bab iii deskripsi wilayah kajian 3.1 ... - powered by gdl4.2 · bab iii deskripsi wilayah kajian...
TRANSCRIPT
III - 1
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN
3.1. Gambaran Umum Wilayah Kajian
3.1.1. Lokasi Daerah Kajian
Secara administrasi lokasi kajian berada di Pulau Waigeo Distrik Waigeo Selatan
Kabupaten Raja Ampat Provinsi Irian Jaya Barat, tepatnya di sebelah barat laut
Kota Sorong dan secara geografis berada pada :
Garis bujur Timur : 130° 48‘ 30“ - 130° 50‘ 00”
Garis lintang selatan : 00° 24‘ 30“ - 00° 26‘ 00“
Gambar 3. 1 Peta Citra Satelit Lokasi Kajian di Pulau Waigeo
III - 2
Gambar 3. 2 Peta Citra Satelit Kota Waisai
3.1.2. Lokasi Pembanding Daerah Kajian
Lokasi pembanding daerah kajian terletak di Kecamatan Pagaden Kabupaten
Subang Provinsi Jawa Barat dengan bangunan pembanding yang ditinjau adalah
Situ Nagrog yang merupakan bangunan penampung alami (cekungan alam)
dengan fungsi tunggal untuk irigasi. Luas areal layanan irigasi situ Nagrog seluas
510 Ha dengan 2 kali masa tanam. Pola tanam yang sudah diterapkan selama ini
adalah Padi-Padi (Sumber : PJT II Divisi III Subang).
Stasiun hujan terdekat dengan situ Nagrog adalah stasiun Pagaden. Karena data
yang diperoleh hanya curah hujan dan hari hujan, maka untuk data besaran
evapotranspirasi diambil dari data sekunder hasil studi terdahulu pada lokasi
terdekat di Kecamatan Pusakanegara (The Study for Formulation of Irrigation
Development Program in The Republic of Indonesia, by JICA-Dep. PU-
Bappenas, 1993).
III - 3
Gambar 3. 3 Peta DAS di Kabupaten Subang
3.1.3. Kondisi Prasarana Irigasi
Selama ini masyarakat mengolah ladang / kebun secara tradisional tanpa
prasarana irigasi. Lahan dengan dengan kondisi relatif datar dan potensial untuk
budidaya tanaman pangan teridentifikasi seluas 96,5 ha terletak antara km 4,3 dan
km 6,5 pada sisi kanan sungai Waisai di dekat batas rencana kota.
III - 4
Gambar 3. 4 Peta Lahan Potensial Irigasi
3.1.4. Kondisi Sumber Air
Sumber air Sungai Waisai merupakan salah satu sungai besar di pulau Waigeo
dengan luas DAS 34,96 km2, panjang sungai 21,02 km, dan kerapatan drainase
1,46 km/km2. Sungai ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu
sumber daya alam setempat. Sungai Waisai merupakan sungai permanen yang
mengalir sepanjang tahun dengan arah aliran dari utara ke selatan dan bermuara di
Selat Dampir. Dengan demikian kondisi aliran sungai ini pada bagian muaranya
dipengaruhi oleh pasang surut muka air laut.
Gambar 3. 5 Peta DAS Waisai
III - 5
3.2. Informasi Lainnya
3.2.1. Sosial Ekonomi
3.2.1.1. Kondisi Demografi
a) Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Distrik Waigeo Selatan pada tahun 2002 adalah sekitar 7.288
jiwa. Dengan luas wilayah distrik tersebut 2.243 km2, maka tingkat kepadatan
penduduknya adalah 3,23 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk di Distrik
Waigeo Selatan ini tergolong rendah. Kondisi ini tentu dapat dipahami karena di
daerah kepulauan Waigeo ini di bagian tengahnya merupakan kawasan lindung,
yang tidak diperuntukkan untuk kawasan budidaya maupun pemukiman.
Masyarakat umumnya mendiami pulau ini di daerah pantai dimana akses ke
daerah lain cukup mudah.
Tabel 3. 1 Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
III - 6
Jumlah rumah tangga di Distrik Waigeo Selatan pada tahun 2002 adalah kurang
lebih 1.753 KK. Dengan demikian rata-rata anggota keluarga di kecamatan ini
adalah 4 (empat) jiwa per KK. Pada tahun 2003 diprediksikan jumlah rumah
tangga di kecamatan ini menjadi kurang lebih 1.823 KK dengan laju pertumbuhan
penduduk sekitar 4 %.
