bab iii hasil dan pembahasan implementasi kps ......iodine/lugol dan biuret, serta membedakan...

13
18 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Implementasi KPS melalui Model Pembelajaran 3.1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi KPS melalui pelaksanaan model pembelajaran di kelas VIII SMP Swasta Y kota Salatiga menunjukkan bahwa setiap aspek keterampilan proses sains sudah muncul pada masing-masing pertemuan. Aspek KPS yang muncul bervariasi, hal ini disebabkan karena aspek KPS dipengaruhi oleh sintaks model pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran guru telah melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melatih KPS seperti kegiatan praktikum, kegiatan mantel ahli, dan kegiatan role playing. Tabel 3.1 Aspek KPS yang Muncul pada Proses Pembelajaran No Aspek KPS Pertemuan 1 2 3 4 5 1 Keterampilan Mengamati - 2 Keterampilan Mengelompokan/ klasifikasi - 3 Keterampilan Menafsirkan (Interpretasi) - - - - 4 Keterampilan Memprediksi - - - - 5 Keterampilan Komunikasi - - 6 Keterampilan Mengajukan Pertanyaan - 7 Keterampilan Merumuskan Hipotesis - - - - 8 Keterampilan Merencanakan Percobaan - - - - 9 Keterampilan Menerapkan Konsep - - Model Pembelajaran Pra- ktik um Mantel Ahli Man tel Ahli Diskusi Role playing Role playing dan ceramah

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 18

    BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Implementasi KPS melalui Model Pembelajaran 3.1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran

    Berdasarkan hasil observasi KPS melalui pelaksanaan model

    pembelajaran di kelas VIII SMP Swasta Y kota Salatiga menunjukkan

    bahwa setiap aspek keterampilan proses sains sudah muncul pada

    masing-masing pertemuan. Aspek KPS yang muncul bervariasi, hal ini

    disebabkan karena aspek KPS dipengaruhi oleh sintaks model

    pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran guru telah melakukan

    kegiatan pembelajaran yang dapat melatih KPS seperti kegiatan

    praktikum, kegiatan mantel ahli, dan kegiatan role playing.

