bab ii : tinjauan umum -...

34
BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia 1. Pengertian Agama dan Unsur-unsurnya Dilihat dari perspektif agama, umur agama setua dengan umur manusia. Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk agama. Agama ada pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib dan supranatural yang biasanya disebut sebagai Tuhan dengan segala konsekuensinya. Atau sebaliknya, agama yang ajaran- ajarannya teratur dan tersusun rapi serta sudah baku itu merupakan usaha untuk melembagakan sistem kepercayaan, membangun sistem nilai kepercayaan, upacara dan segala bentuk aturan atau kode etik yang berusaha mengarahkan penganutnya mendapatkan rasa aman dan tentram. 1 Karena inti pokok dari semua agama adalah kepercayaan tentang adanya Tuhan, sedangkan persepsi manusia tentang Tuhan dengan segala konsekuensi beranekaragam, maka agama-agama yang dianut manusia di dunia ini pun bermacam-macam pula. Barangkali, karena kondisi seperti inilah Mukti Ali mengatakan: Barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan definisi selain dari kata agama. Paling sedikit ada tiga alasan untuk hal ini. Pertama, karena pengalaman agama itu adalah soal batini dan subyektif, juga sangat individualistik…. Alasan kedua, bahwa barangkali tidak ada orang yang berbicara begitu bersemangat dan emosional lebih daripada membicarakan agama… maka dalam membahas tentang arti agama selalu ada emosi yang kuat sekali hingga sulit memberikan arti kalimat agama itu…. Alasan ketiga, bahwa konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama itu. 2 1 Abdul Madjid, et.al, al-Islam, Jilid I, Pusat Dokumentasi dan Publikasi Universistas Muhammadiyah, Malang, 1989, hlm. 26. 2 Mukti Ali, Agama, Universitas dan Pembangunan, Badan Penerbit IKIP, Bandung, 1971, hlm. 4. lihat juga Endang Syaefudin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, PT Bina Ilmu, Surabaya, 2002, hlm. 117-118. 11

Upload: builiem

Post on 10-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

1. Pengertian Agama dan Unsur-unsurnya

Dilihat dari perspektif agama, umur agama setua dengan umur

manusia. Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk

agama. Agama ada pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan

tentang adanya kekuatan gaib dan supranatural yang biasanya disebut sebagai

Tuhan dengan segala konsekuensinya. Atau sebaliknya, agama yang ajaran-

ajarannya teratur dan tersusun rapi serta sudah baku itu merupakan usaha

untuk melembagakan sistem kepercayaan, membangun sistem nilai

kepercayaan, upacara dan segala bentuk aturan atau kode etik yang berusaha

mengarahkan penganutnya mendapatkan rasa aman dan tentram.1

Karena inti pokok dari semua agama adalah kepercayaan tentang

adanya Tuhan, sedangkan persepsi manusia tentang Tuhan dengan segala

konsekuensi beranekaragam, maka agama-agama yang dianut manusia di

dunia ini pun bermacam-macam pula. Barangkali, karena kondisi seperti inilah

Mukti Ali mengatakan:

Barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan definisi selain dari kata agama. Paling sedikit ada tiga alasan untuk hal ini. Pertama, karena pengalaman agama itu adalah soal batini dan subyektif, juga sangat individualistik…. Alasan kedua, bahwa barangkali tidak ada orang yang berbicara begitu bersemangat dan emosional lebih daripada membicarakan agama… maka dalam membahas tentang arti agama selalu ada emosi yang kuat sekali hingga sulit memberikan arti kalimat agama itu…. Alasan ketiga, bahwa konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama itu.2

1 Abdul Madjid, et.al, al-Islam, Jilid I, Pusat Dokumentasi dan Publikasi Universistas

Muhammadiyah, Malang, 1989, hlm. 26. 2 Mukti Ali, Agama, Universitas dan Pembangunan, Badan Penerbit IKIP, Bandung,

1971, hlm. 4. lihat juga Endang Syaefudin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, PT Bina Ilmu, Surabaya, 2002, hlm. 117-118.

11

Page 2: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

12

Mengenai arti agama secara etimologi terdapat perbedaan pendapat, di

antaranya ada yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa

Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : “a” berarti tidak dan “gama”

berarti kacau, jadi berarti tidak kacau.3

Kata agama dalam bahasa Indonesia sama dengan “Adiin” (dari

bahasa Arab) dalam bahasa Eropa disebut “religi”, religion bahasa Inggris, la

religion (bahasa Perancis), the religie (bahasa Belanda), die religion, (bahasa

Jerman). Kata “diin” dalam bahasa Semit berarti undang-undang (hukum),

sedang kata diin dalam bahasa Arab berarti menguasi, menundukkan, patuh,

hutang, balasan, kebiasaan.

Meskipun terdapat perbedaan makna secara etimologi antara diin dan

agama, namun umumnya kata diin sebagai istilah teknis diterjemahkan dalam

pengertian yang sama dengan “agama”.4 Kata agama selain disebut dengan

kata diin dapat juga disebut syara, syari’at/millah. Terkadang syara itu

dinamakan juga addiin/millah. Karena hukum itu wajib dipatuhi, maka disebut

addin dan karena hukum itu dicatat serta dibukukan, dinamakan millah.

Kemudian karena hukum itu wajib dijalankan, maka dinamakan syara.5

Dari pengertian agama dalam berbagai bentuknya itu maka terdapat

bermacam-macam definisi agama. Harun Nasution telah mengumpulkan

delapan macam definisi agama yaitu:

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib

yang harus dipatuhi.

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai

3 Taib Thahir Abdul Mu’in, Ilmu Kalam, Wijaya, Jakarta, 1992, hlm. 112. Cf Nasrudin

Razak, Dienul Islam, PT al-Ma’arif, Bandung, 1973, hlm. 76. 4 Abdul Aziz Dahlan, et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,

Jakarta, 1997, hlm. 63. 5 Taib Thahir Abdul Mu’in, op.cit, hlm. 121.

Page 3: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

13

3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan

pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang

mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup

tertentu.

5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan gaib.

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini

bersumber pada suatu kekuatan gaib.

7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan

perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam

sekitar manusia.

8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang

Rasul.6

Dengan demikian unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama

ialah:

1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan

gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus

mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik

ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib

itu.

2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di

akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang

dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejateraan dan

kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.

3. Respons yang bersifat emosional dari manusia. Respons itu bisa mengambil

bentuk perasaan takut, seperti agama-agama yang terdapat dalam agama-

agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan

yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau pemujaan yang terdapat

6 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, UI Press, Jakarta, 1985, hlm.10.

Page 4: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

14

dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil

bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.

4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib,

dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang

bersangkutan dan dalam bentuk tertentu.7

Sejalan dengan pandangan Harun nasution, Endang Saifuddin Anshari

mengemukakan unsur-unsur agama sebagai berikut :

Pertama, agama (religion atau din) adalah satu sistema credo (tata-

keimanan atau tata-keyakinan) atas adanya sesuatu Yang Mutlak di luar

manusia; kedua, di samping itu agama adalah juga satu sistema ritus (tata-

peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Yang Mutlak itu; ketiga, di

samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga

adalah satu sistema norma (tata-kaidah atau tata-aturan) yang mengatur

hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam

lainnya, sesuai dengan tata-keimanan dan tata-peribadatan termaktub di atas.8

2. Masuknya Agama Hindu dan Budha

Di India, agama Hindu sering disebut dengan nama Sanatana Dharma,

yang berarti agama yang kekal, atau Waidika Dharma, yang berarti agama

yang berdasarkan kitab suci Weda. Menurut para sarjana, agama tersebut

terbentuk dari campuran antara agama India asli dengan agama atau

kepercayaan bangsa Arya.

Sebelum kedatangan bangsa Arya, di India telah lama hidup bangsa-

bangsa Dravida yang telah mencapai suatu tingkat peradaban yang

tinggi, sebagaimana dibuktikan oleh penelitian-penelitian yang dilakukan

terhadap wilayah Lembah Indus. Peradaban lembah ini dalam satu segi juga

7 Ibid, hlm. 11. 8 Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan

Tinggi, CV. Rajawali, Jakarta, 1992, cet 3. hlm 33.

Page 5: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

15

menunjukkan gambaran keagamaan ada pada waktu itu, yang tetap dapat

dilacak dalam agama Hindu sekarang ini.9

Secara garis besar perkembangan agama Hindu dapat dibedakan

menjadi tiga tahap. Tahapan pertama sering disebut dengan zaman Weda,

yang dimulai dengan masuknya bangsa Arya di Punjab hingga munculnya

agama Buddha. Pada masa ini dikenal adanya tiga periode agama yang disebut

dengan periode tiga agama penting (tiga agama besar). Ketiga periode ini

adalah periode ketika bangsa Arya masih berada di daerah Punjab (1500-1000

S.M,). Agama dalam periode pertama lebih dikenal sebagai agama Weda

Kuno atau agma Weda Samhita. Periode kedua ditandai oleh munculnya

agama Brahmana, di mana para pendeta sangat berkuasa dan terjadi banyak

sekali perubahan dalam hidup keagamaan (1000-750 S.M.). Perubahan

tersebut lebih bersifat dari dalam agama weda sendiri dibanding perubahan

karena penyesuaian agama Weda dengan kepercayaan-kepercayaan yang

berasal dari luar. Agama Weda pada periode kedua ini lebih dikenal dengan

agama Brahmana. Periode ketiga ditandai oleh munculnya pemikiran-

pemikiran kefilsafatan ketika bangsa Arya menjadi pusat peradaban sekitar

sungai Gangga (750-500 S.M.). Agama Weda periode ini dikenal dengan

agama Upanishad.

