bab iii hasil penelitian 3.1.deskripsi informaneprints.undip.ac.id/61258/4/bab_iii.pdfmembawa surat...

33
1 BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informan Subjek penelitian atau informan yang diambil pada penelitian ini adalah narasumber yang dinilai paham dan bergerak langsung dalam pengimplementasian dari kebijakan ini. Informasi diterima dari informan berupa data primer melalui hasil wawancara tentang permasalahan yang ingin diteliti. Data primer yaitu hasil wawancara yang telah dikumpulkan, kemudian disajikan ke dalam bentuk paparan dan penjelasan. Pihak-pihak yang menjadi informan pada penelitian ini adalah: Tabel 3.1 Informan Penelitian Informan Nama Pekerjaan Informan 1 Ali Masykuri, S.H, M.H Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja (Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati) Informan 2 Sri Rahayu, S.P Pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja (Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati) Informan 3 Djarot Sukanto Kepala Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa Pati Informan 4 Yuni Sofiani TKI asal Kabupaten Pati yang bekerja di Malaysia Informan 5 Puput Indrayani TKI asal Kabupaten Pati yang bekerja di Hongkong dan Makau

Upload: lamhuong

Post on 28-Jul-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

1

BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1.Deskripsi Informan

Subjek penelitian atau informan yang diambil pada penelitian ini adalah

narasumber yang dinilai paham dan bergerak langsung dalam

pengimplementasian dari kebijakan ini. Informasi diterima dari informan

berupa data primer melalui hasil wawancara tentang permasalahan yang ingin

diteliti. Data primer yaitu hasil wawancara yang telah dikumpulkan, kemudian

disajikan ke dalam bentuk paparan dan penjelasan. Pihak-pihak yang menjadi

informan pada penelitian ini adalah:

Tabel 3.1

Informan Penelitian

Informan Nama Pekerjaan

Informan 1 Ali Masykuri, S.H, M.H Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Bidang Penempatan

dan Pengembangan Tenaga Kerja

(Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati)

Informan 2 Sri Rahayu, S.P Pejabat fungsional pengantar kerja ahli

Bidang Penempatan dan Pengembangan

Tenaga Kerja

(Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati)

Informan 3 Djarot Sukanto Kepala Bagian Umum PT.Dewi

Pengayom Bangsa Pati

Informan 4 Yuni Sofiani TKI asal Kabupaten Pati yang bekerja di

Malaysia

Informan 5 Puput Indrayani TKI asal Kabupaten Pati yang bekerja di

Hongkong dan Makau

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

2

3.2. Implementasi Kebijakan Penempatan TKI di Luar Negeri di

Kabupaten Pati yang Dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati

Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah terdapat

dalam proses implementasinya. Implementasi sering dianggap hanya

merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislative atau

para pengambil keputusan, seolah-olah keputusan ini kurang berpengaruh.

Dengan kata lain, implementasi berarti sebuah tahap kebijakan dilaksanakan

dan tercapainya sebuah tujuan dari kebijakan.

Pelaksanaan kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati

berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia di Luar Negeri nampaknya belum mencapai hasil yang

maksimal. Hal ini dibuktikan dari tingginya jumlah pengaduan TKI

berdasarkan 25 Kab/Kota periode tahun 2016 dan 2017 (s.d Desember) dalam

lingkup Jawa Tengah berdasarkan data dari PUSLITFO BNP2TKI Tahun

2017 untuk Kabupaten Pati menempati peringkat ke 6 setelah Kabupaten

Cilacap, Kabupaten Brebes, Kabupaten Kendal, Kabupaten Banyumas, dan

Kota Tegal. Jumlah pengaduan TKI di Kabupaten Pati berdasarkan data dari

PUSLITFO BNP2TKI Tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 14

pengaduan mulai Januari-Desember 2016 sampai Januari-Desember 2017.

Permasalahan lain yang ditemukan adalah terkait beberapa dokumen yang

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

3

dibawa oleh Calon TKI terkadang ada yang tidak sama dengan dokumen

aslinya. Contohnya: mempunyai paspor yang berbeda dengan dokumen paspor

yang lama. Masalah administratif TKI seperti perbedaan tanggal lahir TKI

antara di ijazah dengan di e-KTP; nama orang tua TKI di ijazah dan e-KTP

berbeda; dan lain-lain.

Permasalahan lain yang muncul adalah Pihak PPTKIS Cabang di

Kabupaten Pati kurang disiplin dalam melaporkan laporan penerbangan

(AN05) kepada pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Permasalahan lain

yang juga muncul adalah pada saat melakukan proses layanan data dan

informasi TKI secara online terkadang mengalami hambatan server/jaringan

internet dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI)

di Jakarta yang tidak terkoneksi dengan sistem komputerisasi tenaga kerja luar

negeri (siskotkln). Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi,

peneliti menggunakan fenomena penelitian sebagai panduan untuk meneliti

lebih dalam mengenai implementasi kebijakan penempatan TKI di luar negeri

di Kabupaten Pati disertai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan

penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati . Fenomena-fenomena yang

peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

1.2.1 Pendaftaran

Dalam tahap pendaftaran TKI, peneliti telah melakukan wawancara terhadap

Informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang

Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa :

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

4

“pendaftaran calon TKI yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja

Kab.Pati berdasarkan UU No.39 Tahun 2004 kemudian diturunkan ke

Permenaker No.22 Tahun 2014 itu alurnya mulai dari calon TKI yang

didampingi oleh pihak PPTKIS yang merekrut datang ke dinas dengan

membawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin

ortu/wali yang sudah mendapat stempel dari Kepala Desa dan

diketahui camat, surat keterangan sehat, kartu AK/1, untuk kemudian

dari dokumen-dokumen TKI tersebut, datanya akan saya input di

sistem komputerisasi tenaga kerja luar negeri (siskotkln).”(Wawancara

pada 20 November 2017).

Sedangkan menurut informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga

Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati mengatakan bahwa:

“sasaran dari kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten

Pati yaitu TKI di Kab.Pati. Dinas Tenaga Kerja juga telah

melaksanakan sosialisasi tentang proses penempatan tenaga kerja

keluar negeri sesuai UU No.39 Tahun 2004 dan Permenaker No.22

Tahun 2014. Contohnya saja tahun 2017 ini, kami sudah melaksanakan

sosialisasi di 12 desa yang dihadiri oleh perangkat desa, tokoh

masyarakat, tokoh agama. Untuk kemudian mereka akan melanjutkan

sosialisasi kepada keluarga TKI atau keluarga non TKI yang memiliki

keinginan untuk menjadi TKI di luar negeri.Tapi di sisi lain, walaupun

kami sudah melakukan sosialisasi, ternyata pada saat TKI melakukan

proses pendaftaran di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati masih ada

beberapa TKI yang tidak membawa kelengkapan dokumen. Contohnya

ada Calon TKI yang tidak bisa menunjukkan surat nikah karena

katanya dulu ketika menikah prosesnya dia secara adat yang terjadi di

Sukolilo, Pati. Kami menyarankan kalau dia mau melanjutkan proses

pendaftaran untuk menjadi TKI, maka dia harus meminta surat

keterangan dari desa yang sudah distempel dan diketahui oleh camat

baru kemudian kembali lagi ke Dinas kalau dokumen sudah lengkap.

”(Wawancara pada 27 November 2017).

Sementara itu, informan lain yang berasal dari kelompok sasaran yaitu

TKI selaku informan 4 mengatakan :

“dalam melakukan proses pendaftaran sebagai TKI untuk

peraturannya sendiri jujur saya tidak tahu, namun saya mengikuti

arahan dari pihak PPTKIS yang membawa saya ke Dinas dengan

membawa dokumen-dokumen yang disyaratkan seperti KK, ijazah, e-

KTP, surat ijin dari orang tua yang diketahui Kepala Desa, akte

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

5

kelahiran, surat keterangan sehat, dan AK/1 yang saya dapatkan dari

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Kalau di Desa saya di Sidomulyo

Gunung Wungkal Pati pernah ada sosialisasi dari kepala desa tentang

prosedur penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang baik

dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jadi dulu sebelum

menjadi TKI saya harus minta surat ijin dari desa dengan membawa

surat ijin dari kedua orang tua saya untuk kemudian saya serahkan ke

desa untuk memperoleh pengesahan/stempel. Selama di sana saya

diberi masukan kalau mau jadi TKI harus mengikuti aturan yang ada,

harus ada PT yang membawa, dan kalau mendaftar harus lewat Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Pati, dan kalau mau tanya-tanya lebih lanjut

juga dapat melalui Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Untuk proses

pendaftaran di Dinas saya juga sudah melalui prosedur dan tidak ada

masalah yang buktinya saya sudah mendapatkan kartu AK/1 dan

rekomendasi paspor dari Dinas”(Wawancara pada 13 Desember 2017).

