bab iii deskripsi umum lokasi penelitian 3.1...

23
43 BAB III DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 1. Sejarah Desa Pulukan Pulukan adalah desa yang penduduknya mayoritas beragama Muslim dan Hindu, yang terkenal dengan kerukunan dan keharmonisan antar umat beragamanya. Desa pulukan merupakan satu bagian dari kecamatan Pekutatan dan berbatasan langsung dengan dua desa yaitu Desa Medewi di sebelah Barat dan Desa Pekutatan di sebelah timur, sedangkan batas Utara dan Selatan terdapat Hutan Pulukan yang merupakan hutan negara dan Samudra Indonesia. Ada 3 banjar yang tedapat di Desa Pulukan yakni Banjar Pulukan, Banjar Arca dan Banjar Pangkung Medahan. Menurut sebagian versi catatan sejarah, Pada tahun 1874 Desa Pulukan masih merupakan kawasan hutan belantara sama dengan desa lainnya. Kemudian atas usaha dan penelitian oleh Pak Daris dan Pak Rais dari Desa Air Kuning, Kecamatan Negara dapat menarik kesimpulan bahwa tanah yang dimiliki cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Oleh karena ketertarikannya akan tanah tersebut maka dimohonlah lokasi tersebut kepada pemerintah Belanda (Kontrolir) yang dibantu oleh Tuanku Raja dan atas ijin Kontrolir dan Tuanku Raja, maka Pak Daris dengan rombongan 100 orang berangkat ke daerah tujuan dengan menggunakan jukung dan sebagian lagi menyusuri bibir pantai dengan berjalan kaki. Dengan segala ketabahan hati

Upload: others

Post on 07-Jan-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

43

BAB III

DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Sejarah Desa Pulukan

Pulukan adalah desa yang penduduknya mayoritas beragama Muslim

dan Hindu, yang terkenal dengan kerukunan dan keharmonisan antar umat

beragamanya. Desa pulukan merupakan satu bagian dari kecamatan

Pekutatan dan berbatasan langsung dengan dua desa yaitu Desa Medewi di

sebelah Barat dan Desa Pekutatan di sebelah timur, sedangkan batas Utara

dan Selatan terdapat Hutan Pulukan yang merupakan hutan negara dan

Samudra Indonesia. Ada 3 banjar yang tedapat di Desa Pulukan yakni Banjar

Pulukan, Banjar Arca dan Banjar Pangkung Medahan.

Menurut sebagian versi catatan sejarah, Pada tahun 1874 Desa

Pulukan masih merupakan kawasan hutan belantara sama dengan desa

lainnya. Kemudian atas usaha dan penelitian oleh Pak Daris dan Pak Rais

dari Desa Air Kuning, Kecamatan Negara dapat menarik kesimpulan bahwa

tanah yang dimiliki cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Oleh karena

ketertarikannya akan tanah tersebut maka dimohonlah lokasi tersebut kepada

pemerintah Belanda (Kontrolir) yang dibantu oleh Tuanku Raja dan atas ijin

Kontrolir dan Tuanku Raja, maka Pak Daris dengan rombongan 100 orang

berangkat ke daerah tujuan dengan menggunakan jukung dan sebagian lagi

menyusuri bibir pantai dengan berjalan kaki. Dengan segala ketabahan hati

44

mereka optimis wilayah yang mereka garap akan mampu merubah nasib diri

serta anak cucunya kelak. Dijadikan lahan pertanian, maka datanglah

kontrolir melihat keadaan tanah dan rombongan pada saat itu kontrolir

berpesan agar rombongan segera membuat pos penjagaan untuk mencegah

keluar masuknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Agar di “vool”

kan saja disatu tempat sehingga mudah untuk mengawasi. Atas saran dan

kebulatan tekad untuk bersatu dikalangan rombongan itu, maka dari kata

“Vool” dengan akhiran kan, akhirnya populer dan membudaya dengan

ucapan “Voolkan” dan masyarakat lebih sering mengucapkan kata Voolkan

tersebut dengan kata Pulukan, sehingga sebutan itu menjadi abadi sampai

sekarang. (Modul profil Desa Pulukan, 2009).

