bab ii tinjauan teoritis a. pengertian belajarrepository.uir.ac.id/570/2/bab2.pdfbelajar merupakan...

28
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar dengan perubahan adalah dua gejala yang saling terkait, dimana belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti atau hasil dari proses. Perubahan tingkah laku tersebut bisa berupa perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun perubahan nilai dan sikap. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti dan memahami suatu mata pelajaran. Menurut Gagne dalam Sagala (2009:13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman, sejalan dengan itu Witherington dalam Purwanto (2010:84) mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.sedangkan Morgan dalam Purwanto (2010:84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Bila disimpulkan dari beberpa definisi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu

Upload: phungdang

Post on 07-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri

seseorang. Belajar dengan perubahan adalah dua gejala yang saling terkait,

dimana belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti atau hasil dari proses.

Perubahan tingkah laku tersebut bisa berupa perubahan yang bersifat

pengetahuan, keterampilan maupun perubahan nilai dan sikap. Hasil belajar

merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan

siswa dalam mengikuti dan memahami suatu mata pelajaran.

Menurut Gagne dalam Sagala (2009:13) belajar adalah sebagai suatu

proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari

pengalaman, sejalan dengan itu Witherington dalam Purwanto (2010:84)

mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.sedangkan Morgan dalam

Purwanto (2010:84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan

pengalaman.

Bila disimpulkan dari beberpa definisi dari para ahli dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu

2

yang belajar dan memperoleh kecakapan yang baru atau kepandaian karena

adanya pendidikan dan latihan serta pengalaman yang telah dijalani siswa.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2011:155) hasil belajar adalah tingkah laku yang tidak

tahu menjadi tahu, timbul pengertian baru, perubahan sikap, keterampilan,

menghargai perkembangan sifat-sifat sosial, ekonomi, dan pertumbuhan jasmani.

Hamalik (2011:155) menyatakan hasil belajar merupakan terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan dapat diukur dalam bentuk

perubahan, sikap, dan keterampilan. Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajar.

Hasil belajar meliputi aspek yaitu pengetahuan, sikap, kelakuan, keterampilan,

dan penampilan.

2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2013:54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa yaitu :

a. Faktor internal, meliputi faktor jasmani dan psikologi :

1.) Faktor jasmani minsalnya kesehatan dan cacat tubuh

2.) Faktor psikologi minsalnya tingkat kecerdasan, minat, bakat, cara

belajar, motivasi, dan kemampuan kognitif siswa.

3

b. Faktor eksternal

1.) Faktor keluarga, berupa cara untuk mendidik, interaksi antara anggota

keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

2.) Faktor sekolah, mencakup metode belajar, kurikulum, interaksi guru

dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan alat pelajaran.

3.) Faktor masyarakat, pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa itu

sendiri di masyarakat.

C. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu teknik yang dilakukan dalam

proses pembelajaran sehingga dapat menarik perhatian siswa dalam

pembelajaran. Menurut Sugihartono dkk dalam Warni (2015:115) terdapat

banyak sekali metode dalam pembelajaran, yang antara lain adalah :

1. Metode ceramah

Metode ceramah merupakan metode penyampaian materi dari

guru kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi

melalui bahasa lisan verbal maupun nonverbal

2. Metode latihan

Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalui

upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu

4

3. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian materi pelajaran

melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta

didik.

4. Metode karyawisata

Metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi

dengan cara membawa langsung peserta didik langsung ke

objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar

siswa dapat megamati atau mengalami secara langsung.

5. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan

cara memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda

yang berkaitan dengan bahan pelajaran

6. Metode sosiodrama

Metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat

dalam kehidupan sosial

7. Metode bermain peran

Metode bermain peran merupakan metode pembelajaran

melalui pengembangan imajinasi dan pernyataan peserta didik

dengan cara peserta didik memerankan suatu tokoh baik tokoh

hidup maupun benda mati

5

8. Metode diskusi

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran melalui

pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta

memecahkan masalah secara kelompok

9. Metode pemberian tugas dan resitasi

Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode

pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa

10. Metode eksperimen

Metode ekperimen merupakan metode pembelajaran dalam

bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan

suatu proses atau percobaan

11. Metode proyek

Metode proyek merupakan metode pembelajaran berupa

penyajian kepada siswa materi pelajaran yang bertitik tolak dari

suatu masalah yang selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang

relevan sehingga diperoleh pemecahan secara menyeluruh dan

bermakna.