    Tabel 3.1 Aspek KPS yang Muncul pada Proses Pembelajaran

    No Aspek KPS Pertemuan

    1 2 3 4 5

    1 Keterampilan Mengamati

    -

    2 Keterampilan Mengelompokan/klasifikasi

    -

    3 Keterampilan Menafsirkan (Interpretasi)

    - - - -

    4 Keterampilan Memprediksi

    - - - -

    5 Keterampilan Komunikasi

    - -

    6 Keterampilan Mengajukan Pertanyaan

    -

    7 Keterampilan Merumuskan Hipotesis

    - - - -

    8 Keterampilan Merencanakan Percobaan

    - - - -

    9 Keterampilan Menerapkan Konsep

    - -

    Model

    Pembelajaran

    Pra-ktikum

    Mantel Ahli

    Mantel

    Ahli

    Diskusi Role

    playing

    Role playing

    dan ceramah

  • 19

    Aspek keterampilan mengamati pada proses pembelajaran

    materi pokok sistem pencernaan. Siswa diminta untuk mengamati

    perubahan warna yang terjadi pada makanan ketika ditetesi reagen

    iodine/lugol dan biuret, serta membedakan makanan yang

    mengandung karbohidrat dan protein. Pada aspek keterampilan

    klasifikasi muncul ketika siswa diminta guru untuk mencatat hasil

    pengamatan yang sudah dilakukan, pada materi organ-organ sistem

    pencernaan guru menjelaskan organ-organ manusia, kemudian siswa

    dibimbing oleh guru untuk mengelompokkan organ-organ sistem

    pencernaan manusia dengan menggunakan strategi mantel ahli. Siswa

    diminta guru untuk merangkai alat-alat yang sudah disediakan guru

    menjadi serangkaian organ sistem pencernaan, serta siswa dibimbing

    untuk bermain menggunakan metode role playing tentang organ-organ

    sistem pencernaan. Pada aspek komunikasi siswa diminta guru untuk

    mempersentasikan hasil praktikum nutrisi pada makanan didepan,

    mempersentasikan hasil rangkaian organ-organ sistem pencernaan,

    dan melakukan kegiatan bermain peran atau role playing tentang

    organ-organ manusia. Keterampilan mengajukan pertanyaan

    ditunjukkan melalui kegiatan aktivitas guru bertanya tentang materi

    yang disampiakan, salah satu contoh pertanyaan yang ditanyakan

    kepada siswa antara lain 1).“Kenapa siswa memilihi makanan hanya

    karena rasanya bukan karena nutrisi”. 2). bagaimana proses makanan

    dicerna didalam tubuh”. Pada aspek keterampilan merumuskan

    hipotesis, siswa dibimbing guru untuk membuat hipotesis sebelum

    melakukan kegiatan praktikum nutrisi pada makanan di LKS yang sudah

    tersedia. Aspek keterampilan merencanakan percobaan, siswa

    dibimbing oleh guru untuk mengambil alat dan bahan yang akan

    digunakan dalam praktikum nutrisi pada makanan. Pada aspek

    keterampilan menerapkan konsep, siswa dibimbing guru untuk

    menjelaskan hal yang baru didapat dan diketahui dari proses kegiatan

    praktikum, siswa menjelaskan organ-organ sistem pencernaan pada

    manusia dengan bimbingan guru melalui kegiatan menggunakan

    mantel ahli dan bermain peran atau role playing.

    3.1.2 Wawancara Terhadap Guru Berdasarkan wawancara dengan guru IPA Biologi di SMP Swasta

    Y kota Salatiga guru telah menggunakan metode dan model

    pembelajaran yang tidak bersifat teacher centered. Pada materi pokok

  • 20

    sistem pencernaan, guru menerapkan model pembelajaran discovery

    learning. Metode yang digunakan guru adalah diskusi, ceramah, tanya

    jawab, dan praktikum. Respon siswa dalam penggunaan model dan

    metode pembelajaran yang digunakan dapat terlaksana karena siswa

    kelas VIII sangat aktif ketika praktikum. Saat berlangsungnya kegiatan

    praktikum siswa antusias dalam melakukan uji makanan yang

    mengandung karbohidrat dan protein, juga dapat membedakan warna

    makanan yang diuji. Pada pertemuan ke 5 guru mengadakan role

    playing tentang organ sistem pencernaan dimana siswa sangat

    menyiapkan peralatan yang akan digunakan pada saat role paying.

    Siswa didorong untuk menghafalkan materi pada saat kegiatan role

    playing. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat melatih

    keterampilan proses sains siwa sehinggah pembelajaran biologi

    berjalan efektif. Keterampilan yang muncul pada saat praktikum

    meliputi keterampilan mengamati, klasifikasi/mengelompokkan,

    membuat hipotesis, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan dan

    merencanakan percobaan. Keterampilan siswa dalam kegiatan

    praktikum sudah memperlihatkan peningkatan pada setiap

    pertemuannya. namun guru harus tetap mendamping siswa melalui

    pemberian instruksi mengenai langkah kerja di LKS.

    3.2 Profil Keterampilan Proses Sains Siswa

    Berdasarkan data hasil penelitian KPSdi SMP Y (Swasta) kota

    Salatiga, KPS siswa yang diukur meliputi aspek keterampilan

    mengamati, keterampilan klasifikasi/menggolongkan keterampilan

    mengajukan pertanyaan, keterampilan merumuskan hipotesis,

    keterampilan merencanakan percobaan, keterampilan menerapkan

    konsep. Hasil penelitian diperoleh melalui lembar observasi selama

    proses pembelajaran yang dilakukan oleh 2 observer selama 5 kali

    pertemuan, wawancara dan angket dilakukan setelah pertemuan

    terakhir untuk mengetahui respon siswa.

  • 21

    G

    Gambar 2. Kriteria Keterampilan Proses Sains siswa

    berdasarkan Lembar Observasi.