Kemudian tahun 1899 datanglah rombongan kedua sebanyak ± 75

orang yang berasal dari Jawa Timur yang dipimpin oleh Pak Suro dan Pak

Sopowiro, setelah mendapat ijin dari pemerintahan Belanda dan Tuanku Raja

mereka membuka hutan disebelah utara. Kemudian sekitar tahun 1910

dengan semakin berkembangnya kebutuhan, baik orang-orang yang dari Air

Kuning maupun Jawa Timur sepakat untuk membentuk sebuah desa demi

terjalinnya kerukunan, keutuhan rasa senasib sepenangguhan, maka secara

bulat mereka menamakan desanya Desa Pulukan.

Desa Pulukan di era kemerdekaan dipimpin oleh Pak Daris sebagai

Kepala Desa Periode pertama mulai tahun 1910-1916, sudah mengalami

pergantian Kepala Perbekel/Kepala Desa sebanyak 17 kali. (Modul profil

45

Desa Pulukan, 2009). Berturut Jabatan Kepala Desa Di Desa Pulukan adalah

tercantum dalam table sebagai berikut :

Tabel 1

Urutan Jabatan Kepala Desa Pulukan

No Kepala Desa/Perbekel Periode

1 Pak Daris 1910-1916

2 Pak Alil 1916-1920

3 Pak Alpiyah 1920-1935

4 Pak Wiryo Utomo 1935-1938

5 Pak Sarilah 1938-1956

6 I Gusti Made Suditha 1956-1960

7 Pan Kasih 1960-1967

8 I Ketut Wendra, B.Sc. 1985-1993

9 I Nyoman Landrat 1977-1985

10 I Ketut Purwa S. Pd. 1985-1993

11 I Wayan Suada 1993-1993

12 Drs. I Ketut Yatna 1993-1998

13 Drs. I Ketut Kariadi Erawan 1998-1998

14 Drs. Toto Sugiantoro 1998-1999

15 M. Masani 1999-2007

16 I Ketut Sarya 2007-2007

17 I Wayan Armawa 2007-sekarang

3.2 Keadaan Geografis

a. Lokasi dan Keadaan Alam

Kabupaten Jembrana adalah satu dari sembilan Kabupaten dan Kota

yang ada di Propinsi Bali, terletak di belahan barat pulau Bali, membentang

dari arah barat ke timur pada 8°09'30" - 8°28'02" LS dan 114°25'53" -

114°56'38" BT. Luas wilayah Jembrana 841.800 Km² atau 14,96% dari luas

wilayah pulau Bali. Letaknya di ujung barat pulau Bali dengan batas – batas

wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara Pegunungan yang berbatasan dengan Kabupaten Buleleng

2. Sebelah Selatan Samudra Indonesia

46

3. Sebelah Barat Selat Bali

4. Sebelah Timur Kabupaten Tabanan

Gambar 4

Peta Pulau Bali

(Sumber dokumntasi: kumpulanilmu.com Diunduh Pada Tanggal 04 Desember 2016)

Kabupaten Jembrana Secara administratif terbagi menjadi lima

kecamatan, lima puluh satu desa atau kelurahan dengan luas wilayah 841,800

km² atau 14,96% dari luas wilayah pulau Bali. (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Jembrana, 2015). Lima kecamatan itu antara lain Kecamatan

Jembrana, Melaya, Mendoyo, Negara dan Kecamatan Pekutatan. Desa

pulukan yang menjadi lokasi penelitian ini termasuk salah satu dari delapan

desa di Kecamatan Pekutatan. Kabupaten Jembrana, tepatnya sebagai pusat

pemerintah atau ibukota Kabupaten Jembrana terletak di Negara.

