bab iii gambaran umum wilayah studi 3.1 kebijakan ruang ...repository.unpas.ac.id/29031/5/bab 3...

36
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Adanya suatu perangkat kebijakan mengenai ruang terbuka hijau di suatu kota pada dasarnya berawal / berangkat untuk mengatasi berkurangnya ruang terbuka hijau akibat dari perkembangan kota, dimana dengan semakin berkembangnya suatu kota menyebabkan adanya ketimpangan antara proporsi luas lahan terbangun dengan proporsi luas kawasan penyangga. Dengan adanya ketimpangan tersebut, nantinya akan berdampak kepada penurunan kualitas lingkungan kota, peraturan atau kebijakan mengenai ruang terbuka hijau dimaksudkan tidak lain adalah sebagai dasar hukum untuk penyeimbang antara peraturan mengenai kawasan terbangun dengan peraturan yang berkaitan dengan masalah lingkungan kota. Adapun beberapa kebijakan mengenai ruang terbuka hijau di Kota bandung adalah sebagai berikut: 3.1.1 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013 Secara umum arahan pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung dilakukan dengan mengembangkan kawasan lindung minimal menjadi 10 % dari luas lahan kota, memanfaatkan kawasan budidaya yang dapat berfungsi lindung, dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan buatan pada kawasan lindung. Penjabaran lebih lanjut dari arahan ini adalah mengembangkan kawasan-kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahanya dilakukan dengan mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi. 1. Untuk kawasan perlindungan setempat (kawasan yang melindungi kawasan bawahanya), kebijaksanaan pengembanganya adalah, sebagai berikut: 53

Upload: others

Post on 27-Jan-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

53

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Adanya suatu perangkat kebijakan mengenai ruang terbuka hijau di suatu

kota pada dasarnya berawal / berangkat untuk mengatasi berkurangnya ruang

terbuka hijau akibat dari perkembangan kota, dimana dengan semakin

berkembangnya suatu kota menyebabkan adanya ketimpangan antara proporsi

luas lahan terbangun dengan proporsi luas kawasan penyangga.

Dengan adanya ketimpangan tersebut, nantinya akan berdampak kepada

penurunan kualitas lingkungan kota, peraturan atau kebijakan mengenai ruang

terbuka hijau dimaksudkan tidak lain adalah sebagai dasar hukum untuk

penyeimbang antara peraturan mengenai kawasan terbangun dengan peraturan

yang berkaitan dengan masalah lingkungan kota. Adapun beberapa kebijakan

mengenai ruang terbuka hijau di Kota bandung adalah sebagai berikut:

3.1.1 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan RTRW Kota Bandung

Tahun 2003-2013

Secara umum arahan pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kota

Bandung dilakukan dengan mengembangkan kawasan lindung minimal menjadi

10 % dari luas lahan kota, memanfaatkan kawasan budidaya yang dapat berfungsi

lindung, dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan buatan pada

kawasan lindung. Penjabaran lebih lanjut dari arahan ini adalah mengembangkan

kawasan-kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahanya

dilakukan dengan mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan

air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber

daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan

erosi.

1. Untuk kawasan perlindungan setempat (kawasan yang melindungi kawasan

bawahanya), kebijaksanaan pengembanganya adalah, sebagai berikut:

53

54

a. Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan dari alih

fungsi.

b. Mengembangkan kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman

prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan

jalur rel kereta api.

c. Intensifikasi dan ekstensifikasi ruang terbuka hijau.

d. Mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan mengendalikan

alih fungsi ke fungsi lain.

e. Mengembalikan fungsi RTH yang telah beralih fungsi.

2. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi pula sebagai ruang terbuka

hijau kota (RTH) meliputi:

a. Jalur sempadan sungai dengan kriteria sesuai dengan Kepmen No.32 tahun

1990.

b. Kawasan sekitar danau buatan/bendungan dengan lebar 50-100 meter dari

titik pasang tertinggi ke arah luar.

c. Kawasan sekitar mata air dengan jari-jari sekurang-kurangnya 200 meter.

d. Jalur sempadan jalan kereta api sepanjang kiri kanan sekurangnya 10

meter.

e. Kawasan dibawah saluran udara tegangan tinggi, kriteria kawasan sekitar

jalur udara utama listrik tegangan tinggi diatur dalam peraturan daerah No.

14 tahun 1998 tentang Bangunan di Wilayah Kotamadya DT II Bandung.

f. Sempadan jalan dan jalan bebas hambatan. Sempadan jalan bebas

hambatan diatur oleh pengelola jalan bebas hambatan sesuai dengan

rancangan teknis dan peraturan perundangan yang berlaku.

g. Taman kota, taman lingkungan dan pemakaman umum disesuaikan

dengan standar prasarana kota dan besaran atau lokasi.

3. Rencana pola pengembangan kawasan lindung setempat yang berfungsi pula

sebagai ruang terbuka hijau ini adalah :

a. Menambah jalur hijau jalan di sepanjang jaringan jalan yang ada dan

direncanakan termasuk jalur hijau Pasupati sehingga diperkirakan seluas

2% dari total wilayah Kota Bandung.

55

b. Intensifikasi dan Ekstensifikasi RTH di sepanjang sempadan sungai,

jaringan jalan, saluran udara tegangan tinggi, sempadan jalan, dan jalan

bebas hambatan.

c. Intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di kawasan taman kota, pemakaman

umum, serta disekitar danau buatan dan mata air.

d. Secara mikro dilakukan penyediaan taman-taman lingkungan yang berada

dipusat-pusat lingkungan perumahan dengan standar sebagai berikut:

Taman lingkungan RT untuk 250 penduduk dengan luas 250 m2, atau

standar 1 m2/penduduk.

Taman lingkungan Rw untuk 2500 penduduk dengan luas 1.250 m2,

atau standar 0.5 m2/penduduk dengan fasilitas pendidikan SD.

Taman skala kelurahan atau untuk 25.000 – 30.000 penduduk dengan

dan taman-taman dengan luas 9.000 m2, atau standar 0.3 m2/penduduk.

Taman skala kecamatan atau untuk 120.000 penduduk dengan luas

24.000 m2, atau standar 0.2 m2/penduduk.

Taman skala pengembangan atau untuk 480.000 penduduk dengan luas

14,4 Ha, atau standar 0.3 m2/penduduk.

Bentuk upaya intensifikasi ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan

pemilihan jenis tanaman, letak tanaman, ruang antar pemukiman, taman-taman

rumah, selain itu juga diantaranya melalui penataan ulang makam dan taman kota

yang dijadikan SPBU. Untuk ekstensifikasi RTH dilakukan dengan pembuatan

RTH-RTH baru.

3.1.2 Kebijakan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan RENSTRA Kota

Bandung Tahun 2004-2008

Di dalam RENSTRA Kota Bandung 2004-2008, penghijauan merupakan

strategi untuk meningkatkan Penataan Kota, yaitu sebagai bagian dari Program

Pengembangaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup dan Program Penataan

Lingkungan Pemukiman yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan

hidup di Kota Bandung. Berdasarkan dokumen Rencana Strategis yang telah di-

Perda-kan tersebut (PERDA No. 06 Tahun 2004), dalam dokumen Renstra

56

tersebut, kegiatan yang secara eksplisit berkaitan dengan penghijauan Kota

Bandung dinyatakan dalam indikator kegiatan sebagai berikut:

a. Peningkatan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau.

b. Peningkatan penghijauan kota.

Sedangkan hal-hal yang dijadikan sebagai indikator kinerja untuk kedua

kegiatan tersebut di atas adalah:

a. Meningkatnya intensitas pemeliharaan taman-taman kota dan hutan-hutan

kota.

b. Meningkatnya upaya-upaya pencegahan pengalihan fungsi ruang terbuka

hijau.

c. Terwujudnya upaya-upaya untuk mencapai proporsi ruang terbuka hijau.

