bab ii tinjuan pusataka a. napza (narkotika, psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/farhan...

19
5 BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain) 1. Narkotika Dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi sampai menghilangi rasa nyeri, dan dapat menumbuhkan ketergantungan, yang dibedakan dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini (Agsya, 2010). Lebih lanjut pada Pasal 1 ayat (2) menyebutkan prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika. Menurut Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, mengenai pengertian Narkotika di atur dalam Pasal 1 disebutkan bahwa Narkotika adalah Zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penggolongan Narkotika di atur dalam Pasal 2 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan. Narkotika golongan I antara lain meliputi: Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya, Opium mentah dan masak, Tanaman dan Daun Koka, Kokain mentah, Kokaina (metil ester 1 bensoil ekgonina), Tanaman ganja, Tetrahydrocannabinol, Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Upload: others

Post on 06-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

5

BAB II

TINJUAN PUSATAKA

A. Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain)

1. Narkotika

Dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Narkotika adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi sampai

menghilangi rasa nyeri, dan dapat menumbuhkan ketergantungan,

yang dibedakan dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir

dalam undang-undang ini (Agsya, 2010). Lebih lanjut pada Pasal 1

ayat (2) menyebutkan prekursor Narkotika adalah zat atau bahan

pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan

Narkotika.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, mengenai pengertian Narkotika di atur dalam Pasal 1

disebutkan bahwa Narkotika adalah Zat atau obat yang berasal dari

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Penggolongan Narkotika di atur dalam Pasal 2 Undang-Undang

RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang digolongkan

menjadi 3 (tiga) golongan. Narkotika golongan I antara lain meliputi:

Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya

termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya, Opium mentah dan

masak, Tanaman dan Daun Koka, Kokain mentah, Kokaina (metil

ester – 1 bensoil ekgonina), Tanaman ganja, Tetrahydrocannabinol,

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

6

Delta 9 Tetrahydrocannabinol, Asetorfina, dan lain-lain sampai dengan

26 jenis dan turunannya.

Narkotika golongan I antara lain meliputi: Alfesetilmetadol,

Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, Alfentanil, Allilprodina,

Anileridina, Asetilmetadol, Benzetidin, Benzilmorfinz, dan lain-lain

sampai 87 jenis dan turunannya. Narkotika golongan III antara lain

meliputi: Asetildihydrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina,

Etilmorfina, dan lain-lain sampai 14 jenis dan turunannya.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh: Apotek,

Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pegobatan, Dokter. Apotek hanya

dapat menyerahkan narkotika kepada: Rumah Sakit, Puskesmas, Balai

Pengobatan, Dokter dan pasien.

Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas dan Balai Pengobatan hanya

dapat menyerahkan Narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.

Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan:

menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan, dan

menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

2. Psikotropika

Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang

Psikotropika, mengenai pengertian Psikotropika di atur dalam pasal 1

bahwa Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika, yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada

aktifitas mental dan perilaku.

Penggolongan Psikotropika diatur dalam Pasal 2 Undang-

Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, dapat

digolongkan menjadi 4 (empat) golongan. Psikotropika golongan I

antara lain: nama lain DET, DMPH, DMT, (+) – LYSERGID nama

lain LSD – 25, meskalina, paraheksil, Psilosina, serta Psilosibina nama

lain Fosfat, STP, DOM, Tetrahidrokannabinol. Psikotropika golongan

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

7

II antara lain: Amfetamina, Deksamfetamina, Fenmetrazina,

Fensklidina, Metafetamina dan Metilfenidat. Psikotropika golongan III

antara lain meliputi: Amobarbital, Glutetimida, Pentobarbital,

Sekobarbital, dan Siklobarbital. Psikotropka golongan IV antara lain:

Amfepramonam Barbital, Etinamat, Fenobarbital, Meprobanat,

Etakualon, Metfenobarbital, Meiprilon, dan Piprodo.