47

Topografi wilayah perencanaan meliputi daerah pegunungan di bagian utara

dan pendataran (pantai) di bagian selatan yang berbatasan dengan Samudera

Indonesia.

Bagian tengah merupakan daerah perkotaan. Berdasarkan ketinggian

tanah di bagian utara wilayah Kabupaten Jembrana mempunyai morfologi dan

fisiografi pegunungan yang dibentuk oleh deretan pegunungan Penginuman,

Gunung Klatakan, Gunung Bakungan, Gunung Nyangkrut, Gunung Sanggang

dan Gunung Batas. Ketinggian tempat bervariasi antara 250 – 700 m dpl.

Sedangkan di bagian selatan wilayah Kabupaten Jembrana topografinya relatif

datar hingga bergelombang, ketinggian tempat ini berkisar antara 1 – 250 m

dpl. Jarak Ibu Kota Kabupaten Jembrana/Kota Negara dengan Kota Denpasar

95,16 Km. Jarak Desa Pulukan dengan Kecamatan Pekutatan 3 km dengan

waktu tempuh tujuh menit, sedangkan dengan ibu Kota Kabupaten 26 km

dengan waktu tempuh tiga puluh menit, jarak dengan ibu Kota Provinsi/Kota

Denpasar 74 km dengan waktu tempuh 3 jam. Desa ini berada pada

ketinggian kurang lebih seratus dua puluh meter di atas permukaan laut.

Lokasi Desa Pulukan terletak diantara Desa Medewi di sebelah barat

dan Desa Pekutatan di sebelah timur, sedangkan batas Utara dan Selatan

terdapat Hutan Pulukan yang merupakan Hutan negara dan Samudra

Indonesia. Desa Pulukan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana secara

geografis terletak di 110º 48΄ 55,12″ BT dan terletak di 7º 02΄ 27,52″ LS.

48

Adapun batas-batas wilayah Desa Pulukan Kecamatan Pekutatan Kabupaten

Jembrana, yaitu:

Sebelah Utara : Hutan Negara.

Sebelah Timur : Sungai Pulukan, Desa Pekutatan.

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia.

Sebelah Barat : Sungai Medewi, Desa Medewi

Gambar 5

Peta Desa Pulukan

(Sumber Dokumentasi: Modul profil Desa Pulukan)

B S

S B A N J A R A u

u N n

D

n P A N G K U N G n J g

E

g a a

S h

a M E D A H A N a R i

A d

i e

M

S u n g a i P a n g k u n g

M P

M A

E u

e

D C l

d A

E u

e

W k

w B A

I A a

i N T

J n

A A

R P

U N

L

U

K

A

N

S a m u d e r a I n d o n e s i a Hind '09

KETERANGAN.

KANTOR PERBEKEL JALAN KAB/DESA

KANTOR / BALAI BANJAR DINAS HOTEL/PENGINAPAN/VILLA

MASJID KANTOR POS

PURA RUMAH MAKAN/RESTAURAN

PUSKESMAS SEKOLAH DASAR

BATAS DESA JEMBATAN

BATAS BANJAR/DUSUN MUSHOLLA

JALAN RAYA GILIMANUK-DENPASAR POS KAMLING.

SAMUDRA INDONESIA

SUNGAI

PETA desa pulukan

A

U

E

K

U

D

E

R

A

P

S

T

49

Desa Pulukan ditinjau dari letak geografis serta sosial budaya

masyarakatnya sangat strategis sekali dalam upaya meningkatkan serta

memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan desa secara

berkesinambungan. Secara administratif, Desa Pulukan terbagi ke dalam 3

(Tiga) wilayah Banjar. Adapun jumlah Banjar, sebagaimana tercantum dalam

pembagian wilayah administrasi Desa Pulukan:

Tabel 2

Jumlah Banjar Desa Pulukan

NO DUSUN / BANJAR JUMLAH

KELIAN

JUMLAH JURU

1 Banjar Pulukan 1 12

2 Banjar Arca 1 9

3 Banjar Pk. Medahan 1 7

Jumlah 3 28

(Sumber: Monografi Desa Pulukan Tahun 2016)

