bab iii harmonisasi kebijakan persaingan …repository.unair.ac.id/13773/13/13. bab 3.pdf · ibid,...

41
BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN DALAM MENGHADAPI ASEAN Economic Community 3.1 Harmonisasi Hukum di European Union Perdebatan tentang ASEAN dan European Union (EU) dalam konteks regionalisme telah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan diskusi intensif antar universitas. Terlebih lagi, rencana ASEAN untuk segera mewujudkan masyarakat Asia Tenggara di tahun 2015 telah menuai banyak pendapat, baik itu yang bersifat sambutan positif konstruktif atau bahkan sindiran negatif. Ada banyak hal yang kemudian muncul berkaitan dengan kelembagaan ASEAN dan tujuan idealisnya di tahun 2015, apalagi bila disandingkan dengan apa yang telah dicapai oleh EU sebagai institusi pembanding. 106 Salah satu hal yang muncul adalah sebuah upaya duplikasi kelembagaan yang mengartikan bahwa sudah seharusnyalah ASEAN meniru apa yang telah dilakukan oleh EU sampai bisa menjadi institusi solid seperti saat ini. Namun, persoalan duplikasi ternyata tidaklah semudah yang dicita-citakan. Sejarah dan aspek ideologi adalah dua diantara banyak hal yang sangat membedakan antara EU dan ASEAN. Ditambah lagi, letak geografi politik dan keragaman budaya yang sangat jauh berbeda. EU dikenal lebih homogen dalam budaya sedangkan 106 Anggun Trisnanto HS, Eropa dalam Asia: Adopsi atau Imitasi? ASEAN dalam Konteks Integrasi dengan Model EU, Jurnal Interaktif FISIP UB : Desember 2011, h.1 73 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) RANIYAH

Upload: danghanh

Post on 28-Aug-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

73

73

BAB III

HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN

DALAM MENGHADAPI ASEAN Economic Community

3.1 Harmonisasi Hukum di European Union

Perdebatan tentang ASEAN dan European Union (EU) dalam konteks

regionalisme telah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan diskusi intensif

antar universitas. Terlebih lagi, rencana ASEAN untuk segera mewujudkan

masyarakat Asia Tenggara di tahun 2015 telah menuai banyak pendapat, baik itu

yang bersifat sambutan positif konstruktif atau bahkan sindiran negatif. Ada

banyak hal yang kemudian muncul berkaitan dengan kelembagaan ASEAN dan

tujuan idealisnya di tahun 2015, apalagi bila disandingkan dengan apa yang telah

dicapai oleh EU sebagai institusi pembanding.106

Salah satu hal yang muncul adalah sebuah upaya duplikasi kelembagaan

yang mengartikan bahwa sudah seharusnyalah ASEAN meniru apa yang telah

dilakukan oleh EU sampai bisa menjadi institusi solid seperti saat ini. Namun,

persoalan duplikasi ternyata tidaklah semudah yang dicita-citakan. Sejarah dan

aspek ideologi adalah dua diantara banyak hal yang sangat membedakan antara

EU dan ASEAN. Ditambah lagi, letak geografi politik dan keragaman budaya

yang sangat jauh berbeda. EU dikenal lebih homogen dalam budaya sedangkan

106

Anggun Trisnanto HS, Eropa dalam Asia: Adopsi atau Imitasi? ASEAN dalam Konteks

Integrasi dengan Model EU, Jurnal Interaktif FISIP UB : Desember 2011, h.1

73

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 2: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

74

74

ASEAN terdiri dari multi ras dan etnis walaupun dikatakan bahwa nenek moyang

bangsa Asia Tenggara adalah berasal dari satu tempat yang sama.107

EU adalah salah satu contoh organisasi internasional yang unik. Hal ini

disebabkan karena EU tidak hanya sebagai organisasi kerjasama antar pemerintah,

tetapi juga seperti suatu negara karena memiliki institusi-institusi yang sifatnya

cenderung supranasional108

.

Terdapat beberapa perjanjian internasional yang membentuk EU. EU

sebelumnya terbentuk dari komunitas-komunitas Eropa yang pada awalnya

bertujuan untuk kepentingan industri dan ekonomi. Komunitas pertama yang

mengawali terbentuknya EU adalah European Coal and Steel Community

(ECSC). Dibentuknya ECSC bertujuan untuk menciptakan pasar bersama

(common market) di industri batu bara dan baja. ECSC terbentuk melalui Treaty

of Paris pada tahun 1951. Treaty of Paris berlaku pada tanggal 23 Juli 1952 dan

berakhir setelah berjalan 50 tahun.109

Treaty of Paris hanya ditandatangani oleh

enam negara yaitu Belanda, Belgia, Luxemburg, Italia, Perancis dan Jerman.

Dengan dibentuknya ECSC ternyata belum cukup untuk mewujudkan integrasi

Eropa. Mengandalkan keberhasilan dari Treaty of Steel and Coal, enam negara

memperluas kerjasama dengan sektor ekonomi lainnya. Mereka menandatangani

Treaty of Rome pada tanggal 25 Maret 1957, menciptakan Masyarakat Ekonomi

Eropa (European Economic Community), atau common market. Idenya adalah

107

Ibid

108 Walter van Gerven, The European Union : A Policy Of State and People (Standford : Standford

University Press, 2005) h.9

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 3: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

75

75

untuk masyarakat Eropa, barang dan jasa dapat bebas bergerak melintasi

perbatasan.110

Proses unifikasi Eropa kemudian berlanjut hingga muncul pemikiran untuk

membentuk EU. Oleh karena itu, dibentuklah Treaty of Maastricht pada tanggal 7

Februari 1992 dan baru mulai berlaku pada 1 November 1993.111

Treaty of

Maastricht merupakan langkah awal bagi pembentukan EU. Perjanjian tersebut

sekaligus menetapkan berdirinya EU, walaupun masih ada kekurangan di

dalamnya. Untuk melengkapi kekurangan tersebut, dibentuklah Treaty of

Amsterdam dan Treaty of Nice yang mulai berlaku pada 1 Mei 1999 dan 1

Februari 2003. Kedua perjanjian tersebut mengubah beberapa aturan dalam Treaty

of Maastricht yang tujuannya untuk menjamin kapasitas EU dalam bertindak

dengan adanya penambahan negara anggota. Oleh karena itu, perubahan yang

terdapat dalam kedua perjanjian tersebut fokus kepada perubahan aturan-aturan

mengenai institusional EU.112

Meskipun telah diubah beberapa kali melalu beberapa perjanjian,

nampaknya negara anggota EU belum puas dengan anggaran dasar yang telah ada.

Hal ini juga disebabkan karena masih adanya komunitas-komunitas awal

pembentuk EU dan EU sendiri sebagai sebuah organisasi.113

Perubahan tersebut

110

“A peaceful Europe – the beginnings of cooperation”, http://europa.eu/about-eu/eu-

history/1945- 1959/index_en.htm diakses pada 5 Desember 2014

111EU Treaties, http://europa.eu/eu-law/decision-making/treaties/index_en.htm diakses pada 5

Desember 2014

112Walter Cairns, Introduction to European Union Law, (London: Cavendish Publishing, 2002),

h.22

113Fanny Alda Putri, “Masalah Keberlakuan Hukum Internasional dalam Hukum Regional EU”,

Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2013, h.42

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 4: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

76

76

kemudian dituangkan ke dalam sebuah reform treaty yang bertujuan untuk

menjadikan semua instrumen EU yang telah dibuat sebelumnya disatukan ke

dalam satu instrumen saja. Reform treaty atau yang lebih dikenal dengan Treaty of

Lisbon menciptakan perubahan-perubahan yang mendasar dari EU yang bertujuan

untuk meningkatkan kapasitas EU dalam bertindak baik dalam lingkup EU

maupun dalam lingkup internasional dan meningkatkan legitimasi demokrasi

EU.114

EU berdasarkan anggaran dasarnya memiliki organ-organ yang

kedudukannya terpisah dari negara-negara anggota dan memiliki fungsi masing-

masing. Adapun organ-organ yang dimiliki EU yaitu:

a. European Parliament

European Parliament(Parlemen Eropa) adalah parlemen yang terdiri dari

orang-orang yang merupakan perwakilan dari masyarakat EU. Pada awalnya,

Parlemen Eropa adalah gabungan dari ECSC Joint Assembly, EEC Assembly dan

Euratom Assembly. Gabungan dari tiga majelis dalam Komunitas Eropa tersebut

kemdian berganti nama menjadi Parlemen Eropa pada saat dibentuknya Treaty of

European Union (TEU) pada tahun 1993.115

b. European Council

European Council (Dewan Eropa) terdiri dari Kepala Negara atau Kepala

Pemerintahan dari negara-negara anggota EU dan Presiden Komisi Eropa.