3. Zat Adiktif Lain

Zat adiktif lain adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif

diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi: Minuman

beralkohol, Inhalasi (gas yang dihirup), dan Solven (zat pelarut) dan

tembakau. Minuman beralkohol yaitu yang mengandung etanol etil

alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering

menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan

tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan Narkotika atau

Psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman beralkohol, yaitu (BNN, 2012):

a. Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)

b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman

anggur).

c. Golongan C : kadar etanol 20-45%, (Whiskey, Vodka, KW,

Manson house, Johny Walker, Kamput).

Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah

menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang

keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang

sering disalahgunakan, antara lain lem, thiner, penghapus cat kuku,

bensin (BNN, 2012).

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di

masyarakat. Pada upaya penaggulangan Napza di masyarakat,

pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi

bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

8

menjadi pintu masuk penyalahgunaan Napza lain yang lebih berbahaya

(BNN, 2012).

Bahan/obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Sama sekali dilarang: Narkotika golongan I dan golongan II.

b. Penggunaan dengan resep dokter: amfeamin, sedatif hipnotika.

c. Diperjualbelikan secara bebas: Lem, thiner dan lain-lain.

d. Ada batas umur dalam penggunaanya : alkohol, rokok (BNN,

2012).

B. Efek Napza

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan Napza

dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: Golongan Depresan,

Golongan Stimulan, dan Golongan Halusinogen. Golongan Depresan

adalah jenis Napza yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.

Jenis ini membuat pemakainya merasa tenang, pendiam dan bahkan

membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk

Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), Hipnotik

(otot tidur), dan Tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain. Golongan

Stimulan adalah jenis Napza yang dapat merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahan kerja. Jnis ini membuat pemakainya menjadi

aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah:

Amfetamin, Kafein, Kokain. Golongan Halusinogen adalah jenis Napza

yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan

dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda

sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak dipakai

dalam terapi medis. Golongan ini termasuk: Ganja, LSD, Mescalin

macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di

masyarakat serta akibat pemakaiannya (Agus, 2007).

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

9

C. Gejala Klinis Penyalahgunaan Napza

1. Perubahan Fisik

Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan,

tetapi secara umum dapat digolongkan sebagai berikut (Agus, 2007):

a. Pada saat menggunaan Napza: jalan sempoyongan, bicara pelo

(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, curiga.

b. Bila kelebihan dosis (over dosis): nafas sesak, denyut jantung dan

nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.

c. Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau): mata dan hidung berair,

menguap terus menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air

sehingga malas mandi, kejang, kesadaran menurun.

d. Pengaruh jangka panjang: penampilan tidak sehat, tidak peduli

terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan keropos,

terhadap bakas suntikan pada lengan atau di bagian tubuh lain

(pada pengguna dengan jarum suntik).

2. Perubahan sikap pada perilaku

a. Prestasi telah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah,

sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.

b. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,

mengantuk di kelas atau di tempat kerja.

c. Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa

memberi tahu terlebih dahulu.

d. Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar

dengan anggota keluarga lain dirumah.

e. Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh

keluarga, kemudian menghilang.

f. Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan

tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang

berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, mengompas

terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

10

g. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap

bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.

D. Penyebab Penyalahgunaan Napza

Penyalahgunaan dan ketergantungan adalah istilah klinis/medik-

psikiatrik yang menunjukan ciri pemakaian yang bersifat patologik yang

perlu dibedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial, yang belum

bersifat patologik. Penyalahgunaan Napza adalah penggunaan salah satu

atau beberapa jenis Napza secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,

sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan

fungsi sosial. Ketergantungan Napza adalah keadaan ketika telah terjadi

ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah

Napza yang semakin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya

dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat. Oleh karena itu

ia selalu memperoleh Napza yang dibutuhkannya dengan cara apapun,

agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal (BNN, 2010).

