bab ii zamilan akper pemkab muna
TRANSCRIPT
BAB II
TINJUAUN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Appendicitis adalah peradangan appendiks yang relative sering di
jumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas, atau timbul setelah obstruksi
appendiks oleh tinja, atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh
darahnya (Corwin, 2001).
Appendicitis adalah peradangan yang menyebar ke permukaan
peritoneum parietal yang sakitnya menetap, lebih hebat dan bertambah berat
bila bergerak (Doenges, 2000).
Appendicitis adalah perasaan sakit yang secara mendadak pada daerah
kwadran kanan bawah yang disertai mual, muntah ( Brunner dan Suddarth,
2002).
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa appendikscitis
adalah peradangan pada appendiks yang sertai dengan gejala mual, munta
serta nyeri perut kanan bawah.
2. Anatomi Dan Fisiologi Appendicitis
Appendicitis merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang
tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.
9
a. Letak appendiks.
Appendiks terletak di ujung sackum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo
saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada
pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara
klienik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3
tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.
b. Ukuran dan isi appendiks.
1) Panjang appendiks rata-rata 6 – 9 cm.
2) Lebar 0,3 – 0,7 cm.
3) Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan
musin.
c. Posisi appendiks.
1) Laterosekal: di lateral kolon asendens.
2) Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen.
3) Pelvis minor.
d. Macam-macam appendicitis.
1) Appendicitis acut, dibagi atas:
a) Appendicitis acut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh
akan timbul striktur local.
b) Appendicitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
10
2) Appendicitis kronis, dibagi atas:
a) Appendicitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan
timbul striktur local.
b) Appendicitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.
3. Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
faktor predisposisi yaitu:
a. Menurut kapita selekta kedokteran bahwa faktor yang tersering adalah
obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi oleh karena :
1) Hiperplasia dari folikel limpoid, ini merupakan penyebab yang
terbanyak.
2) Adanya faecolit dalam lumen appendiks.
3) Adanya benda asing yang keras seperti biji-bijian.
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari kolon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptokokus.
c. Faktor sex
Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30
tahun (remaja dan dewasa). Ini disebabklan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
11
d. Tergantung pada bentuk appendiks.
1) Appendiks yang terlalu panjang.
2) Messo appendiks yang pendek.
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen apendiks.
4) Kelainan katup di pangkal apendiks.
4. Patofisiologi
Appendicitis merupakan suatu peradangan apendiks yang mengenai
semua lapisan dinding organ tersebut. Keadaan yang sering menunjukkan
appendicitis adalah obstruksi lumen, biasanya oleh fecalit (faeces keras).
Penyumbatan pengeluaran secret mucus mengakibatkan
pembengkakan, infeksi, peningkatan intra luminal dapat menyebabkan oklusi
(penyumbatan) dari arteri appendikularis. Bila keadaan ini berlangsung terus
biasanya mengakibatkan nekrosis dan perforasi.
Pada kasus appendicitis akut gejala-gejala permulaannya adalah: sakit
atau perasaan yang tidak enak sekitar umbilicus diikuti anoreksia, mual dan
muntah.
Gejala umumnya lebih dari satu atau dua hari, dalam beberapa jam
rasa sakit bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan
sekitar Mc. Burney, kemudian mungkin terdapat spasme otot dan nyeri lepas.
Biasanya ditemukan demam ringan dan lekositosis.
12
5. Manifestasi Klinik
a. Keluhan utama pada appendicitis adalah rasa sakit. Rasa sakit di perut
yang berlangsung lebih dari 6 jam harus dipertimbangkan dengan
seksama. Rasa sakit ini disebabkan oleh karena penyumbatan appendiks
dan sifatnya sama dengan rasa sakit yang disebabkan oleh obstruksi usus.
Pada mulanya rasa sakit hilang timbul seperti kolik, oleh karena
persarafan dari appendiks dan usus halus sama. Penderita merasa kalau
flatus atau buang air besar akan mengurangi rasa sakit.
Manifestasi dari nyeri:
1) Permulaan rasa sakit terasa di epigastrium atau sekitar umbilicus.
