bab ii tinjauan teoritis -...
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Setiap negara memiliki kepentingan masing-masing untuk bisa membangun negara
menjadi lebih baik. Kerjasama menjadi bagian terpenting di dalam hubungan antara satu
negara dengan negara lain. Kerjasama internasional merupakan bagian lain dari konflik yang
juga merupakan salah satu aspek di dalam ilmu hubungan internasional karena kerjasama
sendiri menjadi bagian soft power yang buat oleh negara lain untuk mengintergrasi negara
lain secara politik. Kerjasama dalam hal ini akan mempengruhi aspek lain seperti politik,
budaya maupun aspek lainnya. Kerjasama yang terjalin antara satu negara dengan negara
lainnya
Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain sendiri sudah dimulai
sejak kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dimana setalah kemerdekaan, Indonesia
mulai mengembangkan forum kerjasama baik secara bilateral, regional/wilayah maupun
multilateral sebagai bentuk negara berdaulat yang terus menegmbangkan negara menjadi
lebih baik dalam bentuk soft power. Dalam kerjasama, Indonesia menjunjung tinggi nilai
diplomasi dan juga non-intervensi selain itu juga sikap saling menghormati dan penolakan
terhadap kekerasan dan kebijakan dalam mengmbil keputusan ditujunjukkan Indonesia saat
bekerjasama. Hingga saat ini, Indonesia sudah menjalin kerjasama bilateral dengan 162
negara serta satu wilayah khusus yang berupa non-self governing territory. Negara-negara
mitra kerjasama Indonesia ini terbagi dalam delapan kawasan1. Salah satu negara kerjasama
Indonesia yang berada di 1 kawasan yang sama adalah Timor Leste yang sampai saat ini
kerjasama masih terjalin meskipun secara sejarah dulunya Timor Leste merupakan bagian
dari Indonesia sampai akhirnya memilih untuk melepaskan diri dan berdiri sebagai negara
baru yang berdaulat dibawah naungan PBB.
Saat melakukan kerjasama dibutuhkan diplomasi yang baik dari masing-masing
negara yang melakukan kerjasama dalam hal ini Timor Leste dan Indonesia. Menurut Sir
Ernest Satow dalam tulisannya yang berjudul‘Guide to Diplomatic Practice’: the aplication
of intellegence and tact to conduct of official relations between the government of
independent states (penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi
1http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-bilateral.aspx (diakses pada 30 Juni 2016)
2
antara pemerintah negara-negara berdaulat)2. Diplomasi merupakan salah satu bagian dari
kerjasama internasional yang mendukung kepentingan politik dalam suatu negara. Indonesia
melakukan diplomasi yang baik dengan Timor Leste sehingga menghasilkan banyak
perusahaan swasta maupun BUMN yang berasal dari Indonesia yang berivestasi di Timor
Leste.
2.1. Perekonomian Timor Leste Sebelum Bekerjasama Dengan Indonesia
Setelah memilih untuk melepaskan diri dari Indonesia, Timor-Leste kemudian
mengganti semua sistem pemerintahan yang sebelumnya mengikuti Indonesia menjadi sistem
pemerintahan yang semi presidensial. Perubahan penggunaan mata uang pun dilakukan dari
rupiah digantikan menjadi dolar Amerika Serikat setelah diusulkan oleh PBB dalam hal ini
UNTANET untuk menyelamatkan APBN negara yang saat itu penghasilan negara berasal
dari eksploitasi minyak bumi di celah Timor (Timor GAP). Akan tetapi terjadinya perubahan
mata uang tersebut mengakibatkan daya beli masyarakat mengalami penurunan dibandingkan
ketika masih menjadi bagian dari Indonesia. Selain itu juga Timor-Leste tidak bisa
sepenuhnya bergantung kepada hasil minyak bumi saja mengingat celah Timor sendiri
berbatasan langsung dengan Australia.
