bab ii.doc

16
BAB II Hakikat Pendidikan BAB II HAKIKAT PENDIDIKAN Tujuan Khusus Pelajaran Setelah mempelajari Pokok Bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat 1. menjelaskan pengertian pendidikan dalam kaitan belajar untuk menghadapi perubahan, 2. menjelaskan ilmu pendidikan sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri, 3. menjelaskan hubungan pendidikan sebagai suatu tindakan dan pendidikan sebagai suatu ilmu, 4. menjelaskan perbedaan pengertian konsep pendidikan dan sekolah, 5. menjelaskan pengertian pendidikan sebagai suatu proses sepanjang hayat, 6. menjelaskan komponen-kompoen sistem pendidikan, dan 7. menjelaskan hubungan komponen-komponen dalam sistem pendidikan. HAKIKAT PENDIDIKAN Pembahasan tentang hakikat pendidikan diartikan sebagai kupasan secara konseptual terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari maupun tidak disadari manusia telah melaksanakan pendidikan mulai dari keberadaan manusia pada zaman primitif sampai zaman modern (masa kini), bahkan selama masih ada kehidupan manusia didunia pendidikan akan tetap berlangsung. Kesadaran akan konsep tersebut diatas menunjukkan bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan. Artinya sebagai pertanda bahwa manusia sebagai makluk budaya yang salah satu tugas kebudayaan itu tampak pada proses pendidikan (Syaifullah,1981). Padangan tentang pendidikan sebagai gejala kebudayaan akan meletakkkan dasar-dasar dalam pendidikan pada: Manusia sebagai makhluk budaya; Perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan kebudayaan; dan segala aktifitas pendidikan tentu harus memiliki kesejajaran tujuan. Peletakan dasar bahwa mansia sebagai makhluk budaya merupakan suatu pengakuan hanya manusialah yang berhak disebut sebagai makhluk berbudaya, karena hanya manusialah yang mampu menciptakan nilai-nilai kebudayaan dan sekaligus membedakan antara manusia dengan makhkluk lainnya di dunia ini. Pengakuan manusia sebagai makhluk budaya memiliki PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN 16

Upload: feryo-permana

Post on 27-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

BAB IIHAKIKAT PENDIDIKAN

Tujuan Khusus PelajaranSetelah mempelajari Pokok Bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat 1. menjelaskan pengertian pendidikan dalam kaitan belajar untuk menghadapi

perubahan,2. menjelaskan ilmu pendidikan sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri,3. menjelaskan hubungan pendidikan sebagai suatu tindakan dan pendidikan sebagai

suatu ilmu,4. menjelaskan perbedaan pengertian konsep pendidikan dan sekolah,5. menjelaskan pengertian pendidikan sebagai suatu proses sepanjang hayat,6. menjelaskan komponen-kompoen sistem pendidikan, dan7. menjelaskan hubungan komponen-komponen dalam sistem pendidikan.

HAKIKAT PENDIDIKANPembahasan tentang hakikat pendidikan diartikan sebagai kupasan secara

konseptual terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari maupun tidak disadari manusia telah melaksanakan pendidikan mulai dari keberadaan manusia pada zaman primitif sampai zaman modern (masa kini), bahkan selama masih ada kehidupan manusia didunia pendidikan akan tetap berlangsung. Kesadaran akan konsep tersebut diatas menunjukkan bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan. Artinya sebagai pertanda bahwa manusia sebagai makluk budaya yang salah satu tugas kebudayaan itu tampak pada proses pendidikan (Syaifullah,1981). Padangan tentang pendidikan sebagai gejala kebudayaan akan meletakkkan dasar-dasar dalam pendidikan pada: Manusia sebagai makhluk budaya; Perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan kebudayaan; dan segala aktifitas pendidikan tentu harus memiliki kesejajaran tujuan.