Tahapan kedua adalah tahapan atau zaman agama Budha, yang

mempunyai corak yang sangat lain dari agama Weda. Zaman agama Budha ini

diperkirakan berlangsung antara 500 S.M. –300 M.

Tahapan ketiga adalah apa yang dikenal sebagai zaman agama Hindu,

berlangsung sejak 300 M. hingga sekarang.10

Agama Hindu tidak hanya terdapat di India, tetapi juga telah masuk ke

Indonesia, bahkan sangat kuat pengaruhnya terutama di Jawa. Kapan agama

9 Romdhon, et al, Agama-Agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta,

1988, hlm94. 10 Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama, bagian II, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,

1993, hlm.152.

Page 6: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

16

tersebut masuk ke Nusantara (Indonesia) tidak dapat diketahui secara pasti.

Interpretasi terhadap penemuan kepurbakalaan, peninggalan karya tulis dan

sebagainya, juga tidak memberikan informasi tentang siapa nama pembawa

agama tersebut.

Ada beberapa bukti pengaruh agama Hindu dan kebudayaan India

terhadap Indonesia dalam bidang sastra dan agama, seni bangunan dan adat

kebiasaan yang ada di sekitar kraton. Dari sini barangkali dapat dipahami

bahwa masuknya pengaruh tersebut bukan melalui kasta-kasta Sudra, Waisya

ataupun Ksatria, tetapi oleh para Brahmana, karena merekalah yang

berwenang membaca kitab suci dan menentukan peribadatan. Ajaran tentang

samsara, karma yang tidak terlepas dari ajaran kasta (yang dikaitkan dengan

kelahiran seseorang) memungkinkan dugaan bahwa agama Hindu bukan

agama dakwah dan tidak mencari pengikut. Sering menjadi persoalan adalah

bagaimana pengaruh para Brahmana terhadap lingkungan kraton tersebut.

Dugaan kuat dalam hal ini ialah bahwa yang aktif adalah orang-orang

Indonesia sendiri. Karena adanya hubungan dagang dengan orang-orang India,

maka banyak rakyat yang juga hidup berdagang dan menjadi kaya. Hubungan

raja dan rakyat juga baik sehingga para raja juga menghargai para Brahmana

tersebut. Dalam lingkungan kehidupan beragama, para pedagang yang

beragama Hindu memerlukan para Brahmana. Oleh karena itu para Brahmana

tersebut memiliki kesempatan untuk berada dalam lingkungan kraton. Hal ini

terbukti dengan penemuan prasasti di Kutai yang menunjukkan bahwa untuk

keperluan sedekah, raja memberikan beberapa ekor sapi kepada para

Brahmana.

Aliran agama Hindu yang paling besar pengaruhnya adalah aliran Siwa

dan Tantra (abad 6). Di Indonesia, aliran Tantra dan agama Budha (yang

sempat mendesak Tantra keluar dari India) justru menyatu dengan sebutan

agama Siwa-Budha. Percampuran antara keduanya terlihat jelas pada zaman

kerajaan Singasari (1222-1292).

Page 7: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

17

Dari penemuan prasasti dapat diketahui bahwa perkembangan

pengaruh agama Hindu di Indonesia tetap berpusat di sekitar kraton,

sungguhpun ada juga, karena jarak yang jauh, berpusat di biara-biara dan

pemakaman-pemakaman. Prasasti Kutai dari zaman raja Mulawarman abad

ke-5 menunjukkan bahwa korban sesajian oleh raja dilaksanakan dan

diselenggarakan sesuai dengan ajaran kitab Manusmirti. Pemujaan ditujukan

mungkin kepada Siwa dan mungkin kepada Wisnu. Di Jawa Barat, pasasti dari

raja Purnawarman menunjukkan bahwa agama yang berpengaruh adalah

agama Hindu aliran Wisnu; sementara prasasti di Jawa Tengah dari zaman

raja-raja Sanjaya (723) memperlihatkan bahwa agama yang berpengaruh

adalah agama Hindu aliran Siwa.11

Tahun 928 M, pusat kraton yang ada di Jawa Timur (Dinasti Raja

Sendok) lebih bercorak Wisnu. Peninggalan-peninggalan kitab sesudah zaman

itu (yaitu sekitar abad ke-10) adalah kitab Brahmandapurana yang di antara

isinya adalah tentang penciptaan (kosmogoni), silsilah para Resi, keterangan-

keterangan tentang kasta, asrama, yogi dan sebagainya. Juga terdapat uraian

tentang kitab Weda dan penjelasan hal-hal lain yang semuanya berupa mitos.

Kitab Agastyaparwa (akhir abad 10 memuat dialog antara agastya dan

puteranya, Drdhastu). Isi kitab tersebut adalah tentang kosmogoni, lahirnya

para Brahmarsi, lahirnya Manu dan lahirnya Manwatara.

Aliran Tantra mencapai puncak perkembangannya pada zaman

Singasari dan Majapahit. Dalam kitab Nagarakertagama disebutkan bahwa

raja Kertanegara menekuni kitab Subhuti Tantra. Menurut kitab Pararaton, ia

adalah seorang pemabuk, seorang pemuja yang erat hubungannya dengan

upacara pancatattwa (Lima-M). Raja Adityawarman dinobatkan dalam

upacara Bhairawa karena ia adalah penganut sekte Siwa yang menekankan

pada aliran Tantrayana. Menurut prasasti Surowaso (1375), ia dinobatkan

menjadi Bhairawa di Ksetra dengan duduk di atas singgasana yang terdiri dari

11 Djamannuri, Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-Agama, Kurnia Kalam Semesta, Yogyakarta, 2000, hlm.37.

Page 8: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

18

tumpukan mayat sambil tertawa terbahak-bahak dan minum darah. Sebagai

korban dibakar mayat-mayat yang baunya dikatakan seperti harumnya berjuta-

juta bunga. Di Padang Lawas Sumatra, paham Tantrayana juga mengutamakan

Bhairawa.

Dalam perkembangan selanjutnya, selain pusat-pusat keagamaan di

kraton, juga terdapat pusat-pusat keagamaan Hindu yang disebut Paguron atau

Mandala atau Kasturi. Di tempat-tempat ini para pendeta memberikan

pelajaran yang ada pada waktu itu adalah kitab Tantu Panggelaran, juga kitab

Nawaruci yang juga disebut dengan kitab Tattwajnana. Kitab terakhir ini

penting karena mistik yang terdapat di dalamnya sampai sekarang masih

berlaku di kalangan tertentu. Dasar fikiran dan mistik itu sendiri juga terdapat

dalam kitab-kitab Suluk yang sudah mendapat pengaruh dari Islam .

Di Bali, pengaruh Majapahit sangat kuat. Oleh karena itu agama Hindu

Jawapun sangat berpengaruh di sana, yang lama kelamaan bercampur dengan

agama asli Bali yang disebut agama Tirta dan kemudian disebut agama Hindu

Dharma.

Agama asli Bali mempunyai kepercayaan terhadap para dewa yang

dihindukan sesuai dengan agama Hindu-Jawa. Orang-orang asli Bali

mempercayai para dewa yang dulunya adalah arwah nenek moyang mereka, di

samping percaya terhadap roh-roh jahat. Dewa-dewa yang berasal dari Hindu-

Jawa disebut dengan Bhatara, yang terpenting di antaranya adalah Bhatara

Brahma (dewa api), Bhatara Surya (dewa matahari), Bhatara Indra (dewa

penguasa surga), Bhatara Yama (penguasa maut) dan Bhatari Durga (dewi

maut atau kematian). Bhatara Siwa adalah dewa tertinggi yang menguasai dan

memiliki kekuatan para dewa lainnya. Bahkan semua dewa adalah

penjelmaannya. Penjelmaan Siwa yang dianggap penting adalah Bhatara

Guru, Bhatara Kala dan Bhatari Durga.

Karena Arwah nenek moyang juga didewakan di Bali, maka di Bali

tedapat pengkultusan terhadap orang yang sudah mati. Ada dua macam

pemujaan terhadap orang yang sudah mati. Menurut kepercayaan Bali asli,

Page 9: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

19

mayat tersebut cukup ditempatkan di hutan-hutan atau di aliran sungai-sungai,

dan menurut kepercayaan Hindu-jawa, pemujaan terhadap orang mati

dilakukan dengan cara membakar mayatnya terutama di kalangan bangsawan.

Orang mati dipuja terutama karena ada anggapan bahwa dengan

pemujaan tersebut arwahnya akan dapat segera sampai di tempat yang tenang

dan tidak akan mengganggu orang yang masih hidup. Jiwa orang yang masih

hidup dianggap terbelenggu oleh jasad sehingga menjadi kotor. Agar jiwa

lepas dari belenggu tersebut maka jiwa harus disucikan dengan cara-cara

tertentu. Melalui kematian jiwa berpisah dari jasad tetapi masih belum

sempurna karena belum bebas sebebas-bebasnya dan masih harus mengalami

kelahiran kembali. Jiwa semacam ini disebut pirata, dan dapat mendatangkan

petaka bagi keluarganya.