2.2. Kerjasama Bilateral
Kerjasama bilateral merupakan kerjasama antara satu dengan lain dan dalam cakupan
negara, kerjasama bilateral merupakan suatu kerjasama yang terjadi antara dua negara baik di
dalam bidang politik, ekonomi, budaya, lingkungan maupun bidang lainnya yang berkaitan
dengan kepentingan maisng-masing negara tersebut. Pada hubungan internasional, kerjasama
bilateral menjadi hal yang umum yang dilakukan saat menjalin kerjasama baik negara dalam
1 kawasan yang sama maupun diluar kawasan. Dari kerjasama bilateral tersebut akan
menghasilkan pertukaran perwakilan negara dalam hal ini adalah Duta Besar yang akan
mewakilkan urusan kerjasama negara di luar negaranya yang sama-sama memiliki perjanjian
politik maupun ekonomi. Perjanjian bilateral juga lebih memudahkan kerjasama antara dua
negara yang saling bergantung. Contohnya negara A memiliki barang mentah sedangkan
2http://www.academia.edu/6768702/MAKALAH_DIPLOMASI_DAN_POLITIK_LUAR_NEGERI_Guna_Me
menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional (diakases pada 10 Agustus 2016)
3
negara B memiliki alat produksi, negara A akan membangun kerjasama secara bilateral
dengan negara B untuk menghasilkan suatu produk barang yang akan menambah APBN
negara.
2.3. Ekonomi Pembangunan
Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu pembangunan
meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan
(Todaro:2006)3. Todaro (1987) dalam Budiman (2000) membedakannya lagi dengan ekonomi
pembangunan ekonomi (Budiman, 2000: 10-11). Menurut Todaro, ekonomi pembangunan
berurusan dengan mekanisme ekonomi, sosial dan institusional baik di sektor pemerintahan
maupun swasta untuk menciptakan perbaikan-perbaikan secara luas dan cepat dalam taraf
kehidupan masyarakat. Ekonomi pembangunan dengan demikian berurusan dengan
perubahan struktural dan institusional yang cepat meliputi seluruh masyarakat supaya hasil-
hasil pembangunan bisa dilaksanakan dengan paling efisien untuk dibagikan kepada rakyat
banyak. Ekonomi pembangunan menekankan peran pemerintah dalam membuat perencanaan
ekonomi yang terkoordinir yang didasarkan pada dukungan yang luas baik dari dalam
maupun luar negeri. Semua ini merupakan unsur yang dipelajari dalam ekonomi
pembangunan.
2.4. Negara Dunia Ketiga
Istilah negara dunia ketiga pertama kali diperkenalkan oleh seorang Ahli Demografi
asal Perancis yaitu Alfred Sauvy untuk menggambarkan negara-negara yang baru muncul
pada akhir perang dunia ke-2. Tetapi istilah ini sangat jarang digunakan karena lebih sering
terdengar negara kaya dan negara miskin. Kebanyakan dari teori sistem dunia memiliki
pendapat bahwa sebuah negara bergantung kepada kedudukannya di dalam sebuah sistem
dunia secara keseluruhan di mana negara melihat posisi negara tersebut berada di core (inti),
peri-peri atau semi peri-peri. Jika dilihat berdasarkan politik, dunia ketiga merupakan sebutan
bagi negara-negara netral yang tidak memilih untuk bergabung di blok barat maupun blok
timur, sedangkan jika dilihat berdasarkan ekonomi, negara dunia ketiga adalah sebutan bagi
3lib.ui.ac.id/file?file=digital/131667...Analisis%20pertumbuhan...pdf(diakses pada tanggl 13 Agustus 2016)
4
negara-negara miskin yang baru mengalami kedaulatan kemederdekaan dan membutuhkan
kerjasama dengan negara lain untuk meningkatkan kapabilitas negaranya di semua sektor.