    Gambar 3. Rata-rata Indikator Keterampilan Proses Sains

    berdasarkan Lembar Observasi

    Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang

    berorientasi pada proses belajar mengajar IPA. Keterampilan proses

    sains bertujuan untuk siswa lebih aktif dalam memahami, menguasai

    rangkaian yang telah dilakukan. Keterampilan proses melibatkan

    keterampilan kognitif atau intelektual (Rustaman, 2006). Penting bagi

  • 22

    guru untuk mengetahui keterampilan proses sains pada siswa agar

    guru dapat mengembangkan atau meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi KPS di salah satu SMP di salatiga,

    tidak ada siswa yang memperoleh kategori sangat baik, sedangkan 11

    siswa (50%) memperoleh kategori baik, 9 siswa (43%) memperoleh

    ketegori cukup, 1 siswa (4,8%) memperoleh kategori tidak baik.

    Berdasarkan hasil tersebut profil KPS yang diukur sudah cukup baik

    pada saat proses pembelajaran. Dalam penelitian Supahar (2010)

    pentingnya KPS dalam pembelajaran IPA Biologi agar dapat siswa

    terlibat aktif dalam kegiatan percobaan laboratorium maupun di luar

    laboratorium dalam wadah pembelajaran outdoor activities.

    Sedangkan dalam penelitian Solihati dkk (2017) pentingnya KPS dalam

    pembelajaran IPA Biologi agar dapat memaknai pembelajaran IPA

    dengan lebih optimal, sehingga pengetahuan yang didapat tidak

    bersifat sementara. Manfaat KPS dalam pembelajaran dalam

    memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dan memberi

    bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dengan cara bagaimana

    memperlajari sesuatu (Hanafiah, 2015). Dalam prosesnya, guru dapat

    mengembangkan KPS melalui kegiatan laboratorium sehingga dapat

    memberikan interaksi secara langsung dan nyata pada siswa dengan

    menggunakan panca indera. Selain itu,kegiatan eksperimen dalam

    laboratorium dapat memberikan pengalaman secara langsung pada

    diri siswa dalam bentuk keterampilan mengamati, memprediksi,

    mengklasifikasikan, dan mengukur (Nugroho, dkk, 2013).

    Hasil observasi KPS yang ditinjau berdasarkan indikator

    dilakukan dengan menganalisis aspek keterampilan proses sains siswa

    yang muncul pada saat kegiatan pembelajaran dengan materi pokok

    sistem pencernaan dan kegiatan praktikum adalah nutrisi pada

    makanan. Hasil diperoleh melalui observasi yang dilakukan dua

    observer pada saat kegiatan proses pembelajaran sedang berlangsung.

    Pada gambar 3. Keterampilan mengkomunikasikan memperoleh

    kategori sangat baik. Berdasarkan hasil angketmenunjukkan hal sama

    dengan lembar observasi memperoleh nilai kategori baik (pada

    lampiran 2). Hasil observasi perindikator KPS menunjukkan bahwa

    siswa sudah memiliki KPS dengan kriteria penguasaan terbaik pada

    aspek mengkomunikasikan dan merencanakan percobaan.

  • 23

    Kemampuan siswa dalam mengamati pada kegiatan praktikum nutrisi

    pada makanan dengan mengkomunikasikan hasil kegiatan praktikum

    atau menyusun laporan hasil praktikum. Dalam melaporkan kegiatan

    praktikum diperlukan sebuah keterampilan yang dikenal keterampilan

    berkomunikasi. Berkomunikasi diartikan sebagai proses menyampaikan

    suatu informasi kepada orang lain baik dalam bentuk suara, visual,

    atau suara visual (Dimyati & Mudjiono, 2006). Kemampuan siswa

    dalam mengkomunikasi gagasan secara lisan lebih tinggi dibandingkan

    siswa mengemukakan gagasan dalam bentuk tulisan. Hal ini diperkuat

    adanya data wawancara yang menyatakan bahwa mereka dengan

    mengkomunikasikan dan berkelompok dapat mempermudah siswa

    dalam pembagian tugas mengerjakan kegiatan praktikum dan dengan

    berkelompok dapat mempermudah memperoleh data serta penjelasan

    guru sudah cukup jelas. Solihati, ddk (2015) menyatakan bahwa

    individu yang berbicara paling banyak dalam suatu diskusi kelompok

    kecil akan merasa puas dan individu yang berpartisipasi paling sedikit

    merasa paling tidak puas. Bahwa secara umum berbicara lebih

    menyenangkan dari pada mendengarkan orang lain berbicara.