114

Klaus-Dieter Borchardt, The ABC of European Union Law, (Luxemburg: Publication Office of

the European Union, 2010), h.14

115Ibid, h.45

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 5: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

77

77

Presidensi Dewan dibagi oleh negara-negara anggota secara bergiliran.116

Dewan

Eropa baru menjadi institusi EU melalui Single European Act dan TEU.117

c. The Council

The Council (Dewan) terdiri dari menteri-menteri perwakilan dari negara-

negara anggota EU. Tugas utama Dewan adalah bersama Parlemen Eropa

membentuk produk legislasi EU yaitu legislation, directive,dan decision.118

d. European Commission

European Commission merupakan institusi yang tidak berhubungan

negara anggota EU. Komisi Eropa bekerja atas nama EU secara keseluruhan.119

Jika dibandingkan dengan kewenangan yang ada dalam suatu negara, Komisi

Eropa merupakan lembaga eksekutif.

e. The Court of Justice of the European Union

The Court of Justice of the European Union (Mahkamah Eropa)

merupakan lembaga yudikatif EU. Terdapat tiga tingkatan peradilan di Ui Eropa

yaitu Mahkamah Eropa, Pengadilan Umum dan Pengadilan Khusus.120

116

EU Institutions and Other Bodies,http://europa.eu/about-eu/institutions-bodies/index_en.htm

diakses pada 5 Desember 2014

117Walter Cairns, Introduction to European Union Law, (London: Cavendish Publishing, 2002),

hal.27

118 Bordchart, Op.Cit, h.57

119 Nigel Foster, EU Law: Directions, Oxford: Oxford University Press, 2008, h.43

120 Dalam pasal 19 TEU disebutkan bahwa : “the Court of Justice of the European Union shall

include the Court of Justice, the General Court and specialised court. It shall ensure that in the

interpretation and application of the Treaties the law is observed”

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 6: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

78

78

Organisasi regional dalam beberapa tahun belakangan ini sudah tersebar di

banyak tersebar di kawasan di dunia. Organisasi-organisasi regional tersebut juga

telah berpartisipasi aktif dalam pembuatan hukum internasional dan mengubah

politik antara negara yang selama ini sudah dilakukan.121

Organisasi regional

merupakan salah satu bentuk upaya integrasi regional. Akibat dari adanya upaya

integrasi regional yang dilembagakan dalam organisasi internasional adalah

pembentukan aturan-aturan yang ditujukan untuk regional tersebut.122

Salah satu organisasi regional yang paling pesat perkembangannya adalah

EU –sebuah model untuk integrasi yang terkodifikasi dan memiliki kelembagaan–

menjadi suatu Union (Persatuan) dari 28 negara anggota pada 2007.123

EU

merupakan organisasi regional yang paling pesat perkembangannya karena

organisasi ini memiliki institusi yang supranasional dan sistem hukumnya sendiri.

Karena kemajuan yang dimiliki oleh EU inilah, organisasi-organiasi regional

lainnya cenderung mengikuti konsep yang dimiliki EU. Salah satu organisasi

regional yang cenderung mengikuti konsep EU ini yaitu ASEAN.

ASEAN adalah sebuah organisasi regional yang beranggotakan negara-

negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. ASEAN didirikan berdasarkan

Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh 5 (lima) negara, yaitu:

121

Kenneth W.Abbott et al., “The Concept of Legalization”, dalam Beth Simmons dan Richard

Steinberg (eds.) International Law and International Relations, (Cambridge: Cambridge

University Press, 2006), h.129

122Fanny Alda Putri,Op.Cit., h.34

123

Countries, http://europa.eu/about-eu/countries/index_en.htm diakses pada 15 Desember 2014

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 7: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

79

79

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.124

Pembentukan ASEAN

ini pada awalnya tidak dituangkan dalam suatu perjanjian internasional yang

mengikat dan hanya didasari kesadaran para pendiri untuk membentuk kerjasama

regional. Tidak adanya instrumen yang formal ini membuat sulit untuk

menentukan kapasitas hukum (legal personality) dari ASEAN. Atas dasar inilah

kemudian para negara anggota ASEAN meneruskan komitmen yang dituangkan

dalam Deklarasi Bangkok ke dalam suatu deklarasi dan perjanjian internasional,

yakni Zone of Peace, Freedom, and Neutrality Declaration (ZOPFAN) pada

tahun 1971 dan the ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 1992.125

Walaupun sudah terbentuk perjanjian internasional tersebut, ASEAN tetap

berjalan tanpa adanya suatu pemerintahan regional atau sistem pengadilan dapat

memaksa negara-negara anggota untuk memenuhi kewajibannya dalam perjanjian

internasional tersebut.

Perkembangan yang terjadi di dalam ASEAN saat ini adalah

ditandatanganinya Piagam ASEAN126

pada bulan November 2007 yang

mengindikasikan komitmen negara-negara ASEAN untuk memperkuat kerjasama

regional melalui pembentukan Masyarakat ASEAN (ASEAN Community) yang

124

Subianta Mandala, Penguatan Kerangka Hukum ASEAN Untuk Mewujudkan Masyarakat

Ekonomi ASEAN 2015, Jurnal Rechtsvinding Vol.3 Nomor 2, Agustus 2014, h.184

125 Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN:

Selayang Pandang, ed.ke-10. (Jakarta: Sekretariat Direktorat Kerjasama ASEAN, 2010) h.3

126 Piagam ASEAN ditandatangani oleh 10 Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN tanggal 20

November 2007 pada KTT ke-13 di Singapore dan mulai berlaku efektif tanggal 15 Desember

2008 setelah kesepuluh negara anggota ASEAN menyampaikan instrumen

ratifikasi<http://www.aseansec.org/21069.pdf>[Charter]

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 8: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

80

80

lebih terintegrasi yang diharapkan terwujud pada tahun 2015.127

Dalam ASEAN

Charter sudah terdapat ketentuan mengenai struktur dari ASEAN, hak dan

kewajiban negara anggota, cara penyelesaian sengketa di ASEAN. Dengan adanya

ASEAN Charter maka ASEAN telah memiliki personalitas hukum sebagai

organisasi internasional yang juga merupakan subjek hukum internasional.128

Salah satu perbedaan hakiki, antara ASEAN dan Eropa Barat, dan karena

itu dapat diperkirakan proses di kedua kawasan itu akan berbeda, adalah motivasi

bagi integrasi ekonomi regional itu. Proses di Eropa Barat dilatarbelakangi oleh

dorongan internal (kawasan) yang kuat, artinya dorongan dari dalam sendiri.

Karena bencana luar biasa dua perang dunia dalam kurun waktu hanya dua

generasi maka lahir keinginan untuk menghindarkannya at all cost, yaitu dengan

menggagas suatu kesatuan politik (political union). Cetak birunya adalah suatu

United States of Europe yang diupayakan secara bertahap melalui kerjasama

ekonomi terlebih dahulu.129

Sebaliknya negara-negara ASEAN menggagas AFTA sebagai jawaban

atas tantangan eksternal, yaitu perkembangan ekonomi dunia. AFTA adalah

jawaban terhadap globalisasi dan regionalisasi sekaligus. Menghadapi tantangan

itu negara-negara ASEAN memutuskan untuk menjawab secara bersama karena

dengan demikian kemungkinan (chances) yang mereka miliki untuk bisa survive

dan bahkan mengambil keuntungan dari perkembangan global itu akan jauh lebih

127

Subianta Mandala, Op.Cit,h.185

128 Pasal 3 ASEAN Charter berbunyi,”ASEAN, as an intergovernmental organization, is hereby

conferred legal personality”.

129Subianta Mandala, Loc.Cit

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 9: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

81

81

besar daripada bila masing-masing bertindak sendiri. Dengan demikian maka

diupayakan agar ASEAN menjadi satu kekuatan ekonomi.130

Tetapi ASEAN tidak bersedia untuk “go all out” dan mengarah pada

pembentukan suatu uni ekonomi. Salah satu sebabnya, dan ini pula yang

membedakannya dengan Eropa Barat, adalah adanya perbedaan tingkat

perkembangan ekonomi yang cukup besar di antara negara-negara ASEAN.

Pendapatan per kepala di Singapura barangkali 50 kali pendapatan per kepala di

Laos. Pendapatan per kepala di Jerman paling tinggi hanya 4 kali pendapatan per

kepala di Portugal.131

Tidak seperti di Asia, integrasi EU didampingi oleh proses pelembagaan.

Memang, pelembagaan dan pembangunan lembaga tidak dianggap bermanfaat

dalam konteks Asia. Ada kekhawatiran bahwa lembaga akan mewajibkan

pemerintah untuk menyerah kedaulatan di bidang kebijakan utama. Dari

perspektif Asia, integrasi regional tidak harus didukung oleh lembaga yang

memaksakan aturan dan norma-norma yang mengikat secara hukum pada anggota

mereka.132

Kurangnya gaya-EU dalam integrasi politik dan ekonomi yang terlembaga

adalah belum tentu kelemahan melainkan kekuatan untuk negara-negara Asia

130

Hadi Soesastro, Kebijakan Persaingan, Daya Saing, Liberalisasi, Globalisasi, Regionalisasi dan

Semua Itu, CSIS Working Paper Series, Maret 2004, h.19-20

131Ibid h.20

132 Dr. Axel Berkofsky, Comparing EU and Asian Integration Processes- The EU a Role Model

for Asia,European Policy Centre: 2005, h.8

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 10: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

