bab iii analisis - · pdf fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam...

12
BAB III ANALISIS Bab ini membahas mengenai analisis kebutuhan terkait e-voting. Analisis tersebut meliputi analisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan model, analisis kebutuhan baik fungsional maupun non-fungsional, serta analisis mengenai aktor yang terlibat dalam sistem e-voting. Aktor tersebut akan menjadi acuan dalam pembuatan diagram use case dari model e-voting yang akan dikembangkan. III.1 Analisis Perbandingan terhadap Sistem Lain Pada Bab II.4. E-Voting telah disebutkan beberapa contoh sistem e-voting yang telah dikembangkan. Pada tesis ini hanya disebutkan empat buah contoh sistem yaitu E-Vox, e- VOTE, MarkPledge, dan Sistem E-voting Terpusat. Sebenarnya selain keempat sistem itu masih banyak lagi sistem e-voting yang telah dikembangkan maupun telah digunakan di berbagai negara. Pemilihan ketiga sistem pertama tersebut sebagai tinjauan pustaka dalam tesis ini karena sistem tersebut mempunyai model yang serupa dan bisa dijadikan acuan dalam pembuatan model e-voting berbasis web. Sedangkan Sistem E-voting Terpusat dijadikan acuan karena sistem tersebut merupakan sistem yang telah dikembangkan sebelumnya di ITB (Institut Teknologi Bandung). Pengembangan model e-voting berbasis web ini diharapkan dapat memberikan kelanjutan mengenai penelitian sistem e-voting di ITB. Keempat sistem tersebut mempunyai fokus pembahasan pada hal yang sama yaitu security (keamanan) dan privacy (kerahasiaan). Kedua hal tersebut merupakan faktor yang sangat penting agar suatu sistem e-voting dapat berjalan dengan baik dan diterima oleh masyarakat. Untuk menjaga security dan privacy, keempat sistem tersebut menggunakan metode yang berbeda-beda. Pada sistem E-Vox faktor keamanan ditangani oleh sebuah modul bernama Administrator, Modul tersebut bertugas untuk melakukan validasi terhadap surat suara yang masuk. Jika surat suara tersebut valid maka Administrator akan memberikan tanda pada surat suara tersebut sehingga surat suara tersebut bisa masuk proses selanjutnya. Sedangkan untuk III-1

Upload: truongdan

Post on 02-Mar-2018

227 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

BAB III ANALISIS

Bab ini membahas mengenai analisis kebutuhan terkait e-voting. Analisis tersebut meliputi

analisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan model,

analisis kebutuhan baik fungsional maupun non-fungsional, serta analisis mengenai aktor

yang terlibat dalam sistem e-voting. Aktor tersebut akan menjadi acuan dalam pembuatan

diagram use case dari model e-voting yang akan dikembangkan.

III.1 Analisis Perbandingan terhadap Sistem Lain Pada Bab II.4. E-Voting telah disebutkan beberapa contoh sistem e-voting yang telah

dikembangkan. Pada tesis ini hanya disebutkan empat buah contoh sistem yaitu E-Vox, e-

VOTE, MarkPledge, dan Sistem E-voting Terpusat. Sebenarnya selain keempat sistem itu

masih banyak lagi sistem e-voting yang telah dikembangkan maupun telah digunakan di

berbagai negara.

Pemilihan ketiga sistem pertama tersebut sebagai tinjauan pustaka dalam tesis ini karena

sistem tersebut mempunyai model yang serupa dan bisa dijadikan acuan dalam pembuatan

model e-voting berbasis web. Sedangkan Sistem E-voting Terpusat dijadikan acuan karena

sistem tersebut merupakan sistem yang telah dikembangkan sebelumnya di ITB (Institut

Teknologi Bandung). Pengembangan model e-voting berbasis web ini diharapkan dapat

memberikan kelanjutan mengenai penelitian sistem e-voting di ITB.

Keempat sistem tersebut mempunyai fokus pembahasan pada hal yang sama yaitu security

(keamanan) dan privacy (kerahasiaan). Kedua hal tersebut merupakan faktor yang sangat

penting agar suatu sistem e-voting dapat berjalan dengan baik dan diterima oleh

masyarakat. Untuk menjaga security dan privacy, keempat sistem tersebut menggunakan

metode yang berbeda-beda.