Di sisi lain, peneliti juga telah melakukan wawancara dengan informan 5

selaku TKI mengatakan:

“peran yang saya lakukan untuk ikut mendukung implementasi

kebijakan penempatan TKI di luar negeri dengan mengikuti prosedur

yang sesuai dengan peraturan, mengikuti arahan dari pihak PT bahwa

untuk proses pendaftaran harus menyiapkan kelengkapan dokumen

seperti e-KTP, KK, surat ijin dari suami, ijazah, akte kelahiran, surat

keterangan sehat, dan lain-lain. Kemudian persyaratan dokumen untuk

menjadi TKI juga ada prosesnya yang harus ke Dinas Tenaga Kerja

seperti dalam pembuatan AK/1 dan rekomendasi paspor sebelum

memperoleh paspor itu semua juga sudah saya jalani. Untuk masalah

sosialisasi yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati tentang

TKI di desa saya di Tlogowungu dulu ketika saya mau jadi TKI

memang belum ada. Saya mengetahui seluk beluk bagaimana menjadi

TKI melalui PT yang merekrut saya. Jadi dalam proses pendaftaran

TKI saya mengikuti arahan yang diminta PT. Kemudian Dinas Tenaga

Kerja dalam memfasilitasi proses pendaftaran saya menjadi TKI mulai

dari proses mendapatkan AK/1 secara gratis hingga saya memperoleh

surat rekomendasi paspor.Untuk kelengkapan dokumen yang saya

bawa ke Dinas juga tidak ada masalah”.(Wawancara pada 13

Desember 2017).

Pihak swasta merupakan salah satu komponen penyelenggara good

governance. PT.Dewi Pengayom Bangsa, merupakan pihak swasta yang

memiliki pengaruh terhadap berjalannya kebijakan penempatan TKI di luar

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

6

negeri di Kabupaten Pati. Setiap tahunnya PT.Dewi Pengayom Bangsa

memberangkatkan sekitar 600 TKI informal ke luar negeri dengan negara

tujuan seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Taiwan. Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Pati melakukan kerjasama dengan PT.Dewi Pengayom

Bangsa sebagai salah satu PPTKIS Pusat di Kabupaten Pati dan sebagai salah

satu penyalur TKI ke luar negeri yang terbesar di Kab.Pati dinilai dapat

membantu dalam hal terlaksananya implementasi kebijakan penempatan TKI

di luar negeri di Kabupaten Pati secara maksimal. Berikut wawancara dengan

informan 3 selaku Kepala Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa

menyatakan bahwa:

“peran kami dalam masalah pendaftaran TKI ke pihak Dinas Tenaga

Kerja Pati sudah mengikuti aturan yang ada dan selama ini hubungan

kami tidak ada masalah. Karena apabila ada masalah ketika kami

membawa Calon TKI kami ke Dinas ketika mendaftar,maka

konsekuensinya kami tidak akan diberikan rekomendasi paspor untuk TKI

oleh pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Jadi TKI yang akan

berangkat ke luar negeri kan harus punya paspor, untuk mendapatkan

paspor itu harus mendapatkan ijin dari Dinas dulu.”(Wawancara pada 13

Desember 2017).

Berdasarkan data wawancara dari informan-informan di atas, Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Pati telah berupaya dalam melaksanakan proses

pendaftaran sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dengan melakukan

kerjasama dengan pihak swasta yaitu PT.Dewi Pengayom Bangsa. Namun,

dalam proses pendaftaran, masih ditemukan beberapa TKI yang belum

membawa kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang disyaratkan.

Sosialiasasi tentang proses penempatan TKI ke luar negeri oleh Dinas Tenaga

Kerja ke desa-desa juga sudah dilaksanakan walaupun belum menyeluruh.

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

7

1.2.2 Seleksi

Dalam tahap seleksi TKI, peneliti telah melakukan wawancara terhadap

informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan

dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yang

mengatakan bahwa :

“untuk seleksi calon TKI yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati sesuai dengan Permenaker No.22 Tahun 2014 itu ada

seleksi administrasi. Jadi calon TKI bersama dengan PPTKIS yang

merekrut datang ke Dinas dengan membawa kelengkapan dokumen

yang dibutuhkan diantaranya e-KTP, KK, akte kelahiran, ijazah, surat

ijin dari ortu/wali, surat keterangan sehat, kartu AK/1. Dokumen-

dokumen tersebut akan kami cek kesesuaiannya. Contohnya kesesuaian

tempat tanggal lahir calon TKI antara di ijazah dengan e-KTP,

kemudian nama orang tua di ijazah dengan e-KTP. Dokumen-dokumen

yang dibawa calon TKI haruslah sesuai agar tidak menimbulkan

masalah di kemudian hari. ”(Wawancara pada 20 November 2017).

Sementara itu informan lain yaitu informan 1 selaku Kepala Seksi

Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati

mengatakan bahwa:

“Calon TKI yang datang ke Dinas pada saat melakukan proses seleksi

nantinya juga akan saya interview dengan membawa kelengkapan

dokumen yang disyaratkan seperti e-KTP, KK, surat ijin orang

tua/wali, surat keterangan sehat dan tidak dalam kondisi hamil, ijazah,

surat nikah, kartu AK/1. Contohnya tanggal lahir di e-KTP dan ijazah

harus sama dan kalau beda maka harus dilampirkan catatan dari desa

bahwa orang tersebut tanggal lahirnya yang dipakai pedoman dari

ijazah/e-KTP nya yang diketahui camat. Kemudian Calon TKI juga

harus membawa surat nikah karena sering saya menjumpai beberapa

kasus bahwa Calon TKI itu di e-KTP nya itu statusnya tertulis kawin

tetapi ternyata tidak bisa menunjukkan surat nikahnya. Jadi kami

dalam melayani TKI harus transparan, tidak boleh pakai money

politik, harus cepat dan tepat Dan kalau ada dokumen-dokumen yang

belum lengkap ya tidak saya loloskan.”(Wawancara pada 30 November

2017).

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

8

Informan 3 selaku Kepala Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa

juga mengatakan bahwa :

“sudah menjadi tanggung jawab kami untuk mengikuti seleksi TKI yang

diarahkan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Semua

persyaratannya melengkapi dokumen dan menyesuaikannya juga kami

patuhi agar TKI yang kami rekrut di kemudian hari tidak terjadi

permasalahan apapun. (Wawancara tanggal 13 Desember 2017).

Adapun hasil wawancara yang disampaikan oleh informan 4 sebagai

TKI menyatakan bahwa:

“peran saya sebagai TKI ketika melakukan proses seleksi yaitu dengan

membawa dokumen-dokumen serta dari pihak PT yang merekrut saya

juga melakukan pengecekan dokumen yang sudah disyaratkan agar

proses ketika saya melakukan seleksi di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Pati dapat berjalan lancar dan tidak ada hambatan.”(Wawancara pada

13 Desember 2017).

Berdasarkan data wawancara dari informan-informan di atas dapat

disimpulkan bahwa Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam

melaksanakan seleksi terhadap calon TKI sesuai dengan Permenaker No.22

Tahun 2014. Namun dalam pelaksanaannya masih terjadi hambatan yaitu

masih ada beberapa TKI yang belum melengkapi dan menyesuaikan

dokumen-dokumen yang disyaratkan.

1.2.3 Koordinasi Pelayanan Penempatan TKI di Kabupaten Pati

Dalam tahap koordinasi pelayanan penempatan TKI di Kabupaten Pati,

peneliti telah melakukan wawancara terhadap informan 2 selaku pejabat

fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan

Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa

:

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

9

“berdasarkan UU No.39 Tahun 2004 yang diturunkan ke Permenaker

No.22 Tahun 2014, Dinas Provinsi mengkoordinasikan BP3TKI (Balai

Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI), Dinas Kab/Kota dan

instansi pemerintah terkait dalam memberikan pelayanan penempatan

TKI sesuai tugas masing-masing. Sebagai contoh Dinas Tenaga Kerja

kab.Pati berkoordinasi dengan Kementerian di Jakarta mengenai Surat

Ijin Pengerahan (SIP), Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati berkoordinasi

dengan BP3TKI mengenai pendaftaran, rekrutmen, dan seleksi CTKI

Kab.Pati,kasus-kasus yang menimpa TKI, sosialisasi pembekalan akhir

pemberangkatan (PAP) ke PPTKIS di Kab.Pati yang dilaksanakan oleh

Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati, kemudian koordinasi Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Pati dengan BNP2TKI yang ada di Jakarta tentang

rekap data jumlah TKI, jumlah penempatan TKI, dimana data-data

tersebut kami dapat dari PPTKIS. Data-data tersebut kemudian kami

kirim ke pihak BNP2TKI. Proses koordinasi pelayanan penempatan

TKI yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati dengan

Kementerian, BNP2TKI, serta BP3TKI itu dapat melalui fax, email,

kontak, helpdesk.”(Wawancara pada 20 November 2017).

Informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Pati mengatakan bahwa:

“kebijakan ini diturunkan dari UU No.39 Tahun 2004 yang kemudian

diturunkan menjadi Permenaker No.22 Tahun 2014. Kebijakan

tentang penemnpatan TKI di luar negeri ini dibuat karena memiliki

maksud dan tujuan tertentu yaitu memberikan pelayanan kepada TKI

secara murah, transparan, dan tepat waktu; memberikan pelayanan

kepada TKI mulai dari mencari AK/1, berangkat ke luar negeri,

sampai kepulangannya; dan memberikan pemahaman kepada TKI

dan keluarganya lewat sosialisasi aturan-aturan dalam bentuk UU

maupun Permenaker. Interaksi antara perumus kebijakan

penempatan TKI di luar negeri yaitu Kementerian Ketenagakerjaan

Republik Indonesia dengan lembaga pelaksana kegiatan yaitu Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Pati contohnya Kepala Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Pati berkoordinasi masalah kebijakan tentang

sistem-sistemnya dan peraturan-peraturannya dengan Kementerian.

Rencananya di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati nanti akan

dibentuk Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) yang akan

dilaksanakan akhir tahun 2017 atau sampai awal tahun 2018. Yang

terlibat dalam LTSA antara lain Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Pati bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kab.Pati,

Dispendukcapil Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati, Kantor imigrasi

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

10

Kab.Pati, BP3TKI dari Semarang, P4 TKI yang merupakan pecahan

dari BP3TKI. Tujuan dari adanya LTSA ini adalah untuk

memberikan pelayanan yang bersih, transparan, cepat, bebas, dari

pungutan liar atau pemerasan. Untuk ruangan LTSA sendiri sudah

ada di belakang kantor Dinas Tenaga Kerja, sarana prasarana juga

sudah mendukung, jadi tinggal menunggu untuk digunakan saja.

Layanan LTSA nanti meliputi pelayanan interview TKI, pembuatan

AK/1, rekomendasi paspor, pengurusan e-KTP, pengurusan SKCK

pengurusan surat bebas narkoba, pengurusan PAP, pengurusan

kesehatan, pelayanan permasalahan-permasalahan yang dialami

TKI dan lain-lain.

Sebelum adanya LTSA sendiri, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati

juga sudah menjalin hubungan dengan Dinas Kesehatan Kab.Pati,

Dispendukcapil Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati, Kantor imigrasi

Kab.Pati, BP3TKI dari Semarang dalam pelaksanaan penempatan

TKI di luar negeri di Kab.Pati. Hanya saja dalam layanan LTSA

nanti masing-masing ada perwakilan pegawai dari Dispendukcapil

Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati, Kantor imigrasi Kab.Pati, BP3TKI

dari Semarang yang ditempatkan dalam LTSA di Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Pati.

Interaksi yang dijalin oleh Dinas Tenaga Kerja dengan lembaga lain

yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan contohnya dengan

Dispendukcapil juga sudah baik. Hal tersebut dibuktikan dengan

apabila ada masalah mengenai dokumen yang dibawa calon TKI

apabila ada perbedaan tanggal lahir di e-KTP dengan ijazah maka

TKI tersebut dapat meminta surat keterangan dari desa sebetulnya

tanggal lahir yang dipakai pedoman dari ijazah/e-KTP dan

diketahui oleh pihak camat. Setelah mendapat surat keterangan dari

desa, baru TKI pergi ke Dispendukcapil untuk memastikan

kebenaran tanggal lahir yang dipakai patokannya serta untuk

memperoleh stempel dari camat untuk pengesahannya.”

(Wawancara pada 27 November 2017).

Selain itu, informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati mengatakan

bahwa:

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

11

“Bentuk interaksi/hubungan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati

dengan pihak swasta yaitu PPTKIS yaitu kami sering memberikan

sosialisasi tentang pengendalian PPTKIS yaitu pihak Dinas

melakukan sosialisasi tentang peraturan UU No.39 Tahun 2004,

Permenaker No.22 Tahun 2014, UU No.21 Tahun 2007 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Untuk

sosialisasi ke PPTKIS dilaksanakan setiap 1 tahun sekali. Di tahun

2017 ini sosialisasi disampaikan secara door to door. Kalau dulu

pas sosialisasi PPTKIS nya dikumpulkan. Tapi setelah dipikir-pikir

ternyata kurang efektif sehingga beralih ke door to door.

Diprioritaskan kalau tercium ‘bau tidak enak’ atau mencurigakan

akan langsung ditindaklanjuti karena sosialisasi tersebut sebegai

bentuk perlindungan terhadap calon TKI dan bukan hanya semata-

mata sebagai bentuk pengendalian PPTKIS. Kemudian untuk

interaksi dengan TKI menurut kami merupakan hal yang sangat

penting untuk dilakukan mengingat TKI merupakan sasaran utama

dari kebijakan ini. Contohnya kami sering memberikan sosialisasi ke

desa-desa yang merupakan kantong TKI atau yang banyak TKI nya

setiap tahun tentang prosedur penempatan TKI di luar negeri yang

baik dan benar sesuai peraturan yang ada. Sosialisasi tersebut kami

sampaikan ke perangkat desa untuk kemudian informasinya dapat

disampaikan kepada warga yang ingin menjadi TKI, karena yang

TKI kan ada yang sudah berangkat ke luar negeri dan apabila masih

belum jelas, calon TKI tersebut dapat datang langsung ke dinas

untuk kemudian kami bimbing dan beri pemahaman agar dapat

menjadi TKI yang prosedural dan tidak ilegal” (Wawancara pada 27

November 2017).

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam melaksanakan koordinasi

pelayanan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati bekerjasama

dengan beberapa pihak diantaranya kementerian, BP3TKI, BNP2TKI.

Selain itu apabila telah dilaksanakan LTSA, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Pati juga akan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kab.Pati,

Dispendukcapil Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati, Kantor Imigrasi Kab.Pati,

BP3TKI dari Semarang, P4 TKI yang merupakan pecahan dari B3TKI.

Bentuk kerjasama selain dengan pemerintah, juga dilakukan dengan pihak

swasta yaitu PT.Dewi Pengayom Bangsa yang sudah berjalan dengan baik.

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

12

1.2.4 Layanan Data dan Informasi TKI

Dalam tahap layanan data dan informasi TKI di Kabupaten Pati, peneliti

telah melakukan wawancara terhadap informan 2 selaku pejabat fungsional

pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa :

“menurut Permenaker No.22 Tahun 2014, layanan data dan

informasi TKI itu pelaksanaannya secara terpadu melalui sistem

online. Pelaksanaan layanan data dan informasi TKI di Kab.Pati

oleh Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati melalui siskotkln (sistem

komputerisasi tenaga kerja luar negeri. Siskotkln sendiri isinya

memuat biodata TKI meliputi nama, tempat tanggal lahir, alamat,

pas foto, kemudian nomor paspor, nama dan alamat PPTKIS yang

menempatkan, gaji, nama dan alamat mitra usaha/pengguna,

negara tujuan. Manfaat terdaftarnya CTKI lewat siskotkln sendiri

antara lain untuk memastikan bahwa TKI telah mengikuti prosedur

penempatan TKI, memberikan kemudahan dalam penyelesaian

masalah karena data lengkap TKI ada disana. Selain itu, siskotkln

juga berguna sebagai instrumen perlindungan TKI. Untuk siskotkln

sendiri datanya terintegrasi dengan BNP2TKI di Jakarta, BP3TKI

di Semarang, dan ada rencana akhir tahun 2017 ini datanya juga

terintegrasi dengan pihak imigrasi Kab.Pati. Namun, terkadang

dalam melakukan layanan data dan informasi TKI mengalami

hambatan server/jaringan internet dari BNP2TKI di Jakarta yang

tidak terkoneksi dengan siskotkln.”(Wawancara pada 20 November

2017).