Sesudah penyucian karena kematian, maka penyucian tahap berikutnya

adalah penyucian dengan mempergunakan api dan air yang dilakukan dengan

membakar mayat dan abunya dibuang ke laut atau ke sungai-sungai agar noda-

noda dan karat-karat yang mengotorinya menjadi bersih dan suci secara

sempurna sehingga jiwa dapat menuju ke Indraloka. Di sini jiwa sudah

berubah menjadi pitara dan tidak lagi membahayakan keluarga.12 Sesudah

penyucian ini, baru dilakukan upacara sraddha supaya jiwa dapat langsung

berada di Siwaloka. Upacara mayat yang disebut Ngaben ini, terdiri dari tertib

upacara tertentu dan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan kasta yang

bersangkutan. Akan tetapi dewasa ini, biasanya karena alasan ekonomis dan

sebagainya, penyelenggaraan upacara Ngaben sudah tidak begitu lengkap lagi.

Dalam perkembangan selanjutnya, agama Hindu di Indonesia

mengalami perkembangan sekaligus perubahan-perubahan yang sangat

mendasar karena faktor-faktor sosial ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan

perkembangan agama Islam. Penyempurnaan dan perubahan tersebut bukan

12 Romdhon, et al, op cit,hlm. 97

Page 10: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

20

hanya menyangkut penyelenggaraan upacara keagamaan tetapi juga dalam

konsep keagamaannya.

Agama Tirta mulai berubah sudah sejak zaman pemerintah Belanda, di

antaranya adalah usaha untuk mendapatkan tempat dalam kementerian Agama

Republik Indonesia. Usaha lain ialah usaha untuk menyempurnakan agama

Tirta agar mendapatkan tempat yang pasti di tengah-tengah kemajuan

masyarakat. Beberapa tokoh muda kemudian mendirikan lembaga pendidikan

dan organisasi keagamaan yang disebut Trimurti, yang bertujuan menembus

pembaharuan di bidang keagamaan. Di Singaraja, Bali lahir organisasi Bali

Dharma laksana yang berusaha untuk menyusun kitab suci yang jelas. Pada

zaman Jepang didirikan Paruman Pandita Dharma oleh pemerintah yang

dimaksudkan untuk mempersatukan paham keagamaan Bali dan sebagai

perantara dengan pemerintah Jepang. Pada waktu itu agama disebut dengan

Siwa Raditya atau agama Sanghyang Surya yang mengutamakan pemujaan

terhadap matahari. Pada tahun 1950, badan tersebut berubah menjadi Majelis

Hinduisme. Sejak tahun ini, ada lagi organisasi-organisasi keagamaan yang

muncul yaitu Wiwada Sastra Sabda dan Panti Agama Hindu Bali. Dari sinilah

muncul ide pengakuan agama Hindu Bali sebagai agama resmi di Indonesia,

yang baru berhasil diperjuangkan pada tahun 1958. Sejak saat itu minat untuk

memajukan agama Hindu Bali semakin meningkat. Langkah pertamanya

adalah pemurnian agama Hindu.

Dalam perkembangan yang mutakhir, rupa-rupanya rumusan-rumusan

ajaran agama Hindu di Bali sudah mengalami perubahan-perubahan yang

begitu jauh dibanding pengertian semula di tempat asalnya, India bahkan

sudah menyesuaikan dengan Indonesia dalam kekiniannya. Agama ini sudah

tidak terbatas hanya di Bali saja, tetapi seperti telah disebutkan di atas, dengan

mobilitas yang tinggi, agama Hindu (Bali) sudah memperluas diri dengan

sendirinya.13

13 Djamanuri, op cit, hlm.37.

Page 11: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

21

Adapun masuknya agama Budha ke Indonesia dapat dipaparkan

sebagai berikut : berdasarkan beberapa penemuan arkeologi di beberapa

tempat yang terpisah, masa perkembangan agama Budha di Indonesia dimulai

sekitar abad ke-5 M. Dilaporkan bahwa pada waktu itu agama Budha sudah

berkembang luas di Jawa dan Sumatera, meskipun dikatakan pula penuh

dengan penyelewengan. Catatan agak lengkap mengenai keadaan agama

Budha pada waktu itu dibuat oleh I’tsing, yang pada tahun 672 menetap untuk

selama enam bulan di Sriwijaya guna mempelajari bahasa Sanskerta sebelum

belajar agama di Nalanda India. Ia bahkan kembali lagi ke Sriwijaya setelah

belajar selama lebih kurang sepuluh tahun di Nalanda untuk menterjemahkan

naskah-naskah Buddis ke dalam bahasa Cina. Dari catatan I’tsing pula dapat

diketahui bahwa Sriwijaya pada waktu itu sudah merupakan pusat pengajaran

agama Budha yang terkenal di Asia dan mempunyai hubungan yang luas

dengan pusat-pusat pengajaran agama Budha di India. Siswa-siswa yang

belajar di Sriwijaya bukan saja berasal dari wilayah Nusantara, tetapi juga

berasal dari Cina dan Tibet. Menurut I’tsing, penduduk seluruh daerah “laut

selatan”, maksudnya Jawa dan Sumatera, memeluk agama Budha Theravada

dan hanya penduduk melayu saja yang memeluk agama Budha Mahayana.

Pada waktu yang hampir bersamaan dengan kemajuan kerajaan

Sriwijaya, agama Budha Mahayana berkembang di Jawa Tengah di bawah

kekuasaan Mataram kuno yang diperintah oleh wangsa Syailendra. Di sini

kehidupan agama lebih kompleks karena dua agama ditemukan hidup

berdampingan, yaitu Hindu dan Budha. Dalam masalah agama, Jawa Tengah

tidak berperan sebagaimana halnya Sriwijaya, antara lain karena Jawa Tengah

terletak di luar jalur yang dilewati agama Budha dalam penyebaran dan

perkembangan internasionalnya.14 Sumber-sumber tentang agama Budha di

Jawa tengah ini terutama didasarkan pada beberapa peninggalan berupa

tempat-tempat peribadatan agama Budha dan prasasti-prasasti yang jumlahnya

14 Hilman Hadikusuma, op cit, hlm.200.

Page 12: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

22

terbatas. Dari yang pertama disebutkan misalnya Candi Sewu, Kalasan,

Plaosan, Mendut dan Borobudur. Selain itu data filologis yang dapat

ditemukan dalam kitab-kitab seperti Sang Hyang Kamahayanikan, Sang

Hyang Nagabayu Sutra dan Kalpa Budha, juga merupakan sumber tentang

agama Budha di Jawa Tengah.

Candi Borobudur memberikan informasi yang agak banyak mengenai

agama Budha. Candi ini didirikan pada masa Samaratungga(312-832 M)

untuk menghormati leluhurnya dan menandai puncak pemerintahannya,

sebagaimana dapat diketahui dari prasasti Sri Kahulunan. Bentuk lahiriah

candi tersebut, yang merupakan lambang bagi jalan ke arah kelepasan

merupakan bukti bahwa candi tersebut dijadikan sarana untuk melakukan

samadi. Untuk memahami ajarannya lebih lanjut, Orang dapat melihat pada

pahatan relief yang terdapat pada dinding-dinding terasnya yang diambil dari

naskah-naskah Mahayana.

Sebagaimana halnya Jawa Tengah, keadaan agama di Jawa Timur juga

memperlihatkan adanya dua agama yang hidup berdampingan pada saat yang

sama yaitu agama Budha Mahayana dan agama Hindu. Ketika raja Erlangga

meresmikan tempat pemujaan bagi nenek moyangnya, Raja Sendok, tiga

macam pendeta ikut bersama-sama melakukan upacara : seorang Brahmana

biasa, seorang pendeta Siwa dan seorang pendeta Budha.15 Raja Kertanegara

yang memerintah antara 1254-1292 M. memeluk dua agama sekaligus, yaitu

Siwa dan Budha. Selain data arkeologis yang dapat ditemukan pada candi-

candi seperti Jago, Jawi dan Singasari, keadaan agama di Jawa Timur ini juga

dapat diketahui melalui sumber-sumber berupa naskah-naskah yang ditulis

sekitar setengah abad setelah Kertanegara meninggal dunia, yaitu kitab

Negarakertagama. Pararaton dan Kakawin Arjunawiwaha. Dari sumber-

sumber tersebut diduga pada masa ini ada tiga aliran keagamaan yang hidup

secara damai yaitu Siwa, Wisnu dan Budha Mahayana. Ketiga-tiganya

15 Djamanuri, op cit,hlm.66.

Page 13: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

23

dipandang sebagai bentuk yang berbeda-beda dari kebenaran yang sama.

Gejala sinkretisme ini dapat diketahui pula pada praktik keagamaan dalam

kerajaan Majapahit setelah keruntuhan kerajaan Singasari sekitar tahun 1292

M.. Bahkan berdasarkan sumber-sumber arkeologi dan filologi, tampak bahwa

pada masa Majapahit, sinkretisme ini mencapai puncaknya. Empu Tantular,

dalam kitab Sutasoma, menggambarkan hubungan antara Hindu dan Budha

tersebut dengan kata-kata:”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma

Mangrua”, yang berarti walaupun berbeda-beda satu jua adanya, sebab tidak

ada agama yang mempunyai tujuan yang berbeda. Kalimat ini mencerminkan

kenyataan dan keyakinan agama yang hidup waktu itu, yaitu sinkretisme

antara Hindu dan Budha. Gejala yang sama juga ditemukan di kerajaan

Pagaruyung, Sumatera, di masa pemerintahan Adityawarman, abad ke-14 M.