Topografi Desa Pulukan termasuk dalam kategori Daerah dataran

rendah dengan ketinggian ±50 meter dari permukaan laut. Desa Pulukan

beriklim muson dari dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau

dengan curah hujan rata-rata 1.748 mm per tahun serta tempratur antara 25ºC

- 29ºC. Jika dilihat dari struktur geografis, wilayah desa ini dapat digolongkan

menjadi beberapa bagian yaitu: Komplek pola menetap, Komplek

perkebunan, Komplek persawahan, daerah aliran sungai dan hamparan laut

lepas. Pola permukiman penduduk Desa Pulukan yakni memanjang,

permukiman berupa deretan memanjang karena mengikuti jalan dan sungai.

Tanah persawahan dan perkebunan atau tegal, baik milik program maupun

50

milik kolektif terletak di kawasan tertentu yakni berdekatan dengan area

pengairan seperti sungai yang mengalir sepanjang desa tersebut.

Sektor pembangunan desa pulukan yang sudah tercapai meliputi

bidang-bidang sebagai berikut: dalam bidang pertanian yakni sebagai sumber

mata pencarian utama masyarakat desa, pemerintahan desa beserta

masyarakat berusaha semaksimal mungkin mengembangkan berbagai cara

untuk memaksimalkan hasil produksi pertanian. Dengan salah satunya

membangun saluran irigasi, memberikan penyuluhan-penyuluhan pertanian

dsb. Dalam bidang keagamaan yakni, Dengan meningkatkan sarana

keagamaan yaitu membangun ataupun merenovasi sarana keagamaan

peribatan seperti Pura, Masjid / Musholla dan Rumah Mengaji.

Bidang keagamaan Desa Pulukan yakni Dengan meningkatkan sarana

keagamaan yaitu membangun ataupun merenovasi sarana keagamaan

peribatan seperti Pura, Masjid / Musholla dan Rumah Mengaji. Dalam bidang

keamanan yakni dengan terbentuknya wadah Pertahanan Sipil (Hansip) dan

mendirikan pos-pos keamanan setiap dusun terdapat tiga pos dan peningkatan

peran Pecalang beserta BANSER di setiap kegitan upaca Ke Agamaan. Dalam

bidang pendidikan yakni dengan memperbanyak dan memperluas sarana

pendidikan baik sarana formal maupun informal baik keagamaan dan umum,

serta meringankan kebutuhan pendidikan untuk masyarakat kurang mampu.

51

Tabel 3

Luas Wilayah Desa Pulukan Menurut Penggunaan

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Hektar)

1 Luas pemukiman 9,000

2 Luas persawahan 84,000

3 Luas perkebunan 522,075

4 Luas kuburan 4,000

5 Luas pekarangan 24,105

6 Luas taman -

7 Perkantoran -

8 Luas prasarana umum lainnya 1,000

Total luas 635,180

Sumber: Monografi Desa Pulukan Tahun 2016

Desa Pulukan memiliki luas wilayah 635,180 hektar menghampar dari

Selatan ke Utara dengan ketinggian diwilayah utara rata-rata seratus sampai

seratus dua puluh meter di atas permukaan laut dengan kemiringan tanah rata-

rata nol sampai empat puluh lima derajat serta kondisi dua puluh persen datar

dan delapan puluh persen landai atau bergelombang, jenis tanah latosol

alluvia dengan warna merah kehitaman dan atau kelabu, struktur remah dan

berbatu, struktur remah dan berbatu, memiliki tekstur lempung berpasir dan

lempung liat dengan pH 5,8-6,5.