Tabel 3. 2 Proyeksi Rumah Tangga
b) Mata Pencaharian
(1) Tanaman Pangan
Secara umum usaha budidaya pertanian tanaman pangan, khususnya padi, di
Kecamatan Waigeo Selatan dapat dikatakan masih belum berkembang. Hal ini
juga ditunjukkan dengan masih belum tercatatnya perkembangan ataupun adanya
usaha budidaya padi di daerah ini. Seperti ditujukkan pada tabel di bawah, pada
tahun 2002 di kabupaten Sorong baru kecamatan Aitinyo, Ayamaru, Salawati,
III - 7
Samate dan Aimas yang penduduknya telah menyelenggarakan usahatani
budidaya padi.
Tabel 3. 3 Luas Panen dan Produksi Padi
Demikian juga dengan komoditi tanaman pangan jagung, dimana di kedua
kecamatan ini belum tercarat penduduk melakukan usahatani komoditi ini. Hal
ini tentu berkaitan erat dengan masih tingginya masyarakat di daerah ini yang
makanan pokoknya adalah sagu, sehingga motivasi untuk menanam padi maupun
jagung sebagai bahan makanan pokok animo masyarakatnya masih kurang.
III - 8
Tabel 3. 4 Luas Panen dan Produksi Jagung
Jenis mata pencaharian utama penduduk di wilayah studi saat ini antara lain
adalah di bidang pertanian tanaman pangan dengan hasil yang terbesar berupa ubi-
ubian yang meliputi ubi jalar, ubi kayu, dan keladi. Melihat kondisi lahan yang
ada, petani umumnya menyatakan bahwa produksi mereka sebenarnya masih
mungkin untuk ditingkatkan lagi.
Komoditi inipun masih terbatas dikembangkan di lahan-lahan pekarangan dan
ladang yang berdekatan dengan tempat pemukiman penduduk.
III - 9
Tabel 3. 5 Luas Panen dan Produksi Ubi Jalar
Tabel 3. 6 Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu
III - 10
Tabel 3. 7 Luas Panen dan Produksi Keladi
(2) Tanaman Perkebunan
Komoditi tanaman perkebunan yang banyak diusahakan di wilayah studi yang
terutama adalah tanaman kelapa. Memang ada beberapa tanaman perkebunan
yang lain seperti coklat, tapi di wilayah studi jumlahnya relatif sedikit bila
dibandingkan dengan kelapa. Sementara itu tanaman keras/buah-buahan yang
banyak ditanam mencakup, mangga, nangka, pisang, dan lain-lain. Umumnya
komoditi ini ditanam hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, atau sebagai
penghasilan tambahan, yang sewaktu-waktu mungkin dapat menghasilkan uang.
Umumnya pemupukan tanaman tersebut masih menggunakan pupuk kandang.
III - 11
Tabel 3. 8 Luas Panen dan Produksi Kelapa
Tabel 3. 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Coklat
III - 12
(3) Peternakan
Perkembangan sub sektor peternakan di wilayah studi umumnya masih tergolong
mulai berkembang. Pada mulanya tujuan pengusahaan ternak di wilayah studi
yang utama adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja. Jenis ternak yang
banyak diusahakan di wilayah ini adalah meliputi sapi, kambing, babi dan unggas.
Tabel 3. 10 Jumlah Ternak Besar dan Sedang Berdasarkan Jenis
Kendala yang kadang-kadang muncul adalah dalam cara pengembalaan sapi, dan
kambing, yang hanya diikat atau dibiarkan tidur di halaman atau di jalan.
Kemudian cara pemberian makanan masih tergolong tradisional atau dibiarkan
saja/digembalakan, ada juga yang diikatkan pada batang pohon. Tidak jarang sapi
tersebut menjadi hama bagi pertanaman padi dan kadang menimbulkan konflik
yang cukup serius apabila kerusakan yang ditimbulkan cukup besar.
III - 13
Tabel 3. 11 Jumlah Ternak Unggas Menurut Jenis
Masalah-masalah yang berkaitan dengan produksi ternak antara lain, kurangnya
bibit unggul, sedikitnya sumber makanan ternak, sumber air kurang baik,
pengusahaan ternak masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu lebih
digiatkan lagi penyuluhan khusus tentang peternakan.