Singkatnya berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, baik di Jawa

maupun Sumatera, dapat diketahui bahwa corak keagamaan yang dianut

waktu itu adalah sinkretisme antara Hindu dan Budha yang mengambil bentuk

Siwa-Budha.16

Setelah berkembang selama berabad-abad di Nusantara, agama Budha

akhirnya mulai mengalami masa surut dari putaran roda sejarah agama di

Indonesia, sejalan dengan kemunduran kerajaan Majapahit pada tahun 1520

M. dan mulai berkembangnya agama Islam. Sejak abad ke-16 itu,

perkembangan agama Budha di Indonesia tidak dapat lagi diketahui secara

pasti. Tetapi pada awal abad ke 20, agama Budha di Indonesia mulai bangkit

kembali dipelopori oleh kalangan terpelajar asal bangsa Belanda, Cina dan

pribumi yang terhimpun dalam :”Perkumpulan Teosofi Indonesia”.

Perkumpulan ini bertujuan mempelajari kebijaksanaan semua agama termasuk

Budha. Salah satu kegiatannya adalah memperkenalkan kembali ajaran agama

Budha di kalangan pengikutnya. Pada tahun 1930 M., perkumpulan tersebut

menyelenggarakan upacara Waisak yang pertama di Candi Borobudur. Dua

16 Ibid

Page 14: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

24

tahun berikutnya, di Jakarta berdiri organisasi Java Buddhist Association

sebagai cabang dari The International Buddist Missionary yang berpusat di

Burma. Organisasi ini lebih menekankan pada pemahaman, pengamalan dan

pengembangan agama Budha daripada Perkumpulan Teosofi Indonesia.17

Di kalangan masyarakat Cina juga dibentuk organsasi Sam Kauw Hee

yang bertujuan mempelajari agama Budha, Kong Hu Cu dan Laitze. Di

samping itu juga diadakan hubungan dengan umat Budha luar negeri terutama

dengan Sri Langka.

Peristiwa penting yang menandai kebangkitan kembali agama Budha

adalah penanaman dan pemberkahan pohon Bodhi di halaman candi

Borobudur pada tanggal 10 Maret 1934, serta pelantikan upasaka dan upasaki

yang dilakukan oleh seorang Bhikku asal Sri Langka, Narada Mahatera. Salah

seorang yang dilantik waktu itu adalah S.Mangunkawotjo, tokoh agama Budha

di Jawa Tengah.

Akan tetapi, secara umum keadaan agama Budha pada masa

penjajahan ini sampai dengan tahun lima puluhan tidak banyak yang

diketahui. Pada tahun 1952 muncul organisasi gabungan Sam kauw Indonesia

yang diketuai oleh The Boan Ah. Organisasi ini merupakan kelanjutan dari

organisasi Sam Kauw Hee yang pernah dibentuk pada zaman Belanda. Dalam

perkembangan selanjutnya, organisasi ini lebur menjadi Gabungan Tri dharma

Indonesia yang bertujuan mempelajari agama Budha, Kong Hu Cu dan lautze.

Dengan dipelopori oleh organisasi tersebut agama Budha diperkenalkan

kembali di alam Indonesia merdeka. Pada tahun 1953 didirikan persaudaraan

Upasaka-upasaki Indonesia, dan satu tahun berikutnya The Boan An

ditahsiskan sebagai bikkhu pertama di Indonesia dengan Bikku Ashin

Jinarakkitha di Vihara Watu Gong Budha Gaya, di dekat Semarang.

Sejak tahun 1955, Persaudaraan Upasaka-upasaki Indonesia semakin

berkembang, tidak hanya di Jawa tetapi juga di wilayah-wilayah lain di luar

17 Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, PT.BPK.Gunung MuliaJakarta, 2001, hlm.88.

Page 15: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

25

Jawa sehingga mendorong berdirinya organisasi yang lebih besar pada 12

Pebruari 1957 yang diberi nama Perhimpunan Buddist Indonesia, diketahui

oleh Sastro Utomo.18

Dalam waktu singkat organisasi ini berkembang di beberapa kota di

Jawa, dan pada akhir Desember 1958 mengadakan kongresnya yang pertama

di Vihara Budha Gaya, Ungaran, Semarang.

Salah satu keputusan kongres ini ialah membentuk Perhimpunan

Buddis Indonesia, disingkat Perbuddhi, dengan ketuanya Sariputa Sadono.

Puncak perkembangan agama Budha tahun 1950-an ini adalah

perayaan Waisak di Candi Borobudur pada tahun 1950, suatu tahun yang

dijadikan titik tolak kebangkitan kembali agama Budha sedunia, tepat setelah,

menurut perhitungan, 2500 tahun Budha meninggal dunia. Peringatan tersebut

dihadiri pula oleh bikkhu Indonesia yang diikuti dengan berdirinya Sangha

Suci Indonesia pertama di Indonesia.

Akan tetapi perkembangan yang pesat tersebut dibayang-bayangi oleh

perpecahan yang dimulai tampak pada akhir tahun 1963 dan yang mencapai

puncaknya pada tahun 1964 dengan terpecahnya Perbuddhi menjadi tiga, yaitu

Musyawarah Umat budha seluruh Indonesia, Buddhis Indonesia dan

Perbuddhi sendiri.

Maha Sangha Indonesia juga pecah menjadi dua, yaitu Maha Sangha

Indonesia yang diketuai oleh bhikkhu Ashin Jinarakkhita dan Sangha

Indonesia yang diketuai oleh Bikkhu Jinapiya.19

Sumber utama perpecahan sangha tersebut adalah perbedaan

pemahaman mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Budha.

Menurut golongan Mahayana yang diasuh oleh bikkhu Ashin Jinarakkhita,

sebutan Tuhan dalam agama Budha adalah Sang Hyang Adi Budha,

18 Hilman Hadikusuma, op cit,hlm.208 19 Romdhon,et al, op cit hlm. 144

Page 16: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

26

sedangkan golongan Theravada, yang diasuh oleh bikkhu Jinapiya,

berpendapat bahwa Tuhan, Yang Mutlak, sebagai tujuan akhir setiap makhluk

dan prinsip yang membebaskan tidak dipandang sebagai pribadi seperti dalam

agama-agama lain, tetapi sebagai nibbhana. Usaha untuk mengatasi perbedaan

pendapat yang diprakarsai Departemen Agama R.I. pada tahun 1970-an

mengalami jalan buntu, karena Maha Sangha Indonenesia menuntut

diterimanya Adi Budha sebagai syarat penyatuan. Akhirnya diperoleh

kesepakatan agar masalah tersebut tidak dipermasalahkan lagi, dan sebagai

hasil lain, dibentuk Sangha Agung Indonesia.

Usaha penyatuan kembali agama Budha dilakukan pada 28 Mei 1972

dengan pembentukan wadah baru bernama Budha Dharma Indonesia, yang

diketuai oleh Suraji Ariakertawijaya. Namun ternyata organisasi ini tidak

dapat berkembang sebagaimana diharapkan, sehingga perlu dibentuk wadah

baru yang diberi nama Gabungan Umat Budha Seluruh Indonesia (GUBSI)

pada September 1976, di Jakarta, atas prakarsa tokoh-tokoh umat Budha dan

dukungan dari DPP Golkar. Tujuan organisasi ini adalah membina,

menyalurkan dan mengembangkan nilai-nilai sosial agama Budha. Sebulan

sesudah GUBSI berdiri, pada 03 Oktober 1976, terbentuk Majelis Pandita

Budha Dharma Indonesia, disingkat MAPANBUDDHI, yang diikuti dengan

berdirinya Sangha Theravada Indonesia, yang dianggap mewakili aliran

Theravada Indonesia.

Usaha penyatuan kembali agama Budha di Indonesia terus

dilaksanakan melalui berbagai pertemuan, yang membuahkan Kongres Umat

Budha Indonesia pada tanggal 7-8 Mei 1979 di Yogyakarta. Dalam kongres

yang dihadiri wakil dari tiga Sangha dan tujuh organisasi umat Budha

Indonesia tersebut, dikeluarkan ikrar dan ketetapan yang harus dihormati oleh

semua pihak. Ikrar tersebut dikukuhkan di Candi Mendut pada 10 Mei 1979,

yang isinya antara lain pernyataan kesediaan untuk bersikap saling

menghormati keyakinan masing-masing dan bekerja bahu-membahu sebagai

satu keluarga besar Umat Budha Indonesia, menjunjung tinggi wadah tunggal

Page 17: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

27

Perwalian Umat Budha Indonesia (WALUBI) yang merupakan federasi dari

majelis-majelis agama Budha dan Sangha-Sangha Indonesia, serta

melaksanakan ketetapan dan keputusan Kongres Umat Budha Indonesia

tanggal 7-8 Mei di Yogyakarta.

Ketetapan yang cukup penting dalam usaha menciptakan kerukunan

intern umat Budha Indonesia adalah pengukuhan Keputusan Loka Karya

Pemantapan Ajaran Agama Budha dengan kepribadian Indonesia, yaitu :

I. Tuhan Yang Maha Esa :

(1). Semua sekte agama Budha Indonesia berkeyakinan terhadap Tuhan

Yang Maha esa.

(2). Semua sekte di Indonesia menyebut Tuhan Yang Maha Esa dengan

sebutan yang berbeda-beda tetapi pada hakekatnya adalah satu dan

sama.

(3). Semua sekte agama Budha di Indonesia bersikap menghormati

sebutan yang dipergunakan oleh masing-masing sekte agama Budha

yang lain.

