bab ii tinjauan teori -...

24
1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Peningkatan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa . dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010, p.11). Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang negatif menjadi positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010, p.12). b. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo (2003, p.122) membagi 6 (enam) tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) 8

Upload: vunhi

Post on 10-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

1

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini

terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu. Peningkatan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera

penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa . dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010,

p.11).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku

seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi

dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah

persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan juga

dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang negatif menjadi positif,

selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010,

p.12).

b. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2003, p.122) membagi 6 (enam) tingkat pengetahuan

yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

8

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

2

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang suatu obyek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Analisis yaitu kemampuan untuk menyatakan atau menjabarkan suatu

materi atau obyek ke dalam keadaan komponen-komponen tetapi

masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih saling berkaitan

satu sama lain. Analisis merupakan kemampuan untuk

mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru,

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

3

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap materi atau obyek. Penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada.

c. Proses Perilaku “TAHU”

Perilaku menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003,

p.121) yaitu semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati

langsung atau tidak dapat diamati dari pihak luar. Akan terjadi proses

yang berurutan sebelum mengadopsi perilaku yang baru dalam diri

seseorang, yakni :

1) Kesadaran (awareness)

Di mana seseorang telah menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap obyek.

2) Merasa Tertarik (interest)

Di mana seseorang mulai menaruh perhatian dan tertarik pada obyek.

3) Menimbang-nimbang (evaluation)

Seseorang akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap

obyek tersebut, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

4) Mencoba (trial)

Di mana individu mulai mencoba perilaku baru.

5) Adaptation, dan sikapnya terhadap obyek.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengadopsian perilaku

yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

4

tersebut akan bersifat langgeng, namun sebaliknya jika perilaku tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat

sementara. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek

fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari

berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap

dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman

keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah :

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan

serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam, 2003).

b) Pekerjaan

Pekerjaan menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah yang

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

5

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Bekerja umumnya

yaitu kegiatan yang menyita waktu.

c) Umur

Usia yang dikutip Nursalam (2003) menurut Elisabeth Bh yaitu

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja.

Usia reproduksi wanita di golongkan menjadi dua yaitu usia

reproduksi sehat dan usia reproduksi tidak sehat. Usia reproduksi

tidak sehat yaitu mulai dari umur 20 tahun sampai 35 tahun.

Sedangkan usia reproduksi tidak sehat yaitu kurang dari 20 tahun

dan lebih dari 35 tahun (Manuaba, 1998, p.14)

2) Faktor eksternal

a) Lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip Nursalam (2003), lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial-budaya

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

6

Sistem sosial-budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi yang didapat.

Menurut Lawrence Green (1991, pp.154-167), faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku khususnya yang berhubungan dengan

kesehatan ada tiga, yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi, termasuk pengetahuan,

sikap, kepercayaan, nilai kebutuhan dan kemampuan yang diyakini,

berkaitan dengan motivasi dari individu atau kelompok untuk

bertindak. Mereka termasuk dalam dimensi kognitif dan afektif dari

mengetahui, merasakan, meyakini, menilai, dan mempunyai

kepercayaan diri atau rasa kemujuran.

a. Pengetahuan

Peningkatan pengetahuan saja tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku, tetapi pergaulan positif diantara perubahan-

perubahan perilaku juga sangat diperlukan. Suatu tahap awal dari

pengetahuan mungkin memerlukan beberapa tindakan, seperti

mengenali sebuah gejala sebagai keanehan, sebelum seseorang akan

melakukan pemeriksaan kesehatan tetapi setelah tahap pengetahuan

tersebut tercapai, informasi tambahan tidak diperlukan untuk

meningkatkan tambahan perubahan perilaku.

1) Kepercayaan, nilai dan sikap

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

7

Kepercayaan, nilai, dan sikap merupakan gagasan bebas, tetapi

perbedaan diantara mereka sering jelas dan kompleks.

a) Kepercayaan

Merupakan suatu keyakinan bahwa kejadian atau benda

adalah benar atau nyata. Agama, keyakinan, dan kebenaran

merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan

atau menyatakan kepercayaan.

b) Nilai

Merupakan pandangan budaya, antargenerasi dalam hal

mencerminkan nilai yang dipegang seseorang. Nilai-nilai

cenderung dikelompokkan dalam kelompok suku bangsa dan

antargenerasi oleh orang-orang yang mempunyai persamaan

sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional Kanada, “Sebagian

besar orang Kanada jauh lebih memilih sehat dari pada sakit,

dan panjang umur dari pada pendek umur tetapi, sementara

orang-orang siap mengorbankan sejumlah kesenangan sesaat

tertentu untuk tetap sehat, mereka tidak siap untuk tak lagi

melakukan semua kesenangan pribadi ataupun untuk sabar

menghadapi semua ketidaknyamanan di dalam kepentingan

pencegahan penyakit.