82

82

seperti itu untuk terus melakukan proses integrasi secara "fleksibel" dan

mempertahankan statusnya secara hukum tidak mengikat.133

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang didirikan

pada tahun 1967 sebagai inisiatif untuk mengkoordinasikan kebijakan ekonomi

dan luar negeriantara negara-negara Asia Tenggara, merupakan lembaga regional

tanpa instrumen dan kemampuan untuk menerapkan kebijakan secara hukum

mengikat. Berbeda dengan EU, ASEAN bertindak sesuai dengan prinsip non

intervensi dalam urusan internal negara-negara anggotanya. Prinsip ini,

dirumuskan dalam Piagam ASEAN, memang prinsip utama ASEAN, secara

signifikan membatasi pengaruh asosiasi pada pembuatan kebijakan negara

anggota. EU dan birokrasi yang sangat dirasionalisasi, di sisi lain, telah dilengkapi

dengan baik untuk menangani hukum publik dan lembaga formal.134

Lahirnya Piagam ASEAN telah merubah ASEAN dari suatu asosiasi yang

longgar menjadi suatu organisasi yang berdasarkan hukum (rules-based) dan

berorientasi kepada kepentingan rakyat (people oriented). Pada tahun awal

didirikannya, ASEAN tidak pernah dimaksudkan sebagai sebuah organisasi

formal yang operasionalnya terikat dengan ketentuan-ketentuan hukum dan tidak

dipandang dalam bingkai aturan dalam konteks kewajiban-kewajiban hukum atau

norma yang harus ditaati oleh anggotanya. ASEAN tidak terbiasa berbicara

mengenai hak dan kewajiban, karena ASEAN tidak pernah dikaitkan dengan

133

Ibid

134Hadi Soesastro,Op.Cit.,h.9

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 11: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

83

83

hukum internasional dan perjanjian-perjanjian internasional.135

ASEAN selalu

dipandang sebagai sebuah kelompok yang terdiri dari negara yang berdaulat yang

bekerja berdasarkan prosedur informal dan konsensus yang bersifat ad-hoc dan

tidak dalam bingkai aturan-aturan hukum yang mengikat.136

Perubahan dalam pengambilan keputusan di ASEAN yang dulunya

didasarkan pada konsensus atau musyawarah semata menjadi atas dasar aturan

hukum terlihat secara menonjol dalam kerjasama di bidang ekonomi dan

perdagangan. Pengaturan kerjasama ekonomi yang didasarkan pada kerangka

hukum yang mengikat akan semakin berkembang di masa mendatang dengan

semakin terintegrasinya ASEAN sebagai sebuah komunitas tunggal, terutama

menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN.137

Berbeda dengan konsep negara Barat (EU) yang lebih mengedepankan

legalistik formal dalam proses pengambilan keputusan dan menentukan hak dan

kewajiban masing-masing pihak, maka ASEAN menggunakan pendekatan dengan

cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Pendekatan yang bersifat informal dan

soft inilah yang dikenal sebagai “The ASEAN Way”.138

135

Perjanjian yang bersifat mengikat (legally binding treaty) pertama yang dibuat oleh ASEAN

adalah pada saat ASEAN Summit I di Bali pada tahun 1976, sembilan tahun setalah lahirnya

ASEAN, yaitu the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia

136Subianta Mandala, Op.Cit., h.188

137 Paul J. Davidson, “The ASEAN Way and the Role of Law in ASEAN Economic Cooperation”,

Singapore Year Book of International Law, 2004.h.165

138 Rodolfo C. Severino, Sekretaris Jenderal ASEAN, the ASEAN Way and the Rule of Law,

makalah lepas yang disampaikan pada International Law Conference on ASEAN Legal Systems

and Regional Integration yang diselenggarakan oleh Universitas Malaya, Kuala Lumpur, 3

September 2001

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 12: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

84

84

ASEAN Way dapat dikatakan sebagai cara-cara ASEAN dalam

menanggapi dan menanggulangi permasalahan yang ada. Secara sederhana

ASEAN Way juga merupakan suatu pembentukan suatu identitas bagi negara-

negara Asia Tenggara di tengah maraknya dominasi negara-negara Barat yang

maju. Selain itu, mekanisme yang digunakan adalah pendekatan secara informal.

Pendekatan informal ini dimaksudkan agar mencairkan ketegangan yang

umumnya terjadi pada pihak-pihak yang berselisih. Dengan memanfaatkan nilai

positif dari mekanisme ini, maka penyelesaian konflik dengan cara-cara yang

damai dapat dicapai.139

Lingkungan sosial-ekonomi dan politik struktur antara anggota ASEAN

sebagian besar berbeda dari anggota EU. Namun demikian, UU Persaingan EU

telah efektif diberlakukan sejak berdirinya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)

pada tahun 1957. Karena pengalaman EU dalam penegakan hukum persaingan

regional, prosedur penegakannya harus ditinjau dalam konteks ASEAN untuk

menentukan pendekatan seperti apakah yang tepat untuk ASEAN.140

EU memiliki hukum yang keberlakuannya mengikat negara-negara yang

tunduk padanya. Hukum yang berlaku tersebut memiliki kekuatan di atas hukum

nasional mereka.

EU telah mulai mengembangkan hukum persaingan yang diawali dengan

Pasal 85 dari Perjanjian Roma dan terus merevisi dan memperluas hukum

139

Subianta Mandala, Op.Cit., h.189-190

140 Phanomkwan Devahastin Na Ayudhaya, ASEAN HARMONIZATION OF

INTERNATIONAL COMPETITION LAW: WHAT IS THE MOST EFFICIENT OPTION? ,

Proceeding - Kuala Lumpur International Business, Economics and Law Conference. April 8 - 9,

2013, h.189-190.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 13: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

85

85

persaingan EU, yang terbaru dari Pasal 101 dengan Pasal 105 dari Treaty on the

Functioning of the European Union (TFEU).141

Anggota EU harus mengikuti

TFEU, dan karena itu mereka harus merevisi/mengadopsi hukum nasional atau

kebijakannya sendiri secara paralel untuk itu.142

3.1.2 Prinsip-prinsip dalam European Union

Hubungan antara hukum regional EU dengan hukum nasional negara

anggota tidak pernah diatur secara spesifik dan eksplisit dalam perjanjian EU.

Hubungan antara kedua sistem hukum yang dimaksud dalam arti apakah hukum

regional EU dan hukum nasional negara anggota ada dalam satu sistem hukum

atau tidak, dan bagaimana hubungannya secara hierarki antara kedua sistem

hukum. Tidak ada satu pasal dalam perjanjian pembentuk EU yang mengatakan

bahwa apabila terjadi benturan antara hukum regional EU dengan hukum nasional

negara anggota yang mengatur hal yang sama, hukum mana yang harus

didahulukan daripada yang lain.143

EU hanya mengatur bahwa hendaknya ada kerjasama antara hukum

nasional negara anggota dengan hukum regional EU. Hal ini sebagaimana yang

141

Perjanjian tentang Fungsi dari EU(The Treaty on the Functioning of the European

Union/TFEU) mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 2009 menyusul ratifikasi Treaty of Lisbon,

yang membuat amandemen the Treaty on European Union dan the Treaty establishing the

European Community (TEC). The TFEU adalah versi yang telah diperbaharui dan berganti nama

dari TEC. TFEU termasuk perangkat tambahan untuk dimensi sosial dari EU.

142Phanomkwan Devahastin Na Ayudhaya, ASEAN HARMONIZATION OF INTERNATIONAL

COMPETITION LAW: WHAT IS THE MOST EFFICIENT OPTION? , Proceeding - Kuala

Lumpur International Business, Economics and Law Conference. April 8 - 9, 2013, h.4

143Martin Stiernstrom, The Relationship Between Community Law and National Law, Jean

Monnet/Robert Schuman Paper Series Vol.5 No. 33. October 2005, h.2

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 14: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

86

86

terdapat dalam Pasal 4 ayat (3) TEU.144

Kerjasama ini diperlukan karena pada

dasarnya hukum regional EU ada karena adanya kehendak dari negara-negara

anggota itu sendiri.

Hubungan kerjasama atau yang biasa disebut dengan sincere cooperation

antara hukum regional EU dengan hukum nasional negara anggota ini dapat tidak

berjalan dengan sebagaimana mestinya apabila terjadi konflik antara hukum

regional EU dengan hukum nasional negara anggota. Dalam hal terjadi konflik

harus ada seperangkat aturan yang menunjukkan norma hukum apa yang berlaku

atas yang lainnya.

Oleh karena itu, untuk mengatasi konflik yang terjadi antara hukum

regional EU dengan hukum nasional negara anggota, terdapat prinsip-prinsip

dasar dalam hukum regional EU yang mengikat negara anggota EU untuk

mendahulukan hukum regional EU. Adapun prinsip-prinsip tersebut yaitu :

a. Prinsip Direct Effect dalam Hukum Regional European Union

Prinsip direct efffect yang dimaksud disini adalah bahwa hukum regional

EU memberikan hak dan kewajiban secara langsung tidak hanya kepada institusi-

institusi EU dan negara-negara anggota EU, tetapi juga kepada masyarakat EU.

Definisi ini terdapat dalam putusan-putusan Mahkamah Eropa.145

144

Pasal 4 ayat (3) TEU berbunyi: ”Pursuant to the principle of sincere cooperation, the Union and

the Member States shall, in full mutual respect, assist each other in carrying out tasks which flow

from the Treaties.The Member States shall take any approriate measure, general or particular, to

ensure fulfillment of the obligations arising out of the Treaties or resulting from the acts of the

institutions of the Union. The Member States shall facilitate the achievement of the Union’s

tasksand refrain from any measure which could jeopardise the attainment of the Union’s

objectives.”

