bab ii tinpus a10rsa-4
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
1/10
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Ekologi Tanaman
Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk ke dalam famili Guttiferae
dan merupakan buah tropika basah asli Asia Tenggara. Manggis merupakan
tanaman yang bersifat dioesis, tingginya 6-25 m, berbatang lurus,
bercabang-cabang simetris, kanopinya membentuk tajuk piramid beraturan.
Semua bagian tanaman mengeluarkan getah kuning jika dilukai (Verheij, 1997).
Daun manggis tunggal, berpasangan di sisi ranting dengan tangkai
memeluk pucuk, berbentuk lonjong, tebal, berukuran (15-25) cm x (7-13) cm,
permukaan atas daun berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawahnya
berwarna hijau kuning. Bunga manggis tergolong bunga sempurna namun alat
kelamin jantannya tidak berkembang sempurna (rudimenter) sehingga tidak
membuahi sel telur. Bunga terletak diujung ranting bertangkai pendek dan tebal,
mempunyai empat sepal yang tersusun dalam dua pasang dan empat petal yang
tebal dan berdaging (Verheij, 1997).
Buah manggis bertipe buni dan terbentuk biji tanpa penyerbukan
(apomiksis), berdiameter 4-7 cm dengan kelopak yang tebal dan tetap menempel
pada ujung buahnya. Buah berbentuk bulat atau agak pipih. Kulit buah manggis
keras, permukaan licin, berwarna hijau saat masih muda kemudian berubah
menjadi merah keunguan setelah tua. Daging buah terdiri dari 4-8 segmen,
berwarna putih susu, tekstur halus dan mempunyai aroma yang khas, beberapa
diantaranya mengandung biji (2-3 biji). Biji berwarna coklat muda, berbentuk
bulat agak pipih, berkeping dua dan bersifat polinucellus yaitu dapat tumbuh lebih
dari satu semai dari tiap biji (Verheij, 1997).
Syarat Tumbuh
Tanaman manggis mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap
lingkungan tropis sehingga dikenal sebagai tanaman buah tropis basah. Untuk
pertumbuhan optimal, tanaman manggis menghendaki lingkungan persyaratan
tumbuh antara lain di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 600 m dpl,
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
2/10
dengan suhu udara berkisar antara 25-35°C. Kelembaban udara lebih dari 80%,
penyinaran matahari 40-70% dan curah hujan 1 500 - 2 500 mm per tahun dengan
batas minimal 1 250 mm per tahun (Direktorat Perbenihan, 2004).
Berdasarkan persyaratan tumbuh diatas maka lokasi yang cocok untuk
pengembangan tanaman manggis adalah dataran rendah yang beriklim basah
sampai kering di lingkungan agak teduh. Menurut Tohir (1981) manggis dapat
diusahakan di daerah-daerah basah atau daerah yang memiliki 6 bulan basah dan 5
bulan kering, dengan drainase dan irigasi baik. Direktorat Perbenihan (2004)
menyatakan bahwa berdasarkan Schmith dan Ferguson keadaan iklim yang ideal
bagi penanaman manggis adalah iklim tipe A sampai C. Daerah yang beriklim
basah (tipe A tanpa bulan basah) harus diimbangi dengan kedalaman air tanah
yang lebih dari 200 cm di bawah permukaan tanah. Daerah yang memilki tipe
iklim C (dengan 4-6 bulan kering) harus diimbangi dengan kedalaman air tanah
yang kurang dari 150 cm.
Tanaman manggis mempunyai toleransi yang tinggi terhadap berbagai
tanah. Namun jenis tanah yang paling baik bagi penanaman manggis adalah tanah
lempung berliat sampai lempung berpasir dengan kisaran pH antara 5-7,
kandungan bahan organik tinggi, solum tanah yang disenangi tanaman manggis
adalah tanah latosol yang mengandung pasir (Direktorat Perbenihan, 2004).