(4) Perikanan
Usaha masyarakat yang bergerak dalam bidang perikanan di daerah studi adalah
tergolong cukup berkembang, khususnya perikanan laut (nelayan). Lokasi daerah
kepulauan Waigeo yang banyak memiliki perairan laut dan hutan mangrove
menjadikan daerah ini kaya akan hasil perikanan lautnya. Tercatat sekitar 1.691
KK di Kecamatan Waigeo Selatan bermata pencaharian nelayan. Hasil tangkapan
yang diperoleh nelayan umumnya di jual di daerah sekitar atau daerah lainnya
yang dekat. Tidak sedikit nelayan dari daerah ini yang mencari ikan agak jauh ke
tengah laut sehingga lebih mudah menjual hasil tangkapannya ke pulau terdekat
yaitu Pulau Salawati.
III - 14
Tabel 3. 12 Jumlah Nelayan dan Produksi Ikan
3.2.1.2. Kelembagaan
a) Kelembagaan Desa
Struktur kelembagaan desa-desa di daerah kajian, di Distrik Waigeo Selatan telah
terbentuk cukup mantap, yaitu berupa kelembagaan desa dengan susunan
perangkat desa. Di desa-desa tersebut, struktur pemerintahan desanya secara
berjenjang terdiri dari Kepala Desa (Kades), Kepala Dusun (Kadus), Rukun
Warga (RW), dan Rukun Tetangga (RT).
b) BPD dan PKK
Lembaga ini dibentuk dengan tujuan untuk mengisi kegiatan di pedesaan,
yang secara umum memiliki misi :
Mengkoordinir dalam segala bidang kegiatan untuk kepentingan desa.
Merumuskan rencana-rencana, usaha-usaha dan partisipasi masyarakat desa
terutama untuk kepentingan desa secara gotong royong.
Memberikan penyuluhan dalam kegiatan-kegiatan desa.
III - 15
3.2.1.3. Fasilitas dan Aktifitas Sosial
a) Pendidikan
Secara umum, sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di daerah kajian,
telah sampai jenjang SMA. Pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak khususnya
yang berstatus negeri, masih belum tersedia. Fasilitas pendidikan tingkat Sekolah
Dasar (SD) di daerah kajian terdapat 27 buah. Sementara fasilitas pendidikan
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 2 (dua) buah dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) terdapat 1 (satu) buah.
Umumnya untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi masyarakat menyekolahkan
anak-anaknya ke Kota Sorong. Walaupun letaknya cukup jauh tetapi Kota Sorong
merupakan kota terdekat yang memiliki fasilitas pendidikan yang relatif lebih
lengkap dibandingkan daerah lain di sekitarnya. Namun demikian terkadang
kendala jarak ini kemudian akan menjadi kendala biaya sekolah yang menjadi
relatif mahal karena diperlukannya siswa tinggal jauh dari tempat tinggal orang
tuanya.
Tabel 3. 13 Ketersediaan Sarana Pendidikan
III - 16
b) Kesehatan
Ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dengan pelayanan yang terjangkau
oleh masyarakat merupakan prakondisi yang mutlak diperlukan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menuju sasaran peningkatan kualitas
sumber daya manusia di daerah ini. Fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah
studi adalah meliputi, puskesmas, puskesmas pembantu, dan balai pengobatan. Di
Distrik Waigeo Selatan telah tersedia puskesmas 1 (satu) buah, dan puskesmas
pembantu 7 (tujuh) buah. Keberadaan sarana kesehatan ini tentu sangat banyak
diharapkan oleh masyarakat, karena lokasi pulau dan laut yang menjadi sekat
geografis disekelilingnya menyebabkan ketersediaan sarana ini menjadi begitu
penting bagi masyarakat yang tinggal di pulau.
Tabel 3. 14 Ketersediaan Sarana Kesehatan
III - 17
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan ini tentunya perlu ditunjang oleh
kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, sehingga kesehatan dapat
terjaga atau dapat memeriksakan secara gejala-gejala penyakit yang mungkin
timbul. Untuk mensosialisasikan ini tentu perlu untuk menambah tenaga
kesehatan masyarakat, dimana tenaga ini akan memberikan penyuluhan tentang
hidup bersih dan sehat, serta menjaga kesehatan dan mengantisipasi kemungkinan
wabah yang dapat timbul.
