bab iii hasil penelitian dan analisa · 2019. 8. 8. · adalah analisis. hasil penelitian penulis...

66
70 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Dalam bab ini Penulis memaparkan dua (2) hal yang berkaitan dengan judul yang dikemukakan di atas yakni yang pertama hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis. Hasil penelitian Penulis tersebut berupa gambaran berbentuk narasi lengkap atas Putusan 599 j.o. 47, obyek analisis dari skripsi ini. Selanjutnya dalam bagian analisis, Penulis akan menguraikan penerapan dari kaedah-kaedah hukum yang ada dalam Bab II terhadap hasil penelitian yang ada. Dengan demikian dapat menjawab rumusan masalah seperti yang telah dikemukakan pada bab I dari skripsi ini. 3.1. Penyelesaian Perkara Misbakhun Perkara yang menjadi satuan amatan penelitian ini terdaftar di Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan nomor 599 K/Pid.Sus/2011 1 (Putusan 599). Dalam Putusan 599 itu Mahkamah Agung memeriksa perkara pidana khusus dalam tingkat kasasi yang melibatkan perkara para terdakwa. Terdakwa yang pertama bernama Franky Ongkowardojo 2 . Dalam susunan pengurus PT. SPI Ongko yang bekerja sebagai Direktur PT. SPI. Di samping itu, Mahkamah Agung 1 Perlu Penulis kemukakan, bahwa di samping uraian mengenai gambaran obyektif tentang Putusan ini, di sana-sini dalam catatan kaki, juga Penulis sertakan beberapa hal yang menjadi pemahaman Penulis sendiri. 2 Pihak terdakwa/terpidana pertama ini untuk selanjutnya disingkat dengan Ongkowardojo, atau Ongko.

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 70

    BAB III

    HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

    Dalam bab ini Penulis memaparkan dua (2) hal yang berkaitan dengan judul

    yang dikemukakan di atas yakni yang pertama hasil penelitian dan yang kedua

    adalah analisis. Hasil penelitian Penulis tersebut berupa gambaran berbentuk narasi

    lengkap atas Putusan 599 j.o. 47, obyek analisis dari skripsi ini.

    Selanjutnya dalam bagian analisis, Penulis akan menguraikan penerapan dari

    kaedah-kaedah hukum yang ada dalam Bab II terhadap hasil penelitian yang ada.

    Dengan demikian dapat menjawab rumusan masalah seperti yang telah

    dikemukakan pada bab I dari skripsi ini.

    3.1. Penyelesaian Perkara Misbakhun

    Perkara yang menjadi satuan amatan penelitian ini terdaftar di Mahkamah

    Agung Republik Indonesia dengan nomor 599 K/Pid.Sus/20111 (Putusan 599).

    Dalam Putusan 599 itu Mahkamah Agung memeriksa perkara pidana

    khusus dalam tingkat kasasi yang melibatkan perkara para terdakwa. Terdakwa

    yang pertama bernama Franky Ongkowardojo2. Dalam susunan pengurus PT. SPI

    Ongko yang bekerja sebagai Direktur PT. SPI. Di samping itu, Mahkamah Agung

    1 Perlu Penulis kemukakan, bahwa di samping uraian mengenai gambaran obyektif tentang Putusan ini, di sana-sini dalam catatan kaki, juga Penulis sertakan beberapa hal yang menjadi pemahaman

    Penulis sendiri.

    2 Pihak terdakwa/terpidana pertama ini untuk selanjutnya disingkat dengan Ongkowardojo, atau Ongko.

  • 71

    Republik Indonesia juga memeriksa dan memutus terdakwa kedua Mukhamad

    Misbakhun3 yang dalam susunan pengurus PT. SPI adalah seorang Komisaris.

    Dalam Putusan 599 terlihat bahwa baik Ongkowardojo maupun Misbakhun

    telah dirampas kemerdekaannya4, dalam hal ini telah ditahan sejak perkara mereka

    masih di tingkat Penyidikan oleh pihak Kepolisisan (Penyidik) hingga Putusan

    Peninjauan Kembali. Total masa penahanan terhadap Ongko5 maupun Misbakhun

    satu tahun satu bulan atau kurang lebih 390 hari.

    Baik Ongkowardojo maupun Misbakhun mula-mula disidangkan di muka

    persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena didakwa melakukan tindak

    pidana. Adapun gambaran perbuatan pidana yang dilakukan oleh mereka menurut

    dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), dalam Putusan 599 adalah sebagai berikut.

    3.1.1. Penyelesaian Perkara Misbakhun di Pengadilan Negeri

    Menurut JPU, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama–dengan Robert

    Tantular6, Hermanus Hasan Muslim7 selaku Direktur Utama merangkap sebagai

    3 Pihak kedua itu selanjutnya disingkat Misbakhun. 4 Atau, menurut pendapat Penulis, kedua pihak tersebut di tas sejatinya telah dihukum. Hal itu

    terlihat dari lamanya masa penahanan mulai dari tingkat Penyidikan hingga Peninjauan Kembali,

    demikian pula dengan dikasuskannya kedua pihak tersebut oleh otoritas publik, dalam hal ini JPU

    dan juga pemberitaan yang meluas bahwa kedua pihak tersebut terlibat dari kasus sebagaimana

    dikemukakan di atas adalah suatu indiakator tentang hukuman.

    5 Dalam Putusan 47, Ongkowardojo dipidana penjara selama 1 tahun. Artinya, hukuman selama 365 hari dalam Putusan 47 itu kurang dari masa penahanan yang bertotal 390 hari. Masih ada 25 hari

    lagi (390-365= 25 hari) hukuman yang seharusnya sudah diterima.

    66 Selanjutnya disingkat Tantular. 7 Selanjutnya disingkat Hasan.

  • 72

    Direktur Kredit PT. Bank Century, Tbk8., Linda Wangsadinata9 sebagai Pimpinan

    Kantor Pusat Operasi (KPO) Bank Century, Cabang Senayan dan Arga Tirta

    Kirana10 sebagai Kepala Devisi Legal Coorporate Bank Century, (Diperiksa dalam

    perkara tersendiri) pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 27 November

    2007 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu yang tidak dapat dipastikan pada

    tahun 2007 bertempat di Bank Century, yang beralamat di Gedung Sentral Senayan

    I Lt. 1a, JI. Asia Afrika No. 8, kode pos 10270, Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya

    pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri

    Jakarta Pusat—sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan

    perbuatan, Anggota Dewan Komisaris, Direksi Atau Pegawai Bank, dengan sengaja

    membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam

    laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi

    atau rekening suatu bank.

    Selanjutnya, modus operandi yang didakwakan oleh JPU, baik kepada

    Ongkowardojo maupun Misbakhun dimulai dengan sejarah pendirian PT. SPI.

    Perusahaan yang didirikan pada tahun 1999 tanpa ijin import itu, berdasarkan Akta

    pendirian No. 3 tanggal 2 November 1999 yang bergerak dalam bidang

    Perdagangan Umum. Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat tanggal 8

    8 Selanjutnya sebut saja Bank Century. 9 Selanjutnya disingkat Wangsadinata. 10 Selanjutnya disingkat Kirana.

  • 73

    Oktober 2007 No. 7 yang dibuat oleh Utiek R. Abdulrachman, SH., MH., MKn.,

    Notaris Kabupaten Tangerang11.

    Setelah histori pendirian PT. SPI, JPU juga menyatakan dalam dakwaannya

    bahwa Pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat Permohonan

    fasilitas Usance L/C kepada Bank Century. Adapun maksud perbuatan hukum

    tersebut adalah PT. SPI membeli condensate (produk minyak bumi yang biasa

    dipergunakan untuk bahan baku plastik dan bahan baku lainnya) dari Grains and

    Industrial Products Pte., Ltd. Harga obyek jual-beli itu sebesar USD

    22,500,000.00,- PT. SPI juga menjamin akan menempatkan margin sebesar 20%

    berupa deposito pada Bank Century senilai USD 4,500,000.00,- Dokumen

    penjaminan itu yang ditandatangani oleh Ongkowardojo, selaku Direktur PT. SPI.

    Dalam Dakwaan JPU dikemukakan bahwa sebelum permohonan L/C saksi

    Wangsadinata, menerima informasi dan instruksi dari saksi Tantular bahwa PT. SPI

    akan mengajukan fasilitas L/C sebesar USD 22,500,000.00,- dengan jaminan

    berupa margin deposito sebesar 20% dari fasilitas L/C yang dimohonkan atau

    sebesar USD 4,500,000.00,- Saksi Wangsadinata menanyakan data-data calon

    importir (PT. SPI) untuk dianalisa terlebih dahulu di Bank Century Cabang Senayan

    namun oleh saksi Tantular tetap diperintahkan untuk L/C segera diproses12.

    Wangsadinata kemudian menghubungi dan menginformasikan kepada saksi

    Hasan mengenai instruksi Tantular disertai kekurangan dan kelemahan-

    11 Untuk selanjutnya disingkat dengan Notaris Tanggerang. 12 Menurut pendapat Penulis, dari dakwaan JPU itu tampak terlihat ada usaha untuk membuktikan jika kedua terdakwa melanggar prosedur penerbitan L/C yang normal, menurut hukum Perdagangan

    Internasional.

  • 74

    kelemahannya yaitu berupa tidak adanya data-data apapun dari calon importir.

    Margin deposito juga hanya 20% dari fasilitas L/C yang dimohonkan sehingga tidak

    meng-cover seluruh jumlah fasilitas kredit yang diajukan oleh PT. SPI. Di samping

    itu, Cabang the issuing bank tidak pernah mengenal calon debitur, namun Hasan

    menginstruksikan penerbitan L/C tetap dijalankan dengan terlebih dahulu membuat

    Formulir Persetujuan Kredit (FPK) sedangkan untuk Memorandum Analisa Kredit

    (MAK) dan data-data lainnya menyusul.

    Menurut JPU, pada hari yang bersamaan (29 Oktober 2007) Wangsadinata

    meminta kepada Nofi selaku Kabag Acount Officer untuk membuat FPK. Nomor

    FPK: 146/B-LC/SPI/KPOIXI07. Terlihat bahwa FKP tetap diterbitkan walaupun

    tanpa ada kelengkapan dokumen administrasi, tanpa dilakukan survey terlebih

    dahulu dan tanpa adanya MAK13. Buku ekspedisi pengantar dokumen milik Kantor

    Pusat Operasional (KPO) Senayan menunjukkan bahwa dokumen MAK

    disampaikan setelah fasilitas L/C dicairkan dan dibuat belakangan/back date.

    Tanggal 19 November 2007 telah dibuat SPK (Surat Penegasan Kredit ) No.

    271/PNG-KRIB/KPOIXI I07 yang merupakan surat penegasan kredit kepada

    debitur. SPK adalah surat persetujuan bank memberikan fasilitas L/C. Dalam hal

    ini kredit yang diberikan adalah sebesar USD 22,500,000.00.

    Berdasarkan Formulir Persetujuan Kredit (FPK) No. FPK: 146/8 LC/SPI

    IKPOIXI07 tanggal 29 Oktober 2007 dan Surat Persetujuan Pemberian Fasilitas

    Kredit tanggal 19 November 2007 dinyatakan bahwa salah satu syarat pemberian

    13 Semua prosedur ini dapat Penulis sebut sebagai melanggar prosedur penerbitan L/C yang normal dalam hukum perdagangan internasional.