Manfaat Buah Manggis
Menurut Verheij (1997) manggis merupakan buah-buahan tropika yang
paling digemari. Kebanyakan dimakan dalam keadaan segar. Kulit buahnya
dimanfaatkan untuk menyamak kulit dan memberi warna hitam. Manggis sangat
bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena diketahui kulit buah mengandung
xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial.
Sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin C.
Xanthone merupakan subtansi kimia alami yang tergolong senyawa
polyphenolic. Hasil isolasi xanthone dan derivatnya dari kulit buah manggis
( pericarp) di antaranya diketahui adalah 3-isomangoestein, alpha mangostin,
gamma-mangostin, garcinone A, B, C, D, E, maclurin, dan mangostenol. Sifat
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
3/10
antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan
antioksidan pada rambutan dan durian (Iswari dan Sudaryono, 2007).
Tabel 1. Komposisi Kimia Buah Manggis dalam 100 g Bagian yang DapatDimakan
Kandungan Jumlah
Kalori (kal)
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosforus (mg)Besi (mg)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
63.00
83.00
0.60
0.60
15.60
8.00
12.000.80
0.03
0.03Sumber : Departemen Kesehatan RI, 1990
Panen Buah Manggis
Menurut Verheij (1997) pemanenan adalah tahap akhir dari pertumbuhan
buah untuk sebatang pohon. Pekerjaan ini melibatkan pengetahuan keadaan
matangnya buah dan cara yang tepat untuk memetik buah, sehingga buah-buah itu
dapat mencapai pasar dalam keadaan yang memuaskan. Buah dipanen pada suatu
tingkatan buah itu mencapai kematangan optimum yang akan memiliki sifat-sifat
yang diterima, misalnya warna, bau, aroma, tekstur dan sifat-sifat lainnya dari
jenis atau kultivar itu.
Masaknya buah disebabkan oleh terjadinya perubahan kimia yang sangat
kompleks. Buah yang masih muda berwarna hijau karena mengandung klorofil.
Pada waktu buah menjadi tua, klorofil berubah menjadi pigmen alamiah yang
berwarna kuning, merah, ungu atau warna lainnya sesuai jenis buah
(Sumoprastowo, 2000).
Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan rangkaian perubahan
yang dapat dilihat meliputi warna, aroma, konsistensi dan flavour (rasa dan bau).
Perpaduan sifat-sifat tersebut akan menyokong kemungkinan buah-buahan enak
dimakan. Proses pematangan buah didahului dengan klimakterik (pada buah
klimakterik). Klimakterik dapat didefinisikan sebagai suatu periode mendadak
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
4/10
yang unik bagi buah dimana selama proses terjadi serangkaian perubahan biologis
yang diawali dengan proses sintesis etilen.
Selama pematangan buah-buahan, perubahan warna merupakan perubahan
yang paling menonjol. Perubahan warna yang terjadi pada buah-buahan sering
merupakan kriteria utama bagi konsumen untuk menentukan apakah buah telah
masak atau masih mentah. Warna pada buah-buahan disebabkan oleh pigmen,
yang umumnya dibedakan atas empat kelompok, yaitu klorofil, antosianin,
flavonoid dan karotenoid (Syarief, 1994).
Pada kebanyakan buah, tanda kematangan pertama adalah hilangnya
warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laun berkurang.
Umumnya sejumlah tertentu pigmen hijau ini tetap ada dalam buah, terutama
dalam jaringan internal. Wills et al. (1981) menyatakan bahwa warna hijau yang
dominan disebabkan oleh pigmen klorofil yang berkaitan dengan magnesium
organik kompleks. Kerusakan struktur klorofil dapat disebabkan oleh adanya
perubahan pH, oksidasi dan enzim klorofilase.