    Keterampilan merencanakan percobaan memperoleh kategori

    sangat baik. Hal ini menunjukkan keterampilan merencanakan

    percobaan dapat dilakukan siswa dengan sangat baik. Siswa mampu

    mengambil alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum

    karena siswa mengetahui fungsi dari bahan dan alat yang digunakan

    melalui penjelasan guru. Hal ini diperkuat adanya data wawancara

    yang menyatakan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan karena

    sudah mendapatakan penjelasan dari guru dan sudah terdapat di LKS

    langkah kerja praktikum. Sedangkan dalam merencanakan alat dan

    bahan siswa tidak mengalami kesulitan karena alat dan bahan sudah

    disediakan oleh guru dan sudah ada pembagian tugas dalam

    kelompok. Keterampilan merencanakan percobaan dilakukan dengan

    membuat perencanaan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan

    (Yuliati, 2016). Pada keterampilan merencanakan percobaan ini dapat

    menggunakan model pembelajaran yang berbasis masalah untuk

    mendorong siswa untuk menemukan sendiri jawaban atas

    permasalahan yang diberikan serta menuntut siswa lebi aktif dalam

    proses pembelajaran. Menurut Samatowa (2006) menyatakan bahwa

  • 24

    pembelajaran melalui discovery learning (penemuan) dapat

    meningkatkan motovasi belajar IPA siswa.

    Keterampilan mengamati memperoleh kategori baik.

    Berdasarkan hasil angket menunjukkan hal sama dengan lembar

    observasi memperoleh kategori sangat baik (pada lampiran 2).

    Keterampilan mengamati ditunjukkan dari tabel pengamatan yang

    harus di isi oleh siswa pada LKS. Berdasarkan jawaban tabel

    pengamatan dari LKS, pada umumnya siswa dalam semua kelompok

    dapat mengamati perubahan warna pada makanan yang mengandung

    karbohidrat dan protein ketika ditetesi reagen biuret serta

    lugol/iodine. Keterampilan mengamati warna masing-masing sampel

    ditunjukkan dari kegiatan siswa pada saat melakukan praktikum, yaitu

    pada saat siswa melakukan pengamatan dan menuliskan perubahan

    warna sampel dengan benar. Berdasarkan penelitian Kurniawati (2015)

    mengungkapkan bahwa keterampilan mengamati merupakan kegiatan

    memilih fakta yang relevan dengan tugas tertentu dari hal-hal yang

    diamati, atau memilih fakta untuk menafsirkan peristiwa tertentu

    melalui tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan

    menggunakan panca indra. Hal ini diperkuat adanya data wawancara

    yang menyatakan bahwametode yang diterapkan oleh guru, siswa

    tidak mengalami kesulitan dalam mengamati hasil percobaan karena

    dalam kegiatan percobaan nutrisi pada makanan dilakukan dengan

    berkelompok sehingga memudahkan siswa dalam praktikum.

    Gambar 4. Hasil Pengamatan Siswa pada Praktikum Uji Makanan

    Pada keterampilan klasifikasi, keterampilan menafsirkan,

    keterampilan prediksi, keterampilan mengajukan pertanyaan,

    keterampilan merumuskan hipotesis, dan keterampilan menerapkan

    konsep dengan kategori cukup. Keterampilan klasifikasi memperoleh

  • 25

    nilai dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil angket menunjukkan

