bab ii tinjauan teori a. stabilitas emosi 1. pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/bab ii_tika...

20
BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian Stabilitas Emosi Menurut Gerungan (dalam Dewi, 2010) bahwa stabilitas emosi atau kematangan emosi adalah kematangan atau kemantapan untuk mengintegrasikan keinginan, cita-cita, kebutuhan atau perasaan ke dalam kepribadian yang pada dasarnya bulat dan harmonis. Dijelaskan pula oleh Hurlock (dalam Dewi, 2010) bahwa kematangan emosi adalah individu mampu memiliki situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, pada emosi yang matang memberikan reaksi emosional yang stabil. Stabilitas emosi merupakan keadaan emosi seseorang yang bila mendapat rangsangan-rangsang emosional dari luar tidak menunjukkan gangguan emosional, seperti depresi dan kecemasan. Dengan kata lain, individu tersebut tetap dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Menurut Sharma (2006) menjelaskan bahwa, kestabilan emosi berarti kondisi yang benar-benar kokoh, tidak mudah berbalik atau terganggu, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu untuk menghadapi segala sesuatu dengan kondisi emosi yang tetap atau sama. Menurut Smitson (dalam Aleem, 2005), menyatakan bahwa kestabilan emosi merupakan proses dimana kepribadian secara berkesinambungan berusaha mencapai kondisi emosi yang sehat dan selaras dalam jiwa dan raga. Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Upload: nguyennhi

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

10

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Stabilitas Emosi

1. Pengertian Stabilitas Emosi

Menurut Gerungan (dalam Dewi, 2010) bahwa stabilitas emosi atau

kematangan emosi adalah kematangan atau kemantapan untuk

mengintegrasikan keinginan, cita-cita, kebutuhan atau perasaan ke dalam

kepribadian yang pada dasarnya bulat dan harmonis. Dijelaskan pula oleh

Hurlock (dalam Dewi, 2010) bahwa kematangan emosi adalah individu

mampu memiliki situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara

emosional, pada emosi yang matang memberikan reaksi emosional yang

stabil.

Stabilitas emosi merupakan keadaan emosi seseorang yang bila

mendapat rangsangan-rangsang emosional dari luar tidak menunjukkan

gangguan emosional, seperti depresi dan kecemasan. Dengan kata lain,

individu tersebut tetap dapat mengendalikan dirinya dengan baik.

Menurut Sharma (2006) menjelaskan bahwa, kestabilan emosi berarti

kondisi yang benar-benar kokoh, tidak mudah berbalik atau terganggu,

memiliki keseimbangan yang baik dan mampu untuk menghadapi segala

sesuatu dengan kondisi emosi yang tetap atau sama. Menurut Smitson (dalam

Aleem, 2005), menyatakan bahwa kestabilan emosi merupakan proses

dimana kepribadian secara berkesinambungan berusaha mencapai kondisi

emosi yang sehat dan selaras dalam jiwa dan raga.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

11

Di dalam kamus psikologi (Arthur dan Emily, 2010) istilah stabilitas

emosi yaitu mencirikan keadaan seseorang yang dewasa/matang secara

emosi, yang reaksi-reaksi emosinya tepat bagi situasi dan konsisten dari suatu

kondisi dengan kondisi yang lain.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa stabilias emosi adalah keadaan

seseorang yang memiliki emosi yang matang dan ketika mendapatkan

rangsangan dari luar tidak memunculkan gangguan emosional, yaitu memiliki

keseimbangan yang baik dan mampu untuk menghadapi segala sesuatu

dengan kondisi emosi yang tetap atau sama.

2. Karakteristik Individu yang Memiliki Emosi Stabil dan Tidak Stabil

Menurut Aleem (dalam Ekawati, 2001) karakteristik kestabilan emosi

meliputi mampu merespon perubahan situasi dengan baik, mampu menunda

respon, terutama respon negatif, bebas dari rasa takut yang tidak beralasan

dan mau mengakui kesalahan tanpa merasa malu.