Penyebab penyalahgunaan Napza sangat kompleks akibat interaksi

antar faktor yang terkait dengan faktor keluarga, kepribadian, teman

sebaya dan faktor kesempatan. Tidak terdapat adanya penyebab tunggal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan Napza

adalah sebagai berikut:

1. Faktor Keluarga

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkuan

pergaulan baik di sekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun

masyarakat. Faktor keluarga terutama faktor orang tua yang ikut

menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahgunaan

Napza (Hawari, 2006).

Faktor lingkungan tempat tinggal mempengaruhi remaja dalam

menentukan teman bergaul dan figur yang patut dijadikan contoh serta

panutan. Jika lingkungan tempat tinggal mereka banyak dihuni oleh

para pengguna Napza tentu mereka akan melihat perilaku para

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

11

pengguna tersebut yang akan menimbulkan keinginan untuk mencoba

dan merasakan bagaimana Napza. Penyebab yang timbul dari faktor

keluarga ikut menentukan terjadinya penyalahgunaan Napza.

Penyebab dari faktor lingkungan keluarga antara lain:

komunikasi orang tua-anak kurang baik/efektif, hubungan dalam

keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga, orang tua bercerai,

berselingkuh atau kawin lagi, orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh,

orang tua otoriter atau serba melarang, orang tua yang serba

membolehkan (permisif), kurangnya orang yang dapat dijadikan model

atau teladan, orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah

Napza, tatatertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang

konsisten), kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah

dalam keluarga, dan orang tua atau anggota keluarga yang menjadi

penyalahguna Napza (Hawari, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Abu Hanifah dan Nunung Unayah

(2011), jika keluarga kerap menjadi tertuduh dalam masalah tersebut,

hal itu bukanah tanpa alasan. Terdapat beberapa tipe keluarga yang

anggota keluarganya (anak dan remaja) beresiko tinggi terlibat

penyalahgunaan Napza. Tipe-tipe keluarga tersebut antara lain:

Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami

ketergantungan napza;

a. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang

terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten yang

dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu

bilang tidak)

b. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada

penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik.

Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu

dan anak, maupun antara sodara.

c. Keluarga dengan orang tua otoriter. Disini peran orang tua

sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

12

menuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat

istiadat atau demi kemajuan, dan masa depan anak itu sendiri

tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan

ketidak setujuan.

d. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut

anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi

yang harus dicapai dalam banyak hal.

e. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang meliputi rasa

kecemasan dengan alasan yang kuat, mudah cemas dan curiga,

dan sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

Menurut Agus (2007) penggunaan opioida selain mempunyai

khasiat analgesik (menghilangkan rasa sakit), opioida juga mempunyai

khasiat hipnotik (menidurkan) dan eufona (menimbulkan rasa gembira

dan sejahtera). Penggunaan opioida berulang kali dapat menimbulkan

toleransi dan ketergantungan. Bila sudah terjadi ketergantungan

terhadap opioida, lalu jumlah penggunaan dikurangi atau dihentikan,

maka akan timbul gejala putus zat. Pada umumnya opioida dikonsumsi

melalui suntikan intravena, inhalasi, dicampur dalam rokok tembakau,

atau secara oral. Prevalensi penyalahgunaan napza semasa hidup

dirumah tangga 2,4 %. Prevalensi jauh tebih tinggi pada laki-laki

(4,6%) dibanding perempuan (0,4%). Angka penyalahgunaan napza

semasa hidup pada laki-laki kelompok usia 10-19 tahun 2,2%, dan

tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun 10,6%. Angka

penyalahgunaan napza lebih tinggi di kota (pada laki-laki 5,4%)

dibanding di pedesaan pada laki-laki (2,6%).

2. Faktor Kepribadian

Kebanyakan penyalahgunaan Napza dimulai atau terdapat pada

masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan

biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

13

yang rentan untuk menyalahgunakan Napza. Anak atau remaja dengan

ciri-ciri tertentu mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi pengguna

Napza.