Penghijauan Kota Bandung dijabarkan lebih lanjut oleh dua dinas teknis,

yaitu Dinas Pertamanan dan Pemakaman serta Dinas Pertanian. Kebijakan

mengenai penghijauan di Kota Bandung, oleh Dinas Pertanian ditetapkan sebagai

salah satu kebijaksanaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penghijauan

produktif di kawasan-kawasan kritis sedangkan Dinas Pertamanan dan

Pemakaman meningkatkan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Kota. Kegiatan penghijauan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertamanan dan

Pemakaman mempunyai cakupan dan skala yang lebih luas dibandingkan dengan

yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari salah satu Misi

Dinas Pertamanan dan Pemakaman, yaitu “Memelihara, mempertahankan, dan

memperluas Ruang terbuka Hijau Kota Bandung”. Tujuan yang ingin dicapai oleh

Dinas Pertamanan dan Pemakaman melalui misi tersebut di atas adalah

meningkatkan kualitas lingkungan dan iklim mikro kota. Adapun sasaran dari

misi tersebut adalah:

a. Terpeliharanya 490 buah taman kota seluas 115 hektar yang tersebar di

seluruh wilayah Kota Bandung.

b. Tercapainya perluasan ruang terbuka hijau seluas 80 hektar di wilayah

Bandung Timur dan 10 hektar di wilayah Bandung Utara sebagai Kawasan

Resapan Air.

c. Tertatanya Kawasan Tegallega, Taman Maluku, Taman Cilaki, Babakan

Siliwangi, dan taman yang memiliki luas minimal 2500 m2 sebagai hutan

57

kota, kawasan konservasi dan kawasan lindung, cagar alam dan budaya,

maupun sebagai elemen estetika kota.

d. Terlaksananya pola kerjasama dan kemitraan dalam pengelolaan 42 buah

Taman Kota di lokasi strategis dan jalur jalan arteri kota.

e. Terlaksananya penghijauan kawasan permukiman dan perumahan melalui

penyebaran tanaman pelindung rata-rata 5000 pohon setiap tahun.

f. Tersusunnya Peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan RTH.

Sedangkan kebijakan yang dijabarkan pada Dinas Pertanian adalah menjadi

suatu program mengenai pengembangan komoditas pertanian unggulan melalui

kegiatan penanaman tanaman produktif seperti tanaman buah-buahan di

lingkungan permukiman (perumahan) dan kawasan pendidikan. Target

penanaman juga diarahkan untuk menghijaukan kawasan Punclut di Bandung

Utara dengan tanaman produktif. Beberapa kegiatan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Penghijauan tanaman produktif di wilayah perkotaan.

b. Penghijauan kawasan konservasi di wilayah Kota Bandung.

c. Penghijauan produktif sebagai upaya membuat paru-paru kota.

d. Restocking.

3.2 Gambaran Umum WP Gedebage

Wilayah pengembangan Gedebade merupakan salah satu sub wilayah

pengembangan yang terdapat di Kota Bandung. Secara geografis WP Gedebage

memiliki luas wilayah 3.198,90 Ha yang diliputi oleh tiga Kecamatan seperti Kec

Rancasari, Kec Bandung Kidul dan Kec Margacinta. Berdasarkan struktur ruang

Kota Bandung, WP Gedebage termasuk kedalam WP yang akan dijadikan sebagai

pusat kegiatan primer ke dua untuk Kota Bandung. Adapaun batas-batas

administrasi WP Gedebage adalah: sebelah Utara (wilayah Ujungberung dan

Wilayah Karees), sebelah Barat (Wilayah Tegallega), sebelah Selatan (Jalan Tol

Padalarang-Cileunyi) dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung

dan Kabupaten Sumedang.

58

3.2.1 Kebijakan Wilayah Pengembangan Gedebade

Struktur ruang Kota Bandung terdiri dari unsur-unsur pembagian wilayah

pengembangan (WP), sistem pusat pelayanan, struktur kegiatan fungsional, dan

struktur jaringan transportasi. Untuk mendukung struktur ruang yang

direncanakan, wilayah Kota Bandung dibagi menjadi 6 (enam) wilayah

pengembangan (WP), yaitu wilayah yang secara geografis berada dalam satu

pusat pelayanan pusat sekunder. Adapun pembagian WP di Kota Bandung adalah

sebagai berikut:

a. WP Bojanegara dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Setrasari,

mencakup Kecamatan Andir, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cicendo

dan Kecamatan Sukajadi.

b. WP Cibeunying dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Sadang Serang,

mencakup Kecamatan Cidadap, Kecamatan Coblong, Kecamatan Bandung

Wetan, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Cibeunying Kaler dan

Kecamatan Sumur Bandung.

c. WP Tegallega dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Kopo Kencana,

mencakup Kecamatan Astana Anyar, Kecamatan Bojongloa Kidul,

Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Babakan Ciparay dan Kecamatan

Bandung Kulon.

d. WP Karees dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Turangga, mencakup

Kecamatan Regol, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Batununggal, dan

Kecamatan Kiaracondong.

e. WP Ujungberung dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Arcamanik,

mencakup Kecamatan Cicadas, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan

Ujungberung, Kecamatan Cibiru dan Kelurahan Mekarmulya di

Kecamatan Rancasari.

f. WP Gedebage dengan pusat WP adalah Pusat Sekunder Margasari,

mencakup Kecamatan Bandung Kidul, Margacinta dan Rancasari di luar

Kelurahan Mekar mulya.

Sistem pusat pelayanan Kota Bandung direncanakan terdiri atas 2 (dua)

pusat primer dan 6 (enam) pusat sekunder. Dua pusat primer yang direncanakan

adalah Inti Pusat Kota di bagian barat dan Gedebage di bagian timur. Dengan

59

mengembangkan 2 pusat primer, maka struktur pusat pelayanan Kota Bandung

akan bergeser dari satu pusat (monosentrik) menjadi dua pusat (duosentrik).

Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota ke

arah timur agar perkembangan kota antara bagian barat dan timur dapat lebih

merata. Pengembangan Pusat Primer Gedebage juga merupakan upaya untuk

mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap inti pusat kota.

Pengembangan pusat-pusat sekunder pada setiap Wilayah Pengembangan

berfungsi sebagai penyangga dua pusat primer, dan meratakan pelayanan pada

skala bagian wilayah kota. Penyebaran pusat sekunder juga dimaksudkan untuk

mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar bagian

wilayah kota.

Secara geografis pusat primer baru akan terletak pada wilayah Timur Kota

Bandung namun tetap bersinergi/berkaitan dengan pusat dan sub pusat yang telah

ada. Pusat baru ini berperan menunjang eksistensi kota yang telah ada atau

berkembang, karena itu harus didukung oleh sistem transportasi yang andal untuk

mobilitas ulang-alik antara pusat baru dengan pusat lama. Sistem pusat kegiatan

yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:

A. Pusat Primer Inti Pusat Kota

Pusat Primer Inti Pusat Kota melayani Pusat Sekunder Setrasari, Sadang

Serang, Kopo Kencana dan Turangga. Kebijakan dasar pengembangannya adalah

urban renewal. Wilayah belakang Pusat Primer Inti Pusat Kota adalah:

1. Pusat sekunder Setrasari, melayani:

Kecamatan Andir

Kecamatan Sukasari

Kecamatan Cicendo

Kecamatan Sukajadi

2. Pusat sekunder Sadang Serang, melayani:

Kecamatan Cidadap

Kecamatan Coblong

Kecamatan Bandung Wetan

Kecamatan Cibenying Kidul

Kecamatan Cibeunying Kaler

60

Kecamatan Sumur Bandung

3. Pusat sekunder Kopo Kencana, melayani:

Kecamatan Astana Anyar

Kecamatan Bojongloa Kidul

Kecamatan Bojongloa Kaler

Kecamatan Babakan Ciparay

Kecamatan Bandung Kulon

4. Pusat sekunder Turangga, melayani:

Kecamatan Regol

Kecamatan Lengkong

Kecamatan Batununggal

Kecamatan Kiaracondong

B. Pusat Primer Gedebage

Pusat Primer Gedebage melayani Pusat Sekunder Arcamanik dan

Margasari. Kebijakan dasar pengembangannya adalah urban development.

Wilayah belakang Pusat Primer Gedebage adalah:

1. Pusat sekunder Arcamanik, melayani:

Kecamatan Cicadas

Kecamatan Arcamanik

Kecamatan Ujungberung

Kecamatan Cibiru

2. Pusat sekunder Margasari, melayani:

Kecamatan Bandung Kidul

Kecamatan Margacinta

Kecamatan Rancasari

Khusus untuk pusat primer yang baru yaitu Pusat Primer Gedebage,

direncanakan minimal mempunyai fungsi-fungsi pelayanan sebagai berikut :

a. Pendidikan, meliputi: perguruan tinggi dan perpustakaan.

b. Kesehatan, meliputi: rumah sakit tipe b dan rumah sakit gawat darurat.