Nurwijaya (2010, pp.61-62) menyatakan sebuah penelitian

dilakukan untuk melihat sejauh mana budaya dan pengaruh

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

8

lainya memberikan kontribusi kanker serviks pada kelompok

masyarakat yang berbeda dalam praktek sunat. Penelitian

yang dilakukan di India dan Pakistan, seks sebelum nikah

jarang terjadi di berbagai kelompok agama di kedua negara

ini dan sekitarnya, umat islam disunat pada umumnya dan

Hindu tidak disunat. Dan hasil penelitian menunjukkan

bahwa kejadian kanker serviks sangat rendah terjadi pada

wanita muslim, jika dibandingkan dengan Hindu dan Kristen

yang menderita sangat banyak, dan tidak terlihat sama sekali

pada laki-laki Muslim.

c) Sikap

Sesuatu yang paling tidak jelas tetapi merupakan kata-kata

yang paling sering digunakan dan disalahgunakan dalam

istilah ilmu pengetahuan sosial yaitu sikap. Mucchielli

menggambarkan sikap sebagai “suatu kecenderungan dari

pikiran atau perasaan yang relatif tetap pada kategori tertentu

dari benda, orang ataupun situasi. Kirscht memandang sikap

sebagai suatu kumpulan dari kepercayaan yang selalu

meliputi suatu aspek evaluasi yaitu sikap dapat selalu dinilai

dalam hal positif dan negatif. Mereka berbeda dari nilai

dalam kaitan dengan benda, orang dan situasi tertentu dan

menjadi dasar dari satu atau lebih dari suatu nilai.

2 Faktor pendukung (enabling factors)

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

9

Faktor pendukung atau faktor kemungkinan, sering disebut kondisi

lingkungan yang memudahkan perbuatan dari individu atau

organisasi, termasuk ketersediaan, aksesibilitas, dan kemampuan dari

perlindungan kesehatan dan penghasilan masyarakat. Termasuk juga

kondisi kehidupan yang berperan sebagai penghambat tindakan,

seperti ketersediaan transportasi atau perlindungan anak untuk

melepas seorang ibu dari tanggung jawab cukup panjang untuk ikut

dalam program kesehatan. Faktor kemungkinan juga termasuk

keterampilan baru yang diperlukan seseorang, organisasi atau

masyarakat untuk mengadakan perubahan perilaku ataupun

lingkungan.

Faktor kemungkinan akan menjadi target terdekat dari organisasi

masyarakat dan peran latihan pada program anda. Mereka terdiri atas

kemampuan dan kebutuhan keterampilan baru untuk menunjukkan

tindakan kesehatan dan tindakan organisasi yang dibutuhkan untuk

mengubah lingkungan. Kemampuan termasuk organisasi dan

aksesibilitas dari fasilitas perlindungan kesehatan, petugas, sekolah,

klinik kesehatan atau kemampuan serupa apapun. Keterampilan

kesehatan pribadi, seperti didiskusikan dalam literatur perawatan

pribadi dan pendidikan kesehatan sekolah, dapat memungkinkan

tindakan kesehatan tertentu. Keterampilan dalam mempengaruhi

masyarakat, seperti melalui kegiatan sosial ataupun perubahan

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

10

organisasi, dapat memicu kegiatan yang ditujukan untuk

mempengaruhi lingkungan fisik ataupun perlindungan kesehatan.