Secara visual buah manggis yang matang ditandai dengan terbentuknya
bercak berwarna merah ungu pada bagian pangkal buah, yang semakin
berkembang dan tersebar merata keseluruh bagian buah. Panen buah manggis
dapat dilakukan pada beberapa tingkat ketuaan sesuai dengan kebutuhan. Tingkat
ketuaan panen pada buah manggis sangat berpengaruh terhadap mutu dan umur
simpan. Menurut Direktorat Tanaman Buah (2002) bahwa standar warna dari
berbagai tingkat kematangan buah manggis dinyatakan dengan indeks
kematangan, yaitu warna kulit buah pada indeks 0 kuning kehijauan, indeks 1
hijau kekuningan, indeks 2 kuning kemerahan dengan bercak merah, indeks 3
merah kecoklatan, indeks 4 merah keunguan, indeks 5 ungu kemerahan danindeks 6 ungu kehitaman.
Fisiologi Pasca Panen Buah Manggis
Setelah dipanen komposisi kimia nabati terus berubah tergantung pada
jenis komoditi. Beberapa perubahan memang dikehendaki namun sebagian besar
tidak dikehendaki. Perubahan tersebut antara lain terjadi pada pigmen (degradasi
klorofil, pembentukkan karotenoid-antosianin), karbohidrat (konversi pati menjadi
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
5/10
gula dan sebaliknya, konversi pati + gula menjadi air + CO2, degradasi pektin),
asam organik (berpengaruh pada flavor), tekanan turgor sel dan dinding sel
(Pantastico, 1986).
Kekerasan Kulit Buah
Menurut Pantastico (1989) perubahan kekerasan tergolong perubahan fisik
pada buah-buahan. Tekstur kulit buah tergantung pada ketegangan, ukuran,
bentuk dan keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang dan susunan
tanamannya. Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel, dan
bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotik aktif dalam vakuola, permeabilitas
protoplasma dan elastisitas dinding sel. Terjadinya difusi yang terus-menerus
meningkatkan jenjang energi sel dan mengakibatkan meningkatnya tekanan yang
mendorong sitoplasma ke dinding sel dan menyebabkan dinding sel tegang.
Salah satu masalah dalam mempertahankan kualitas manggis adalah
terjadinya pengerasan kulit buah pada manggis yang disimpan lebih dari dua
minggu. Suhu ideal penyimpanan manggis adalah 4-8 °C. Pada suhu ini manggis
dapat disimpan sampai 44 hari, namun mengalami pengerasan kulit yang
menyebabkan buah sulit dibuka (Poerwanto, 2002).
Menurut penelitian Azhar (2007) buah manggis yang disimpan pada suhu
10 °C untuk semua kombinasi perlakuan, kulitnya masih dapat dibuka dengan
tangan sampai hari ke-30, sedangkan pada suhu 15 °C kulit buah manggis masih
dapat dibuka dengan tangan sampai hari ke-40 kecuali perlakuan tanpa bahan
pelapis dan tanpa dikemas plastik PE, serta pada suhu ruang kulit manggis dapat
dibuka dengan tangan hingga 20 hari penyimpanan.
Perubahan Warna Kulit dan Kelopak Buah
Perubahan warna kulit buah manggis merupakan salah satu parameter
kematangan manggis. Setelah panen dan selama penyimpanan, buah manggis
akan mengalami perubahan warna kulit buah. Hasil penelitian Suyanti et al.
(1999) menunjukkan bahwa buah manggis yang dipanen dengan warna kulit buah
hijau dengan setitik noda ungu (104 Hari Setelah Bunga Mekar), warna kulit
buahnya berubah dengan cepat menjadi 10-25% ungu kemerahan dalam satu hari
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
6/10
pada penyimpanan suhu 25 °C, RH 60-70% dan menjadi 100% ungu kemerahan
setelah 6 hari penyimpanan. Buah yang dipanen pada tingkat ketuaan merah ungu
10-25% akan berubah menjadi 100% ungu kemerahan setelah 4 hari
penyimpanan. Sedangkan buah yang dipanen pada tingkat ketuaan ungu merah
25-50% akan menjadi 100% ungu merah dalam satu hari penyimpanan.