Namun demikian keberadaan sarana fisik kesehatan ini juga perlu ditunjang
dengan ketersediaan tenaga kesehatan yang mampu dan cakap memberikan
pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang terdapat di wilayah studi adalah
hanya meliputi dokter, perawat, dan tenaga non paramedis. Terdapat 5 (lima)
orang perawat di Distrik Waigeo Selatan, seorang tenaga non medis, dan seorang
dokter yang tugasnya tidak menetap di puskesmas Kecamatan. Jadi apabila
masyarakat di daerah studi memerlukan bantuan tenaga dokter sehubungan
dengan kesehatannya, maka mereka harus ke kota kecamatan yang jaraknya relatif
jauh dan terkandang moda transportasinya sulit diperoleh.
c) Agama
Penduduk di desa-desa, di mana lokasi studi terletak, mayoritas masyarakatnya
memeluk agama Kristen. Walaupun dimikian beberapa penduduk juga memeluk
agama lainnya seperti Islam tapi jumlahnya relatif lebih sedikit. Penduduk yang
beragama Kristen di distrik Waigeo Selatan adalah mencapai 79,91 %, sementara
yang memeluk agama Islam hanya tercatat sebanyak 20,09 % dari jumlah
penduduk. hal ini juga ditunjukkan dari keadaan sarana dan prasarana keagamaan
yang tersedia di daerah studi. Dari 21 sarana peribadatan yang ada di wilayah
studi ini 8 (delapan) diantaranya adalah masjid sementara selebihnya adalah
gereja.
III - 18
3.2.1.4. Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku untuk Kabupaten
Sorong diprediksi meningkat dari Rp. 1.724.354,49 juta rupiah pada tahun 2001
menjadi Rp 1.829.900,97 juta rupiah pada tahun 2002. Demikian pula PDRB atas
dasar harga konstan tahun 2002 diperkirakan akan mengalami kenaikan yang
cukup signifikan. Pada tahun 2002 sektor pertanian masih mempunyai peranan
yang cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Sorong, yaitu sebesar 27,35 %
walaupun sektor yang paling besar memberikan kontribusi adalah pertambangan
dan penggalian yang mencapai 49,35 %.
Tabel 3. 15 Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto
Sektor industri dan jasa-jasa juga memiliki sumbangan yang besar terhadap
PDRB, dimana berturut-turut mencapai 6,94 % dan 8,93 %. Angka-angka
kontribusi ini memungkinkan sektor tersebut relatif berpotensi untuk lebih
dikembangkan, terutama sub sektor perdagangan besar dan eceran. Karena selain
III - 19
wilayah Kabupaten Sorong berada jalur strategis, juga banyak perusahaan-
perusahaan yang menunjang terhadap pengembangan usaha di sektor tersebut.
Sarana dan prasarana penting yang mampu menunjang lancarnya kegiatan
perekonomian adalah adanya pasar, di mana pasar ini merupakan tempat untuk
memasarkan hasil produksi pertaniannya serta untuk membeli dan menjual
kebutuhan pokok sehari-hari. Sarana perekonomian yang ada di daerah studi
adalah kios, sarana pasar mingguan, walaupun prasarana pasar fisiknya masih
belum permanen.
3.2.2. Lingkungan
3.2.2.1. Tahap Pra-Konstruksi
a. Survey dan Pematokan
Pada tahap kegiatan ini dampak diperkirakan akan terjadi terhadap komponen
lingkungan persepsi masyarakat. Dampak yang diprakirakan akan terjadi terhadap
komponen lingkungan ini yakni timbulnya berbagai pertanyaan dan informasi
yang simpang siur tentang rencana proyek. Daerah-daerah yang akan terkena
dampak meliputi daerah tapak proyek (khususnya daerah genangan) dan daerah
pemukiman. Walaupun dampak ini diperkirakan tidak penting, tetapi jika dampak
ini tidak diantisipasi terlebih dahulu, maka kesimpangsiuran akan terus
berkembang dan menimbulkan keresahan sosial pada masyarakat di sekitar lokasi
proyek
b. Pembebasan Lahan dan Tanaman tumbuh
Seperti diketehui kegiatan proyek akan memerlukan lahan untuk pembangunan
sarana dan prasarana. Pembangunan embung diperkirakan akan menggunakan
lahan penduduk atau negara yang berupa hutan produksi tetap maupun terbatas.
Dengan demikian secara langsung kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan
dampak terhadap komponen lingkungan persepsi masyarakat, dan keresahan
masyarakat.
