bab ii tinjauan teoritis -...

15
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS Setiap negara memiliki kepentingan masing-masing untuk bisa membangun negara menjadi lebih baik. Kerjasama menjadi bagian terpenting di dalam hubungan antara satu negara dengan negara lain. Kerjasama internasional merupakan bagian lain dari konflik yang juga merupakan salah satu aspek di dalam ilmu hubungan internasional karena kerjasama sendiri menjadi bagian soft power yang buat oleh negara lain untuk mengintergrasi negara lain secara politik. Kerjasama dalam hal ini akan mempengruhi aspek lain seperti politik, budaya maupun aspek lainnya. Kerjasama yang terjalin antara satu negara dengan negara lainnya Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain sendiri sudah dimulai sejak kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dimana setalah kemerdekaan, Indonesia mulai mengembangkan forum kerjasama baik secara bilateral, regional/wilayah maupun multilateral sebagai bentuk negara berdaulat yang terus menegmbangkan negara menjadi lebih baik dalam bentuk soft power. Dalam kerjasama, Indonesia menjunjung tinggi nilai diplomasi dan juga non-intervensi selain itu juga sikap saling menghormati dan penolakan terhadap kekerasan dan kebijakan dalam mengmbil keputusan ditujunjukkan Indonesia saat bekerjasama. Hingga saat ini, Indonesia sudah menjalin kerjasama bilateral dengan 162 negara serta satu wilayah khusus yang berupa non-self governing territory. Negara-negara mitra kerjasama Indonesia ini terbagi dalam delapan kawasan 1 . Salah satu negara kerjasama Indonesia yang berada di 1 kawasan yang sama adalah Timor Leste yang sampai saat ini kerjasama masih terjalin meskipun secara sejarah dulunya Timor Leste merupakan bagian dari Indonesia sampai akhirnya memilih untuk melepaskan diri dan berdiri sebagai negara baru yang berdaulat dibawah naungan PBB. Saat melakukan kerjasama dibutuhkan diplomasi yang baik dari masing-masing negara yang melakukan kerjasama dalam hal ini Timor Leste dan Indonesia. Menurut Sir Ernest Satow dalam tulisannya yang berjudul‘Guide to Diplomatic Practice’: the aplication of intellegence and tact to conduct of official relations between the government of independent states (penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi 1 http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-bilateral.aspx (diakses pada 30 Juni 2016)

Upload: dinhkiet

Post on 21-Apr-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

1

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Setiap negara memiliki kepentingan masing-masing untuk bisa membangun negara

menjadi lebih baik. Kerjasama menjadi bagian terpenting di dalam hubungan antara satu

negara dengan negara lain. Kerjasama internasional merupakan bagian lain dari konflik yang

juga merupakan salah satu aspek di dalam ilmu hubungan internasional karena kerjasama

sendiri menjadi bagian soft power yang buat oleh negara lain untuk mengintergrasi negara

lain secara politik. Kerjasama dalam hal ini akan mempengruhi aspek lain seperti politik,

budaya maupun aspek lainnya. Kerjasama yang terjalin antara satu negara dengan negara

lainnya

Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain sendiri sudah dimulai

sejak kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dimana setalah kemerdekaan, Indonesia

mulai mengembangkan forum kerjasama baik secara bilateral, regional/wilayah maupun

multilateral sebagai bentuk negara berdaulat yang terus menegmbangkan negara menjadi

lebih baik dalam bentuk soft power. Dalam kerjasama, Indonesia menjunjung tinggi nilai

diplomasi dan juga non-intervensi selain itu juga sikap saling menghormati dan penolakan

terhadap kekerasan dan kebijakan dalam mengmbil keputusan ditujunjukkan Indonesia saat

bekerjasama. Hingga saat ini, Indonesia sudah menjalin kerjasama bilateral dengan 162

negara serta satu wilayah khusus yang berupa non-self governing territory. Negara-negara

mitra kerjasama Indonesia ini terbagi dalam delapan kawasan1. Salah satu negara kerjasama

Indonesia yang berada di 1 kawasan yang sama adalah Timor Leste yang sampai saat ini

kerjasama masih terjalin meskipun secara sejarah dulunya Timor Leste merupakan bagian

dari Indonesia sampai akhirnya memilih untuk melepaskan diri dan berdiri sebagai negara

baru yang berdaulat dibawah naungan PBB.