2.5. Soft Power Diplomacy
Soft power menurut Joseph S.Nye, Jr adalah “soft power is the ability to obtain what
you want through cooperation and attraction” (kemampuan untuk mencapai sesuatu yang
diinginlan melalui kerjasama dan melalui pemanfaatan kemampuan untuk menarik pihak
lain). Soft Power biasanya digunakan di dalam merumuskan kesukesan dunia politik, tetapi
soft power di dalam hal ini di gunakan sebagai kebijakan berdiplomasi suatu negara di dalam
hal ini adalah Indonesia untuk tetap memiliki kerjasama yang baik di dalam hubungan
internasional. Diplomasi Soft Power lahir dan menjadi bagian penting di dalam pelaksanaan
politik luar negeri Indonesia. Kebijakan diplomasi Soft Power diambil karena adanya
kesadaran akan pentingnya aset nasional yang dapat di jadikan Soft Power Indonesia.
Alasan peneliti menggunakan konsep diplomasi Soft Power ini kerena peneliti melihat
kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Indonesia dan Timor Leste adalah melalui
diplomasi Soft Power yang di mana Indonesia nantinya akan melakukan beberapa cara untuk
tetap menarik perhatian dari Timor Leste agar tetap menjadikan Indonesia sebagai partner
kerja yang sangat penting di negaranya terkait pembangunan ekonomi yang terjadi di Timor
Leste.
2.6. Teori Liberalisme
Pada dunia hubungan internasional dikenal beberapa teori yang digunakan untuk
menganalisis perilaku suatu negara didalam menyelesaikan konflik, melakukan kerjasama
dan berinteraksi dalam hubungan internasional salah satunya teori Liberalisme. Teori ini
pertama kali diperkenalkan oleh Imanuel Kant seorang filsuf Jerman dalam sebuah esai
berjudul Perpetual Peace pada tahun 1795. Teori ini lebih menekankan kepada kooperatif
dan damai sehingga tujuan bisa dicapai tanpa melalui konflik. Menurut Robert Jackson dan
Georg Sorensen (1999) dalam buku yang diterjemahkan oleh Suryadipura (2005:177) dalam
liberalisme terdapat beberapa argumen dari kaum liberal tentang hubungan internasional,
yaitu :
5
1. Liberalisme Sosiologis : HI bukan hanya mempelajari hubungan antara
pemerintah; tetapi juga mempelajari hubungan antara idividu, kelompok dan
masyarakat swasta. Hubungan antara rakyat bersifat lebih kooperatif
dibandingkan hubungan antar pemerintah. Dunia dengan sejumlah besar jaringan
transnasional akan lebih damai.
2. Liberalisme interdepedensi : Modernisasi meningkatkan tingkat interdepedensi di
antara negara-negara. Aktor-aktor transnasional semakin penting, kekuatan
militer adalah instrumen yang kurang berguna, dan kesejahteraan, bukan
keamanan, adalah tujuan dominan negara-negara. “Interdepedensi kompleks”
menunjukkan suatu hubungan internasonal yang lebih damai.
3. Liberalisme institusional : Institusional internasional memajukan kerjasama di
antara negara-negara. Institusi mengurangi masalah-masalah yang berkenaan
dengan ketiadaan kepercayaan antara negara-negara dan mereka mengurangi
kepercayaan negara satu sama lain.
4. Liberalisme republikan : Negara-negara demokrasi tidak berperang terhadap satu
sama lain. Hal itu disebabkan pada budaya domestiknya atas penyelesaian konflik
secara damai, pada nilai-nilai moral bersama, pada hubungan kerjasama ekonomi
dan interdepedensinya yang saling menguntungkan.
Alasan peneliti meggunakan teori ini adalah peneliti melihat kerjasama yang terjalin
diantara kedua negara ini lebih kepada kerjasama yang sama-sama menguntungkan sama
seperi konsep liberalisme yang lebih mengutamakan konsep damai daripada konflik atau
perang.
