bab ii tinpus a10rsa-4

Upload: akhmad-dairobi

Post on 07-Aug-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    1/10

     

    TINJAUAN PUSTAKA

    Botani dan Ekologi Tanaman

    Manggis (Garcinia mangostana  L.) termasuk ke dalam famili Guttiferae

    dan merupakan buah tropika basah asli Asia Tenggara. Manggis merupakan

    tanaman yang bersifat dioesis, tingginya 6-25 m, berbatang lurus,

     bercabang-cabang simetris, kanopinya membentuk tajuk piramid beraturan.

    Semua bagian tanaman mengeluarkan getah kuning jika dilukai (Verheij, 1997).

    Daun manggis tunggal, berpasangan di sisi ranting dengan tangkai

    memeluk pucuk, berbentuk lonjong, tebal, berukuran (15-25) cm x (7-13) cm,

     permukaan atas daun berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawahnya

     berwarna hijau kuning. Bunga manggis tergolong bunga sempurna namun alat

    kelamin jantannya tidak berkembang sempurna (rudimenter) sehingga tidak

    membuahi sel telur. Bunga terletak diujung ranting bertangkai pendek dan tebal,

    mempunyai empat sepal yang tersusun dalam dua pasang dan empat petal yang

    tebal dan berdaging (Verheij, 1997).

    Buah manggis bertipe buni dan terbentuk biji tanpa penyerbukan

    (apomiksis), berdiameter 4-7 cm dengan kelopak yang tebal dan tetap menempel

     pada ujung buahnya. Buah berbentuk bulat atau agak pipih. Kulit buah manggis

    keras, permukaan licin, berwarna hijau saat masih muda kemudian berubah

    menjadi merah keunguan setelah tua. Daging buah terdiri dari 4-8 segmen,

     berwarna putih susu, tekstur halus dan mempunyai aroma yang khas, beberapa

    diantaranya mengandung biji (2-3 biji). Biji berwarna coklat muda, berbentuk

     bulat agak pipih, berkeping dua dan bersifat polinucellus yaitu dapat tumbuh lebih

    dari satu semai dari tiap biji (Verheij, 1997).

    Syarat Tumbuh

    Tanaman manggis mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap

    lingkungan tropis sehingga dikenal sebagai tanaman buah tropis basah. Untuk

     pertumbuhan optimal, tanaman manggis menghendaki lingkungan persyaratan

    tumbuh antara lain di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 600 m dpl,

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    2/10

     

    dengan suhu udara berkisar antara 25-35°C. Kelembaban udara lebih dari 80%,

     penyinaran matahari 40-70% dan curah hujan 1 500 - 2 500 mm per tahun dengan

     batas minimal 1 250 mm per tahun (Direktorat Perbenihan, 2004).

    Berdasarkan persyaratan tumbuh diatas maka lokasi yang cocok untuk

     pengembangan tanaman manggis adalah dataran rendah yang beriklim basah

    sampai kering di lingkungan agak teduh. Menurut Tohir (1981) manggis dapat

    diusahakan di daerah-daerah basah atau daerah yang memiliki 6 bulan basah dan 5

     bulan kering, dengan drainase dan irigasi baik. Direktorat Perbenihan (2004)

    menyatakan bahwa berdasarkan Schmith dan Ferguson keadaan iklim yang ideal

     bagi penanaman manggis adalah iklim tipe A sampai C. Daerah yang beriklim

     basah (tipe A tanpa bulan basah) harus diimbangi dengan kedalaman air tanah

    yang lebih dari 200 cm di bawah permukaan tanah. Daerah yang memilki tipe

    iklim C (dengan 4-6 bulan kering) harus diimbangi dengan kedalaman air tanah

    yang kurang dari 150 cm.

    Tanaman manggis mempunyai toleransi yang tinggi terhadap berbagai

    tanah. Namun jenis tanah yang paling baik bagi penanaman manggis adalah tanah

    lempung berliat sampai lempung berpasir dengan kisaran pH antara 5-7,

    kandungan bahan organik tinggi, solum tanah yang disenangi tanaman manggis

    adalah tanah latosol yang mengandung pasir (Direktorat Perbenihan, 2004).