Selanjutnya, peneliti juga telah melakukan wawancara terhadap informan 5

selaku TKI yang menyatakan bahwa:

“ketika saya sudah selesai mendapatkan kartu AK/1 kemudian saya

menyerahkan dokumen-dokumen yang saya bawa ke pegawai Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Pati untuk kemudian dari dokumen-

dokumen tersebut diinput di komputer. Yang diinput di komputer itu

saya lihat meliputi biodata diri saya ada nama, tempat tanggal lahir,

alamat, nama PPTKIS yang menempatkan saya, dan lain-lain.”

(Wawancara pada 13 Desember 2017)

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam melakukan proses layanan

data dan informasi TKI secara online menggunakan sistem komputerisasi

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

13

tenaga kerja luar negeri (siskotkln) yang mulai dioperasikan sejak tahun

2012. Namun, dalam penginputan biodata TKI di siskotkln terkadang

mengalami hambatan server/jaringan internet dari BNP2TKI di Jakarta yang

tidak terkoneksi dengan siskotkln.

1.2.5 Pelaporan

Dalam tahap pelaporan, peneliti telah melakukan wawancara terhadap

informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang

Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa :

“dalam hal pelaporan, wewenang kami sesuai yang tercantum

dalam Permenaker No.22 Tahun 2014 meliputi pelayanan

penempatan TKI, penyelesaian permasalahan TKI, dan

pemberian peringatan tertulis kepada PPTKIS. Dalam hal

pelayanan penempatan TKI, kami memfasilitasi mulai dari proses

mendapatkan AK/1 sampai TKI memperoleh paspor dari pihak

imigrasi Pati. Untuk penyelesaian permasalahan TKI contohnya

pada pertengahan November 2017 ini saya mendapatkan email

dari Kemenlu kalau ada salah satu TKI dari Tayu stres karena

anaknya meninggal. Tindak lanjut dari Dinas Tenaga Kerja

Kab.Pati yaitu langsung melakukan koordinasi dengan perangkat

desa di Tayu. TKI tersebut bekerja di Arab sekitar tahun 2008

sebelum ada moratorium. Untuk proses pendaftaran TKI tersebut

tidak melalui siskotkln karena siskotkln sendiri baru ada tahun

2012. Proses pemberangkatannya juga tidak melalui PT.

Kemudian dalam hal pemberian peringatan tertulis kepada

PPTKIS di Kab.Pati contohnya PPTKIS yang tidak aktif dalam

melaporkan AN05 atau laporan penerbangan TKI setiap

bulannya ke Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati, maka akan diberi

sanksi pencabutan rekomendasi SK pendirian PPTKIS. Karena

dari Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati menghendaki

haruis ada pelaporan ANO5 dari PPTKIS Pusat dan Cabang

setiap bulannya kepada pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Pati. Untuk PPTKIS Pusat di Pati yaitu PT.Dewi Pengayom

Bangsa dan PT.Pelita Karya Djuhari saya kira sudah disiplin

dalam melaporkan ANO5. Namun, untuk PPTKIS Cabang di

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

14

Kab.Pati saya kira masih kurang disiplin dalam melaporkan

AN05 ke Dinas.”(Wawancara pada 20 November 2017).

Senada dengan yang dikatakan oleh informan 2, informan 1 selaku

Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang

Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati mengatakan bahwa:

“dalam hal pelayanan penempatan TKI, kami selaku Dinas

sudah melaksanakannya sesuai dengan prosedur yang ada yaitu

melakukan pelayanan penempatan TKI mulai dari

mendapatkan AK/1 sampai memperoleh paspor. Kemudian

untuk penyelesaian permasalahan TKI contohnya pada bulan

November 2017 lalu saya bersama dengan Bu Sri Rahayu

berkunjung ke Perangkat Desa di Tayu untuk melakukan

koordinasi masalah TKI yang stres karena anaknya meninggal

bunuh diri dan sampai saat ini beliau masih di Arab dan

ditangani pihak Kemenlu disana. Dalam hal pelaporan

penyelesaian permasalahan TKI di Kab.Pati contohnya

beberapa hari yang lalu ada TKI yang melapor ke Dinas

Tenaga Kab.Pati bahwa bapaknya meninggal dunia. Dalam

menanggapi kasus tersebut kami berupaya meluruskan dan

memberi penjelasan bahwa meninggalnya kerabat TKI

bukanlah wewenang atau tanggung jawab dari Dinas. Kalau

ada keluarga TKI yang meninggal mungkin TKI tersebut

sebaiknya bisa langsung melapor ke Dinas Sosial. Kemudian

dalam hal pelaporan AN05, PPTKIS di Kab.Pati baik Pusat

maupun Cabang wajib melaporkan hasilnya setiap bulannya

kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Dan apabila tidak

disiplin maka akan diberi sanksi pencabutan rekomendasi SK

pendirian PPTKIS, dan tidak akan dilayanai oleh Dinas dalam

proses perekrutan TKI. ”(Wawancara pada 27 November 2017).

Dalam hasil wawancara dengan informan 3 selaku Kepala Bagian

Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa juga mengatakan bahwa :

“dalam hal pelaporan penerbangan TKI (AN05),kami juga

lancar dan disiplin dalam melaporkan setiap bulannya ke pihak

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Meskipun tidak ada

laporan penerbangan TKI ke luar negeri/nihil, tapi hasilnya

tetap akan kami laporkan ke pihak Dinas Tenaga Kerja.

Laporan AN05 itu sendiri rinciannya ada kapan TKI

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

15

diterbangkan, ke negara mana, pesawatnya apa, tanggal berapa

diberangkatkan, dan lain-lain.”(Wawancara pada 13 Desember

2017).

Berdasarkan data wawancara dari informan-informan di atas Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Pati telah melaksanakan tahap pelaporan yang

meliputi pelayanan penempatan TKI, penyelesaian permasalahan TKI, dan

pemberian peringatan tertulis kepada PPTKIS sesuai dengan Permenaker

No.22 Tahun 2014.

1.2.6 Koordinasi

Dalam tahap koordinasi, peneliti telah melakukan wawancara terhadap

informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang

Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati ang mengatakan bahwa :

“Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam proses koordinasi

contohnya ada undangan dari BP3TKI yang ada di Semarang

untuk melaksanakan rapat koordinasi dan evaluasi dalam hal

sistem pelayanan siskotkln di Dinas Tenaga Kerja Kab/Kota

apakah ada kendala/tidak itu semua dibahas disana. Hambatan

yang sering kami alami mengenai masalah siskotkln adalah

servernya terkadang tidak konek dengan capil. Kemudian pada

November 2017 lalu kami juga mendapatkan undangan dari

BP3TKI di Semarang kemarin membahas tentang masalah

dokumen TKI antara paspor dengan dokumen tidak tidak sama,

kemudian rata-rata mantan TKI Timur Tengah kan namanya

ada binti nya, kalau di perubahan tidak bisa dan harus di pra

peradilan dulu prosesnya sampai 6 bulan dan Dinas ada yang

usul namanya diubah dan ada yang tidak setuju dan hal tersebut

prosesnya masih menunggu keputusan lebih lanjut. Dalam

proses koordinasi, tidak ada keterlibatan dari pihak swasta

maupun kelompok sasaran. Namun, hasil dari koordinasi ini

nantinya akan mempengaruhi pihak swasta dan kelompok

sasaran yaitu TKI. ”(Wawancara pada 20 November 2017 dan 8

Desember 2017).

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

16

Senada dengan yang dikatakan oleh informan 2, informan 1 selaku

Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang

Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati mengatakan bahwa:

“rapat koordinasi dengan BP3TKI di Semarang setiap tahunnya

kami bisa mendapat undangan sampai 5 kali dan masalah yang

dibahas untuk setiap pertemuan pun berbeda-beda ada yang

membahas tentang pelayanan siskotkln yang dilaksanakan oleh

Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati kemudian hambatan yang dialami

apa saja, kemudian membahas tentang kelengkapan dokumen

yang dibawa oleh Calon TKI apakah sudah sesuai atau belum.