Untuk merencanakan campur tangan yang ditujukan pada

perubahan faktor kemungkinan, perencana peningkatan kesehatan

menilai kehadiran atau ketidakhadiran dari faktor kemungkinan

dalam masyarakat yang berkepentingan. Hal ini disebut dengan

diagnosa organisasi dari kemampuan dan diagnosa pendidikan dari

ketrampilan yang dibutuhkan.

a. Faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor pendorong atau faktor penguat merupakan tindakan

yang menentukan apakah pelaku menerima pengaruh positif (atau

negatif) dan didukung masyarakat. Faktor penguat termasuk

dorongan sosial, pengaruh kelompok dan nasehat, serta timbal balik

dari penyedia perlindungan kesehatan. Faktor penguat juga

termasuk konsekuensi fisik dari perilaku, yang mungkin dipisahkan

dari konteks sosial.

Keuntungan sosial (seperti pengenalan), keuntungan fisik

(seperti kesenangan, kenyamanan, pengurangan kegelisahan atau

sakit), penghargaan nyata (seperti keuntungan ekonomi atau

penghindaran biaya, dan penghargaan imajinasi atau tiruan (seperti

peningkatan penampilan, kehormatan diri, atau hubungan dengan

orang yang dikagumi yang melakukannya) semua menguatkan

perilaku. Faktor penguat juga termasuk konsekuensi yang

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

11

berlawanan dari perlaku, atau “hukuman” yang dapat menuju pada

penghilangan perilaku positif. Penguatan negatif merupakan

penghargaan pilihan, perilaku salah. Untuk perorangan, hal ini

mungkin termasuk “tinggi” yang diterima peminum, keringanan

tensi yang dialami perokok, atau pelindung emosi yang menuju

pada dorongan makan. Untuk organisasi, hal ini mungkin termasuk

keuntungan yang bertambah dari peningkatan produk berbahaya

yang bertambah dari penggunaan bahan sisa proses produksi.

Sumber dari penguatan, secara pasti beragam tergantung

pada tujuan dan jenis program, dan juga pada keadaan. Pada

program peningkatan kesehatan kerja, sebagai contoh, penguatan

bisa diberikan oleh rekan kerja, pengawas, pemimpin kerja, dan

anggota keluarga. Pada situasi pendidikan pasien, penguatan dapat

berasal dari para perawat, dokter, kerabat pasien, dan juga anggota

keluarga.

Dukungan sosial keluarga khususnya suami merupakan

salah satu faktor pendorong (reinforcing factors) yang dapat

mempengaruhi perilaku istri untuk membawa anaknya ketempat

pelayanan kesehatan untuk melakukan imunisasi.

2. Imunisasi Dasar

a. Pengertian Imunisasi

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

12

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja

memasukan antigen lemah agar merangsang keluarnya antibodi sehingga

tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu (Proverawati, 2010, p.8).

Imunisasi merupakan suatu system imun yang didapatkan melalui

pemberian imunisasi,pada system pertahanan tubuh (Hanum, 2010.

p.109)

Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia

terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008,

p.10).

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa imunisasi

adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang sehingga

tubuh resisten terhadap suatu penyakit.

b. Tujuan Pemberian Imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi adalah memberikan kekebalan

kepada bayi serta anak agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi

serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit

(Proverawati, 2010, p.5).

c. Syarat Pemberian Imunisasi

Menurut Depkes RI (2007) dalam pemberian imunisasi ada syarat

yang harus diperhatikan yaitu:

1) Diberikan pada bayi atau anak yang sehat

2) Vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di lemari es

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

13

3) Pemberian imunisasi harus dengan teknik yang benar

4) Mengetahui jadwal pemberian imunisasi dengan melihat umur dan

jenis imunisasi yang telah diterima

5) Meneliti jenis vaksin yang diberikan

6) Memberi dosis yang akan diberikan

d. Penyimpanan Vaksin Imunisasi

1) Semua vaksin disimpan pada suhu +20C - +80C.

2) Bagian bawah lemari es diletakan kotak dingin cair (cool pack)

sebagai penahan dingin dan kesetabilan suhu

3) Penempatan vaksin BCG, Campak, Polio diletakkan dekat evaporator

4) Penempatan vaksin DPT, TT, DT, Hepatitis B, DPT/HB diletakkan

lebih jauh dari evaporator

5) Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan

agar terjadi sirkulasi udara yang baik

6) Letakan sebuah termometer Muller di bagian tengah lemari es dan

letakkan sebuah freeze tag di antara vaksin Hepatitis B dan DPT

7) Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar

ultra violet

8) Pelarut vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut

tidak boleh beku

e. Kontraindikasi Pemberian Imunisasi

1) Sakit berat dan mendadak demam tinggi

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

14

2) Memiliki reaksi alergi yang berat

3) Memiliki gangguan sistem imun yang berat

f. Macam-macam Imunisasi

Imunisasi ada 2 macam, yaitu :

1) Imunisasi aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah

dilemahkan(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon

spesifik dan memberikan suatu antigen. Contoh imunisasi aktif adalah

imunisasi polio dan imunisasi campak.

2) Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu

proses berasal dari infeksi, dapat berasal dari plasma manusia

(kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang.

3. Jenis Imunisasi Dasar Wajib

Jenis imunisasi ini mencakup vaksinasi terhadap 7 (tujuh) penyakit utama,

yaitu vaksin BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B harus menjadi

perhatian dan kewajiban orang tua untuk memberi kesempatan kepada

anaknya mendapat imunisasi lengkap, sehingga sasaran pemerintah agar

setiap anak mendapat imunisasi dasar terhadap 7 (tujuh) penyakit utama

yang dapat dicegah dengan imunisasi :

a. Imunisasi BCG

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

15

Imunisasi BCG dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah

dilemahkan yang berfungsi untuk mencegah penularan TBC

(Tuberkulosis). Vaksin BCG mengandung kuman Bacillus Calmette-

Guerin. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilan diragukan.

Vaksin diberikan secara intracutan pada daerah lengan kanan atas, untuk

bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk

anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml (Proverawati,

2010, p.38).

Efek samping imunisasi BCG yaitu setelah 1-2 minggu akan

timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan berubah menjadi

pustula (gelembung berisi nanah), kemudian akan pecah menjadi luka

terbuka (ulkus). Luka ini akan sembuh dengan meninggalkan jaringan

parut disebut reaksi lokal. Kadang terjadi pembesaran kelenjar getah

bening pada ketiak atau leher. Tidak ada nyeri tekan maupun demam

dalam waktu 3-6 bulan yang disebut reaksi regional (Proverawati, 2010,

p.41-42).

Komplikasi yang dapat timbul yaitu abses (penimbunan nanah) di

tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini

akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila

abses telah matang sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses

dengan jarum) bukan disayat.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

16

Kontraindikasi untuk pemberian vaksin BCG yaitu penderita

penyakit kulit yang berat atau menahun, penderita TBC, penderita

infeksi HIV, penderita gizi buruk, dan pada penderita demam tinggi.

b. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis. dan Tetanus)

Vaksin ini mengandung bakteri Corynebacterium diptheriae dan

Clostridium tetani yang dilemahkan serta bakteri Bordetella pertussis

yang dimatikan yang bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif

dalam waktu yang bersamaan terhadap serangan penyakit difteri,

pertusis, tetanus (Proverawati, 2010, p.42-47).

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diptheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik

dan pernafasan. Gejala awal penyakit ini adalah radang tenggorokan,

hilang nafsu makan, dan demam ringan. Dalam dua sampai tiga hari

timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri

dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang

berakibat kematian.

Pertusis adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan

oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebarannya melalui tetesan kecil

dari batuk atau bersin. Gejalanya adalah pilek, mata merah, bersin,

demam dan batuk ringan yang lama kelamaan batuk menjadi parah dan

menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis

adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

17

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani

yang menghasilkan neurotoksin. Penyebarannya melalui kotoran yang

masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit ini adalah kaku

otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot

perut, berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang

hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang

akibat kejang, pneumonia dan infeksi yang dapat menimbulakan

kematian.

Imunisasi DPT diberikan dengan cara injeksi intramuskular.

Suntikan pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.

Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan

sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu (Proverawati, 2010, p.48-49).

Efek samping dari DPT yaitu bayi akan mengalami demam, nyeri

dan timbul pembengkakan pada daerah suntikan selama 1-2 minggu

(Atikah, 2010, p.49).

Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat

kejang komplek, pada anak dengan batuk rejan, pada anak dengan

penyakit gangguan kekebalan.

c. Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit

Poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan

vaksin DPT. Polio adalah penyakit susunan saraf pusat yang disebabkan

oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio 1,2,3. Secara

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

18

klinis penyakit polio menyerang anak di bawah umur 15 tahun sehingga

menderita lumpuh kayu akut. Penyebarannya melalui kotoran manusia

yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri

otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa

terjadi jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

Terdapat 2 macam vaksin polio :

1) Inactivated Polio Vaccine (Vaksin Salk), mengandung virus polio

yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

2) Oral Polio Vaccine (Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang

telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan

(Proverawati, 2010, p.54).