D. Metode Pembelajaran Kooperatif

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2014:16-17) pembelajaran kooperatif adalah suatu

metode pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan

kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented) ,

6

terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam

mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain,

siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan

cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan

struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Baharuddin dan Esa

dalam Fathurrohman (2016:44) mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham

konstruktivisme. Secara filosofis, belajar menurut konstruktivisme adalah

membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau

kaidah-kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Menurut Suprijono (2014:54) Metode pembelajaran kooperatif

merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok

termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan

oleh guru. Menurut Priyanto dalam Wena (2014:189) pembelajaran

kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang

memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif

adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya

untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa

pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa

7

kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena

banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang belum

terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan

terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota

kelompoknya.

2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nurhadi dan Senduk (2003) dan Lie (2002) dalam Wena

(2014:190) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam

pembelajaran kooperatif, yaitu : (a) saling ketergantungan positif, (b)

interaksi tatap muka,(c) akuntabilitas individual,(d) keterampilan untuk

menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara

sengaja diajarkan.

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok sadar

bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suasana

saling ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui berbagai

strategi, yaitu sebagai berikut :

1.) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan.

2.) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas

3.) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar

4.) Saling ketergantungan peran

5.) Saling ketergantungan hadiah

8

b. Interaksi Tatap Muka

Nurhadi dan Senduk (2003) Interaksi tatap muka menuntut para

siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat

melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan

sesama siswa

c. Akuntabilitas Idividual

Mengingat pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam

bentuk kelompok maka setiap anggota harus belajar dan

menyumbangkan pikiran dalam keberhasilan pekerjaan kelompok.

Untuk mencapai tujuan kelompok(hasil belajar kelompok), setiap

siswa harus bertanggung jawab atas penguasaan materi

pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok

didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar

demikian akan mampu menumbuhkan tanggung jawab

(akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa.

d. Keterampilan Menjalin Hubungan Antarpribadi

Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti

tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide bukan

mengkritik teman, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam

menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tetapi

secara sengaja diajarkan oleh guru. Dalam hal ini siswa yang tidak

dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh

teguran dari guru tetapi juga teguran dari sesama siswa.

9

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Mulyatiningsih (2012:258) Metode Think Pair Share

merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara sharing

pendapat antar siswa. Metode ini dapat digunakan sebagai umpan balik

materi yang diajarkan guru. Menurut Trianto (2009:81) Think Pair Share

(TPS) suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan

pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan memberi

siswa waktu untuk lebih banyak berfikir, merespon, dan saling membantu.

Menurut Lie (2008:57) Metode pembelajaran TPS lebih

mengoptimalisasi perisipasi siswa, memberikan kesempatan lebih banyak

kepada setiap siswa untuk dikenali, dan menunjukkan pastisipasi mereka

pada orang lain. Menurut Hamdayama (2016:109) Think Pair Share

adalah berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

2. Langkah-langkah penyelenggaraan Metode Think Pair Share

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menurut Tjokrodiharjo

dalam Trianto (2009:124)

10

Tabel 2.1 : Sintaks metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

Tahap Kegiatan Guru

Tahap 1

menyampaikan

tujuan dan

mengatur siswa

(1) Meyampaikan pendahuluan, (a) motivasi, (b)

menyampaikan tujuan dasar diskusi (c) apersepsi

(2) menjelaskan tujuan diskusi

Tahap 2

mengarahkan

diskusi

(1) Mengajukan pertanyaan awal/permasalahan

Tahap 3

menyelenggaraka

n diskusi

1. Membimbing/ mengarahkan siswa dengan mengerjakan

LKS secara mandiri (think)

2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan

(pair)

3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share)

4. Merapkan waktu tunggu

5. Membimbing kegiatan siswa

Tahap 4

mengakhiri

diskusi

Menutup diskusi

Tahap 5

melakukan tanya

jawab singkat

tentang proses

diskusi

Membantu siswa membuat rangkuman diskusi dengan tanya

jawab singkat

Suprijono (2014:91) menyebutkan ada 3 (tiga) langkah-langkah metode

pembelajaran kooperatif tipe TPS, yaitu :

Langkah 1 : Thinking (Berfikir) : Pembelajaran ini diawali dengan guru

mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran dengan pelajaran untuk

dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka

memikirkan jawabannya.