Ciri-ciri tersebut antara lain: cenderung membrontak dan

menolak otoritas, cenderung memilki gangguan jiwa lain (depresi,

cemas, psikotik, keperibadian dissaosial), perilaku menyimpang dari

aturan atau norma yang berlaku, rasa kurang percaya diri (low self-

confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negative (low self-

esteem), sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif, mudah

murung, pemalu, pendiam, mudah merasa bosan dan jenuh,

keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran, keinginan

untuk bersenang-senang (just for fun), keinginan untuk mengikuti

mode, keinginan untuk diterima dalam pergaulan, identitas diri yang

rendah, tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan

sehingga sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran Napza

dengan tegas, kemampuan komunikasi rendah, melarikan diri sesuatu

(kebosanan, kegagalan, kekecewaan, ketidakmampuan dan lain-lain),

putus sekolah, kurang menghayati iman kepercayaannya (Hawari,

2006).

Menurut Hawari (2006) remaja dengan kelainan kepribadian

anti sosial (psikopat) mempunyai resiko relatif 19,9 kali untuk

menyalahgunakan Napza dibanding dengan mereka yang tidak

berkepribadian anti sosial. Remaja dengan gangguan jiwa depresi

mempunyai resiko relative 18,8 kali untuk menyalahgunakan Napza

dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami gangguan kejiwaan

depresi. Remaja dengan gangguan kejiwaan kecemasan mempunyai

resiko relative 13,8 kali untuk menyalahgunakan Napza dibanding

dengan mereka yang tidak mengalami gangguan kejiwaan kecemasan.

Seseorang pada masa remaja menunjukan dengan jelas sifat masa

transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang

dewasa tetapi juga tidak lagi memilki status anak. Pada masa remaja

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

14

terjadi perubahan yang besar dan penting, perubahan tersebut berkenaan

dengan kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah terutama

seksual. Perubahan yang menonjol pada masa remaja ini adalah adanya

kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri.

Penyalahgunaan napza dapat terjadi akibat faktor kepribadian.

Kepribadian-kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan untuk

menyalahgunakan napza. Apalagi yang bersangkutan sedang

menghadapi masalah-masalah sulit. Pengaruh-pengaruh luar yang

seperti ini akan mengarahkan pribadi tersebut untuk melakukan

tindakan destruktif terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Salah

satunya penyalahgunaan napza.

Gambaran kepribadian yang potensial terjerumus dalam

penyalahgunaan napza antara lain :

a. Kepribadian yang mudah stress

Pribadi seperti ini biasanya gampang mempersalahkan diri atau

orang lain dan selalu merasa tidak puas. Tampaknya dia sok hebat,

sok sempurna, bahkan sok nekat.

b. Kepribadian yang terlalu nekat

Pada jaman sekarang ini banyak orang yang nekat dan

memaksakan kehendaknya sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh

kesibukan yang berlebihan hingga menyebabkan frustasi dan

kebingungan sendiri. Ada yang malas hingga ia merasa bosan

sendiri. Tidak aneh jika hal ini menimbulkan konflik dengan orang

lain gampang terjadi.

c. Kepribadian yang tidak tahan perubahan

Pribadi ini ditandai dengan alergi terhadap perubahan-perubahan

seperti cuaca, makanan, orang baru, tugas baru dan lain

sebagainya. Dia akan bingung atau akan bereaksi secara meledak.

d. Kepribadian yang tidak tahu atau tidak mampu mengurus diri

Pribadi seperti ini akan membuat dirinya menjadi kacau, ia tidak

ada pegangan ataupun patokan, tidak ada disiplin, tanpa wawasan

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

15

hidup, lingkungan, suasana menjadi hambar kacau balau.