Saat melakukan kerjasama dibutuhkan diplomasi yang baik dari masing-masing

negara yang melakukan kerjasama dalam hal ini Timor Leste dan Indonesia. Menurut Sir

Ernest Satow dalam tulisannya yang berjudul‘Guide to Diplomatic Practice’: the aplication

of intellegence and tact to conduct of official relations between the government of

independent states (penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi

1http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-bilateral.aspx (diakses pada 30 Juni 2016)

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

2

antara pemerintah negara-negara berdaulat)2. Diplomasi merupakan salah satu bagian dari

kerjasama internasional yang mendukung kepentingan politik dalam suatu negara. Indonesia

melakukan diplomasi yang baik dengan Timor Leste sehingga menghasilkan banyak

perusahaan swasta maupun BUMN yang berasal dari Indonesia yang berivestasi di Timor

Leste.

2.1. Perekonomian Timor Leste Sebelum Bekerjasama Dengan Indonesia

Setelah memilih untuk melepaskan diri dari Indonesia, Timor-Leste kemudian

mengganti semua sistem pemerintahan yang sebelumnya mengikuti Indonesia menjadi sistem

pemerintahan yang semi presidensial. Perubahan penggunaan mata uang pun dilakukan dari

rupiah digantikan menjadi dolar Amerika Serikat setelah diusulkan oleh PBB dalam hal ini

UNTANET untuk menyelamatkan APBN negara yang saat itu penghasilan negara berasal

dari eksploitasi minyak bumi di celah Timor (Timor GAP). Akan tetapi terjadinya perubahan

mata uang tersebut mengakibatkan daya beli masyarakat mengalami penurunan dibandingkan

ketika masih menjadi bagian dari Indonesia. Selain itu juga Timor-Leste tidak bisa

sepenuhnya bergantung kepada hasil minyak bumi saja mengingat celah Timor sendiri

berbatasan langsung dengan Australia.

2.2. Kerjasama Bilateral

Kerjasama bilateral merupakan kerjasama antara satu dengan lain dan dalam cakupan

negara, kerjasama bilateral merupakan suatu kerjasama yang terjadi antara dua negara baik di

dalam bidang politik, ekonomi, budaya, lingkungan maupun bidang lainnya yang berkaitan

dengan kepentingan maisng-masing negara tersebut. Pada hubungan internasional, kerjasama

bilateral menjadi hal yang umum yang dilakukan saat menjalin kerjasama baik negara dalam

1 kawasan yang sama maupun diluar kawasan. Dari kerjasama bilateral tersebut akan

menghasilkan pertukaran perwakilan negara dalam hal ini adalah Duta Besar yang akan

mewakilkan urusan kerjasama negara di luar negaranya yang sama-sama memiliki perjanjian

politik maupun ekonomi. Perjanjian bilateral juga lebih memudahkan kerjasama antara dua

negara yang saling bergantung. Contohnya negara A memiliki barang mentah sedangkan

2http://www.academia.edu/6768702/MAKALAH_DIPLOMASI_DAN_POLITIK_LUAR_NEGERI_Guna_Me

menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional (diakases pada 10 Agustus 2016)

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

3

negara B memiliki alat produksi, negara A akan membangun kerjasama secara bilateral

dengan negara B untuk menghasilkan suatu produk barang yang akan menambah APBN

negara.

2.3. Ekonomi Pembangunan

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu pembangunan

meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan

(Todaro:2006)3. Todaro (1987) dalam Budiman (2000) membedakannya lagi dengan ekonomi

pembangunan ekonomi (Budiman, 2000: 10-11). Menurut Todaro, ekonomi pembangunan

berurusan dengan mekanisme ekonomi, sosial dan institusional baik di sektor pemerintahan

maupun swasta untuk menciptakan perbaikan-perbaikan secara luas dan cepat dalam taraf

kehidupan masyarakat. Ekonomi pembangunan dengan demikian berurusan dengan

perubahan struktural dan institusional yang cepat meliputi seluruh masyarakat supaya hasil-

hasil pembangunan bisa dilaksanakan dengan paling efisien untuk dibagikan kepada rakyat

banyak. Ekonomi pembangunan menekankan peran pemerintah dalam membuat perencanaan

ekonomi yang terkoordinir yang didasarkan pada dukungan yang luas baik dari dalam

maupun luar negeri. Semua ini merupakan unsur yang dipelajari dalam ekonomi

pembangunan.