Langkah 2 : Pairing (berpasangan) : Pada tahap ini guru meminta peserta didik

berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk

11

berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang

telah dipikirkannya melalui intersubjektif degan pasangannya.

Langkah 3 : Sharing (berbagi) : Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap pasangan

hasilnya dibicarakan dengan pasangan ke seluruh kelas. Dalam tahap ini

diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian

pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari

pengetahuan yang dipelajarinya.

3. Keunggulan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Kurniasih dan Berlin (2015:58) Keunggulan metode

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut :

a. Metode ini dengan sendiriya memberikan kesempatan yang banyak

kepada siswa untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama

lain.

b. Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

c. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota

kelompok

d. Adanya kemudahan kelompok interaksi sesama siswa

e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya

f. Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling

menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di

depan kelas

g. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi

kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas

12

h. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab

dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling

membantu dalam kelompok kecil

i. Pemecahan masalah dapat dilakukan secara langsung, dan siswa dapat

memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu

antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta

mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi

terhadap kegiata pembelajaran yang telah dilakukan

j. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertayaan-

pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak

langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta

memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan

k. Siswa akan terlatih untuk membuat konsep pemecahan masalah

l. Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang dibentuk tidak

gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan

pendapat mereka

m. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil

diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang mereka dapatkan

menyebar pada setiap anak

n. Memudahkan guru dalam memantau siswa pada proses pembelajaran

o. Pelaksanaan model pembelajaran ini menuntut siswa menggunakan

waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang

diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa

13

mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikanya

pada pertemuan selanjutnya

p. Hasil belajar lebih mendalam, karena model pembelajaran TPS siswa

dapat diidentifikasi secara bertahap materi yang diberikan, sehingga

pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

4. Kelemahan Think Pair Share (TPS)

Menurut Kurniasih dan Berlin (2015:61) kelemahan metode pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut :

a. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas

b. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas

c. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita

waktu pengajaran yang berharga

d. Banyak kelompok yang melopor dan perlu dimonitor

e. Lebih banyak ide yang muncul

f. Jika terjadi perselisihan, tidak ada penengah

g. Meggantungkan pada pasangan

h. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan

kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan

i. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan

pelaksanaannya

j. Metode pembelajaran TPS belum banyak diterapkan di sekolah

14

k. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu

pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara

maksimal

l. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan

uang sesuai degan taraf berfikir anak

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning (PBL)

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa Inggris disebut dengan

istilah Problem Based Learning (PBL). PBL mengutamakan pemberian

berbagai situasi bermasalah yang berdasarkan fakta ataupun masalah yang

telah dirancang dan bermakna kepada siswa yang berfungsi sebagai bahan

untuk invenstigasi, penyelidikan, hingga proses pemecahan, dan hasil.

Strategi pemecahan masalah yang telah dikembangkan dewasa ini dibagi

menjadi beberapa jenis, yaitu: pemecahan masalah yang dikembangkan

oleh Solso, pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan

masalah sistematis, inkuiri biologi, inkuiri jurisprudensial, inkuiri sosial,

strategi pemecahan masalah ideal, dan strategi belajar berbasis masalah

(Wena dalam Hardyan 2014:21)

2. Menurut Ridwan dalam Rusmiyati (2015:34) melakukan sinopsis dari

beberapa metode PBL yang telah dideskripsikan dan diterjemahkan

menjadi tahapan dalam metode Problem based learning. Tahapan

pembelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

15

a. Guru menyampaikan permasalahan kepada siswa atau siswa

mengajukan permasalahan yang relevan dengan topik yang akan

dikaji. Permasalahan yang diajukan merupakan permasalahan

kompleks yang kurang terstruktur dan terkait dengan situasi nyata

atau kontekstual. Problem yang disajikan dapat ditelaah melalui

inkuiri bebas dan mengembangkann kemampuan siswa untuk

menyelesaikan masalah

b. Siswa mendiskusikan permasalahan dalam kelompok kecil.

Kelompok mengklasrifikasi fakta dan mencari hubungan konsep

yang relevan. Anggota kelompok melakukan curah pendapat

(brainstorming) berdasarkan pengetahuan awal mereka dalam

upaya memahami permasalahan dan mengajukan usulan solusi.