Kehidupannya kacau dan bisa saja dia mulai mengidap penyakit

fisik dan sosial.

e. Kepribadian yang demam obat

Pribadi ini akan lebih banyak tergantung kepada obat, entah

disebabkan karena stres akibat ulah diri sendiri ataupun akibat dia

salah menjaga diri dalam kehidupannya. Pokoknya banyak

keluhan, kerjanya mencari-cari obat, kombinasi obat mujarab,

bahkan badannya menjadi apotik hidup. Dan tak khayal lagi kalau

obat berikutnya yang dia cari adalah napza yang akan sangat

merugikan bagi pemakainya.

Hal ini menuntut kita untuk lebih berhati-hati dalam kehidupan

kita. Kita mesti berhasil mengalahkan segala rintangan dan mampu

mengembangkan pribadinya secara sehat, kalau tidak ia akan menjadi

sangat rentan terhadap hal-hal atau peristiwa yang menegangkan. Ia

akan mudah panik dan gampang menyerah. Hal ini lama kelamaan

akan menghilangkan daya tahan atau imunitas diri di semua bidang

baik fisik, mental, spiritual, dan sosial. Yang akhirnya akan merusak

masa depan para pemakai napza. (BNN, 2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Raniy (2003) tentang

pengetahuan dan sikap kelompok mahasiswa kesehatan (FK, FKG,

FKM, PSIK, dan PSP) USU mengenai penyalahgunaan Napza tahun

2003 manyimpulkan bahwa 49 orang responden (53,26%) mempunyai

tingkat pengetahuan yang baik, sedangkan sebanyak 35 responden

(38,04%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 8 responden (8,7%).

Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa seluruh responden (100%)

mempunyai sikap yang baik terhadap upaya pencegahan dan

penanggulangan penyalahgunaan Napza. Dari hasil yang diperoleh

diharapkan mahasiswa dapat terlibat dalam upaya pencegahan

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

16

penyalahgunaan Napza dengan memberikan informasi yang cukup

kepada mahasiswa dan masyarakat luas disekitarnya.

3. Faktor Teman Sebaya

Disadari atau tidak, sebuah kelompok teman sebaya dapat

menimbulkan tekanan pada seseorang yang berada dalam

kelompoknya agar berperilaku seperti kelompok itu. Karena tekanan

dalam peer group itu semua orang ingin disukai oleh kelompoknya dan

tidak ada yang mau dikucilkan. Demikian juga pada kelompok teman

sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung

penyalahgunaan napza, dapat memunculkan penyalahgunaan baru.

Penyebab dari faktor lingkungan teman sebaya antara lain:

berteman dengan penyalahguna Napza, tekanan atau ancaman teman

kelompok ataupun pengedar. Adapun penyebab dari faktor lingkungan

masyarakat/sosial anatara lain: lemahnya penegakan hukum dan situasi

politik, sosial serta ekonomi yang kurang mendukung (Hawari, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Hawari (2002) menyebutkan

bahwa pengaruh teman kelompok sebaya mempunyai andil 81,3% bagi

seseorang terlibat penyalahgunaan/ketergantungan napza. Sedangkan

tersedianya dan mudahnya napza diperoleh mempunyai andil 88% bagi

seseorang terlibat penyalahgunaan/ketergantungan napza.

Penelitian lain oleh Saragih (2005) tentang pembinaan terhadap

anak dalam kasus penyalahgunaan Narkotik dan Psikotropika (Studi di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Anak Tanjung Gusta Medan)

menyimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab anak menggunakan

Napza karena ingin dianggap gaul atau hanya sekedar coba-coba dan

ikut-ikutan sebagai akibat pengaruh lingkungan pergaulan. Faktor ini

adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua dan tidak

adanya arahan orang tua terhadap bahaya Napza, selanjutnya adanya

ketidakharmonisan keluarga yang mengakibatkan anak mencari jalan

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

17

keluar sebagai alternatif mengatasi gejolak yang berkecamuk di dalam

hati dan pikirannya yang masih labil karena dalam tahap pancaroba.