2.7. Konsep Diplomasi Liberal
Setiap negara memiliki tradisi diplomasi yang berbeda-beda, pandangan yang berbeda
tentang bagaimana harus berada dalam hukum internasional yang dirasa penting untuk
dijadikan agenda diplomasi. Menurut Ranny Emilia (2013:28-35) ada 3 prespektif yang
bekerja dalam bidang doplomasi: realisme, liberalisme dan masyarakat internasional. Hal ini
tidak berarti semua yang dipraktekkan di dunia diplomasi dapat dirumuskan dengan mengacu
kepada teori-teori yang mereka buat. Realisme memberi batasan atas diplomasi sebagai
penerapan kekuasaan untuk mengamankan dan melindungi kepentingan nasional masing-
masing negara. Liberalisme meyakini hubungan antar negara diplomasi didominasi oleh
6
aktivitas-aktivitas perdagangan guna memenuhi tanggungjawab pemerintah dalam mengisi
kebutuhan-kebutuhan mendesak sehari-hari. Opini liberalisme membentuk praktek diplomasi
yang padat dengan hubungan transaksional, pancaharian keuntungan dari perdagangan
komersial, sementara perang yang semula diharapkan akan lenyap, tetap mengisi proses-
prosesnya. Pada masyarakat internasional, padangan terhadap diplomasi berbeda dari dunia
politik pada umumnya. Semua di atur dengan sempurna, mulai dari gaya bahasa, sikap,
prinsip-prinsip dan pendekatan yang dipakai, bahkan cara berpakaian pun memiliki aturan-
aturan khusus. Dunia diplomasi merupakan kegiatan politik yang dipraktekkan oleh
masyarakat internasioanl, melalui perwakilan-perwakilannya yang sudah paham betul aturan
main internasional, tahu norma-norma etika yang penting untuk keberhasilan diplomatik.
Alasan peneliti menggunakan konsep ini adalah peneliti melihat kerjasama yang
terjalin antara Indonesia dan Timor Leste lebih kepada konsep diplomasi liberal dimana
untuk mencapai sebuah kerjasama yang baik dan sama-sama menguntungkan diperlukan
pendekatan diplomasi yang baik pula diantara kedua negara ini. Konsep ini nantinya akan
membantu peneliti untuk menganalisis kepentingan Indonesia di Timor Leste yang
berpengaruh kepada aktor-aktor yang berperan di dalam kerjasama bilateral dari Indonesia
dan Timor Leste.
2.8. Teori Ketergantungan
Theotonio Dos Santos (1970:231) dalam Budiman (2000:63) memberikan definisi sebagai
berikut :
yang dimaksud dengan ketergantungan adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi
negara-negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekpansi dari kehidupan
ekonomi negara-negara lain, dimana negara-negara tertentu hanya berperan sebagai
penerima akibat saja. Hubungan saling tergantung antara dua sistem ekonomi atau lebih,
dan hubungan antara sistem-sistem ekonomi ini dengan perdagangan dunia, menjadi
hubungan ketergantungan bila ekonom beberapa negara (yang dominan) bisa berekspansi
dan bisa berdiri sendiri sedangkan ekonomi negara-negara lainnya (yang bergantung)
mengalami perubahan hanya sebagai akibat dari ekspansi tersebut baik positif maupun
negatif.
7
Oleh para ahli yang menganut paham liberal, hubungan antara negara-negara pusat
dan pinggiran ini dikatakan sebagai hubungan saling ketergantungan, di mana kedua belah
pihak ada dalam posisi saling membutuhkan. Negara-negara pusat membutuhkan bahan
mentah untuk industrinya, sedangkan negara-negara pinggiran membutuhkan barang-barang
industri untuk pembangunannya. Karena itu, tidak bisa dikatakan yang satu mendominasi
yang lainnya. Demikian seperti yang ditunjukkan oleh Dos Santos, negara-negara pusat
berkembang secara mandiri. Jika ekonomi mereka bergerak maju, bisa terjadi bahwa
ekonomi negara-negara pinggiran juga ikut bergerak maju. Tetapi bila negara-negara pusat
sedang mengalami kesulitan, sudah dapat dipastikan bahwa negara-negara pinggiran akan
mengalami kesulitan. Karena, ekonomi negara-negara pinggiran bergantung pada negara-
negara pusat.