Rumah sakit umum kelas b adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11

spesialistik dan subspesialistik terbatas. Pelayanan medis spesialistik luas

61

adalah pelayanan medis spesialistik dasar ditambah dengan pelayanan

spesialistik telinga, hidung, tenggorokan, mata, syaraf, jiwa, kulit dan

kelamin, jantung, paru, radiology, anestesi, rehabilitasi medis, patologis

klinis, patologi atonomi dan pelayanan spesialistik lain sesuai kebutuhan.

c. Peribadatan, meliputi: masjid wilayah dan tempat peribadatan lainnya.

d. Bina sosial, meliputi: gedung pertemuan umum.

e. Olahraga/rekreasi, meliputi: komplek olahraga dengan gelanggang

olahraga, gedung hiburan dan rekreasi, bioskop, gedung kesenian, taman

kota, gedung kesenian tradisional.

f. Pelayanan pemerintah, meliputi: kantor pemerintahan, kantor pos wilayah,

kantor kodim, kantor telekomunikasi wilayah, kantor PLN wilayah, kantor

PDAM wilayah, kantor urusan agama, pos pemadam kebakaran.

g. Perbelanjaan/niaga, meliputi: pusat perbelanjaan utama, pasar, pertokoan,

pusat belanja, bank-bank, perusahaan swasta dan jasa-jasa lain.

h. Sarana dan prasarana transportasi, meliputi jaringan jalan untuk

meningkatkan kemudahan pergerakan antar lokasi fungsi-fungsi pelayanan

dengan cara meningkatkan jaringan jalan yang ada dan menambah jalur

baru serta fasilitas terminal dan parkir umum.

Untuk masing-masing pusat sekunder yang akan dikembangkan minimal

menyediakan fungsi-fungsi pelayanan sebagai berikut:

a. Pendidikan meliputi: akademi dan perpustakaan.

b. Kesehatan meliputi: rumah sakit pembantu tipe c. Rumah sakit umum

kelas c adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan medis spesialistik dasar. Pelayanan medis spesialistik dasar

adalah pelayanan medis spesialistik penyakit dalam, kebidanan dan

penyakit kandungan, bedah dan kesehatan anak.

c. Peribadatan meliputi: masjid dan tempat ibadah lain.

d. Bina sosial meliputi: gedung serba guna.

e. Olahraga/rekreasi meliputi: stadion mini, museum, gedung olah seni dan

bioskop.

62

f. Pelayanan pemerintah meliputi: kantor kecamatan, kantor pelayanan

umum, koramil, KUA/BP-4/balai nikah, pos pemadam kebakaran, kantor

pos, telekomunikasi, dipo kebersihan dan gardu listrik.

g. Perbelanjaan/niaga meliputi: pusat perbelanjaan/pasar.

Sarana dan prasarana transportasi, meliputi jaringan jalan untuk

meningkatkan kemudahan pergerakan antar lokasi fungsi-fungsi pelayanan

dengan cara meningkatkan kondisi jaringan jalan yang ada dan menambah jalur

baru serta fasilitas terminal dan parkir umum. Selain pengembangan dan penataan

Pusat Primer dan Pusat Sekunder (pusat WP) direncanakan pula penataan pusat-

pusat sub-WP dan pusat-pusat lingkungan agar dapat memberikan pelayanan yang

optimal.

Tabel 3.1 Rencana Struktur Pelayanan Kota Bandung Tahun 2013

No Struktur Sistem Pusat Fungsi Skala Bentuk Lokasi

1 Pusat Primer Alun-Alun

Komersial Perdagangan Sosial Budaya

Kota dan Regional

Nasional & Internasional

Perkantoran Historical Building, Pelestarian

Kawasan

Alun-Alun dan sekitarnya

2 Pusat Primer Gedebage

Terminal Sosial Jasa/Perdagangan

Regional & Internasional

Kota

Orang & Barang

Stadion

Pasar Perkantoran

Gedebage dan Sekitarnya

Pusat Sekunder a. Bojonegara

Permukiman Industri Teknologi Tinggi Perdagangan Lindung

Kota/Bagian Kota Kota Kota/Bagian Kota Kota

Retail Grosir Pasar

- Sempadan Sungai, Mata Air

- Taman Setrasari

b. Tegalega

Permukiman Perdagangan Perkantoran Industri Non Polutan

Kota Bagian Kota Kota Kota

Retail Grosir Pasar

- Sempadan Sungai, Mata Air

- Taman Kopo Kencana

c. Karees

Perdagangan Industri Permukiman Perkantoran

Kota Kota Bagian Kota BagianKota

Retail Grosir Pasar

- Sempadan Sungai, Mata Air

- Taman Turangga

d. Cibeunying

Pemerintahan Pendidikan Tinggi Perdagangan Lindung

Kota Kota Kota Kota

Retail Grosir Pasar Taman

- Sempadan Sungai, Mata Air

- Historical Building, Preservasi Kawasan

Sadang Serang

e. Gedebage Permukiman Industri Jasa

Kota Kota Kota

Retail Grosir Pasar

- Sempadan Sungai, Mata Air

- Taman Margasari

3

f. Ujung Berung Permukiman Industri Lindung

Kota Kota Kota

Retail Grosir Pasar

- Sempadan Sungai, Mata Air

- Taman Arcamanik

4 Pusat Lingkungan Perdagangan Perumahan Skala Lingkungan - Retail

Sumber : RTRW Kota Bandung, Tahun 2003-2013

63

Gambar 3.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bandung

Tahun 2003-2013

64

3.2.2 Karakteristik Fisik Dasar WP Gedebage

A. Topografi

Bentuk alami permukaan tanah berupa relief topografi dan kemiringan

lahan. Merupakan salah satu faktor dalam menentukan kemampuan tanah untuk

menampung kegiatan-kegiatan di atasnya. Wilayah Gedebage terletak pada

dataran rendah Kota Bandung dengan ketinggian antara 650-700 m di atas

permukaan laut (dpl). Pada umumnya wilayah ini bertopografi landai dengan

kemiringan lahan dominan antara 0-5%. Wilayah yang relatif datar ini umumnya

membentuk median bergelombang dan pada beberapa tempat tertentu dijumpai

cekungan dengan kemiringan antara 0-3%. Memiliki ketinggian yang relatif datar

dengan kecenderungan dari arah utara ke selatan yang semakin menurun. Batas

selatan wilayah Gedebage merupakan jalan tol Padaleunyi yang mempunyai

ketinggian antara 663 meter sampai dengan 665 meter. Hal ini berarti kawasan

Gedebage bagian selatan, sebelum batas jalan Tol Padaleunyi merupakan daerah

cekungan. Dengan kondisi kemiringan lahan yang ada ini timbul kendala

khususnya bagi sistem drainase kota, oleh karena itu diperlukan penanganan

khusus bagi wilayah Gedebage yang sering terkena banjir terutama pada saat

musim hujan.

B. Klimatologi

Suhu udara di wilayah Gedebage berkisar antara 26 0C hingga 29,5 0C

dengan kelembapan udara sekitar 80%. Adapun curah hujan di wilayah Gedebage

rata-rata adalah sekitar 2.400 mm per tahun.

C. Geologi

Jenis tanah yang dominan di wilayah Gedebage adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan permukaan

Dataran aluvial landai, alur sungai berkelok, tanggul alam sungai, sewaktu-

waktu bisa terjadi banjir. Daerah bekas dasar danau, daerah rawa dengan

kedalaman sedang sampai dangkal, dengan kondisi air sungai yang tergenang.

2. Pengamatan bawah permukaan

a. Sampai kedalaman 2,5 meter, terdiri dari lempung lanauan dan pasiran,

mengandung material bahan organik, konggresi Fe/Mn, bersifat plastis,

lunak dan lembek.

65

b. Sampai kedalaman 10,55 meter, terdiri dari lempung organik, gambut

dan lempung gambutan, kandungan bahan organik tinggi.

c. Sampai kedalaman 17,25 meter, dijumpai tanah dengan keekrasa

sangat keras/kaku.

3. Pengamatan terhadap bor dalam kedalaman 0-104,07 meter :

a. 0-3 meter: didominasi lempung dan lempung pasiran

b. 3-51 meter: lempung dengan sisipan lanau berorganik, lensa pasir pada

kedalaman 25-29 meter: dan lensa gravel pasir volkanik klasik pada

kedalaman 38-42 meter

c. 100-104 meter: dijumpai endapan konglomerat yang diduga sebagai

endapan alas dari satuan endapan danau purba Bandung

4. Masalah Geologi dan Geologi Teknik:

a. Kondisi morfologi aluvial yang landai akan menyebabkan banjir

dimusim hujan dan hambatan sistem sanitasi

b. Tebalnya tanah lunak lempung organik dan gambut akan berpengaruh

pada penentuan letak pondasi, serta kedalaman tanah lembek lebih 40

meter mengakibatkan biaya pondasi tinggi.

