bab ii tinjaun pustaka a. hasil penelitian...
TRANSCRIPT
-
6
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nuhfil Hanani dan Fahriyah (2012)
yang berjudul daya saing karet Indonesia di pasar internasional.
Menggunaka alat analisis RCA (Refealed comparative adventage) yang
menunjukan nilai RCA 5,5 yang menandakan produk karet indonesia
memiliki keunggulan, jika Indonesia ingin mengalahkan Thailand maka
Indonesia harus melakukan peningkatan produksi melalui peningkatan
produktifitas, peningkatan ekspor melalui diversifikasi negara tujuan di
sertai peningkatan kualitas karet.
Dikdik Kusdiana dan Canda Wulan (2007) meneliti Daya Saing
Ekspor sector unggulan di jawa berat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi sektor-sektor unggulan terutama sector yang tradeable
yang mempunyai daya saing ekspor. Dengan menggunakan alat analisis
input-output (I-O) dan Revealed comparative advantage (RCA) pada table
transaksi input output jawa barat 29x29 sektor tahun 2003 dan data ekspor
jawa barat diperoleh bahwa komoditas unggulan jawa barat yang
mempunyai daya saing ekspor adalah industry barang jadi dari logam dan
industry kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik.
Secara sederhana Globalisasi Ekonomi dapat di artikan sebagai
suatu proses dimana semakin banyak negara yang terlibat langsung dalam
-
7
kegiatan ekonomi Global. Jadi, Proses globalisasi ekonomi adalah
perubahan perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau struktural, dan
proses ini akan berlangsung terus dengan laju yang akan semakin cepat
mengikuti perubahan teknologi yang juga akan semakin cepat dan
peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia.Tulus
Tambunan (2004:1). Perubahan ini telah meningkatkan kadar hubungan
saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam persaingan
antarnegara, tidak hanya dalam perdagangan internasional, tetapi juga
dalam investasi, keuangan dan produksi. Globalisasi Ekonomi ditandai
dengan semakin menipisnya batas-batas geografi dan kegiatan ekonomi
atau pasar secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal
menjadi satu proses yang melibatkan banyak negara.
B. Landasan teori
1. Konsep Daya Saing Daerah
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam
mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan
dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. (Piter
Abdullah,2002).
Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar
produktivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita
lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan suatu
perekonomian daripada kemampuan sektor swasta atau perusahaan.
-
8
Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk
didalam perekonomian tersebut. Kata kunci dari konsep daya saing adalah
“kompetisi”. Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan para
kompetitor menjadi relevan. Kata “daya saing” menjadi kehilangan
maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup.
2. Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-
barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian didalam
suatu wilayah tertentu selama satu tahun (Sukirno, 1985). Tingkat
pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatn wilayah ataupun
pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Pendapatan rata-
rata masyarakat menunjukkan kondisi ekonomi masyarakat pada wilayah
tersebut.
Dampak positif dari globalisasi ekonomi terhadap ekspor adalah
ekspor atau pangsa pasar dunia dari suatu negara jadi
meningkat,sedangkan efek negatifnya adalah kebalikannya : suatu negara
kehilangan pansa pasar dunianya yang selanjutnya berdampak negative
terhadap volume produksi dalam negeri dan PDB serta meningkatnya
jumlah pengangguran kemiskinan. Ada sejumlah indikator yang dialkukan
dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk mengkaji seberapa baik
kinerja ekspor (dalam hal ini Indonesia) selama ini dan untuk memprediksi
prospeknya kedepan. Salah satunya yang bumum dipakai adalah
pertumbuhan nilai atau volume ekspor rata-rata pertahun atau tren
-
9
pertumbuhan jangka panjangnya. Dasar pemikiran dari penggunaan
indikator ini adalah sebagai berikut: kinerja ekspor Indonesia yang baik
dicerminkan salah satunya laju pertumbuhan rata-rata per tahunnya yang
relative tinggi di bandingkan negara pesaing, atau oleh tren pertumbuhan
jangka panjangnya yang positif (meningkat). Tren pertumbuhan jangka
panjangnya yang positif dan meningkat dari ekspor dari suatu produk
mencerminkan perubahan jangka panjang dari tingkat daya saing dari
tingkat daya saing dari produk tersebut didalam perdagangan global.