145Fanny Alda Putri, Op.Cit h.71

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 15: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

87

87

Salah satu putusan Mahkamah Eropa yang menjadi tonggak sejarah

mengenai prinsip keberlakuan langsung hukum regional EU adalah dalam perkara

Van Gend en Loos pada tahun 1993 mengenai kenaikan tarif yang ditetapkan oleh

otoritas Belanda yang ditengarai bertentangan dengan Pasal 12 EC Treaty

(sekarang Pasal 25 TEU).146

Dalam kasus ini perusahaan Belanda yag bernama

Van Gend en Loos, yang mengimpor produk kimia dari Jerman ke Belanda,

mengklaim bahwa Otoritas Pajak Belanda membebankan pajak terlalu tinggi

terhadap barang yang mereka impor dan tingginya biaya pajak tersebut

bertentangan dengan aturan hukum Komunitas Eropa. Van Gend en Loos

kemudian membawa perkara ini kepada Tarief Commissie di Amsterdam yang

merupakan pengadilan tertinggi yang berkaitan dengan pajak di Belanda.

Pengadilan di Belanda kemudian mengajukan preliminary ruling147

kepada

Mahkamah Eropa karena tidak yakin apakah Pasal 12 EC Treaty dapat berlaku

secara langsung tidak hanya kepada negara anggota, tetapi juga kepada individu

dan badan hukum.

Dalam putusan perkara Van Gend en Loos ini, Mahkamah Eropa

menyatakan bahwa:

“... the Community constitutes a new legal order ... the subjects of which

comprise not only the Member States but also their nationals.

146

ECJ, Case 26/62, NV Algemene Transporten Expeditie Onderneming van Gend en Loos v.

Nederlandse Administratie der Belastingen, 5 Februari 1963

147Preliminary ruling merupakan keputusandariPengadilan Eropa(ECJ) pada interpretasihukum

EU, yang dibuatatas permintaanpengadilan atau mahkamahdarinegaraanggotaEU.

(http://europa.eu/legislation_summaries/institutional_affairs/decisionmaking_process/l14552_en.ht

m)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 16: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

88

88

Independently of the legislations of Member States, Community law not

only imposes obligations on individuals but its also intended to confer

upon them rights. These rights arise not only when they are expressly

granted by the Treaty, but also by reason of obligations which the Treaty

imposes in a clearly defined way upon individuals as well as upon the

Member States and upon the institutions of the Community.”

("... Komunitas merupakan suatu tatanan hukum yang baru ... subjek yang

terdiri tidak hanya dari negara-negara anggota, tetapi juga warga negara

mereka. Terpisah dari peraturan perundang-undangan Negara-negara

Anggota, hukum Masyarakat tidak hanya membebankan kewajiban pada

individu tetapi juga dimaksudkan untuk memberikan kepada mereka hak.

Hak-hak ini muncul tidak hanya ketika mereka secara tegas diberikan oleh

Perjanjian, tetapi juga dengan alasan kewajiban yang Perjanjian kenakan

dengan cara yang jelas pada individu maupun pada negara-negara anggota

dan pada lembaga-lembaga masyarakat.)

Dalam putusan tersebut terlihat bahwa aturan-aturan yang ada dalam EC

Treaty tidak hanya memberikan kewajiban kepada individu dari negara anggota,

tetapi juga memberikan hak kepada mereka dan hak tersebut harus dilindungi oleh

pengadilan nasional negara anggota. Pasal 25 EC Treaty berlaku langsung, yang

artinya hukum Komunitas, dalam kondisi tertentu memberikan hak kepada

individu dari negara anggota yang dilindungi oleh pengadilan nasional. Adanya

efek keberlakuan langsung yang dimiliki oleh perjanjian pembentukan EU sangat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 17: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

89

89

diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keseragaman berlakunya hukum

Komunitas di negara-negara anggota.148

Tidak semua hukum regional EU dan ketentuan dalam Perjanjian dapat

menghasilkan efek keberlakuan langsung terhadap negara anggota EU yang lain.

Suatu ketentuan memiliki efek keberlakuan langsung apabila memenuhi sejumlah

kriteria seperti harus jelas, tidak ambigu, tanpa syarat, tidak tidak dapat dilakukan

reservasi terhadap aturan tersebut, dan tidak harus ditranposisikan ke hukum

nasional negara anggota.149

b.Supremasi Hukum Regional EU terhadap Hukum Nasional Negara Anggota

Sama seperti prinsip keberlakuan langsung hukum regional EU, prinsip

supremasi hukum regional EU terhadap hukum nasional negara anggota juga tidak

ditemukan dalam perjanjian pembentuk EU, tetapi dalam putusan-putusan

Mahkamah Eropa.150

Putusan perkara Costa vs ENEL merupakan landasan dalam penjelasan

prinsip supremasi hukum regional EU terhadap hukum nasional negara anggota.

Costa adalah seorang pemegang saham suatu perusahaan Italia yang kemudian

perusahaan tersebut dinasionalisasi oleh Pemerintah Italia. Aset-aset yang dimiliki

Costa dialihkan kepada ENEL, perusahaan yang dinasionalisasi oleh Pemerintah

Italia. ENEL kemudian menuntut Costa karena tidak membayar tagihan listrik

148

Martin Stiernstrom, Op.Cit., h.4

149 T.C., Hartley, European Community Law, ed.ke-4, (Oxford; New York: Oxford University

Press, 1998), h.191

150 Verica Trstenjak, National Sovereignity and the Principle of Primacy in EU Law and Their

Importance for the Member States, Beijing Law Review 2013. Vol.4, No.2, 71-76, h.72

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 18: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

90

90

dari perusahaan tersebut. Costa menolak untuk membayar tagihan listrik yang

dikeluarkan oleh perusahaan listrik Italia ENEL, karena menurutnya dia tidak

harus membayar tagihan listrik karena nasionalisasi yang dilakukan oleh

Pemerintah Italiabertentangan dengan EC Treaty.. Pengadilan nasional Italia

kemudian menyerahkan masalah itu ke Mahkamah Eropa untuk melakukan

preliminary ruling.151

Mahkamah Eropa dalam hal ini menyatakan bahwa dengan menjadi

anggota dari Komunitas Eropa, suatu negara berarti menyerahkan hak

berdaulatnya dalam beberapa bidang tertentu sehingga apabila ada aturan dalam

hukum nasional yang bertentangan dengan hukum Komunitas Eropa, maka

hukum nasional tidak berlaku.152

Lebih lanjut Mahkamah Eropa menyatakan

dalam Putusan Costa vs ENEL bahwa:

“...the law stemming from the Treaty, an independent source of law, could

not, because of its special and original nature, be overriden by domestic

legal provisions, however framed, without being deprived of its character

as Community law and without the legal basis of the Community itself

being called into question.”153

("... Hukum yang berasal dari Perjanjian, sebuah sumber hukum yang independen,

tidak bisa, karena sifat khusus dan aslinya, diganti oleh ketentuan hukum dalam

negeri, namun dibingkai, tanpa kehilangan karakternya sebagai hukum

151

Martin Stiernstrom, Op.Cit., h.4

152 Fanny Alda Putri, Op.Cit., h.74

153 ECJ, Costa vs ENEL, 1964, para.585.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 19: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

91

91

Masyarakat dan tanpa dasar hukum dari Komunitas itu sendiri yang

dipertanyakan.")

Setidaknya ada tiga alasan mengapa harus ada supremasi hukum regional

di EU. Pertama, prinsip keberlakuan langsung yang terdapat pada perjanjian

pembentuk EU tidak akan bermakna apabila negara anggota dapat secara sepihak

tidak memberlakukan hukum regional EU dan membuat peraturan perundang-

undangan nasional yang kedudukannya lebih tinggi dari hukum regional EU.

Kedua, dengan memberikan sebagian hak berdaulat kepada EU dalam bidang

tertentu, maka negara anggota akan kedaulatannya menjadi terbatas. Oleh karena

itu, hukum regional EU kedudukannya ada di atas hukum nasional negara

anggota. Ketiga, dalam menjaga tujuan utama dibentuknya EU, maka

keseragaman dalam memberlakukan hukum regional EU harus dijaga. Salah satu

cara untuk mencapai keseragaman tersebut adalah dengan memberi supremasi

kepada hukum regional EU.154

c. Prinsip State Liability terhadap pelanggaran Hukum Regional EU

Sama dengan prinsip direct effect, prinsip state liability serta dua prinsip

yang lain semata-mata dikembangkan oleh Mahkamah Eropa, tanpa aturan

eksplisit dalam EC Treaty yang membahas mengenai pinsip tersebut. Untuk

meningkatkan kredibilitas dua prinsip, Pengadilan menjelaskan dalam kasus

7broeck155

bahwa :

154

Alina Kaczorowska, European Union Law, ed ke-2, (New York: Routledge, 2011), h.256

155Case C-312/93 Peterbroeck, Van Campenhout SCS & Cie v. Belgian State [1995] E.C.R I-4599

at para. 12

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 20: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

92

92

“under the principle of co-operation laid down in Article 5(now 10) of the

Treaty, it is for the Member States to ensure the legal protection which

individuals derive from the direct effect of Community law. ”

Berdasarkan prinsip kerjasama yang ditetapkan dalam Pasal 5 (sekarang 10) dari

EC Treaty, untuk negara-negara anggota untuk menjamin perlindungan hukum

yang individu berasal dari efek langsung dari hukum Masyarakat."156

Sebelum kasus Francovich157

, kewajiban Negara biasanya diklasifikasikan

sebagai masalah hukum nasional, sedangkan dalam kasus Francovic, dua

pertanyaan penting diangkat ke Mahkamah Eropa, pertama, bisakahdirective158

ditegakkan tanpa implementasi dalam Negara Anggota, kedua, haruskah negara

anggota memberi kompensasi atas kerugian seorang individu yang muncul akibat

kegagalan pelaksanaan

Francovich dan penggugat lainnya, membawa tindakan terhadap

pemerintah Italia, meminta para hakim baik untuk menghukum terdakwa untuk

membayar mereka gaji mereka yang hilang dengan, menerapkan Council directive

80/987/CEE untuk kasus mereka, atau untuk terus bertanggung jawab atas

kerugianyang diikuti dengan penggabungan ketetapan tersebut ke dalam sistem

156

Hui Yu, The Mysterious State Liability Doctrine of European Community: An Uncertainty

Analysis, September 2006, h.7

157Joined Cases 6/90 and 9/90 Francovich v Italy, [1991] ECR I-5357

158Directive digunakan untuk membawa hukum nasional yang berbeda sejalan dengan satu sama

lain, dan sangat umum dalam hal-hal yang mempengaruhi penyelenggaraan pasar bersama

(misalnya standar keamanan produk)

Setiap directive menentukan tanggal dimana hukum nasional harus disesuaikan - memberikan

otoritas nasional ruang untuk melakukan manuver dalam tenggat waktu yang diperlukan untuk

memperhitungkan situasi nasional yang berbeda.