4. Faktor Kesempatan

Penyebab dari faktor Napza antara lain: mudahya Napza didapat

dimana-mana dengan harga terjangkau, banyaknya iklan minuman

beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba, serta efek

farmakologik Napza yang menenangkan, menghilangkan nyeri,

menidurkan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.

Ketersediaan dan kemudahan memperoleh Napza juga dapat dikatan

sebagai pemicu. Saat ini indonesia merupakan sasaran empuk bagi

sindikat Narkoba internasional untuk mengedarkan barang tersebut,

yang pada gilirannya menjadikan zat ini dengan mudah diperoleh

(BNN, 2010).

Menurut Siswanto Sunarto (2010: 114) ketidaktahuan generasi

muda pada narkoba serta gejolak kepribadian dan ketersediaan narkoba

merupakan pokok permasalahan dalam memerangi narkoba atau

napza. Oleh karenanya, variabel pasokan dengan permintaan harus

ditangi sekaligus.

Berdasarkan pengakuan para tersangka yang berhasil dijaring

polisi, kokain masuk indonesia dari Kolumbia, heroin, morfin, dan

putaw dari Segi Tiga Emas Asia melalui Bangkok; sedangkan sabu

dari China lewat Hongkong, Bangkok dan Singapura (Kaligis, dan

Soedjono Dirjosiswono 2006: 245). Lebih lanjut dikemukakan pasokan

sabu ini, memang tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-

kota besar lainnya. Namun peredarannya sudah sampai ke kota-kota

kecil bahkan kecamatan. Sabu maupun obat-obat terlarang itu bisa

sampai ketangan penadah disetiap daerah karena biasanya dibawa

melalui darat. Distribusinya sangat rapi dan rahasia, yang melibatkan

mulai dari anak-anak pejabat, artis, mahasiswa, eksekutif, awak

penerbangan bahkan aparat keamanan.

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

18

Menurut O.C Kaligis dan Soedjono Dirjosisworo (2006),

beberapa jenis obat psikotropika seperti pil ekstasi dan sabu juga bisa

diproduksi atau dirakit di Indonesia, bahkan dilaporkan ada yang sudah

mengekspornya ke Hongkong dan Australia. Dengan kata lain,

indonesia kini bukan saja sebagai daerah transit, tetapi telah juga

menjadi daerah pemasaran dan produsen. Karena pada kenyataannya

sudah ada yang memproduksi ekstasi di Indonesia, maka para pemakai

semakin mudah mendapatkannya. Jika pada waktu-waktu yang lalu

peredarannya terbatas di tempat-tempat hiburan di kota-kota besar

seperti Jakarta, Badung, Denpasar, pada saat ini selain di wilayah

pemukiman banyak pula di kampus-kampus universitas dan sekolah

menengah sebagai pasar potensial para pengedar napza. Dan yang

lebih menyedihkan lagi, beberapa SD di Jakarta sudah menjadi sasaran

penjualan obat-obat yang tergolong daftar G, seperti nipam dan

megadon.

Narkoba atau napza yang beredar, ternyata ada yang

dikendalikan oleh narapidana yang berada di Lembaga

Pemasyarakatan. Hal itu terbukti bahwa pabrik ekstasi di Cendana

Loka Blok P I/31, Perumahan Graha Raya, Bintaro, Tangerang

Selatan, yang digerebek pada hari Jum’at 26 Maret 2010 mampu

memproduksi pil 30.000 per minggu, dikendalikan oleh Kebot dari

Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Kebot ditanggap petugas tahun

2007. Terpidana NK yang dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan

Cipinang Jakarta Timur, juga terbukti masih mengendalikan bisnis

ganjanya dari balik jeruji besi. Hal itu terungkap setelah polisi

menangkap kaki tangannya dan menyita 101 kilogram ganja senilai Rp

1,51 miliar di Jalan Raya Pasar Serpong (Kompas, 17/7-2010). Kasus

lain terungkap dari penangkapan dua orang sindikat membawa barang

bukti 575 gram heroin dan 86 gram sabu yang dikendalikan oleh

narapidana yang sedang manjalani hukuman di Lembaga

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

19

Pemasyarakatan Nusakambangan yang dikenal dengan sebutan Kapten

(Kompas, 13/9-2010).