2.4. Negara Dunia Ketiga

Istilah negara dunia ketiga pertama kali diperkenalkan oleh seorang Ahli Demografi

asal Perancis yaitu Alfred Sauvy untuk menggambarkan negara-negara yang baru muncul

pada akhir perang dunia ke-2. Tetapi istilah ini sangat jarang digunakan karena lebih sering

terdengar negara kaya dan negara miskin. Kebanyakan dari teori sistem dunia memiliki

pendapat bahwa sebuah negara bergantung kepada kedudukannya di dalam sebuah sistem

dunia secara keseluruhan di mana negara melihat posisi negara tersebut berada di core (inti),

peri-peri atau semi peri-peri. Jika dilihat berdasarkan politik, dunia ketiga merupakan sebutan

bagi negara-negara netral yang tidak memilih untuk bergabung di blok barat maupun blok

timur, sedangkan jika dilihat berdasarkan ekonomi, negara dunia ketiga adalah sebutan bagi

3lib.ui.ac.id/file?file=digital/131667...Analisis%20pertumbuhan...pdf(diakses pada tanggl 13 Agustus 2016)

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

4

negara-negara miskin yang baru mengalami kedaulatan kemederdekaan dan membutuhkan

kerjasama dengan negara lain untuk meningkatkan kapabilitas negaranya di semua sektor.

2.5. Soft Power Diplomacy

Soft power menurut Joseph S.Nye, Jr adalah “soft power is the ability to obtain what

you want through cooperation and attraction” (kemampuan untuk mencapai sesuatu yang

diinginlan melalui kerjasama dan melalui pemanfaatan kemampuan untuk menarik pihak

lain). Soft Power biasanya digunakan di dalam merumuskan kesukesan dunia politik, tetapi

soft power di dalam hal ini di gunakan sebagai kebijakan berdiplomasi suatu negara di dalam

hal ini adalah Indonesia untuk tetap memiliki kerjasama yang baik di dalam hubungan

internasional. Diplomasi Soft Power lahir dan menjadi bagian penting di dalam pelaksanaan

politik luar negeri Indonesia. Kebijakan diplomasi Soft Power diambil karena adanya

kesadaran akan pentingnya aset nasional yang dapat di jadikan Soft Power Indonesia.

Alasan peneliti menggunakan konsep diplomasi Soft Power ini kerena peneliti melihat

kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Indonesia dan Timor Leste adalah melalui

diplomasi Soft Power yang di mana Indonesia nantinya akan melakukan beberapa cara untuk

tetap menarik perhatian dari Timor Leste agar tetap menjadikan Indonesia sebagai partner

kerja yang sangat penting di negaranya terkait pembangunan ekonomi yang terjadi di Timor

Leste.

2.6. Teori Liberalisme

Pada dunia hubungan internasional dikenal beberapa teori yang digunakan untuk

menganalisis perilaku suatu negara didalam menyelesaikan konflik, melakukan kerjasama

dan berinteraksi dalam hubungan internasional salah satunya teori Liberalisme. Teori ini

pertama kali diperkenalkan oleh Imanuel Kant seorang filsuf Jerman dalam sebuah esai

berjudul Perpetual Peace pada tahun 1795. Teori ini lebih menekankan kepada kooperatif

dan damai sehingga tujuan bisa dicapai tanpa melalui konflik. Menurut Robert Jackson dan

Georg Sorensen (1999) dalam buku yang diterjemahkan oleh Suryadipura (2005:177) dalam

liberalisme terdapat beberapa argumen dari kaum liberal tentang hubungan internasional,

yaitu :

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

5

1. Liberalisme Sosiologis : HI bukan hanya mempelajari hubungan antara

pemerintah; tetapi juga mempelajari hubungan antara idividu, kelompok dan

masyarakat swasta. Hubungan antara rakyat bersifat lebih kooperatif

dibandingkan hubungan antar pemerintah. Dunia dengan sejumlah besar jaringan

transnasional akan lebih damai.

2. Liberalisme interdepedensi : Modernisasi meningkatkan tingkat interdepedensi di

antara negara-negara. Aktor-aktor transnasional semakin penting, kekuatan

militer adalah instrumen yang kurang berguna, dan kesejahteraan, bukan

keamanan, adalah tujuan dominan negara-negara. “Interdepedensi kompleks”

menunjukkan suatu hubungan internasonal yang lebih damai.

