/Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat dan para Terdakwa: I Franky
Ongkowardojo dan II Mukhamad Misbakhun tersebut dan Membebani para
Pemohon Kasasi/para Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
kasasi ini ditetapkan masing-masing sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus
rupiah).
Mahkamah Agung juga telah membaca surat permohonan peninjauan
kembali bertanggal 12 September 2011 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 12 September 2011 dari para Pemohon
Peninjauan Kembali sebagai para Terpidana, yang memohon agar putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut dapat ditinjau kembali.
-
115
Setelah Mahkamah Agung membaca surat-surat yang bersangkutan,
dipertimbangkan bahwa putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut
telah diberitahukan kepada para Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 3 Mei
2011 dengan demikian putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap.
Juga Mahkamah Agung telah mempertimbangkan bahwa alasan-alasan
yang diajukan oleh para Pemohon Peninjauan Kembali/para Terpidana pada
pokoknya adalah (1) terdapat keadaan yang bersifat menentukan dan menimbulkan
dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala
tuntutan hukum atau tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau terdapat
perkara itu ditetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.
Kaitan dengan itu, keadaan bukti (NOVUM) keadaan yang baru yang
bersifat menentukan sebagaimana dimaksud Pasal 263 Ayat (2) (a) KUHAP
dimaksud adalah:
Pertama, Bukti Pencairan Gadai Deposito Nomor : VB.022598 atas nama
PT. Selalang Prima Internasional sebesar US$ 4,5 juta tanggal 19 November 2008
yang dilakukan oleh Bank Century. Bukti tersebut menunjukkan bahwa Gadai
Deposito yang menjadi obyek masalah yang baru efektif tanggal 27 Desember
2007.
Kedua, Dengan adanya bukti-bukti baru (Novum) yaitu tersebut di atas,
maka judex facti dan judex juris telah melakukan Error in Persona yaitu mengadili
serta menghukum orang-orang yang tidak bersalah karena para Pemohon
-
116
Peninjauan Kembali/para Terpidana bukan sebagai pelaku Tindak Pidana
sebagaimana didakwakan terutama dakwaan Ketiga di atas yaitu Tindak Pidana
“Membuat Surat Palsu Pasal 263 Ayat (1) KUHP”.
Ketiga, Dengan bukti baru tersebut, menunjukkan bahwa Surat tersebut
(Surat Gadai Deposito dan Surat Kuasa Pencairan Deposito) yang ditandatangani
oleh para Pemohon Peninjauan Kembali/para Terpidana tidak Palsu, jika Surat
tersebut dianggap sebagai Surat Palsu maka Surat tersebut sesuai hukum
mengandung cacat hukum sehingga tidak mempunyai nilai dalam sebuah perikatan
atau persetujuan. Namun, fakta hukum berdasarkan bukti tersebut menunjukkan
bahwa “Surat tersebut adalah benar” dan mempunyai nilai dalam perikatan atau
persetujuan atau dengan kata lain jika judex facti mempermasalahkan para
Pemohon Peninjauan Kembali/para Terpidana dengan tuduhan telah “membuat
Surat Palsu”, maka surat yang ditandatangani para Pemohon Peninjauan
Kembali/para Terpidana seharusnya mengandung unsur ketidakbenaran sehingga
tidak dapat digunakan sebagai peruntukannya. Namun, menurut para pemohon PK,
hukum telah membuktikan Surat tersebut telah dipergunakan oleh pihak yang
membuat dan meminta Surat tersebut sesuai peruntukan dan fungsinya dengan cara
mencairkan Deposito milik para Terpidana.
Selain itu menurut para pemohon PK sesuai dengan ketentuan hukum, jika
sebuah persetujuan atau perikatan mengandung unsur ketidakbenaran, maka
persetujuan tersebut berakibat hukum batal demi hukum atau dapat dibatalkan,
namun dalam perkara ini perjanjian Gadai Deposito dan Surat Kuasa Pencairan
Deposito oleh judex facti dan judex juris, jikapun para Pemohon Peninjauan
-
117
Kembali/para Terpidana dinyatakan telah membuat Surat tersebut palsu, namun
Perjanjian dan Surat tersebut tidak pernah dibatalkan dan atau dinyatakan batal
demi hukum sehingga Surat tersebut tetap berlaku dan dipergunakan oleh pihak
yang menerima Surat tersebut.
Dengan demikian menurut para pemohon PK merupakan fakta yang tidak
terbantahkan para Pemohon Peninjauan Kembali/para Terpidana tidak membuat
Surat Palsu, sehingga adalah sesuai hukum para Pemohon Peninjauan Kembali/para
Terpidana untuk dibebaskan dari dakwaan tersebut atau setidak-tidaknya
dinyatakan lepas dari tuntutan hukum.
Keempat, dengan adanya bukti baru tersebut maka judex facti dan judex
juris telah salah memberikan putusan karena putusan tersebut telah dibuat
berdasarkan bukti-bukti yang tidak benar dan tidak lengkap, demikianlah dalil para
pemohon Peninjauan Kembali.
Selanjutnya para pemohon peninjauan kembali juga berdalil bahwa putusan
tersebut dengan jelas memperlihatkan suatu kekeliruan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
Menurut para pemohon peninjauan kembali putusan tersebut dengan jelas
memperlihatkan suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan nyata sebagaimana
dimaksud Pasal 263 Ayat (2) huruf (c) KUHAP.
Maksudnya, menurut para pemohon PK, dalam membahas keterangan para
saksi dan keterangan Terpidana serta barang bukti, ditinjau dari persesuaian dan
hubungannya satu dengan yang lain berikut pendapat Ahli sampai ditemukan fakta
hukum, bahwa judex facti telah membuat kesimpulan pertimbangan hukum bahwa
-
118
PT. SPI didirikan pada tahun 1999 berdasarkan Akta Pendirian Nomor: 3 tanggal 2
November 1999 dan bergerak di bidang Perdagangan Umum. Terpidana I adalah
Direktur PT. SPI dan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana II adalah Komisaris
PT. SPI. Pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat Permohonan
Fasilitas Usance L/C kepada Bank Century Tbk., untuk keperluan Pembelian
bintulu Condensate dari Grains and Industrial Products Pte., Ltd., sebesar USD 22,5
juta dengan jaminan berupa Penetapan Deposito di PT. Bank Century senilai 20%
dari Fasilitas L/C yang dimohonkan atau sebesar USD 4,5 juta. Pada hari itu juga,
tanggal 29 Oktober 2007 saksi Linda Wangsadinata selaku Pimpinan KPO PT.
Bank Century, Tbk., Cabang Senayan, meminta saksi Nofi selaku Kepala Bagian
Account Officer untuk menyiapkan FKP. Kemudian FPK dibuat oleh Victor, Junior
Account Officer (AO), yaitu No. FPK-146/B-L/C/SP-1/KPO/X/07 tanggal 29
Oktober 2007. Lalu saksi Novita Evalinda selaku Senior Account Officer
memeriksa FPK tersebut. Persetujuan Kredit (FPK) No. 1 FPK: 146/B-
L/C/SP1/KPO/X/07 tanggal 29 Oktober 2007 itu dibuat tanpa ada kelengkapan
Dokumen Administrasi seperti tidak ada data Laporan Keuangan Calon Debitur,
tidak ada BI Checking. Tidak diketahui identitas dan atau legalitas Calon Debitor
seperti: Angga