Secara geologis lahan di wilayah ini didominasi oleh jenis lempung lanauan

dengan jenis tanah yang terdiri dari endapan danau dan kipas aluvial, sehingga

tanahnya relatif subur. Oleh sebab itu setiap pembangunan fisik di wilayah ini

harus memperhatikan karakteristik tanah dan batuan yang ada. Secara umum

wilayah Gedebage memiliki dua jenis struktur geologi yaitu:

a. Tufa berbatu-batu, untuk wilayah: Kelurahan Cipamokolan, sebagian

Kelurahan Mekarmulya, sebagian Kelurahan Cisaranten Kidul, sebagian

Kelurahan Derwati sebagian Kelurahan Margasari dan Kelurahan

Margasenang.

b. Endapan danau, untuk wilayah: sebagian Kelurahan Mekarmulya, sebagian

Kelurahan Cisaranten Kidul, sebagaian Kelurahan Derwati, dan sebagian

Kelurahan Margasari.

D. Hidrologi

Kondisi hidrologi untuk air tanah yang terdapat di wilayah Gedebage

terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal dapat berupa

66

sumur pantek dan sumur gali dimana ketersediaan dan kualitas airnya relatif baik,

air tanah dangkal tersebut dapat dijumpai pada kedalaman kurang dari 5-10 meter

dari permukaan tanah.

Tabel 3.2 Kondisi Fisik Geografis Wilayah Pengembangan Gedebage

No Kecamatan / Kelurahan KetinggianTanah (M dpl)

Curah hujan(mm/thn)

Topografi

Suhu Udara(0C)

1 Kec. Bandung Kidul 680 2.400 Dataran rendah 27 2 Kec. Margacinta 670 2.400 Dataran rendah 29.53 Kec. Rancasari 660 2.400 Dataran rendah 26

Sumber: RDTR WP Gedebage,2010

Berdasarkan data dari tabel 3.2 diatas dapat disimpulkan bahwa, ketinggian

tanah di wilayah pengembangan Gedebage berada pada ketinggian di atas 660-

700 M dpl dengan rata-rata ketinggian >650 M dpl. Sedangkan untuk curah hujan

di WP Gedebage mempunyai rata-rata curah hujan tiap Kecamatannya sekitar

2.400 mm per tahun. Untuk topografinya sendiri, wilayah pengembangan

Gedebade termasuk kedalam dataran rendah dengan rata-rata suhu udara berkisar

26-29.5 0C.

3.2.3 Pola Penggunaan Lahan WP Gedebage

Pada dasarnya pola penggunaan lahan yang terjadi di wilayah

pengembangan Gedebage dipengaruhi oleh faktor alami maupun faktor non alami.

Secara alami faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan Gedebage antara lain

kemiringan tanah, jenis tanah, curah hujan, kandungan air tanah dan sebagainya,

sedangkan faktor non alami yang mempengaruhi lahan yaitu aktivitas yang terjadi

di masyarakat, mata pencaharian, jumlah penduduk, sebaran penduduk. Adapun

pola penggunaan lahan suatu kota biasanya didominasi oleh kegiatan sekunder

dan tersier yaitu kegiatan industri, perdagangan dan jasa.

Kondisi penggunaan lahan di wilayah Gedebage menunjukan

kondisi/karakteristik berupa mixed land use (campuran) antara kawasan

perdagangan, kawasan industri, kawasan kegiatan fungsional dengan kawasan

perumahan sehingga tidak menyebabkan adanya dominasi kegiatan tertentu pada

suatu kawasan. Karakteristik penggunaan lahan campuran diantaranya sepanjang

67

Jalan Gedebage berkembang kegiatan industri, perumahan, perdagangan dan jasa

serta kegiatan pergudangan yang letaknya saling tidak beraturan. Penggunaan

lahan di wilayah Gedebage terbagi menjadi dua bagian yaitu daerah yang

terbangun dan daerah yang tidak terbangun, untuk penggunaan lahan areal

terbangun dapat dikategorikan penggunaannya, yaitu:

a. Perumahan

b. Lahan kering/tegalan

c. Sawah

d. Sarana sosial

e. Fasilitas ekonomi/perdagangan dan jasa

f. Industri

Sebagian tanah yang terdapat di wilayah Gedebage adalah tanah milik

pemerintah Propinsi Jawa Barat. Tanah tersebut merupakan lahan bekas sungai

atau kali yang mati yang kemudian digarap oleh penduduk terutama untuk

pemukiman. Jumlah dan luas tanah milik pemerintah wilayah Dinas Pengairan di

wilayah Gedebage dapat dilihat pada tabel 3.3 mengenai Tanah milik Pemerintah

Propinsi Jawa Barat di Wilayah Gedebage.

Tabel 3.3 Tanah Milik Pemerintah Propinsi Jawa Barat

Di Wilayah Gedebage Tahun 2006 No Kecamatan Jumlah (Blok) Luas (m2) 1 Bandung Kidul 2 610 2 Margacinta 151 7.571,72 3 Rancasari 229 5.957

Jumlah 402 14138,72 Sumber: Dinas Pengairan Kota Bandung, 2006

Berdasarkan data dari tabel 3.3 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah blok

yang terdapat di wilayah Gedebage berjumlah 402 blok dengan jumlah blok

terbanyak terdapat di Kec. Rancasari sebesar 229 blok dan jumlah blok terkecil

adalah 2 blok yang berada di Kec. Bandung Kidul. Sedangkan untuk luas (M2),

luasan terbesar berada di Kec. Margacinta yaitu sebesar 7.571,72 (M2) dan luasan

terkecil terdapat di Kec. Bandung Kidul yaitu sebesar 610 (M2). Untuk lebih

jelasnya lagi mengenai pola penggunaan lahan di wilayah Gedebage, dapat dilihat

pada tabel dan gambar-gambar di bawah ini:

68

Tabel 3.4 Penggunaan Lahan Eksisting (Ha) Di Wilayah Pengembangan

Gedebage Tahun 2006 Kecamatan No Guna Lahan (Ha) Bandung Kidul Rancasari Margacinta

1 Permukiman 224,899 656,130 317,908 2 Sawah 128,852 338,963 1.095,941 3 Kebun dan Ladang 28,984 43,742 48,130 4 Tanah Kosong 100,171 139,644 112,724 5 Fasilitas Umum (Masjid, Gereja, Mushola) 1,002 1,052 1,628 6 Industri dan Pergudangan 14,128 19,240 69,299 8 Kolam 9,520 51,859 9,228 9 Taman dan Lapangan 4,759 12,176 13,570

10 Pendidikan (TK, SD, SLTP, SMA, PT/Universitas) 7,640 26,907 5,428 11 Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Posyandu) 1,010 5,721 6,474 12 Perkantoran (Pemerintah dan Swasta) 4,041 8,581 12,949 13 Pasar 1,383 10,934 2,150 14 Pertokoan 5,530 9,187 3,810 15 Pusat Perbelanjaan (Trade Center) 0 0 8,706 16 Jasa (Bank, Hotel, Restoran, SPBU) 2,165 6,163 0,651 17 Permakaman 2,547 1,804 2,352 18 Lain-lain (DMJ, DMS, Jalan, Area Parkir, Sungai,

Gardu PLN) 69,731 171,060 98,430

Jumlah 606,360 1.503,162 1.089,379 Sumber: Biro Pusat Statistik Kota Bandung, 2006

Gambar 3.2 Grafik Tatat Guna Lahan Wilayah Gedebage Tahun 2006

Sumber: Hasil Analisis, 2008

69

Gambar 3.3 Peta Penggunaan Lahan WP Gedebage

Tahun 2006

70

3.2.4 Karakteristik Penduduk WP Gedebage

Wilayah pengembangan Gedebage yang merupakan salah satu sub wilayah

pengembangan Kota Bandung, merupakan salah satu WP yang memiliki jumlah

penduduk yang padat dan memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi

pula. Jumlah penduduk di wilayah Gedebage dari tahun ke tahun terus mengalami

kenaikan, hal ini terjadi seiring dengan semakin berkembangnya pusat kegiatan di

wilayah Gedebage yang menyebabkan adanya mobilisasi penduduk ke wilayah

Gedebage.

Selama kurun waktu tahun 2002-2006 perkembangan rata-rata penduduk

Wilayah Gedebage sekitar 0,17 % per tahun, dimana jumlah penduduk pada tahun

2002 sebanyak 159.554 jiwa dengan jumlah penduduk tertinggi berada di

Kecamatan Margacinta yaitu 73.712 jiwa dan pada tahun 2006 meningkat menjadi

129.644 jiwa. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah

dari tahun ketahun adalah Kec. Bandung Kidul, dimana data terakhir jumlah

penduduk tahun 2006 adalah sekitar 58.772 jiwa. Namun pada kurun waktu tahun

2004-2005 laju pertumbuhan penduduk wilayah Gedebage mengalami penurunan,

dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor mobilitas penduduk dan angka kematian

penduduk.