3. Liberalisme institusional : Institusional internasional memajukan kerjasama di

antara negara-negara. Institusi mengurangi masalah-masalah yang berkenaan

dengan ketiadaan kepercayaan antara negara-negara dan mereka mengurangi

kepercayaan negara satu sama lain.

4. Liberalisme republikan : Negara-negara demokrasi tidak berperang terhadap satu

sama lain. Hal itu disebabkan pada budaya domestiknya atas penyelesaian konflik

secara damai, pada nilai-nilai moral bersama, pada hubungan kerjasama ekonomi

dan interdepedensinya yang saling menguntungkan.

Alasan peneliti meggunakan teori ini adalah peneliti melihat kerjasama yang terjalin

diantara kedua negara ini lebih kepada kerjasama yang sama-sama menguntungkan sama

seperi konsep liberalisme yang lebih mengutamakan konsep damai daripada konflik atau

perang.

2.7. Konsep Diplomasi Liberal

Setiap negara memiliki tradisi diplomasi yang berbeda-beda, pandangan yang berbeda

tentang bagaimana harus berada dalam hukum internasional yang dirasa penting untuk

dijadikan agenda diplomasi. Menurut Ranny Emilia (2013:28-35) ada 3 prespektif yang

bekerja dalam bidang doplomasi: realisme, liberalisme dan masyarakat internasional. Hal ini

tidak berarti semua yang dipraktekkan di dunia diplomasi dapat dirumuskan dengan mengacu

kepada teori-teori yang mereka buat. Realisme memberi batasan atas diplomasi sebagai

penerapan kekuasaan untuk mengamankan dan melindungi kepentingan nasional masing-

masing negara. Liberalisme meyakini hubungan antar negara diplomasi didominasi oleh

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

6

aktivitas-aktivitas perdagangan guna memenuhi tanggungjawab pemerintah dalam mengisi

kebutuhan-kebutuhan mendesak sehari-hari. Opini liberalisme membentuk praktek diplomasi

yang padat dengan hubungan transaksional, pancaharian keuntungan dari perdagangan

komersial, sementara perang yang semula diharapkan akan lenyap, tetap mengisi proses-

prosesnya. Pada masyarakat internasional, padangan terhadap diplomasi berbeda dari dunia

politik pada umumnya. Semua di atur dengan sempurna, mulai dari gaya bahasa, sikap,

prinsip-prinsip dan pendekatan yang dipakai, bahkan cara berpakaian pun memiliki aturan-

aturan khusus. Dunia diplomasi merupakan kegiatan politik yang dipraktekkan oleh

masyarakat internasioanl, melalui perwakilan-perwakilannya yang sudah paham betul aturan

main internasional, tahu norma-norma etika yang penting untuk keberhasilan diplomatik.

Alasan peneliti menggunakan konsep ini adalah peneliti melihat kerjasama yang

terjalin antara Indonesia dan Timor Leste lebih kepada konsep diplomasi liberal dimana

untuk mencapai sebuah kerjasama yang baik dan sama-sama menguntungkan diperlukan

pendekatan diplomasi yang baik pula diantara kedua negara ini. Konsep ini nantinya akan

membantu peneliti untuk menganalisis kepentingan Indonesia di Timor Leste yang

berpengaruh kepada aktor-aktor yang berperan di dalam kerjasama bilateral dari Indonesia

dan Timor Leste.

2.8. Teori Ketergantungan

Theotonio Dos Santos (1970:231) dalam Budiman (2000:63) memberikan definisi sebagai

berikut :

yang dimaksud dengan ketergantungan adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi

negara-negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekpansi dari kehidupan

ekonomi negara-negara lain, dimana negara-negara tertentu hanya berperan sebagai

penerima akibat saja. Hubungan saling tergantung antara dua sistem ekonomi atau lebih,

dan hubungan antara sistem-sistem ekonomi ini dengan perdagangan dunia, menjadi

hubungan ketergantungan bila ekonom beberapa negara (yang dominan) bisa berekspansi

dan bisa berdiri sendiri sedangkan ekonomi negara-negara lainnya (yang bergantung)

mengalami perubahan hanya sebagai akibat dari ekspansi tersebut baik positif maupun