Peletakan dasar bahwa mansia sebagai makhluk budaya merupakan suatu pengakuan hanya manusialah yang berhak disebut sebagai makhluk berbudaya, karena hanya manusialah yang mampu menciptakan nilai-nilai kebudayaan dan sekaligus membedakan antara manusia dengan makhkluk lainnya di dunia ini. Pengakuan manusia sebagai makhluk budaya memiliki kesamaan pandangan dengan pernyataan yang menyatakan manusia sebaai makhluk yang dapat dididik (animal educable), makhluk yang harus dididik (animal educandum) dan makhluk yang aktif (animal educandus).

Asas perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan kebudayaan menunjukkan bahwa pendidikan selalu dalam keadaan berubah sesuai perkembangan kebudayaan. Pendidikan merupakan cerminan dari nilai-nilai kebudayaan yang berlaku sekarang, atau pada saat terterntu. Suatu kenyataan bahwa konsep-konsep pendidikan dapat dipahami dari aktifitas pendidikan atau institusi-institusi pendidikan. Kesejajaran perkembangan pendidikan dan kebudayaan ini, mengharuskan adanya dua sifat yang harus dimiliki pendidikan yaitu bersifat reflektif dan progresif.

Aktifitas pendidikan berlangsung baik secara formal maupun informal. Baik pendidikan yang formal maupun informal memiliki kesamaan tujuan yaitu sesuai dengan filsafat hidup dari masyarakat. Pengakuan akan pendidikan sebagai gejala kebudayaan tidak membedakan adanya pendidikan formal, informal dan formal, semuanya merupakan aktifitas pendidikan yang seharusnya memiliki tujuan yang sama. Dari sisi lain dapat dinyatakan bahwa pendidikan bukan hanya berlangsung di lingkungan sekolah saja, tetapi juga belangsung di ru lingkungan keluarga dan masyarakat.

Mendasarkan pada uraian diatas maka pembahasan tentang hakikat pendidikan merupakan tinjauan yang menyeluruh dari segi kehidupan manusia yang menampakkan

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

16

Page 2: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

konsep-konsep pendidikan. Karena itu pembahasan hakikat pendidikan meliputi pengertian-pengertian: pendidikan dan ilmu pendidikan; pendidikan dan sekolah; dan pendidikan sebagai aktifitas sepanjang hayat. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi 1) Tujuan pendidikan, 2) Peserta didik, 3) Pendidik, 4) Interaksi sfektif antara peserta didik dengan pendidik, 5) Isi pendidikan, 6) Konteks yang mempengaruhi suasana pendidikan.

PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKANPemahaman terhadap konsep pendidikan setidaknya berorientasi pada dua aktifitas

utama yaitu pendidikan sebagai tindakan manusia sebagai usaha membimbing manusia yang lain (educational practice), dengan pendidikan sebagai ilmu pendidikan (educational thought). Pendidikan sebagai suatu tindakan sudah berlangsung lama sebelum orang berfikir tentang bagaimana mendidik. Bahkan dapat dikatakan pendidikan dalam artian ini sudah ada sejak leberadaan manusia di dunia ini, sedangkan pendidikan sebagai ilmu baru lahir kira-kira pada abad 19.

Dua pengertian tersebut oleh prof. Gununing dibedakan dengan dua persitilahan, yaitu Paedagogie untuk pendidikan dalam artian praktik dan Paedagogiek untuk ilmu pendidikan atau yang berhubungan dengan teori pendidikan yang mengutamakan perenungan atau pemikiran ilmiah (Siwarno 1982).

Dari kenyataan tersebut di atas E. H Wilds menggambarkan :Education is as old as life itself; … Education, concious or unconcious, organizes or unorgasized, has always existed, playing an in area singly role in the drama of human progress………………………………Education took palse long before anyone thought abaout it; there writing about education long before was problem of education.

Dalam kenyataan manusia menunjukkan bahwa pendidikan dalam artian pembimbingan sudah berlangsung sejak zaman primitif. Kegiatan pendidikan terjadi dalam hubungan orang tua dengan anak. Orang tua mengajak anak laki-laki pergi kebudayaan ladang, berburu agar anak memiliki ketrampilan berladang dan berburu. Seorang ibu membimbing anak untuk bekerja di lingkungan keluarga, agar anaknya memiliki kemampuan dalam mengurus kehidupan rumah tangga. Masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang lain yang merupakan aktifitas pendidikan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.