  • 75

    L/C mewajibkan PT. SPI memberikan jaminan Deposito sebesar USD

    4,500,000.00,- yang harus diblokir, diikat secara gadai dan adanya kuasa

    pencairan.14

    Tanggal 22 November 2007 dilaksanakan penandatanganan Akta Perjanjian

    Pemberian fasilitas Usance L/C No. 146 yang dibuat di hadapan saksi Buntario

    Tigris, SH., SE., MH., Notaris di Jakarta15, yang merupakan perjanjian antara PT.

    SPI dengan Bank Century atas penyediaan fasilitas usance L/C sebesar USD

    22,500,000.00.

    Penyerahan Gadai atas Deposito berjangka sebesar USD 4,500,000.00,- juta

    No. VB.022598 yang merupakan setoran jaminan sebesar 20% dari total plafon

    usance L/C sebesar USD 22,500,000.00,- ditandatangani oleh Ongkowardojo

    selaku Direktur PT. SPI dan Misbakhun selaku Komisaris PT. SPI sedangkan dari

    Bank Century yang membutuhkan tanda tangan adalah Kirana dan Wangsadinata.

    Penyerahan Surat Kuasa dari PT. SPI kepada Bank Century untuk

    memperpanjang jangka waktu bilyet deposito No.VB.022598 sebesar USD

    4,500,000.00,- menagih, mengambil dan menerima pembayaran bunga dari uang

    pokok dari deposito berjangka tersebut pada waktunya, minta pembayaran uang

    14 Pada titik ini, sebetulnya telah terlihat suatu mekanisme penyelesaian sengketa. Sebab, deposito yang telah diblokir, dibuat dalam bentuk perjanjian jaminan yang langsung dapat dieksekusi

    mengingat ada kuasa pencairan adalah sarana efektif penyelesaian sengketa dalam kasus pada

    Putusan 599 j.o. 47 itu. Lihat catatan kaki 75 Bab II hal., 53. (cek ulang bisa berubah)

    15 Untuk selanjutnya disebut Notaris Jakarta.

  • 76

    pokok dari deposito berjangka tersebut sebelum jatuh tempo yang ditandatangani

    oleh Ongkowardojo dan Misbakhun16.

    Ongkowardojo dan Misbakhun dalam gadai atas deposito berjangka tanggal

    22 November 2007 menerangkan sebagai pemilik sah dari deposito berjangka

    dengan nominal USD 4,500,000.00,- juga pada Surat Kuasa yang ditandatangani

    pada tanggal 22 November 2007 Ongkowardojo dan Misbakhun

    menerangkan/mengaku sebagai pemilik sah dari bilyet deposito berjangka dengan

    nominal USD 4,500,000.00.

    Namun menurut dakwaan JPU, berdasarkan dokumen pembukaan deposito

    diketahui bahwa sebenarnya deposito baru dibuka tanggal 27 November 2007.

    Jumlah dana yang tersedia dalam rekening valas PT. SPI pada tanggal 22 November

    2007 adalah sebesar USD 1.826.250.00,- yang berasal dari 4 (empat ) kali transaksi

    konversi/pembelian valas pada tanggal 19, 20, 21 dan 22 November 2007 masing-

    masing sebesar USD 675,000.00,- USD 286,000.00,- USD 482,000.00,- dan USD

    383,000.00,- sedangkan saldo rekening valas PT. SPI pada tanggal 27 November

    2007 (sebelum pembukaan deposito) adalah sebesar USD 4,838,621.26,-

    selanjutnya sebagian besar dana tersebut ditempatkan dalam bentuk deposito

    sebesar USD 4,500,000.00,- pada tanggal 27 November 2007. Pengikatan jaminan

    deposito milik Ongkowardojo dan Misbakhun dilakukan terlebih dahulu padahal

    16 Dalam hukum jaminan atas kebendaan bergerak/moevable, maka benda jaminan harus diserahkan

    dan dikuasai oleh Kreditur. Dengan terpenuhinya syarat yang demikian itu maka jaminan menjadi

    efektif/mengikat.

  • 77

    depositonya sendiri belum ada17 dan seharusnya tanggal deposito adalah lebih awal

    dari tanggal Surat Kuasa Pencairan dan Surat gadai.

    Menurut JPU, Surat Gadai atas Deposito milik Ongkowardojo dan

    Misbakhun adalah surat gadai seolah-olah. Seolah-olah menyerahkan deposito

    sebesar USD 4,500,000.00,- kepada Wangsadinata dan Kirana, namun dana

    jaminan belum ada. Walaupun deposito belum ada tetapi oleh Wangsadinata dan

    Kirana seakan-akan menerima sebagaimana dalam Surat Gadai Atas Deposito

    tanggal 22 November 2007 yang ditandatangani oleh Ongkowardojo dan

    Misbakhun sebagai pihak yang menggadaikan/menyerahkan dan Wangsadinata dan

    Kirana sebagai pihak penerima gadai.

    Pada tanggal 23 November 2007 Direktur PT. SPI (selaku Buyer) telah

    menandatangani Kontrak Perdagangan (Sales Contract) dengan Grains and

    Industrial Products Trading Pte., Ltd., (selaku Seller) No. GRIP S07-4955-1807,

    Pada saat penandatanganan Kontrak Perdagangan tersebut Direktur SPI tidak

    bertemu dengan pihak penjual (Grains and Industrial Products Pte., Ltd.,). Dari sini

    saja sudah jelas menunjukkan bahwa ada yang tidak beres. Dalam perdagangan

    internasional, tanggal jual-beli (Sales Contract) harus lebih tua daripada tanggal

    pembukaan L/C.

    17 Maksudnya uang sebesar 4,500.000,00,- Dolar Amerika tersebut belum ada. Dana yang ada pada saat deposito diserahkan adalah baru USD 1.826.250,00,-.

  • 78

    Menurut JPU berdasarkan dokumen bill of lading (BL)18 tertanggal 25

    Oktober 200719, tidak terdapat identitas PT. SPI namun yang ada justeru PT. Trans

    Pasific Petrochemical Indotama selaku notify party20 sehingga tidak terkait dengan

    L/C yang dibuka oleh PT. SPI.

    Pada tanggal 27 November 2007 telah dilakukan pembukaan deposito No.

    VB.022598 sebesar USD 4,500,000.00,- ditandatangani debitur dan disahkan oleh

    pejabat Bank Century. Pembukaan deposito tersebut dilakukan setelah mendebet

    dana rekening PT. SPI di Bank Century, setelah Deposito tersebut dibuat

    selanjutnya oleh petugas Bagian Deposito diserahkan kepada Bagian Kredit Cabang

    KPO untuk kelengkapan persyaratan jaminan PT. SPI dan disatukan filenya dengan

    surat Gadai dan Surat kuasa untuk mencairkan Deposito. Memo dari Bagian Kredit

    Cabang KPO kepada bagian Deposito No: LCSNY/KPOI SPI IXI I07 tanggal 27

    November 2007 yang menyatakan deposito No. VB.022598 diblokir karena

    menjadi jaminan UC yang ditandatangani oleh Pimpinan KPO Wangsadinata dan

    Kabag Exim Bank Century Nofi.

    18 Tidak mungkin dalam logika hukum perdagangan internasional ada tanggal pengiriman barang 25/10/2007 lebih dahulu dari tanggal penandatanganan sales contract 23 November 2007. Dari

    sudut ini saja Penulis berpendapat bahwa tidak ada perdagangan internasional tetapi tindak pidana.

    Pada titik ini maka benar apa yang dikatakan Penulis pada catatan kaki no. 3 Bab ini bahwa Ongko

    & Misbakhun telah dihukum.

    19 Suatu keanehan—kalau tidak mau dikatakan penipuan—yang luar biasa. Tidak mungkin ada tanggal B/L yang lebih duluan daripada tanggal perjanjian jual-beli. Sehingga, apabila hal ini ditilik

    dari sudut hukum perdagangan internasional, jual-beli itu terjadi antara PT. Trans Pasific

    Petrochemical Indotama dan Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd., di singapura. Bukan

    jual-beli antara Pt. SPI dan Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd.

    20 Penulis berpendapat bahwa jual-beli sebetulnya terjadi antara PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama dan Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd. Namun dari sudut (perspektif)

    penyelesaian sengketa) sayangnya JPU tidak menghadirkan pihak ini dalam sidang tersebut.

  • 79

    Pada tanggal 29 November 2007 sesuai dengan Surat Akseptasi yang

    dilakukan oleh Bank Century kepada National Commercial Bank, Jeddah maka

    pihak beneficiary yaitu Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd., Singapore

    dapat melakukan diskonto wesel untuk mendapatkan pembayaran dari negotiating

    bank21. Dengan adanya surat tersebut maka pihak penjual dapat melakukan

    penarikan dana sebanyak USD 22,500,000.0022.

    Dalam dakwaan JPU dinyatakan bahwa proses pengajuan permohonan

    Usance L/C PT. SPI pada awalnya adalah tidak ada permohonan kredit dari debitur,

    tidak dilakukan survey dan juga berdasarkan catatan/buku ekspedisi pengantar

    dokumen milik Kantor Pusat Operasional (KPO) Senayan menunjukkan bahwa

    dokumen MAK disampaikan setelah fasilitas L/C dicairkan dan dibuat belakangan

    (back date). Dan, pada tanggal 22 November 2007 telah dilakukan pengikatan

    jaminan gadai deposito dan penyerahan surat kuasa atas jaminan deposito sebesar

    USD 4,500,000.00. Padahal berdasarkan dokumen pembukaan deposito diketahui

    bahwa sebenarnya deposito baru dibuka tanggal 27 November 2007. Berdasarkan

    dokumen bill of lading (BL)23 tertanggal 25 Oktober 2007, tidak terdapat identitas

    21 Negotiating Bank dimaksud yaitu National Commercial Bank Jeddah. 22 Tidak mungkin dalam suatu perdagangan internasonal yang pembayarannya dilakukan dengan L/C dilakukan setelah sudah ada B/L. Mestinya, B/L bisa terbit atas nama PT. Trans Pasific

    Petrochemical Indotama, setelah ada pembayaran kepada Grains and Industrial Products Trading

    Pte., Ltd. Sayangnya pada penyelesaian kasus tersebut di atas pihak-pihak itu tidak dapat dihadirkan

    di persidangan.

    23 Keterangan ini bertambah aneh, sebab dalam Perdagangan internasional tidak mungkin ada keterangan seperti pembukaan deposito dalam suatu B/L.

  • 80

    PT. SPI namun yang ada justru PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama selaku

    notify party, sehingga tidak terkait dengan L/C yang dibuka oleh PT. SPI.24

    Terhadap permohonan fasilitas kredit yang diajukan oleh PT. SPI tidak

    dilakukan survey atau kunjungan secara langsung serta semua syarat/proses

    pemberian kredit hanya formalitas sehingga jelas tidak sesuai dengan prosedur dan

    kenyataan demikian dakwaan JPU. Menurut JPU, tidak dilakukan pencatatan dalam

    laporan maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi

    dalam pembukuan atau dalam laporan proses kredit sehingga Bank Century

    mengalami kerugian atau kredit macet atau mengalami likuditas Bank. Lagi

    menurut JPU, setidak-tidaknya dalam pemberian kredit tersebut di atas tidak

    dilakukan analisa kredit prospek usaha kinerja serta kemampuan membayar debitur

    sehingga menyebabkan kredit macet25.

    Dalam dakwaannya JPU berkesimpulan bahwa perbuatan sebagaimana

    diuraikan di atas diatur dan diancam dengan pidana yang pertama, sebagaimana

    diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) Undang- Undang No. 10 tahun 1998 j.o.

    Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUH Pidana.