Untuk tingkat kepadatan penduduk di wilayah Gedebage tiap tahunnya

mengalami peningkatan pada setiap kecamatannya. Hal ini juga dapat diakibatkan

oleh semakin bertambahnya penduduk wilayah Gedebage yang menempati setiap

kecamatan dengan luas kecamatan yang terbatas. Sehingga hal ini dapat

mengakibatkan munculnya daerah-daerah baru yang akan menjadi padat dan

mengarah ke kumuh apabila keberadaannya kurang terkendali oleh pemerintah

setempat.

Bila dilihat dari tabel jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dapat

disimpulkan bahwa luas wilayah berpengaruh terhadap volume penduduk yang

mendiami suatu lokasi. Seperti terlihat pada Kel. Kujangsari, dilihat dari jumlah

penduduk tidak terlalu besar bila dibandingkan jumlah penduduk yang lainnya

seperti pada Kelurahan Sekejati, namun kepadatan penduduk yang berada di

kecamatan ini memiliki kepadatatan penduduk yang tertinggi bila di bandingkan

dengan kelurahan lainnya yaitu 159 jiwa/ha. Hal ini dikarenakan bahwa luas lahan

71

kelurahan Kujangsari saat ini sudah terlalu banyak disesaki oleh permukiman

penduduk. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan kepadatan penduduk

wilayah Gedebage, lihat pada tabel dan Gambar dibawah ini.

Tabel 3.5 Jumlah dan Kepadatan Penduduk WP Gedebage

Tahun 2002-2006 (Jiwa/Ha) Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 No Kecamatan

/Kelurahan Jumlah kepadatan jumlah kepadatan Jumlah Kepadatan Jumlah kepadatan Jumlah kepadatan Kec. Bandung Kidul 34.229 56 44.518 73 54.341 90 54.567 90 58.772 97 1 Kel. Wates 6.482 41 8.588 55 7.720 49 7.766 50 8.562 55 2 Kel. Mengger 4.948 36 5.547 40 7.130 52 7.276 53 8.199 60 3 Kel. Batununggal 12.265 67 14.640 80 20.207 110 20.197 110 21.377 117 4 Kel. Kujangsari 10.534 81 15.743 121 19.284 149 19.328 149 20.634 159

Kec. Margacinta 73.712 68 76.269 70 111.603 102 115.118 106 129.644 119 5 Kel. Margaseneng 19.806 64 21.599 70 29.367 96 30.246 98 34.354 112 6 Kel. Margasari 22.053 66 22.367 67 29.518 88 30.652 92 35.634 106 7 Kel. Sekejati 31.853 71 32.303 72 52.718 118 54.220 121 59.656 133

Kec. Rancasari 51.613 34 64.321 43 94.177 63 90.632 60 102.733 68 8 Kel. Derwati 11.893 63 15.626 82 21.910 115 21.543 113 24.824 131 9 Kel. Cisaranten Kidul 15.657 25 20.142 32 28.623 45 26.464 42 28.841 46 10 Kel. Cipamokolan 15.770 48 19.511 59 29.858 91 28.876 88 32.955 100 11 Kel. Mekarmulya 8.293 23 9.042 26 13.786 39 13.749 39 16.113 46

Jumlah 159.554 50 185.108 58 260.121 81 260.317 81 291.149 91 Sumber: Dinas Kependudukan Kota Bandung Tahun 2002-2006

Gambar 3.4

Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Wilayah Gedebage

Gambar 3.5 Grafik Jumlah Penduduk Di Wilayah Gedebage Tahun 2006

Sumber: Hasil Analisis, 2008

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2003 2004 2005 2006

Kec Bandung Kidul Kec Margacinta Kec Rancasari

Sumber: Hasil analisis, 2008

72

Gambar 3.6 Grafik Kepadatan Penduduk Di Wilayah

Gedebage Tahun 2006

0

20

3.2.5 Profil Transportasi WP Gedebage

Salah satu variabel dalam pola penyebaran taman adalah faktor aksesbilitas,

aksesbilitas disini dimaksudkan adalah berupa kemudahan manusia/orang dalam

mencapai tujuan (taman). Pencapaian aksesbilitas yang baik di nilai dari dua hal

yaitu adanya sarana transportasi dan dukungan jaringan jalan yang baik. Oleh

karena itu adanya sarana dan prasarana transportasi, sangat diperlukan sebagai

dasar pertimbangan dalam pola penyebaran taman.

A. Sarana Transportasi (Angkutan Umum)

Secara umum berdasarkan data dari dinas DLLAJ Kota Bandung tahun

2005, wilayah pengembangan Gedebage mempunyai jumlah angkutan umum

sebanyak 1.921 buah. Dimana jumlah angkutan tersebut terbagi menjadi tiga belas

trayek angkutan dan tersebar di seluruh WP Gedebage. Sarana transportasi

tersebut merupakan sarana yang diperlukan oleh penduduk WP Gedebage dalam

mencapai tujuan (taman), hal ini mengingat bahwa lokasi-lokasi taman dengan

skala pelayanan yang lebih besar (seperti taman kota) lokasinya tidak selalu

berdekatan dengan semua penduduk (penduduk wilayah lain). Dengan demikian

dengan adanya sarana transportasi tersebut diharapkan dapat membuat kemudahan

yang dalam hal ini adalah penduduk, agar mudah dalam mencapai tujuan. Untuk

lebih jelasnya mengenai jumlah sarana angkutan di WP Gedebage dapat dilihat

pada tabel 3.6 dibawah ini.

40

60

80

100

120

Kec. Bandung KidulKec. MargacintaKec. Rancasari

Sumber: Hasil analisis, 2008

73

Gambar 3.7 Peta Kepadatan Penduduk WP Gedebage Tahun 2006

74

Tabel 3.6 Jumlah Armada Angkutan Kota WP Gedebage

No Lintasan Trayek Jarak (km) Jumlah 1 Cicaheum-Ciwastra-Derwati 17 200 2 St. Hall-Gedebage 21 200 3 Margahayu Raya-Ledeng 23 125 4 Dago-Riung Bandung 21 201 5 Panghegar Permai-Dipati Ukur-Dago 18.9 155 6 Ciwastra-Ujung Berung 17.9 32 7 Cijerah-Ciwastra-Derwati 20 200 8 Elang-Gedebage-Ujung Berung 22 115 9 Cicadas-Cibiru-Panyileukan 15 200

10 Bumi Penyileukan-Sekemirung 20 125 11 Abdul Muis-Mengger - 25 12 Sederhana-Cipagalo - 276 13 Sederhana-Cijerah - 67 Sumber: Dinas DLLAJ, Kota Bandung 2005

B. Prasarana Jaringan Jalan

Selain adanya sarana transportasi yang baik, prasarana jaringan jalan

merupakan salah satu prasarana yang memiliki peranan cukup andil dalam

mendukung kemudahan aksesbilitas/pencapaian tujuan. Apabila dilihat

berdasarkan fungsinya, jaringan jalan di WP Gedebage dapat diklasifikasikan

menjadi fungsi Arteri, Kolektor dan Lokal dengan karakteristik sebagai berikut:

Arteri Primer

Jalan Arteri Primer adalah jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi

tingkat antara kota dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi dan

jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Ruas jalan dengan fungsi Arteri

Primer di WP Gedebage adalah jalan Soekarno Hatta, jalan Rumah Sakit dan

jalan Margacinta.

Kolektor Primer

Jalan Kolektor primer adalah jalan dengan pelayanan jasa distribusi tingkat

antara kota dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan sedang dan

jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Ruang jalan dengan fungsi

Kolektor Primer di WP Gedebage adalah jalan Ciwastra.

Kolektor Sekunder

Jalan Kolektor sekunder adalah jalan dengan pelayanan jasa distribusi untuk

pergerakan dalam kota dengan ciri-ciri kecepatan sedang dan jalan masuk

75

dibatasi secara efisien. Ruas jalan dengan fungsi kolektor sekunder di WP

Gedebage adalah jalan Derwati, jalan Gedebage, jalan Margacinta.

Jalan Lokal

Jalan lokal adalah jalan yang melayani pergerakan setempat, dengan ciri-ciri

perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk

tidak dibatasi

Total panjang jalan di WP Gedebage (tahun 2005) adalah 14.580 meter

yang terdiri Jln Arteri 6.020 m, jln Kolektor primer 950 dan jln Kolektor

Sekunder 3.510 m. Untuk lebih jelasnya mengenai panjang jalan di WP Gedebage

dapat dilihat pada tabel 3.7 dibawah ini.