    Manfaat Buah Manggis

    Menurut Verheij (1997) manggis merupakan buah-buahan tropika yang

     paling digemari. Kebanyakan dimakan dalam keadaan segar. Kulit buahnya

    dimanfaatkan untuk menyamak kulit dan memberi warna hitam. Manggis sangat

     bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena diketahui kulit buah mengandung

     xanthone  sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial.

    Sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin C.

     Xanthone  merupakan subtansi kimia alami yang tergolong senyawa

     polyphenolic. Hasil isolasi  xanthone  dan derivatnya dari kulit buah manggis

    ( pericarp) di antaranya diketahui adalah 3-isomangoestein, alpha mangostin,

    gamma-mangostin, garcinone A, B, C, D, E, maclurin, dan mangostenol. Sifat

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    3/10

     

    antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan

    antioksidan pada rambutan dan durian (Iswari dan Sudaryono, 2007).

    Tabel 1. Komposisi Kimia Buah Manggis dalam 100 g Bagian yang DapatDimakan

    Kandungan Jumlah

    Kalori (kal)

    Air (g)

    Protein (g)

    Lemak (g)

    Karbohidrat (g)

    Kalsium (mg)

    Fosforus (mg)Besi (mg)

    Vitamin B1 (mg)

    Vitamin C (mg)

    63.00

    83.00

    0.60

    0.60

    15.60

    8.00

    12.000.80

    0.03

    0.03Sumber : Departemen Kesehatan RI, 1990

    Panen Buah Manggis

    Menurut Verheij (1997) pemanenan adalah tahap akhir dari pertumbuhan

     buah untuk sebatang pohon. Pekerjaan ini melibatkan pengetahuan keadaan

    matangnya buah dan cara yang tepat untuk memetik buah, sehingga buah-buah itu

    dapat mencapai pasar dalam keadaan yang memuaskan. Buah dipanen pada suatu

    tingkatan buah itu mencapai kematangan optimum yang akan memiliki sifat-sifat

    yang diterima, misalnya warna, bau, aroma, tekstur dan sifat-sifat lainnya dari

     jenis atau kultivar itu.

    Masaknya buah disebabkan oleh terjadinya perubahan kimia yang sangat

    kompleks. Buah yang masih muda berwarna hijau karena mengandung klorofil.

    Pada waktu buah menjadi tua, klorofil berubah menjadi pigmen alamiah yang

     berwarna kuning, merah, ungu atau warna lainnya sesuai jenis buah

    (Sumoprastowo, 2000).

    Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan rangkaian perubahan

    yang dapat dilihat meliputi warna, aroma, konsistensi dan flavour (rasa dan bau).

    Perpaduan sifat-sifat tersebut akan menyokong kemungkinan buah-buahan enak

    dimakan. Proses pematangan buah didahului dengan klimakterik (pada buah

    klimakterik). Klimakterik dapat didefinisikan sebagai suatu periode mendadak

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    4/10

     

    yang unik bagi buah dimana selama proses terjadi serangkaian perubahan biologis

    yang diawali dengan proses sintesis etilen.

    Selama pematangan buah-buahan, perubahan warna merupakan perubahan

    yang paling menonjol. Perubahan warna yang terjadi pada buah-buahan sering

    merupakan kriteria utama bagi konsumen untuk menentukan apakah buah telah

    masak atau masih mentah. Warna pada buah-buahan disebabkan oleh pigmen,

    yang umumnya dibedakan atas empat kelompok, yaitu klorofil, antosianin,

    flavonoid dan karotenoid (Syarief, 1994).

    Pada kebanyakan buah, tanda kematangan pertama adalah hilangnya

    warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laun berkurang.

    Umumnya sejumlah tertentu pigmen hijau ini tetap ada dalam buah, terutama

    dalam jaringan internal. Wills et al. (1981) menyatakan bahwa warna hijau yang

    dominan disebabkan oleh pigmen klorofil yang berkaitan dengan magnesium

    organik kompleks. Kerusakan struktur klorofil dapat disebabkan oleh adanya

     perubahan pH, oksidasi dan enzim klorofilase.