    Dalam dakwaannya yang kedua JPU kembali menegaskan bahwa

    Ongkowardojo dan Misbakhun baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Tantular,

    Hasan,Wangsadinata dan Kirana pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 27

    November 2007 atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang tidak dapat dipastikan

    24 Yang Penulis pahami dengan tidak terkait adalah bahwa sebetulnya PT. SPI tidak pernah melakukan jual-beli internasional dengan Grains and Industrial Products Trading Pte., Ltd. 25 Dalam pandangan Penulis, sebetulnya tidak ada jual-beli Internasional antara PT. SPI dan pihak luar negeri. Demikian pula tak ada L/C. Namun yang terjadi sesungguhnya adalah perjanjian kredit

    biasa.

  • 81

    pada tahun 2007 bertempat Bank Century Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya pada

    suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta

    Pusat, sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan perbuatan, dengan

    sengaja memakai surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk

    diedarkan yang isinya tidak sejati atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan tidak

    dipalsu dan pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian. Perbuatan mana

    menurut JPU, dilakukan dengan cara-cara antara lain sama persis dengan yang telah

    diuraikan Penulis untuk perbuatan pidana yang pertama di atas. Kecuali, untuk

    dakwaan kedua perbedaannya terletak pada tambahan fakta bahwa Ongkowardojo

    dan Misbakhun dalam gadai atas deposito berjangka tanggal 22 November 2009

    menerangkan sebagai pemilik sah dari deposito berjangka dengan nominal USD

    4,500,000.00,- begitu juga pada Surat Kuasa yang ditandatangani pada tanggal 22

    November 2007 Ongkowardojo dan Misbakhun menerangkan/mengaku sebagai

    pemilik sah dari bilyet deposito berjangka dengan nominal USD 4,500,000.00,- dan

    telah dilakukan pengikatan jaminan gadai deposito dan penyerahan surat kuasa atas

    jaminan deposito sebesar USD 4,500,000.00. Padahal berdasarkan dokumen

    pembukaan deposito diketahui bahwa sebenarnya deposito baru dibuka tanggal 27

    November 2007. Pengikatan jaminan deposito milik Ongkowardojo dan

    Misbakhun dilakukan terlebih dahulu, sementara menurut dakwaan JPU,

    depositonya sendiri belum ada. Selanjutnya dalam dakwaan kedua JPU juga

    mengatakan bahwa seharusnya tanggal deposito adalah lebih awal dari tanggal

    Surat Kuasa Pencairan dan Surat gadai. Ongkowardojo dan Misbakhun selaku

    pemilik sah deposito seolah-olah menyerahkan deposito sebesar USD

  • 82

    4,500,000.00,- kepada Wangsadinata dan Kirana dan walaupun deposito belum ada

    tetapi oleh Wangsadinata dan Kirana deposito seakan-akan diterima sebagaimana

    dalam Surat Gadai Atas Deposito tanggal 22 November 2007 yang ditandatangani

    oleh Ongkowardojo dan Misbakhun sebagai pihak yang

    menggadaikan/menyerahkan dan Wangsadinata juga Kirana sebagai pihak

    penerima gadai. Menurut JPU, jika tanpa adanya Surat Gadai Deposito dan Surat

    Kuasa Pencairan Deposito maka permohonan fasilitas L/C tidak memenuhi syarat

    dan tidak dapat diproses. Kemudian , JPU menambahkan bahwa terhadap

    permohonan fasilitas kredit yang diajukan oleh Wangsadinata dan Kirana PT. SPI

    yang tidak sesuai dengan prosedur dan kenyataan, menyebabkan Bank Century

    mengalami kerugian atau kredit Macet atau mengalami likuiditas Bank. Perbuatan

    Ongkowardojo dan Misbakhun yang kedua tersebut diatur dan diancam dengan

    pidana dalam Pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUH Pidana.

    Jaksa Penuntut Umum juga memberikan alternatif dakwaan dengan fakta

    yang sama persis dengan yang telah diuraikan dalam modus operandi yang pertama,

    kecuali terhadap permohonan fasilitas kredit yang diajukan oleh Ongkowardojo dan

    Misbakhun, (PT. SPI) yang tidak sesuai dengan prosedur dan kenyataan,

    menyebabkan Bank Century mengalami kerugian atau kredit macet atau mengalami

    likuiditas Bank. Menurut kesimpulan JPU Perbuatan Ongko dan Misbakhun diatur

    dan diancam dengan pidana yang kedua sebagaimana tertera dalam Pasal 263 Ayat

    (1) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUH Pidana .

    Dakwaan JPU pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat tanggal 13 Oktober

    2010 di atas disertai dengan permintaan kepada Majelis Hakim untuk menyatakan

  • 83

    Ongkowardojo dan Misbakhun terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan

    tindak pidana secara bersama-sama, dalam hal ini melakukan tindak Pidana

    Perbankan26 yaitu melanggar Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998

    tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan jo. Pasal 55 Ayat

    (1) ke- 1 KUHP. Majelis Hakim kemudian oleh JPU juga dimintai untuk

    menjatuhkan pidana terhadap Ongkowardojo dan Misbakhun dengan pidana

    penjara masing-masing selama: 8 (delapan) tahun, dikurangi selama mereka berada

    dalam tahanan. Hakim juga memeritah mereka untuk tetap ditahan dan membayar

    denda masing-masing sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah),

    Subsidair: 6 (enam) bulan kurungan.

    Dalam Amar Putusan yang diambil alih dalam Putusan 599 itu JPU juga

    meminta kepada Majelis Hakim yang mengadili Perkara itu agar barang bukti disita

    Ongkowardojo berupa: (a) Print out rekening Koran PT. S PI No. Rekening: 1022-

    103666-011/1022-0000857254-001 bulan November 2007 dan November 2008;

    (b) Akta Notaris Tanggerang tentang pernyataan Keputusan Rapat PT. SPI

    berkedudukan di Jakarta ditambah dengan barang bukti yang disita dari Misbakhun

    berupa dokumen PT. SPI: (a) Surat PT. Selalang Prima Internasional tanggal 29

    Oktober 2007 perihal Permohonan Fasilitas L/C yang ditandatangani oleh

    Ongkowardojo; (b) Memorandum Analisa Kredit (MAK) No. FPK:

    146/B/LC/SPI/KPO/XI/07 tanggal 29 Oktober 2007 ditandatangani oleh Novita

    Eva Linda, Nofi dan Wangsadinata; (c) Formulir Persetujuan Kredit (FPK) No.

    26 Menurut Penulis, hal inilah yang menyebabkan Mahkamah Agung RI mengkategorikan perkara di atas ke dalam perkara pidana khusus (pidana perbankan).

  • 84

    FPK: 146/B LC/SPI/KPO/WILAYAH-3, FPK Pinjaman Kelompok Usaha

    (Group), FPK Dokumentasi Kredit, FPK Dokumentasi Agunan, FPK Rekomendasi

    Usulan Kredit, FPK Rekomendasi Komite Kredit; (d) Akta Perjanjian Pemberian

    Fasilitas Usance L/C no. 146 tanggal 22 November 2007, Notaris Buntario Tigris

    Darmawano, SH., SE., MH; (e) Surat Bank Century tanggal 19 November 2007

    yang ditujukan kepada PT. PT. SPI, perihal persetujuan pemberian fasilitas L/C

    yang ditandatangani oleh Hasan dan Hamidy, SE (Wakil Dirut); (f) Analisa Aspek

    legal tanggal 22 November 2007; (g) Foto Pengikatan Kredit tanggal 22 November

    2007 (2 lembar); (h) Gadai Deposito Berjangka No.VB 022598 senilai USD

    4.500,000 ,00,- tanggal 22 November 2007; (i) Surat Kuasa kepada Bank Century,

    tertanggal 22 November 2007 yang ditandatangani oleh Ongkowardojo dan

    Misbakhun dan Surat Kuasa Pendebetan Rekening untuk pembayaran L/C; (j)

    Bilyet Deposito Valas No. VB 022598 atas nama PT. SPI jangka waktu 27/11/07-

    27/12107; (k) Memo dari Bagian Kredit kepada Bagian Deposito Nomor: /C-

    SNY/KPO/SPI IXI I 07 yang berisi deposito atas nama PT. SPI, Bilyet Nomor:

    VB022598 nominal USD 4.500,000,00,- tanggal 27 November 2007 yang

    ditandatangani oleh Wangsadinata dan Nofi; (l) Sales Contract No. GRIP S07-

    4955-1807 tanggal 27 November 2007 dengan Lampiran Appendix 1; (m)

    Permintaan pembukaan L/C Import tanggal 27 November 2007 atas nama PT. SPI;

    (n) Draft Letter of Credit (UC) dan Letter of Credit (L/C) No. 0950020474 LC07B

    senilai USD 22,499,964,63; (o) Surat dari The Bank of New York No. 02051852

    tanggal 29 November 2007 Perihal Pengiriman dokumen, dengan lampiran

    Commercial Invoice tanggal 28 November 2007 No. GRIP: 507-4955-1807-0856,

  • 85

    Beneficiary' s Certificate tanggal 28 November 2007, Bill of Lading atas nama

    PETRONAS dari Pelabuhan Bintulu Crude Oil Terminal Malaysia ke Tanjung

    Awar Awar Tuban, Indonesia. Wessel No. GRIP 507- 4955 1807-1807 sebesar

    USD 22.499,964,63 ; (p) Surat Bank Century No. 839 tanggal 28 November 2007

    kepada PT. SPI Perihal Pemberitahuan tentang tibanya dokumen dan adanya

    penyimpangan atas syarat UC & Security Cheking of Documents; (q) Surat

    Akseptasi atas nama PT. SPI atas transaksi L/C No. 0950020474LC07B; (r) SWIFT

    MT799- Advice of Acceptance; (s) Instruksi Pembayaran UC kepada Bagian Exim

    KPNO dan Exim KPO Senayan dan List of Payment tanggal 18 November 2008;

    (t) Memo Persetujuan Break Deposito tanggal 19 November 2008 untuk pelunasan

    L/C dari Divisi Legal kepada Direktur; (u) Massage Identifier MT7 40; (v) Akta

    No. 145 Berita Acara PT. SPI yang dibuat oleh Notaris Buntario Tigris, SE., SH.,

    MH., tanggal 22 November 2007; (w) Akta Pendirian PT. SPI No. 03 tanggal 2

    November 1999; (x) the Financial Statement of PT. SPI for the period ended

    November 30, 2009; (y) Laporan Auditor Independent PT. SPI periode 1 Januari

    2009 sampai 31 Agustus 2009 (No. 067/AK-LAP/1009, 30 Juni 2009) dan 31

    Desember 2008 (No. 065/AKLAP/1009), 31 Desember 2008, 2007 (No. 064/AK

    LAP/09(9) kesemuanya diperintahkan oleh Majelis Hakim untuk dikembalikan

    kepada BARESKRIM MABES POLRI supaya dapat digunakan dalam perkara lain.

    Sedangkan untuk barang bukti yang disita dari Indra Prahara berupa: (a)

    Fotocopy legalisir Pemberitahuan Pengangkutan Barang Import/Eksport dari satu

    tempat ke tempat lain dalam Pengawasan Pabean; (b) Foto copy legalisir Bill of

    Lading tanggal 25 Oktober 2007; (c) Foto copy legalisir Manifest; (d) Packing List

  • 86

    No. PU2007/10- 070 dari Java Energy Resources (Pte) Limited; (e) Shipping

    Invoice No. 070/X- 2007 oleh JPU dimintakan dari Majelis Hakim PN supaya tetap

    terlampir dalam berkas perkara.

    Pengadilan Negeri juga menetapkan dalam Amar Putusannya supaya

    Ongkowardojo dan Misbakhun dibebani biaya perkara masing-masing sebesar dua

    ribu rupiah.