Pada sistem E-Vox faktor keamanan ditangani oleh sebuah modul bernama Administrator,

Modul tersebut bertugas untuk melakukan validasi terhadap surat suara yang masuk. Jika

surat suara tersebut valid maka Administrator akan memberikan tanda pada surat suara

tersebut sehingga surat suara tersebut bisa masuk proses selanjutnya. Sedangkan untuk

III-1

Page 2: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

menangani masalah kerahasiaan, E-Vox melakukan penanganan khusus menggunakan

modul Anonymizer. Modul tersebut berfungsi untuk menyamarkan surat suara yang masuk.

Pada sistem e-VOTE, validasi pemilih dilakukan dua kali oleh modul yang berbeda. Modul

tersebut adalah Registration Client dan CA (Certification Authority). Sedangkan masalah

kerahasiaan data, e-VOTE tidak melakukan penanganan secara khusus dengan modul

tersebut. Penanganan kerahasiaan data sudah menjadi bagian yang terintegrasi dalam

modul-modul e-VOTE.

Pada sistem MarkPledge, penanganan faktor keamanan dan kerahasiaan data secara khusus

tidak tampak dalam arsitekturnya. Sistem MarkPledge lebih menekankan pada verifikasi

terhadap hasil perhitungan suara. Pada sistem tersebut, verifikasi perhitungan suara

dilakukan dengan dua macam cara yaitu universal verifiability dan ballot casting

assurance. Universal verifiability adalah verifikasi yang dapat dilakukan oleh semua pihak

yang berkepentingan terhadap hasil suara sedangkan ballot casting assurance adalah

verifikasi hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh pemilih (setiap pemilih hanya dapat

melakukan verifikasi terhadap surat suaranya masing-masing).

Pada Sistem E-voting Terpusat, penanganan faktor keamanan dan kerahasiaan data

dilakukan pada modul yang berada di TPS. Sistem ini menggunakan metode batch

processing, data disimpan pada komputer TPS, dan kemudian pada saat penghitungan suara

data tersebut dikirimkan ke komputer KPU. Sistem menggunakan suatu kartu kecil yang

menggunakan chip memory untuk penyimpanan suara. Sistem ini sangat menekankan

mengenai metode kriptografi yang digunakan.

Dari beberapa sudut pandang yang berbeda dapat dibuat kesimpulan bahwa sistem E-Vox

mempunyai kelebihan dalam kejelasan mengenai aliran data antar modul. Selain itu, sistem

ini juga baik dalam menjaga kerahasiaan data hasil pemilihan dengan adanya modul

Anonymizer.

Sistem e-VOTE mempunyai kelebihan dalam kemiripan dengan sistem pemilihan umum

yang berlaku di Indonesia saat ini. Kedua sistem tersebut melibatkan aktor-aktor yang

hampir sama. Selain itu, sistem e-VOTE juga menggunakan teknologi yang sama, yaitu

teknologi web.

III-2

Page 3: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

Sistem MarkPledge mempunyai kelebihan dalam verifikasi hasil suara. Hal ini sangat

diperlukan agar hasil perhitungan suara dapat diterima oleh semua pihak dan mampu

meminimalisir tindakan anarkis akibat ketidakpuasan terhadap hasil perhitungan suara yang

sering terjadi di Indonesia.

Sedangkan sistem e-voting terpusat secara khusus memfokuskan diri pada penanganan

masalah keamanan. Sistem ini menggunakan kartu dengan chip memory untuk mengatasi

masalah keamanan tersebut. Sistem e-voting terpusat tersebut mempunyai karakteristik

yang cukup berbeda dengan model yang akan dikembangkan pada tesis ini. Pada tesis ini,

model difokuskan pada penggunaan teknologi web sehingga prosesnya bersifat real time,

sedangkan sistem e-voting terpusat bersifat batch processing.

Perbandingan secara lebih jelas dalam bentuk tabel antara sistem E-Vox, sistem e-VOTE,

sistem MarkPledge, dan sistem e-voting terpusat yang dikembangkan oleh Philip Anderson

Hutapea dapat dilihat pada Lampiran A. Perbandingan Sistem E-Vox, e-VOTE,

MarkPledge, dan E-Voting Terpusat.