    hal sama dengan lembar observasi memperoleh nilai kategori cukup

    (pada lampiran 2). Keterampilan klasifikasi dalam mencatat setiap hasil

    pengamatan yang dilakukan siswa pada saat kegiatan praktikum, yaitu

    pada saat siswa memperoleh data dan menuliskan hasil praktikum di

    LKS yang sudah diberikan guru. Keterampilan klasifikasi dalam

    membandingkan data pengamatan yaitu pada saat siswa memperoleh

    data dan membandingkan dengan kelompok lain, siswa tidak

    melakukannya dan hanya memdandingkan dengan teman satu

    kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan klasfikasi dapat

    dilakukan dengan cukup baik. Hal ini diperkuat adanya data

    wawancara yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran

    mengisi tabel atau data pengamatan siswa tidak mengalami kesulitan

    karena karena sudah mengerti dan memahami dalam mengisi tabel

    hasil praktikum, namun pada saat membandingkan data pengamatan

    siswa mengalami kesulitan karena materi terlalu banyak. Rustaman

    (2005) menjelaskan keterampilan klasifikasi merupakan aktivitas dalam

    penggolongan makhluk hidup dilakukan setelah siswa mengenali ciri-

    cirinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho

    (2013) menyatakan keterampilan klasifikasi merupakan keterampilan

    siswa untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat

    khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek

    peristiwa yang dimaksud. Keterampilan mengklasifikasi dapat

    diketahui berdasarkan kemampuan siswa untuk menggolongkan dan

    mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta

    pengelompokkan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai

    tujuan. Dengan demikian dalam proses pengelompokan tercakup

    beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri,

    mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar

    penggolongan. Berdasarkan observasi secara keseluruhan dalam aspek

    keterampilan klasifikasi siswa mampu menguasai dengan kategori

    cukup baik, namun masih ada kekurangan dalam hal membedakan

    warna sampel makanan yang sudah ditetesi dengan reagen

    iodine/lugol dan biuret, sehingga dalam proses pembelajaran guru

    perlu memberikan pemahaman mendalam tentang materi praktikum.

  • 26

    Keterampilan menafsirkan memperoleh kategori cukup.

    Berdasarkan observasi melalui lembar observasi dan jawaban siswa

    pada LKS, beberapa siswa dapat menyimpulkan dengan cukup baik

    walapun sebagian siswa masih banyak yang belum menyimpulkan hasil

    pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menafsirkan

    tidaklah mudah. Dari hasil wawancara dengan siswa didapatkan siswa

    mengalami kesulitan dalam menyimpulkan hasilkarena dalam

    menyusun kata-kata terkadang siswa kesusahan dan guru jarang dalam

    pembelajaran membuat kegiatan menyimpulkan atau meringkas.

    Rustaman (2005) menjelaskan keterampilan menafsirkan merupakan

    keterampilan dalam mencatat setiap hasil pengamatan,

    menghubungkan hasil pengamatan dan menemukan pola atau

    keteraturan dari satu seri pengamatan. Hasil penelitian Wulandari, dkk

    (2017) menunjukkan hal serupa bahwa tidak mudah dalam

    menerapkan keterampilan menafsirkan dalam pembelajaran. Siswa

    harus mencatat setiap hasil pengamatan dengan lengkap dan

    sistematis. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    menyampaikan pendapat dalam menganalisis dan menghubungkan

    hasil pengamatan dengan konsep yang telah dipelajari. Keterampilan

    menafsirkan dapat ditingkatkan dengan siswa diminta untuk mencatat

    hasil pengamatan dan meghubungkan hasil pengamatan dengan teori.

    Pada kegiatan praktikum uji makanan, siswa diminta untuk

    menyimpulkan jenis makanan dan berdasarkan kandungannya.

    Gambar 5. Kesimpulan Siswa pada Praktikum Uji Makanan

    Keterampilan prediksi memperoleh nilai dengan kategori cukup.

    Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan memprediksi dapat

    dilakukan dengan cukup baik. Rustaman (2005) menjelaskan

  • 27

    keterempilan memprediksi merupakan aktivitas yang mengajukan

    perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan

    kecenderungan atau pola yang sudah ada.Keterampilan prediksi

    ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk memperkirakan sesuatu

    akan terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah

    ada untuk menjawab pertanyaan (Solihati, dkk, 2015). Nugroho (2013)

    menyatakan keterampilan memprediksi merupakan keterampilan

    dalam membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada

    waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau

    kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep dan

    prinsip dalam ilmu pengetahuan. Dalam proses pembelajaran guru

    jarang dalam meminta siswa untuk memprediksi. Hal ini diperkuat dari

    data wawancara kepada siswa yang menyatakan pada saat

    memprediksi hasil percobaan siswa mengalami kesulitan karena masih

    berorientasi pada hasil tindakan.