Buah manggis dengan mutu yang memenuhi kriteria ekspor adalah
manggis yang memiliki kelopak lengkap dan berwarna hijau segar. Oleh karena
itu mempertahankan warna hijau dan kesegaran kelopak selama penyimpanan
buah manggis merupakan faktor penting. Berdasarkan penelitian Azhar (2007)
warna hijau dan kesegaran kelopak buah dapat dipertahankan selama 10 hari
penyimpanan dengan kombinasi perlakuan pelapis lilin lebah, kemasan plastik PE
dan suhu penyimpanan 10 °C.
Total Asam dan Padatan Terlarut Total
Total asam pada buah-buahan akan mencapai maksimum selama
pertumbuhan dan perkembangan, kemudian menurun selama penyimpanan.
Perubahan keasaman buah selama penyimpanan dapat berbeda-beda sesuai
dengan kematangan buah dan tingginya suhu penyimpanan. Menurut Wills et al.
(1981) Asam-asam organik yang terdapat pada buah merupakan sumber energi
bagi buah, sehingga semakin tinggi kandungan asam buah, semakin tinggi pula
ketahanan simpan buah tersebut.
Padatan terlarut total akan meningkat dengan cepat ketika buah mengalami
pematangan dan akan terus menurun seiring dengan lama penyimpanan.
Penurunan total padatan terlarut selama penyimpanan disebabkan kadar gula
sederhana yang mengalami perubahan menjadi alkohol, aldehida dan asam amino.Berdasarkan penelitian Azhar (2007) pada suhu penyimpanan 10 °C dan
suhu 15 °C total padatan terlarut dalam batas yang normal. Total padatan terlarut
terendah pada suhu 10 °C selama 30 penyimpanan diperoleh dari perlakuan bahan
pelapis kitosan tanpa dikemas yaitu 16.13 °brix. Total padatan terlarut terendah
pada suhu penyimpanan 15 °C selama 40 penyimpanan diperoleh dari perlakuan
bahan pelapis lilin komersial tanpa dikemas yaitu sebesar 13.66 °brix.
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
7/10
Respirasi dan Transpirasi
Menurut Pantastico (1986) respirasi adalah proses pemecahan komponen
organik (zat hidrat arang, lemak dan protein) menjadi produk yang lebih
sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi
sel agar tetap hidup. Berdasarkan pola respirasi dan produksi etilen selama
pendewasaan dan pematangan, buah dibedakan menjadi klimakterik dan
nonklimakterik. Komoditi dengan laju respirasi tinggi menunjukkan
kecenderungan lebih cepat rusak. Pengurangan laju respirasi sampai batas
minimal pemenuhan energi sel tanpa menimbulkan fermentasi akan dapat
memperpanjang umur ekonomis produk nabati. Manipulasi faktor ini dapat
dilakukan dengan teknik pelapisan (coating), penyimpanan suhu rendah atau
memodifikasi atmosfir ruang penyimpan.
Sebagian besar perubahan-perubahan fisikokimiawi yang terjadi dalam
buah yang sudah dipanen berhubungan dengan metabolisme oksidatif, termasuk
didalamnya respirasi. Respirasi aerob merupakan peristiwa pembakaran zat
makanan yang melibatkan oksigen (O2) untuk dipertukarkan dengan
karbondioksida (CO2). Oksidasi biologi dikaitkan sangat erat dengan penelitian-
penelitian mengenai perubahan-perubahan mutu, gangguan-gangguan fisiologis,
daya simpan, kemasakan, penanganan komoditi dan banyak perlakuan-perlakuan
pasca panen (Pantastico, 1986).