III.2 Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan (requirement) sistem e-voting terdiri dari dua tipe kebutuhan yaitu

kebutuhan fungsional dan kebutuhan non fungsional. Secara umum, kebutuhan non

fungsional suatu perangkat lunak terdiri dari empat macam, yaitu:

1. Usability. Usability adalah kebutuhan non fungsional terkait dengan kemudahan

penggunaan sistem atau perangkat lunak oleh user.

2. Reliability. Reliability yaitu kebutuhan terkait kehandalan sistem atau perangkat

lunak termasuk juga faktor keamanan (security) sistem.

3. Portability. Portability adalah kemudahan dalam pengaksesan sistem khususnya

terkait dengan faktor waktu dan lokasi pengaksesan, serta perangkat atau teknologi

yang digunakan untuk mengakses. Perangkat atau teknologi tersebut meliputi

perangkat lunak, perangkat keras, dan perangkat jaringan.

4. Supportability. Supportability adalah kebutuhan terkait dengan dukungan dalam

penggunaan sistem atau perangkat lunak.

III-3

Page 4: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

Berikut ini adalah kebutuhan (requirement) sistem e-voting baik kebutuhan fungsional

maupun kebutuhan non fungsional. Kebutuhan fungsional dan non fungsional tersebut

harus memenuhi persyaratan e-voting yang disebutkan pada bab II.

III.2.1 Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional sistem e-voting adalah sebagai berikut.

1. FR-01. Sistem harus mampu memfasilitasi proses pemilihan umum di Indonesia

yang terbagi menjadi dua tahap, yaitu pemilihan legislatif (anggota DPR atau

DPRD1 atau DPRD 2 dan anggota DPD) dan pemilihan kepala negara atau kepala

daerah.

2. FR-02. Sistem harus mampu melakukan verifikasi data pemilih (voter) pemilihan

umum dan mencatat status pemilih apakah telah melakukan proses pemungutan

suara atau belum. Sistem harus dapat membuktikan apakah seseorang telah

melakukan proses pemilihan atau belum. Kebutuhan ini harus sesuai dengan

persyaratan verifiable participation.

3. FR-03. Pemilih dapat memasukkan pilihannya ke dalam sistem. Kebutuhan ini

harus memenuhi persyaratan democracy yaitu seorang pemilih hanya berhak

memasukkan suara sebanyak satu kali.

4. FR-04. Sistem harus dapat menjumlahkan hasil pemilihan.

5. FR-05. Sistem harus dapat menampilkan data hasil pemilihan secara detail, tetapi

kerahasisaan pemilih tetap terjaga. Kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan

privacy yaitu hasil pemungutan suara harus tidak dapat dihubungkan dengan siapa

yang melakukan pemilihan. Selain itu seorang pemilih tidak dapat membuktikan

hasil pilihannya. Kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan receipt freeness.

6. FR-06. Sistem harus dapat menampilkan rekapitulasi data hasil pemilihan. Data

hasil perhitungan suara harus harus dapat diverifikasi dan dibuktikan bahwa tidak

ada manipulasi terhadap hasil perhitungan suara. Kebutuhan ini sesuai dengan

persyaratan verifiability. Selain itu kebutuhan ini harus sesuai dengan persyaratan

fairness. Setiap orang tidak boleh mengetahui hasil perhitungan suara sebelum

proses pemungutan suara selesai dilakukan.

III-4

Page 5: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

7. FR-07. Penyelenggara dan pengawas dapat melakukan validasi hasil perhitungan

suara. Validasi tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa hasil perhitungan

suara dilakukan dengan tepat atau akurat. Kebutuhan ini harus memenuhi dengan

persyaratan e-voting yaitu accuracy.

III.2.2 Kebutuhan Non Fungsional Kebutuhan non fungsional sistem e-voting adalah sebagai berikut.