Kelompok mengidentifikasi hal-hal yang belum mereka pahami

dan perlu dipelajari untuk menyelesaikan masalah

c. Siswa atau kelompok membuat perencanaan untuk menyelesaikan

permasalahan. Aggota kelompok berbagi peran untuk mempelajari

fakta dan konsep atau mempersiapkan kegiatan eksplorasi

d. Masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi atau

observasi berdasarkan tugas yang telah ditetapkan dalam diskusi

kelompok. Data atau informasi dapat diperoleh melalui internet,

perpustakaan, pengamatan, wawancara, dan sumber lainnya

16

e. Siswa kembali melakukan diskusi kelompok dan berbagai

informasi. Informasi atau pengetahuan yang diperoleh digunakan

untuk menyelesaikan permasalahan yang dikaji

f. Kelompok menyajikan solusi permasalahan kepada teman sekelas.

Penyajian solusi permasalahan harus dipersiapkan terlebih dahulu

dan sebaiknya menggunakan teknologi informasi. Teman lain

menanggapi hasil kerja yang ditayangkan

g. Anggota kelompok melakukan pengkajian ulang (review) terhadap

proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan dan menilai dari

masing-masing anggota. Proses penilaian diri dan penilaian teman

sejawat dapat dilakukan pada tahap akhir sebagai metode refleksi

bagi kelompok dan metode penilaian guru.

Problem based learning juga telah dikembangkan sebagai

sebuah metode pembelajaran dengan sintaks belajar sebagai

berikut :

17

Tabel 2.2 : Sintaks (Tahapan) Problem Based Learning

FASE-

FASE

PERILAKU GURU

Fase 1,

Orientasi peserta didik

kepada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan

Memotivasi peserta didik untuk terlibat

aktif dalam pemecahan masalah yang

dipilih

Fase 2,

Mengorganisasikan

peserta didik

Membantu peserta didik mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut

Fase 3,

Membimbing

penyelidikan individu

dan kelompok

Mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah

Fase 4,

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan, model, dan

berbagai tugas dengan teman

Fase 5,

Menganalisa dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari/ meminta

kelompok persentasi hasil kerja dan

membantu peserta didik melakukan

refleksi terhadap penyelidikan dan

proses yang mereka lakukan

Sumber : BPSDM P dan K dan PMP dalam Rusmiyanti (2015:36)

Menurut Baharuddin dan Esa dalam Hardiyan (2014:22) Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) membangun cara berfikir siswa secara struktural

hingga dalam tahap memecahkan permasalahan melalui proses berfikir. Teori

belajar kognitif menekankan pada proses belajar secara berkesinambungan yang

tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang dibangun siswa. Sedangkan teori

belajar konstruktivis merupakan landasan pembelajaran kontekstual. Dimana

18

membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, kemudian hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas.

Menurut Arends dalam Hardiyan (2014:23), Problem Based Learning

(PBL) memiliki beberapa karakteristik utama dalam pembelajaran, yaitu:

a. Mempunyai Pertanyaan atau Masalah yang Merangsang Problem Based

Learning (PBL) mengorganisasikan pembelajaran disekitar pertanyaan dan

masalah yang penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Problem

Based Learning (PBL) memberikan situasi nyata yang autentik, menghindari

jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi.

b. Berfokus pada Keterkaitan Interdisipliner Masalah yang akan diselidiki telah

dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah

itu dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan yang Autentik Problem Based Learning (PBL) mengharuskan

siswa melakukan penyelidikan autentik. Siswa menganalisis dan

mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,

mengumpulkan dan menganalisa informasi, membuat inferensi, dan

merumuskan kesimpulan.

d. Menghasilkan Produk dan Memamerkannya Problem Based Learning (PBL)

menuntut siswa untuk menghasilkan suatu karya tertentu yang menjelaskan

bentuk penyelesaian masalah yang 24 dikemukakan.

19

e. Kolaborasi Problem Based Learning (PBL) juga dapat dicirikan siswa yang

bekerja sama dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk

secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan mengembangkan

keterampilan sosial dan keterampilan berfikir

Menurut Ridwan dalam Rusmiyati (2015:27) permasalahan dalam

Problem Based Learning (PBL) merupakan permasalahan dunia nyata.