Rapat koordinasi tersebut harus selalu kami datangi dan patuhi

sebagai tindak lanjut kami dalam melaksanakan kebijakan

penempatan TKI di luar negeri khusunya di Kab.Pati. Seperti

yang telah diketahui bahwa maksud dan tujuan dari kebijakan

penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan Permenaker

No.22 Tahun 2014 diantaranya untuk memberikan pelayanan

kepada TKI secara murah, transparan, dan tepat waktu;

memberikan pelayanan kepada TKI mulai dari mencari AK/1,

berangkat ke luar negeri, sampai kepulangannya; serta

memberikan pemahaman kepada TKI dan keluarganya lewat

sosialisasi aturan-aturan dalam bentuk UU maupun

Permenaker. Di samping itu, kami juga membutuhkan

kerjasama dari TKI untuk membantu agar tujuan dari kebijakan

penempatan TKI di Kab.Pati dapat berjalan secara maksimal

karena masih ada beberapa TKI yang kurang peduli terhadap

kebijakan penempatan TKI di luar negeri.”(Wawancara pada 27

November 2017)

Berdasarkan pernyataan dari informan 1 di atas, Permenaker No.22

Tahun 2014 memiliki maksud dan tujuan yang jelas yang jelas yaitu untuk

memberikan pelayanan kepada TKI secara murah, transparan, dan tepat

waktu; memberikan pelayanan penempatan kepada TKI mulai dari

mencari AK/1, berangkat ke luar negeri, sampai kepulangannya; serta

memberikan pemahaman kepada TKI dan keluarganya lewat sosialisasi

aturan-aturan dalam bentuk UU maupun Permenaker. Dinas Tenaga Kerja

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

17

Kabupaten Pati sebagai implementor dari kebijakan penempatan TKI di

luar negeri di Kabupaten Pati bertugas untuk melaksanakan proses

pendaftaran, seleksi, koordinasi pelayanan penempatan TKI di luar negeri,

layanan data dan informasi TKI, pelaporan meliputi pelayanan

penempatan TKI; penyelesaian permasalahan TKI; pemberian peringatan

tertulis kepada PPTKIS,dan koordinasi. Seluruh upaya ini dilakukan demi

mencapai tujuan dari kebijakan penempatan TKI di luar negeri di

Kabupaten Pati. Dengan adanya kejelasan tujuan dari kebijakan ini,

diharapkan implementor serta kelompok sasaran dapat memahami dan

berupaya untuk bekerjasama agar tujuan dapat tercapai.

Di Kabupaten Pati, ternyata sebagian TKI masih belum memahami

tujuan dari diselenggarakannya kebijakan penempatan TKI di luar negeri

di Kabupaten Pati yang mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan

yang berkaitan dengan penempatan TKI.

3.3. Faktor Penghambat dan Pendorong yang Dihadapi oleh Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam Mengimplementasikan

Kebijakan Penempatan TKI di Luar Negeri di Kabupaten Pati

3.3.1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Dalam variabel ini, fenomena yang dilihat adalah kejelasan dari standar

kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati serta siapa

sasaran dari dilaksanakannya kebijakan tersebut. Standar yang dinilai

berkaitan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP merupakan

sebuah pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

18

fungsinya masing-masing. Hal ini juga berlaku pada proses kebijakan

penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati. Berikut pernyataan

dari informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:

“SOP itu kan standar operasional prosedur yang merupakan

bagian dari pelayanan. SOP dalam menjalankan kebijakan

penempatan TKI di Kab.Pati mulai dari pencarian AK/1 sebagai

salah satu syarat pendaftaran, kemudian setelah memperoleh

AK/1, Calon TKI langsung mendaftar ke Bu Sri Rahayu untuk

data-datanya diinput di siskotkln, kemudian TKI akan saya

interview dengan membawa kelengkapan dokumen yang

disyaratkan seperti e-KTP, KK, surat ijin ortu/wali, surat

ket.sehat/tidak dalam kondisi hamil, surat nikah, ijazah, akte

kelahiran, kartu AK/1. Dan kalau dokumen-dokumen ada yang

belum lengkap ya tidak saya loloskan, hingga proses rekam paspor

itu merupakan SOP yang harus dijalankan Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati. Di hari Senin tanggal 4 Desember 2017 nanti

juga akan dilaksanakan 1SO 9001 2015 di Dinas Tenaga Kerja

Kab.Pati. Sebelumnya Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati juga telah

lolos untuk uji ISO 9001 2008. Iso itu semacam bimbingan

pelayanan AK/1. Output dari uji ISO 9001 2015 ini yaitu Dinas

Tenaga Kerja Kab.Pati harus mampu melaksanakan pelayanan

kegiatan AK/1 sesuai prosedur atau aturan yang berlaku. Dalam

melaksanakan SOP tersebut Dinas menggunakan aturan UU No.39

Tahun 2004 yang ditindaklanjuti dengan Permenaker No.22 Tahun

2014. Maksud dan tujuan dari kebijakan ini antara lain

memberikan pelayanan kepada TKI secara mudah, transparan,dan

tepat waktu; memberikan pelayanan penempatan kepada TKI

mulai dari mencari AK/1, berangkat ke luar negeri, sampai

kepulangannya; memberikan pemahaman kepada TKI dan

keluarganya lewat sosialisasi aturan-aturan dalam bentuk UU

maupun Permenaker.” (Wawancara pada 30 November 2017).

Pernyataan yang hampir sama juga dikatakan oleh informan 2

selaku pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

19

“Untuk SOP kami dalam menjalankan sesuai dengan UU. No 39

Tahun 2004 kemudian diturunkan ke Permenaker No.22 Tahun

2014 mulai dari pencarian AK/1, kemudian penginputan biodata

TKI di siskotkln yang saya lakukan, setelah itu ada interview TKI

yang dilakukan oleh Pak.Ali, dan ada pembuatan rekomendasi

paspor dan ID TKI. Tujuan dari kebijakan ini sudah dijelaskan

untuk memperbaiki taraf hidup/perekonomian TKI serta untuk

memberikan pelayanan penempatan TKI ke luar negeri. Jadi sudah

jelas juga bahwa sasaran yang dituju dari adanya kebijakan ini

ialah TKI.” (Wawancara pada 8 Desember 2017)

Pernyataan terkait pelaksanaan SOP juga disampaikan oleh

informan 3 selaku Kepala Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa

mengatakan bahwa:

“dalam menjalankan peran kami sudah sesuai dengan SOP

seperti yang dijelaskan dalam Permenaker No.22 Tahun 2014

meliputi proses rekrutmen TKI itu terutama kami memperhatikan

usia, harus sehat jasmani, punya e-KTP, KK, surat ijin suami bagi

yang sudah menikah kalau yang belum menikah ya ijin ortu,

ijazah, akte kelahiran, surat SKCK, surat medical check up;

setelah itu pemeriksaan kesehatan psikologi TKI itu pertama-tama

yang jelas tenaga kerja yang masuk harus dilaksanakan

pemeriksaan kesehatan yang istilahnya cek medis yang

dilaksanakan oleh lembaga kesehatan yang ditunjuk negara. Jadi

kaitannya dengan kesehatan yang jelas dari pihak medical

memberikan rekomendasi kepada tenaga kerja itu apakah mereka

layak untuk bekerja di luar negeri/tidak sehingga rekomendasi

kesehatan dari pihak medical tersebut menjadi acuan kami apakah

TKI layak/tidak untuk diberangkatkan ke luar negeri. Lembaga

kesehatan yang ditunjuk negara untuk memeriksa kesehatan dan

psikologi TKI itu di Jateng diantaranya ada medical sentrum dan

permata dari Semarang. Kemudian dalam hal menjalankan SOP

kami juga melaksanakan perjanjian kerja yaitu kami membuatkan

perjanjian kerja antara kami dari PPTKIS Dewi Pengayom

Bangsa dengan TKI kemudian dalam perjanjian kerja akan

memperoleh rincian berapa gajinya, jangka waktu kontrak kerja,

nama majikan, di negara mana TKI ditempatkan, dan lain-lain;

kemudian ada komponen biaya yang dapat dibebankan kepada

calon TKI meliputi biaya untuk pemeriksaan kesehatan termasuk

psikologi, paspor, uji kompetensi, akomodasi selama pelatihan

meliputi konsumsi, peralatan, dan bahan praktek, asuransi

perlindungan, jasa agensi yang ditempatkan di masing-masing

negara tempat tujuan TKI, kemudian biaya untuk airport dan

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

20

handling. Peran yang kami lakukan selanjutnya adalah melakukan

pelayanan kepulangan TKI dengan memastikan kepulangan TKI

dengan menghubungi TKI/mitra usaha/pengguna selambat-

lambatnya 3 bulan sebelum berakhirnya perjanjian kerja.”