1. Usability

a. NR-01. Sistem e-voting mempunyai tampilan (antarmuka) dan mekanisme

pemungutan suara yang mudah untuk dipahami. Antarmuka dan mekanisme

tersebut harus menyerupai mekanisme pemilihan umum secara konvensional

seperti yang masih berjalan saat ini agar mempermudah proses

pembelajaran. Sebagai perbandingan, pemerintah Indonesia membutuhkan

waktu dan biaya yang tidak sedikit hanya untuk melakukan sosialisasi

perubahan mekanisme pemilihan umum tahun 2009. Pada tahun-tahun

sebelumnya, pemilihan dilakukan dengan cara mencoblos sedangkan pada

tahun 2009 pemilihan dilakukan dengan cara mencontreng (√).

b. NR-02. Memfasilitasi pemilih yang sebenarnya mempunyai hak pilih namun

mempunyai keterbatasan secara fisik.

2. Reliability

a. NR-03. Sistem harus dapat berjalan terus tanpa kegagalan akses selama

proses pemungutan suara sampai dengan perhitungan hasil. Jadi sistem e-

voting tersebut harus mempunyai perangkat lunak server, perangkat keras

server, perangkat lunak client, perangkat keras client, dan perangkat jaringan

yang handal.

b. NR-04. Aspek keamanan (security) harus terjamin. Keamanan sistem ini

harus mampu menjamin integritas (integrity) dan kerahasiaan (privacy) data.

Selain keamanan data, keamanan server, client, dan jaringan secara fisik

juga harus benar-benar terjaga.

III-5

Page 6: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

3. Portability

a. NR-05. Sistem dapat diakses dari berbagai lokasi.

b. NR-06. Perangkat client yang digunakan mengakses sistem dapat

bermacam-macam jenis baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat

keras yang digunakan.

4. Supportability

a. NR-07. Sistem e-voting harus mempunyai dokumentasi teknis.

b. NR-08. Sistem e-voting harus mempunyai dokumen manual penggunaan.

c. NR-09. Ada dukungan teknis jika diperlukan.

III.3 Analisis Proses

III.3.1 Aktor Pelaksanaan proses pemungutan suara di Indonesia melibatkan 4 aktor utama. Berikut ini

adalah aktor-aktor yang terlibat dalam pelaksanaan pemungutan suara:

1. Pemilih. Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak untuk

memilih (berusia 17 tahun ke atas atau telah menikah) dan tidak dicabut hak

pilihnya. Pemilih berkewajiban untuk melakukan proses pemilihan dan berhak

untuk mengetahui bahwa tidak ada manipulasi terhadap hasil pemilihan.

2. Peserta pemilu. Peserta pemilu mempunyai kepentingan agar tidak terjadi

kecurangan yang dapat merugikan mereka. Sesuai penjelasan pada Bab II-2, peserta

pemilu ada tiga macam, antara lain sebagai berikut.

a. Partai politik untuk pemilihan anggota DPR, DPRD tingkat 1, dan DPRD

tingkat 2.

b. Wakil partai atau perseorangan untuk pemilihan presiden dan wakil

presiden.

c. Perseorangan untuk pemilihan anggota DPD.

3. Penyelenggara pemilu. Penyelanggara pemilu di Indonesia dilakukan oleh KPU

maupun elemen-elemen di bawahnya. KPU bertanggung jawab untuk melaksanakan

pelaksanaan pemilu dengan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

4. Pengawas pemilu. Pengawas pemilu di Indonesia dilakukan oleh Banwaslu dan

elemen-elemen di bawahnya. Banwaslu bertanggung jawab untuk melakukan

pengawasan dan validasi agar pelaksanaan pemilihan umum dapat memenuhi asas

pemilihan umum yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

III-6

Page 7: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

III.3.2 Proses Berikut ini adalah aktivitas-aktivitas yang terjadi selama pelaksaaan pemungutan suara dan

melibatkan ke empat aktor yang telah disebutkan sebelumnya. Proses-proses tersebut akan

digambarkan keterkaitannya dengan aktor menjadi sebuah diagram use case.

Pada diagram use case di bawah, proses yang ditampilkan hanya proses yang menjadi

bagian dari sistem e-voting sesuai dengan pendefinisian kebutuhan fungsional yang telah

disebutkan pada sub bab III.2.1 Kebutuhan Fungsional.

Sebenarnya proses yang terjadi selama pelaksanaan pemilihan umum masih ada banyak

aktivitas lainnya, tetapi hal tersebut bukan menjadi bagian dari sistem e-voting sehingga

tidak masuk dalam pembahasan.