    Perlu Penulis gambarkan di sini bahwa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

    Pusat yang bernomor register 995/Pid.B/2010/PN. Jkt. Pst. tanggal 02 November

    2010, Amar lengkapnya adalah Menyatakan Ongkowardojo dan Misbakhun telah

    terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “membuat

    surat palsu”; Menjatuhkan pidana terhadap Ongkowardojo dan Misbakhun masing-

    masing dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun; Menetapkan lamanya

    Ongkowardojo dan Misbakhun dalam tahanan akan dikurangkan seluruhnya dari

    pidana penjara yang dijatuhkan kepada Para Terdakwa tersebut. Memerintahkan

    para Terdakwa tetap berada dalam tahanan; Menyatakan barang bukti yang disita

    dari Ongkowardojo, juga dari Misbakhun yang telah dikemukakan oleh Penulis di

    atas (a-y) dikembalikan kepada Bareskrim Mabes Polri untuk digunakan dalam

    perkara lain. Sedangkan barang bukti disita dari Indra Prahara tetap terlampir dalam

    berkas perkara. Majelis Hakim juga membebankan Ongkowardojo dan Misbakhun

    membayar biaya perkara masing-masing sebesar dua ribu rupiah.

  • 87

    3.1.2. Penyelesaian Perkara Misbakhun di Pengadilan Tinggi

    Stori tentang perkara Misbakhun seperti telah dikemukakan di atas tidak

    hanya berhenti di Pengadilan Negeri. Perkara Misbakhun dilanjutkan ke tingkat

    banding dengan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 414/Pid/2010/PT.DKI.

    tanggal 17 Januari 2011 yang Amar lengkapnya menerima permintaan banding dari

    Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat, Ongkowardojo dan

    Misbakhun.

    Pengadilan Tinggi menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

    tersebut di atas dengan mengubah lamanya pidana yang dijatuhkan kepada para

    terdakwa. Amar lengkap Putusan Banding tersebut adalah bahwa Ongkowardojo

    dan Misbakhun dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

    tindak pidana “membuat surat palsu”; Menjatuhkan pidana terhadap Ongko dan

    Misbakhun masing- masing dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

    Menetapkan lamanya para terdakwa dalam penangkapan dan penahanan

    dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan kepada Para Terdakwa

    tersebut. Memerintahkan para Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

    Dalam amar Putusan PT tersebut juga tercantum hal yang sama mengenai

    barang bukti yang disita baik dari Ongkowardojo maupun barang bukti yang disita

    dari Misbakhun sebagaimana sudah diuraikan di atas (a-y) dikembalikan kepada

    Bareskrim Mabes Polri untuk dipergunakan dalam perkara lain.

    Selanjutnya PT juga memutus sama dengan PN yaitu barang bukti disita

    dari Indra Prahara yang sama dengan apa yang telah diuraikan di atas tetap terlampir

    dalam berkas perkara.

  • 88

    Sama dengan Putusan PN, Pengadilan Tinggi membebankan kepada Ongko

    dan Misbakhun untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat pengadilan,

    yang dalam tingkat banding masing-masing sebesar dua ribu rupiah.

    3.1.3. Penyelesaian Perkara Misbakhun di Tingkat Kasasi

    Dalam tingkat Kasasi Mahkamah Agung mempertimbangkan mengingat

    akan akta tentang permohonan kasasi No. 05/Akta.Pid/2011/PN.Jkt.Pst. yang

    dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menerangkan,

    bahwa pada tanggal 04 Februari 2011 JPU pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat

    mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut dan

    mengingat pula akan akta tentang permohonan kasasi No.

    05/Akta.Pid/2011/PN.Jkt.Pst. yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri

    Jakarta Pusat yang menerangkan, bahwa pada tanggal 08 Februari 2011 para

    Terdakwa mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi

    tersebut.

    Maka memperhatikan memori kasasi tanggal 16 Februari 2011 dari JPU

    sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta

    Pusat pada tanggal 16 Februari 2011 serta memperhatikan pula memori kasasi

    tanggal 18 Februari 2011 dari kuasa Ongko dan Misbakhun yang diajukan untuk

    dan atas nama mereka juga sebagai Pemohon Kasasi tersebut berdasarkan surat

    kuasa khusus bertanggal 01 Februari 2011 memori kasasi mana telah diterima

    dikepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 18 Februari 2011 dan

    setelah Mahkamah Agung membaca surat-surat yang bersangkutan menimbang,

  • 89

    bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahukan kepada JPU pada

    tanggal 01 Februari 2011 dan Jaksa/Penuntut Umum mengajukan permohonan

    kasasi pada tanggal 04 Februari 2011 serta memori kasasinya telah diterima di

    kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 16 Februari 2011,

    dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah

    diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh

    karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima.

    Mahkamah Agung juga mempertimbangkan bahwa putusan Pengadilan

    Tinggi tersebut telah diberitahukan kepada Ongko dan misbakhun pada tanggal 18

    Februari 2011 dan mereka mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 08

    Februari 2011 serta memori kasasinya telah diterima di kepaniteraan Pengadilan

    Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 18 Februari 2011, dengan demikian permohonan

    kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan

    dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut

    formal dapat diterima.

    3.1.3.1. Dalil-dalil Kasasi JPU

    Alasan-alasan JPU, Ongko dan Misbakhun mengajukan Kasasi adalah

    menurut JPU, Pengadilan Tinggi j.o. Putusan Pengadilan Negeri, tidak sesuai

    dengan ketentuan Pasal 197 Ayat (1) UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

    Pertama, Pasal Peraturan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal

    peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari Putusan, disertai

  • 90

    dengan keadaan yang memberatkan dan meringankan Ongko dan Misbakhun (Pasal

    197 Ayat (1) huruf (f) UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP).

    Menurut dalil kasasi JPU, dalam putusan Pengadilan Negeri, Majelis Hakim

    pada pokoknya berpendapat bahwa dakwaan pertama melanggar Pasal 49 Ayat (1)

    huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992

    tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-l KUHP tidak terbukti karena: (a)

    Pasa149 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.

    7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP, pelaku Tindak

    Pidana sudah ditetapkan secara limitatif yaitu: Anggota Dewan Komisaris, Direksi

    atau Pegawai Bank. Sedangkan menurut Majelis Hakim Banding, Ongko dan

    Misbakhun tidak termasuk dalam kategori tersebut (pegawai bank). Sehingga

    menurut Majelis Hakim Banding, tidak tepat apabila diterapkan pasal tersebut

    kepada Ongko dan Misbakhun. Dalil JPU itu didukung oleh saksi ahli WINARNI,

    SH., M.Hum yang berpendapat bahwa Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun

    1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan adalah tindak

    pidana dengan pelaku secara spesifik, yaitu hanya berlaku bagi Anggota Dewan

    Komisaris, Direksi atau Pegawai Bank. Menurut keterangan ahli tersebut, pelaku

    Kejahatan Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pegawai Bank dalam Pasal 49

    ini adalah Internal Bank. Kalau ada pegawai Bank berkonspirasi dengan pihak di

    luar bank melakukan Tindak Pidana, maka Pegawai Bank dikenakan undang-

    undang Perbankan sedangkan orang luar bank tunduk pada KUHP27.

    27 Vide Putusan Halaman 84.

  • 91

    Majelis hakim dalam perkara a quo berpendapat bahwa dakwaan kedua

    Pasal 264 Ayat (2) j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- I KUHPidana ditujukan pada perbuatan

    pemalsuan atau memalsukan surat. Sedangkan Majelis berpendapat bahwa

    berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan lebih tepat apabila kepada

    Terdakwa didakwakan dakwaan ketiga yaitu membuat surat palsu yang

    pengertiannya berbeda dengan pemalsuan atau memalsukan surat (Pasal 264

    KUHP)28.

    Majelis Hakim dalam perkara a quo baik dalam putusan tingkat pertama

    maupun dalam putusan tingkat banding telah menyatakan Dakwaan Pertama

    melanggar Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan

    atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-l KUHPidana

    maupun Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-l KUHPidana

    hanya mendasarkan kepada pendapat ahli dan pendapat subyektif Majelis Hakim

    tanpa mendasarkan pada pertimbangan hukum terhadap unsur-unsur

    Perbuatan/Bestandelen dalam Dakwaan Pertama maupun Dakwaan Kedua.

    Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan ternyata terbukti bahwa

    Ongkowardojo baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Tantular, Hasan,

    Wangsadinata dan Kirana pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 27

    November 2007 bertempat di Bank Century dengan sengaja membuat atau

    menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam laporan,

    maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau

    rekening suatu bank dengan cara proses pengajuan permohonan Usance L/C PT.

    28 Vide putusan PN. Jakarta Pusat, hal. 84-85.

  • 92

    SPI pada awalnya adalah tidak ada permohonan kredit dari debitur, tidak dilakukan

    survey dan juga berdasarkan catatan/buku ekspedisi pengantar dokumen milik KPO

    Senayan menunjukkan bahwa dokumen MAK disampaikan setelah fasilitas L/C

    dicairkan dan dibuat belakangan (back date) dan pada tanggal 22 November 2007

    telah dilakukan pengikatan jaminan gadai deposito dan penyerahan surat kuasa atas

    jaminan deposito sebesar USD 4,500,000.00,- Padahal, berdasarkan dokumen

    pembukaan deposito diketahui bahwa sebenarnya deposito baru dibuka tanggal 27

    November 2007 berdasarkan dokumen bill of lading (BL) tertanggal 25 Oktober

    2007, tidak terdapat identitas PT. SPI namun yang ada justru PT. Trans Pasific

    Petrochemical Indotama selaku notify party, sehingga tidak terkait29 dengan L/C

    yang dibuka oleh PT. SPI. Menurut dalil kasasi JPU Ongkowardojo dan Misbakhun

    memenuhi unsur perbuatan dalam Dakwaan Pertama melanggar Pasal 49 Ayat (1)

    huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992

    tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHPidana.

    Kedua, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi j.o. Putusan Pengadilan Negeri

    yang memeriksa dan mengadili perkara ini juga belum mempertimbangkan secara

    seksama dan mendalam tentang hal-hal yang memberatkan Ongkowardojo selaku

    Direktur PT. SPI dan Misbakhun selaku Komisaris PT. SPI yang baik sendiri-

    sendiri atau bersama-sama Tantular, Hasan, Wangsadinata dan Kirana. Kenyataan

    yang terjadi di dalam masyarakat (niotoirfeiten). Dalam dalil Kasasinya JPU

    menyatakan bahwa hal-hal memberatkan yang harus dipertimbangkan oleh Majelis

    Hakim adalah perbuatan Ongkowardojo dan Misbakhun baik sendiri-sendiri atau

    29 Lihat catatan kaki no.6, supra. (lht kmbl krn ada penambahan cttn kaki)

  • 93

    bersama-sama Tantular, Hasan,Wangsadinata dan Kirana telah menyebabkan

    dana/uang Bank Century mengalir ke PT. SPI sebesar US$ 4,500.000,00,- dan

    keseluruhan uang keluar dari Bank Century total sebesar Rp. 181.306.440.000

    (seratus delapan puluh satu milyar tiga ratus enam juta empat ratus empat puluh juta

    rupiah ) pada saat Bank Century mengalami masalah likuiditas.30

    Akibat perbuatan Ongkowardojo selaku Direktur PT. SPI dan Misbakhun

    selaku Komisaris PT. SPI baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Tantular, Hasan,

    Wangsadinata dan Kirana menyebabkan Bank Century gagal bayar dan Pemerintah

    harus mengeluarkan dana talangan yang sangat besar sejumlah Rp. 6,7 Trilyun

    untuk menyehatkan kembali PT. Bank Century Tbk.31

    Perbuatan Ongkowardojo dan Misbakhun baik sendiri-sendiri atau

    bersama-sama Tantular, Hasan,Wangsadinata dan Kirana telah menimbulkan

    dampak negatif yang sangat luas di masyarakat, seperti gejolak dan kemarahan

    yang berkepanjangan dari masyarakat dan para pemilik dana simpanan yang

    berjumlah lebih kecil, yang hak-haknya diabaikan dan dirugikan oleh Bank

    Century.32

    30 Seharusnya, apabila para JPU dan para Majelis Hakim sedikit lebih mempunyai background hukum perdagangan internasional yang memadai, maka mereka dapat mengarahkan pemalsuan

    bukan pada point deposito berjangkanya namun pada documentary credit/kredit berdokumen.