(Wawancara pada 13 Desember 2017).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dideskripsikan bahwa

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dan PT.Dewi Pengayom Bangsa

memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang digunakan sebagai

panduan dalam melaksanakan kebijakan penempatan TKI di luar negeri

di Kabupaten Pati yaitu Permenaker No.22 Tahun 2014. Kemudian

terkait dengan tujuan kebijakan juga dapat dideskripsikan bahwa

kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati bertujuan

untuk memberikan pelayanan kepada TKI secara mudah, transparan,dan

tepat waktu; memberikan pelayanan penempatan kepada TKI mulai dari

mencari AK/1, berangkat ke luar negeri, sampai kepulangannya;

memberikan pemahaman kepada TKI dan keluarganya lewat sosialisasi

aturan-aturan dalam bentuk UU maupun Permenaker; memperbaiki taraf

hidup/perekonomian TKI serta memberikan pelayanan penempatan TKI

ke luar negeri.

3.3.2. Sumberdaya

Variabel yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan adalah

sumberdaya. Sumber daya berkenaan dengan sumber daya pendukung,

khususnya sumber daya manusia, dimana hal ini berkenaan dengan

kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk melaksanakan kebijakan

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

21

secaa optimal. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia,

anggaran dan fasilitas.

a. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia di dalam sebuah organisasi merupakan hal yang

sangat penting karena manusia merupakan roda penggerak organisasi.

Staf merupakan esensial terpenting dalam pelaksanaan kebijakan publik

untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengotimalan

kinerja staf dilakukan dengan cara pelatihan dan pengembangan agar

mendapatkan kualitas staf yang maksimal dalam pelaksanaan kebijakan

penanganan sampah. Overlapping sering terjadi dalam pelaksanaan

kebijakan publik, dikarenakan komposisi jumlah pegawai yang masih

kurang.

Peneliti melakukan observasi terhadap fenomena sumberdaya

manusia pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati. Berikut pernyataan

dari informan 1 selaku Kepala Seksi Bidang Penempatan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:

“untuk SDM di dalam Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati yang ikut

berperan dalam implementasi kebijakan penempatan TKI itu ada

Kepala Dinas, Kabid Penempatan dan Pengembangan Tenaga

Kerja, Kasi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

pengantar kerja, dan rencana setelah ada LTSA akan ditambah

dengan pihak imigrasi, Dinas Kesehatan, Dispendukcapil,

Kepolisian, BP3TKI Semarang yang melayani dalam proses

pelaksanaan PAP (Pembekalan Akhir Pemberangkatan),

kemudian ada P4TKI tugasnya melakukan pelayanan uji

kompetensi TKI dan P4TKI sendiri merupakan bagian dari

BP3TKI. Tugas dari Kepala Dinas dalam melaksanakan kebijakan

penempatan TKI di luar negeri di Kab.Pati itu menginstruksikan

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

22

masalah kebijakan tentang sistem-sistem dan peraturan-

peraturannya yang mengatur tentang penempatan TKI di Kab.Pati

kepada Kabid Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja dan

dilaksanakan oleh Kasi Penempatan dan Pengembangan Tenaga

Kerja.

Untuk SDM pegawai dalam mengimplementasikan kebijakan saya

kira sudah cukup kompeten dan konsisten dalam menjalankan

tugasnya masing-masing. Contohnya untuk pelayanan pendaftaran

TKI lewat siskotkln yang dilaksanakan oleh Bu Sri Rahayu sebagai

pengantar kerja saya kira sudah cukup kompeten karena beliau

sudah bisa menguasai komputer. Namun, dalam pelayanan AK/1

sekarang ini di Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati dipegang oleh 1

pegawai. Dan seharusnya demi kelancaran minimal ya harus ada

4 pegawai. Karena pelayanan AK/1 itu sistemnya

online/komputerisasi sehingga pegawai yang mengoperasikan ya

harus paham komputer. Di pelayanan AK/1 sekarang ini kurang

operator, penerima tamu juga tidak ada. Kalau sistem online

dalam pelayanan AK/1 tidak bisa ya proses pelayanannya

dialihkan ke manual dan kalau manual bisa dihandle oleh Bu

Lestari. Tapi kalau onlinenya bisa beliau tidak bisa menghandle.

Yang bisa kalau online ya hanya Pak Gik. Untuk pelayanan AK/1

ini kan diperlukan oleh TKI dalam melengkapi salah satu syarat

pendaftaran untuk menjadi TKI di luar negeri.” (Wawancara pada

30 November 2017)

Selanjutnya, informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja

ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Pati juga memberikan penjelasan terkait jumlah

komposisi dan kompetensi pegawai:

“untuk jumlah SDM yang ikut berperan dalam implementasi

kebijakan penempatan TKI di Kab.Pati menurut saya sangat

kurang. Ini saja petugas pengantar kerja hanya saya saja yang

biasanya mengurus masalah TKI. Dulu sebelum ada perubahan

SOTK, saya dibantu oleh 1 pegawai lagi untuk mengurus masalah

TKI, tetapi setelah ada perubahan SOTK awal tahun 2017 lalu ya

untuk mengurus masalah yang berkaitan dengan TKI dikerjakan

oleh saya saja. Jadi yang kurang disini ada petugas antar kerja,

yang satunya sudah pensiun, yang satunya belum di bimtek.

Harusnya ada minimal 3 petugas antar kerja soalnya yang satu

tugasnya bisa untuk mengecek dokumen yang dibawa TKI, nanti

masukkan di komputer, kemudian langsung di print out. Padahal di

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

23

Dinas yang lain itu ada 2-3 petugas antar kerja. Pati sendiri yang

petugas antar kerjanya hanya satu. Pelayanan AK/1 untuk

operatornya juga kurang cuma ada 1 orang.

Kompetensi pegawai dalam melaksanakan tupoksinya ya sudah

kompeten semua dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.

Contohnya dalam prosedur penempatan TKI kami dalam

melaksanakan ya sudah sesuai dengan Permenaker No.22 Tahun

2014. Dalam menjalankan kami acuannya aturan dan tidak boleh

melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan.” (Wawancara pada

8 Desember 2017).

Berdasarkan wawancara di atas dapat dideskripsikan bahwa

sumber daya manusia yang terdapat pada Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati sudah memiliki kompetensi yang cukup dalam

menjalankan kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten

Pati, tetapi untuk jumlah pegawai masih dirasa kurang karena pegawai

merasa beban kerja masih terlalu banyak untuk dipegang per individu.

b. Sumberdaya Anggaran

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan

modal atas suatu kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan,

sebab tanpa dukungan anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan

berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuannya. Peneliti melakukan

observasi terhadap fenomena dilihat dari sumberdaya anggaran, sumber

pendanaan untuk membiayai kebijakan penempatan TKI di luar negeri di

Kab.Pati. Berikut wawancara dengan informan 1 selaku Kepala Seksi

Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

24

“jumlah anggaran yang disediakan pemerintah untuk kebijakan

penempatan TKI di Kab.Pati menurut saya masih sangat kurang.

Anggaran biasanya diperoleh dari APBD dan bantuan APBN

kalau ada. Katakanlah apabila ada berita kematian TKI dan kami

disuruh kesana jelas kami ya tidak ada biayanya. Kemudian

selama ini seperti pembentukan satgas untuk pelayanan secara

maksimal TKI yang bernmasalah itu kalau dulu dibiayai oleh

pemerintah pusat tapi untuk sekarang pemerintah pusat tidak

membiayai lagi dan harus Pemda sendiri yang membiayai. Tapi

masalahnya dari Pemda sendiri pun tidak punya anggarannya.

Untuk masalah LTSA kami mendapatkan bantuan dari

Kementerian, sedangkan dana 500 juta kemarin itu kami dapat

bantuan dari Provinsi, bantuan dari Pemda juga ada. Seperti

meja, kursi untuk pelayanan LTSA itu dari Kementerian kemudian

bantuan memperbaiki gedung itu dananya dari Provinsi.”

(Wawancara pada 30 November 2017).