52

Tabel 4

Jumlah Penduduk Menurut Agama

AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN

Islam 1.006 orang 1.020 orang

Kristen 7 orang 10 orang

Katholik 0 orang 0 orang

Hindu 1.165 orang 1.189 orang

Budha - -

Khonghucu - -

Jumlah 2178 orang 2219 orang

Sumber: Monografi Desa Pulukan Tahun 2016

Desa Pulukan menganut agama Islam, Hindu dan Kristen, namun dari

ketiga agama yang ada, agama Hindu yang paling dominan diteruskan agama

Islam. Komposisi pemeluk agama di desa Pulukan adalah Hindu 2354 pemeluk

(53.53%) Islam 2026 pemeluk (46.07%) dan Kristen 17 pemeluk (0,3%). (data

survey 2016). Jumlah penduduk desa Pulukan yakni berjumlah 4397 jiwa. (data

survey 2016). Berikut gambar tabel dari banyaknya penduduk menurut agama

berdasarkan sensus penduduk 2016:

b. Mata Pencaharian

Tjondronegoro (2008) membuat tipologi masyarakat perdeesaan atas

dua basis, yaitu topografi dan pola pertanian (usaha). Berdasarkan basis

tofografis, masyarakat perdesaan dibagi atas desa pegunungan, desa dataran

rendah, desa dataran tinggi, dan desa pantai. Adapun berdasarkan atas pola

pertanian masyarakat pedesaan dibagi atas: desa petani sawah menetap

(pengairan atau tadah hujan), kampung peladang berpindah-pindah, desa

perkebunan rakyat, dan desa nelayan. (Damsar dan Indrayani, 2016: 86).

53

Mata pencarian penduduk Desa Pulukan jika dilihat secara mayoritas adalah

bertani dan berkebun, namun ada pula berwiraswata, nelayan, berternak,

pegawai negeri sipil, pegawai swata, sopir, TNI dan POLRI. Sebagian besar

adalah bertani dan berkebun, karena hal ini di lihat dari tata guna tanahnya

untuk lahan tegalan dan tanan sawah serta perkebunan. Tanah tegal dan

perkebunan berlokasi dikawasan dataran rendah yang terletak sebelah barat,

timur, utara desa. Sedangkan tanah sawah berlokasi disebelah selatan dan

utara dikawasan dataran rendah. Jenis tanah yang sebagian besar bertekstur

lampungan atau pasiran dikawasan persawahan dan hutan desa dengan

keadaannya yang cukup potensial, selain menghasilkan tanaman pangan

seperti padi sawah dan buah – buah juga menghasilkan tanaman apotik

seperti jahe kunyit dan lengkuas. Lingkungan alam yang masih terjaga

keasriannya nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai alamiah sehingga sangat

dijaga kelestarianya. Disamping pertanian dan perkebunan, mata pencarian

lain adalah perternakan serta jasa/ perdagangan.

Melihat keberadaan pembangunan di Desa Pulukan yang semakin

meningkat, maka sudah barang tentu juga harus di dukung oleh potensi

sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas (kemampuan) dan

kompetensi yang tinggi didalam mengelolah potensi sumber daya alam

secara optimal untuk mendukung pembangunan disegala bidang.

Demikian dapat dikatakan masyarakat Desa Pulukan sudah dapat

juga mengelolah sumber daya alam dengan memperhatikan keseimbangan

dan keserasian lingkungan yang telah ada hal itu dapat dilaksanakan berkat

54

adanya bimbingan teknis dari instansi yang berwenang. Dengan menimbang

kenyataan itu maka Penduduk Desa Pulukan merupakan penduduk yang

sangat potensial dalam menunjang pembangunan.

c. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Pulukan

Desa Pulukan merupakan kesatuan wilayah administratif yang berada

dibawah pemerintahan kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Setiap desa dinas

diperintah oleh pemerintah desa yang dipimpin oleh seorang perbekel.

Dalam melaksanakan tugasnya perbekel diawasi oleh BPD yang merupakan

55

perwakilan dari masyarakat desa yang bertugas mengontol kinerja perbekel

dalam melaksanakan tugas pemerintahan desa. Perbekel dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh secretariat desa yang terdiri dari sekertaris dan kaur-

kaur. Selain itu yang masuk dalam secretariat desa adalah Kelian Banjar

Dinas yang bertugas membantu pemerintah desa dalam hal mengkoordinir

masyarakat dimasing- masing Banjar Dinas yang dipimpinnya dan

bertanggungjawab kepada perbekel.