(http://www.europeanlawmonitor.org/what-is-guide-to-key-eu-terms/eu-legislation-what-is-an-eu-

directive.html) diakses pada 14 Juni 2015

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 21: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

93

93

hukum nasional. Majikan penggugat adalah perusahaan yang telah menjadi

bangkrut dengan gaji dan tunjangan lainnya yang belum dibayar, dengan aset

yang cukup untuk memenuhi tuntutan karyawan dalam proses kebangkrutan

berikutnya. Pengadilan menegaskan kurangnya efek keberlakuan langsung

directive dari sudut pandang yang tidak cukup presisi, dan kemudian menyatakan

bahwa:

“...State must be liable for loss and damage caused to individuals as a

result of breaches of Community law for which the State can be held

responsible is inherent in the system of the Treaty”.

Bahwa negara harus bertanggung jawab atas kerugian dan kerusakan yang

terjadi pada individu sebagai akibat dari pelanggaran hukum Komunitas yang

manapertanggungjawaban negara telah melekat dalam sistem Perjanjian.

Pengadilan dengan kreatif menjunjung tinggi hak-hak individu atas dasar prinsip-

prinsip dasar dari Perjanjian, yang meliputi individu di bawah sistem hukum,

membuat kewajiban Negara sebagai sebuah prinsip hukum Masyarakat, dan yang

lebih penting, menciptakan perbaikan baru di bawah sistem hukum EU.

Dengan adanya kasus Francovich, Pengadilan untuk pertama kalinya

sepenuhnya menjawab pertanyaan tentang kewajiban Negara untuk pelanggaran

hukum Masyarakat dan berlandaskan pada EC, bukan hukum nasional,

meletakkan persyaratan sebagai berikut sehubungan dengan pembentukan

kewajiban Negara yang berasal dari non-transposisi dari directive dalam jangka

waktu yang diperlukan:

1. Hasil yang ditentukan oleh directive harus meliputi pemberian hakindividu

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 22: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

94

94

2. Isi hak-hak harus diidentifikasi berdasarkan ketentuandirectiveitu;

3. Adanya hubungan sebab akibat antara pelanggaran kewajiban negara dan

kerugian dan kerusakan yang diderita oleh pihak yang dirugikan.159

d. Prinsip Indirect Effect

Istilah indirect effect tidak ada dalam aturan legislatif tetapi digunakan

oleh doktrin dalam ketentuan Komunitas, bahkan jika tidak langsung efektif,

harus diperhitungkan oleh pengadilan nasional ketika menafsirkan undang-undang

nasional. Doktrin pengaruh tidak langsung diterapkan terutama dalam arahan dan

tidak bisa langsung memaksakan kewajiban pada individu. Dengan demikian

directive dapat memiliki efek tidak langsung bahkan jika tidak secara vertikal

langsung efektif.160

Doktrin pengaruh tidak langsung berasal dari Von Colson Case.161

Kasus

ini mengenai diskriminasi seks. Dalam putusan kasus Pengadilan menyatakan

bahwa:

“It is for the national court to interpret and apply the legislation adopted

for the implementation of the directive in conformity with the requirements of

Community law, in so far as it is given discretion to do so under national law”162

159

Hui Yu, Op.Cit, hal.9

160 Anthony Arnull, The European Union and Its Court of Justice, Oxford University EC Law

Library, 2006, Second Edition, h.185

161 Case 14/83, Von Colson and Kaman.

162 Case 14/83, Von Colson and Kaman, at paragraph 28.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 23: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

95

95

Jadi, pengadilan nasional berkewajiban untuk mendamaikan hukum nasional yang

bertentangan dengan directive dengan menafsirkan hukum nasional dari sudut

pandang susunan kata dan tujuan dari directive yang bersangkutan.

Tabel 3.1 : Negara-negara Anggota EU

Negara anggota EU Tahun Bergabungnya

Austria 1995

Belgia 1952

Bulgaria 2007

Kroasia 2013

Siprus 2004

Republik Ceko 2004

Denmark 1973

Estonia 2004

Finlandia 1995

Perancis 1952

Jerman 1952

Yunani 1981

Hongaria 2004

Latvia 2004

Irlandia 1973

Italia 1952 ( negara pendiri )

Lithuania 2004

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 24: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

96

96

Luksemburg 1952 ( negara pendiri )

Malta 2004

Belanda 1952 ( negara pendiri )

Polandia 2004

Portugal 1986

Rumania 2007

Slowakia 2004

Slovenia 2004

Spanyol 1986

Swedia 1995

Inggris Raya 1973

Sumber : europa.eu163

3.2 Konsep Harmonisasi Hukum di wilayah regional ASEAN

Kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa

bertubrukan satu sama lain sehingga oleh hukum diintegrasikan sedemikian rupa

sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. Pengorganisasian

kepentingan-kepentingan dilakukan dengan membatasi dan melindungi

kepentingan-kepentingan tersebut. Memang, dalam suatu lalu lintas kepentingan,

163

Countries,http://europa.eu/about-eu/countries/member-countries/index_en.htm diakses pada 4

Desember 2014

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 25: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

97

97

perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan

dengan cara membatasi kepentingan di lain pihak.164

Suasana perubahan ke arah kehidupan masyarakat bangsa-bangsa yang

semakin menyatu dengan bermacam implikasinya seperti diuraikan di atas, tentu

saja mempengaruhi model pranata hukum yang harus dipersiapkan. Jika

penyiapan pranata hukum yang dilakukan negara nasional seperti Indonesia

semata-mata menggunakan model kodifikasi sebagaimana berlangsung selama ini,

dikhawatirkan model semacam itu akan sulit mengadaptasikan diri dengan

berbagai proses perubahan yang berlangsung sangat cepat akibat interaksi

masyarakat bangsa-bangsa yang semakin hari semakin intensif.165

Harmonisasi hukum dimaksud dapat digambarkan "sebagai suatu upaya

yang dilaksanakan melalui proses untuk membuat hukum nasional dari negara-

negara anggota ASEAN memiliki prinsip serta pengaturan yang sama mengenai

masalah yang serupa di masing-masing yurisdiksinya". Harmonisasi dalam bidang

hukum merupakan salah satu tujuan penting dalam menyelenggarakan hubungan-

hubungan hukum. Terlebih lagi kawasan ASEAN telah bersepakat membentuk

AFTA sebagai kawasan perniagaan negara-negara di Asia Tenggara. Kerjasama

bidang hukum yang berujung pada adanya harmonisasi, penting agar hubungan-

164

Sardjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : Alumni, 1982, h.64

165 Eman Suparman, Harmonisasi Hukum di Era Global Lewat Nasionalisasi Kaidah

Transnasional, Syiar Hukum Vol 11, No 3 Tahun 2009, h.237

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 26: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

98

98

hubungan hukum yang diatur oleh satu negara akan sejalan atau tidak begitu

berbeda dalam penerapannya dengan ketentuan yang berlaku di negara lain.166

Indonesia dan bangsa-bangsa di sudut manapun di muka bumi ini,

sekarang sudah terhubung dan terkooptasi ke dalam satu pola kehidupan.

Akibatnya batas-batas teritorial negara hampir tidak lagi menjadi penghalang bagi

berkembangnya ragam aktivitas manusia, baik perniagaan maupun bukan

perniagaan.167

Hukum dan sistem hukum adalah faktor penting bagi kemajuan ekonomi.

Hukum dan kelembagaan hukum dapat mendorong kegiatan ekonomi. Rodolfo C

Severino, mantan Sekjen ASEAN mengatakan bahwa jika kerjasama ekonomi

ingin lebih substansial dan berdampak nyata, maka perjanjian-perjanjian yang

dibuat haruslah mempunyai kekuatan mengikat.168

Kecenderungan untuk hidup bersatu adalah kodrat naluri manusia. Oleh

karena itu terbentuknya institusi global semacam WTO (World Trade

Organization), APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) sebagai forum

kerjasama ekonomi antar bangsa-bangsa, sekalipun dalam kawasan (regional)

tertentu. Sebagai contoh kecenderungan menyatunya pola kehidupan dalam satu

166

E. Saefullah, “Harmonisasi Hukum di antara Negara-Negara Anggota ASEAN”; Kertas Kerja

pada Simposium Nasional Aspek-aspek Hukum Kerjasama Ekonomi Antara Negara-Negara

ASEAN dalam rangka AFTA; Fakultas Hukum UNPAD, Bandung, 1 Februari 1993, h.1.