III - 20
3.2.2.2. Tahap Konstruksi
a. Pembersihan Lahan
Kegiatan yang akan dilakukan pada pembersihan lahan dan relokasi spesies
langka dan dilindungi, adalah penebangan pohon-pohon yang terdapat di lokasi
bendung dan bangunan-bangunan penunjang lainnya. Komponen lingkungan
yang diprakirakan akan terkena dampak kegiatan ini adalah meliputi fisiografi dan
topografi, kuantitas air, air tanah, kualitas air, vegetasi, margasatwa, kecemburuan
sosial, kesempatan kerja, dan kesehatan masyarakat.
b. Mobilisasi Peralatan Berat
Kegiatan ini utamanya adalah mobilisasi alat-alat berat ke lokasi proyek dan
pengoperasian alat-alat tersebut dalam mendukung penyediaan bahan, sarana dan
prasarana yang harus disiapkan pada tahap berikutnya. Alat-alat yang akan
digunakan dalam kegiatan ini meliputi truck, tracktor, bulldozer, dan jenis alat-
alat berat lainnya.
Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak dari kegiatan ini
adalah meliputi erosi tanah, kesempatan kerja, pendapatan, kesehatan masyarakat,
dan fasilitas umum.
c. Pembuatan Jalan Akses
Kegiatan yang dilakukan meliputi perbaikan kondisi (pengerasan jalan) dan
pelebaran jalan, yaitu jalur jalan yang menuju ke lokasi proyek, khususnya
embung dan jaringan utamanya. Komponen lingkungan yang diperkirakan akan
terkena dampak kegiatan ini adalah meliputi fisiografi dan topografi, erosi tanah,
kualitas air, dan vegetasi.
d. Mobilisasi Tenaga Kerja
Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan merekrut tenaga kerja dan aktivitas
kehidupan sehari-hari personel/tenaga kerja proyek dalam pemenuhan kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Komponen lingkungan yang diprakirakan akan terkena
III - 21
dampak dari kegiatan ini adalah meliputi persepsi masyarakat, keresahan
masyarakat, kecemburuan sosial, dan kesempatan kerja.
e. Pembuatan dan Pengoperasian Base Camp
Kegiatan yang dimaksud adalah pembuatan base camp sebagai tempat tinggal dan
pusat koordinasi para pekerja proyek. Komponen lingkungan yang diperkirakan
akan terkena dampak kegiatan ini adalah meliputi erosi tanah, kualitas air,
vegetasi, keresahan masyarakat, keamanan dan keselamatan, dan budaya
masyarakat.
f. Eksploitasi Quarry
Kegiatan yang dimaksud adalah pengambilan material dari sumber-sumber yang
berada di sekitar lokasi proyek. Komponen lingkungan yang diprakirakan akan
terkena dampak dari kegiatan ini adalah meliputi fisiografi dan topografi,
penggunaan lahan, kuantitas air, erosi tanah, air tanah, kualitas air, vegetasi,
kesempatan kerja, pendapatan, ekonomi regional, dan kesehatan masyarakat.
g. Konstruksi Embung dan Tanggul Penutup
Alat-alat yang akan dipergunakan dalam kegiatan ini adalah meliputi alat-alat
berat dan mesin-mesin yang tergolong besar. Komponen lingkungan yang
diprakirakan akan terkena dampak kegiatan ini adalah meliputi fisiografi dan
topografi, penggunaan lahan, kuantitas air, erosi tanah, kualitas air, vegetasi, ikan,
plankton, margasatwa, kesempatan kerja, pendapatan, ekonomi regional,
kesehatan masyarakat, keamanan dan keselamatan.
h. Konstuksi Jaringan Irigasi dan Instalasi Air Baku
Kegiatan ini meliputi pembangunan jaringan irigasi dan air baku primer,
sekunder, maupun tersier dan jalan usaha ataupun jalan inspeksi yang berfungsi
juga sebagai jalan usahatani. Komponen lingkungan yang diperkirakan akan
terkena dampak adalah meliputi fisiografi dan topografi, erosi tanah, kualitas air,
vegetasi, ikan, plankton, kesempatan keraja, pendapatan, kesehatan masyarakat
dan mobilitas penduduk.
III - 22
i. Penggenangan Embung
Penggenangan embung dilakukan setelah seluruh aktivitas konstruksi selesai
dilakukan, terutama pembersihan lahan dan relokasi spesies langka dan
dilindungi. Dampak penting yang diperkirakan akan timbul pada kegiatan ini
adalah terhadap komponen lingkungan flora fauna langka dan dilindungi, erosi
tanah dan gangguan ekosistem hilir karena perubahan kualitas dan kuantitas air.