2) Timbul rasa nyeri local pada daerah Mc. Burney. Peradangan ini akan
menembus sampai ke serosa dan peradangan serosa akan menjalar ke
peritoneum parietale setempat.
3) Setiap gerakan akan menimbulkan nyeri, rasa sakit hebat dan nyeri
berubah menjadi tajam dan terus menerus.
4) Bila terjadi perforasi rasa sakit sekonyong-konyong hilang, tapi hanya
sebentar saja kemudian disusul oleh rasa sakit yang hebat pada seluruh
perut karena terjadi peritonitis.
b. Anoreksia hampir selalu terjadi.
c. Muntah merupakan hal yang karakteristik, muntah ini terjadi setelah rasa
sakit.
d. Biasanya konstipasi.
13
e. Sering terjadi diare terutama pada anak-anak dan terutama pada klien yang
appendiksnya terletak pada dekat rectum.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas
anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting
adalah:
1) Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu
kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
2) Muntah oleh karena nyeri viseral.
3) Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
4) Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
b. Pemeriksaan yang lain
1) Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,
tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah
infiltrat, local infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan
kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
14
2) Test rectal.
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita
merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Lekosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada appendicitis akut dan
perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi.
2) Hb (hemoglobin) nampak normal.
3) Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis
infiltrat.
4) Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
d. Pemeriksaan radiology.
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa appendicitis
acut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan
gambaran sebagai berikut:
1) Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan.
2) Kadang ada fecolit (sumbatan).
3) Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma
15
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Pre Dan Post Operatif
Appendiktomi
1. Asuhan Keperawatan Pre Operatif.
Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik
maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang
peistiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan
fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam
periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas
atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.
Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan asuhan
keperawatan harus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengkajian Pre Operatif.
1) Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2) Identitas penanggung
3) Riwayat kesehatan sekarang.
a) Keluhan utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah.
b) Timbul keluhan
16
Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah
nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.
c) Sifat keluhan
Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama.
d) Keluhan yang menyertai
Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
b) Berat badan
Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
c) Sirkulasi
Klien mungkin takikardia.
d) Respirasi
Takipnoe, pernapasan dangkal.
e) Aktivitas/istirahat
Malaise.
17
f) Eliminasi
Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi
abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak
ada bising usus.
g) Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.
Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekskresi kaki
kanan/posisi duduk tegak.
h) Keamanan
Demam, biasanya rendah.
i) Data psikologis
- Klien nampak gelisah.
- Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
- Ada perasaan takut.
- Penampilan yang tidak tenang.
6) Diagnosa Keperawatan
a) Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya
rasa mual dan muntah.
b) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
18
c) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
d) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan informasi kurang.
b. Perencanaan.
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan
prioritas masalah keperawatan.
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa
mual dan muntah, ditandai dengan :
- Kadang-kadang diare.
- Distensi abdomen.
- Tegang.
- Nafsu makan berkurang.
- Ada rasa mual dan muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan
kriteria :
- Klien tidak diare.
- Nafsu makan baik.
- Klien tidak mual dan muntah.
Intervensi :
a) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional :
Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
19
b) Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional :
Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan
membutuhkan peningkatan cairan.
c) Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional :
Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh, ditandai dengan :
- Suhu tubuh di atas normal.
- Frekuensi pernapasan meningkat.
- Distensi abdomen.
- Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney
- Leuco > 10.000/mm3
Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteria :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi
panas, kemerahan).
Intervensi :
a) Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang
mungkin ada melalui prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional :
20
Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan
mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat
terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.
b) Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan
klisma.
Rasional :
Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab
dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang
lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
c. Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional :
Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya
mikro organisme.
d) HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional :
Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam
pelaksaan tindakan.
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan
intestinal, ditandai dengan :
- Pernapasan tachipnea.
- Sirkulasi tachicardia.
- Sakit di daerah epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney
21
- Gelisah.
- Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah.
Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria :
- Pernapasan normal.
- Sirkulasi normal.
Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional :
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan
indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan
selanjutnya.
b) Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional :
Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat
sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi
rasa nyeri.
c) Lakukan gate control.
Rasional :
Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang
saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak
diteruskan ke hypothalamus.