167 Eman Suparman, Op.Cit.,h.234

168Rodolfo C. Severino, Sekretaris Jenderal ASEAN, the ASEAN Way and the Rule of Law,

makalah lepas yang disampaikan pada International Law Conference on ASEAN Legal Systems

and Regional Integration yang diselenggarakan oleh Universitas Malaya, Kuala Lumpur, 3

September 2001

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 27: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

99

99

kepentingan yang serupa sebagaimana penyatuan mata uang untuk negara-negara

yang tergabung dalam EEC (European Economic Council).169

Dalam keadaan semacam itu, norma yang mengatur ragam aktivitas

tersebut tentu tidak diserahkan kepada aturan normatif suatu negara tertentu.

Sebab kaidah hukum nasional suatu negara berdaulat, batas berlakunya hanya di

dalam teritorial negara tersebut. Untuk itu, pengaturan berbagai hak dan

kewajiban maupun kepentingan bersama antar negara berdaulat tadi, kaidahnya

akan diupayakan dalam bentuk kesepakatan bersama antar negara-negara yang

lazimnya dituangkan dalam bentuk “perjanjian internasional”.170

Instrumen inilah

yang paling mungkin untuk digunakan dalam menangani berbagai persoalan

transnasional yang dihadapi bersama.171

Saat ini hampir setiap negara merupakan pihak dari perjanjian integrasi

regional (regional integration agreement) atau secara aktif turut bernegosiasi

dalam rangka mewujudkan integrasi regional. Kecenderungan integrasi regional

tampaknya akan terus berlanjut karena paling tidak integrasi regional dapat

meredam ketegangan antara tekanan globalisasi dan tuntutan untuk otonomi

regional yang semakin besar.172

Pada kondisi masyarakat dunia yang digambarkan semacam itu, instrumen

hukum “perjanjian internasional”, kian menjadi penting. Melalui perjanjian

169

Ibid

170 “Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-

bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.”

171Eman Suparman, Op.Cit, h.234

172 Zhenis Kembayev, “Legal Aspects of Regional Integration in Central Asia”, Heidelberg

Journal of International Law 66.4 (2006): 967-983, h.967

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 28: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

100

100

internasional itulah negara-negara, baik negara penanda tangan maupun negara

yang turut serta kemudian, dapat menciptakan norma-norma hukum baru yang

diperlukan untuk mengatur hubungan antar negara dan antar masyarakat negara-

negara yang volumenya semakin besar, intensitasnya semakin kuat, dan materinya

semakin kompleks.173

Memang setiap negara merdeka dan berdaulat memiliki sistem Hukum

Perdata Internasional (HPI) yang berlainan satu sama lain. Untuk mengatasi

kesulitan yang timbul manakala muncul persoalan perdata dan melibatkan dua

negara atau lebih, maka negara-negara berupaya mengadakan kerjasama

internasional dengan jalan mempersiapkan konvensi-konvensi yang bertujuan

menciptakan unifikasi di dalam bidang hukum, khususnya hukum perdata. Akan

tetapi upaya yang dilakukan itu bukan dimaksudkan untuk menyeragamkan

seluruh sistem hukum intern dari negara-negara peserta konperensi, melainkan

sekedar upaya untuk menyelaraskan kaidah-kaidah HPI-nya. Harapannya adalah

penyelesaian persoalan untuk masalah-masalah hukum perdata tertentu akan dapat

dilakukan oleh badan-badan peradilan masing-masing negara peserta.174

Apabila

kesepakatan antar negara menghendaki lain maka pilihan lain dalam penyelesaian

persoalan untuk masalah-masalah hukum perdata tertentu dapat dilakukan oleh

suatu lembaga supranasional yang menyelesaikan sengketa lintas batas negara.

Dengan adanya penyeragaman sistem hukum di antara negara-negara

dalam suatu organisasi yang membuat kerjasama-kerjasama di bidang tertentu,

173

Mochd. Burhan Tsani, Hukum dan Hubungan Internasional, Yogyakarta: Liberty, 1990, h.8-9.

174 Sudargo Gautama, Capita Selecta Hukum Perdata Internasional. Bandung: Alumni, 1983, h.5

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 29: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

101

101

diharapkan penyelesaian masalah bisa menjadi lebih mudah tanpa adanya

penafsiran berbeda atas suatu pemecahan masalah.

3.3 Harmonisasi Hukum Persaingan di tingkat regional ASEAN

Sejak ASEAN bertujuan untuk memperkuat integrasi ekonomi di kawasan

tersebut, kebutuhan hukum dan lembaga untuk mendukung pelaksanaan dan

elaborasidari liberalisasi perdagangan dan investasi di pasar ASEAN semakin

nyata. Interaksi antara pemerintah, konsumen dan produsen telah menimbulkan

perhatian bahwa sistem berbasis aturan perlu diperkuat.175

Kedua, dalam ekonomi pasar bebas ASEAN yang sedang berkembang,

monopoli dan praktek bisnis yang membatasi dipandang sebagai sesuatu yang

tidak diinginkan, karena merekacenderung mendistorsi harga dan menghambat

alokasi sumber daya yang efisien. Dengan demikian, ada seruan untuk adanya

persaingan untuk memastikan bahwa akses masuk gratis dan tekanan pesaing baru

dapat berfungsi dan menyeimbangkan kekuatan pasar dan struktur di pasar

ASEAN. Pada akhirnya, tujuan adanya persaingan pasar dan kompetisi yang

tidak terdistorsi adalah untuk menguntungkan konsumen, untuk memungkinkan

varietas besarproduk berkisar pada harga minimum.176

Hukum persaingan

umumnya membutuhkan perspektif kebijakan pro-konsumen yang fundamental

mengkonsolidasikan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan konsumen.

175

Lawan Thanadsillapakul, The Harmonisation of ASEAN Competition Laws and Policy

and Economic Integration, h.4, 2004

176Ibid h.5

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 30: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

102

102

Banyak organisasi internasional, seperti The Organisation for Economic

Co-operation and Development (OECD), WTO, dan United Nations Conference

on Trade and Development(UNCTAD), telah mengakui bahwa isu yang paling

penting adalah kesulitan dalam berbagi informasi antara negara yang terkena

dampak dan negara yang menyinggung dimana kantor pusat sebuahperusahaaan

berada. Oleh karena itu, organisasi-organisasi internasional biasanya mendorong

anggotanya untuk bekerja sama dan menegakkan hukum persaingan terhadap

perusahaan-perusahaan multinasional dengan perilaku anti persaingan bersama-

sama.177

Selain itu, dalam perspektif EU (EU), dua mantan komisaris untuk

Kompetisi Direktorat di Komisi Eropa kepada Dewan Eropa, Sir Leon Brittan dan

Karel Van Miert telah berkomentar tentang perlunya penegakan internasional

hukum persaingan (Osterud, 2010) ;178

"Liberalisasi dan globalisasi mempertanyakan sifat domestik aturan kompetisi dan

tidak adanya aturan yang mengikat di tingkat internasional. Banyak negara atau

suatu regional telah menerapkan kebijakan yang komprehensif, tetapi tidak

memiliki instrumen yang tepat untuk menerapkan aturan kompetisi domestik

dengan praktek anti persaingan dengan dimensi internasional, serta untuk

memperoleh informasi yang relevan di luar yurisdiksi. Sebuah framework yang

diperlukan untuk meningkatkan penegakan efektif aturan kompetisi."

177

Phanomkwan Devahastin Na Ayudhaya, ASEAN HARMONIZATION OF

INTERNATIONAL COMPETITION LAW: WHAT IS THE MOST EFFICIENT OPTION? h.2-3

Proceeding - Kuala Lumpur International Business, Economics and Law Conference. April 8 - 9,

2013.

178 Osterud, E. (2010). Identifying Exclusionary Abuses by Dominant Undertakings under EU

Competition Law: The Spectrum of Test. Alphen aan den Rijn, The Netherlands: Kluwer Law

International dalam Phanomkwan Devahastin Na Ayudhaya, ASEAN HARMONIZATION OF

INTERNATIONAL COMPETITION LAW: WHAT IS THE MOST EFFICIENT OPTION? h.2-3

Proceeding - Kuala Lumpur International Business, Economics and Law Conference. April 8 - 9,

2013.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 31: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

103

103

Sementara Pedoman Kebijakan Persaingan Regional ASEAN juga

mengakuiperlunya bagi anggotanya untuk mengembangkan hukum persaingan

yang efektif;

"Untuk memenuhi tujuan wilayah ekonomi yang sangat kompetitif, salah satu

tugas tindakan yang diidentifikasi di bawah AEC Blueprint adalah untuk

mengembangkan pada tahun 2010 pedoman regional tentang kebijakan

persaingan, yang akan didasarkan pada pengalaman negara dan praktik terbaik

internasional dengan pandangan untuk menciptakan lingkungan persaingan yang

sehat. Sebagaimana diuraikan dalam Cetak Biru AEC, semua negara anggota

ASEAN akan berusaha untuk memperkenalkan kebijakan persaingan pada tahun

2015."