Berdasarkan wawancara di atas, dapat dideskripsikan bahwa

anggaran merupakan sumberdaya yang juga penting yang digunakan

untuk penyelenggaraan kebijakan. Dalam kebijakan penempatan TKI di

luar negeri di Kabupaten Pati, dana yang diperoleh ada yang berasal dari

APBD dan APBN. Dana yang dianggarkan dirasa masih agak kurang

untuk menunjang kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten

Pati.

c. Sumberdaya Fasilitas

Fasilitas merupakan alat penunjang keberhasilan suatu kebijakan. Dalam

implementasi kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten

Pati, fasilitas dianggap menjadi salah satu bagian penting dalam

pelaksanaan teknis Permenaker ini. Peneliti melakukan observasi

terhadap fenomena sumberdaya dilihat dari segi fasilitas dan

memperoleh hasil wawancara terhadap informan 1 selaku Kepala Seksi

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

25

Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yaitu :

“Fasilitas yang dibutuhkan Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati dalam

melaksanakan kebijakan itu ada komputer untuk layanan data TKI

juga sudah cukup. Contohnya komputer untuk proses pembuatan

AK/1 sudah cukup, komputer untuk proses penginputan data TKI di

siskotkln juga sudah cukup, mobil dinas juga sudah cukup

memadai. Yang kami mengalami kekurangan itu pada driver/supir

masih kurang. Driver tugasnya untuk mengantar kami ke tujuan

kalau misalnya ada TKI yang bermasalah. Kondisi fasilitas juga

sudah layak tapi masih ada yang perlu diperbaiki contohnya

printer.”

Dari hasil wawancara dapat dideskripsikan bahwa sumberdaya

fasilitas merupakan sarana penunjang kebijakan penempatan TKI di luar

negeri di Kabupaten Pati. Tanpa adanya sumberdaya fasilitas, Dinas

Tenaga Kerja Kab.Pati tidak dapat melaksanakan kebijakan karena

dalam keberjalanan proses kebijakan ini fasilitas sangat dibutuhkan.

Fasilitas yang masih dirasakan kurang oleh Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati

yaitu pada kurang tersedianya driver/sopir untuk mengantar ke tempat

tujuan apabila ada TKI yang bermasalah, dan masalah printer.

3.3.3. Hubungan antar Organisasi

Hubungan antar organisasi dalam kebijakan penempatan TKI di luar

negeri di Kabupaten Pati merupakan faktor penting lainnya yang

mempengaruhi optimal atau tidaknya kebijakan ini, serta tercapai atau

tidaknya tujuan dari kebijakan ini. Mengingat ada banyak aktor yang

terjun dan berperan dalam menyelenggarakan kebijakan penempatan

TKI di luar negeri di Kabupaten Pati, maka hubungan antar organisasi di

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

26

dalamnya dituntut untuk sesuai dan searah, dikarenakan hal tersebut lah

yang mempengaruhi hasil yang didapat dari pelaksanaan kebijakan ini.

Hubungan baik antar organisasi pemerintah dan swasta harus dapat

dijalankan agar pelaksanaan kebijakan penempatan TKI di luar negeri di

Kabupaten Pati dapat mencapai tujuannya. Berikut merupakan hasil

wawancara berkaitan tentang hubungan antar organisasi yang

disampaikan oleh informan 2 selaku pejabat fungsional pengantar kerja

ahli Bidang Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Pati yang mengatakan bahwa :

“ Hubungan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dengan

organisasi lain sudah baik. Sebagai contoh Dinas Tenaga Kerja

kab.Pati berkoordinasi dengan Kementerian di Jakarta mengenai

Surat Ijin Pengerahan (SIP), Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati

berkoordinasi dengan BP3TKI mengenai pendaftaran, rekrutmen,

dan seleksi CTKI Kab.Pati,kasus-kasus yang menimpa TKI,

sosialisasi pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) ke PPTKIS

di Kab.Pati yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja

Kab.Pati, kemudian koordinasi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Pati dengan BNP2TKI yang ada di Jakarta tentang rekap data

jumlah TKI, jumlah penempatan TKI, dimana data-data tersebut

kami dapat dari PPTKIS. Data-data tersebut kemudian kami

kirim ke pihak BNP2TKI. Proses koordinasi pelayanan

penempatan TKI yang dilaksanakan Dinas Tenaga Kerja

Kab.Pati dengan Kementerian, BNP2TKI, serta BP3TKI itu dapat

melalui fax, email, kontak, helpdesk. Sedangkan untuk hubungan

antara Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dengan pihak swasta

yaitu PT.Dewi Pengayom sudah baik mengenai masalah

rekrutmen, seleksi, pelaporan penerbangan (AN05) juga sudah

baik dan disiplin dalam melapor. ”(Wawancara pada 20

November 2017).

Hal yang serupa juga disampaikan oleh informan 1 selaku Kepala

Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

27

dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati

yaitu :

“hubungan kerjasama yang dijalin antara Dinas Tenaga Kerja

Kab.Pati dengan organisasi lain antara lain contohnya dengan

BP3TKI sudah baik dan kami dalam 1 tahun sering mendapat

undangan dari BP3TKI di Semarang sampai 5 kali untuk rapat

koordinasi diantaranya membahas tentang pelayanan siskotkln di

Dinas, kemudian masalah rekrutmen, seleksi TKI, dan lain-lain.

Selain itu nanti kalau terselenggara LTSA kami juga akan

bekerjasama dengan beberapa organisasi lain diantaranya yaitu

dengan pihak imigrasi Kab.Pati dalam hal mengurus masalah

paspor TKI; kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kab.Pati dalam

hal pemeriksaan kesehatan TKI yang dibuktikan dengan

dokumen-dokumen yang dibawa oleh TKI ke Dinas contohnya

TKI tidak sedang dalam kondisi hamil; kerjasama dengan

kepolisian Kab.Pati dalam hal pengurusan SKCK oleh TKI dan

pengurusan surat bebas narkoba yang harus dimiliki TKI;

kerjasama dengan Dispendukcapil berkaitan dengan pengurusan

e-KTP apakah dia betul-betul warga asli dari daerah tersebut

atau tidak; kerjasama dengan P4TKI yang merupakan bagian

dari BP3TKI dalam hal melakukan uji kompetensi kepada TKI; di

LTSA nanti juga ada pegawai dari BP3TKI Semarang akan

didatangkan ke Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati untuk melayani

proses pelaksanaan PAP (Pembekalan Akhir Pemberangkatan).

Hubungan kerjasama Dinas dengan pihak swasta contohnya

dengan PT.Dewi Pengayom Bangsa pun saya nilai sudah cukup

baik berkaitan dengan masalah laporan penerbangan

(AN05),rekrutmen dan seleksi TKI.”(Wawancara pada 27

November 2017).

Adapun hal yang disampaikan oleh informan 3 selaku Kepala

Bagian Umum PT.Dewi Pengayom Bangsa adalah :

“untuk interaksi antara pihak Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati

dengan PT.Dewi Pengayom Bangsa saya kira sudah cukup baik.

Diantaranya untuk rekrut dan seleksi dengan Dinas selama ini

baik-baik saja dan tidak ada masalah. Karena apabila kami ada

masalah mengenai perekrutan dan seleksi maka konsekuensinya

kami tidak akan diberikan rekom paspor untuk TKI oleh Dinas

Tenaga Kerja Kab.Pati. Jadi TKI yang akan berangkat ke luar

negeri kan harus punya paspor, nah untuk mendapatkan paspor itu

harus mendapatkan ijin dari Dinas. Interaksi kami dengan Dinas

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

28

Tenaga Kerja Kab.Patiterkait laporan AN05 itu kami juga lancar

dan disiplin dalam melaporkan setiap bulannya ke pihak Dinas

Tenaga Kerja Kab.Pati. Meskipun tidak ada laporan penerbangan

TKI ke luar negeri/nihil, tapi hasilnya tetap akan kami laporkan ke

pihak Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati.” (Wawancara pada 13

Desember 2017)

Berdasarkan uraian hasil wawancara di atas, dapat dideskripsikan

bahwa hubungan antar organisasi pemerintah yang terjalin yaitu antara

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dengan Kementerian, BP3TKI di

Semarang, BNP2TKI, dan bila sudah terlaksana Layanan Terpadu Satu

Atap (LTSA), Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati juga akan

berhubungan dengan organisasi pemerintah lainnya yaitu dengan pihak

imigrasi Kab.Pati, Dinas Kesehatan Kab.Pati, Kepolisian Kab.Pati,

Dispendukcapil Kab.Pati, P4 TKI yang merupakan bagian dari BP3TKI.

Selain hubungan antar organisasi pemerintah, Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati juga melakukan kerjasama dengan pihak swasta yaitu PT

Dewi Pengayom Bangsa, dimana kerjasama yang terjalin dalam bentuk

rekrutmen, seleksi TKI, serta laporan penerbangan (AN05) yang

laporannya harus disampaikan ke pihak Dinas Tenaga Kerja Kab.Pati

setiap bulannya semuanya sudah berjalan dengan baik.