Tabel 3.7 Kondisi Eksisting Jaringan Jalan WP Gedebage Tahun 2005

No Ruas Jalan Fungsi jalan Panjang (m) Lebar Lebar (efektif) 1 Jl. Cisantren kulon Kolektor sekunder 4100 4.5 4.5 2 Jl. Ciwastra Kolektor primer 950 6 6 3 Jl. Derwati Kolektor sekunder 1100 5 5 4 Jl. Gedebage Kolektor sekunder 640 6 5 5 Jl. Gedebage Kolektor sekunder 1420 6 5 6 Jl. Margacinta Kolektor sekunder 350 6 5 7 Jl. Margacinta Arteri primer 100 5 5 8 Jl. Rumah sakit Arteri primer 1230 5 5 9 Jl Soekarno hatta Arteri primer 1670 15 13

10 Jl Soekarno hatta Arteri primer 340 15 13 11 Jl Soekarno hatta Arteri primer 2680 15 13 Sumber : Dinas DLLAJ Kota Bandung 2005

3.3 Gambaran Umum RTH Kota Bandung

Secara struktural, RTH Kota Bandung dapat dikategorikan secara umum

menjadi RTH yang berbentuk linier (koridor) dan radial (bercak). Sedangkan di

wilayah tertentu terdapat RTH yang secara struktural berupa matriks, yaitu seperti

lahan pertanian (sawah) yang terdapat di wilayah Gedebage. RTH linier terdiri

dari jalur hijau jalan, median jalan, sempadan sungai, dan lahan bervegetasi di

bawah SUTET. Sedangkan RTH berbentuk bercak terdiri dari berbagai macam

taman seperti taman kota, taman lingkungan (perumahan, perkantoran, sekolah,

dan perindustrian), dan taman rekreasi. Sementara macam RTH lainnya yang

berbentuk bercak adalah kebun binatang, pemakaman umum, dan lapangan

upacara.

76

Secara kuantitas, kualitas, dan distribusinya, RTH di Kota Bandung

menunjukkan perbedaan yang terjadi di antara wilayah yang berbeda maupun di

dalam masing-masing wilayah. Adanya perbedaan secara struktural (komposisi

dan konfigurasi) dan fungsional tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisi

iklim mikro di tiap wilayah dan keanekaragaman fauna (khususnya burung dan

serangga) yang memanfaatkan RTH sebagai habitat maupun tempat melakukan

aktifitas lainnya.

Perbedaan juga ditunjukkan dari segi tingkat kerentanan perubahan RTH;

tipe RTH seperti lahan pertanian dan taman yang berada di lingkungan

perkantoran dan perindustrian relatif lebih rentan terhadap perubahan

dibandingkan dengan tipe RTH lain seperti taman kota dan taman lingkungan

perumahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa wilayah Ujung Berung dan

Gedebage merupakan yang wilayah yang RTHnya lebih rentan terhadap

perubahan. Padahal kedua wilayah ini memiliki tipe RTH yang luas, yaitu lahan

pertanian (lahan kering dan pesawahan).

Secara keseluruhan dapat ditemukan hanya beberapa tipe RTH saja yang

ada di Kota Bandung dan masing-masing tipe menunjukkan penyebaran yang

berbeda di dalam masing-masing wilayah maupun di antara wilayah yang

berbeda. Beberapa tipe RTH yang umum dijumpai di Kota Bandung adalah taman

lingkungan di perumahan, perkantoran, sekolah dan perindustrian. Tipe lainnya

yang juga umum dijumpai adalah pemakaman umum, lapangan olah raga, dan

lahan pertanian. Sementara tipe RTH yang secara fungsional cukup penting tetapi

jarang dijumpai adalah taman kota yang hanya dijumpai di dua wilayah saja, yaitu

Cibeunying dan Karees.

Salah satu permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam studi ini adalah

kenyataan bahwa tipe-tipe RTH yang umum ditemukan di semua wilayah di Kota

Bandung justru cenderung rentan terhadap perubahan (konversi) seperti taman-

taman yang terdapat di lingkungan perkantoran, sekolah, dan perindustrian serta

lahan pertanian yang tersebar di keenam wilayah. Sementara itu, keberadaan tipe

RTH yang relatif stabil dan kecil kemungkinannya untuk dikonversi menjadi

tataguna lahan yang bukan RTH dan tidak umum dijumpai di semua wilayah,

bahkan distribusinya di dalam suatu wilayah hanya terbatas di daerah tertentu

77

saja. Misalnya RTH taman kota yang hanya dijumpai di Wilayah Cibeunying dan

Karees, padahal tipe RTH ini mempunyai multifungsi seperti fungsi estetika,

sosial, dan ekologi.

Di Kota Bandung terdapat juga RTH yang status pengelolaannya di bawah

pihak privat tetapi sebenarnya tidak rentan terhadap konversi. Tipe RTH ini

mempunyai luas yang cukup besar apabila dibandingkan dengan tipe-tipe RTH

lainnya. Tipe RTH dimaksud adalah jalur hijau pengaman yang berada di jalan tol

Padaleunyi. Diperkirakan luas RTH yang berada di sepanjang jalan tol ini tidak

kurang dari 10 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi umum RTH di Kota

Bandung lihat tabel 3.8 di bawah ini (Sebaran Dan Luas RTH Kota Bandung

Tahun 2006 M2).

3.4 Ruang Terbuka Hijau WP Gedebage

Pada dasarnya keberadaaan ruang terbuka hijau di suatu kota adalah

sebagai penyeimbang lingkungan kota. Dimana kota yang terus berkembang,

secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi lingkungan yang setiap saat

terus menurun baik dari segi kualitas maupun kuantitas akibat dari penggunaan

lahan terbangun. Dengan adanya ruang terbuka hijau, setidaknya dapat

mengurangi kerusakan lingkungan yang terjadi, karena sesuai dengan fungsi RTH

itu sendiri yaitu sebagai lahan biogenering dapat menciptakan iklim mikro

menjadi lebih baik. Pengertian dari penyeimbang lingkungan kota itu sendiri

adalah keseimbangan antara luas lahan terbangun dengan luan lahan non

terbangun (RTH). Bentukan RTH di suatu kota terbagi menjadi beberapa jenis

dengan fungsi yang berbeda-beda, ada yang berfungsi rekreasi (taman), jalur

pengaman jalan, pencipta iklim mikro dan lain-lain, namun pada intinya fungsi

RTH adalah sebagai penyangga lingkungan kota. Untuk kondisi eksisting ruang

terbuka hijau di WP Gedebage dapat dilihat pada beberapa uraian dibawah ini.

78

Tabel 3.8 Sebaran Dan Luas RTH Kota Bandung Tahun 2006 (M2)

WP WP WP WP WP WP No Jenis RTH CIBEUNYING BOJONEGARA KAREES UJUNG BERUNG TEGALLEGA GEDEBAGE

Total Luas /JenisRTH

1 Taman Kota 107.803,50 - 161.723,30 - - - 269.526,8 2 Taman Wisata Alam - - - - - - 0 3 Taman Rekreasi - - - - - - 0 4 Taman lingkungan perumahan - 392.686 2.588,90 - - 79.124,20 474.399,1 5 Taman lingkungan perkantoran 1.705,82 - - 36.659,54 344.928,50 - 383.293,86 6 Taman Hutan raya (pemerintah) - - - - - - 0 7 Hutan kota - - - - - - 0 8 Hutan lindung - - - - - - 0 9 Bentang alam: Gunung, bukit, lereng, lembah - - - - - - 0

10 Cagar alam - - - - - - 0 11 Kebun raya - - - - - - 0 12 Kebun binatang 105.231,93 - - - - - 105.231,93 13 Pemakaman umum - 285.712 46.731,88 1.392.265,33 212.378,98 52.622 1.989.710,1914 Lapangan olah raga 126.651,60 - 27.287,82 - - - 153.939,42 15 Lapangan upacara - - - - - - 0 16 Taman lingkungan perindustrian, parkir terbuka,

pertokoan, terminal - 87.246 - - 104.474,96 50.130 241.850,96

17 Lahan pertanian perkantoran - - - - - - 0 18 Taman dibawah SUTET - - - - - - 0 19 Sempadan sungai 42.749,03 2.170 8.751,93 27.958,96 476,07 95.506 177.611,9920 Taman jalan (jalur pengaman jalur, rel KA, pipa gas dan

pedestrian). 191.554,87 - 20.568,03 2.060.662,13 25.260,30 30.289,70 2.328.335,03

21 Kawasan dan jalur hijau (JHJ) - - - - - - 0 22 Daerah penyangga - - - - - - 0 23 Taman atap (Roof garden) - - - - - - 0 24 Taman sekolah - - - - - - 0 25 Militer - - - - - - 0

JUMLAH 575.696,75 767.814 267.651,86 3.517.545,96 687.518,81 307.671,9 6.123.899,28

78

Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakamam Kota Bandung, 2006

79

3.4.1 Karakteristik Ruang Terbuka Hijau WP Gedebage

Berdasarkan data dan observasi lapangan yang telah dilakukan di wilayah

pengembangan Gedebage, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis / bentukan ruang

terbuka hijau di wilayah Gedebage merupakan yang terendah jika dibandingkan

ijau di wilayah lain di Kota Bandung (WP Kota

Bandung), yaitu tidak lebih dari beberapa tipe

ruang terbuka hijau saja. Dan di wilayah

Gedebage ini tidak terlihat adanya jaringan

ruang terbuka hijau seperti halnya di wilayah

lain seperti WP Cibeunying atau WP

Bojonegara. Dimana dapat disimpulkan bahwa

kerapatan ruang terbuka hijau berbentuk koridor yang terdiri dari jalan arteri atau

jalan kolektor yang dilengkapi dengan jalur hijau jalan bervegetasi rapat di

wilayah Gedebage adalah kurang. Namun jika RTH yang berbentuk pengaman

jalan/jalur hijau jalan masih ada di wilayah ini walaupun tingkat kerapatan

vegetasinya kurang. Sedangkan tipe ruang

terbuka hijau yang paling menonjol adalah

lahan pertanian, terutama areal persawahan

yang merupakan areal/lahan dengan berbagai

ukuran yang tersebar hampir di sebagian besar

wilayah Gedebage, dengan ruang terbuka hijau

pertanian yang terbesar berada di Kec.