Menurut Djelantik (2015:324) teori ketergantungan diterapkan degan sejumlah
investasi besar untuk memulai jalannya pembangunan ekonomi negara. Hal ini menyebabkan
negara tergantung pada bantuan asing untuk pembangunan. Ini jelas dalam teori
ketergantungan di mana sejumlah negara yang baru berdiri akan terus-menerus mendapatkan
bantuan dari negara berkembang dengan mengorbankan kepentingan negara itu sendiri.
Ketergantungan sendiri menunjukkan bahwa program investasi yang dilakukan “sedikit demi
sedikit” tidak akan mempengaruhi proses pertumbuhan sebanyak yang diisyaratkan untuk
negara-negara berkembang karena negara-negara miskin akan semakin miskin dan kaya akan
semakin kaya.
2.8.1. Teori Ketergantungan Klasik
Teori ketergantungan muncul sebagai teori yang mengkritik teori modernisasi yang
muncul dari negara dunia ketiga yang menuntut sebuah negara untuk bergantung kepada
negara lain dalam memenuhi kebutuhan negara sebagai akibat dari perubahan masyarakat
internasional dari tradisional menjadi modern. Tingginya konsumsi suatu negara terhadap
pemenuhan kebutuhanya menyebabkan negara saling bekerjasama untuk sama-sama
memenuhi kebutuhan negaranya dan menyebabkan ketergantungan pada negara-negara
tersebut, ketergantungan ini biasanya terjadi pada negara-negara yang sebagian besar
memiliki kesamaan dalam faktor produksi sehingga mereka akan melakukan diplomasi
kerjasama agar sama-sama mendapatkan keuntungan yang absolut.
8
Dos Santos dalam Budiman (1995:69-72) membedakan ketergantungan kedalam tiga
bentuk, yaitu :
(1) Ketergantungan Kolonial. Disini terjadi dominasi politik, dalam bentuk penguasaan
kolonial atau penjajahan dari negara pusat kepada negara pinggiran. Kegiatan utama dari
perekonomian ialah perdagangan ekspor dari hasil bumi yang dibutuhkan oleh negara
penjajah. Para penjajah memonopoli tanah, pertambangan dan tenaga kerja. Hubungan antara
penjajah dan penduduk bersifat eksploitatif.
(2) Ketergantungan finansial-industrial. Disini tidak ada dominasi politik dalam bentuk
penjajahan. Negara pinggiran secara politis merdeka. Tetapi, dalam kenyataanya, negara
pinggiran ini masih dikuasai oleh kekuatan-kekuatan finansial dan insustrial dari negara
pusat, sehingga praktis ekonomi pinggiran merupakan satelit dari negara pusat. Seperti pada
ketergantungan kolonial, negara pinggiran masih mengekspor bahan mentah bagi kebutuhan
industri negara pusat. Negara pusat menanamkan modalnya, baik langsung atau melalui
kerjasama dengan pengusaha lokal, untuk menghasilkan bahan baku ini. Dengan demikian,
pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi, dalam bentuk kekuasaan finansial-
industrial.
(3) Ketergantungan teknologis-industrial. Ini adalah bentuk ketergantungan baru. Kegiatan
ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk keperluan industri
di negara pusat. Perusahaan-perusahaan multinasional dari negara pusat mulai menanamkan
modalnya dalam kegiatan industri yang produknya ditujukan ke pasar dalam negeri dari
negara pinggiran, bahkan seringkali dimiliki oleh pengusaha lokal, tetapi teknologinya ada di
tangan perusahaan-perusahaan multinasional. Seringkali barang-barang modal berupa mesin
industri yang ada tidak dijual sebagai komoditi, melainkan disewakan melalui perjanjian
paten. Dengan demikian, penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui monopoli
teknologi-industrial.
Dengan demikian, kata Dos Santos kapitalisme bukan kunci pemecahan masalahnya,
melainkan penyebab timbulnya masalah ini.