3.3.4. Karakteristik Agen Pelaksana

Yang dimaksud dengan karakteristik agen pelaksana dari teori mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah kebijakan menurut Van Meter

dan Van Horn yaitu pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-

norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang

semuanya itu akan mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan.

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

29

Dalam fenomena yang diteliti dalam penelitian ini, maka fenomena yang

akan dilihat adalah terkait dengan struktur birokrasi dan pola hubungan

yang terjadi pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dalam

menjalankan kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten

Pati. Berikut merupakan hal yang diungkapkan oleh informan 1 selaku

Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang

Penempatan dan Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati:

“untuk struktur birokrasi yang ada di Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati itu dari bawah ke atas, dari staf ke kasi, kasi ke

kabid, kemudian kabid ke kepala dinas.Contoh:kalau ada

informasi itu semuanya dari bawah seperti kalau ada surat masuk

tidak boleh langsung ke atasan, harus dari bawah dulu,

diagendakan. Untuk surat turun prosesnya dari kepala dinas,

kemudian ke kabid, baru ke kasi kemudian dikembalikan ke

agenda. Kalau kaitan struktur birokrasi dengan implementasi

kebijakan penempatan TKI ya harus ada laporan tentang

pelaksanaan kebijakan penempatan TKI kepada kepala dinas oleh

kasi melalui kabid. Secara struktur birokrasi saya rasa alurnya

berbelit-belit, bahkan terkadang ada kegiatan yang harusnya

dijalankan oleh kepala dinas/kabid karena beliau ada halangan

tertentu misalnya maka kegiatan tersebut diambil alih oleh kasi .

Kalau ada kegiatan yang riskan atau harus cepat dilayani dan

kadisnya tidak ada maka kegiatan tersebut langsung dikelola oleh

kasinya.Untuk pola hubungan antara atasan dan bawahan di

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati juga sudah baik. Struktur

yang kami miliki sudah baik karena pembagian kerja sudah cukup

jelas di struktur tersebut, tetapi kembali lagi untuk jumlah pegawai

kami masih merasa sangat kurang.” (Wawancara pada 30

November 2017)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dideskripsikan bahwa

struktur birokrasi yang dimiliki oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati

sendiri sudah sesuai dengan tugas, fungsi dan beban kerja masing-

masing, tetapi permasalahan yang terjadi adalah jumlah pegawai yang

Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

30

masih dirasa kurang dalam menangani kebijakan penempatan TKI di

luar negeri di Kabupaten Pati ini. Kemudian untuk pola hubungan yang

dibangun di dalam organisasi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yakni

antara atasan dengan bawahan sudah baik pula.

3.3.5. Kondisi Sosial dan Ekonomi

Lingkungan sosial, ekonomi dan politik dapat juga disebut lingkungan

eksternal. Kondisi eksternal yang tidak kondusif dapat menyebabkan

kegagalan implementasi kebijakan penempatan TKI di luar negeri di

Kabupaten Pati. Sebaliknya, apabila kondisi eksternal mendukung

kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati, maka dapat

mempengaruhi hasil yang optimal dari pelaksanaan kebijakan . Berikut

merupakan hasil wawancara yang dilakukan berkaitan dengan kondisi

sosial dan ekonomi oleh informan 1 selaku Kepala Seksi Penempatan

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan Pengembangan

Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:

“faktor sosial yang mempengaruhi kebijakan tentu saja berasal

dari kelompok sasaran itu sendiri yaitu TKI di Kabupaten Pati.

Responnya kalau dia berniat baik tentu saja positif artinya mereka

mematuhi peraturan yang ada. Tetapi kalau ada oknum yang

merasa tidak puas atau tidak suka responnya ya negatif. Sebagian

TKI juga ada yang sudah mematuhi peraturan yang berlaku

mengenai masalah seleksi tetapi ada juga sebagian yang belum

mematuhi contohnya kan ada calon TKI yang ingin segera

berangkat kemudian tanggal lahirnya dituakan, ada juga yang

memalsukan tanda tangan surat ijin bekerja ke luar negeri.

Adanya pemalsuan dokumen ini juga menimbulkan akibat yang

fatal.” (Wawancara pada 30 November 2017).

Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

31

Kemudian hal yang disampaikan juga oleh informan 5 yang berasal

dari TKI adalah :

“saya sudah berusaha untuk membantu pelaksanaan kebijakan

dari pemerintah ini dengan mematuhi peraturan yang diberikan

contohnya untuk proses perekrutran dan seleksi TKI saya sudah

memenuhi arahan dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati dan

pihak PT yang merekrut saya. Proses administrasi juga sudah saya

lakukan dengan membayar sejumlah uang ke PT yang merekrut

saya untuk keperluan saya dalam proses menjadi TKI. Untuk

peraturannya yang mengatur jujur saya juga belum terlalu

memahami karena dulu ketika saya mau menjadi TKI di desa saya

juga belum mendapat sosialisasi tentang TKI dari Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Pati.” (Wawancara pada 13 Desember 2017).

Dari hasil wawancara di atas, dapat dideskripsikan bahwa faktor

sosial yang mempengaruhi kebijakan penempatan TKI di luar negeri di

Kabupaten Pati adalah TKI selaku subyek sekaligus sasaran kebijakan.

Menurut pemerintah, sebagian TKI ada yang sudah mematuhi peraturan

yang berlaku terkait dengan seleksi TKI, namun masih ada beberapa TKI

yang belum patuh pada peraturan yang berlaku contohnya calon TKI

yang ingin segera berangkat kemudian tanggal lahirnya dituakan, ada

juga yang memalsukan tanda tangan surat ijin bekerja ke luar negeri.

Adanya pemalsuan dokumen ini juga menimbulkan akibat yang fatal. Di

sisi lain, faktor ekonomi juga dapat berdampak bagi kebijakan

penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati ini yaitu dibuktikan

dengan TKI yang sudah membayar sejumlah uang kepada pihak

PT/PPTKIS yang merekrutnya untuk keperluan proses selama menjadi

TKI agar berjalan dengan lancar.

Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

32

3.3.6. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni respon

implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya

untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahamannya terhadap

kebijakan dan intensitas disposisi implementor yaitu preferensi nilai

yang dimiliki oleh implementor. Peneliti mencoba untuk menggali

informasi mengenai disposisi implementor melalui wawancara. Berikut

merupakan hasil wawancara dengan informan 1 selaku Kepala Seksi

Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Penempatan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati:

“Respon Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati terhadap

kebijakan ini tentu saja baik dan sangat positif, dibuktikan dari

kami yang selalu mencoba melakukan peningkatan pelayanan

yang bersih, transparan, cepat, bebas dari pungutan liar atau

pemerasan. Contohnya saja dengan akan dilaksanakan LTSA ini

akhir tahun 2017 atau paling lambat awal tahun 2018.

Kemudian tentang pemahaman terhadap kebijakan, tentu kami

paham tentang maksud dan tujuan serta cara melaksanakannya.

Apalagi mengingat kebijakan ini sudah dilaksanakan sejak

tahun 2014 semenjak Permenaker No.22 Tahun 2014 ini

dikeluarkan.” (Wawancara pada 27 November 2017)

Adapun hal serupa yang disampaikan oleh informan 2 selaku

pejabat fungsional pengantar kerja ahli Bidang Penempatan dan

Pengembangan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati yang

mengatakan bahwa:

“Respon dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati terhadap

kebijakan ini kami harus benar-benar melaksanakan apa yang

menjadi tugas sesuai dengan kenyataan, kami ingin semua

dokumen yang dibawa TKI sama dengan apa yang sudah

ditetapkan dalam Permenaker No.22 Tahun 2014, proses dan

Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN 3.1.Deskripsi Informaneprints.undip.ac.id/61258/4/BAB_III.pdfmembawa surat kelengkapan yaitu e-KTP, KK,ijazah,surat ijin ortu/wali yang sudah mendapat stempel

33

aturan tidak boleh menyimpang harus prosedural, tetapi kadang

TKI ada yang non-prosedural dan tugas kami ya memberi

bimbingan agar mereka bertindak sesuai aturan.” (Wawancara

pada 8 Desember 2017).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pegawai pada Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Pati mengenai disposisi implementor, maka dapat

dideskripsikan bahwa pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati telah

memahami kebijakan penempatan TKI di luar negeri di Kabupaten Pati

sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia

Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri

yang sudah berjalan selama kurang lebih 3 tahun ini. Kemudian respon

dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pati juga baik dan positif dalam

melaksanakan kebijakan ini karena merasa kebijakan ini merupakan

tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Pati.