Imunisasi dasar polio diberikan 4 (empat) kali dengan interval

tidak kurang dari 4 minggu, diberikan 2 tetes (0,5 ml). Vaksin ini

diberikan langsung ke mulut anak atau dengan sendok yang berisi air

gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)

yang baru (Proverawati, 2010, p.57).

Hampir tidak ada efek samping imunisasi Polio. Bila ada mungkin

berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin yang sangat jarang terjadi.

Imunisasi polio tidak boleh diberikan pada penderita defisiensi

imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian

polio pada anak yang sakit. Pada anak-anak dengan diare berat dapat

terjadi diare yang lebih parah. Namun, jika ada keraguan misalnya

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

19

sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah

sembuh.

d. Imunisasi Campak

Vaksin campak bertujuan memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak. Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

measles. Penyebarannya melalui droplet bersin dan batuk dari penderita.

Gejala awal penyakit ini adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek

dan mata merah. Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher kemudian

menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah

diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran nafas

(pneumonia).

Imunisasi campak diberikan 1 (satu) kali, dapat dilakukan pada

umur 9-11 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu.

Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6

bulan kemudian, dengan dosis 0,5 cc. Sebelumnya vaksin campak

dilarutkan dengan pelarut, kemudian disuntikan pada lengan kiri atas

secara subkutan (Proverawati, 2010, p.53).

Efek samping dari pemberian imunisasi campak yaitu hingga 15%

pasien mengalami demam ringan, ruam atau kemerahan selama 3 hari

yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi dan diare (Proverawati,

2010, p.54).

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

20

Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada penderita

imunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon

imun karena leukemia dan limfoma (Proverawati, 2010, p.54).

e. Imunisasi Hepatitis B (HB)

Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B.

Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh virus yang dapat menyebabkan

kanker hati atau kerusakan pada hati. Penyebaran penyakit ini terutama

melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses

persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak

menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah, gangguan

perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi

pucat, warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini

bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrosis hepatic yakni kanker hati

dan menimbulkan kematian.

Dosis pertama pada vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah

lahir atau jika ibunya memiliki HbsAg negatif, bisa diberikan pada saat

bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dapat diberkan 3 (tiga) kali pada umur

0-11 bulan dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HB I dengan HB

II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HB II dengan HB III.

Vaksin diberikan sebanyak 0,5 ml dan disuntikan pada saat otot paha

secara intramuskular.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

21

Efek samping dari vaksin HB adalah reaksi lokal seperti rasa sakit,

kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi

yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Imunisasi ini tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita

penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak

akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan

kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama

beberapa bulan setelah lahir.

f. Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi

Vaksin Pemberian Interval Umur

BCG 1x - 0 - 2 bulan

DPT 3x 4 minggu 2-11 bulan

Polio 3x 4 minggu 0-11 bulan

Campak 1x - 9-11 bulan

Hepatitis B 3x 4 minggu 0-11 bulanSumber : Depkes RI, 2007

g. Akibat Pemberian Imunisasi Yang tidak Tepat Waktu

Pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai

jadwal yang ditetapkan. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk

melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan masih

di bawah kadar ambang perlindungan untuk kurun waktu yang lama.

Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai dengan ketepatan jadwal imunisasi,

interval kunjungan ulang minimal 4 minggu sampai 6 minggu.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

22

B. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian teori di atas, maka kerangka teori penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Sumber : Wawan, 2010 Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Perilaku

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori

FAKTOR INTERNAL

Pendidikan

Pekerjaan

Umur

FAKTOR EKSTERNAL

Lingkungan

Sosial-Budaya

PENGETAHUAN

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

23

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D.Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari

pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk

hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis

ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2010 p.84).

Ha (hipotesis alternatif) 1 : Ada hubungan antara umur dengan

tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian imunisasi

dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Demak.

Ha (hipotesis alternatif) 2 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan

dengan tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian

imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Demak.

Karakteristik Ibu

a. Umur

b. Pendidikan

Pengetahuan tentang

Pemberian Imunisasi

Dasar

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-taufiqamau-5904-2-babii.pdf · sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri

24