Tidak kalah pentingnya beberapa kasus penangkapan terhadap

pengedar dan penyalahgunaan napza berasal dari informasi

masyarakat. Peran serta masyarakat membantu pencegahan dan

pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika tertuang

dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Nakotika

dan Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

Hasil penelitian Siregar Mastauli (2004) menyimpulkan bahwa

penyalahgunaan alkohol pada tahun 1984 disebabkan karena pengaruh

teman, mencoba-coba, dan untuk bersenang-senang. Pada tahun 1999,

faktor yang mempengaruhi bertambah yaitu karena perasaan menjadi

senang, menghilangkan stress. Siregar Mastauli (2004) menemukan

adanya pengaruh keluarga yaitu mendapatkan perlakuan kasar dari

orang tua selama 6 (enam) bulan berturut-turut dan hubungan orang

tua yang tidak harmonis.

E. Gambaran Umum Kota Purwokerto

Purwokerto tidak bisa dipisahkan dengan Banyumas karena

Purwokerto adalah ibukota dari kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Berbagai julukan di sandang kota di jalur selatan Jawa Tengah ini dari

Kota Wisata, Kota Kripik, Kota Transit, Kota Pendidikan sampai kota

Pensiunan karena begitu banyaknya pejabat-pejabat negara yang pensiun

dan akhirnya menetap di kota ini. Di kota ini pula terdapat museum Bank

Rakyat Indonesia, karena bank pertama kali berdiri ada disini dan pendiri

bank ini adalah R. Wirya Atmadja putra daerah Purwokerto. Dengan

jumlah penduduk sekitar 249.705 jiwa pada tahun 2005. Purwokerto

terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih

aktif di pulau Jawa yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah &

terbesar di Jawa. Secara geografi Purwokerto terletak di koordinat

7°26′LU 109°14′BT. Selain menjadi pusat pemerintahan karena menjadi

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

20

pusat koordinasi daerah Jawa Tengah bagian Barat Bakorlin III. Batas

wilayah kota Purwokerto adalah sebagai berikut :

Barat : Karanglewas

Timur : Kota Purbalingga

Utara : Baturraden (Kaki gunung Slamet)

Selatan : Kabupaten Banyumas

F. Gambaran Umum Lapas Kelas IIA Purwokerto

Lembaga Pemasyarakatan adalah adalah tempat untuk melakukan

pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di

Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik

Indonesia Nomor M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tanggal 26 Februari 1985

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan kapasitas

tempat kedudukan dan kegiatan kerjanya, ditetapkan sebagai Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIB, selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.16.PR.03 Tahun 2001

Tanggal 31 Desember 2003 tentang Organinsasi dan Tata Kerja Lembaga

Pemasyarakatan kapasitas tempat kedudukan dan kegiatan kerjanya,

ditetapkan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA yang membawahi

Rumah Tahanan Banyumas Kelas IID, Purbalingga, dan Banjarnegara.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.03.UM.01.06

Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Tertentu sebagai

rumah tahanan (RUTAN).

Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto berdiri sejak Tahun 1823,

diatas tanah seluas 6.250 meter persegi dengan luas gedung 2.370 meter

persegi. Bangunan ini merupakan peninggalan kolonial Belanda yang

berlokasi di Jalan Jenderal Soedirman No. 104 Purwokerto, yang terletak

di tengah-tengah kota tidak jauh dari kabupaten Banyumas, komplek

pertokoan dan perumahan penduduk. Sejak dibangun pertama kali, gedung

Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto baru mengalami renovasi pada