    Secara visual buah manggis yang matang ditandai dengan terbentuknya

     bercak berwarna merah ungu pada bagian pangkal buah, yang semakin

     berkembang dan tersebar merata keseluruh bagian buah. Panen buah manggis

    dapat dilakukan pada beberapa tingkat ketuaan sesuai dengan kebutuhan. Tingkat

    ketuaan panen pada buah manggis sangat berpengaruh terhadap mutu dan umur

    simpan. Menurut Direktorat Tanaman Buah (2002) bahwa standar warna dari

     berbagai tingkat kematangan buah manggis dinyatakan dengan indeks

    kematangan, yaitu warna kulit buah pada indeks 0 kuning kehijauan, indeks 1

    hijau kekuningan, indeks 2 kuning kemerahan dengan bercak merah, indeks 3

    merah kecoklatan, indeks 4 merah keunguan, indeks 5 ungu kemerahan danindeks 6 ungu kehitaman.

    Fisiologi Pasca Panen Buah Manggis

    Setelah dipanen komposisi kimia nabati terus berubah tergantung pada

     jenis komoditi. Beberapa perubahan memang dikehendaki namun sebagian besar

    tidak dikehendaki. Perubahan tersebut antara lain terjadi pada pigmen (degradasi

    klorofil, pembentukkan karotenoid-antosianin), karbohidrat (konversi pati menjadi

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    5/10

     

    gula dan sebaliknya, konversi pati + gula menjadi air + CO2, degradasi pektin),

    asam organik (berpengaruh pada flavor), tekanan turgor sel dan dinding sel

    (Pantastico, 1986).

    Kekerasan Kulit Buah

    Menurut Pantastico (1989) perubahan kekerasan tergolong perubahan fisik

     pada buah-buahan. Tekstur kulit buah tergantung pada ketegangan, ukuran,

     bentuk dan keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang dan susunan

    tanamannya. Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel, dan

     bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotik aktif dalam vakuola, permeabilitas

     protoplasma dan elastisitas dinding sel. Terjadinya difusi yang terus-menerus

    meningkatkan jenjang energi sel dan mengakibatkan meningkatnya tekanan yang

    mendorong sitoplasma ke dinding sel dan menyebabkan dinding sel tegang.

    Salah satu masalah dalam mempertahankan kualitas manggis adalah

    terjadinya pengerasan kulit buah pada manggis yang disimpan lebih dari dua

    minggu. Suhu ideal penyimpanan manggis adalah 4-8 °C. Pada suhu ini manggis

    dapat disimpan sampai 44 hari, namun mengalami pengerasan kulit yang

    menyebabkan buah sulit dibuka (Poerwanto, 2002).

    Menurut penelitian Azhar (2007) buah manggis yang disimpan pada suhu

    10 °C untuk semua kombinasi perlakuan, kulitnya masih dapat dibuka dengan

    tangan sampai hari ke-30, sedangkan pada suhu 15 °C kulit buah manggis masih

    dapat dibuka dengan tangan sampai hari ke-40 kecuali perlakuan tanpa bahan

     pelapis dan tanpa dikemas plastik PE, serta pada suhu ruang kulit manggis dapat

    dibuka dengan tangan hingga 20 hari penyimpanan.

    Perubahan Warna Kulit dan Kelopak Buah

    Perubahan warna kulit buah manggis merupakan salah satu parameter

    kematangan manggis. Setelah panen dan selama penyimpanan, buah manggis

    akan mengalami perubahan warna kulit buah. Hasil penelitian Suyanti et al. 

    (1999) menunjukkan bahwa buah manggis yang dipanen dengan warna kulit buah

    hijau dengan setitik noda ungu (104 Hari Setelah Bunga Mekar), warna kulit

     buahnya berubah dengan cepat menjadi 10-25% ungu kemerahan dalam satu hari

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    6/10

     

     pada penyimpanan suhu 25 °C, RH 60-70% dan menjadi 100% ungu kemerahan

    setelah 6 hari penyimpanan. Buah yang dipanen pada tingkat ketuaan merah ungu

    10-25% akan berubah menjadi 100% ungu kemerahan setelah 4 hari

     penyimpanan. Sedangkan buah yang dipanen pada tingkat ketuaan ungu merah

    25-50% akan menjadi 100% ungu merah dalam satu hari penyimpanan.