Rancasari. Adapun ruang terbuka hijau berbentuk lahan pertanian di Wilayah

Gedebage diprediksi akan terus mengalami penyusutan/pengurangan mengingat

sampai saat ini ekspansi areal permukiman terus terjadi dan adanya suatu

kebijakan terhadap wilayah Gedebage yang akan dijadikan sebagai tempat

kegiatan primer ke dua untuk pengembangan Kota Bandung, dimana hal tersebut

akan mengancam kondisi ruang terbuka hijau yang ada saat ini. Ekspansi

penggunaan lahan ini cenderung terjadi melalui konversi areal persawahan.

Pengamatan

dengan jenis-jenis ruang terbuka h

lapangan saat ini menunjukkan bahwa konversi ruang terbuka

hijau lahan pertanian menjadi permukiman tidak disertai dengan upaya

pembangunan tipe-tipe ruang terbuka hijau lain seperti taman kota, kecuali dalam

80

bentuk taman-taman lingkungan perumahan yang luasnya terbatas. Sementara itu

tipe ruang terbuka hijau berbentuk koridor seperti jalur hijau jalan dan median

jalan belum secara signifikan berkontribusi terhadap penutupan ruang terbuka

hijau secara keseluruhan di wilayah Gedebage. Hasil pengamatan melalui

observasi lapangan di Wilayah Gedebage menunjukkan bahwa permasalahan

ruang terbuka hijau terkait dengan aspek-aspek kuantitas, kualitas dan

distribusi/pola penyebaran kurang menonjol dibandingkan dengan wilayah lain

yang kondisi ruang terbuka hijaunya sudah lebih baik. Oleh karena itu, wilayah

Gedebage merupakan salah satu wilayah yang harus mendapat prioritas dalam

peningkatan ruang terbuka hijau di Kota Bandung. Dengan asumsi lain, bahwa

pengadaan ruang terbuka hijau mutlak diperlukan di wilayah pengembangan

Gedebage, sebagai ruang-ruang yang berfungsi sebagai penunjang ekologi

lingkungan kota.

Gambar 3.8

Ruang Terbuka Hi Jalur Hijau Jalan

Gambar 3.9 Ruang Terbuka Hijau Berbentuk Taman

jau Berbentuk

81

3.4.2 Sebaran dan Luas Ruang Terbuka Hijau WP Gedebage

WP Gedebage

memp

ng terbuka hijau yang terdapat di Kecamatan

u yang terdapat di Kecamatan Bandung Kidul

emp

Sebaran dan luas ruang terbuka hijau yang terdapat di

unyai sebaran dan luas yang berbeda-beda pada setiap Kecamatan maupun

kelurahanya. Hal ini terjadi mengingat karakteristik pola guna lahan dan faktor-

faktor lain yang berbeda antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Untuk luas

ruang terbuka hijau pada wilayah Kecamatan Rancasari, yang tersebar di 4

kelurahan luas ruang terbuka hijaunya mencapai 14 Ha. Dimana kelurahan yang

mempunyai luasan ruang terbuka hijau terbesar berada pada Kelurahan

Mekarmulya dan Kelurahan Cipamokolan dengan luas ruang terbuka hijau sekitar

4,68 Ha dan 4,85 Ha, sedangkan Kelurahan Derwati hanya memiliki luas 2,61 Ha.

Kelurahan lainnya seperti Cisaranten Kidul hanya memiliki luas ruang terbuka

hijau kurang dari 1,0 Ha. Jenis ruang terbuka hijau utama yang terdapat di

Kecamatan Rancasari adalah berupa ruang terbuka hijau berbentuk sempadan

sungai dan taman lingkungan perindustrian yang memiliki luas 6,46 Ha dan 4,38

Ha. Sedangkan jenis-jenis ruang terbuka hijau lainnya yang mempunyai luas

ruang terbuka hijau cukup besar adalah RTH berbentuk pemakaman umum dan

taman lingkungan perumahan dengan luas 1,89 Ha dan 1,02 Ha, untuk jenis ruang

terbuka hijau lainnya hanya memiliki luas lahan kurang dari 0,5 Ha. Dimana hal

ini terjadi akibat pola perubahan fungsi lahan yang semula ruang terbuka hijau

menjadi fungsi-fungsi lain.

Sedangkan luas rua

Margacinta adalah sebesar 10,4 Ha yang terdistribusi pada 3 kelurahan, yaitu

Kelurahan Sekejati, Kel. Margasenang dan Kel. Margasari dengan luas masing-

masing ruang terbuka hijau sekitar 1,07 Ha, 1,97 Ha dan 1,80 Ha. Untuk jenis

ruang terbuka hijau yang paling dominan di Kecamatan Margacinta adalah ruang

terbuka hijau dengan jenis RTH taman lingkungan perumahan dengan luas lahan

sekitar 5,0 Ha, ruang terbuka hijau pemakaman umum dan sempadan sungai

seluas 1,14 Ha dan 3,08 Ha. Untuk tipe ruang terbuka hijau lain hanya memiliki

luas lahan kurang dari 1,0 Ha.

Untuk ruang terbuka hija

m unyai luas lahan ruang terbuka hijau sekitar 6,3 Ha dan mempunyai pola

sebaran yang berbeda pada tiap kelurahanya. Untuk kelurahan yang mempunyai

82

luasan ruang terbuka hijau terbesar berada pada Kelurahan Batununggal dengan

luas ruang terbuka hijaunya sekitar 1,27 Ha. Sedangkan kelurahan yang

memberikan kontribusi paling kecil terhadap RTH di Kec. Bandung Kidul adalah

Kelurahan Wates, dimana luas ruang terbuka hijau di Kel tersebut hanya berkisar

kurang dari 1,0 Ha. Jenis ruang terbuka hijau yang paling dominan di Kecamatan

Bandung Kidul adalah RTH dengan jenis taman jalan dan pemakaman umum

dengan masing-masing mempunyai luas sebesar 2,22 Ha.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proporsi luas ruang

terbuka hijau di wilayah pengembangan Gedebage masih jauh dari standar yang

ditetapkan oleh beberapa peraturan terkait dengan luasan ideal pengadaan ruang

terbuka hijau di suatu kota. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai sebaran dan luas

ruang terbuka hijau di WP Gedebage dapat dilihat pada tabel dan gambar 3.10

(peta sebaran RTH).

3.5 Karakteristik Taman WP Gedebage

Taman merupakan salah satu bentuk / jenis ruang terbuka hijau. Apabila

dilihat dari fungsinya, pada dasarnya taman mempunyai dua fungsi yaitu

berfungsi sebagai sarana rekreasi dan berfungsi lingkungan. Namun jika di tinjau

dari segi manfaat, taman memiliki banyak manfaat seperti dengan adanya taman

dapat memberikan kesejukan dan kenyamanan terhadap lingkungan sekitar taman,

dan lain sebagainya. Taman sendiri mempunyai beberapa jenis, yang diantaranya

adalah berupa taman jalan, taman lingkungan (Taman RT, Taman RW, Taman

Kelurahan, Taman Kecamatan) dan taman kota. Berbagai jenis-jenis taman

tersebut mempunyai skala pelayanan yang berbeda-beda tergantung dari fungsi

taman itu sendiri. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik taman di wilayah

Gedebage, dapat dilihat pada beberapa uraian dibawah ini.