Dari tinjauan sejarah pendidikan kelahiran ilmu pendidikan diawali dengan lahirnya tokoh-tokoh pemikir dalam bidang pendidikan. Pada abad 18 lahirlah tokoh-tokoh seperti J. A Comeniu, John Locke, Jean Jaques Rousseau, Immanuelkant dan J. J Pestalozzi. Sedangkan tokoh-tokoh pendidikan abad 19 hingga awal abad 20 diantaranya adalah Herbart, Frobel, Montessori, John Dewey dan lain-lain.bermula dari pemikir-pemikir tersebut maka ilmu pendidikan terus berkembang hingga saat ini.

Ilmu pendidikan atau Paedagogiek adalah teori pendidikan perenungan tentang pendidikan dalam arti yang luas. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan (Brojonegoro, 1986). Ilmu pendidikan telah berkembang dan memenuhi persyaratan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Ilmu pengetahuan dapat berdiri sendiri apabila telah memenuhi persyaratan yaitu 1) memiliki objek sendiri, 2) methode penyelidikan, 3) sistematika, dan 4) tijuan sendiri.

Objek Ilmu Pendidikan

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

17

Page 3: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

Ilmu pendidikan memiliki objek yang menjadi lapangan penyelidikannya yang terdiri dari objek forma dan objek materi. Objek forma adalah lapangan atau bahan penyelidikan suatu ilmu, sedangkan objek materi adalah sudut tinjauan dari suatu ilmu. Objek materi dari ilmu pendidikan adalah manusia,sedang objek formanya adalah kegiatan manusia membimbing perkembangan manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Ilmu pendidikan dimungkinkan memiliki objek materi yang sama dengan ilmu pengetahuan lainnya namun berbeda dalam objek formanya. Dari objek forma inilah ditemukan permasalahan pendidikan, yang menjadi bahasan suatu ilmu yang disebut ilmu pendidikan.

Metode Penelitian Ilmu PendidikanIlmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan memiliki metode penelitian yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode tersebut mencakup metode untuk mengumpulkan data maupun metode untuk mengolah data. Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui observasi, tes, interview, angket dan lain-lain. Metode untuk menganalisis data dapat menggunakan data analisis statistik maupun non statistik. Metode berfikir yang digunakan menganalisis dapat menggunakan metode induktif ataupun deduktif.

Sistematik dalam ilmu pendidikan Sistem adalah susunan persoalan-persoalan yang teratur, sehingga merupakan suatu

kesatuan yang organis, sehingga antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan tidak dapat terpisahkan. Ilmu pendidikan memiliki persoalan-persoalan yang terssusun secara sistematis sehingga merupakan suatu kesatuan yang saling terkait. Terdapat berbagai variasi dalam komponen sistem pendidikan, namun ada beberapa hal yang selalu ada dalam sistem tersebut adalah (1) tujuan pendidikan, (2) pendidik, (3) peserta didik, (4)interaksi pendidikan, dan(5) lingkungan pendidikan.

Tujuan Ilmu Pendidikan Dalam pengembangan ilmu pendidikan memiliki dua tujuan yang ingin dicapai

yaitu untuk pengembangan suatu ilmu, yang berorientasi pada kebenaran suatu ilmu itu sendiri. Dengan cara ini akan menghasilkan ilmu teoritis murni yang tidak menghiraukan kegunaannya dalam praktik. Di samping tujuan tersebut ilmu pendidikan mengembangkan ilmu yang selanjutnya dapat digunakan dalam praktik pendidikan sehari-hari. Hal yang demikian ini sering disebut dengan ilmu bersifat praktis. Artinya teori yang ditemukan harus berorientasi pada praktik, atau dapat dipraktikan.

PENDIDIKAN DAN SEKOLAHDua istilah yang sering dikaburkan, kalau tidak dipertentangkan adalah pendidikan

dan sekolah (education Vs schooling). Pendidikan dan sekolah dua konsep yang sulit untuk dipisahkan, karena pada umumnya manusia tidak memandang perbedaan keduanya. Sebagian besar manusia memandang keduanya merupakan konsep yang berkesinambungan.