    31 Perlu Penulis kemukakan di sini bahwa skandal keuangan dalam kasus yang bersangkutan ada kaitan dengan korupsi atau penyalahgunaan wewenang oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang

    mungkin saja menggunakan dana century untuk membeli suara dalam pemilu 2009?

    32 Skandal mencuri yang terendus dengan modus operandi tersebut dalam dokumen JPU di atas bukan hanya merugikan negara, namun banyak nasabah. Mencuri untuk berlaga dalam pemilu untuk

    menggapai kekuasaan? Sungguh suatu tindakan kontra produktif bagi peradaban demokrasi bagi

    bangsa-bangsa merdeka dan beradab.

  • 94

    Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan ternyata benar bahwa

    Ongkowardojo dan Misbakhun baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Tantular,

    Hasan, Wangsadinata dan Kirana pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan 27

    November 2007 bertempat di Bank Century, yang beralamat di Gedung Sentral

    Senayan I Lt. 16, Jl. Asia Afrika No. 8, kode pos 10270 Jakarta Pusat, dengan

    sengaja membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan

    atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan

    transaksi atau rekening suatu Bank dengan cara proses pengajuan permohonan

    Usance L/C PT. SPI pada awalnya adalah tidak ada permohonan kredit dari debitur,

    tidak dilakukan survey dan juga didasarkan catatan/buku ekspedisi pengantar

    dokumen milik KPO Senayan menunjukkan bahwa dokumen MAK disampaikan

    setelah fasilitas L/C dicairkan dan dibuat belakangan (back date) dan pada tanggal

    22 November 2007 telah dilakukan pengikatan jaminan gadai deposito dan

    penyerahan surat kuasa atas jaminan deposito dan USD 4,500,000.00,- padahal

    berdasarkan dokumen pembukaan deposito diketahui bahwa sebenarnya deposito

    baru dibuka tanggal 27 November 2007 berdasarkan dokumen bill of lading (BL)

    tertanggal 25 Oktober 2007, tidak terdapat identitas PT. SPI namun yang ada justru

    PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama selaku notify party, sehingga tidak

    terkait33 dengan L/C yang dibuka oIeh PT. SPI.

    Menurut dalil Kasasi JPU, berdasarkan Ketentuan Pasal 197 Ayat (2) UU

    No.8 tahun 1981 tentang KUHAP, tidak terpenuhinya Ketentuan dalam Ayat (1)

    (a), (b), (c), (d), (e), (f), (g), (h), (i), (j), (k), dan (l) Pasal ini mengakibatkan Putusan

    33 Lihat catatan kaki no. 6. (perhtikn ada prbhn cttn kaki)

  • 95

    batal demi hukum. Sehingga putusan Pengadilan Tinggi j.o. Putusan Pengadilan

    Negeri atas nama Ongkowardojo dan Misbakhun batal demi hukum (null and void).

    Berdasarkan Surat Dakwaan JPU, khususnya Dakwaan Pertama melanggar

    Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang pembahan atas UU No.

    7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHPidana maupun

    Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHPidana dan

    fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan keterangan saksi-saksi,

    keterangan Terdakwa, alat bukti surat dan alat bukti petunjuk ternyata benar bahwa

    Ongkowardojo selaku Direktur PT. SPI dan Misbakhun selaku Komisaris PT. SPI

    baik sendiri-sendiri atau bersama-sama Robert Tantular, Hermanus Hasan Muslim

    selaku Direktur Utama merangkap sebagai Direktur Kredit PT. Bank Century, Tbk.,

    Linda Wangsadinata sebagai Pimpinan Kantor Pusat Operasi (KPO) PT. Bank

    Century, Tbk., Cabang Senayan dan Arga Tirta Kirana sebagai Kepala Devisi Legal

    Coorporate PT. Bank Century, Tbk., pada tanggal 29 Oktober 2007 sampai dengan

    27 November 2007 bertempat di PT. Bank Century Tbk., yang beralamat di Gedung

    Sentral Senayan I Lt. 16, Jl. Asia Afrika No. 8, kode pos 10270, Jakarta Pusat,

    dengan sengaja membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam

    pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan

    usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank dengan cara proses pengajuan

    permohonan Usance L/C PT. SPI pada awalnya adalah tidak ada permohonan kredit

    dari debitur, tidak dilakukan survey dan juga berdasarkan catatan/buku ekspedisi

    pengantar dokumen milik KPO Senayan menunjukkan bahwa dokumen MAK

    disampaikan setelah fasilitas L/C dicairkan dan dibuat belakangan (back date) dan

  • 96

    pada tanggal 22 November 2007 telah dilakukan pengikatan jaminan gadai deposito

    dan penyerahan surat kuasa atas jaminan deposito sebesar USD 4,500,000.00,-

    padahal berdasarkan dokumen pembukaan deposito diketahui bahwa sebenarnya

    deposito baru dibuka tanggal 27 November 2007 berdasarkan dokumen bill of

    lading (BL) tertanggal 25 Oktober 2007, tidak terdapat identitas PT. SPI namun

    yang ada justru PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama selaku notify party,

    sehingga tidak terkait dengan L/C yang dibuka oleh PT. SPI. Menurut kesimpulan

    dalil Kasasi JPU, perbuatan Ongkowarojo dan Misbakhun memenuhi unsur

    perbuatan dalam Dakwaan Pertama melanggar Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No.

    10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o.

    Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHPidana.

    Dalam pandangan JPU, pertimbangan Majelis Hakim Banding berpendapat

    bahwa Dakwaan Pertama melanggar Pasal 49 Ayat huruf (a) UU No. 10 tahun 1998

    tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-

    l KUHPidana tidak terbukti yang hanya mengandalkan satu alat bukti yaitu

    keterangan Ahli34 yang bahwa Ongko dan Misbakhun tidak dapat dikenakan Pasal

    49 Ayat (1) huruf (a) No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun

    1992 tentang j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHPidana karena bukan karyawan Bank

    Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHPidana hanya

    didasarkan kepada pendapat subjektif Majelis Hakim baik tingkat pertama maupun

    tingkat banding yang berpendapat bahwa perbuatan mereka seperti itu tepat

    dikenakan Dakwaan Ketiga. Dalam dalil Kasasinya JPU menyayangkan jika

    34 Lihat catatan kaki pada hal. 113 no 11. (lht ulang)

  • 97

    Majelis Hakim banding tidak menguraikan unsur perbuatan mana yang tidak

    terbukti dalam Dakwaan Pertama maupun Dakwaan Kedua mengabaikan fakta

    perbuatan yang terjadi yang dilakukan oleh Ongko dan Misbakhun, sehingga

    putusan akhir yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim baik dalam tingkat maupun

    dalam tingkat banding khususnya dalam Dakwaan Pertama atau Kedua tersebut

    Tidak terbukti secara hukum, seharusnya lepas dari segala tuntutan hukum.

    Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, JPU menilai bahwa Majelis Hakim

    Pengadilan Negeri Jakarta yang memeriksa dan mengadili perkara ini telah salah.

    Majelis Hakim tidak menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidak

    sebagaimana mestinya Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang

    perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke-

    l KUHP, yang sudah ditetapkan secara limitatif yaitu Anggota Dewan Komisaris,

    Direksi atau Pegawai bank.

    Pendapat Majelis Hakim baik dalam tingkat pertama maupun tingkat

    banding tersebut hanya didasarkan kepada Pendapat ahli35 dan bukan didasarkan

    kepada fakta yang terungkap di persidangan dimana mereka Ongkowardojo dan

    Misbakhun sebagai Komisaris dan Direktur PT. SPI mengajukan fasilitas usance

    L/C untuk import bintulu kondensat, sementara dari awal mengetahui bahwa PT.

    SPI tidak mempunyai ijin sebagai perusahaan yang dapat mengimport bintulu

    kondensat36. Tidak itu saja, karena dari awal sudah mempunyai iktikad tidak baik

    kemudian diikuti dengan kebohongan-kebohongan yang lain yaitu: Ongko dan

    35 Lihat lagi catatan kaki hal. 120 & 113. (cek ulang) 36 Perhatikan catatan kaki Penulis di hal 116 Bab ini, supra. (cek ulg)

  • 98

    Misbakhun mengatakan sebagai pemilik dari deposito uang US$ 4.500.000,- dan

    menandatangani surat perjanjian Gadai Deposito serta surat Pencairan gadai

    Deposito pada tanggal 22 November 200737. Padahal belum ada, kemudian untuk

    melengkapi syarat-syarat yang diperlukan agar fasilitas kredit Usance L/C tersebut

    bisa cair mereka melampirkan bill of lading tanggal 25 Oktober 2007 tentang

    import bintulu kondensat milik PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPI)38.

    Juga fakta bahwa Bank Century begitu mudah dan cepat memproses permohonan

    fasilitas kredit Usance L/C untuk import bintulu kondensat sebesar US$

    22.500.000,- Hal tersebut bertentangan dengan logika umum39 tentang kredit Bank

    yang sangat susah walaupun syarat-syarat sudah lengkap.

    Fakta-fakta tersebut sama sekali tidak dipertimbangkan dalam pembahasan

    unsur pasal atau perbuatan dalam Dakwaan Pertama, padahal Pasal 197 Ayat (1)

    huruf (d) UU no. 8 tahun 1981 tentang KUHAP secara jelas mengatur bahwa:

    “Surat Putusan Pemidanaan memuat pertimbangan yang disusun

    secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat

    pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang, yang

    menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa";

    Apabila Majelis Hakim perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun

    tingkat banding berpendapat bahwa Dakwaan Pertama Pasal 49 Ayat (1) huruf (a)

    UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang

    37 Lagi-lagi JPU membangun suatu dalil yang lemah. Sebab dalam hukum, jaminan dapat diletakkan pada benda yang baru akan ada. Kalau seandaianya para JPU membangun dalil atas dasar hukum

    perdagangan internasional (documentary credit) maka mungkin saja hasilnya jadi lain.

    38 Cukup terang di sini jika JPU memahami aspek hukum Perdagangan Internasional (lex mercatoria).

    39 Mestinya para JPU mengatakan bertentangan dengan hukum perdagangan internasional (documentary credit).

  • 99

    Perbankan j.o. Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHP, tidak terbukti, maka menurut JPU

    secara a contrario Pasal 199 Ayat (1) huruf (b) UU No. 8 tahun 1981 tentang

    KUHAP menyatakan:

    "Pernyataan bahwa Terdakwa diputus bebas atau lepas dari

    segala tuntutan hukum, dengan menyebutkan alasan dan pasal

    peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan".