II. Guru Agung/Pembabar/Nabi:

Semua sekte agama Budha di Indonesia berpedoman mengakui Budha

Gautama /Budha Sakyamuni sebagai Guru Agung /Pembabar Agung

Agama Budha.

III. Kitab Suci :

Semua sekte agama Budha di Indonesia berpedoman kepada Kitab suci

Tripitaka/Tipitaka.

IV. Umat :

Semua sekte agama Budha di Indonesia mempunyai umat yang berada di

seluruh pelosok tanah air Indonesia

V. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

Semua sekte agama Budha di Indonesia bertekat untuk melaksanakan

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Panca

Karsa).

Page 18: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

28

Kongres umat Budha di Yogyakarta tersebut dipandang telah berhasil

memecahkan permasalahan intern umat Budha, menghilangkan sikap

saling menyalahkan dengan menumbuhkan sikap saling menghormati pada

keyakinan agamanya. Dalam masalah ekstern, kongres telah berhasil

menuntaskan persoalan umat Budha dalam hubungannya dengan

pemerintah, terutama yang menyangkut penghayatan dan pengamalan

Pancasila.

Dengan berhasilnya umat Budha memecahkan masalah-masalah dasar

tersebut, maka perkembangan agama Budha di Indonesia semakin semarak,

baik dalam pendalaman maupun penyebaran agama ke luar. Dengan

pemerintah, hubungan terjalin semakin baik, yang kemudian membuahkan

berdirinya satu Direktorat khusus agama Budha pada tanggal 16 Agustus 1980

dan keputusan Presiden nomor 3 tahun 1983 yang menetapkan hari raya nyepi

dan hari Waisak sebagai hari libur nasional.

Akhirnya, berdasarkan angka statistik tahun 1980, jumlah pemeluk

agama Budha di Indonesia dewasa ini mencapai 1.391.991 orang, yang

tersebar di beberapa kota di Indonesia.

3. Masuknya Agama Islam

Berbicara masuknya Islam ke Indonesia merupakan masalah historis

yang sampai dewasa ini masih terjadi perbedaan pendapat, baik mengenai

pembawaannya, jalan yang ditempuh, maupun dari segi waktunya.20 meskipun

demikian namun penyebaran Islam di Jawa diperkirakan telah sempura pada

abad ke-16 M seiring dengan berdirinya kerajaan Islam di Demak. Sempurna

di sini dalam arti secara kuantitas sebagian besar penduduk Jawa telah

mengaku sebagai orang Islam, sekalipun jumlah terbesar dari mereka juga

sebatas pada pengucapan syahadat.

Agama Islam mulai masuk di Pulau Jawa sebelum abad ke-13 M, dan

pertama kali menerima pengaruh Islam dari Malaka. Dari Jawa ini kemudian

20 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Mizan, Bandung, 1994, hlm. 24-29.

Page 19: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

29

Islam tersebar ke kepulauan Indonesia bagian timur seperti Makasar (Ujung

Pandang). Pusat-pusat tertua penyebaran agama Islam saat itu adalah daerah

Gresik dan Surabaya. Kesimpulan ini didasarkan pada bukti bahwa di Gresik

terdapat banyak makam tua. Di antaranya sebuah makam tua dari seorang

yang bernama Fatimah binti Maimun yang meninggal pada 7 Rajab 475 H

(1082 M) dan makam Malik Ibrahim yang meninggal pada 12 Rabiulawal

822 H (1419 M).21

Namun, menurut Ma Hua, pelancong muslim dari Cina, pada tahun

1415 M di Jawa Timur belum ada orang Islam pribumi dan baru pada tahun

1450 Islam telah memepegaruhi bangsawan-bangsawan kota di pesisiran,

seperti Tuban, Gresik, dan Sedayu. 22

Keberhasilan pengislaman penduduk Jawa itu adalah berkat kerja keras

para mubalig yang tangguh. Mereka adalah para wali yang terhimpun dalam

suatu lembaga dakwah yang terkenal dengan nama Walisongo. Proses

Islamisasi ini berjalan dengan damai, nyaris tanpa konflik politik ataupun

konflik kultural. Pengislaman di Jawa dimulai dari lapisan masyarakat bawah.

Tidak ada kekuatan secara politis untuk mengislamkan penduduk Jawa dari

atas, tetapi sebaliknya para penguasa, pejabat pemerintah masuk Islam karena

membela kepentingan mereka, yakni ketika masyarakat di wilayah

kekuasaannya telah menjadi muslim. Meski terdapat konflik politik dan

budaya, tetapi berskala kecil sehingga tidak mengesankan perang, kekerasan,

ataupun pemaksaan budaya.

Pengislaman itu terjadi secara damai karena metode yang dipakai oleh

para wali dalam berdakwah menggunakan metode yang sangat akomodatif dan

lentur, yakni dengan menggunakan unsur-unsur budaya lama (Hinduisme dan

Buddhisme), tetapi secara tidak langsung memasukkan nilai-nilai Islam ke

21 H.J. De Graff, dan Th. Pigeaud, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, PT. Pustaka;

Grafiti Press, Jakarta, 1986, hlm. 21. 22 S. Soebardi, The Place of Islam, Studies in Indonesian History, Pitman Publishing Ltd,

Victoria, Australia, 1976, hlm. 40.

Page 20: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

30

dalam unsur-unsur lama itu. Mereka sangat tekun dan benar-benar memahami

sosiokultural masyrakat Jawa. Sering metode ini disebut pula dengan metode

sinkretisme.

Di samping cara-cara tersebut, masih terdapat cara-cara yang

dilakukan oleh para wali dalam mengisalamkan orang Jawa, antara lain:

pertama, melalui jalur perkawinan, menjalin hubungan genealogis dengan

berbagai tokoh masyarakat ataupun pemerintahan, sebagaimana yang

dilakukan oleh Sunan Ampel dalam mengawinkan putra-putranya.

Kedua, melalui jalur pendidikan, dengan mengembangkan pendidikan

pesantren. Ketiga, melalui jalur pengembangan kebudayaan Jawa, khususnya

dalam bidang kesenian. Keempat, melalui jalur politik, diupayakan dengan

membentuk peraturan-peraturan ketataprajaan. dalam bidang politk

kenegaraan, yang berperan mengembangkan adalah sunan Giri. Beliau

menyusun peraturan-peraturan ketataprajaan dan pedoman tatacara keraton.

Sunan Giri banyak memegang peranan dalam mendirikan kerajaan islam di

Demak, Pajang, Mataram, dibantu oleh Sunan Kudus yang ahli dalam bidang

perundang-undangan, pengadilan dan mahkamah.

Semangat para wali dalam menyebarkan Islam tentunya karena

dilandasi oleh kewajiban yang ditetapkan dalam Al’Qur’an antara lain seperti:

a. Firman Allah SWT

ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجاد لهم بالتى هي

احسن ان ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتد ين

Artinya: Serulah (manusia) kepadas jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.( QS. An-Nahl: 125).23

23Yayasan Pennyelenggara Penterjemah Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag, Surabaya, 1978, hlm. 421

Page 21: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

31

b. Firman Allah SWT

ولتكن منكم امة يدعون الىالخير وياءمرون بالمعروف وينهون عن

لمنكر واولئك هم المفلحون ا

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolonghan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104).24

c. Firman Allah SWT

آنتم خير امة اخرجت للناس تاءمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر

وتؤمنون باهللا

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110).25

Sebagaimana telah diutarakan sebelumnya, bahwa ada beberapa

kesulitan yang ditemukan dalam rangka menulis sejarah masuknya Islam di

Jawa. Kesulitan utama yang akan segera ditemui adalah kurangnya bukti-bukti

otentik yang dapat dipercaya yang menunjukkan tentang masuknya Islam di

Jawa. Kalaupun kemudian ditemukan bukti-bukti, tetapi karena sangat minim,

akan menimbulkan kesulitan pula dalam mengidentifikasikan sumber-sumber

yang ada. Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa tidak dimungkinkan

adanya pembuktian.

24 Ibid, hlm. 93. 25 Ibid, hlm. 94

Page 22: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

32

Sumber pertama berbentuk artefak melalui penelitian arkeologi, dan

sumber kedua adalah dari teks-teks historiografi tradisional. Telaah sumber

sejarah dalam bentuk artefak dalam tulisan ini, hanya mengandalkan pada apa

yang telah banyak diteliti para arkeolog, sedangkan untuk sumber tradisional

tulisan ini langsung menelaah teks-teks babad. Pada yang pertama mungkin

tidak dijumpai kesulitan. Tapi pada sumber yang kedua, sebagaimana sifat

teks-teks babad yang bercorak tradisional, maka tulisan pada bagian ini lebih

panjang lebar dan cenderung rumit.