    Keterampilan mengajukan pertanyaan memperoleh nilai dengan

    kategori cukup. Rustaman (2005) menjelaskan keterampilan

    mengajukan pertanyaan merupakan keterampilan meminta

    penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar

    belakang hipotesis. Keterampilan mengajukan pertanyaan mengenai

    materi yang berkaitan dengan praktikum ditunjukan oleh beberapa

    siswa yang bertanya pada saat pembelajaran, pada saat guru

    menyampaikan materi tentang praktikum yang akan akan

    dilaksanakan. Salah satu contoh pertanyaan siswa yang muncul pada

    saat kegiatan praktikumdan pada saat proses kegiatan pembelajaran

    antara lain 1). Apa kegunaan reagen biuret, 2). Apa persamaan

    galaktosa dan glukosa, 3). Apa yang dimaksud penyakit tentang beri-

    beri. Dalam aspek keterampilan mengajukan pertanyaan siswa cukup

    aktif bertanya jika ada materi yang mereka kurang dimengerti baik

    ketika siswa berdiskusi maupun secara individu kepada guru. Hal ini

    diperkuat dengan data wawancara siswa menyatakan bahwa siswa

    tidak mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan yang

    berkaitan dengan materi karena tidak malu untuk bertannya tentang

    materi yang susah dipahami, mudah dan mengerti tentang materi yang

    dijelaskan guru, sedangkan mengajukan pertanyaan yang bersifat

    produktif siswa mengalami kesulitan karena materi yang disampaikan

    sudah cukup jelas dan sudah paham.

  • 28

    Keterampilan merumuskan hipotesis memperoleh kategori

    cukup. Berdasarkan hasil angket menunjukkan hal sama dengan

    lembar observasi memperoleh kategori cukup (pada lampiran 2). Hal

    ini menunjukan dalam menyusun hipotesis tidaklah mudah, karena

    dalam membuat hipotesis siswa membutuhkan pengetahuan dasar

    tentang hal yang akan dikaji, oleh sebab itu siswa harus memahami

    konsep dasar materi terlebih dahulu dengan cara membaca materi.

    Keterampilan merumuskan hipotesis melalui kegiatan praktikum dapat

    ditunjukkan denagn merancang pertanyaan yang ada di LKS. Hal ini

    didukung dengan data wawancara siswa menyatakan bahwa siswa

    mengalami kesulitan karena dalam membuat hipotesis susah. Hal ini

    dikarenakan siswa belum terbiasa dalam membuat hipotesis dan ada

    siswa yang belum membaca materi yang akan disampaikan guru.

    Rustaman (2005) menjelaskan keterampilan merumuskan hipotesis

    merupakan keterampilan yang menyatakan hubungan antara dua

    variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dalam

    menerapkan keterampilan merumuskan hipotesis kepada diri siswa

    tidaklah mudah, yang terpenting guru memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk mengemukakan gagasan pada diri siswa. Dalam

    merumuskan Hipotesis memperoleh kategori cukup siswa belum

    terbiasa dalam membuat hipotesis, sehingga guru dapat meningkatkan

    dengan membiasakan siswa untuk membuat hipotesis sebelum

    melakukan kegiatan praktikum. Oleh karena itu, dalam proses

    pembelajaran sains melatihkan bagaimana dalam mengemukakan

    hipotesis dengan baik.

    Gambar 6. Merumuskan Hipotesis Siswa pada Kegiatan Praktikum

    Keterampilan menerapkan konsep memperoleh nilai dengan

    kategori cukup. Rustaman (2005) menjelaskan keterampilan

    menerapkan konsep adalah menjelaskan suatu peristiwa dengan

    menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. Hal ini

  • 29

    diperkuat dari data wawancara siswa yang menyatakan pada saat

    menjelaskan hasil praktikum dalam menjelaskan peristiwa yang baru

    diketahui siswa tidak mengalami kesulitan karena sudah terdapat di

    LKS yang dibagikan guru materinya paham dan telah dijelaskan guru

    pada saat pemeblajaran dikelas. Pada saat proses pembelajaran siswa

    diajak untuk menemukan sebuah konsep, sehingga keterampilan

    menerapkan konsep memperoleh kategori cukup baik. Guru dapat

    meningkatkan keterampilan menerapkan konsep agar mencapai

    kategori baik dengan menekankan konsep yang telah dipelajari dan

    mengaplikasikan konsep kedalam kehidupan sehari-hari.