negatif.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

7

Oleh para ahli yang menganut paham liberal, hubungan antara negara-negara pusat

dan pinggiran ini dikatakan sebagai hubungan saling ketergantungan, di mana kedua belah

pihak ada dalam posisi saling membutuhkan. Negara-negara pusat membutuhkan bahan

mentah untuk industrinya, sedangkan negara-negara pinggiran membutuhkan barang-barang

industri untuk pembangunannya. Karena itu, tidak bisa dikatakan yang satu mendominasi

yang lainnya. Demikian seperti yang ditunjukkan oleh Dos Santos, negara-negara pusat

berkembang secara mandiri. Jika ekonomi mereka bergerak maju, bisa terjadi bahwa

ekonomi negara-negara pinggiran juga ikut bergerak maju. Tetapi bila negara-negara pusat

sedang mengalami kesulitan, sudah dapat dipastikan bahwa negara-negara pinggiran akan

mengalami kesulitan. Karena, ekonomi negara-negara pinggiran bergantung pada negara-

negara pusat.

Menurut Djelantik (2015:324) teori ketergantungan diterapkan degan sejumlah

investasi besar untuk memulai jalannya pembangunan ekonomi negara. Hal ini menyebabkan

negara tergantung pada bantuan asing untuk pembangunan. Ini jelas dalam teori

ketergantungan di mana sejumlah negara yang baru berdiri akan terus-menerus mendapatkan

bantuan dari negara berkembang dengan mengorbankan kepentingan negara itu sendiri.

Ketergantungan sendiri menunjukkan bahwa program investasi yang dilakukan “sedikit demi

sedikit” tidak akan mempengaruhi proses pertumbuhan sebanyak yang diisyaratkan untuk

negara-negara berkembang karena negara-negara miskin akan semakin miskin dan kaya akan

semakin kaya.

2.8.1. Teori Ketergantungan Klasik

Teori ketergantungan muncul sebagai teori yang mengkritik teori modernisasi yang

muncul dari negara dunia ketiga yang menuntut sebuah negara untuk bergantung kepada

negara lain dalam memenuhi kebutuhan negara sebagai akibat dari perubahan masyarakat

internasional dari tradisional menjadi modern. Tingginya konsumsi suatu negara terhadap

pemenuhan kebutuhanya menyebabkan negara saling bekerjasama untuk sama-sama

memenuhi kebutuhan negaranya dan menyebabkan ketergantungan pada negara-negara

tersebut, ketergantungan ini biasanya terjadi pada negara-negara yang sebagian besar

memiliki kesamaan dalam faktor produksi sehingga mereka akan melakukan diplomasi

kerjasama agar sama-sama mendapatkan keuntungan yang absolut.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

8

Dos Santos dalam Budiman (1995:69-72) membedakan ketergantungan kedalam tiga

bentuk, yaitu :

(1) Ketergantungan Kolonial. Disini terjadi dominasi politik, dalam bentuk penguasaan

kolonial atau penjajahan dari negara pusat kepada negara pinggiran. Kegiatan utama dari

perekonomian ialah perdagangan ekspor dari hasil bumi yang dibutuhkan oleh negara

penjajah. Para penjajah memonopoli tanah, pertambangan dan tenaga kerja. Hubungan antara

penjajah dan penduduk bersifat eksploitatif.

(2) Ketergantungan finansial-industrial. Disini tidak ada dominasi politik dalam bentuk

penjajahan. Negara pinggiran secara politis merdeka. Tetapi, dalam kenyataanya, negara

pinggiran ini masih dikuasai oleh kekuatan-kekuatan finansial dan insustrial dari negara

pusat, sehingga praktis ekonomi pinggiran merupakan satelit dari negara pusat. Seperti pada

ketergantungan kolonial, negara pinggiran masih mengekspor bahan mentah bagi kebutuhan

industri negara pusat. Negara pusat menanamkan modalnya, baik langsung atau melalui

kerjasama dengan pengusaha lokal, untuk menghasilkan bahan baku ini. Dengan demikian,

pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi, dalam bentuk kekuasaan finansial-

industrial.

(3) Ketergantungan teknologis-industrial. Ini adalah bentuk ketergantungan baru. Kegiatan

ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk keperluan industri

di negara pusat. Perusahaan-perusahaan multinasional dari negara pusat mulai menanamkan

modalnya dalam kegiatan industri yang produknya ditujukan ke pasar dalam negeri dari

negara pinggiran, bahkan seringkali dimiliki oleh pengusaha lokal, tetapi teknologinya ada di

tangan perusahaan-perusahaan multinasional. Seringkali barang-barang modal berupa mesin

industri yang ada tidak dijual sebagai komoditi, melainkan disewakan melalui perjanjian

paten. Dengan demikian, penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui monopoli

teknologi-industrial.