Bukti pertama Islam di Jawa

Masuknya Islam di Jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil

telaah yang sangat beragam. Ada yang mengatakan Islam masuk ke Jawa

sebagaimana Islam datang ke Sumatera, yang diyakini abad pertama Hijriah

atau abad ke-7 Masehi. Setidaknya pendapat ini didukung oleh Hamka,

dengan alasan adanya berita Cina yang mengisahkan kedatangan utusan raja

Ta Cheh26 kepada ratu Sima. Adapun Raja Ta Cheh, menurut Hamka adalah

Raja Arab dan khalifah saat itu adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Peristiwa

itu terjadi pada saat muawiyah melaksanakan pembangunan kembali armada

Islam . Ruban Levy menyatakan bahwa jumlah kapal yang dimiliki oleh

Muawiyah pada 34 H atau 654/655 M adalah sekitar 5000 buah. Tentu armada

kapal ini berfungsi pula untuk melindungi armada niaganya. Oleh karena itu,

tidaklah mustahil pada tahun 674 Manusia Muawiyah dapat mengirimkan

dutanya ke Kalingga.27

26 Sebagaimana dikuti Sartono Kartodirjo dalam Sejarah Nasional Indonesia 3, 1975,

catatan no.5, hlm.86, B. Schrieke dalam Indonesian Sosiological Studies, part one, The Hague 1955,15, menafsirkan Ta-Shih pada abad ke-12 Manusia ialah kekhalifahan Abbasiyah. Rita. R. De Meglio Arab trade With Indonesia and the Malay Peninsula (editor Richards), 1970,115, dalam catatannya no. 29 mengatakan bahwa akhir abad –7 istilah Ta-shih dipakai untuk menyebut orang-orang Arab, tetapi masa kemudian dipakai untuk menyebutkan seluruh kerajaan Abbasiyyah yang dalam suatu waktu meluas hingga istilah tersebut dipakai untuk menyebut orang-orang muslim umumnya. (juga mungkin untuk kekhalifahan Bani Umayyah: pen)

27 Am. Suryonegoro, Menemukan Sejarah, Mizan Bandung, 1995, hlm. 88.

Page 23: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

33

Dalam bentuk artefak kita dapatkan bukti-bukti itu dalam bentuk

makam (batu nisan), masjid, ragam hias, dan tata kota. Dari sekian bukti-

bukti, salah satu di antaranya yaitu bentuk makam (batu nisan) dipaparkan

sebagai berikut: bahwa makam (batu nisan) merupakan bukti sejarah. Dengan

kata lain bukti sejarah yang paling faktual barangkali adalah ditemukannya

Batu Nisan kubur Fatimah Binti Maemun di Leran Gresik yang berangka 475

H (1082 M); Moqoutte seperti dikutip Sartono Kartodirjo, mengatakan bahwa

batu nisan itu mungkin merupakan bukti yang kongkret bagi kedatangan Islam

di Jawa.28 Pada nisan makam itu tercantum prasasti berhuruf dan berbahasa

Arab, yang menyatakan bahwa makam itu adalah kubur Fatimah binti Maimun

bin Hibatallah yang meninggal pada tanggal 7 Rajab 475 H bertepatan dengan

tanggal 1 Desember 1082 Manusia, yang berarti masih dalam jaman Kediri

(1042-1222).29 Di kampung Gapuro kota Gresik juga terdapat makam kuno,

yaitu kubur Malik Ibrahim yang meninggal tanggal 12 rabiul Awal 822 H,

bertepatan dengan 8 April 1419.30

Sementara itu, Ricklefs31 dalam uraiannya mengatakan bahwa

serangkaian batu nisan yang sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan di

Jawa Timur, yaitu di Trowulan dan Troloyo, di dekat situs istana Majapahit

yang bersifat Hindu-Budha. Batu-batu itu menunjukkan makam orang-orang

muslim, tetapi lebih banyak menggunakan angka tahun Saka India dengan

angka-angka Arab. Tarikh Saka dipakai oleh istana-istana Jawa dari zaman

Jawa Kuno hingga tahun 1633 M. Digunakannya tarikh Saka dan angka-angka

tahun Jawa Kuno pada batu-batu nisan itu menunjukkan bahwa hampir dapat

dipastikan kalau makam-makam itu merupakan tempat penguburan orang-

28 Sartono Kartodirjo dkk, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid III, depdikbud, 1975,

hlm.89. 29 Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2,Pn. Kanisius, Yogyakarta,

1994, hlm. 57. 30 Inajati AM Romli, Islam dan Kebudayaan Jawa, Suatu Kajian arkeologi, makalah dari

Yayasan Javanologi Yogyakarta tanpa tahun, hlm. 3. 31 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, terj. Darmono Hardjowijono, Gajah Mada

University Press, cet 3, Yogyakarta, 1993, hlm 5

Page 24: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

34

orang muslim Jawa, dan bukan merupakan kuburan orang muslim asing. Batu

nisan yang pertama ditemukan di Trowulan memuat angka tahun Saka 1290

(1368-1369 M.). Di Troloyo ada beberapa batu nisan yang angka tahunnya

berkisar antara 1298 Saka sampai 1533 Saka (1376-1611 M.). Batu-batu itu

memuat kutipan-kutipan dari al-Qur’an dan formula-formula yang saleh.

Berdasarkan rumitnya hiasan yang terdapat pada beberapa batu nisan dan

lokasinya yang dekat dengan situs ibukota Majapahit, maka Damais seperti

dikutip Ricklefs menarik kesimpulan bahwa batu-batu nisan itu mungkin

untuk menandai kuburan-kuburan orang Jawa yang terhormat, bahkan ada

kemungkinan anggota keluarga raja.32

Oleh karena itu, batu-batu Jawa Timur tersebut memberi kesan bahwa

beberapa orang anggota kaum elite Jawa memeluk agama Islam pada masa

kerajaan Majapahit yang beragama Hindu-Budha sedang berada di puncak

kejayaannya. Selain itu, batu-batu nisan tersebut merupakan bukti paling kuno

yang masih ada tentang penduduk Jawa yang beragama Islam .33

B. Pengertian Pokok Sinkretisme

1. Pengertian Sinkretisme

Secara etimologis, sinkretisme berasal dari perkataan syin dan

kretiozein atau kerannynai, yang berarti mencampurkan elemen-elemen yang

saling bertentangan. Adapun pengertiannya adalah suatu gerakan di bidang

filsafat dan teologi untuk menghadirkan sikap kompromi pada hal-hal yang

agak berbeda dan bertentangan. Tercatat pada abad ke-2 dan ke-4 aliran Neo

Platonisme berusaha menyatukan agama-agama penyembah berhala.

Selanjutnya pada masa renaisan muncul usaha untuk menyatukan antara gereja

Katholik Timur dan Katholik Barat. Pernah juga muncul gerakan untuk

mengawinkan antara aliran lutherian dengan aliran-aliran lain dalam Protestan.

32 Ibid. 33 ibid

Page 25: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

35

Sementara itu, dalam bidang filsafat pernah muncul usaha untuk

mengharmoniskan pertentangan antara pemikiran Plato dan Aritoteles.34

Cara sinkretisme adalah cara-cara seseorang dalam menghayati dan

mengamalkan agama dengan memilih-milih ajaran tertentu dari berbagai

agama untuk dipraktekkan dalam kehidupan keagamaan diri sendiri atau untuk

diajarkan kepada orang lain. Dalam prakteknya cara beragama sinkretisme ini

dapat terjadi pada bidang kepercayaan, sedangkan Tuhan umpamanya

dikombinasikan “Gustiallah” atau “Allah Sang Hyang widi”, dapat juga

dalam pelaksanaan ritual, dalam berdoa, dalam peralatan yang dipakai pada

upacara keagamaan dan sebagainya.35

Niels Mulder merumuskan:

Sinkretisme adalah upaya untuk menenggelamkan berbagai perbedaan dan menghasilkan kesatuan di antara berbagai sekte atau aliran filsafat. Dengan kata lain upaya menghasilkan kesatuan itu merupakan tujuan tertinggi; dan demi hal itu dianggap pantas untuk mengorbankan prinsip dan dogma.36

Sedangkan Akbar S Ahmed sebagaimana dikutif oleh Sumanto al-

qurtuby dalam bukunya mengatakan;

Sinkretisme Islam artinya percampuran antara islam dengan unsur-unsur lokal (Jawa) dalam cara yang tidak genuine dan sedikit agak dipaksakan. Sebutan sinkretisme memang mengandung nada ejekan (pejoratif), yakni bahwa Islam tidak lagi tampil sebagai dalam wujudnya yang asli tetapi sudah tercampur dengan unsur-unsur eksternal. islam yang “sinkretis” sebagaimana kita lihat dalam masyarakat Jawa dengan demikian menggambarkan suatu genuine keagamaan yang sudah jauh dari sifatnya yang “murni” di tempat asalnya di Timur Tengah.37

Menyikapi keterangan tersebut, Sumanto Al-Qurtuby mengungkapkan

bahwa tesis Akbar ini dijadikan kerangka analisis Ulil Abshar Abdalla, ketika

34 Dagobert D.Runes (ed), Dictionary of Philosophy, Littlefield, New Jersey, 1976, hlm.308.

35 Dadang Kahmat. op.cit, hlm. 47-48. 36 Niels Mulder, Agama, Hidup Sehari-Hari dan Perubahan Budaya, PT.Gramedia

Pustaka Utama Jakarta, 1999, hlm. 3. 37 Sumanto Al-Qurtuby, Banyak Jalan Menuju Islam, Kritik atas fundamentalisme