3.2.2.3. Tahap Pasca Konstruksi
a. Operasi Embung
Kegiatan yang dimaksud adalah pemanfaatan embung sesuai dengan fungsi yang
direncanakan, yaitu mensuplai kebutuhan air untuk domestik, niaga, irigasi,
sarpras, industri, dan perawatan sungai. Komponen lingkungan yang diprakirakan
akan terkena dampak penting adalah meliputi erosi tanah, kualitas air, penggunaan
air sungai di hilir embung, mangrove, ikan, kesempatan kerja, pendapatan, dan
ekonomi regional.
b. Pemeliharaan Embung
Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga kinerja sarana dan prasarana embung tetap
seperti yang diharapkan pada awal pembangunannya. Umumnya kegiatan ini
dilakukan secara sekuensi, sehingga operasi sistem jaringan tidak terganggu
secara umum. Dengan dilakukannya pekerjaan ini secara terencana, diperkirakan
tidak akan timbul dampak penting yang mungkin terjadi.
c. Operasi Jaringan Irigasi dan Instalasi Air Baku
Kegiatan pengoperasian jaringan irigasi dan instalasi pipa diperkirakan akan
menimbulkan dampak penting terhadap komponen lingkungan air tanah, kualitas
air, penggunaan air di hilir, kesempatan kerja, pendapatan, ekonomi regional.
III - 23
d. Distribusi Air
Pada tahap kegiatan distribusi air dampak penting diperkirakan akan terjadi
terhadap komponen lingkungan khususnya keresahan masyarakat yang tidak
memperoleh manfaat.
3.2.3. Hidrologi
Sungai Waisai merupakan sungai perennial dimana kondisi sungai selalu
mengalir sepanjang tahun. Tidak tersedianya alat pencatat muka air disepanjang
sungai Waisai serta juga tidak adanya stasiun penakar hujan di dalam dan sekitar
DAS Waisai mengakibatkan sulitnya menganalisa besaran debit rancangan di
sungai Waisai ini. Untuk kebutuhan peramalan besarnya debit rancangan sungai
Waisai dilakukan dengan menggunakan data curah hujan dari stasiun penakar
hujan terdekat yaitu stasiun klas II Jefman yang terletak di pulau Jefman 80 km
arah tenggara dari pulau Waigeo pada koordinat 00° 56’ LS dan 131° 07’ BT,
elevasi + 3 m. Adapun hasil perhitungan Studi terdahulu sebagai berikut :
Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Waisai hingga Muara (laut) 34.96km2
Panjang Sungai Waisai hingga Muara (laut) 21.02 km
Kemiringan rata-rata sungai 0.003
3.2.4. Geologi Permukaan
Dari survey Geologi didapat bahwa bukit tumpuan kiri berupa tebing sungai yang
relatif lebar dan landai hingga kaki bukit yang lebih tinggi. Pada dataran yang
landai tertutup oleh lapisan alluvium sungai (endapan baru) yang terdiri dari lanau
pasiran dan sedikit kerikilan dengan ketebalan sekitar 1-2 m sedangkan bagian
bawah terdiri dari endapan campuran baru dan fragmen-fragmen batuan yang
keras dengan besar ukuran antara kerikil hingga bongkah. Bukit tumpuan kanan
dengan sudut lereng sekitar 60º, terdiri dari batuan pasir lapuk yang sebagian
tertutup oleh tanah pelapukan. Pada bagian kaki lereng terdiri dari singkapan
batupasir lapuk sedang hingga lapuk keras (moderately weathered – highly
weathered).
III - 24
Pada daerah tengah sungai terdiri dari alluvium berupa campuran fragmen-
fragmen lepas batuan jenis batuan basalt, serpentinmite, batupasir, kuarsa susu
(milky quartz), batu besi (iron stone) dan konglomerat dengan berbagai ukuran
dari pasir hingga bongkah (boulder).