Permasalahan yang cocok untuk di bahas dalam Problem Based Learning

(PBL) pada umumnya memiliki karakteristik antara lain :

a. Realistis, umum dan penting

b. Cukup terbuka

c. Kompleks, terdiri dari beberapa komponen

d. Permaslahan mungkin terjadi secara nyata, namun disajikan secara tidak

lengkap

Skenario pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL) hendaknya

memenuhi karakteristik antara lain :

a. Terkait dengan dunia nyata

b. Memotivasi siswa

c. Membutuhkan pengambilan keputusan

d. Multi tahap

e. Dirancang untuk kelompok

f. Menyajikan pertanyaan terbuka yang memicu diskusi

20

g. Mencakup tujuan pembelajaran, berfikir tingkat tinggi dan keterampilan

tingginya

5. Keunggulan Problem Based Learning (PBL)

Menurut Trianto (2009:96) keunggulan Problem Based Learning (PBL)

adalah sebagai berikut :

a. Realistis dengan kehidupan siswa

b. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

c. Memupuk sifat penyelidikan inquiry siswa

d. Retensi konsep jadi kuat

e. Memupuk kemampuan problem solving.

6. Kelemahan Problem Based Learning (PBL)

Menurut Trianto (2009:97) Kelemahan PBL dalam penerapannya

a. Persiapan pembelajaran yang kompleks

b. Sulitnya mencari problem yang relevan

c. Seringnya terjadi miss-konsep

d. Konsumsi waktu

G. Metode Pembelajaran Gabungan antara Problem Based Learning (PBL)

dan Think Pair Share (TPS)

Dalam Learning to Teach, Arends dalam Hardiyan (2014: 33) menyatakan

bahwa:

21

“Guru menerapkan dua metode utama untuk memenuhi kebutuhan seluruh siswa -

menggunakan multiple metods of instruction. Menggunakan multiple metods

berarti bahwa guru mengambil beberapa metode mengajar dan memilih berbagai

pendekatan yang berbeda tergantung tujuan belajarnya. Hal itu juga berarti bahwa

mereka mampu menghubungkan dan menggunakan berbagai metode yang

berbeda secara tandem selama sebuah pelajaran atau sebuah unit pekerjaan.”

Dalam hal ini multiple methods dapat diartikan menerapkan metode

pembelajaran yang bervariatif yang dikenal dengan metode pembelajaran

gabungan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

gabungan adalah suatu metode yang menerapkan beberapa metode pembelajaran

dalam satu pertemuan yang berdasarkan tahapan-tahapan yang terdapat pada tiap-

tiap metode yang digabungkan. Penerapan metode pembelajaran gabungan

dilakukan dengan memasukkan tahapan-tahapan inti dalam suatu metode

pembelajaran. Selanjutnya penerapan metode pembelajaran gabungan dapat

dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif problem Based

Learning (PBL) dan Think Pair Share (TPS).

Beberapa dasar pertimbangan penggabungan metode pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan Think Pair Share (TPS) dapat diterapkan

dalam satu pertemuan di dalam kelas, yaitu:

a. Metode pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning (PBL) dan

Think Pair Share (TPS) memiliki landasan teori yang sama, yaitu konstruktivis

dimana siswa yang membangun pengetahuan sendiri berdasarkan hasil belajar

mereka.

22

b. Keterampilan belajar akademik siswa sangat diutamakan dengan ditunjang

oleh keterampilan inkuiri dan keterampian sosial.

c. Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maupun Think Pair

Share (TPS) sama-sama memiliki karakteristik berpusat pada siswa (student

oriented) sehingga dalam penerapannya di dalam kelas menjadi lebih mudah

dan fleksibel.

2. Keunggulan dan Kelemahan

Berdasarkan pada keunggulan yang terdapat pada Problem Based

Learning (PBL) maupun Think Pair Share (TPS), keunggulan pada metode

pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning (PBL) dan Think Pair

Share (TPS) yaitu sebagai berikut:

a. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir mendalam,

mengutarakan ide, dan mampu untuk membandingkan dengan ide orang

lain.

b. Siswa dapat memilah informasi yang dibutuhkan secara tepat dan

mengoreksi kesalahan dalam pemahaman informasi.

c. Siswa dapat memecahkan masalah secara individual sekaligus mampu

berinteraksi dalam permasalahan secara sosial.

e. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari

keterbatasan serta menerima perbedaan.

f. Interaksi selama Problem Based Learning (PBL) dan Think Pair Share

(TPS) dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk

berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

23

Berdasarkan pada kelemahan yang terdapat pada Problem Based

Learning (PBL) maupun Think Pair Share (TPS), kelemahan yang terdapat

pada metode pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning (PBL)

dan Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut:

a. Persiapan pembelajaran yang sangat kompleks karena melibatkan dua

metode pembelajaran sekaligus dalam satu waktu pembelajaran.

b. Sulitnya mencari permasalahan yang relevan untuk menerapkan metode

pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning (PBL) dan

Think Pair Share (TPS).

c. Penggunaan waktu yang sangat banyak dalam persiapan dan

pelaksanaannya.