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah
sesudah panen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya
metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai
potensi daya simpan buah. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur
simpan pendek. Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dannilainya sebagai bahan makanan (Pantastico, 1986).
Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat
yang hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan dan
energi yang timbul (Pantastico, 1986). Berdasarkan penelitian Widiastuti (2006)
laju respirasi pada buah manggis yang dipanen pada 110 HSA (Hari Setelah
Antesis) terus mengalami peningkatan sampai dengan hari 10 HSP
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
8/10
(24.56 mgCO2/kg/jam) dan mengalami penurunan sampai hari terakhir
pengamatan seperti yang ditunjukkan oleh buah klimakterik.
Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh
tumbuhan melalui penguapan (Tjondronegoro et al., 1999). Menurut
Pantastico (1986) tempat transpirasi utama pada tanaman adalah hidatoda, mulut
kulit, dan kutikula. Hidatoda terdapat pada daun dan berperan dalam gutasi.
Pembukaan dan penutupan mulut kulit menentukan jumlah kehilangan air. Jalan
lain adalah melalui kutikula, namun transpirasinya terbatas.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal (morfologis atau
anatomis, rasio permukaan terhadap volume, kerusakan fisik, umur panen) dan
faktor eksternal (suhu, RH, pergerakan udara dan tekanan atmosfir). Transpirasi
yang berlebih menyebabkan produk mengalami pengurangan berat, daya tarik
(karena layu), nilai tekstur dan nilai gizi. Pengendalian laju transpirasi dilakukan
dengan pelapisan, penyimpanan dingin, atau memodifikasi atmosfir (Pantastico,
1986) .
Aliran transpirasi timbul akibat proses penguapan air dari dinding sel
mesofil yang berbatasan dengan rongga stomata. Penguapan air dari dinding sel
ini mengakibatkan difusi air secara berantai dari dinding sel-sel mesofil yang
berdekatan (Tjondronegoro et al., 1999).
Penyimpanan Dingin
Penyimpanan merupakan suatu bentuk tindakan pengamanan yang selalu
terkait dengan faktor waktu. Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan
bahan pangan dengan cara pendinginan pada suhu diatas suhu pembekuannya.
Secara umum pendinginan dilakukan pada suhu 2-13 °C tergantung pada masing-
masing bahan yang disimpannya. Pendinginan menuntut adanya pengendalian
terhadap kondisi lingkungan. Pengendalian dilakukan dengan suhu yang rendah,
komposisi udara, kelembaban dan sirkulasi udara (Kader et al., 1985). Menurut
Pantastico (1986) penyimpanan dingin merupakan cara yang paling umum dan
ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi produk hortikultura.
Penyimpanan dingin (chilling storage) adalah penyimpanan di bawah suhu 15 °C
dan di atas titik beku bahan. Pendinginan akan mengurangi kelayuan karena
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
9/10
kehilangan air, menurunnya laju reaksi kimia dan laju pertumbuhan mikroba pada
bahan yang disimpan
Budiastra dan Purwadaria (1993) mengemukakan tujuan penyimpanan
suhu rendah adalah untuk memperpanjang masa kesegaran sayuran dan buah-
buahan guna menjaga kesinambungan pasokan, menciptakan stabilitas harga dan
mempertahankan kualitas. Hasil penelitian Anjarsari (1995), suhu optimum untuk
penyimpanan buah manggis adalah 10 °C dan 15 °C.
Silika Gel
Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip agar-agar ini dapat
didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang
bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan sebagai zat
penyerap, pengering dan penopang katalis. Garam-garam kobalt dapat diabsorpsi
oleh gel ini (Wikipedia, 2009).
Silika gel mencegah tejadinya kelembaban yang berlebihan. Silika gel
merupakan produk yang aman digunakan untuk menjaga kelembaban makanan,
obat-obatan, bahan sensitif, elektronik dan film sekalipun. Produk anti lembab ini
menyerap lembab tanpa merubah kondisi zatnya. Walaupun dipegang, butiran-
butiran silika gel ini tetap kering.