Dengan demikian, kata Dos Santos kapitalisme bukan kunci pemecahan masalahnya,

melainkan penyebab timbulnya masalah ini.

Alasan penulis menggunakan teori ini karena teori melihat adanya ketergantungan

diantara kedua negara ini yang dimana lebih ditunjukkan oleh negara Timor-Leste kepada

Indonesia. Dari teori tersebut dapat memberikan hubungan antara Indonesia dan Timor Leste

dalam hubungan bilateral kedua negara tersebut. Terlepas dari pengaruh globalisasi yang

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

9

sudah mendunia, Timor-Leste masih tetap memilih Indonesia sebagai mitra kerjasama di

segala bidang. Salah satunya adalah bidang ekonomi. Teori Ketergantungan juga akan

membatu memberikan penjelasan terkait bagaimana proses ketergantungan tersebut terjadi

setelah adanya kerjasama melalui perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua negara yaitu

Indonesia dan Timor Leste dan tidak memungkin juga ketergantungan Timor Leste terhadap

negara dan aktor lain selain negara seperti NGO, MNC atau sebagainya.

2.9. Literature Review

Penelitian ini melakukan perbandingan penelitian dengan beberapa peneliti terdahulu,

diantaranya :

No Judul Penelitian,

Nama Peneliti

Rumusan

Masalah

Tujuan Penelitian Teknik

Pengumpulan

data

Kesimpulan

1. OPERASI

PERDAMAIAN

BERKELANJUTA

N PBB PASCA

KONFLIK DI

TIMOR LESTE

TAHUN 1999-

2006

Flavianus D.

Mesasail, Staff

pengajar Hubungan

Internasional,

Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu

Komunikasi,

Universitas Kristen

Satya Wacana.

1. Bagaimana

peran dan strategi

yang diterapkan

oleh PBB di

Timor Leste?

2. Apakah peran

tersebut dapat

dijadikan model

operasi

perdamaian PBB

di lain

tempat ?

Tujuan penelitian

dalam penelitian ini

adalah: peneliti

ingin mengetahui

peran dan strategi

PBB serta

evolusinya di

Timor-Leste dan

peneliti juga ingin

mengetahui

dampak peran

signifikan PBB

dalam menangani

kasus perdamaian

di Timor-Leste

pasca konflik di

Timor-Leste tahun

1999-2006

Teknik

pengumpulan

data yang

dilakukan

adalah deskriptif

dimana peneliti

menjelaskan

proses yang

dilakukan PBB

pasca konflik di

Timor-Leste

pada tahun

1999-2006

peneliti melihat bahwa

keberhasilan yang dicapai

dalam operasi perdamaian

PBB di Timor Leste dapat

menjadi referensi cara dan

strategi operasi perdamaian

tempat lain nantinya.

PBB melakukan beberapa

strategi yang akhirnya tetap

memperkuat peran PBB di

Timor-Leste. Strategi peran

ini dapat dimainkan karena

tidak terbatas pada ruang

atau wilayah tertentu. Di

sinilah pendekatan kultural

dapat dimanfaatkan sebagai

pendukung keberhasilan

dalam operasi perdamaian.

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

10

Jurnal tersebut dengan

demikian tidak mempunyai

hubungan dengan

penelitian yang penulis

lakukan tentang peran

kerjasama bilateral

Indonesia dan Timor-Leste

dalam pembangunan

ekonomi di Timor-Leste,

hanya lokasi penelitian

yang sama karena

dilakukan di negara Timor-

Leste.

2 Studi kerjasama

konstruktif

pemerintah

Indonesia dan

Timor-Leste dalam

hubungan bilateral

melaui Joint

Commission

(Komisi Bersama)

Jose M. Da Costa,

NIM : 319137,

Mahasiswa

Fakultas Hukum,

Universitas Kristen

Satya Wacana.