22
d) Beri analgetik.
Rasional :
Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila
sudah mengetahui gejala pasti).
4) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan informasi kurang.
- Gelisah.
- Wajah murung.
- Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
- Klien mengeluh rasa sakit.
- Klien mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan
pengobatannya.
Intervensi :
a) Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan
setelah operasi.
Rasional :
Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat
melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan
fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
b) Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi
periode istirahat setelah operasi.
23
Rasional :
Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
c) Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband,
pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.
Rasional :
Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat
mempercepat proses penyembuhan.
c. Pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan pengelolaan yang berupa perwujudan dari
asuhan keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang telah di
rencanakan, melaksanakan hasil kolaborasi, yang dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan rasional perawat (Hidayat, 2001).
Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi.
Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen dan dependen. Pada fungsi independen adalah
mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri
sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya
Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan
bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan
24
maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi
yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
d. Evaluasi.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam
tubuh?.
2) Apakah klien dapat terhidar dari bahaya infeksi?.
3) Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?.
4) Apakah klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan
pengobatannya.
2. Asuhan Keperawatan Post Operasi Appendektomi.
Sebelum dioperasi klien diantar ke kamar operasi dengan pakaian
khusus dari bangsal. Di ruang tunggu kamar operasi, pakaian diganti dengan
pakaian khusus beserta tudung kepala di kamar operasi, di samping itu juga
kita harus menyiapkan segalanya untuk dapat menyambut nanti setelah keluar
dari kamar operasi.
Hal ini tergantung dari kebiasaan rumah sakit itu sendiri, pada rumah
sakit yang sudah lengkap klien yang selesai dioperasi langsung dibawa ke
ruangan RR (recovery room), hingga klien sadar dari pembiusan.
25
Pada rumah sakit yang tidak mempunyai ruangan RR klien tersebut di
terima di bangsal/ruangan yang harus dilengkapi dengan fasilitas oksigen,
tempat tidur yang khusus yang mempunyai penghalang serta berbagai macam
daftar khusus untuk menuntut segala sesuatu yang diperlukan untuk klien.
Langkah asuhan keperawatannya sebagai berikut :
a. Pengkajian Data Post Operatif
Data yang mungkin penulis dapatkan pada klien apendicitis meliputi :
1) Identitas klien
Nama, suku/bangsa, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat,
dan nomor registerasi.
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat keluhan utama :
Klien : biasanya ada rasa mual, muntah, nadi cepat, nyeri pada
daerah yang dioperasi.
b) Timbulnya keluhan :
Seperempat jam setelah selesai dioperasi.
c) Sifat keluhan :
Sejak mulai sadar klien merasa nyeri yang menetap pada daerah
yang dioperasi.
d) Keluhan lain yang menyertai :
Klien merasa mual, muntah, dan sakit kepala/pusing.
26
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Sakit perut bagian kanan bawah.
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Klien nampak sakit sedang.
b) Sirkulasi : Mungkin menunjukkan pernapasan
bradicardi.
c) Respirasi : Mungkin klien nampak tachipnea karena
ada rasa mual dan muntah.
d) Abdomen : Mungkin distensi abdomen dari nyeri tekan
pada daerah insisi.
e) Ekstreimtas : Mungkin ada cyanosis.
5) Pola kehidupan sehari-hari
a) Nutrisi : Ada rasa mual dan muntah, klien belum bisa
makan, mungkin turgor kulit jelek.
b) Eliminasi
- BAB : Klien belum bab, mungkin belum flatus.
- BAK : Mungkin ada gangguan pola bak
c) Hygiene : Daerah incisi operasi nampak tertutup rapat
(luka masih steril).
d) Kenyamanan : Klien nampak meringis.
6) Data psikologis
- Klien nampak gelisah.
27
Diagnosa keperawatan dan prioritas masalah :
a) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi
bedah.
b) Resiko menurunnya volume cairan berhubungan dengan mual,
muntah, dan puasa.
c) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
d) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
b. Perencanaan
1) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi bedah
ditandai dengan :
- Adanya luka operasi.
- Terpasang kateter.
- Terpasang infus.