Silika gel penyerap kandungan air bisa diaktifkan sesuai kebutuhan. Unit
ini mempunyai indikator khusus yang akan berubah dari warna biru ke merah
muda jika produk mulai mengalami kejenuhan kelembaban. Setelah udara
mengalami kejenuhan, silika gel harus diregenerasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan menghangatkannya di dalam oven. Energi panas akan mengeluarkan uap
air, kemudian silika gel akan berubah warna menjadi biru dan kembali bisa
digunakan (Wikipedia, 2009).
Jaringan Kulit Buah
Jaringan kulit adalah bagian terluar dari tanaman atau organ tanaman yang
fungsi utamanya adalah sebagai pelindung. Sifat alami dari jaringan kulit dapat
melakukan regulasi pertukaran gas, pengeluaran air, kepekaan terhadap
-
8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4
10/10
lingkungan secara fisik, biologis dan kimiawi, selain mengalami perubahan pada
warna dan teksturnya. Selain itu ada struktur lain pada jaringan kulit yang
mempengaruhi respon hasil pertanian setelah dipanen, yaitu kutikula dan lentisel
(Fateta IPB, 2008).
Kulit merupakan bagian terluar buah manggis yang langsung berhubungan
dengan lingkungan penyimpanan. Proses transpirasi air pada buah yang disimpan
adalah melalui bagian kulit. Kehilangan air pada kulit manggis dipengaruhi oleh
kelembaban dan suhu udara, terjadinya pergerakan udara dan tekanan atmosfer.
Kehilangan air bukan hanya meningkatkan susut bobot, tetapi juga menyebabkan
penampakan buah menjadi kurang menarik, tekstur jelek dan mutu menurun
(Soesarsono, 1988).
Kulit buah pada manggis adalah dinding buah, yang berasal dari
perkembangan dinding bakal buah pada bunga, dikenal sebagai perikarp
( pericarpium). Perikarp ini sering berkembang lebih jauh, sehingga dapat
dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Bagian luar disebut dinding luar eksokarp
(exocarpium) atau epikarp (epicarpium) yang di dalam disebut dinding dalam atau
endokarp (endocarpium) serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis) yang disebut
dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium) (Macacamulatta, 2009).
Sel-sel tertentu, seperti buah, cenderung mengumpulkan lebih banyak
pektin. Pektin merupakan segolongan polimer heterosakarida yang diperoleh dari
dinding sel tumbuhan darat. Pektin pada sel tumbuhan merupakan penyusun
lamela tengah, lapisan penyusun awal dinding sel. Penyusun utama pektin
biasanya polimer asam D-galakturonat, yang terikat dengan α-1,4-glikosidik .
Asam galakturonat memiliki gugus karboksil yang dapat saling berikatan dengan
ion Mg
2+
atau Ca
2+
sehingga berkas-berkas polimer berlekatan satu sama lain. Inimenyebabkan rasa lengket pada kulit. Tanpa kehadiran kedua ion ini, pektin larut
dalam air. Garam-garam Mg- atau Ca-pektin dapat membentuk gel, karena ikatan
itu berstruktur amorf (tak berbentuk pasti) yang dapat mengembang bila molekul
air terjerat di ruang-ruang antaranya (Wikipedia, 2009).
http://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polimerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sakaridahttp://id.wikipedia.org/wiki/Dinding_selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sel_%28biologi%29http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lamela_tengah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dinding_selhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_D-galakturonat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikatan_glikosidik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ionhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mghttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahttp://id.wikipedia.org/wiki/Gelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mghttp://id.wikipedia.org/wiki/Ionhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikatan_glikosidik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_D-galakturonat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dinding_selhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lamela_tengah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_%28biologi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dinding_selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sakaridahttp://id.wikipedia.org/wiki/Polimerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bunga