(Tulus Tambunan,2004 : 136)
Indikator kedua yang juga umum digunakan untuk mengukur
perkembangan ekspor adalah diversifikasi produk menurut Jenis
kandungan teknologi, Jenis kegunaan produk, Jenis pasar atau kelompok
pendapatan, dan Intensitas penggunaan faktor produksi : padat karya,
modal/teknologi, sumber daya alam, pertanian, know-how, dan
keterampilan (skill). Struktur ekspor dari suatu Negara menurut tiga
kelompok sektor besar, yakni pertambangan, pertanian, dan industri
manufaktur, umumnya digunakan sebagai salah satu indikator untuk
mengukur tingkat pembangunan ekonomi atau sektor industri manufaktur
(industrialisasi) di Negara tersebut. Semakin besar prosentase kontribusi
dari industri terhadap total ekspor mencerminkan semakin tinggi tingkat
pembangunan atau industrialisasi di Negara bersangkutan. Indikator ketiga
adalah struktur (diversifikasi) pasar. Kinerja Ekspor Indonesia dapat
dikatakan relative bagus jika pasar ekspornya juga luas, misalya tidak
-
10
hanya pasar Asia, tetapi juga pasar Eropa dan Amerika. Atau semakin
tinggi konsentrasi pasar mencerminkan bahwa sebenarnya produk-produk
indonesia tidak terlalu laku di dunia. Sebagai satu contoh konkret, kinerja
ekspor mobil Jepang sangat baik karena dipakai di seluruh dunia, terutama
Toyota, sedangkan ekspor tekstil atau TPT Indonesia terkonsentrasi di
pasar Amerika Serikat.
3. Konsep Daya Saing
Daya saing ekspor adalah suatu kemampuan suatu sektor yang
menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan suatu
daerah dibandingkan pembagian rata-rata daerah lainnya dalam suatu
kawasan yang lebih luas karena mempunyai kemampuan mengekspor
yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata ekspor yang sama dari daerah lain
(Dikdik, 2007 : 12). Dalam mengkaji daya saing mengacu pada teori-teori
terjadinya perdagangan internasional
4. Teori Keunggulan Absolut
Teori absolut dikemukakan oleh Adam Smith, yaitu setiap negara
akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade)
karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika
negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta
mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak
(absolute disadvantage). Suatu negara dikatakan mempunyai keunggulan
absolut apabila suatu negara dapat
-
11
Menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara
absolut lebih rendah dari negara lain (Salvatore 1997 : 27). Asumsi pokok
dari teori keunggulan absolut antara lain :
1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja.
2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama.
3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.
4. Biaya transport diabaikan.
5. Teori Keunggulan Komparatif
Comparative Advantage (keunggulan komparatif) pertama kali
dikemukakan oleh David Ricardo (1917). Ricardo mengemukakan bahwa
apabila ada dua negara yang saling berdagang dan masing-masing negara
mengkonsentrasikan diri untuk mengeskpor barang yang bagi negara tersebut
Memiliki keunggulan komparatif maka kedua negara tersebur akan
beruntung. Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau
daerah adalah komoditi tersebut lebih unggul secara relatif dengan
komoditi lain didaerahnya.Dalam perdagangan bebas antar daerah,
mekanisme pasar mendorong masing-masing daerah bergerak ke arah
sektor yang memiliki keunggulan komparatif. Namun mekanisme pasar
seringkali bergerak lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu
daerah. Untuk itu informasi tentang keunggulan komparatif suatu
Daerah apabila sudah diketahui lebih dulu, pembangunan dapat
dilakukan tanpa menunggu mekanisme pasar (Tarigan, 2006 : 79).
Kemudian dalam teori modern, dikenal dengan teori Heckser dan Ohlin
-
12
(H-O), yang sering disebut dengan teori proporsi faktor atau teori
ketersediaan faktor. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan
internasional terjadi karena opportunity cost yang berbeda antar negara.
Jadi menurut teori H-O suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi
dan ekspor barang-barang yang jumlah input utamanya yang relatif banyak
di negara tersebut dan mengimpor yang input utamanya tidak dimiliki oleh
daerah tersebut (Tambunan, 2005 : 94 ).
6. Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan
atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai
inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam
proses produksinya (Tri Widodo, 2006: 185). Sektor unggulan sebagai sektor
yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak hanya
mengacu pada lokasi secara geografis saja melainkan merupakan suatu sektor
yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu
menggerakkan ekonomi secara keseluruhan.
Sambodo (dalam Achmad Firman, 2007 : 9), ciri-ciri sektor yang
memiliki keunggulan adalah sebagai berikut:
Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
1. Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar
2. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi
baik keterkaitan depan ataupun kebelakang
3. Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
-
13
7. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Adam Smith
Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan
efisiensi, membawa ekonomi kepada full employment dan menjamin
pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi (stationary state). Posisi
stationer terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya
termanfatkan. Kalaupun ada pengangguran hal itu bersifat sementara.
Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan
fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam
perekonomian. (Tarigan, 2007)
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi mejadi lima
tahap yang berurutan dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa
bercocok tanam, masa berdagag, dan tahap masa industri. Menurut teori
ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan
ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja
antar pelaku ekonomi. Smith memandang pekerja sebagai salah satu
input produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral
pembahasan dalam teori ini sebagai upaya peningkatan produktifitas
kerja. Dalam pembangunan ekonomi, modal memegang peranan
penting. Akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses
pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan
keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kerja pada suatu
-
14
sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal,
mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan
memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi
tujuan pada akhirnya harus tunduk pada fungsi kendala yaitu
keterbatasan sumber daya ekonomi (Kuncoro, 1997).
b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori basis ekspor murni dikembanngkan pertama kali oleh Tiebout.
Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam
satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah
kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal
perekonomian wilayah dan sekaligus berfugsi mendorong tumbuhnya jenis
pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu
pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah
tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh),
pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara
keseluruhan. (Tarigan, 2007)
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
teknologi, kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan
yang ada. Menurut Simon Kuznets.
-
15
Dari definisi di atas berarti terdapat tiga komponen pokok dalam
pertumbuhan ekonomi sebagai berikut.
a. Kenaikan output secara berkesinambungan merupakan perwujudan dari
pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis
barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi di suatu negara.
b. Perkembangan teknologi merupakan dasar atau prakondisi bagi
berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.
c. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam
teknologi baru, perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan,
sikap, dan ideologi. Inovasi dalam bidang teknologi harus dibarengi
dengan inovasi dalam bidang sosial.
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka
panjang dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa. Ditinjau
dari sudut ekonomi, perkembangan ekonomi menimbukan dua efek penting,
yaitu kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat dan penciptaan
kesempatan kerja baru karena semakin bertambahnya jumlah penduduk.
8. Faktor- Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Mengapa suatu perekonomian dapat berkembang dengan cepat,
tetapi terkadang tidak mengalami perkembangan? Begitu juga dengan
pertumbuhan ekonomi suatu negara, adakalanya bergerak dengan cepat,
namun terkadang bergerak dengan lambat. Hal ini dikarenakan ada faktor-
faktor yang memengaruhinya. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
-
16
a. Barang Modal
Barang-barang modal adalah berbagai jenis barang yang
digunakan untuk memproduksi output (barang dan jasa). Misalnya:
mesin-mesin pabrik, peralatan pertukangan, dan sebagainya.
b. Teknologi
Selain barang-barang modal, teknologi juga berpengaruh dalam
pertumbuhan ekonomi. Kemajuan ekonomi diberbagai negara terutama
ditimbulkan oleh kemajuan teknologi.
c. Tenaga Kerja
Hingga saat ini, khususnya di negara yang sedang berkembang,
tenaga kerja masih merupakan faktor produksi yang dominan. Penduduk
yang banyak akan memperbesar jumlah tenaga kerja. Penambahan tenaga
kerja ini memungkinkan suatu negara itu menambah jumlah produksi.