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

21

tahun 2001, gedung kantor mendapat perluasan 2 (dua) lantai. Sarana fisik

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Purwokerto sebagai berikut

1. Perkantoran

Gedung perkantoran terdiri dari:

a. Ruang kepala

b. Ruang Kasubag Tata Usaha

c. Ruang Umum

d. Ruang Kepegawaian dan Keuangan

e. Ruang Komandan Jaga

f. Ruang Kepala Administrasi Keamanan dan Ketertiban

g. Ruang Keamanan dan Pelaporan Tata Tertib

h. Ruang Kepala Kesatuan Lembaga Pemasyarakatan

i. Ruang Administrasi KPLP

j. Ruang Kasubsi Bimaswat

k. Ruang Kasubsi Registrasi

l. Ruang Kasi BINADIK

m. Ruang Keuangan

n. Ruang Kasi Bimbingan Kerja

2. Dapur Umum

3. Poliklinik

4. Ruang Latihan Kerja Narapidana

5. Ruang Gudang

6. Empat Pos Pengamanan

7. Satu Pos Penjagaan Luar

8. Ruang Ibadah/ Masjid

9. Ruang Perpustakaan

10. Lapangan Olahraga

11. Garasi Motor/ Mobil

12. Adapun tempat untuk Narapidana dan Tahanan terbagi menjadi 2 blok

yaitu:

a. Blok B yang terdiri dari 6 kamar yang ditempati Narapidana:

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

22

Kamar No. 22, 24, 26 : Khusus Narapidana

Kamar No. 21 : Narapidana Narkoba

Kamar No. 23 : Narapidana membantu kebersihan

kantor

Kamar No. 10 : Narapidana yang tugas di dapur

b. Blok A yang terdiri dari 21 kamar yang ditempati Tahanan

Kamar No. 19, 20 : Ruang Isolasi

Kamar No. 1-9, 12-18 : Kamar Tahanan

Kamar No. 11 : Tahanan Narkoba

Kapasitas dari blok dan kamar Narapidana dan Tahanan adalah 111

orang, sedangkan penghuni dari Lembaga Pemasyarakatn Purwokerto

adalah 368 orang. Selain itu, untuk menunjang pekerjaan pegawai di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto juga disediakan fasilitas

komputer di setiap sub bagian serta kendaraan inventaris berupa mobil dan

sepeda motor. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat digunakan untuk pegawai

dalam menjalankan pekerjaanya.

Jumlah penghuni di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Purwokerto pada bulan Juli 2013 adalah 368 orang terdiri dari Narapidana

dan Tahanan.

Jumlah Narapidana dan Tahanan bulan Juli 2013:

Narapidana : 266 orang

Tahanan : 102 orang

Jumlah pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Purwokerto pada

bulan Juli 2013 sebanyak 99 orang yang terdiri dari laki-laki dan wanita.

Laki-laki berjumlah 82 orang dan wanita berjumlah 17 orang. (LAPAS

Kelas IIA Purwokerto, 2012)

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJUAN PUSATAKA A. Napza (Narkotika, Psikotropika ...repository.ump.ac.id/5956/3/Farhan Riyadi Bab II.pdfa. Keluarga dengan manajemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

23

G. Kerangka Konsep

Gambar 1.1. Kerangka Konsep

H. Hipotesis

Mengacu pada hasil penelitian terdahulu dan model penelitian,

maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Faktor keluarga berpengaruh dan signifikan terhadap

penyalahgunaan napza.

H2 : Faktor Kepribadian berpengaruh dan signifikan terhadap

penyalahgunaan napza.

H3 : Faktor teman sebaya berpengaruh dan signifikan terhadap

penylahgunaan napza.

H4 : Faktor kesempatan berpengaruh dan signifikan terhadap

penylahgunaan napza.

PenyalahgunaanNapza

(Y)

Faktor keluarga (X1)

Faktor kepribadian (X2)

Faktor teman sebaya (X3)

Faktor kesempatan (X4)

Faktor-Faktor Yang..., Farhan Riyadi, Fakultas Farmasi UMP, 2014