Ini berarti bahwa organisasi-organisasi internasional yang bertujuan untuk

melakukan integrasi ekonomi mengakui kebijakan persaingan sebagai salah satu

alat yang digunakan untuk menjaga lingkungan persaingan yang sehat di kawasan

ini. Namun, ada pendekatan yang berbeda untuk internasionalisasi hukum

persaingan. ASEAN belum tentu perlu menyelaraskan hukum persaingan dalam

cara yang mirip dengan EU dan bisa mengambil pendekatan kooperatif yang

berbeda.179

Upaya penyelarasan kaidah hukum publik maupun privat melalui

perjanjian internasional, sudah saatnya dilakukan juga oleh negara-negara di

kawasan ASEAN ini. Paling tidak menyambut berlaku efektifnya AFTA

mendatang, kesenjangan akibat perbedaan sistem hukum yang ada pada sejumlah

negara anggota ASEAN, harus diupayakan untuk diminimalkan.180

179

Phanomkwan Devahastin Na Ayudhaya, ASEAN HARMONIZATION OF INTERNATIONAL

COMPETITION LAW: WHAT IS THE MOST EFFICIENT OPTION? h.2-3 Proceeding - Kuala

Lumpur International Business, Economics and Law Conference. April 8 - 9, 2013.

180Eman Suparman, Harmonisasi Hukum di Era Global Lewat Nasionalisasi Kaidah Transnasional,

Syiar Hukum Vol 11, No 3 Tahun 2009, h.237

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 32: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

104

104

3.3.1 Kebijakan Persaingan Usaha dalam ASEAN Economic Community

Kerjasama regional di antara negara anggota ASEAN dalam beberapa

tahun ini telah diarahkan oleh niat mereka untuk mendirikan Komunitas ASEAN

pada tahun 2015. Pertama kali diumumkan pada tahun 2003, Komunitas ASEAN

harus didukung oleh tiga pilar utama, yang dinamakan ASEAN Economic

Community (AEC), ASEAN Security Community (ASC) and the ASEAN Socio-

Cultural Community (ASCC). Pencapaian AEC memerlukan integrasi regional

dari perekonomian negara-negara anggota.181

Niat untuk mempercepat pelaksanaan AEC dibuktikan melalui

diumumkannya AEC Blueprint yang pertama kali diumumkan pada tahun 2006

dan diadopsi pada tahun 2007. Karakteristik dan elemen dari AEC termasuk: (i)

pasar tunggal dan basis produksi, (ii) kawasan ekonomi yang kompetitif, (iii)

pembangunan ekonomi yang setara, (iv) integrasi ke dalam ekonomi global. Di

dalam Blueprint, kebijakan persaingan usaha diperkenalkan sebagai salah satu

kunci untuk mencapai “kawasan ekonomi yang kompetitif”. Dalam hal ini,

sejumlah tindakan yang diprioritaskan telah diidentifikasikan dan dijadwalkan

untuk dilaksanakan selama periode 2008-2015.182

Persaingan jelas merupakan aspek penting dalam pandangan ASEAN

untuk integrasi ekonomi regional. Itu merupakan salah satu unsur dari empat

karakteristik dalam AEC Blueprint. Bentuk dari pasar tunggal dan basis produksi

181

Casey Lee and Yoshifumi FUKUNAGA, ASEAN Regional on Competition Policy h.1, April

2013

182Ibid

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 33: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

105

105

didasarkan pada gagasan untuk persaingan seluruh pasar di negara-negara

ASEAN. Daya saing ekonomi dari kawasan ASEAN dan integrasinya menuju

perekonomian global membutuhkan kemampuan negara-negara anggota untuk

bersaing secara global.183

3.3.2 Manfaat harmonisasi hukum persaingan di tingkat regional ASEAN

Dalam rangka mendorong lahirnya kawasan yang memiliki daya saing,

ASEAN sudah menyiapkan kerangka bagaimana mekanisme pasar bebas ASEAN

dirancang. Rumusan kebijakan persaingan menjadi isu yang sangat strategis.

Salah satu karakteristik kunci MEA adalah tercapainya Competitive Economic

Region. Namun apakah semua negara-negara ASEAN memiliki kemampuan yang

sama untuk bersaing meski dengan tetangga sendiri, melalui implementasi

kebijakan dan hukum persaingan usaha. Dalam konteks pasar bebas ASEAN,

Kebijakan dan Hukum Persaingan Usaha ini akan sangat dibutuhkan karena pada

tahun 2015 nanti pasar dimana transaksi perdagangan barang dan atau jasa sudah

terbuka.184

Saat ini, semua negara ASEAN menerapkan proses penyaringan dan

menerapkan pra entri persyaratan untuk semua investor asing. Ada juga beberapa

peraturan untuk mencegah investor asing / perusahaan dari menjadi kekuatan yang

dominan diekonomi, misalnya, pembatasan ekuitas/ kepemilikan asing, dan

persyaratan divestasi. Hukum dan peraturan tersebut dapat digunakan untuk

mencegah investor asing dari penggabungan dengan atau mengakuisisi

183

Ibid

184Subianta Mandala, Op.Cit., h.163-182

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 34: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

106

106

perusahaan lokal, seperti mereka tidak dapat memiliki saham di atas batas yang

ditentukan. Perusahaan asing juga tidak bisa bergabung atau mengakuisisi

perusahaan asing lain jika ekuitas mereka di baruperusahaan berada di luar equity

ratio185

yang ditetapkan oleh undang-undang. Jelas, di bawah keadaan ini, negara-

negara ASEAN perlu hukum persaingan untuk mengontrol merger dan akuisisi.

Meskipun mereka telah melonggarkan terhadap beberapa peraturan mengenai

rasio ekuitas investor asing, hal ini berada di kasus per kasus dalam kondisi

tertentu saja.186

Hukum dan kebijakan persaingan akan membantu untuk mempromosikan

pertumbuhan usaha kecil dan menengah, yang merupakan mayoritas di negara

lokal ASEAN, dan memungkinkan mereka untuk bersaing dengan saingan mereka

yang lebih kuat. Liberalisasi perdagangan dan investasi berdasarkan persaingan

yang sehat akan memungkinkan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah lokal

untuk mengembangkan kekuatan ekonomi mereka, meng-upgrade proses produksi

teknologi dan meningkatkan sistem manajerial dan keterampilan komersial, agar

dapat bersaing dengan perusahaan asing. Hukum persaingan akan memastikan

bahwa perusahaan, baik lokal maupun asing, dicegah dari melakukan praktik

185

Ekuitas (equity) merupakan sumber perolehan dana yang berasal dari setoran pemilik (disebut

modal atau modal saham) dan dari laba yang tidak dibagikan ke pemilik (disebut laba ditahan). -

See more at: http://keuanganlsm.com/definisi-ekuitas/#sthash.pHKS7Nlh.dpuf

Rasiohutang yang tinggi/ekuitasumumnya berartibahwaperusahaantelah agresif

dalampembiayaanpertumbuhandenganutang. Hal inidapatmengakibatkanlabayang mudah

menguapsebagaiakibat daribeban bungatambahan –See more at :

http://www.investopedia.com/terms/d/debtequityratio.asp diakses pada 2 Desember 2014

186Lawan Thanadsillapakul, The Harmonisation of ASEAN Competition Laws and Policy

and Economic Integration, 2004, h.6

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 35: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

107

107

bisnis yang membatasi, menyalahgunakanposisi dominan atau membentuk kartel

atau jenis lain dari praktek yang tidak adil yang dapat merusak perusahaan lain.187

Persaingan juga menjamin keuntungan dari integrasi regional bisa

terdistribusi secara merata di antara konsumen dan produsen di dalam kawasan,

begitu juga di antara negara-negara anggota ASEAN. Dalam hal ini, kebijakan

persaingan, diartikan sebagai semua kebijakan pemerintah dalam menggalakkan

persaingan dalam pasar, yang merupakan kebijakan penting dalam realisasi

AEC.188

Dengan demikian, hukum dan kebijakan persaingan memiliki peran besar

untuk bermain dalam proses liberalisasi ASEAN, juga untuk memastikan bahwa

pasar ASEAN dijaga seterbuka mungkin untuk pendatang baru, dan bahwa

perusahaan tidak menggagalkan tujuan ini dengan terlibat dalam praktek-praktek

anti-kompetitif . Dengan cara ini, penegakan kuat dari hukum persaingan ASEAN

dapat memberikan jaminan bahwa liberalisasi investasi tidak akan membiarkan

ketidakberdayaanpemerintah menghadapi transaksi-transaksi anti persaingan.

3.3.3 Progress dalam mencapai harmonisasi hukum persaingan

Di tahun 2015, transaksi perdagangan dan jasa akan menyatu dan

berintegrasi dalam satu pasar bersama. Hal ini berarti bahwa pelaku usaha di

Indonesia khususnya pelaku usaha yang berkeinginan untuk melakukan ekspansi

usaha di ASEAN atau berhubungan dengan pelaku usaha di negara-negara

ASEAN lainnya harus memahami hukum usaha yang berlaku di negara-negara

187

Ibid, h.36

188 Casey Lee dan Yoshifumi FUKUNAGA, Op.Cit, h.1

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 36: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

108

108

anggota termasuk hukum persaingan usaha. Usaha untuk menciptakan daya saing

melalui hukum dan kebijakan persaingan, ASEAN melalui Sekretariat ASEAN

telah melakukan sejumlah aksi. Terdapat perbedaan substansial dalam pengaturan

hukum persaingan usaha di negara-negara anggota ASEAN akan menyebabkan

kesulitan dalam penerapan hukum persaingan usaha lintas batas negara.