Agama, Semarang – Indonesia, hlm. 10-11

Page 26: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

36

ia menulis tentang sinkretisme Islam melalui “optik” Serat Centini dalam

rubrik “Benthara” Kompas 4 Agustus 2000.38

2. Macam-macam Bentuk Sinkretisme

Salah satu sifat dari masyarakat Jawa adalah bahwa mereka religius

dan bertuhan. Sebelum agama-agama besar datang ke Indonesia, khususnya

Jawa, mereka sudah mempunyai kepercayaan adanya Tuhan yang melindungi

dan mengayomi mereka. Keberagamaan ini semakin berkualitas dengan

masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam , Katholik dan

Protestan ke Jawa. Namun, dengan pengamatan selintas dapat diketahui bahwa

dalam keberagamaan rata-rata masyarakat Jawa adalah nominalis, dalam arti

bahwa mereka tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran-ajaran

agamanya.39

Ada di antara mereka yang benar-benar serius dalam menjalankan

ajaran-ajaran agamanya. Ada juga yang berusaha untuk serius, tetapi karena

hambatan-hambatan khusus seperti ewuh dengan lingkungan yang tidak

mendukung, takut dikatakan sok semuci dan sebagainya,

Dalam mengekspresikan keagamaannya secara utuh. Dalam hal ini

bisa saja mereka mengaku sebagai orang muslim, yang untuk itu, mereka

bersedia dikhitan, membaca syahadat ketika akan melaksanakan akad nikah,

melakukan salat Idul Fitri,membaca surah Yasin dan tahlil ketika diundang

slametan oleh tetangga dan kerabatnya, menghadiri pengajian pada hari-hari

besar Islam, memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid, dan

sebagainya. Namun untuk benar-benar serius dan sungguh-sungguh dalam

menjalankan syariat Islam, seperti salat lima waktu dengan berjamaah, puasa

sebulan penuh dalam bulan Ramadhan, membayar zakat mal (zakat yang

berkaitan dengan penghasilan yang mereka terima dan harta yang mereka

38 Ibid, hlm. 11. 39 Marbangun Hardjowiraga, manusia Jawa, Intidayu Press, Jakarta, 1984, hlm.17, dan

lihat pula Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. 310-312. Selanjutnya buku ini disebut Kebudayaan Jawa.

Page 27: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

37

miliki), dan amalan-amalan agama lainnya yang relatif sulit dilakukan serta

membutuhkan keseriusan, mereka enggan mengerjakannya. Karena kurangnya

keseriusan dalam memahami dan mengamalkan agamanya.

Clifford Geertz, seorang antropolog Amerika yang pernah melakukan

penelitian di kota Pare, yang ia samarkan menjadi Kota Mojokuto pada awal

tahun lima puluhan, mengelompokkan masyarakat Jawa menjadi tiga

kelompok, yaitu abangan, santri, dan priyayi.40

Dalam menerangkan keberagamaan masyarakat muslim Jawa,

Kuncaraningrat membagi mereka menjadi dua, yaitu agama Islam Jawa dan

agama Islam santri. Pertama kurang taat kepada syari’at dan bersikap sinkretis

yang menyatukan unsur-unsur pra-Hindu, Hindu, dan Islam, sedangkan yang

kedua lebih taat dalam menjalankan ajaran-ajaran agama Islam dan bersifat

puritan. Ketiga, taat dalam menjalankan agama dengan selalu berpegang teguh

pada Al-Qur’an dan al-Hadits. Namun demikian, meski tidak sekental

pengikut agama Islam Jawa dalam keberagamaan, para pemeluk Islam santri

juga masih terpengaruh oleh animisme, dinamisme, dan Hindu-Budha.41

Dalam uraian di atas telah disebutkan beberapa contoh tentang

pelaksanaan sinkretisasi antar unsur-unsur dari ajaran-ajaran Islam dengan

agama Budha, Hindu dan tradisi lokal Jawa. Untuk lebih mengkongkretkan

pengertian dan pemahaman tentang itu, berikut ini dinukilkan lagi beberapa

contoh dari hal tersebut.

a. Penggabungan antara dua agama /aliran atau lebih

Menggabungkan dua agama atau lebih dimaksudkan untuk

membentuk suatu aliran baru, yang biasanya merupakan sinkretisasi antara

kepercayaan lokal (Jawa) dengan ajaran-ajaran agama Islam dan agama-

40 Untuk menguraikan hal tersebut, Geertz telah menulis buku The Religion of Java.

Banyak kritikan yang ditujukan kepada buku ini, antara lain, penyejajaran priyayi di satu pihak dengan santri dan abangan di pihak lain. Santri dan abangan adalah dikhotomi yang didasarkan pada pengamalan agama, sedangkan priyayi didasarkan pada status sosial. Dengan demikian kelompok priyayi lebih tepat didikhotomikan dengan wong cilik / kawula alit.

41 Kebudayaan Jawa, Op. Cit. hlm. 310-311.

Page 28: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

38

agama lainnya. Dari masing-masing agama tersebut diambil yang sesuai

dengan alur pikiran mereka. Dan, apabila aliran-aliran kepercayaan yang

berkembang di Indonesia, dan lebih khusus lagi di Jawa diteliti, akan

didapatkan bahwa aliran-aliran ini merupakan hasil sinkretisasi antara

kepercayaan lokal dengan agama-agama yang telah ada.

Sebagai contoh dari langkah ini adalah ajaran Ilmu Sejati yang

diciptakan oleh Raden Sujono alias Prawirosudarso, yang berasal dari

Desa Sukorejo, Kecamatan Saradan, kabupaten Madiun. Ia lahir pada 1875

dan meninggal pada 25 Oktober 1961 dalam usia 85 tahun. Pada tahun

1916, ia belajar agama Islam kepada Haji Samsudin dari Desa Betet,

Kabupaten Bojonegoro, selama 3 tahun yang mengaku mendapatkan ilmu

khusus dari seorang pengikut mazhab Syafi’i ketika ia berada di Saudi

Arabia. Tokoh yang meresmikan ajarannya pada 13 Oktober 1926 ini

mempunyai pengalaman yang beraneka ragam. Ia pernah menjadi mantri

penjual candu selama 4 tahun.

Ia juga pernah menjadi anggota syariat Islam selama 4 tahun.

Karena kuat pengaruhnya pada pemilu tahun 1955 ia terpilih menjadi

anggota DPR mewakili calon independen, bahkan dalam dewan terhormat

tersebut ia pernah ditunjuk sebagai ketua sementara. Menurut

pengakuannya, ajaran ilmu sejati diasaskan pada kesucian yang dihimpun

dari ajaran-ajaran Islam , Kristen dan Budha . dan apabila ajaran tersebut

diteliti dengan seksama, akan terlihat bahwa pengakuannya tidak salah.

Sebagai contoh aliran ini mengajarkan sadat (Syahadat) yang

berbunyi sebagai berikut :

“Ashadu Allah ananingsun, anane ambekan, anane rasul, anane johar. Wa ashadu anane urip, anane Mukamad, anane nur, nur tegese padhang, johar tegese padhang, Mukamad lan rasul iku tegese cahya, nur johar tegese padhang.” Artinya : “Ashadu Allah adanya aku, adanya nafas, adanya rasul, adanya johar. Wa ashadu anna adanya hidup, adanya Mukamad, adanya nur, nur artinya terang, johar artinya terang . mukamad dan rasul artinya cahaya, nur johar artinya terang.

Page 29: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

39

Di antara ajaran-ajaran aliran ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam hidup wajib mengerti letak dasar iman, yaitu lafal(ucapan)

a. Laa ilaaha

b. Illallah

c. Allaah

Ketiga ucapan tersebut masing-masing diucapkan tiga kali

2. Wajib memenuhi rukun Islam yang lima yaitu .

a. Sahadat (syahadat) : supaya mengerti letaknya

b. Salat (shalat) : menjalankan serta mengerti tentang maksudnya.

c. Jakat (Zakat) : agar mulia awal akhir

d. Puasa (saum) : agar suci awal akhir

e. Kaji (haji) : agar sempurna betulnya

3. Hendaklah memenuhi tentang sembah lima (tata sila), yaitu :

a. Bapak dan ibu : ini yang menjadi sebab.

dilahirkannya di dunia.

b. Mertua laki isteri : inilah yang memberi kesenangan di dunia

c. Saudara tua : ini sebagai gantinya orang tua (bapak ibu)

d. Raja : yaitu harus mengikuti apa yang menjadi

permerintah Republik Indonesia.

e. Guru : ini yang memberi pengajaran yang benar-

benar, agar terang hatinya dan berguna hidupnya di dunia awal-

akhir.42

b. Dalam Masalah Kepercayaan

1. Konsep Mengenai Kosmogoni dan kosmologi

Dalam masyarakat Jawa telah beredar beberapa mite tentang

penciptaan alam dan manusia. Walaupun mite-mite tersebut berbeda,

42 Kamil Kartapraja, Aliran Kebatinan dan kepercayaan Indonesia. Yayasan Masagung,

Jakarta , 1985, hlm. 99-105 dan lihat pula Ridin Sofwan , Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan, Aneka Ilmu, Semarang, 1999, hlm, 231-238.

Page 30: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

40

tetapi di dalamnya terdapat satu persamaan. Semuanya menyebut adam

sebagai manusia dan nabi pertama

Salah satu mite menyebutkan bahwa Brahma adalah pencipta

bumi, wisnu adalah pencipta manusia. Setelah berhasil menciptakan

bumi. Brahma berusaha menciptakan manusia. Namun, setelah

berusaha tiga kali dan gagal, ia menyuruh Wisnu turun ke bumi untuk

melanjutkan usahanya yang gagal. Maka dengan menggunakan tanah

liat Wisnu membuat sebuah patung yang menyerupai dirinya sendiri,

yang kemudian diisinya dengan energi yang terdiri dari jiwa dan

sukma (semangat). Sayangnya dalam penciptaan ini ia lupa untuk

memasukkan prana (nafas) ke dalamnya sehingga ciptaannya tersebut

hancur menjadi ribuan serpihan dan kepingan. Kepingan-kepingan ini

kemudian menghilang dalam kegelapan dan kemudian berubah

menjadi hantu-hantu jahat yang mengganggu alam dewata.