Morgan dan King (dalam Ekawati, 2001) mengemukakan adanya

perbedaan karakteristik psikologi antara individu yang mempunyai emosi

stabil dengan individu yang memiliki emosi tidak stabil. Individu yang

mempunyai emosi stabil adalah individu yang mempunyai ciri-ciri:

kreatifitas; produktif; tidak mudah cemas, tegang serta frustasi, mandiri,

semangat tinggi, dan efisien. Sebaliknya, individu yang menunjukkan sifat-

sifat antara lain: tidak produktif, mudah cemas, tegang, frustasi serta kurang

hati-hati, tergantung, kurang semangat dan tidak efisien.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kestabilan Emosi

Morgan dan King (dalam Ekawati, 2001), mengemukakan beberapa

faktor kestabilan emosi seseorang yaitu : a) kondisi fisik, b) pembawaan, dan

c) steaming atau suasana hati. Selain itu, menurut Young (dalam Ekawati,

2001), faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi yaitu faktor

lingkungan, pengalaman, dan faktor individu.

4. Aspek –aspek stabilitas emosi

Schneider (dalam Dewi, 2010) mengemukakan bahwa stabilitas emosi

didukung oleh kesehatan emosi serta penyesuaian emosi yang terdiri tiga

aspek yaitu:

a. Adekuasi emosi

Aspek ini berhubungan dengan respon emosi, mempunyai sifat baik

dan sehat, oleh karena itu untuk memperoleh kesehatan emosi tidak

dengan cara menahan atau menghilangkan reaksi emosi yang timbul. Sikap

tenang dan dingin merupakan penyesuaian emosi yang baik. Tuntunan

kehidupan membutuhkan reaksi emosi yang memadai atau adekuasi yang

isinya tidak menyulutkan dan tidak merusak penyesuaian personal, sosial

dan emosi.

b. Kematangan emosi

Kematangan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk

melakukan reaksi emosi sesuai dengan tingkat perkembangan pribadi.

Gilmer (dalam Dewi, 2010) mengemukakan bahwa kematangan emosi

tidak mempunyai batasan umur, artinya kematangan emosi seseorang tidak

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

13

bisa dilihat. Gilmer mengemukakan indikator kematangan emosi seseorang

dapat dilihat dari kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stress,

tidak mudah khawatir atau cemas dan tidak mudah marah. Definisi tentang

kematangan emosi merupakan suatu keadaan tercapainya tingkat

kedewasaan dalam perkembangan emosi.

c. Kontrol emosi

Kontrol emosi merupakan fase khusus dari kontrol diri yang sangat

penting bagi tercapainya kematangan, penyesuaian dan kesehatan mental.

Kontrol emosi ini meliputi pengaturan emosi dan perasaan sesuai dengan

tuntutan lingkungan atau situasi dan standar dalam diri individu yang

berhubungan dengan nilai-nilai, cita-cita serta prinsip. Indikasi kontrol

yang kurang baik dapat di lihat dari timbulnya kegagalan pada hal-hal

sebagai berikut, pengaturan perasaan seksual, pembatasan kesenangan

pada materi, penempatan moralitas diatas kesenangan sementara serta

penghindaran diri sedikit dari stimulus yang menyulitkan individu yang

mampu mengekspresikan emosi secara tepat akan memperoleh kepuasan

untuk mengarahkan energi emosi ke dalam aktivitas yang kreatif dan

produktif (Smith, 1955). Kontrol emosi termasuk salah satu aspek kontrol

diri, yaitu dengan menghadapi situasi dengan sikap rasional, mampu

memberikan respon dan mengartikan situasi secara tepat dan tidak

berlebihan.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

14

Aspek diatas menjelaskan bahwa stabilitas emosi kesehatan emosi

serta penyesuaian emosi yang terdiri tiga aspek yaitu: Adekuasi emosi,

kematangan emosi dan kontrol emosi. Apabila ketiga aspek itu berfungsi

dengan baik maka dapat menjadikan penyesuaian, pengaturan emosi dan

perasaan sesuai dengan tuntutan lingkungan atau situasi dan standar

dalam diri, kematangan emosi seseorang dapat dilihat dari kemampuan

untuk menyesuaikan diri terhadap stress, tidak mudah khawatir atau

cemas dan tidak mudah marah dan pada akhirnya mencapai suatu

keadaan dengan tercapainya tingkat kedewasaan dalam perkembangan

emosi.

B. Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri

Pengertian kontrol diri menurut Ghufron & Risnawita (2016)

merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri

dan lingkungannya. Selain itu juga, kemampuan untuk mengontrol dan

mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk

menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk

mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan

mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain,

selalu konform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.

Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron & Risnawita, 2016),

mendefinisikan kontrol diri (self control) sebagai pengaturan proses-proses

fisik, psikologis dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

15

yang membentuk dirinya sendiri. Kontrol diri juga menggambarkan

keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan

perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu

seperti yang diinginkan.

Menurut Chaplin (dalam Hassassana, 2015) kontrol diri adalah

kemampuan untuk membimbing tingkah lakunya sendiri, kemampuan untuk

menekan atau merintangi implus-implus atau tingkah laku yang impulsif.

Secara fungsional didefinisikan sebagai konsep dimana ada atau tidak adanya

seseorang memiliki kemampuan untuk mengontrol tingkah lakunya yang

tidak hanya ditentukan cara dan teknik yang digunakan melainkan

berdasarkan konsekuensi dari apa yang mereka lalukan. Sedangkan menurut

Rachdianti (2011), berpendapat bahwa self control atau kontrol diri

merupakan kemampuan untuk mengarahkan kesenangan naluriah langsung

dan kepuasan untuk memperoleh tujuan masa depan, yang biasanya di nilai

secara sosial.

Di dalam kamus psikologi (Arthur dan Emily, 2010), self control adalah

mengendalikan diri sendiri, yaitu kemampuan mengendalikan implusivitas

dengan menghambat hasrat-hasrat jangka pendek yang muncul spontan,

konotasi dominannya adalah merepresi atau menghambat.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kontrol diri (self control) adalah kemampuan seseorang untuk

membimbing tingkah lakunya sendiri, mampu mengendalikan emosi serta

dorongan-dorongan dalam dirinya yang berhubungan dengan orang lain,

lingkungan, pengalaman yang bersifat fisik maupun psikologis untuk

memperoleh tujuan di masa depan dan dinilai secara sosial.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

16

2. Macam-macam Kontrol Diri

Menurut Skinner (dalam Hassassana, 2015), berdasarkan konstruknya,

kontrol diri dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

a. Objective Control

Objective control atau sering disebut actual control adalah kontrol

diri yang dimunculkan oleh individu secara nyata dalam suatu situasi

tertentu.

b. Subjective control

Subjective control atau sering disebut perceived control yaitu

keyakinan yang dimiliki oleh individu bahwa individu tersebut memiliki

kontrol diri.

c. Experiences control

Experiences control yaitu perasaan yang dimiliki oleh individu pada

saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan pada saat yang sama

individu akan berusaha mencapai suatu hasil tertentu atau menghindari

hasil yang tidak diinginkan.

3. Ciri-Ciri Kontrol Diri

Menurut Ghufron & Risnawati (dalam Wulandari, 2015) mengatakan

ciri-ciri kontrol diri diantaranya yaitu;

(1) kemampuan mengontrol perilaku;

(2) kemampuan mengontrol stimulus;

(3) kemampuan mengantisipasi peristiwa;

(4) kemampuan menafsirkan peristiwa;

(5) kemampuan mengambil keputusan

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

17

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontrol diri yaitu :

a. Orientasi religius

Bergin (dalam Dewi, 2014), orientasi religius dapat memiliki

beberapa konsekuensi positif, termasuk variabel kepribadian seperti

kecemasan, kontrol diri, keyakinan irasional, depresi dan sifat kepribadian

lain. Orientasi religius berkorelasi positif dengan kontrol diri, disamping

itu ada hubungan antara religius dan kepribadian positif.

b. Pola asuh orang tua

Disiplin yang diterapkan orangtua merupakan hal yang penting

dalam kehidupan, karena dapat mengembangkan self control dan self

direction, sehingga seseorang bisa mempertanggungjawabkan dengan baik

segala tindakan yang dilakukannya. Hurlock (dalam Hassassana, 2015).