Gambar III-1 Use case pemilihan umum

III-7

Page 8: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

Berikut ini adalah penjelasan setiap use case pada gambar III-1 Use Case Pemilihan Umum

di atas. Penjelasan tersebut meliputi kode use case, kebutuhan fungsional yang terkait

dengan use case tersebut, deskripsi use case, dan kemudian kondisi sebelum (precondition)

serta kondisi sesudah (postcondition) proses tersebut dilakukan.

Tabel III-1 Deskripsi use case validasi data pemilih

Atribut Keterangan Nama Validasi data pemilih Kode UC-01 Kebutuhan fungsional

FR-01, FR-02

Deskripsi Penyelenggara (KPU) melakukan validasi terhadap data pemilih yang akan ikut serta pemungutan suara.

Precondition Data pemilih telah tersedia. Postcondition Data pemilih yang akan mengikuti pemungutan suara telah

dinyatakan valid.

Tabel III-2 Deskripsi use case login Atribut Keterangan

Nama Login Kode UC-02 Kebutuhan fungsional

FR-02

Deskripsi Pemilih melakukan login untuk mengakses sistem e-voting. Precondition Data pemilih telah tersedia dan telah dinyatakan valid. Postcondition Jika login berhasil maka pemilih berhak mengakses sistem e-

voting, dan jika gagal maka pemilih tidak diperbolehkan mengakses sistem e-voting.

Tabel III-3 Deskripsi use case memasukkan pilihan

Atribut Keterangan Nama Memasukkan pilihan Kode UC-03 Kebutuhan fungsional

FR-03

Deskripsi Pemilih memasukkan pilihan sesuai yang diharapkan. Precondition Data peserta (partai atau perseorangan) yang akan dipilih telah

tersedia. Pemilih telah melakukan login.

Postcondition Data hasil pilihan tersimpan.

III-8

Page 9: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

Tabel III-4 Deskripsi use case menjumlahkan pilihan Atribut Keterangan

Nama Menjumlahkan pilihan Kode UC-04 Kebutuhan fungsional

FR-04

Deskripsi Sistem melakukan penjumlahan hasil pilihan yang telah dimasukkan oleh para pemilih.

Precondition Data hasil pilihan telah dimasukkan oleh para pemilih Waktu proses pemilihan telah selesai.

Postcondition Proses perhitungan suara telah selesai dilakukan.

Tabel III-5 Deskripsi use case melihat hasil pemilihan Atribut Keterangan

Nama Melihat hasil pemilihan Kode UC-05 Kebutuhan fungsional

FR-05, FR-06

Deskripsi Pemilih, pengawas, dan peserta dapat melihat atau memantau hasil perhitungan suara.

Precondition Proses pemilihan telah selesai. Proses perhitungan suara telah selesai dilakukan.

Postcondition Hasil perhitungan suara ditampilkan.

Tabel III-6 Deskripsi use case logout Atribut Keterangan

Nama Logout Kode UC-06 Kebutuhan fungsional

FR-02

Deskripsi Pemilih melakukan logout setelah selesai memasukkan suara Precondition Pemilih telah melakukan login Postcondition Session dihapus

Tabel III-7 Deskripsi use case memantau data pemilih

Atribut Keterangan Nama Memantau data pemilih Kode UC-07 Kebutuhan fungsional

FR-02

Deskripsi Penyelenggara dapat memantau data para pemilih yang telah memberikan suaranya.

Precondition - Postcondition Jumlah pemilih yang telah melakukan pemungutan suara telah

diketahui.

III-9

Page 10: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

Tabel III-8 Deskripsi use case validasi data hasil perhitungan Atribut Keterangan

Nama Validasi data hasil perhitungan Kode UC-08 Kebutuhan fungsional

FR-07

Deskripsi Penyelenggara dan pengawas dapat melakukan validasi terhadap hasil perhitungan suara

Precondition Proses perhitungan suara telah selesai dilakukan Postcondition Data hasil perhitungan suara dinyatakan valid

III.4 Aspek Sistem E-Voting Selain analisis kebutuhan sistem e-voting yang telah dilakukan sebelumnya, ada beberapa

aspek yang harus juga diperhatikan. Aspek ini sangat mempengaruhi pelaksanaan e-voting.