3. Tahapan

Tahapan pada metode pembelajaran gabungan antara Problem Based

Learning (PBL) dan Think Pair Share (TPS) diambil dari tahapan masing-masing

metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Think Pair Share

(TPS). Tahapan-tahapan tersebut digabungkan untuk menjadi satu kesatuan

sehingga dapat digunakan dalam satu waktu pembelajaran secara efisien. Adapun

tahapan pada metode pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning

(PBL) dan Think Pair Share (TPS) yaitu:

24

Tabel 2.3 : Tahapan metode pembelajaran gabungan Problem Based

Learning (PBL) dan Think Pair Share (TPS)

Tahap Kegiatan Pembelajaran

Tahap-1 Menyampaikan

tujuan dan mengatur

siswa

(1) Meyampaikan pendahuluan, (a) motivasi, (b)

menyampaikan tujuan dasar diskusi (c) apersepsi

(2) menjelaskan tujuan diskusi

Tahap-2 Mengarahkan

diskusi

(1) Mengajukan pertanyaan awal/permasalahan (2)

Membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut

Tahap-3

Menyelenggarakan

diskusi

1. Menyuruh siswa membaca buku paket

2. Membimbing/ mengarahkan siswa dengan

mengerjakan LKS secara mandiri (think)

3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam

berpasangan (pair)

4. Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah

5. Membantu peserta didik dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

model, dan berbagai tugas dengan teman

6. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi

(share)

7. Membimbing kegiatan siswa

Tahap-4 Mengakhiri

diskusi

Menutup diskusi

Tahap-5 melakukan

tanya jawab singkat

tentang proses diskusi

Membantu siswa membuat ragkuman diskusi dengan

tanya jawab singkat.

Sumber : Dimodifikasi Oleh Peneliti

H. Alternatif Peningkatan Hasil Belajar dengan Menerapkan Metode

Pembelajaran Tipe Problem Based Learning (PBL) dalam Think Pair Share

(TPS)

Sanjaya (2008:147) Dalam metode-metode pembelajaran , keterampilan

sangat diperlukan bagi setiap guru. mengharapkan siswa berpartisipasi aktif dalam

setiap tahapan proses pembelajaran. Dalam konteks inilah guru perlu menjaga

25

agar iklim belajar tetap kondusif dan menyenangkan. Setiap orang memiliki

kejenuhan dalam pembelajaran merasa bosan, jenuh, kurang bergairah, bahkan

mengantuk biasanya muncul kondisi semacam ini disebabkan penyajian guru anda

yang kurang menarik, sehingga anda menginginkan agar proses pembelajaran

cepat usai.

Metode pembelajaran kooperatif berpotensi untuk meningkatkan hasil

belajar. Dari penerapan teori tentang metode pembelajaran kooperatif Think Pair

Share (TPS) dapat diketahui bahwa metode ini mendorong siswa lebih aktif untuk

bertanya mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Menurut Trianto (2009:81)

Metode Think Pair Share (TPS) suatu cara yang efektif untuk membuat variasi

suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi

membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan

memberi siswa waktu untuk lebih banyak berfikir, merespon, dan saling

membantu.

Menurut Sudjana dalam Rusmiyati (2015:38) menjelaskan bahwa metode

problem based learning akan meningkatkan aktivitas belajar baik secara

individual maupun kelompok. Sedangkan untuk memunculkan kreativitas dapat

melalui berbagai pembelajaran, seperti pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

berbagai metode yang dapat dipakai, pembelajaran realistik, pembelajaran

kontekstual. Namun berfikir kreatif merupakan proses berfikir tinggi bahkan

Dewey memandang berfikir kreatif sebagai sebuah proses pemecahan masalah.

Dengan meningkatnya keaktivitas dan kreativitas belajar siswa maka akan dapat

memicu peningkatan hasil belajar.

26

Adanya metode kooperatif akan membentuk suatu kerja sama yang lebih

mendukung. Menurut peneliti, proses pembelajaran pada dasarnya merupakan

suatu upaya dalam membantu peserta didik untuk belajar. Tujuan dari

pembelajaran terwujud suatu kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.