3.5.1 Jumlah Dan Luas Taman

Berdasarkan data dan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan

sebelumnya, dapat disimpulkan jumlah dan luas taman di wilayah pengembangan

Gedebage mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Menurut data dari Dinas

Pertamanan Kota Bandung tahun 2006, jumlah taman yang ada di WP Gedebage

hanya berkisar 110 taman yang tersebar di tiga kecamatan dan sebelas kelurahan.

83

Jumlah taman terbanyak berada di Kecamatan Margacinta dengan jumlah 42

taman dengan jenis taman lingkungan (RT), luas taman tersebut sekitar 19.261,25

m2. Untuk jumlah taman terkecil berada di Kecamatan Bandung Kidul dengan

jumlah hanya satu taman saja, berjenis taman lingkungan dan taman kelurahan,

luas taman tersebut sekitar 617 m2 (taman RT) dan 9.600 m2 (taman kelurahan).

Namun untuk jenis-jenis taman lainnya, di Kecamatan Bandung Kidul masih

mempunyai jumlah taman yang cukup berarti jika dibandingkan dengan jumlah

taman berjenis taman RT dan kelurahan, taman-taman tersebut berjenis taman

jalan dan taman RW dengan jumlah 8 untuk taman jalan (22.206,10 m2) dan 4

taman RW dengan luas 8.380 m2.

Dominasi jumlah taman yang paling menonjol di wilayah pengembangan

Gedebage ini adalah taman dengan jenis taman RT dan taman jalan, dengan

jumlah taman sebesar 36 taman (taman jalan) dan 48 taman berjenis taman RT.

Sedangkan luas total keseluruhan taman berkisar 30.289,70 m2 untuk taman jalan

dan 21.756,25 m2 untuk taman berjenis taman RT. Satu hal yang perlu

diperhatikan terkait dengan kondisi eksisting jumlah dan luas taman di wilayah

pengembangan Gedebage adalah, wilayah ini sama sekali tidak mempunyai taman

dengan jenis taman kecamatan maupun taman kota. Dengan asumsi lain dapat di

simpulkan bahwa kecenderungan pengadaan taman-taman oleh pemerintah

setempat kurang mendapatkan perhatian terhadap jumlah dan luasan taman.

3.5.2 Pola Sebaran dan Fasilitas Fisik Taman

Pola sebaran taman di wilayah pengembangan Gedebage, menunjukkan

pola sebaran yang tidak merata. Indikator dalam pola penyebaran taman adalah di

nilai dari segi jumlah taman yang ada, untuk wilayah pengembangan Gedebage

sendiri sebaran jumlah taman berpusat di Kecamatan Margacinta dimana hampir

setiap jenis taman terdapat di kecamatan ini mulai dari jenis taman jalan sampai

taman lingkungan. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pola sebaran taman

di wilayah pengembangan Gedebage seperti tingkat skala pelayanan, faktor

aksesbilitas dan pola penggunaan lahan di wilayah sekitar. Contoh: Pemerintah

setempat tidak akan menempatkan suatu lokasi taman jika kondisi aksesbilitas,

skala pelayanan dan faktor lainnya kurang mendukung dalam pola penyebaran

taman.

84

Tabel 3.9 Luas dan Sebaran Ruang Terbuka Hijau

Di WP Gedebage Tahun 2006 (M2)

Kecamatan /Kelurahan

Tam

an k

ota

Tam

an w

isat

a al

am

Tam

an re

krea

si

Tam

an li

ngku

ngan

per

umah

an

Tam

an li

ngku

ngan

per

kant

oran

Tam

an h

utan

raya

Hut

an k

ota

Hut

an li

ndun

g

Ben

tang

ala

m, g

unun

g, b

ukit,

le

reng

, lem

bah

Cag

ar a

lam

Keb

un ra

ya

Keb

un b

inat

ang

Pem

akam

an u

mum

Lapa

ngan

ola

h ra

ga

Lapa

ngan

upa

cara

Tam

an li

ngku

ngan

pe

rindu

stria

n, p

arki

r ter

buka

, pe

rtoko

an, t

erm

inal

Laha

n pe

rtani

an p

erka

ntor

an

Tam

an d

ibaw

ah S

UTE

T

Sem

pada

n su

ngai

Tam

an ja

lan

(jalu

r pen

gam

an

jalu

r, re

l KA

, pip

a ga

s dan

pe

dest

rian)

.

Kaw

asan

dan

jalu

r hija

u (J

HJ)

Dae

rah

peny

angg

a

Tam

an a

tap

(Roo

f gar

den)

Tam

an se

kola

h

Mili

ter

Total

Batununggal - - - - - - - - - - - - 12.717 - - - - - - - - - - - - 12.717Wates - - - - - - - - - - - - 9.551 - - - - - - - - - - - - 9.551Kujangsari - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0

Bandung Kidul

Mengger - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0 0 0 0 18.597 0 0 0 0 0 0 0 0 22.268 0 0 0 0 0 0 22.206,10 0 0 0 0 0 63.071,1

Margasari - - - - - - - - - - - - 4.986 - - - - - 13.044 - - - - - - 18.030Margasenang - - - - - - - - - - - - 6.434 - - 6.233 - - 7.102 - - - - - - 19.769Margacinta Sekejati - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10.713 - - - - - - 10.713

0 0 0 50.228 0 0 0 0 0 0 0 0 11.420 0 0 6.233 30.859 5.513,60 104.253,6Derwati - - - - - - - - - - - - 7.584 - - - - - 18.590 - - - - - - 26.174Cisantren Kidul

- - - - - - - - - - - - 5.908 - - - - - - - - - - - - 5.908

Cipamokolan - - - - - - - - - - - - 2.536 - - - - - 46.057 - - - - - - 48.593Rancasari

Mekarmulya - - - - - - - - - - - - 2.906 - - 43.897 - - - - - - - - - 46.803 0 0 0 10.299,20 0 0 0 0 0 0 0 0 18.934 0 0 43.897 0 0 64.647 2.570 0 0 0 0 0 140.347,2

Total WP Gedebage 0.0 0.0 0.0 79.124,20 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 52.622 0.0 0.0 50.130 0.0 0.0 95.506 30.289,70 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 307.671,9 Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, 2006

84

85

Gambar 3.10 Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau

WP Gedebage Tahun 2006

86

Sedangkan untuk kondisi fisik taman di WP Gedebage rata-rata kondisi

tamannya kurang terawat dan banyak fasilitas-fasilitas seperti bangku

hilang/rusak. Hanya beberapa taman saja yang mempunyai kondisi fisik yang

baik, seperti taman yang berada di di Kecamatan Margacinta (taman Lansia)

dimana taman yang berada di sisi jalan ini banyak digunakan oleh para penduduk

setempat dalam melakukan kegiatan rekreasi walaupun ditinjau dari luasan taman

tersebut kecil. Namun sayang, didaerah sekitar taman banyak PKL yang berada di

sekitar taman tersebut sehingga terkesan kumuh. Lebih jelasnya mengenai

karakteristik taman di wilayah pengembangan Gedebage dapat dilihat pada tabel

dan gambar-gambar di bawah ini.

Gambar 3.11 Taman Dengan Kondisi Fisik Terawat

Gambar 3.12 Taman Dengan Kondisi Fisik Kurang Terawat

87

Tabel 3.10 Kondisi Taman Di WP Gedebage Tahun 2006(m2)

Taman Lingkungan Taman jalan Taman RT Taman RW Taman Kel. Taman Kec Taman Kota Total taman (Lingkungan+kota)

Jumlah taman + Taman jalan No Kecamatan

Jumlah luas Jumlah luas Jumlah luas Jumlah luas Jumlah luas Jumlah luas Jumlah luas Jumlah luas 1 Bandung Kidul 8 22.206,10 1 617 4 8.380 1 9.600 0 0 0 0 6 18.597 14 40.803,102 Margacinta 21 5.513,60 42 19.261,25 8 30.966,75 0 0 0 0 0 0 60 50.228 81 55.741,603 Rancasari 7 2.570 5 1.878 3 8.421,20 0 0 0 0 0 0 8 10.299,20 15 12.869,20Total Luas per wilayah 36 30.289,70 48 21.756,25 25 47.767,95 1 9.600 0 0 0 0 74 79.124,20 110 109.413,90

Sumber: Dinas Pertamanan Kota Bandung, 2006

87

Gambar 3.13 Grafik Kondisi Jumlah dan Luas Taman Di WP Gedebage Tahun 2006

0

10

20

30

40

50

Jum

lah

Tam

an

RT RW Kel Kec Kota T. Jalan

Bandung KidulMargacintaRancasari

0

50001000015000

20000250003000035000

Luas

Tam

an

RT RW Kel Kec Kota T. Jalan

Bandung KidulMargacintaRancasari

Sumber: Hasil Analisis, 2008

88

GAMBAR 3.14 PETA SEBARAN TAMAN DI WP GEDEBAGE TAHUN 2006