Solusi-solusi apa

yang dapat

diambil

pemerintah

Indonesia dan

Timor-Leste

dalam

menghadapi

masalah tentang :

a. aset-aset/harta

milik

b. perbatasan

wilayahnya (darat

dan laut)

Untuk menjawab

masalah-masalah

yang dihadapi

Pemerintah

Indonesia dan

Timor-Leste

tengang :

a. aset-aset/harta

milik berkaitan

dengan teori

suksesi negara;

b. perbatasan

wilayahnya (darat

dan laut) berkaitan

dengan perjanjian

perbatasan dua

negara serta

konvensi hukum

laut 1982.

Jenis data yang

digunakan

adalah data

primer yang

diperoleh

melalui

wawancara

dengan Ketua

Misi Perwakilan

Timor-Leste di

Jakarta, Pejabat

Deplu RI dan

Timor-Leste,

Pejabat

Kedutaan RI di

Timor-Leste.

Sedangkan data

sekunder

melalui studi

pustaka yang

terkait dengan

Kesimpulan akhir yang

dicapai peneliti dalam

penelitian ini adalah :

a. solusi tentang aset

pribadi dilakukan sesuai

konsep suksesi negara

secara murni dengan suatu

status politik Timor Leste

sebelum adanya suksesi

negara, maka ada

pengalihan aset pribadi dari

warga asing Indonesia

kepada negara Timor Leste.

b. Aset berupa gedung-

gedung dan tempat fasilitas

umum menandakan adanya

proses peralihan yang wajar

dari Pemerintah Indonesia

kepada Timor Leste

dilandasi prinsip suksesi

negara dan dapat diterima

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

11

masalah yang

diangkat.

sesuai prinsip politik luar

negeri Timor Leste yaitu

Zero Enemy Most Friend (

Tidak ada musuh banyak

teman)

c. Aset pemerintah berupa

badan usaha milik negara,

solusi yang diambil adalah

pertimbangan kerja sama

dengan mengubah bentuk

usahanya menjadi

penanaman moda asing.

d. solusi tentang penyelaian

batas wilayah darat masih

menggunakan perjanjian

1904 dan 1914 sebagai

dasar perjanjian.

e. solusi tentang batas laut

belum dilaksanakan tetapi

ada sekmaa perbatasan laut

Indonesia-Timor Leste

akan terpaku pada hukum

laut internasional 1982.

Skripsi tersebut dengan

demikian tidak mempunyai

hubungan dengan

penelitian yang penulis

lakukan tentang peran

kerjasama bilateral

Indonesia dan Timor-Leste

dalam pembangunan

ekonomi di Timor-Leste,

hanya lokasi penelitian

yang sama karena

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

12

dilakukan di negara Timor-

Leste.

3. Gejolak Militer

Pasca

Kemerdekaan

Timor Leste, Ajito

Fernandes, NIM :

092007001,

Mahasiswa

Pascasarjana

Magister Studi

Pembangunan

Universitas Kristen

Satya Wacana

Pertanyaan

pokok:

Apa yang menjadi

akar masalah

terjadinya konflik

di tubuh F-DTL

tahun 2006?

Pertanyaan

Pelengkap :

1. Bagaimana

sejarah lahirnya

F-FDTL?

2. Seperti Apa

gambaran proses

dan akibat konflik

yang terjadi

padatahun 2006

tersebut?

3. Bagaimana

pada akhirnya

konflik tersebut

bisa di

selesaikan?

Tujuan dari

penelitian ini

adalah peneliti

ingin

menggambarkan

(deskriptif) dan

menjelaskan

(eksplanatoris)

bagaimana dan

mengapa konflik

dalam tubuh militer

pada tahun 2006 di

Timor Leste

tersebut terjadi.

Teknik

pengumpulan

data yang

dilakukan oleh

peneliti adalah

penelitian

kualitatif dengan

menggunakan

data primer

yaitu melalui

metode

wawancara dan

juga melalui

observasi

dimana

pengamatan

dilakukan secara

langsung di

lokasi penelitian

untuk

mengetahui

secara lebih

dekat fenomena

sosial yang

diteliti agar

peneliti

memiliki

pengalaman

secara langsung

dengan

fonomena yang

akan diteliti.

Selain itu

Salah satu tragedi yang

akan menjadi pengisi

sejarah Timor Leste adalah

tragedi Konflik Militer

tahun 2006. Konflik besar-

besaran yang sesungguhnya

berawal dari konflik

internal di tubuh F-FDTL

tersebut dikatakan sebagai

tragedi karena konflik

tersebut tidak hanya

memorakporandakan dan

menghancurkan serta

menghanguskan rumah dan

harta benda yang tidak

terhitung jumlahya, tetapi

juga merenggut puluhan

nyawa. Korbanpun tidak

hanya berasal dari kalangan

sipil.