Satu hal yang perlu dipahami bahwa sekolah merupakan bagian dari pendidikan, yang memiliki peranan penting. Sekolah memiliki kedudukan penting karena sekolah diperlukan untuk melanjutkan perkembangan suatu masyarakat; sekolah merupakan sumber utama bagi masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.

Pendidikan pada sisi lain merupakan suatu konsep yang luas. Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, disamping masih banyak lagi yang termasuk dalam konsep pendidikan dan berlangsung tidak dalam bentuk pendidikan formal dengan sistem kelas.

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

18

Page 4: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

Pendidikan dalam artian luasdpt terjadi dimana-mana. Hanya saja kebiasaan masyarakat jika berbicara tentang pendidikan umumnya memasuki sekolah. Hal itu pun tidak salah karena pengertian sempit dari pendidikan adalah persekolahan

Bertolak dari uraian tersebut diatas penggunaan istilah sekolah mengarah pada pendidikan formal yang berlangsung dalam sekolah. Sedangkan pendidikan istilah yang digunakan untuk segala pengalaman belajar baik yang terjadi dalam sekolah maupun diluar sekolah.

John A. Laska, mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut :Education is one of the most important activities in which human beings engange. It is by means of the educative process and its role intransmitting the cultural heritage from one generation to the next that human societies are able to meintain their existence. But education does more than just help us to keep the kind of society we already have; it is also one of the major ways in which people try to change or improve their societies…..

Berdasarkan definisi tersebut di atas, pengertian pendidikan memiliki ciri sebagai berikut : 1) Pendidikan merupakan proses sepanjang hayat, 2) Pendidikan merupakan suatu aktifitas yang terbuka, dan 3) Pendidikan mencakup pengertia pendidikan formal dan informal.

Pendidikan merupakan proses sepanjang hayat.Hanya dalam jangka waktu beberapa jam dari kelahiran, seorang bayi mulai

mengadakan eskplorasi terhadap lingkungannya. Seorang bayi belajar bahwa menangis akan mendatangkan perhatian orang lain, yang merupakan pemuasan kebutuhan mereka. Proses pendidikan berjalan sejajar dengan pertumbuhan individu. Anak-anak belajra bagaimana memberikan respon terhadap kasih sayang, bagaimana memegang suatu dengan tangan, bagaimana menggerakkan benda atau orang. Semua aktifitas tersebut bukan hasil pengajaran tetapi mereka pelajari dari lingkungannya. Dengan demikin tampak bahwa pendidikan akan berlangsung terus sepanjang hidup manusia.Pendidikan merupakan suatu aktifitas yang terbuka.

Proses pendidikan dapat terjadi pada berbagai bentuk dan berbagai situasi dan dengan berbagai pembimbing pengalaman belajar. Pendidikan dapat bertempat dirumah, dilingkungan tetangga, dijalan, di ladang dan dimana saja. Pengalaman belajar dapat berasal dari orang tua, saudara, kakek nenek, televisi, buku-buku, rekaman dan lain-lainnya. Hal itu semua menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah saja tetapi dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

Pendidikan mencakup formal dan informal.Pendidikan yang terjadi pada situasi belajar yang berstruktur dikatakan pendidikan

formal. Pada masyarakat yang sudah maju pendidikan semacam ini berlangsung di sekolah dan kita sebut persekolahan. Lembaga penyelenggara pendidikan mungkin pemerintahan atau lembaga non-pemerintahan seperti lembaga keagamaan, lembaga sosial lain yang peduli terhadap pelaksanaan pendidikan. Aktifitas dan kegiatan belajar ditata sercara terstruktur untuk memenuhi kebutuhan tertentu, yang biasanya diformalkan dalam bentuk kuikulum.