    Buah manggis dengan mutu yang memenuhi kriteria ekspor adalah

    manggis yang memiliki kelopak lengkap dan berwarna hijau segar. Oleh karena

    itu mempertahankan warna hijau dan kesegaran kelopak selama penyimpanan

     buah manggis merupakan faktor penting. Berdasarkan penelitian Azhar (2007)

    warna hijau dan kesegaran kelopak buah dapat dipertahankan selama 10 hari

     penyimpanan dengan kombinasi perlakuan pelapis lilin lebah, kemasan plastik PE

    dan suhu penyimpanan 10 °C.

    Total Asam dan Padatan Terlarut Total

    Total asam pada buah-buahan akan mencapai maksimum selama

     pertumbuhan dan perkembangan, kemudian menurun selama penyimpanan.

    Perubahan keasaman buah selama penyimpanan dapat berbeda-beda sesuai

    dengan kematangan buah dan tingginya suhu penyimpanan. Menurut Wills et al. 

    (1981) Asam-asam organik yang terdapat pada buah merupakan sumber energi

     bagi buah, sehingga semakin tinggi kandungan asam buah, semakin tinggi pula

    ketahanan simpan buah tersebut.

    Padatan terlarut total akan meningkat dengan cepat ketika buah mengalami

     pematangan dan akan terus menurun seiring dengan lama penyimpanan.

    Penurunan total padatan terlarut selama penyimpanan disebabkan kadar gula

    sederhana yang mengalami perubahan menjadi alkohol, aldehida dan asam amino.Berdasarkan penelitian Azhar (2007) pada suhu penyimpanan 10 °C dan

    suhu 15 °C total padatan terlarut dalam batas yang normal. Total padatan terlarut

    terendah pada suhu 10 °C selama 30 penyimpanan diperoleh dari perlakuan bahan

     pelapis kitosan tanpa dikemas yaitu 16.13 °brix. Total padatan terlarut terendah

     pada suhu penyimpanan 15 °C selama 40 penyimpanan diperoleh dari perlakuan

     bahan pelapis lilin komersial tanpa dikemas yaitu sebesar 13.66 °brix.

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    7/10

     

    Respirasi dan Transpirasi

    Menurut Pantastico (1986) respirasi adalah proses pemecahan komponen

    organik (zat hidrat arang, lemak dan protein) menjadi produk yang lebih

    sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi

    sel agar tetap hidup. Berdasarkan pola respirasi dan produksi etilen selama

     pendewasaan dan pematangan, buah dibedakan menjadi klimakterik dan

    nonklimakterik. Komoditi dengan laju respirasi tinggi menunjukkan

    kecenderungan lebih cepat rusak. Pengurangan laju respirasi sampai batas

    minimal pemenuhan energi sel tanpa menimbulkan fermentasi akan dapat

    memperpanjang umur ekonomis produk nabati. Manipulasi faktor ini dapat

    dilakukan dengan teknik pelapisan (coating), penyimpanan suhu rendah atau

    memodifikasi atmosfir ruang penyimpan.

    Sebagian besar perubahan-perubahan fisikokimiawi yang terjadi dalam

     buah yang sudah dipanen berhubungan dengan metabolisme oksidatif, termasuk

    didalamnya respirasi. Respirasi aerob merupakan peristiwa pembakaran zat

    makanan yang melibatkan oksigen (O2) untuk dipertukarkan dengan

    karbondioksida (CO2). Oksidasi biologi dikaitkan sangat erat dengan penelitian-

     penelitian mengenai perubahan-perubahan mutu, gangguan-gangguan fisiologis,

    daya simpan, kemasakan, penanganan komoditi dan banyak perlakuan-perlakuan

     pasca panen (Pantastico, 1986).

    Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah

    sesudah panen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya

    metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai

     potensi daya simpan buah. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur

    simpan pendek. Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dannilainya sebagai bahan makanan (Pantastico, 1986).

    Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat

    yang hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan dan

    energi yang timbul (Pantastico, 1986). Berdasarkan penelitian Widiastuti (2006)

    laju respirasi pada buah manggis yang dipanen pada 110 HSA (Hari Setelah

    Antesis) terus mengalami peningkatan sampai dengan hari 10 HSP

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    8/10

     

    (24.56 mgCO2/kg/jam) dan mengalami penurunan sampai hari terakhir

     pengamatan seperti yang ditunjukkan oleh buah klimakterik.

    Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh

    tumbuhan melalui penguapan (Tjondronegoro et al., 1999). Menurut

    Pantastico (1986) tempat transpirasi utama pada tanaman adalah hidatoda, mulut

    kulit, dan kutikula. Hidatoda terdapat pada daun dan berperan dalam gutasi.

    Pembukaan dan penutupan mulut kulit menentukan jumlah kehilangan air. Jalan

    lain adalah melalui kutikula, namun transpirasinya terbatas.

    Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal (morfologis atau

    anatomis, rasio permukaan terhadap volume, kerusakan fisik, umur panen) dan

    faktor eksternal (suhu, RH, pergerakan udara dan tekanan atmosfir). Transpirasi

    yang berlebih menyebabkan produk mengalami pengurangan berat, daya tarik

    (karena layu), nilai tekstur dan nilai gizi. Pengendalian laju transpirasi dilakukan

    dengan pelapisan, penyimpanan dingin, atau memodifikasi atmosfir (Pantastico,

    1986) .

    Aliran transpirasi timbul akibat proses penguapan air dari dinding sel

    mesofil yang berbatasan dengan rongga stomata. Penguapan air dari dinding sel

    ini mengakibatkan difusi air secara berantai dari dinding sel-sel mesofil yang

     berdekatan (Tjondronegoro et al., 1999).

    Penyimpanan Dingin

    Penyimpanan merupakan suatu bentuk tindakan pengamanan yang selalu

    terkait dengan faktor waktu. Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan

     bahan pangan dengan cara pendinginan pada suhu diatas suhu pembekuannya.

    Secara umum pendinginan dilakukan pada suhu 2-13 °C tergantung pada masing-

    masing bahan yang disimpannya. Pendinginan menuntut adanya pengendalian

    terhadap kondisi lingkungan. Pengendalian dilakukan dengan suhu yang rendah,

    komposisi udara, kelembaban dan sirkulasi udara (Kader et al., 1985). Menurut

    Pantastico (1986) penyimpanan dingin merupakan cara yang paling umum dan

    ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi produk hortikultura.

    Penyimpanan dingin (chilling storage) adalah penyimpanan di bawah suhu 15 °C

    dan di atas titik beku bahan. Pendinginan akan mengurangi kelayuan karena

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    9/10

     

    kehilangan air, menurunnya laju reaksi kimia dan laju pertumbuhan mikroba pada

     bahan yang disimpan

    Budiastra dan Purwadaria (1993) mengemukakan tujuan penyimpanan

    suhu rendah adalah untuk memperpanjang masa kesegaran sayuran dan buah-

     buahan guna menjaga kesinambungan pasokan, menciptakan stabilitas harga dan

    mempertahankan kualitas. Hasil penelitian Anjarsari (1995), suhu optimum untuk

     penyimpanan buah manggis adalah 10 °C dan 15 °C.

    Silika Gel

    Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui

     penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip agar-agar ini dapat

    didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang

     bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan sebagai zat

     penyerap, pengering dan penopang katalis. Garam-garam kobalt dapat diabsorpsi

    oleh gel ini (Wikipedia, 2009).

    Silika gel mencegah tejadinya kelembaban yang berlebihan.  Silika gel

    merupakan produk yang aman digunakan untuk menjaga kelembaban makanan,

    obat-obatan, bahan sensitif, elektronik dan film sekalipun. Produk anti lembab ini

    menyerap lembab tanpa merubah kondisi zatnya. Walaupun dipegang, butiran-

     butiran silika gel ini tetap kering.