Tujuan : Klien akan terhidar dari infeksi dengan kriteria : tidak
nampak adanya tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :
Sebagai indicator dalam mengetahui tanda-tanda infeksi dan
memudahkan dalam memberikan tindakan.
28
b) Berikan tindakan aseptik dan antiseptik.
Rasional :
Dapat terhindar dari mikroorganisme penyebab infeksi.
c) Perhatikan self care klien serta lingkungannya.
Rasional :
Mencegah timbulnya mikroorganisme.
d) Ganti balutan tiap hari secara aseptic.
Rasional :
Tidak memberikan kesempatan untuk berkembang biaknya
mikroorganisme.
e) Kolaborasi medis untuk pemberian antibiotika.
Rasional :
Golongan obat antibiotika dapat membunuh mikroorganisme
penyebab infeksi.
2) Resiko menurunnya volume cairan berhubunan dengan mual, muntah,
dan puasa, ditandai dengan :
- Bibir kering.
- Mulut pecah-pecah.
- Tekanan darah menurun.
- Nadi cepat.
- Mual dan muntah.
- Keringat dingin.
29
- Rasa haus.
Tujuan : Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh
dengan kriteria :
- Tekanan darah normal.
- Bibir tidak kering.
- Nadi normal.
- Klien tidak mengeluh haus.
- Intake dan out put seimbang.
Intervensi :
a) Catat intake dan out put.
Rasional :
Untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh yang
dibutuhkan untuk metabolisme perhari.
b) Monitor turgor kulit.
Rasional :
Untuk mengetahui cairan interstitial kurang/hilang dapat
menyebabkan hilangnya elastisitas kulit.
c) Observasi temperatur dan membran mukosa.
Rasional :
Membran mukosa yang kering merupakan indicator dari dehidrasi.
d) Monitoring pengeluaran urine.
Rasional :
30
Berkurangnya jumlah urine sebagai indicator berkurangnya cairan
di dalam tubuh.
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan
pembedahan, ditandai dengan :
- Klien mengeluh nyeri pada titik Mc. Burney.
- Ekspresi wajah meringis.
- Ada luka incisi.
Tujuan : Klien akan merasa nyeri berkurang, dengan kriteria :
- Klien tidak mengeluh nyeri.
- Ekspresi wajah ceria.
- Luka incisi cepat sembuh
Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri.
Rasional :
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan
indicator secara dini untuk memberikan tindakan selanjutnya.
b) Ajarkan tehnik relaksasi.
Rasional :
Dengan tehnik relaksasi suplay O2 lebih adekuat sehingga tidak
terjadi metabolisme anaerob.
c) Lakukan tehnik gate control.
Rasional :
31
Dengan tehnik gate control dapat menghambat nyeri, sehingga
nyeri tidak dipersepsikan.
d) Kolaborasi medis untuk pemberian analgetika.
Rasional :
Golongan obat analgetika dapat menghambat nyeri sehingga tidak
sampai ke otak, dan nyeri tidak dipersepsikan.
4) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi,
ditandai dengan :
- Klien merasa takut.
- Klien merasa cemas.
Tujuan : Klien akan memahami/mengetahui tentang proses
penyakitnya, dengan kriteria :
- Klien tidak merasa takut dan cemas.
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional :
Untuk mengetahui sampai dimana tingkat kecemasan yang dialami
klien, dan memudahkan dalam memberikan intervensi selanjutnya.
b) Berikan penjelasan klien dan keluarga tentang proses penyakitnya.
Rasional :
Agar klien dan keluarga mengerti tentang proses penyakitnya
sehingga cemas berkurang.
32
c) Berikan support kepada klien dan keluarga.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dalam menjalani proses
pengobatan.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian kegiatan yang sistimatis berdasarkan perencanaan
untuk mencapai hasil yang optimal.
Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang
dimilikinya dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien
baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi,
sebagaimana perawat melaksanakan fungsinya sebagai independen,
interdependen, dan dependen.
d. Evaluasi
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan tubuh?.
2) Apakah rasa nyeri teratasi?
3) Apakah klien terhindar dari bahaya infeksi?.
4) Apakah klien mengerti tentang proses penyakitnya ?.
33