Setelah itu Wisnu berusaha sekali lagi untuk melaksanakan

perintah Brahma. Dan karena sudah berpengalaman, ia berhasil

menciptakan makhluk yang lebih tanpan dan diisinya dengan unsur-

unsur yang diperlukan sehingga terciptalah manusia pertama

sebagaimana yang diharapkan Brahma. Setelah sempurna

penciptaannya, makhluk ini kemudian diberi nama Adina (Adam).

Setelah manusia dan nabi pertama ini tercipta, sadarlah Wisnu

bahwa seorang manusia Adam saja belum memadai untuk mengisi

dunia ini. Kemudian, terpikirlah oleh Wisnu untuk mencarikan Adam

seorang teman. Oleh karena itu, ketika terlihat oleh Wisnu setangkai

bunga teratai di dalam sebuah kolam, ia memintanya untuk menjelma

menjadi seorang perempuan sebagai teman Adam. Setelah teratai ini

menerima permintaan Wisnu, menjelmalah ia menjadi perempuan

cantik yang diberi nama Dewi Kana (Hawa

Dari uraian di atas terlihat bahwa mite ini berusaha untuk

mengkompromikan antara Islam dengan penyebutan Adam dan Hawa,

Page 31: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

41

dan ajaran Hindu dengan menyebutkan nama Brahma dan Wisnu

dalam penciptaan alam dan manusia

2. Silsilah raja-raja mataram

Dalam rangka menambah wibawa dan legitimasi raja-raja

Mataram yang berasal dari orang biasa (Ki Ageng Pemanahan),

dibuatlah silsilah politik untuk menunjukkan bahwa dari garis ibu

mereka adalah keturunan para wali yang berujung kepada Nabi

Muhammad SAW (silsilah penengen), dan dari garis bapak, mereka

berasal dari keturunanpara Dewa dan sekaligus Nabi Adam.

Dari garis ibu dapat disebutkan bahwa mereka berasal dari

Syekh Wali Lanang yang merupakan putera dari Syekh Maulana Ishak

bin Syekh Jungeb. Untuk lebih jelasnya berikut ini kutipan bagan

silsilah penengen (silsilah dari garis ibu).

Syekh Jungeb (berasal dari saudi Arabia dan keturunan Nabi

Muhammad)

Syekh Maulana Ishak

Syekh Wali Lanang

Sunan Giri I

Sunan Giri II

Ki Ageng Saba

Nyi Ageng Pemanahan (ibu Panembahan Senapati)

Adapun dalam silsilah dari Nabi Adam sampai ke raja-raja

Mataram (silsilah pengiwa) sudah banyak diketahui oleh umum terutama

masyarakat Jawa yang kental dengan tradisi, meskipun tidak berarti pihak

yang tidak kental dengan tradisi tidak mengenal silsilah itu.

Dengan adanya silsilah pengiwa dan penengen ini diharapkan

masyarakat akan mengetahui bahwa raja-raja mereka adalah keturunan

Page 32: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

42

dari tokoh-tokoh yang kuat dan terkenal. Dengan demikian pengungkapan

hal tersebut akan menambah legitimasi dan wibawa kepada mereka.43

Tulisan di atas menunjukkan sinkretisasi antara ajaran Islam dan

Hindu, dengan mengaitkan bahwa manusia adalah keturunan para dewa.

Namun ternyata para dewa juga masih keturunan manusia juga, Adam dan

Sis.

c. Bidang ritual

1. Upacara midodareni

Bagi masyarakat tradisional, pergantian waktu dan perubahan

fase kehidupan adalah saat-saat genting yang perlu dicermati dan

diwaspadai. Untuk itu mereka mengadakan crisis rites dan rites de

passage, yaitu upacara peralihan yang berupa slametan, makam

bersama (kenduri), prosesi dengan benda-benda keramat dan

sebagainya begitu pula sebelum Islam datang, di kalangan masyarakat

Jawa sudah terdapat ritual-ritual keagamaan. Seperti slametan yang

berkaitan dengan proses kelahiran, kematian, membengun dan pindah

rumah, menanam dan memanen padi serta penghormatan terhadap roh

para leluhur dan roh halus.

Ketika Islam datang ritual-ritual ini tetap dilanjutkan hanya

isinya diubah dengan unsur-unsur dari ajaran-ajaran Islam maka

terjadilah Islamisasi Jawaisme(keyakinan dan budaya Jawa)contoh

yang lainnya :upacara midodareni, suatu ritual yang dilangsungkan

pada malam hari menjelang hari perkawinan yang bermaksud untuk

mendekatkan pengantin pada para bidadari dan roh halus supaya

melindungi kedua calon pengentin dari mara bahaya yang mengganggu

jalannya prosesi perkawinan dan hari-hari sesudahnya.

2. Upacara brokohan dan sepasaran

43 W.L. Olthof (ed), Poeniko Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking nabi Adam Dumugi Tahun 1647, M. Nijhoff, Gravenhage, 1941, hlm. 7-46 dan lihat pula C.C Berg. Penulisan Sejarah Jawa , Bharata Jakarta, 1985, serta lihat pula G. Moedjanto, Konsep kekuasaan, Penerapannya oleh Raja-raja mataram, Yogyakarta, 1987, hlm. 86.

Page 33: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

43

Dalam Islam ketika seorang bayi lahir, ayah ibunya

disyariatkan untuk melaksanakan aqiqah, dengan menyembelih seekor

kambing kalau yang dilahirkannya seorang perempuan, dan dua ekor

kambing kalau yang dilahirkan laki-laki. Namun kenyataan

menunjukkan bahwa sebagian masyarakat muslim Jawa tidak

melaksanakan perintah ini. Sebagai gantinya mereka mengadakan

upacara brokohan (diadakan setelah bayi lahir ke dunia dengan

selamat) dan sepasaran (ketika bayi berusia lima hari).

Kedua slametan ini, mereka tidak tidak menyembelih kambing

tapi menggantinya dengan sego janganan, nasi urap yang sengaja

dibikin pedas urapnya untuk secara tidak langsung memberitahu

bahwa bayi yang dilahirkan adalah laki-laki. Dan apabila yang

dilahirkan adalah perempuan, urap sengaja dibikin tidak pedas.44

Dengan harapan dan doa agar anak yang dilahirkan tersebut akan

menjadi orang yang linuwih di kemudian hari.

d. Dalam doa dan mantera

Salah satu jasa Sunan makhdum Ibrahim, yang dikenal sebagai

Sunan Bonang, dalam menyebarkan Islam di Jawa adalah mengganti

nama-nama dewa yang terdapat pada mantera dan doa dengan nama-

nama nabi, malaikat dan tokoh-tokoh terkemuka di dalam Islam .

dengan cara ini diharapkan masyarakat berpaling dari pemujaan dewa-

dewa dan menggantinya dengan tokoh-tokoh yang berasal dari dunia

Islam . berikut ini adalah contoh mantera dan doa untuk mendapatkan

keperkasaan jasmani:

Bismillahirrahmanirrahim.

“Jabarail sumurup maring Fatimah. Fatimah sumurup maring

badandu, kapracaya dening Allah ta’ala, cik ancik macan putih dudu

44 Marbangun Hardjowiraga, Adat Istiadat Jawa, patma Bandung 1980, hlm 133-134

Page 34: BAB II : TINJAUAN UMUM - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005... · BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Masuknya Agama ke Indonesia

44

macan putih, mangko iki macan putih saking Allah, la ilaha illallah

Muhammad Rasulullah,”45

Doa ini dibaca setelah mandi 14 kali dalam semalam dan memakan 80

biji botor (biji kecipir)

e. Menggabungkan agama

Yang dimaksud dengan menggabungkan Islam dengan budaya

lokal dalam konteks ini adalah melaksanakan syariat Islam dengan

kemasan budaya Jawa. Berbakti kepada orang tua adalah wajib. Dalam

melaksanakan syariat ini masyarakat jawa biasanya menggunakan

media sungkem. Begitu pula dalam rangka memperingati hari raya Idul

Fitri, masyarakat menyiapkan hidangan kupat dan lontong. Secara

“kerata basa” kupat artinya ngaku lepat. Hal ini merupakan simbolisasi

dari perintah untuk meninta maaf kepada orang lain pada hari raya

yang penuh kebahagiaan ini.

Adapun lontong, secara Keratabasa dapat diartikan sebagai

alone kothong ‘kesalahannya kosong/habis. Hal ini merupakan

simbolisasi dari doa agar semua dosanya termaafkan sehingga dirinya

bersih dari dosa yang pernah menghinggapinya.

Meskipun sama-sama menggabungkan unsur-unsur ajaran dari dua

atau lebih agama /aliran yang berbeda, contoh—contoh sinkretisasi di atas

tidaklah sama tingkatannya. Ada yang sudah dataran aqidah, yang sebagian

besar ulama sepakat untuk menolaknya, ada yang menyentuh bidang ritual,

yang para ulama berselisih pendapat di dalamnya, dan ada yang hanya

menyentuh pada tingkatan budaya (akulturasi) yang sebagian besar ulama

sepakat untuk menerimanya, karena mereka menganggapnya sebagai bagian

dari urusan duniawi.

45 Karkono Kamajaya, Kebudayaan Islam , Perpaduannya dengan Islam , IKAPI DIY,

Yogyakarta, 1995. hlm 292-293