Dengan demikian akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
d. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh
alam, seperti tanah, iklim, hasil hutan, hasil tambang, dan lain-lain yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usahanya mencapai
kemakmuran. Sumber daya alam akan dapat mempermudah usaha untuk
membangun perekonomian suatu negara.
e. Manajemen
Perekonomian dalam suatu negara akan berkembang pesat apabila
dikelola dengan baik. Sistem pengelolaan inilah yang dinamakan
-
17
manajemen. Seperti halnya bangsa Indonesia, memiliki potensi sumber
daya alam yang beragam dan melimpah serta jumlah penduduk yang
besar, apabila potensi yang ada dikelola dengan baik maka dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi.
f. Kewirausahaan
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah seseorang yang mampu
dan berani untuk mengambil risiko dalam melakukan suatu usaha guna
memperoleh keuntungan. Peranan wirausahawan dalam memajukan
perekonomian telah terbukti dari masa ke masa. Wirausahawan dalam
melakukan investasi akan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan
output nasional, dan meningkatkan penerimaan negara berupa pajak.
g. Informasi
Salah satu syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi sumber
daya ekonomi yang efisien adalah adanya informasi yang sempurna dan
seimbang. Informasi sangat menunjang pertumbuhan ekonomi karena
pelaku-pelaku ekonomi dapat mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang akurat dan cepat.
9. Pengertian ekspor dan daya saing ekspor
Ekspor dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut produksi
barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara untuk dikonsumsikan di
luar batas negara tersebut (Triyoso, 1994). Lebih jelas lagi, Deliarnov
(1995) menambahkan bahwa ekspor merupakan kelebihan produksi dalam
negeri yang kemudian kelebihan produksi tersebut dipasarkan di luar
-
18
negeri. Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di
Bidang Ekspor, menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
barang dan jasa dari daerah kepabeanan suatu negara. Adapun daerah
kepabeanan sendiri didefinisikan sebagai wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-
tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang
didalamnya berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan.
Dapat dikatakan juga bahwa ekspor barang adalah seluruh barang
yang dibawa keluar dari wilayah suatu negara, baik bersifat komersial
maupun bukan komersial (barang hibah, sumbangan, hadiah), serta barang
yang akan diolah di luar negeri dan hasilnya dimasukkan kembali ke
negara tersebut. (versi BPS)
Adapun yang tidak termasuk katagori ekspor antara lain pakaian,
barang pribadi dan perhiasan milik penumpang yang bepergian ke luar
negeri, barang-barang yg dikirim untuk perwakilan suatu negara di luar
negeri, barang-barang untuk ekspedisi/pameran, peti kemas untuk diisi
kembali, uang dan surat-surat berharga serta barang-barang untuk contoh
(sample). Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah,
negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor
pekerjaan yang relatif tinggi 7 dan berkesinambungan untuk menghadapi
persaingan internasional (sumber : OECD). Oleh karena daya saing
-
19
industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka
kebijakan pembangunan industri nasional didahului dengan mengkaji
sektor industri secara utuh sebagai dasar pengukurannya.
Tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan
internasional, pada dasarnya amat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan
kompetitif (competitive advantage). Lebih lanjut, faktor keunggulan
komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah dan faktor
keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired atau
dapat dikembangkan/diciptakan (Tambunan, 2001). Selain dua faktor
tersebut, tingkat daya saing suatu negara sesungguhnya juga dipengaruhi
oleh apa yang disebut Sustainable Competitive Advantage (SCA) atau
keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini terutama dalam kerangka
menghadapi tingkat persaingan global yang semakin lama menjadi
sedemikian ketat/keras atau Hyper Competitive.
Analisis Hyper Competitive (persaingan yang super ketat) berasal
dari D’Aveni (Hamdy, 2001), dan merupakan analisis yang menunjukkan
bahwa pada akhirnya setiap negara akan dipaksa memikirkan atau
menemukan suatu strategi yang tepat, agar negara/perusahaan tersebut
dapat tetap bertahan pada kondisi persaingan global yang sangat sulit.