Alasan penulis menggunakan teori ini karena teori melihat adanya ketergantungan
diantara kedua negara ini yang dimana lebih ditunjukkan oleh negara Timor-Leste kepada
Indonesia. Dari teori tersebut dapat memberikan hubungan antara Indonesia dan Timor Leste
dalam hubungan bilateral kedua negara tersebut. Terlepas dari pengaruh globalisasi yang
9
sudah mendunia, Timor-Leste masih tetap memilih Indonesia sebagai mitra kerjasama di
segala bidang. Salah satunya adalah bidang ekonomi. Teori Ketergantungan juga akan
membatu memberikan penjelasan terkait bagaimana proses ketergantungan tersebut terjadi
setelah adanya kerjasama melalui perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua negara yaitu
Indonesia dan Timor Leste dan tidak memungkin juga ketergantungan Timor Leste terhadap
negara dan aktor lain selain negara seperti NGO, MNC atau sebagainya.
2.9. Literature Review
Penelitian ini melakukan perbandingan penelitian dengan beberapa peneliti terdahulu,
diantaranya :
No Judul Penelitian,
Nama Peneliti
Rumusan
Masalah
Tujuan Penelitian Teknik
Pengumpulan
data
Kesimpulan
1. OPERASI
PERDAMAIAN
BERKELANJUTA
N PBB PASCA
KONFLIK DI
TIMOR LESTE
TAHUN 1999-
2006
Flavianus D.
Mesasail, Staff
pengajar Hubungan
Internasional,
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu
Komunikasi,
Universitas Kristen
Satya Wacana.
1. Bagaimana
peran dan strategi
yang diterapkan
oleh PBB di
Timor Leste?
2. Apakah peran
tersebut dapat
dijadikan model
operasi
perdamaian PBB
di lain
tempat ?
Tujuan penelitian
dalam penelitian ini
adalah: peneliti
ingin mengetahui
peran dan strategi
PBB serta
evolusinya di
Timor-Leste dan
peneliti juga ingin
mengetahui
dampak peran
signifikan PBB
dalam menangani
kasus perdamaian
di Timor-Leste
pasca konflik di
Timor-Leste tahun
1999-2006
Teknik
pengumpulan
data yang
dilakukan
adalah deskriptif
dimana peneliti
menjelaskan
proses yang
dilakukan PBB
pasca konflik di
Timor-Leste
pada tahun
1999-2006
peneliti melihat bahwa
keberhasilan yang dicapai
dalam operasi perdamaian
PBB di Timor Leste dapat
menjadi referensi cara dan
strategi operasi perdamaian
tempat lain nantinya.
PBB melakukan beberapa
strategi yang akhirnya tetap
memperkuat peran PBB di
Timor-Leste. Strategi peran
ini dapat dimainkan karena
tidak terbatas pada ruang
atau wilayah tertentu. Di
sinilah pendekatan kultural
dapat dimanfaatkan sebagai
pendukung keberhasilan
dalam operasi perdamaian.
10
Jurnal tersebut dengan
demikian tidak mempunyai
hubungan dengan
penelitian yang penulis
lakukan tentang peran
kerjasama bilateral
Indonesia dan Timor-Leste
dalam pembangunan
ekonomi di Timor-Leste,
hanya lokasi penelitian
yang sama karena
dilakukan di negara Timor-
Leste.
2 Studi kerjasama
konstruktif
pemerintah
Indonesia dan
Timor-Leste dalam
hubungan bilateral
melaui Joint
Commission
(Komisi Bersama)
Jose M. Da Costa,
NIM : 319137,
Mahasiswa
Fakultas Hukum,
Universitas Kristen
Satya Wacana.
Solusi-solusi apa
yang dapat
diambil
pemerintah
Indonesia dan
Timor-Leste
dalam
menghadapi
masalah tentang :
a. aset-aset/harta
milik
b. perbatasan
wilayahnya (darat
dan laut)
Untuk menjawab
masalah-masalah
yang dihadapi
Pemerintah
Indonesia dan
Timor-Leste
tengang :
a. aset-aset/harta
milik berkaitan
dengan teori
suksesi negara;
b. perbatasan
wilayahnya (darat
dan laut) berkaitan
dengan perjanjian
perbatasan dua
negara serta
konvensi hukum
laut 1982.