Aparat desa memiliki tugas dan tanggung jawab yang luas, antara lain

menyelengarakan administrasi desa dengan memberikan pelayanan kepada

masyarakat dan menciptakan suasana yang aman dan kondusif. Pemerintahan

desa juga diharapkan mampu menggalang partisifasi masayakat dalam

menigkatkan kesejahteraan hidup warganya. Pemerintah Desa Pulukan sudah

memiliki kantor perbekel yang sangat strategis yang terletak dipinggiran jalan

raya dekat dengan permukiman warga sehingga mempermudah memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

Masing-masing desa memiliki struktur atau susunan organisasi yang

berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kebutuhan serta keadaan dari masing-

masing desa. Sistem pemerintahan Desa Pulukan juga didasarkan atas

seseorang yang telah berkeluarga dan bertempat tinggal di wilayah desa

tersebut. Desa Pulukan yang dipimpin oleh Perbekel/kepala desa, sekertaris

desa, Kelian Banjar/Kepala Dusun tugasnya adalah mengatur jalannya

pemerintahan yakni mengurus hal-hal yang bersifat administratif, seperti

pembuatan KTP, Kipem, juga mengatur pelaksanaan program-program

56

pemerintah Republik Indonesia bagi masyarakat sekitar, misalnya kegiatan

Posyandu, PKK, sampai dengan kegiatan pemungutan suara ketika jadwal

pelaksanaan Pilkada s.d Pilpres tiba, Kelian Adat bertugas mengurus hal-hal

seputar kegiatan adat, misalnya penjadwalan aneka upacara adat seperti

upacara perkawinan, upacara kematian, juga mengatur pengadaan aneka

pertunjukan kesenian tradisional yang bersifat ritual. .Dalam hal ini

kedudukan yang mereka peroleh adalah berdasarkan ascribed status, yaitu

status yang diperoleh seseorang berdasarkan wewenang atau kekuasaan yang

diakui secara resmi atau yang dinyatakan.

Kemampuan seseorang untuk terjun sebagai anggota Desa Pulukan

sangat tergantung dari ketaatan dalam tingkat penyesuaian diri terhadap

norma-norma dan aturan-aturan dalam suatu lingkungan sosial tempat

berdomisili. Anggota Desa Pulukan sebelumnya menempati posisi yang

paling tinggi. Eksistensi ini disebabkan adanya pergeseran-pergeseran dalam

struktur anggota desa yang diakui dan dinyatakan secara resmi menurut aturan

adat dan dibarengi dengan pelaksanaan upacara adat di tingkat desa.

d. Sosial Budaya Masyarakat Desa Pulukan

Rahman dan Yuswadi (2005: 15) memberi batasan sistem sosial

budaya sebagai suatu bentuk kompleksitas perilaku masyarakat yang relatif

konstan dan dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat karena bersumber

dari nilai-nilai budaya yang telah menjadi bagian pola hidup kehidupan

berbangsa dan bernegara. (Damsar dan Indrayani, 2016: 96).

57

Masyarakat Desa Pulukan yang pada umumnya ramah tamah, dengan

pola kehidupan yang bhineka atau plurarisme dan tidak terlalu banyak aturan

ataupun fanatik terhadap suatu paham, memiliki adat istiadat yang selalu

mereka pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa

hidup dengan kedamaian. Keseharian kehidupan di desa ini masih diatur oleh

hukum adat yang disebut awig-awig (peraturan desa), yang sejak dulu

dipatuhi oleh masyarakat setempat sehingga jarang munculnya konflik di desa

tersebut. Desa ini terdapat tiga banjar dinas/dusun yakni Banjar Pulukan,

Banjar Arca dan Banjar Pangkung Medahan yang masing-masing banjar

memiliki juru adat dan juru dinas. Dilihat dari sistem pemerintahan desa ini

termasuk seperti desa adat yang masih kental di bali, namun dilihat dari

gambaran tempat tinggal desa ini sudah mengalami pergeseran karena sudah

tidak seperti desa adat yang kental di beberapa daerah di Bali, tempat tinggal

penduduk desa ini sama seperti tempat tinggal pada umumnya.

Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Desa Pulukan adalah

Bahasa Bali Kepara (modern, baru) merupaka bahasa Bali yang masih hidup

dan terpakai dalam konteks komunikasi lisan dan tulis bagi masyarakat Bali

sampai sekarang. Istilah bahasa Bali Kepara dalam bahasa Bali berarti ketah,

lumbrah dan dalam bahasa Indonesia berarti umum. Kepara mengenal adanya

tingkatan-tingkatan berbahasa yang disebut dengan “anggah-ungguhin basa”

atau “sor-singgih basa”. Dalam anggah-ungguhing basa tersebut dibagi

kembali menjadi beberapa kelas yang sering disebut basa kasar, basa alus

madia dan basa alus mider. Sedangkan untuk kata-kata yang digunakan di

58

dalamnya dinamakan kruna mider (kata netral), kruna kasar, kruna alus

madia, kruna alus sor, kruna alus mider dan kruna alus singgih. Pada

umumnya masyarakat desa pulukan mengunakan bahasa alus untuk

berkomunikasi dalam kesehariannya.

Masyarakat desa Pulukan sampai sekarang masih menjaga dan

melestarikan tari Sanghyang Jaran, kesenian Gong Kebyar Istri, Gong

Kebyar Lanang, dan kesenian Samroh. Sanghyang Jaran adalah tarian yang

bersifat sakral dan religius, dipentaskan untuk menolak bala karena adanya

suatu wabah penyakit. Tari Sang Hyang ini merupakan tari trance (kerauhan)

oleh roh-roh Hyang seperti Bidadari ataupun dari binatang. Dan salah satunya

adalah Sanghyang Jaran (kekuatan roh dari kuda dewata). Tarian ini ditarikan

oleh seorang pria, bisa juga oleh seorang pemangku atau orang yang dianggap

suci yang mengendarai kuda-kudaan dari pelepah daun kelapa. Sebelumnya

dimulai dengan rangkaian upacara dan pada akhirnya sang penari kemasukan

roh kuda yang merupakan tunggangan dewata kahyangan.

Kesenian Gong Gebyar Istri dan Gong Gebyar Lanang adalah sebuah

barungan baru. Sesuai denag nama yang diberikan kepada barungan baru ini

(kebyar yang bermakna cepat, tiba-tiba dank eras) gamelan ini menghasilkan

music-musik keras dan dinamis. Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-

tarian atau memakaikan tabuh-tabuhan instrumental. Gong Kebyar istri

dimaikan oleh para wanita dan Gong Kebyar Lanang dimainkan oleh para

lelaki. Kesenian Sambroh adalah sejenis budaya yang hampir sama dengan

hadrah yang dimana alat musik yang digunakan seperti rebana dan sejenisnya

59

yang didalamnya ada kombinasi-kombinasi tarian yang dilakukan oleh kaum

hawa (perempuan), khususnya bagi perempuan muda.

Relasi sosialnya Desa Pulukan menganut konsep menyama braya

dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai kekayaan yang utama dalam hidup,

jalan untuk menggapai kebahagian dan keharmonisan hidup (dharma santhi)

dan kearifan lokal (lokal wisdom) yang dipahami dan diyakini secara luas

sebagai sebuah kearifan yang cukup efektif dalam menjaga integrasi sosial.

Masyarakat Desa Pulukan mengajarkan dan memegang teguh konsep

Tri Hita Karana (konsep dalam ajaran Hindu) dan mewujudkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga dan Hita Karana berarti penyebab

kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Tri Hita

Karana terdiri dari Perahyangan (hubungan yang seimbang antara manusia

dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan

manusia lainnya), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan

lingkungan alam sekitarnya).