    Menurut JPU, Majelis Hakim dalam perkara a quo baik dalam tingkat

    pertama maupun tingkat banding, hanya menyatakan bahwa dakwaan Pertama

    melanggar Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan

    atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP

    tidak terbukti dan membebaskan dari Dakwaan Pertama tanpa menyebut alasan dan

    pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan.

    Selain itu Majelis Hakim dalam perkara a quo baik dalam tingkat pertama

    maupun tingkat banding, juga tidak cermat, menurut dalil kasasi JPU, karena Pasal

    yang didakwakan kepada para Terdakwa adalah sebagai pelaku turut serta

    melakukan perbuatan (Pasal 55 Ayat (1) ke- l KUHP) dengan Pegawai Bank yaitu

    Tantular selaku pemegang saham Bank Century, Hasan, Wangsadinata dan Kirana

    dengan sengaja membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam

    pembukuan atau laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,

    laporan transaksi atau rekening suatu bank (Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10

    tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan). Benar

    mereka Terdakwa bukan/tidak termasuk pegawai Bank Century akan tetapi

    Tantular selaku pemegang saham PT. Bank Century, Tbk, MBA, Hasan selaku

  • 100

    Dirut PT. Bank Century, Wangsadinata selaku Kepala Pusat Operasional (KPO)

    Cab. Senayan dan Kirana sebagai kepala Devisi legal PT. Bank Century KPO Cab.

    Senayan, semuanya adalah pemegang saham dan Pegawai Bank Century.

    Majelis Hakim dalam perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun

    tingkat banding berpendapat dalam pembahasan pertimbangan hukum Dakwaan

    Ketiga bahwa para Terdakwa dapat dikatakan sebagai Mereka yang melakukan

    (Pleger) perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang yaitu

    memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan kebenaran dalam Surat Gadai

    Deposito Berjangka tanggal 22 November 2007 dan surat kuasa Pencairan Deposito

    tanggal 22 November 200740.

    Pertimbangan hukum tersebut menurut dalil Kasasi JPU menjadi aneh

    karena memisahkan Surat Gadai Deposito Berjangka tanggal 22 November 2007

    dan surat Kuasa Pencairan Deposito tanggal 22 November 2007 dan seolah-olah

    berdiri-sendiri serta tidak terkait dengan permohonan, proses dan pemberian

    fasilitas kredit Usance L/C sebesar US$ 22.500.000,- yang jelas-jelas melanggar

    prinsip kehati-hatian/asas prudensial. Seharusnya, menurut JPU Majelis hakim,

    baik dalam tingkat pertama maupun tingkat banding melihat dan menghubungkan

    Surat Gadai Deposito Berjangka tanggal 22 November 2007 dan surat Kuasa

    Pencairan Deposito tanggal 22 November 2007 dengan surat-surat yang lain

    sebagai satu kesatuan dalam proses pengajuan, proses dan pemberian kredit PT. SPI

    sebesar US$ 22,5 juta yang tidak sesuai dengan prosedur dan peran mereka

    40 vide Putusan halaman 100.

  • 101

    sangatlah jelas yaitu mengajukan permohonan fasilitas kredit Usance L/C yang

    tidak benar, memberikan keterangan tentang Deposito sebesar US$ yang tidak

    benar, melampirkan bill of lading milik PT. TPPI41 dalam permohonan fasilitas

    Usance L/C.

    Dalam dalil Kasasinya JPU berpendapat bahwa pertimbangan dan

    kesimpulan yang menyatakan bahwa mereka Terdakwa tidak cocok

    dikenakan/dijerat dengan UU Perbankan yaitu Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU

    No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan

    adalah benar dengan catatan bahwa Anggota Komisaris, Direksi dan Pegawai Bank

    melakukan secara lengkap unsur pasal/perbuatan secara sendirian (Pelaku

    tunggal/dader), akan tetapi apabila Anggota Komisaris, Direksi dan Pegawai Bank

    bersama-sama dengan pelaku lain di luar Bank (mede pleger, uit loker dan mede

    plegtigheid), maka pelaku di luar pegawai Bank dapat dikenakan dengan pasal

    penyertaan tindak pidana perbankan. Majelis hakim telah memaknai secara sempit

    pengertian Pelaku (dader) dalam Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No.10 tahun 1998

    tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dengan membatasi

    hanya Anggota Komisaris, Direksi dan Pegawai Bank, padahal pengertian/konsepsi

    pelaku menurut teori ilmu hukum dapat dibedakan menjadi: pelaku (dader), limit

    serta melakukan (made dader) orang yang menganjurkan (uit loker) atau orang

    yang melakukan pembantuan (mede ptechti gegeid).

    41 Sangat-sangat disayangkan, JPU tidak menghadirkan pihak ini dalam persidangan. Sebab, ada kemungkinan PT. TPPI adalah semacam PT-PT-an, yang melakukan impor barang untuk PT. SPI.

  • 102

    Tentang Dakwaan Kedua, JPU mendalilkan alasan kasasi dengan

    mengatakan bahwa para terdakwa melanggar pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat

    (1) ke-1 KUHP yang menurut Majelis hakim banding tidak terbukti karena

    ditujukan pada perbuatan pemalsuan atau memalsukan surat Majelis hakim,

    menurut JPU dalam perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun tingkat

    banding, telah menyamakan unsur Pasal/perbuatan dalam dakwaan Kedua:

    melanggar Pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP dengan Dakwaan

    Ketiga melanggar Pasal 263 Ayat (1) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP. Padahal

    Dakwaan Kedua dan Dakwaan Ketiga berbeda jauh baik unsur pasal/perbuatan

    (bestandelen) maupun ancaman hukumannya.

    Pasal 264 Ayat (2) KUHP unsur-unsur pasal/perbuatannya adalah:

    "Diancam dengan pidana yang sama (8 tahun), barangsiapa

    dengan sengaja memakai surat tersebut dalam Ayat (1), yang

    isinya tidak sejati atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan

    tidak dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan

    kerugian"

    Sedangkan Pasal 264 Ayat (1) KUHP unsur-unsur Pasal/perbuatannya

    adalah: "Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan

    tahun, jika dilakukan terhadap: (1) Akta Authentik; (2) Surat Hutang atau sertifikat

    hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun dari suatu lembaga umum; (3)

    Surat Sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan,

    yayasan perseroan atau maskapai; (4) Talon, tanda bukti deviden atau bunga dari

    salah satu surat yang diterangkan dalam 2 dan 3, atau tanda- bukti yang dikeluarkan

    sebagai pengganti surat-surat itu; (5) Surat Kredit atau Surat Dagang yang

    diperuntukkan untuk diedarkan.

  • 103

    Bahwa Dakwaan Ketiga masuk dalam Bab XII Pemalsuan Surat, Pasal 263

    Ayat (1) KUHP dengan unsur pasal/perbuatan:

    “barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang

    dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan

    hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu

    hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain

    memakai surat palsu seolah-olah isinya benar dan tidak

    dipalsukan, diancam jika pemakaian surat tersebut dapat

    menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat";

    Perbuatan yang dilarang dalam Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal

    55 Ayat (1) ke- 1 KUHP adalah memakai surat palsu yang sudah spesifik dalam

    Ayat (1) seolah-olah asli dan tidak dipalsukan jika pemakaiannya dapat

    menimbulkan kerugian, sementara perbuatan yang dilarang dalam Dakwaan Ketiga

    Pasal 263 Ayat (1) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP adalah membuat surat Palsu

    atau memalsukan surat (secara umum), dengan maksud untuk memakai atau

    menyuruh orang lain memakai jika pemakaiannya dapat menimbulkan kerugian.

    Pendapat Majelis hakim perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun

    tingkat banding, dalam pertimbangan hukum pembahasan Dakwaan Kedua

    Melanggar pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP tidak cocok

    diterapkan terhadap Mereka Terdakwa karena ditujukan pada perbuatan pemalsuan

    atau memalsukan surat menurut dalil Kasasi JPU adalah salah besar karena telah

    menyamakan unsur pasal/perbuatan atau bestandelen Dakwaan Kedua dan

    Dakwaan Ketiga adalah sama, padahal sama sekali berbeda.

    Selain itu pendapat/kesimpulan Majelis Hakim perkara a quo baik dalam

    tingkat pertama maupun tingkat banding yang menyatakan bahwa Dakwaan Kedua

    tidak cocok diterapkan untuk mereka Terdakwa hanya didasarkan kepada

  • 104

    perasaan/asumsi tepat dan tidak tepat dan bukan didasarkan kepada fakta-fakta

    yang terungkap dipersidangan.

    Apabila majelis Hakim; perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun

    tingkat banding, berpendapat bahwa Dakwaan Kedua Pasal 264 Ayat (2) jo. Pasal

    55 Ayat (1) ke-1 KUHP, tidak terbukti dan membebaskan mereka Terdakwa dari

    Dakwaan Kedua, maka menurut dalil Kasasi JPU secara a contrario Pasal 199 Ayat

    (1) huruf (b) UU No.8 tahun 1981 tentang KUHAP menyatakan :

    "Pernyataan bahwa Terdakwa diputus bebas atau lepas dari

    segala tuntutan hukum, dengan menyebutkan alasan dan pasal

    peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan".

    Majelis hakim dalam perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun

    tingkat banding hanya menyatakan bahwa Dakwaan Kedua melanggar Pasal 264

    Ayat (2) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP tidak terbukti dan membebaskan dari

    Dakwaan Pertama tanpa menyebut alasan dan pasal peraturan Perundang-undangan

    yang menjadi dasar putusan dan hanya mendasarkan pada perasaan yaitu cocok dan

    tidak cocok.

    Apabila Majelis Hakim dalam perkara a quo mempertimbangkan seluruh

    fakta-fakta yang terungkap di persidangan dan menghubungkan dengan unsur

    pasal/perbuatan atau berstandelen dengan Dakwaan Pertama yaitu sebagai turut

    serta melakukan perbuatan (Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP) dengan Pegawai Bank

    yaitu Tantular, selaku pemegang saham Bank Century, Hasan, Wangsadinata dan

    Kirana dengan sengaja membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam

    pembukuan atau laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,

    laporan transaksi atau rekening suatu bank (Pasal 49 Ayat (1) huruf (a) UU No. 10

  • 105

    tahun 1998 tentang perbankan atas UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan), maka

    JPU sangat yakin, semua unsur dalam Dakwaan Pertama tersebut telah terbukti

    secara sah menurut hukum.

    Pendapat Majelis hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri yang

    menyatakan bahwa Dakwaan Pertama dan Dakwaan Kedua tidak terbukti hanya

    mendasarkan pada pendapat ahli dan perasaan Majelis Hakim tentang cocok/tidak

    cocok dan tepat/tidak tepat dan bukan didasarkan pada fakta-fakta yang terungkap

    di persidangan, hal tersebut bertentangan dengan asas peradilan pidana yang

    mencari kebenaran material, sehingga menurut dalil Kasasi JPU harus

    dikesampingkan.

    Majelis Hakim perkara a quo baik dalam tingkat pertama maupun banding

    telah tidak menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana

    mestinya, khususnya ketentuan mengenai syarat minimal pembuktian. (cttn:

    mungkin inilah yang menyebabkan hal2 ttg pembuktian dalam Bab II perlu

    dipertahankan, tidak dicoret/dibuang).

    JPU menilai bahwa cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan

    undang-undang yang diuraikan sebagai berikut. Majelis Hakim Pengadilan negeri

    Jakarta Pusat yang memeriksa dan perkara tersebut juga tidak melaksanakan cara

    mengadili sesuai dengan undang-undang, antara lain: (a) Pasal 183 KUHAP yang

    menyatakan bahwa:

    hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali

    apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia

    memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana itu benar-

    benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah

    melakukannya.