Sedangkan pendidikan informal biasanya tidak terstruktur. Pendidikan ini dapat berlangsung pada berbagai situasi, mungkin dalam keluarga, teman sebaya, pada perjalanan, lingkungan bermain, tempat kerja dan kelompok-kelompok olah raga. Pendidikan informal yang paling dominan terjadi pada media masa. Anak-anak dan remaja menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengikuti program-program televisi pada

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

19

Page 5: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

setiap minggu. Beberapa pendidik percaya bahwa pengalama yang diprolehnya memberikan pengaruh yang besar pada pola pemeikrian, sosial dan perkembangan sikap.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertempat pada suatu lembaga yang diberi nama lembaga sekolah. Pendidikan formal atau sekolah diikuti setelah anak-anak dipersiapkan dalam pendidikan keluarga, dan lembaga lain yang dibentuk oleh masyarakat untuk persiapan tersebut. Beberapa ciri sekolah adalah 1) dibatasi oleh waktu , 2) berorientasi pada kerja, dan 3) memiliki tujuan pembelajaran yang jelas.

Sekolah dibatasi oleh waktu.Siswa dibatasi oleh aturan usia memasuki sekolah, untuk pendidikan dasar pada

usia 6 sampai 12/13 tahun. Pendidikan menengah setelah tamat pendidikan dasr. Perguruan tinggi ditempuh setelah tamat pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Masa belajapun dibatasi untuk pendidikan dasar selama 9 tahun, pendidikan menengah 3 tahun. Perguruan tinggi 4 sampai 7 tahun untuk strata satu, dan seterusnya.

Sekolah berorientasi pada kerja.Fokus dari suatu kurikulum yang dijabarkan pada pengalaman belajar, diarahkan

pada pengetahuan spesifik dan ketrampilan spesifik untuk memasuki dunia kerja. Beberapa kurikulum sangat spesifik berorientasi pada satu jenis pekerjaan. Sekolah-sekolah kejuruan sebgai contoh dari kurikulum yang spesifik. Pada sisi lain kurikulum mempersiapkan siswa untuk kerja yang berorientasi pada kebutuhan masa depan.

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

20

Page 6: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

Sekolah memiliki tujuan pembelajaran yang jelas.Mungkin karakteristik ini yang membedakan antara sekolah denan pendidikan

lainnya. Suatu kurikulum sekolah telah didesain dengan tujuan yang spesifik dan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tersebut direncakana dan ditata sehingga pengalaman belajar dapat berlangsung dan bermakna. Hal ini tentunya berbeda dengan pendidikan yang tidak direncanakan secara specifik dan pengalaman belajarpun akan terjadi diluar perhitungan atau mungkin tidak bermakna.

PENDIDIKAN BERLANGSUNG SEPANJANG HIDUP (LIFE PROSES)Konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Prof. De. M.J Langeveld, yang

membatasi proses pendidikan dari mulai anak mengerti dan mengakui akan kewibawaan sampai pada anak/manusia tunduk kepada kewibawaannya sendiri, yaitu telah mencapai taraf kedewasaan tidak dapat sepenuhnya diterima. Hal ini didasrkan pada konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada pendidikan formal di sekolah, dan tidak pula dibatsi oleh waktu dan umur anak. Konsekuensi pandangan pendidikan sebagai gejala kebudayaan membwa dampak pada pengakuan bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hidup dan kehidupan manusia.

Pandangan tersebut diatas sejajar dengan gagasan dasar pendidikan yang harus dikonsepsikan secara formal sebagai proses yang terus menerus dalam kehidupan individu, mulai masa kanak-kanak sampai dewasa (Cropley, 1974). Hal ini didukung oleh pendapat Stephens (1987) belajar dan mengajar adalah peristiwa wajar yang terjadi pada makhluk manusia secara terus-menerus berlangsung dengan cara yang spontan bahkan tanpa disadari melaukannya. Karena itulah belajar harus didukung dan dibantu dari buaian sampai dewasa.

Kenyataan bahwa manusia berkembang melalui proses pendidikan, melahirkan suatu pandangan bahwa pendidikan pada dasarnya sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personel sepanjang hidup. Hal ini didasari adanya perubahan sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan pekerjaandan tuntutan kebutuhan orang dewasa, kesemuanya semakin menuntut peranan pendidikan sepanjang hayat. Artinya pendidikan yang berlangsung terus menerus, tidak hanya pada pendidikan formal (sekolah) saja.

KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN.Setelah membahas konsiep-konsep dasar pendidikan, timbullah pemikiran tentang

hal-hal apakah yang terdapat dalam proses pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarahkan pada pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu 1) tujuan pendidikan, 2) peserta didik, 3) isi pendidikan, dan 6) konteks yang memepengaruhi suasana pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.Tujuan Pendidikan.

Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

21

Page 7: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah, 1981). Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkahlaku manusia akan menjiwai tingkahlaku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.

Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tuuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.

Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari 1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945), 2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional), 4) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah), 5) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan 6) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Denga demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

Peserta DidikPerkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja

memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.

Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :

Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbdeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.

Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak dididk.

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

22

Page 8: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

PendidikanSalah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat

beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebgai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidi adalah 1) orang dewasa, 2) orang tua, 3) guru/pendidik, dan 4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.

Orang DewasaOrang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang

dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah sebagai berikut : (1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap, (2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik, (3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri, (4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif, (5) manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah 18 th, (6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat, (7) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga, dan (8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.

Orang TuaKedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam

lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang memikirkan tentang pendidikan. Secara umum dapat dikatan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. Sebagaimana telah dikemukakan dalam bahasan di atas, bahwa kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

23

Page 9: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

Guru/Pendidik di SekolahGuru sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung

mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yangingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin KeagamaanSelain orang dewasa, orang uta dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin

keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.

Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak DidikProses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara komponen-

komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.

Pendidikan berdasarkan kewibawaan dpat dicontohkan dalam peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan, maka belau ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasrkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) (Syaifullah, 1982).

Alat pendidikan adalh suatu situasi atau perbuatan dengan situasi atau perbuatan tersebut akan dicapai tujuan pendidikan. Tindakan pendidik untuk menciptakan ketenangan agar tercapai tujuan pendidikan tertentu dalam proses pengajaran, atau melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, umpamanya nasihat, teguran, hukuman dan teguran agar anak mau berbakti pada orang tua.

Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu metode diktatorialm metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia, sehingg pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.

Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai denan kodratnya secara bebas atau liberal.

Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat mengasai anak, tetapi harus bersifat

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

24

Page 10: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

membimbig perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa,ing ngarsa asung tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.

Isi PendidikanIsi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk

mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.

Lingkungan PendidikanLingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini

didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari hubungan lingkungan denan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld linkgungan pendidikan menjadi lingkunganyang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat kenedaan, segala sesuatu yang ada di sekeliling anak.

Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, David G. Dkk. 1981. Education An Introduction. New York : Macmiltan Publishing C.Inc.

Cropley, A.J. Pendidikan Seumur Hidup Suatu Analisis Psikologis, diterjemahkan oleh Sarjan Kadir, Surabaya : Usaha Nasional.

Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Karya Dewantara. Bagian pertama. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Dewantara, Ki Hajar.1989.Undang-Undang Republik Indonesia No 2TH 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional .Jakarta : Armas Duta Jaya

Ellis, Arthur K,dkk.1991. Introduction to the foundation of education. Baston :Allyn and bacon

Indrakusuma, Amier Daien.1980. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang

Langeveld H.J. 1955. Beknopte Theoretische Paedagogiek, Terjemahan Tiga Serangkai. Yogyakarta : HMI COM

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

25

Page 11: BAB II.doc

BAB II Hakikat Pendidikan

Moore, T.W. 1974. Educational Theory and Introduction. London : Routledge & Kegan Paul.

Reitmon, Sandford W.1977. Foundation or Education for Prospective Teachers. Toronto : Allyn and Bacom, Inc

Sayifullah, Ali. 1982. Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan. Surabaya : Usaha Nasional

Suwarno,1981. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Aksara BaruTim Dosen FIP IKIP MALANG. 1981. Pengantar dasar-dasar Kependidikan.

Suarabaya : Usaha Nasional

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

26