Jenis data yang
digunakan
adalah data
primer yang
diperoleh
melalui
wawancara
dengan Ketua
Misi Perwakilan
Timor-Leste di
Jakarta, Pejabat
Deplu RI dan
Timor-Leste,
Pejabat
Kedutaan RI di
Timor-Leste.
Sedangkan data
sekunder
melalui studi
pustaka yang
terkait dengan
Kesimpulan akhir yang
dicapai peneliti dalam
penelitian ini adalah :
a. solusi tentang aset
pribadi dilakukan sesuai
konsep suksesi negara
secara murni dengan suatu
status politik Timor Leste
sebelum adanya suksesi
negara, maka ada
pengalihan aset pribadi dari
warga asing Indonesia
kepada negara Timor Leste.
b. Aset berupa gedung-
gedung dan tempat fasilitas
umum menandakan adanya
proses peralihan yang wajar
dari Pemerintah Indonesia
kepada Timor Leste
dilandasi prinsip suksesi
negara dan dapat diterima
11
masalah yang
diangkat.
sesuai prinsip politik luar
negeri Timor Leste yaitu
Zero Enemy Most Friend (
Tidak ada musuh banyak
teman)
c. Aset pemerintah berupa
badan usaha milik negara,
solusi yang diambil adalah
pertimbangan kerja sama
dengan mengubah bentuk
usahanya menjadi
penanaman moda asing.
d. solusi tentang penyelaian
batas wilayah darat masih
menggunakan perjanjian
1904 dan 1914 sebagai
dasar perjanjian.
e. solusi tentang batas laut
belum dilaksanakan tetapi
ada sekmaa perbatasan laut
Indonesia-Timor Leste
akan terpaku pada hukum
laut internasional 1982.
Skripsi tersebut dengan
demikian tidak mempunyai
hubungan dengan
penelitian yang penulis
lakukan tentang peran
kerjasama bilateral
Indonesia dan Timor-Leste
dalam pembangunan
ekonomi di Timor-Leste,
hanya lokasi penelitian
yang sama karena
12
dilakukan di negara Timor-
Leste.
3. Gejolak Militer
Pasca
Kemerdekaan
Timor Leste, Ajito
Fernandes, NIM :
092007001,
Mahasiswa
Pascasarjana
Magister Studi
Pembangunan
Universitas Kristen
Satya Wacana
Pertanyaan
pokok:
Apa yang menjadi
akar masalah
terjadinya konflik
di tubuh F-DTL
tahun 2006?
Pertanyaan
Pelengkap :
1. Bagaimana
sejarah lahirnya
F-FDTL?
2. Seperti Apa
gambaran proses
dan akibat konflik
yang terjadi
padatahun 2006
tersebut?
3. Bagaimana
pada akhirnya
konflik tersebut
bisa di
selesaikan?
Tujuan dari
penelitian ini
adalah peneliti
ingin
menggambarkan
(deskriptif) dan
menjelaskan
(eksplanatoris)
bagaimana dan
mengapa konflik
dalam tubuh militer
pada tahun 2006 di
Timor Leste
tersebut terjadi.
Teknik
pengumpulan
data yang
dilakukan oleh
peneliti adalah
penelitian
kualitatif dengan
menggunakan
data primer
yaitu melalui
metode
wawancara dan
juga melalui
observasi
dimana
pengamatan
dilakukan secara
langsung di
lokasi penelitian
untuk
mengetahui
secara lebih
dekat fenomena
sosial yang
diteliti agar
peneliti
memiliki
pengalaman
secara langsung
dengan
fonomena yang
akan diteliti.
Selain itu
Salah satu tragedi yang
akan menjadi pengisi
sejarah Timor Leste adalah
tragedi Konflik Militer
tahun 2006. Konflik besar-
besaran yang sesungguhnya
berawal dari konflik
internal di tubuh F-FDTL
tersebut dikatakan sebagai
tragedi karena konflik
tersebut tidak hanya
memorakporandakan dan
menghancurkan serta
menghanguskan rumah dan
harta benda yang tidak
terhitung jumlahya, tetapi
juga merenggut puluhan
nyawa. Korbanpun tidak
hanya berasal dari kalangan
sipil.