  • 106

    Majelis hakim pada tingkat Pengadilan Negeri dan tingkat Banding menurut

    Dalil Kasasi JPU telah salah dalam cara mengadili khususnya dalam hal

    Penggunaan minimal dua alat bukti dalam hal penjatuhan pembebasan Terdakwa

    dari Dakwaan Kesatu dan Kedua, karena Majelis hakim dalam tingkat pertama

    maupun tingkat banding telah mengabaikan ketentuan Perundang-undangan

    khususnya UU tentang Perbankan dan KUHP Pasal 264 Ayat (1) jo. Pasal 55 Ayat

    (1) ke- 1 KUHP.

    Di satu sisi, Pasal 197 Ayat (1) huruf (f) KUHAP menyatakan bahwa Surat

    Putusan pemidanaan memuat pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai

    fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di

    sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan Terdakwa. Sementara di sisi lain

    Majelis Hakim baik dalam tingkat pertama maupun dalam tingkat Banding, tidak

    memberikan pertimbangan berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan dan

    keadaan beserta alat pembuktian, khususnya dalam Dakwaan Pertama atau

    Dakwaan Kedua, karena hanya mendasarkan satu alat bukti yang sah yaitu

    Keterangan/pendapat ahli dalam Dakwaan Kedua serta pendapat subjektif dari

    Majelis Hakim bahwa untuk mereka Terdakwa lebih tepat dibuktikan Dakwaan

    Ketiga. Demikian dalil Kasasi JPU.

    3.1.3.2. Dalil-dalil Kasasi Ongko & Misbakhun

    Sedangkan pihak Ongko dan Misbakhun juga mengemukakan alasan-alasan

    atau dalil-dalil pengajuan kasasi mereka sebagai berikut di bawah ini.

  • 107

    Sama halnya dengan dalil Kasasi JPU sebagaimana telah dikemukakan di

    atas, Ongko dan Misbakhun juga mendalilkan bahwa Judex Facti tingkat banding

    tidak melaksanakan hukum acara menurut ketentuan Undang-Undang. KUHAP

    Pasal 197 Ayat (1) huruf (d) yang memerintahkan suatu putusan pemidanaan harus

    memuat

    “pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan

    keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari

    pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan

    Terdakwa.”

    Menurut Ongko dan Misbakhun, Judex Facti tingkat banding dalam

    putusannya tidak memberikan pertimbangan yang cukup sebagaimana diamanatkan

    oleh KUHAP. Tidak ada pertimbangan mengenai mengapa dan dalam hal apa saja

    Majelis Hakim tingkat banding sependapat dengan putusan Majelis Hakim tingkat

    pertama.

    Dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 197 Ayat (1) huruf (d) KUHAP,

    maka menurut Ongko dan Misbakhun Judex Facti tingkat banding seharusnya

    memberikan pertimbangan dan alasan-alasan kesamaan pendapatnya dengan

    Majelis Hakim tingkat pertama terkait hukumnya. Menurut Ongko dan Misbakhun

    yang dimaksud dengan pertimbangan terkait hukum adalah pertimbangan alat bukti

    dan unsur-unsur pidana, serta memberikan bantahan-bantahan yang beralas hukum

    terhadap dalil-dalil keberatan para Terdakwa sebagai pembanding dalam Memori

    Bandingnya terdahulu. Selanjutnya menurut Ongko dan Misbakhun, dalam

    putusannya ditingkat banding, Judex Facti tidak memberikan pertimbangan yang

  • 108

    cukup mengenai hukumnya, dimana Judex Facti hanya memberikan pertimbangan

    sebagai berikut:

    “Menimbang, bahwa setelah membaca dan mempelajari secara

    seksama salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

    No. 995/Pid.B/2010 /PN. Jkt. Pst. tanggal 2 November 2010,

    memori banding dari para terdakwa dan Penuntut Umum, kontra

    memori banding dari Penuntut Umum dan para terdakwa serta

    berkas perkara yang dimintakan banding a quo, Pengadilan

    tingkat banding sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim

    Pengadilan tingkat pertama dalam putusannya bahwa para

    Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

    melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam

    dakwaan Ketiga, karena itu dapat disetujui dan dijadikan

    pertimbangan Pengadilan tingkat banding dalam memutus

    perkara ini dalam tingkat banding, kecuali mengenai lamanya

    pidana yang telah dijatuhkan kepada para Terdakwa, Pengadilan

    tingkat banding tidak sependapat sehingga perlu diubah”, dengan

    tambahan pertimbangan sebagai berikut: ”Bahwa tidak

    terpenuhinya ketentuan Pasal 197 Ayat (1) huruf (d) KUHAP

    dalam suatu putusan yang memuat pemidanaan, mengakibatkan

    putusan batal demi hukum sebagaimana ketentuan Pasal 197 Ayat

    (2) KUHAP karena tidak cukup dipertimbangkan (“onvoldoende

    gemotiveerd ”).

    Berbeda dengan dalil Kasasi JPU di atas Ongko dan Misbakhun

    mengemukakan alasan kasasi mereka bahwa Judex Facti tidak menerapkan hukum

    sebagaimana mestinya dengan mencampuradukkan hukum Perdata dengan Pidana.

    Rumusan hukum Dakwaan Ketiga sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana

    dalam Pasal 263 Ayat (1) jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUH Pidana adalah

    “Membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat

    menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang,

    atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal

    dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain

    memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak

    dipalsu dan pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian”.

  • 109

    Terhadap Dakwaan Ketiga Penuntut Umum, menurut Ongko dan

    Misbakhun dapat dilihat bahwa obyek yang didakwakan adalah Perbuatan Dalam

    Lingkup Keperdataan.Seluruh dokumen yang telah ditandatangani oleh PT. SPI,

    sebagai debitor, dan Bank Century, sebagai kreditor, dalam rangka permohonan

    penerbitan L/C memenuhi dan merupakan implementasi dari azas-azas hukum

    perdata: (1) Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik

    yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan

    perorangan debitur. Hal ini sejalan dengan kaedah dalam Pasal 1131 KUHP; (2)

    Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang

    diserahkan kepadanya oleh debitur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas

    utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil

    pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain

    (Pasal 1150 KUHPerdata); (3) Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang

    diperkenankan untuk membuktikan perjanjian pokoknya (Pasal 1151

    KUHPerdata); (4) Barang yang baru ada pada waktu yang akan datang, dapat

    menjadi pokok suatu persetujuan (Pasal 1334 KUH Perdata); (5) Semua persetujuan

    yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undan-gundang bagi

    mereka yang membuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata); dan (6) Persetujuan hanya

    berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Persetujuan tidak dapat merugikan

    pihak ketiga; persetujuan tidak dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga

    selain dalam hal yang ditentukan dalam Pasal 1317 (Pasal 1340 KUH Perdata);

    Menurut dalil Ongko dan Misbakhun, setelah dilakukan pemeriksaan

    terhadap saksi-saksi baik yang diajukan oleh JPU, maupun saksi-saksi meringankan

  • 110

    dan saksi-saksi ahli dari Penasehat Hukum dalam tahap pembuktian di depan

    persidangan, maka perbuatan yang dirumuskan dalam Dakwaan Ketiga di atas

    bukan merupakan perbuatan pidana, melainkan, perbuatan dalam ranah

    keperdataan biasa antara SPI, sebagai debitor/pihak yang akan berutang, dengan

    PT. Bank Mutiara Tbk., (d/h PT. Bank Century Tbk)42, sebagai kreditor

    swasta/pemberi utang.

    Menurut Ongko dan Misbakhun, jelas hubungan hukum, antara SPI dan

    Bank Century, merupakan hubungan hukum yang sangat khas dalam ”Azas-Azas

    Keperdataan”. Lebih lanjut Ongko dan Misbakhun berpendapat bahwa degan telah

    diberikannya Restrukturisasi terhadap kredit PT. SPI, sesuai Akta Restruturisasi

    No. 3 tanggal 6 November 2009 (lampiran 23 Pledoi Para Pembanding), Akta

    Restruturisasi No. 4 tanggal 6 November 2009 (lampiran 24 Pledoi Para

    Pembanding), Akta Restruturisasi No. 5 tanggal 6 November 2009 (lampiran 25

    Pledoi Para pembanding), seluruhnya dibuat oleh Notaris Mardiana Karlini

    Hutagalung, S.H., dan sampai dengan saat ini, PT. SPI tetap membayar

    kewajibannya sesuai dengan kesepakatan Restrukturisasi antara PT. SPI dengan

    Bank Mutiara Tbk., (d/h Bank Century )43.

    42 Menarik dicatat di sini bahwa Bank Century bubar dan berganti menjadi Bank Mutiara ketika Kasasi ini berlangsung.

    43 Menurut Penulis, kata kunci restrukturisasi hutang PT. SPI oleh Bank Century yang dilakukan oleh penggantinya yaitu Bank Mutiara telah menjadi alat justifikasi baik JPU, Ongko dan Misbakhun

    yang diwakili oleh advokat mereka maupun para hakim pidana untuk menjatuhkan putusan bebas

    (vrijspraak) kepada Misbakhun dalam putusan 47. Di samping itu juga membebaskan Ongko.

    Namun kedua pihak itu tetap menjalani hukuman perdata mereka untuk melunasi hutang yang

    berjumlah USD 22,5 juta itu.

  • 111

    Sebagaimana kami telah sampaikan dalam Pledoi dan Memori Banding,

    bahwa dalam Rapat Tim Pengawas Bank Century DPR RI dengan Direksi PT Bank

    Mutiara pada tanggal 20 Oktober 2010, direksi Bank Mutiara, saudara Maryono,

    secara tegas menyatakan antara lain:

    “PT. SPI yang dipimpin oleh Ongkowardojo dan komisaris

    Misbakhun tidak memiliki masalah hukum dengan Bank Century

    atau Bank Mutiara, terkait dengan penerbitan L/C, Karena,

    setelah ditandatanganinya akta restrukturisasi, status PT. SPI

    adalah clear. Bank Mutiara juga menyayangkan adanya proses

    hukum terhadap nasabahnya dan mengkhawatirkan juga, di masa

    depan, kasus semacam ini, akan menghambat proses asset

    recovery Bank Century atau Bank Mutiara yang telah

    diamanatkan oleh Paripurna DPR RI” 44

    Oleh karena itu menurut kuasa hukum Ongko dan Misbakhun, Dakwaan

    Ketiga Penuntut Umum tidak terbukti karena perbuatan Para Terdakwa bukan

    merupakan Tindak Pidana melainkan perbuatan perdata. Selain itu, dalam

    pembuktian di depan sidang Pengadilan tingkat pertama, Penuntut Umum sendiri

    tidak pernah membuktikan tentang Dakwaan Kedua dan Dakwaan Ketiga terhadap

    Ongko dan Misbakhun maka dengan demikian terhadap Terdakwa I dan Terdakwa

    II tersebut harus dibebaskan dari segala tuntutan hukum, demikian suatu

    kesimpulan dalam dalil Kasasi Ongko dan Misbakhun.

    44 Sumber: Laporan Singkat Rapat Tim Pengawas Century DPR RI dengan Direksi PT Bank Mutiara, 20 Oktober 2010. Menurut Penulis, proses mediasi di tengah berlangsungnya Kasasi

    Perkara Pidana ini telah “melibatkan” pihak DPR-RI, namun semua berlangsung secara “siluman”.

    Suatu penyelesaian sengketa yang menarik.