Berikut ini adalah beberapa aspek yang mempengaruhi suatu sistem e-voting dapat berjalan

dengan baik.

1. Teknologi. Aspek teknologi merupakan aspek yang paling menonjol pada sistem e-

voting jika dibandingkan dengan sistem voting secara manual. Penggunaan

teknologi selain memberikan banyak peluang baru misalnya terkait dengan biaya

yang lebih murah, waktu yang lebih cepat, ketepatan hasil penghitungan suara, dan

lain sebagainya. Selain itu, penggunaan teknologi juga memunculkan ancaman baru

khususnya terkait dengan keamanan data hasil pemilihan. Dengan pemanfaatan

teknologi menunculkan celah-celah keamanan yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan pemungutan suara secara manual. Oleh karena itu, banyak penelitian tentang

e-voting yang memfokuskan pada aspek keamanan (security).

2. Hukum. Aspek hukum merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada sistem e-

voting. Sistem e-voting digunakan sebagai perwujudan untuk menegakkan

demokrasi pada suatu negara sehingga penerapannya harus sesuai dengan hukum

yang berlaku. Penerapan sistem e-voting tidak akan berjalan dengan baik apabila

tidak ada penyesuaian hukum yang berlaku dengan sistem e-voting yang akan

diterapkan.

3. Sosial. Aspek sosial sering kali terabaikan dalam pembahasan suatu sistem e-voting.

Padahal, sebuah sistem khususnya terkait dengan teknologi akan berjalan dengan

baik apabila sistem tersebut sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang ada.

Misalnya ada sebuah sistem e-voting yang memenuhi hampir semua persyaratan

yang ada tidak diterima oleh masyarakat karena sistem tersebut mensyaratkan

III-10

Page 11: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

prosedur pemakaian yang rumit padahal tingkat pendidikan masyarakat masih

cukup rendah. Jadi analisis mengenai syarat apa yang lebih penting bagi masyarakat

tersebut sangat diperlukan agar sistem e-voting dapat diterima dan berjalan dengan

baik.

4. Prosedur operasional. Prosedur operasional merupakan prosedur pengoperasian

sistem e-voting. Prosedur ini meliputi operasi sistem secara manual, proteksi

terhadap sistem secara fisik, dan lain sebagainya.

III.5 Keamanan Sistem E-Voting Berdasarkan karakteristik keamanan sistem, khususnya sistem berbasis web yang ada pada

sub bab II.5.2 mengenai Keamanan Web, sistem e-voting mempunyai karakteristik yang

sama seperti sistem keuangan seperti yang ditunjukkan pada gambar III-2. Sistem e-voting

mempunyai titik berat keamanan sistem pada bagian integrity (integritas data).

Kecenderungan tersebut karena integritas data pada sistem e-voting merupakan bagian yang

paling penting agar sistem e-voting mampu memberikan hasil sesuai harapan.

Gambar III-2 Karakteristik Sistem E-voting

Berikut ini adalah aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam mengelola keamanan sistem

e-voting.

1. Kontrol akses terhadap sistem.

a. Kontrol akses terhadap perangkat lunak termasuk pengelolaan password

untuk mengakses sistem dan sistem operasi.

b. Kontrol akses terhadap perangkat keras.

III-11

Page 12: BAB III ANALISIS - · PDF fileanalisis terhadap sistem lain yang dijadikan sebagai acuan dalam ... yaitu pemilihan legislatif (anggota ... pengawasan dan validasi agar pelaksanaan

c. Kontrol akses terhadap jaringan komunikasi.

d. Pengawasan terhadap akses yang diberikan.

2. Keamanan sistem secara fisik.

a. Keamanan lokasi tempat melakukan pemungutan suara.

b. Keamanan lokasi tempat penyimpanan server sistem e-voting.

3. Keamanan perangkat lunak sistem.

a. Keamanan terkait instalasi perangkat lunak dan sistem operasi.

b. Perlindungan dari aplikasi jahat misalnya virus, trojan horse, dll.

c. Keamanan dan integritas data.

4. Keamanan jaringan sistem.

a. Melakukan enkripsi jika memanfaatkan jaringan yang dapat diakses publik.

b. Memanfaatkan jaringan komunikasi yang aman misalnya menggunakan

VPN (Virtual Private Network).

III-12