Konflik tersebut terjadi
karena pertama,
menyangkut
profesionalisme para
anggota F-FDTL. Kedua,
masih kuatnya ikatan
primordialisme di antara
para anggota F-FDTL.
Pada akhirnya pada
petisioner tersebut
menempuh jalan damai
dengan mengutamakan
kompromi dalam
13
peneliti juga
menggunakan
data sekunder
untuk lebih
memperkuat
data penelitian
tersebut. Data
sekunder
didapatkan
melalui berbagai
sumber antara
lain : laporan-
laporan
Internasional
maupun
nasional dan
berbagai instansi
atau lembaga,
berita koran,
internet, buku-
buku penunjang.
penyelesaian konflik
tersebut. Sebuah perang
yang pasti sangat tidak
diinginkan oleh setiap
warga Timor Leste.
Tesis tersebut dengan
demikian tidak mempunyai
hubungan dengan
penelitian yang penulis
lakukan tentang peran
kerjasama bilateral
Indonesia dan Timor-Leste
dalam pembangunan
ekonomi di Timor-Leste,
hanya lokasi penelitian
yang sama karena
dilakukan di negara Timor-
Leste dan juga data tentang
konflik di Timor Leste pada
tahun 2006.
4 Klandestin Dalam
Perjuangan
Kemerdekaan
Timor-Leste,
Januario Soares,
NIM : 092008905,
Mahasiswa
Program
Pascasarjana
Magister Studi
Pembangunan,
Universitas Kristen
Satya Wacana
Apa faktor
penyebab
munculnya lahir
atau maunvulnya
gerakan
klandestin di
Distrik Dili,
Baucau san
Viqueque?
Mencari jawaban
yang mendalam
atas fenomena
lahirnya gerakan
klandestin yang
mampu bertahan
selama 24 tahun
untuk melawan
pendudukan militer
Indonesia.
Teknik
Pengumpulan
data yang
dilakukan
adalah dengan
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif dengan
alasana peneliti
ingin
menggambarkan
secara detail
mungkin
Gerakan Klandestin dapat
bertahan dan berhasil dalam
mencapai kemerdekaan
bukan kerena kekuatan
persenjataan tetapi lebih
merupakan adanya harapan,
pengorganisasian,
leadership, peran Gereja
Katholik, dan berakarnya
pejuang dalam masyarakat
atau embeddedness. Artinya
untuk memenangkan suatu
perjuangan bukan saja
dengan kekuatan
14
bagaimana
gerakan
klandestin
melakukan
perlawanan
dilokasi
penelititian yaitu
Distrik Dili,
Baucau dan
Vequque. Selain
itu juga peneliti
ingin
menemukan
secara lebih
dalam realitas
adanya
kelompok atau
gerakan
klandestin yang
mapu bertahan
menghadapi
segala kesulitan
yang ada pada
waktu itu.
persenjataan yang kuat
tetapi dengan gerakan
Klandestin (underground
moviment) pun bisa
memenangkan perjuangan
tanpa harus dukungan
persenjataan yang kuat dan
personil yang banyak.
Tesis tersebut dengan
demikian tidak mempunyai
hubungan dengan
penelitian yang penulis
lakukan tentang peran
kerjasama bilateral
Indonesia dan Timor-Leste
dalam pembangunan
ekonomi di Timor-Leste,
hanya lokasi penelitian
yang sama karena
dilakukan di negara Timor-
Leste dan pada tesis
tersebut peneliti lebih
spesifik ke 3 tempat yaitu
Distrik Dili, Baucau dan
Vequeque.
15
2.10. Kerangka Pikir Penelitian
Indonesia
Pembangunan Ekonomi di
Timor Leste
Peran Kerjasama Bilateral
Indonesia dan Timor-Leste
dalam pembagunan Ekonomi
di Timor-Leste
Kerjasama Bilateral
Timor Leste
Kesimpulan
Teori Ketergantungan
dan Teori
Liberalisme