    Silika gel penyerap kandungan air bisa diaktifkan sesuai kebutuhan. Unit

    ini mempunyai indikator khusus yang akan berubah dari warna biru ke merah

    muda jika produk mulai mengalami kejenuhan kelembaban. Setelah udara

    mengalami kejenuhan, silika gel harus diregenerasi. Hal ini dapat dilakukan

    dengan menghangatkannya di dalam oven. Energi panas akan mengeluarkan uap

    air, kemudian silika gel akan berubah warna menjadi biru dan kembali bisa

    digunakan (Wikipedia, 2009).

    Jaringan Kulit Buah

    Jaringan kulit adalah bagian terluar dari tanaman atau organ tanaman yang

    fungsi utamanya adalah sebagai pelindung. Sifat alami dari jaringan kulit dapat

    melakukan regulasi pertukaran gas, pengeluaran air, kepekaan terhadap

  • 8/20/2019 Bab II Tinpus A10rsa-4

    10/10

     

    lingkungan secara fisik, biologis dan kimiawi, selain mengalami perubahan pada

    warna dan teksturnya. Selain itu ada struktur lain pada jaringan kulit yang

    mempengaruhi respon hasil pertanian setelah dipanen, yaitu kutikula dan lentisel

    (Fateta IPB, 2008).

    Kulit merupakan bagian terluar buah manggis yang langsung berhubungan

    dengan lingkungan penyimpanan. Proses transpirasi air pada buah yang disimpan

    adalah melalui bagian kulit. Kehilangan air pada kulit manggis dipengaruhi oleh

    kelembaban dan suhu udara, terjadinya pergerakan udara dan tekanan atmosfer.

    Kehilangan air bukan hanya meningkatkan susut bobot, tetapi juga menyebabkan

     penampakan buah menjadi kurang menarik, tekstur jelek dan mutu menurun

    (Soesarsono, 1988).

    Kulit buah pada manggis adalah dinding buah, yang berasal dari

     perkembangan dinding bakal buah pada  bunga, dikenal sebagai perikarp

    ( pericarpium). Perikarp ini sering berkembang lebih jauh, sehingga dapat

    dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Bagian luar disebut dinding luar eksokarp

    (exocarpium) atau epikarp (epicarpium) yang di dalam disebut dinding dalam atau

    endokarp (endocarpium) serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis) yang disebut

    dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium) (Macacamulatta, 2009).

    Sel-sel tertentu, seperti  buah, cenderung mengumpulkan lebih banyak

     pektin. Pektin merupakan segolongan polimer  heterosakarida yang diperoleh dari

    dinding sel  tumbuhan  darat. Pektin pada sel  tumbuhan merupakan penyusun

    lamela tengah, lapisan penyusun awal dinding sel. Penyusun utama pektin

     biasanya polimer asam D-galakturonat, yang terikat dengan α-1,4-glikosidik .

    Asam galakturonat memiliki gugus karboksil yang dapat saling berikatan dengan

    ion Mg

    2+

     atau Ca

    2+

     sehingga berkas-berkas polimer berlekatan satu sama lain. Inimenyebabkan rasa lengket pada kulit. Tanpa kehadiran kedua ion ini, pektin larut

    dalam air. Garam-garam Mg- atau Ca-pektin dapat membentuk gel, karena ikatan

    itu berstruktur amorf (tak berbentuk pasti) yang dapat mengembang bila molekul

    air terjerat di ruang-ruang antaranya (Wikipedia, 2009).

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polimerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sakaridahttp://id.wikipedia.org/wiki/Dinding_selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sel_%28biologi%29http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lamela_tengah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dinding_selhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_D-galakturonat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikatan_glikosidik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ionhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mghttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahttp://id.wikipedia.org/wiki/Gelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mghttp://id.wikipedia.org/wiki/Ionhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikatan_glikosidik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_D-galakturonat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dinding_selhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lamela_tengah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_%28biologi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dinding_selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sakaridahttp://id.wikipedia.org/wiki/Polimerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Buahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bunga