    3.3 Hasil Wawancara Siswa Wawancara terhadap siswa dilakukan dengan tujuan untuk

    mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran

    yang digunakan guru terhadap keterampilan proses sains siswa. Hasil

    wawancara terhadap 21 siswa sebagai berikut.

    Berdasarkan hasil wawancara sebanyak 80% siswa dapat

    memahami materi dengan metode yang diterapkan guru karena sudah

    terbiasa dengan metode yang diterapkan oleh guru, cara mengajar

    guru bervariasi dan menarik, sehingga lebih paham dalam

    pembelajaran. Sedangkan sebanyak 67% siswa pada saat mengamati

    hasil percobaan siswa tidak mengalami kesulitan karena dalam

    kegiatan percobaan nutrisi pada makanan dilakukan dengan

    berkelompok sehingga memudahkan siswa dalam praktikum.

    Pada saat kegiatan pembelajaran dalam mengisi tabel atau data

    pengamatan siswa sebanyak 57% siswa yang tidak mengalami

    kesulitan karena siswa sudah mengerti dan memahami dalam mengisi

    tabel hasil praktikum. sedangkan pada saat membandingkan data hasil

    pengamatan sebanyak 52% siswa yang mengalami kesulitan karena

    materi terlalu banyak.

    Pada saat selesai kegiatan praktikum dalam menyimpulkan hasil

    kegiatan siswa yang mengalami kesulitan sebanyak 67% karena sulit

    dalam menyusun kata-kata dan guru jarang melakukan kegiatan

    menyimpulkan pada saat pembelajaran. Sedangkan pada saat

    mengolah data siswa sebanyak 57% siswa tidak mengalami kesulitan

    karena penjelasan sudah cukup jelas dan sudah berdiskusi dengan

    teman sekelompok.

  • 30

    Pada saat memprediksi hasil percobaan sebanyak 67% siswa

    mengalami kesulitan karena tidak bisa menentukan apa yang akan

    terjadi. Sedangkan dalam memprediksi data sebanyak 57% siswa yang

    mengalami kesulitan karena belum bisa memprediksi sebelum

    melakukan kegiatan pengamatan.

    Pada saat menjelaskan hasil praktikum dalam menjelaskan

    peristiwa yang baru diketahui siswa sebanyak 52% tidak mengalami

    kesulitan karena sudah terdapat di LKS yang dibagikan guru

    didalamnya terdapat materi yang mudah dipahami. Sedangkan dalam

    melakukan percobaan agar sesuai dengan konsep yang telah dipelajari

    sebanyak 67% siswa tidak mengalami kesulitan karena penjelasan

    materi pada materi sistem pencernaan ini mudah dipahami.

    Pada saat menyusun laporan hasil praktikum siswa tidak

    mengalami kesulitan sebanyak 67% karena telah melakukan kegiatan

    praktikum dan paham akan penjelasan guru. Sedangkan pada saat

    berdiskusi dengan kelompok sebanyak 48% siswa tidak mengalami

    kesulitan, karena dalam kelompok semua anggota kelompok

    melakukan kegiatan praktikum dan jawaban yang diperoleh sama.

    Pada saat merencanakan alat dan bahan sebanyak 57% siswa

    tidak mengalami kesulitan karena alat dan bahan telah disediakan oleh

    guru dan ada pembagian tugas dalam kelompok. Sedangkan dalam

    menentukan langkah kerja siswa sebanyak 57% tidak mengalami

    kesulitan, karena telah mendapatakan penjelasan dari guru dan

    terdapat di LKS langkah kerja praktikum.

    Pada saat membuat penjelasan atau kesimpulan sementara

    sebanyak 62% siswa tidak mengalami kesulitan karena pernah

    membuat hipotesis. Sedangkan dalam merumuskan hipotesis

    berdasarkan teori sebanyak 62% siswa mengalami kesulitan karena

    jawabannya belum ada.

    Pada saat siswa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan

    materi yang dijelaskan guru sebanyak 67% siswa tidak mengalami

    kesulitan karena tidak malu untuk bertanya tentang materi yang susah

    dipahami, sedangakan dalam mengajukan pertanyaan yang bersifat

    produktif sebanyak 57% siswa tidak mengalami kesulitan karena materi

    yang disampaikan guru cukup jelas dan telah memahami.