  • 112

    3.1.3.3. Pertimbangan Hakim dalam Putusan 599

    Menyusul alasan-alasan pihak-pihak pengaju kasasi di atas Mahkamah

    Agung berpendapat bahwa mengenai alasan-alasan kasasi Jaksa/Penuntut Umum

    dan para Terdakwa tidak dapat dibenarkan, dengan alasan bahwa Judex

    facti/Pengadilan Tinggi tidak salah dalam menerapkan hukum.

    Menurut Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi yang memperbaiki putusan

    Pengadilan Negeri sekedar mengenai lamanya pidana yang dijatuhkan kepada

    Terdakwa I dan Terdakwa II menjadi 2 (dua) tahun atas terbuktinya kesalahan

    Terdakwa I dan Terdakwa II “membuat surat palsu” melanggar Pasal 263 Ayat (1)

    jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP.

    Mahkamah Agung juga berpendapat Judex facti dalam putusan tersebut

    antara lain mempertimbangkan bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II telah

    mengetahui pemberian fasilitas L/C tidak dilakukan sesuai prosedur, akan tetapi

    para Terdakwa tetap menandatangani akad kredit, sehingga merugikan keuangan

    Negara.

    Berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata, putusan judex factie

    (Pengadilan Tinggi) dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau

    undang-undang, maka menurut Mahkamah Agung permohonan kasasi dari

    Jaksa/Penuntut Umum dan para Terdakwa tersebut harus ditolak.

    Oleh karena para Pemohon Kasasi/para Terdakwa dipidana, maka para

    Pemohon Kasasi/para Terdakwa harus dibebani untuk membayar biaya perkara

    dalam tingkat kasasi ini.

  • 113

    Selanjutnya dengan memperhatikan Undang-Undang No. 48 tahun 2009,

    Undang-Undang No. 8 tahun 1981 dan Undang-Undang No. 14 tahun 1985

    sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor. 5

    tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 tahun 2009 serta

    peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan mengadili menolak

    permohonan kasasi dari Pemohon kasasi Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan

    Negeri Jakarta Pusat dan para Terdakwa.

    Mahkamah Agung, pada tingkat Kasasi itu kemudian membebani para

    Pemohon kasasi/para Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam tingkat

    kasasi tersebut ditetapkan masing- masing sebesar dua ribu lima ratus rupiah.

    Keputusan tersebut diambil secara musyawarah pada hari Selasa, tanggal 5 April

    2011 oleh H.M. Imron Anwari, SH., Sp.N., MH., Ketua Muda Urusan Lingkungan

    Peradilan Militer yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua

    Majelis, H. Achmad Yamanie, SH., MH., dan Prof. DR. H.M. Hakim Nyak Pha,

    SH., DEA. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang

    terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis, beserta Hakim-Hakim

    Anggota tersebut dan dibantu oleh Dwi Tomo, SH., M.Hum., Panitera Pengganti,

    tanpa dihadiri oleh para Pemohon kasasi: Jaksa Penuntut Umum dan para

    Terdakwa.

  • 114

    3.2. Penyelesaian Perkara Misbakhun di Tingkat Peninjauan Kembali

    Terhadap Putusan Kasasi sebagaimana Penulis uraikan di atas Mahkamah

    Agung Republik Indonesia telah membuat Putusan No. 47 PK/PID.SUS/2012 hasil

    pemeriksaan perkara pidana dalam peninjauan kembali.

    Putusan Peninjauan Kembali tersebut pada prinsipnya mengulang kembali

    Franky Ongkowardojo maupun Mukhamad Misbakhun, pihak-pihak yang didakwa

    oleh JPU pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagaimana dakwaan dan putusan

    telah dikemukakan di atas dan juga putusan PT. No. 414/Pid./2010/ PT. DKI yang

    semuanya telah dikemukakan di atas.

    Dalam Putusan PK itu dijelaskan MA telah membaca putusan Mahkamah

    Agung Republik Indonesia No.599 K/Pid.Sus/2011 tanggal 5 April 2011 yang amar

    lengkapnya Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: Jaksa/Penuntut

    Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat dan para Terdakwa: I Franky

    Ongkowardojo dan II Mukhamad Misbakhun tersebut dan Membebani para

    Pemohon Kasasi/para Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam tingkat

    kasasi ini ditetapkan masing-masing sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus

    rupiah).

    Mahkamah Agung juga telah membaca surat permohonan peninjauan

    kembali bertanggal 12 September 2011 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan

    Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 12 September 2011 dari para Pemohon

    Peninjauan Kembali sebagai para Terpidana, yang memohon agar putusan

    Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut dapat ditinjau kembali.

  • 115

    Setelah Mahkamah Agung membaca surat-surat yang bersangkutan,

    dipertimbangkan bahwa putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut

    telah diberitahukan kepada para Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 3 Mei

    2011 dengan demikian putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang

    tetap.

    Juga Mahkamah Agung telah mempertimbangkan bahwa alasan-alasan

    yang diajukan oleh para Pemohon Peninjauan Kembali/para Terpidana pada

    pokoknya adalah (1) terdapat keadaan yang bersifat menentukan dan menimbulkan

    dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

    berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala

    tuntutan hukum atau tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau terdapat

    perkara itu ditetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

    Kaitan dengan itu, keadaan bukti (NOVUM) keadaan yang baru yang

    bersifat menentukan sebagaimana dimaksud Pasal 263 Ayat (2) (a) KUHAP

    dimaksud adalah:

    Pertama, Bukti Pencairan Gadai Deposito Nomor : VB.022598 atas nama

    PT. Selalang Prima Internasional sebesar US$ 4,5 juta tanggal 19 November 2008

    yang dilakukan oleh Bank Century. Bukti tersebut menunjukkan bahwa Gadai

    Deposito yang menjadi obyek masalah yang baru efektif tanggal 27 Desember

    2007.

    Kedua, Dengan adanya bukti-bukti baru (Novum) yaitu tersebut di atas,

    maka judex facti dan judex juris telah melakukan Error in Persona yaitu mengadili

    serta menghukum orang-orang yang tidak bersalah karena para Pemohon

  • 116

    Peninjauan Kembali/para Terpidana bukan sebagai pelaku Tindak Pidana

    sebagaimana didakwakan terutama dakwaan Ketiga di atas yaitu Tindak Pidana

    “Membuat Surat Palsu Pasal 263 Ayat (1) KUHP”.

    Ketiga, Dengan bukti baru tersebut, menunjukkan bahwa Surat tersebut

    (Surat Gadai Deposito dan Surat Kuasa Pencairan Deposito) yang ditandatangani

    oleh para Pemohon Peninjauan Kembali/para Terpidana tidak Palsu, jika Surat

    tersebut dianggap sebagai Surat Palsu maka Surat tersebut sesuai hukum

    mengandung cacat hukum sehingga tidak mempunyai nilai dalam sebuah perikatan

    atau persetujuan. Namun, fakta hukum berdasarkan bukti tersebut menunjukkan

    bahwa “Surat tersebut adalah benar” dan mempunyai nilai dalam perikatan atau

    persetujuan atau dengan kata lain jika judex facti mempermasalahkan para

    Pemohon Peninjauan Kembali/para Terpidana dengan tuduhan telah “membuat

    Surat Palsu”, maka surat yang ditandatangani para Pemohon Peninjauan

    Kembali/para Terpidana seharusnya mengandung unsur ketidakbenaran sehingga

    tidak dapat digunakan sebagai peruntukannya. Namun, menurut para pemohon PK,

    hukum telah membuktikan Surat tersebut telah dipergunakan oleh pihak yang

    membuat dan meminta Surat tersebut sesuai peruntukan dan fungsinya dengan cara

    mencairkan Deposito milik para Terpidana.

    Selain itu menurut para pemohon PK sesuai dengan ketentuan hukum, jika

    sebuah persetujuan atau perikatan mengandung unsur ketidakbenaran, maka

    persetujuan tersebut berakibat hukum batal demi hukum atau dapat dibatalkan,

    namun dalam perkara ini perjanjian Gadai Deposito dan Surat Kuasa Pencairan

    Deposito oleh judex facti dan judex juris, jikapun para Pemohon Peninjauan

  • 117

    Kembali/para Terpidana dinyatakan telah membuat Surat tersebut palsu, namun

    Perjanjian dan Surat tersebut tidak pernah dibatalkan dan atau dinyatakan batal

    demi hukum sehingga Surat tersebut tetap berlaku dan dipergunakan oleh pihak

    yang menerima Surat tersebut.

    Dengan demikian menurut para pemohon PK merupakan fakta yang tidak

    terbantahkan para Pemohon Peninjauan Kembali/para Terpidana tidak membuat

    Surat Palsu, sehingga adalah sesuai hukum para Pemohon Peninjauan Kembali/para

    Terpidana untuk dibebaskan dari dakwaan tersebut atau setidak-tidaknya

    dinyatakan lepas dari tuntutan hukum.

    Keempat, dengan adanya bukti baru tersebut maka judex facti dan judex

    juris telah salah memberikan putusan karena putusan tersebut telah dibuat

    berdasarkan bukti-bukti yang tidak benar dan tidak lengkap, demikianlah dalil para

    pemohon Peninjauan Kembali.

    Selanjutnya para pemohon peninjauan kembali juga berdalil bahwa putusan

    tersebut dengan jelas memperlihatkan suatu kekeliruan Hakim atau suatu

    kekeliruan yang nyata.

    Menurut para pemohon peninjauan kembali putusan tersebut dengan jelas

    memperlihatkan suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan nyata sebagaimana

    dimaksud Pasal 263 Ayat (2) huruf (c) KUHAP.

    Maksudnya, menurut para pemohon PK, dalam membahas keterangan para

    saksi dan keterangan Terpidana serta barang bukti, ditinjau dari persesuaian dan

    hubungannya satu dengan yang lain berikut pendapat Ahli sampai ditemukan fakta

    hukum, bahwa judex facti telah membuat kesimpulan pertimbangan hukum bahwa

  • 118

    PT. SPI didirikan pada tahun 1999 berdasarkan Akta Pendirian Nomor: 3 tanggal 2

    November 1999 dan bergerak di bidang Perdagangan Umum. Terpidana I adalah

    Direktur PT. SPI dan Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana II adalah Komisaris

    PT. SPI. Pada tanggal 29 Oktober 2007 PT. SPI mengajukan Surat Permohonan

    Fasilitas Usance L/C kepada Bank Century Tbk., untuk keperluan Pembelian

    bintulu Condensate dari Grains and Industrial Products Pte., Ltd., sebesar USD 22,5

    juta dengan jaminan berupa Penetapan Deposito di PT. Bank Century senilai 20%

    dari Fasilitas L/C yang dimohonkan atau sebesar USD 4,5 juta. Pada hari itu juga,

    tanggal 29 Oktober 2007 saksi Linda Wangsadinata selaku Pimpinan KPO PT.

    Bank Century, Tbk., Cabang Senayan, meminta saksi Nofi selaku Kepala Bagian

    Account Officer untuk menyiapkan FKP. Kemudian FPK dibuat oleh Victor, Junior

    Account Officer (AO), yaitu No. FPK-146/B-L/C/SP-1/KPO/X/07 tanggal 29

    Oktober 2007. Lalu saksi Novita Evalinda selaku Senior Account Officer

    memeriksa FPK tersebut. Persetujuan Kredit (FPK) No. 1 FPK: 146/B-

    L/C/SP1/KPO/X/07 tanggal 29 Oktober 2007 itu dibuat tanpa ada kelengkapan

    Dokumen Administrasi seperti tidak ada data Laporan Keuangan Calon Debitur,

    tidak ada BI Checking. Tidak diketahui identitas dan atau legalitas Calon Debitor

    seperti: Angga