Beberapa jenis bahan bangunan yang dijumpai di lapangan di sekitar rencana
lokasi embung antara lain tanah lempung dan sirtu.
a. Bahan endapan tanah
Jenis tanahnya adalah lempung pasiran dan sedikit lanauan dengan kualitas
cukup baik untuk bahan tubuh embung yang kedap air. Ketebalannya
ditaksir kurang lebih antara 1-2 m.
b. Sirtu (sand gravel)
Bahan bangunan ini berupa campuran fragmen-fragmen batuan dengan
berbagai ukuran dari kerikil hingga bongkah (Ø 2-40 cm) dan pasir lepas
terdapat sepanjang dasar Sungai Waisei. Makin ke arah hulu didapatkan
fragmen-fragmen batuan berukuran kasar dimana persentase pasirnya relatif
makin berkurang. Untuk bahan filter terdapat di tepi sungai mendekati
daerah pantai.
c. Cadangan batu (quarry)
Batu bahan isian embung terdapat sebagai bongkah-bongkah kasar di
sepanjang dasar sungai ke arah hulu dan berupa cadangan yang besar di
sekitar air terjun kecil. Di sekitar air terjun kecil jenisnya adalah batuan ultra
basa yang telah termetamorfosa (serpertinmite). Batuan ini telah mengalami
deformasi yang keras sehingga penuh dengan kekar dan bersifat mudah
pecah, walaupun berat jenisnya memenuhi syarat ( γ = > 2.5 gram/cm3 )
sebagai bahan isian kurang cukup memadai, tetapi untuk bahan beton perlu
penelitian lebih lanjut
III - 25
3.2.5. Rencana Embung
1. Data Teknis Embung Waigeo:
Hidrologi
o Luas DAS : 34,96 km2
o Panjang Sungai : 21,02 km
o CH Harian max : 160.6 mm
o Debit Banjir (Q100) : 84,86 m3/dt
o Debit Banjir (Q50) : 77,12 m3/dt
Pengoperasian Embung
o Muka Air Banjir : + 24,59
o Muka Air Tinggi : + 23,00
o Muka Air Rendah : + 16,10
o Debit untuk Air Baku : 19 lt/dt
Tampungan Embung
o Luas Genangan : 7,898 Ha
o Kapasitas Tampungan Efektif : 283.605,759 m3
o Tampungan Mati : 50.440,118 m3
Embung (embankment portion)
o Tipe : Urugan Tanah dengan Diafragma Soil Inti Lempung
o Tinggi Embung Total : 11 m
o Dalam Pondasi : 2,25 m
o Panjang Puncak : ± 117 m
o Lebar Puncak : 6,00 m
o Elevasi Dasar Embung : + 14
o Elevasi Crest Embung : + 25
o Kemiringan Lereng : Hulu : 1 : 2,50
Hilir : 1 : 2,00
Bangunan Pelimpah
o Tipe : Bendung Pelimpah Tanpa Pintu (over flow weir type)
o Elevasi Ambang Pelimpah : + 23,00
o Lebar Dasar Saluran di Ambang : 20,00 m
o Debit Perencanaan : 84,86 m3/dt
III - 26
o Lebar Saluran Transisi : 20 – 12 m
o Panjang Saluran Transisi : 20 m
o Lebar Saluran Peluncur : 12 m
o Panjang Saluran Peluncur : 33 m
o Peredam Energi : Kolam Olak USBR Tipe
III
o Panjang Saluran Pengarah : ± 80 m
o Panjang Saluran Pengarah di Hilir : 10 m
Bangunan Pengambilan
o Tipe Inlet : 2 Pipa Besi
o Dimensi : Diameter 0,5 dan 0,7 m
o Outlet : 2 Pipa Besi yang dilengkapi dengan Valve
o Elevasi Inlet : + 16,10
o Elevasi Outlet : + 13,48
o Panjang Pipa : ± 60,00 m
3.2.6. Kelayakan Ekonomi
Analisis Kelayakan Ekonomi hasil studi terdahulu dalam hal ini hanya
diperhitungkan terhadap pemanfaatan Embung sebagai Supply Air Domestik,
Niaga dan Industri. Sementara fungsi lainnya tidak dipertimbangkan.
Estimasi pehitungan RAB hanya untuk bangunan utama saja (embung),
sedangkan saluran / jaringan distribusi airnya belum di hitung biayanya.
III - 27
Tabel 3. 16 RAB Fisik Konstruksi Embung Waigeo tahun 2004
Dari analisis ekonomi (tanpa irigasi dan sarpras) yang dilakukan didapat besaran
EIRR = 13%, B/C ratio = 1.20 (untuk Discount Rate 12%) dan NPV = Rp.
402.114.700 ,- .