Melalui ASEAN Expert Group on Competition(AEGC) sebagai lembaga

struktural di ASEAN yang menangani implementasi hukum persaingan telah

menginisiasi dan mempromosikan hal ini. Tercatat hingga saat ini, lima negara

ASEAN yang telah memberlakukan hukum persaingan yaitu Indonesia dan

Thailand (1999), Singapore dan Vietnam (2004) serta Malaysia (2012), sementara

5 negara lainnya masih dalam tahap legislasi.189

Tindakan pertama pada kebijakan persaingan berkaitan dengan

pelaksanaanhukum persaingan di ASEAN Member States (AMS) itu sendiri.

Bunyinya: "Berusaha memperkenalkan Kebijakan Persaingan di semua negara

anggota ASEAN pada tahun 2015". Tingkat implementasi bisa diukur baik

menggunakan interpretasi yang luas atau sempit mengenai "kebijakan

persaingan". Berdasarkan implementasi secara sempit itu berarti 5 (lima) dari 10

(sepuluh) AMS telah memberlakukan hukum persaingan nasionalnya. Namun jika

interpretasi secara luas diterapkan, maka “kebijakan persaingan” diartikan sebagai

setiap kebijakan pemerintah yang mendorong dan memelihara tingkat persaingan

189

Nawir Messi, Kompetisi Menuju Pasar Bebas ASEAN, Jurnal Kompetisi Edisi 42 Tahun

2013,h.5

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 37: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

109

109

di pasar, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar telah memiliki aturan

tentang persaingan meskipun tidak semuanya.190

Aksi kedua pada kebijakan persaingan berkaitan dengan pembentukan

jaringan kebijakan persaingan yang melibatkan AMS. Aksi ini dinyatakan dalam

Cetak Biru AEC sebagai: "Membangun jaringan otoritas atau lembaga yang

bertanggung jawab untuk kebijakan persaingan untuk melayani sebagai forum

untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan kebijakan persaingan."191

Tingkat pelaksanaan tindakan di atas dapat dianggap tinggi

berdasarkan pembentukan dan kegiatan ASEAN Experts Group on

Competition (AEGC). AEGC yang secara resmi didirikan pada tahun 2007,

merupakan wadah ASEAN untuk mengembangkan hukum dan kebijakan

persaingan. AEGC adalah badan resmi yang terdiri dari perwakilan dari semua

AMS yang dicalonkan oleh Pemimpin Senior Economic Official Meeting (SEOM)

dari masing-masing negara. AEGC didirikan dengan mandat untuk mengawasi

hal-hal yang termasuk persaingan di ASEAN. Ini termasuk pencapaian tujuan

terkait persaingan dalam Cetak Biru AEC. Pada Juni 2012, AEGC telah memiliki

sembilan pertemuan sejak didirikan.

Kontribusi yang signifikan dari AEGC dapat dilihat dari

kegiatannya yang dilakukan melalui lima kelompok kerja, yaitu:

a)pedoman regional kebijakan persaingan

b) buku tentang kebijakan dan hukum persaingandi ASEAN untuk bisnis

190

Cassey LEE, Op.Cit., h.23-24

191Ibid h.24

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 38: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

110

110

c) capacity buiding

d)inti-kompetensi regional dalam kebijakan dan hukum persaingan

e) strategi dan alat untuk advokasi kompetisi regional.

Tabel 3.2: AEGC Activities, 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012

Capacity Building 2 6 3 3 5

Policy

Dialogue/Conferences/Outreach

1 4 4 1

Sesi Brainstorming 2

Pedoman ASEAN dalam

Kebijakan Persaingan

2 1

Buku Panduan tentang

Kebijakan Persaingan

1 1

Kompetensi dasar kawasan 2 2

Lainnya - Peletakan Yayasan,

inventarisasi,

study visit

2 3

Total 5 16 11 6 7

Sumber : AEGC192

Tiga program utama AEGC adalah terbentuknya Regional Guideline,

Regional Handbook, dan adanya kegiatan Capacity Building yang sesuai dengan

kebutuhan dan prioritas masing-masing negara AMS. Seperti yang telah

diketahui, belum semua AMS memiliki lembaga persaingan dan undang-undang

192

Dalam Cassey LEE, ASEAN Regional Cooperation on Competition Policy, 2013

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 39: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

111

111

persaingan. Keunikan dan tingkat pemahaman yang berbeda-beda tersebut

menjadi tantangan tersendiri dalam menyusun pendekatan untuk mewujudkan

sebuah lembaga dan undang-undang persaingan pada tahun 2015 sebagai

supporting tools terbentuknya common market di wilayah ASEAN.

Tujuan utama dari kebijakan persaingan adalah untuk mendorong budaya

persaingan yang sehat. Untuk mencapai hal ini, beberapa langkah strategis telah

diletakkan pada Cetak Biru AEC dengan target pencapaian pada tahun 2015:

a. Upaya untuk memperkenalkan kebijakan persaingan di semua AMSS pada

tahun 2015;

b. Membangun jaringan otoritas atau lembaga yang bertanggung jawab untuk

kebijakan persaingan untuk melayani sebagai forum untuk mendiskusikan

dan mengkoordinasikan kebijakan persaingan;

c. Mendorong kapasitas program pembangunan / kegiatan untuk AMSS

dalam mengembangkan kebijakan persaingan nasional;

d. Mengembangkan pedoman regional tentang kebijakan persaingan pada

tahun 2010, berdasarkan pengalaman negara dan praktik terbaik

internasional dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan persaingan

yang sehat.193

Pedoman/guidelines yang telah dibuat oleh AEGC tentunya tidaklah cukup

untuk menemukan solusi permasalahan hukum persaingan usaha lintas batas

negara di ASEAN nantinya, dikarenakan guidelines hanya mengatur terkait

pedoman

193

About the ASEAN Experts Group on Competition (AEGC),

http://www.aseancompetition.org/aegc/about-asean-experts-group-competition-aegc

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 40: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

112

112

pedoman saja namun tidak mengatur terkait implementasi untuk menyelesaikan

masalah hukum persaingan usaha.

Maka dari itu diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi perbedaan dalam

hukum persaingan usaha di ASEAN dalam rangka menghadapi AEC di tahun

2015. Salah satu solusi adalah berupa penerapan asas Comity dalam hukum

persaingan usaha. Bentuk penerapan asas ini berupa pembuatan perjanjian

multilateral antar negara anggota ASEAN.Isi dari perjanjian ini akan menerapkan

Positive dan Negative Comity. Dalam keberlakuan hukum dalam sebuah negara,

di samping melakukan “pemujaan” terhadap hukum nasional, juga terdapat tempat

bagi berlakunya hukum asing. Disinilah peran dan posisi asas Comity berlaku.194

Awal penggunaan asas Comity dipelopori oleh Ulrich Huber yang

menjelaskan asas Comity : “The high authorities ofeach country offer each other

hand”195

(kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara memberikan usul terhadap

negara lain) Ulrich Huber juga mengatakan:196

Hukum suatu negara hanya berlaku

dalam batas-batas teritorial negara tersebut; Semua orang/subjek hukum yang

secara tetap/sementara berada dalam teritorial wilayah suatu negara yang

berdaulat: (i) merupakan subjek hukum dari negara tersebut, dan (ii) Tunduk serta

terikat pada hukum negara tersebut; Namun, berdasarkan prinsip comity, hukum

yang berlaku di negara asalnya tetap memiliki kekuatan berlaku dimana-mana

194

Gautama Sudargo, Hukum Perdata Internasional Indonesia (jilid I), Alumni, Bandung, 1979,

h.172

195Joel, R. Paul,The Transformation of International Comity,2008, h.23

196 IrinaGetman Pavlova V,”The Concept of “Comity” In Ulrich Huber‟s Conflict Doctrine”, 2012,

h.3

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH

Page 41: BAB III HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN …repository.unair.ac.id/13773/13/13. Bab 3.pdf · Ibid, h.45. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ... Op.Cit, h.57 . 119. ... 129Subianta

113

113

sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan subjek hukum dari negara

pemberian pengakuan.

Penerapan asas Comity ini tentunya tidak akan membatasi tindakan dari

pelaku usaha namun justru akan melindungi berbagai pihak yang berkepentingan

di hukum persaingan usaha, antara lain : negara, pelaku usaha bahkan konsumen.

Solusi ini akan lebih tepat dilaksanakan sambil menunggu adanya harmonisasi

hukum persaingan usaha negara ASEAN, yang bukan perkara mudah mengingat

adanya sepuluh negara dengan sistem hukum yang berbeda. Dengan menerapkan

asas Comity, tentunya masalah perbedaan sistem hukum di negara ASEAN tidak

lagi menjadi masalah yang artinya, negara ASEAN hanya perlu melakukan

akseptasi dari perjanjian yang menerapkan asas Comity. Menerapkan asas ini

cenderung akan memangkas waktu namun juga tidak mengurangi esensidari

harmonisasi dan tujuan untuk menegakkan hukum persaingan usaha. Oleh karena

itu menerapkan asas Comity dalam perjanjian multilateral merupakan solusi yang

tepat menuju AEC 2015.197

197

Fikri Nur Setyansyah, “Penerapan Asas Comity di Hukum Persaingan Usaha Dalam

Rangka ASEAN Economic Community”, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2015,

h.79.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi HARMONISASI HUKUM PERSAINGAN USAHA DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

RANIYAH