Menurut Hamdy, strategi yang tepat adalah strategi SCA (Sustained
Competitive Advantage Strategy) atau strategi yang berintikan upaya
perencanaan dan kegiatan operasional yang terpadu, yang mengkaitkan 5
-
20
lingkungan eksternal dan internal demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun
jangka panjang, dengan disertai keberhasilan dalam mempertahankan
/meningkatkan sustainable real income secara efektif dan efisien.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi daya saing dalam perdagangan
internasional. Menurut hasil survey IMD (International Management
Development) daya saing Indonesia dibandingkan 30 negara-negara utama
dunia lainnya, dipengaruhi beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
a. Kepercayaan investor yang rendah (sebagai akibat resiko politik,
credit rating yang rendah, diskriminasi dalam masyarakat, sistim
penegakan hukum yang lemah, penanganan ketenagakerjaan, subsidi
yang tinggi, banyak korupsi)
b. Daya saing bisnis yang rendah yang meliputi kualitas SDM yang
masih rendah, hubungan perburuhan yang selalu bermusuhan
(hostile), praktek-praktek bisnis yang tidak etis dan lemahnya
corporate governance.
c. Daya saing yang rendah (nilai-nilai di masyarakat tidak mendukung
daya saing dan globalisasi, kualitas wiraswasta dan kemampuan
marketing yang rendah, produktivitas menyeluruh yang rendah)
d. Infrastruktur lemah (pendidikan dan kesehatan yang kurang,
perlindungan hak patent dan cipta lemah, penegakan hukum
lingkungan hidup yang lemah, biaya telekomunikasi internasional
yang mahal, anggaran yang mahal, kurangnya alih teknologi, kurang
ahli teknologi informasi).
-
21
Daya saing juga mengindikasikan terjadinya penguatan perekonomian
domestik dengan orientasi dan daya saing global. Secara makro, teori
globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah teori yang didasarkan atas
asumsi perdagangan bebas/pasar bebas di seluruh dunia, tanpa adanya
hambatan baik dalam bentuk tarif atau non tarif (Wibowo, 2004). Namun
secara mikro, globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah inisiatif bisnis
yang didasarkan atas kepercayaan bahwa dunia telah menjadi sedemikian
homogen, seiring dengan makin mengaburnya perbedaan nyata antar pasar
domestik. Tentang kerja sama regional, Hamdy (2001; 88) mengemukakan
bahwa kerja sama ekonomi dan keuangan, khususnya di bidang perdagangan
internasional, saat ini mengarah pada pembentukan kerja sama guna
mewujudkan integrasi ekonomi dan keuangan secara regional.
10. Keunggulan Komparatif
Hukum keunggulan komparatif pertama kali dijelaskan dalam buku
yang diterbitkan oleh David Ricardo yang berjudul Principles of Political
Economy and Taxation pada tahun 1817. Menurut tingkat keunggulan
komparatif tersebut meskipun suatu Negara mengalami kerugian atau
ketidak unggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika di
bandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang masih
menguntungkan masih dapat berlangsung. Hal ini bias terjadi jika salah
satu negara berspsesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi
yang memiliki kerugian absolut paling rendah (komoditi yang memiliki
keunggulan komparatif) dan mengimppor komoditi yang memiliki
kerugian absolut lebih besar atau yang memiliki keunggulan komparatif.
-
22
Hukum komparatif tersebut berlaku beberapa asumsi yaitu (1).
Hanya terdapat dua Negara dan dua komoditi, (2). Perdagangan bersifat
bebas, (3). Terdapat mobilitas yang sempurna di dalam namun tidak ada
mobilitas di dua Negara, (4). Biaya produksi konstan, (5). Tidak ada biaya
transportasi, (6). Tidak ada perubahan teknologi, (7). Menggunakan nilai
tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima, namun asumsi
tujuh tidak berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk keunggulan
komparatif.
Eli Heckser dan Bertil Ohlin dalam buku Salvatore (1996)
menelaah sebab-sebab dan dampak keunggulan komparatif bagi tiap
negara dalam hubungan perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi
di kedua negara. Teori H-O Menyatakan bahwa suatu Negara memiliki
keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi secara intensif
memanfaatkan kepemilikan factor-faktor produksi yang melimpah di
negaranya. Teori ini juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasar
kelimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage),
yang mengasumsikan bahwa setiap Negara memiliki kesamaan fungsi
produksi, sehingga fakyor produksi yang sama menghasilkan output
produksi yang sama namun dibedakan dengan oleh harga-harga relative
faktor produksi yang sama.
-
23
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 kerangka pemikiran
Sektor Unggulan
Analisis Kontribusi Laju Pertumbuhan
Analisis Daya Saing
RCA
Daya Saing Bagus RCA > 1
Daya Saing Tidak Bagus
RCA < 1