Konflik tersebut terjadi

karena pertama,

menyangkut

profesionalisme para

anggota F-FDTL. Kedua,

masih kuatnya ikatan

primordialisme di antara

para anggota F-FDTL.

Pada akhirnya pada

petisioner tersebut

menempuh jalan damai

dengan mengutamakan

kompromi dalam

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

13

peneliti juga

menggunakan

data sekunder

untuk lebih

memperkuat

data penelitian

tersebut. Data

sekunder

didapatkan

melalui berbagai

sumber antara

lain : laporan-

laporan

Internasional

maupun

nasional dan

berbagai instansi

atau lembaga,

berita koran,

internet, buku-

buku penunjang.

penyelesaian konflik

tersebut. Sebuah perang

yang pasti sangat tidak

diinginkan oleh setiap

warga Timor Leste.

Tesis tersebut dengan

demikian tidak mempunyai

hubungan dengan

penelitian yang penulis

lakukan tentang peran

kerjasama bilateral

Indonesia dan Timor-Leste

dalam pembangunan

ekonomi di Timor-Leste,

hanya lokasi penelitian

yang sama karena

dilakukan di negara Timor-

Leste dan juga data tentang

konflik di Timor Leste pada

tahun 2006.

4 Klandestin Dalam

Perjuangan

Kemerdekaan

Timor-Leste,

Januario Soares,

NIM : 092008905,

Mahasiswa

Program

Pascasarjana

Magister Studi

Pembangunan,

Universitas Kristen

Satya Wacana

Apa faktor

penyebab

munculnya lahir

atau maunvulnya

gerakan

klandestin di

Distrik Dili,

Baucau san

Viqueque?

Mencari jawaban

yang mendalam

atas fenomena

lahirnya gerakan

klandestin yang

mampu bertahan

selama 24 tahun

untuk melawan

pendudukan militer

Indonesia.

Teknik

Pengumpulan

data yang

dilakukan

adalah dengan

menggunakan

metode

penelitian

kualitatif dengan

alasana peneliti

ingin

menggambarkan

secara detail

mungkin

Gerakan Klandestin dapat

bertahan dan berhasil dalam

mencapai kemerdekaan

bukan kerena kekuatan

persenjataan tetapi lebih

merupakan adanya harapan,

pengorganisasian,

leadership, peran Gereja

Katholik, dan berakarnya

pejuang dalam masyarakat

atau embeddedness. Artinya

untuk memenangkan suatu

perjuangan bukan saja

dengan kekuatan

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

14

bagaimana

gerakan

klandestin

melakukan

perlawanan

dilokasi

penelititian yaitu

Distrik Dili,

Baucau dan

Vequque. Selain

itu juga peneliti

ingin

menemukan

secara lebih

dalam realitas

adanya

kelompok atau

gerakan

klandestin yang

mapu bertahan

menghadapi

segala kesulitan

yang ada pada

waktu itu.

persenjataan yang kuat

tetapi dengan gerakan

Klandestin (underground

moviment) pun bisa

memenangkan perjuangan

tanpa harus dukungan

persenjataan yang kuat dan

personil yang banyak.

Tesis tersebut dengan

demikian tidak mempunyai

hubungan dengan

penelitian yang penulis

lakukan tentang peran

kerjasama bilateral

Indonesia dan Timor-Leste

dalam pembangunan

ekonomi di Timor-Leste,

hanya lokasi penelitian

yang sama karena

dilakukan di negara Timor-

Leste dan pada tesis

tersebut peneliti lebih

spesifik ke 3 tempat yaitu

Distrik Dili, Baucau dan

Vequeque.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14838/2/T1_372013602_BAB II...menuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Sejarah_Politik_dan_Hubungan_Internasional

15

2.10. Kerangka Pikir Penelitian

Indonesia

Pembangunan Ekonomi di

Timor Leste

Peran Kerjasama Bilateral

Indonesia dan Timor-Leste

dalam pembagunan Ekonomi

di Timor-Leste

Kerjasama Bilateral

Timor Leste

Kesimpulan

Teori Ketergantungan

dan Teori

Liberalisme