Diharapkan dengan pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa .

I. Penelitian yang Relevan

Di bawah ini hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti.

Tabel 2.4 : Hasil Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Tahun Peneliti Variabel Hasil

1. Penerapan

Pembelajaran

Kooperatif dengan

Pendekatan

Struktural Think

Pair Share (TPS)

Untuk

Meningkatkan hasil

belajar siswa di

kelas X-1 SMAN 1

Salo

2015 Rency

Elima

Warni

Hasil

belajar

Hasil penelitian

adalah dari data

awal hingga siklus

II mengalami

peningkatan.

Siklus I meningkat

dengan perolehan

persentase sebesar

82,14% dan siklus

II meningkat

menjadi 100%

2. Penerapan Model

Problem Based

Learning (PBL)

untuk

Meningkatkan

Aktivitas,

Kreativitas dan

Hasil Belajar

Akuntansi siswa

kelas

X akuntansi SMK

Yapim Siak Hulu

TA. 2014/2015

2015 Rusmiy

ati

Aktivitas,

Kreativitas

dan Hasil

Belajar

Hasil penelitian

adalah dari data

awal hingga siklus

II mengalami

peningkatan.

Siklus I meningkat

dengan perolehan

persentase sebesar

70,59% dan siklus

II meningkat

menjadi 91,18%

27

Berdasarkan tabel 2.4 terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang

sebagian besar meneliti satu metode, sedangkan peneliti sekarang meneliti dua

metode. Persamaannya sama-sama meneliti untuk meningkatkan hasil belajar.

J. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, untuk meningkatkan

hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi dengan Metode pembelajaran

kooperatif problem based learning (PBL) dalam Think Pair Share. Dalam proses

No Judul Penelitian Tahun Peneliti Variabel Hasil

3. Penerapan Model

Problem Based

Learning untuk

meningkatkan hasil

belajar ekonomi kelas

X SMAN 1 Singingi

2015 Popy

Riza

Hasil

Belajar

Hasil penelitian

adalah dari data

awal hingga

siklus II

mengalami

peningkatan.

Siklus I

meningkat dengan

perolehan

persentase sebesar

73,91% dan siklus

II meningkat

menjadi 89,8%.

4. Penerapan Model

Pembelajaran

Gabungan Antara

Problem Based

Learning (PBL) Dan

Think Pair Share

(TPS) Dalam Rangka

Meningkatkan Hasil

Belajar Mata

Pelajaran Kelistrikan

Otomotif Siswa Kelas

XI Jurusan Teknik

Kendaraan Ringan

(TKR) Di SMKN 2

Yogyakarta

2014 Hary

Hardyan

Hasil

belajar

Hasil penelitian

adalah dari data

awal hingga

siklus II

mengalami

peningkatan.

Siklus I

meningkat dengan

perolehan

persentase sebesar

35% dan siklus II

meningkat

menjadi 47%.

28

belajar mengajar , penulis akan mengarajarkan langkah-langkah pembelajaran

untuk fokus pada peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi.

Penelitian ini dikonsep dalam dua kerangka cara : (1) masalah yang harus

diselesaikan dan (2) alat untuk memecahakan masalah. Masalah yang harus

dipecahkan adalah untuk fokus pada hasil belajar siswa yang masih rendah dalam

proses pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi.

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

K. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti dapat merumuskan hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif problem

based learning (PBL) dalam Think Pair Share (TPS) diterapkan pada proses

pembelajaran ekonomi maka akan meningkat Hasil belajar kelas X IPS 1 Sentajo

Raya.

Rendahnya hasil belajar siswa pada mata

pelajaran ekonomi yang disebabkan oleh :

1. Siswa sering keluar masuk kelas

2. Siswa tidak mau bertanya dan

menjawab pertanyaan yang

diberikan guru

3. Ada beberapa siswa yang tidak

mengerjakan pekerjaan rumah,

dikarenakan siswa lebih senang

mengerjakan tugas di sekolah

sehingga mencotek sama

temannya.

4. Penggunaan metode masih

ceramah, akan meyebabkan siswa

bosan pada pembelajaran ekonomi

sehingga siswa mencari kegaduhan

saat pembelajaran sedang

berlangsung.

Penerapan

Metode

pembelajaran

kooperatatif

problem based

learning

(PBL) dalam

Think Pair

Share (TPS)

Hasil belajar

siswa pada

mata

pelajaran

ekonomi

meningkat