3.3 Sarana dan Prasarana

a. Sarana Prasarana Peribadatan

Tempat peribadatan adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat

beragama untuk beribadah menurut ajaran agama mereka masing-masing.

Berikut jumlah tempat peribadatan di Desa Pulukan:

60

Tabel 5

Jumlah Tempat Peribadatan

Tempat Peribadatan Jumlah

Masjid 3

Mushola 4

Pura 9

Sumber: Monografi Desa Pulukan Tahun 2016

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam.

Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil disebut musholla,

langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat

kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar,

diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di

Masjid.

Gambar 6

Tempat Beribadah Umat Muslim Desa Pulukan

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Maret 2017)

Masjid Nurul Huda

61

Gambar 7

Tempat Beribadah Umat Muslim Desa Pulukan

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Maret 2017)

Pura merupakan sarana peribadatan bagi umat Hindu dalam usahanya

melakukan penyerahan diri dan mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang

Widhi Wasa sehingga dapat meningkatkan kualitas umat manusia sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial. Di tempat suci seperti Pura, diharapkan

manusia dapat mengembangkan dirinya untuk saling mengenal diantara

sesama umat sehingga kerukunan intern umat Hindu dapat terwujud. Selain

tempat ibadah pura merupakan pusat kehidupan komunitas Hindu. Pura juga

digunakan oleh umat Hindu untuk melakukan upacara–upacara yang bersifat

keagamaan, antara lain: upacara potong gigi, otonan, ngaben, piodalan dan

upacara lainnya.

Masjid Al Muslimun

62

Gambar 8

Tempat Beribadah Umat Hindu Desa Pulukan

Gambar 9

Tempat Beribadah Umat Hindu Desa Pulukan

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Maret 2017)

Pura Dalem Lan Pura Prajatapati

Pura Subak

63

b. Bale Banjar

Bale (bahasa Bali), juga berarti “balai” (bahasa Indonesia) yang artinya

gedung, rumah (umum), atau bangunan terbuka. Bale banjar mengandung arti

suatu bangunan terbuka yang digunakan untuk kepentingan bersama

warganya. Bale banjar juga merupakan balai atau bangunan tempat

memusyawarahkan suatu masalah yang dihadapi oleh krama (masyarakat)

banjar. Desa Pulukan memiliki tiga bale banjar, yakni terletak pada masing-

masing banjar: banjar Arca, Banjar Pulukan, dan Banjar Pangkung Medahan.

Gambar 10

Bale Banjar Desa Pulukan

Bale Banjar

64

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Maret 2017)

Bale banjar sebagai sebuah pusat kegiatan sangat memegang peranan

penting dalam perjalanan lembaga banjar. Bale banjar juga dapat

dipergunakan untuk melakukan suatu aktivitas oleh krama banjar, seperti

kegiatan sosial maupun religius. Di bale banjar adalah tempat berkumpulnya

komunitas Muslim dan Hindu dalam kegiatan tertentu, di tempat ini interaksi

sosial antar komunitas berlangsung dalam berbagai kegiatan sosial yang

diselengarakan desa tersebut. Berikut beberapa kegaiatan sosial yang

berlangsung di bale banjar yakni:

Gambar 11

Beberapa kegiatan di Bale Banjar

Kegiatan Musyawarah Desa

65

(Sumber: www.jembranakab.go.id diunduh pada tanggal 24 Nov 2013)

Selain itu tempat ini juga digunakan warga desa terutama laki – laki

yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga berkumpul dan membahas

tentang kegiatan desa. Contohnya gotong royong, membersihkan saluran air,

memperbaiki jalan desa, dll. Umumnya lokasi bale banjar terletak pada lokasi

yang mudah dicapai oleh krama (masyarakat) banjar.

Acara Syukuran Subak