c. Faktor kognitif

Menurut Mischee, dkk (dalam Dewi, 2014), kemampuan individu

untuk mengendalikan diri dipengaruhi oleh perencanaan yang baik dalam

bertindak. Individu dapat melakukan berbagai usaha untuk mengendalikan

dirinya dengan cara berusaha untuk tidak melihat stimulus melainkan

kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian stimulus.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kontrol diri adalah orientasi religius, pengaruh

pola asuh orang tua, dan faktor kognitif.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

18

5. Aspek-aspek kontrol diri

Menurut Averiil (dalam Hassassana, 2015) terdapat empat aspek

kontrol diri, yaitu :

a. Kontrol perilaku

Yaitu kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara

langsung mempengaruhi/memodifikasi suatu keadaan yang tidak

menyenangkan.

b. Kontrol kognisi

Yaitu cara remaja dalam menafsirkan atau menggabungkan suatu

kejadian dalam suatu kerangka kognitif. Kemampuan tersebut terdiri

atas dua tahapan yaitu memperoleh informasi dan melakukan penilaian.

c. Kontrol keputusan

Yaitu kemampuan remaja untuk memilih hasil atau tujuan yang

diinginkan dengan memilih satu aksi yang sesuai dengan pencapaian

tujuan tersebut, dari berbagai macam pilihan aksi yang dapat dilakukan

oleh remaja.

d. Kontrol emosi

Yaitu kemampuan menghadapi situasi dengan sikap rasional,

mampu memberikan respon dan mengartikan situasi secara tepat dan

tidak berlebihan, sehingga terbentuk perilaku yang kuat. Kontrol emosi

yang dilakukan meliputi kontrol emosi positif (marah, sedih, takut,

cemas, malu, benci, rasa bersalah, muak). berdasarkan aspek diatas

dapat disimpulkan ada 4 aspek menurut Menurut Averiil (dalam

Hassassana, 2015), yaitu kontrol perilaku, kontrol kognisi, kontrol

keputusan dan kontrol emosi.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

19

6. Teknik Kontrol Diri

Ada tiga teknik kontrol diri yang dikemukakan oleh Cormier (dalam

Kristanti, 2003) antara lain :

a. Self-Monitoring, suatu proses dimana individu mengamati dan peka

terhadap segala sesuatu tentang dirinya dan interaksinya dengan

lingkungan. Self-monitoring bersifat reaktif, yaitu tindakan yang selalu

mencatat perilaku dapat menyebabkan perubahan, meskipun tidak ada

keinginan untuk berusaha sendiri untuk mengadakan perubahan. Dalam

self-monitoring, individu tidak memberi dirinya sendiri penguatan internal

yang otomatis.

b. Self-Reward, cara mengubah tingkah laku yang dapat dilakukan dengan

memberi hadiah atau hal-hal yang menyenagkan apabila perilaku yang

diinginkan berhasil.

c. Stimulus-control, suatu teknik yang digunakan untuk mengurangi ataupun

meningkatkan perilaku tertentu. Teknik ini menekankan pada pengaturan

kembali dan modifikasi lingkungan sebagai stimulus kontrol sebagai

susunan suatu kondisi lingkungan yang ditetapkan untuk menjadikan suatu

hal yang tidak mungkin atau yang menggantungkan tingkah laku yang

biasa terjadi.

Dapat disimpulkan bahwa ada tiga teknik kontrol diri yang

dikemukakan oleh Cormier (dalam Kristanti, 2003) yaitu Self-Monitoring,

suatu proses dimana individu mengamati dan peka terhadap segala sesuatu

tentang dirinya dan interaksinya dengan lingkungan. Self-Reward, cara

mengubah tingkah laku yang dapat dilakukan dengan memberi hadiah atau

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

20

hal-hal yang menyenagkan apabila perilaku yang diinginkan berhasil.

Stimulus-control, suatu teknik yang digunakan untuk mengurangi ataupun

meningkatkan perilaku tertentu.

C. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi menurut Martuti (2009) merupakan gangguan kesehatan

yang mematikan. Ia dijuluki sebagai silent killer, karena penderita sering

tidak merasakan adanya gejala dan baru mengetahui ketika memeriksa

tekanan darah atau sesudah kondisinya parah seperti timbulnya kerusakan

organ. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease

karena dapat menyerang siapa saja, tidak memandang umur dan sosial-

ekonomi. Menurut Deby (2015) penyakit hipertensi merupakan salah satu

masalah kardiovaskuler terbanyak yang disebabkan oleh berbagai faktor

resiko.

2. Macam-Macam Gejala Hipertensi

Menurut Martuti (2009), gejala yang ditunjukan, biasanya ringan dan

tidak spesifik, misalnya pusing-pusing, muka merah, sakit kepala, keluar

darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dll. Namun jika

hipertensinya berat dan menahun dn tidak diobati bisa timbul gejala seperti :

sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, napas pendek (terengah-

engah), gelisah, pandangan mata kabur dan berkunang-kunang, emosional,

telinga berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala dibagian

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

21

belakang dan di dada, otot melemah, terjadi pembengkakan pada kaki dan

pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucatatau kemerahan,

denyut jantung yang kuat, cepat dan tidak teratur, impotensi, pendarahan di

urine, dan mimisan (meski ini jarang terjadi).

3. Faktor Resiko Penyakit Hipertensi

Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, antara lain gangguan psikologis

dan stres, merokok, obesitas, hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia,

bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal,

penyakit kelenjar adrenal, kurang berolahraga, konsumsi garam dan alkohol

berlebih. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain

usia, jenis kelamin dan genetik (Smeltzer, 2004). Dari berbagai penyebab

tersebut, masalah utama yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah

terjadinya gangguan pada sistim saraf otonom dan sirkuasi hormon. Menurut

Martuti (2009), hipertensi dapat memperbesar resiko terserang penyakit gagal

jantung, terkena serangan jantung, resiko tinggi penyakit arteri koroner,

pembesaran ventrikel kiri jantung, diabetes, penyakit ginjal kronis dan

serangan stroke.

Menurut Udjianti (dalam Susanti, 2015) pengaturan tahanan perifer

dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Stimulus

negatif yang diperoleh tubuh dapat mempengaruhi kerja sistem saraf otonom

dan sirkulasi hormon. Stimulus negatif tersebut dapat berupa stres fisik

maupun stres psikologis sehingga menyebabkan ketidakstabilan emosional

dan akan memicu rangsangan di area pusat vasomotor yang terletak pada

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

22

medula otak. Rangsangan area ini akan mengaktivasi sistem saraf simpatis

dan pelepasan berbagai hormon yang selanjutnya akan mempengaruhi

terjadinya peningkatan tekanan darah.

4. Macam-Macam Penyakit Hipertensi

Menurut Martuti (2009) berdasarkan penyebabnya, hipertensi

dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi

sekunder.

a. Hipertensi primer apabila penyebab terjadinya tekanan darah tinggi tidak

atau belum diketahui, sangat kompleks, merupakan interaksi dari berbagai

jenis variabel.

b. Hipertensi sekunder terjadi sebagai akibat sekunder dari penyakit lain yang

bisa diketahui dengan pasti, yaitu di antaranya gangguan pada ginjal,

terganggunya keseimbangan hormone yang merupakan faktor pengatur

tekanan darah, pengaruh obat-obatan seperti pil KB, kortikosteroid,

siklosporin, eritropoietin, kokain, penyalahgunaan alkohol, kayu manis

(dalam jumlah yang sangat besar).

5. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Hipertensi

Beberapa faktor yang pernah dikemukakan oleh (Gray, dkk, 2003)

secara relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi adalah sebagai

berikut :

a. Genetik

Di banding orang yang berkulit putih orang kulit hitam di Negara

barat lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi tingkat hipertensinya,

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

23

dan lebih besar tingkat morbiditas maupun mortalitasnya. Sehingga

diperkirakan ada kaitanhipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa

peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi

mekanismenya mungkin bersifat poligenik.

b. Geografi dan lingkungan

Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi

kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa

Indian, Ameriks Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak

meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat Barat.

c. Janin

Faktor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah

tampaknya merupakan predisposisi hipertensi di kemudian hari, barangkali

karena lebih sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya kemampuan

mengeluarkan natrium pada bayi dengan berat lahir rendah.

d. Jenis kelamin

Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-menopause

dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormone.

e. Natrium

Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya

hipertensi, barangkali karena ketidak mampuan mengeluarkan natrium

secara efisien baik diturunkan atau di dapat. Ada yang berpendapat bahwa

terdapat hormon natriuretik (de Wardener) yang menghambat aktivitas sel

pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan mempunyai efek penekanan.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

24

f. Sistem renin-angiotensin

Renin memicu produksi angiotensin (zat penekan) dan aldosterone

(yang memacu natrium dan terjadinya retensi air sebagai akibat). Beberapa

studi telah menunjukkan sebagian pasien hipertensi primer mempunyai

kadar renin yang meningkat, tetapi sebagian besar normal atau rendah,

disebabkan efek homeostatic dan mekanisme umpan balik karena

kelebihan beban volume dan peningkatan TD dimana keduannya

diharapkan akan menekan produksi renin.

g. Hiperaktivitas simpatis

Dapat terlihat pada hipertensi umur muda. Katekolamin akan

memacu produksi renin, menyebabkan konstriksi arteriol dan vena dan

meningkatkan curah jantung.

h. Resistensi insulin/hiperinsulinemia

Kaitan hipertensi primer dengan resistensi primer dengan resistensi

insulin telah diketahui sejak beberapa tahun silam, terutama pada pasien

gemuk. Insulin merupakan zat penekan karena meningkatkan kadar

katekolamin dan reabsorpsi natrium.

i. Disfungsi sel endorel

Penderita hipertensi mengalami penurunan respons vasodilatasi

terhadap nitrat oksida dan endotel mengandung vasodilatator seperti

endotelin-1, meskipun kaitannya dengan hipertensi tidak jelas.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

25

6. Riwayat Penyakit

Menurut Martuti (2009) penderita hipertensi biasanya tidak

menunjukkan gejala, kenaikan tekanan darah baru diketahui sewaktu

pemeriksaan skrining kesehatan, dengan tujuan masuk kerja ataupun asuransi

kesehatan. Menurut Gray, dkk (2005) gejala hipertensi adalah (sakit kepala,

pusing, tinnitus, pingsan) hampir sama dengan kebanyakan orang normotensi.

Adanya sakit kepala ternyata tidak banyak berkorelasi dengan tekanan darah.

Kerusakan organ, terutama jantung, otak, dan ginjal, berkaitan dengan derajat

keparahan hipertensi.

Kesimpulannya bahwa hipertensi merupakan penyakit yang biasanya

tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui ketika memeriksa tekanan darah

atau sesudah kondisinya parah seperti timbulnya kerusakan organ seperti

jantung, otak, dan ginjal, berkaitan dengan derajat keparahan hipertensi.

7. Hubungan Antara Kontrol Diri (Self Control) Dengan Stabilitas Emosi

Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas I Purwokerto Timur.

Hipertensi menurut Martuti (2009) merupakan gangguan kesehatan

yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena penderita

sering tidak merasakan adanya gejala dan baru mengetahui ketika memeriksa

tekanan darah atau sesudah kondisinya parah seperti timbulnya kerusakan

organ. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease

karena dapat menyerang siapa saja, tidak memandang umur dan sosial-

ekonomi.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

26

Dalam Rofakcy dan Aini (2015) hipertensi dapat berakibat fatal jika

tidak dikontrol dengan baik atau biasa disebut dengan komplikasi.

Komplikasi hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang diakibatkan

peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama. Selain itu jantung

membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja karena saat memompa

melawan tingginya tekanan darah.

Beberapa bahaya atau dampak buruk (http://halosehat.com/

penyakit/darah-tinggi/bahaya-darah-tinggi) yang dapat di timbulkan karena

darah tinggi atau hipertensi seperti :1) stroke, 2) retinopati hipertensif, 3)

pembuluh darah arteri, 4) gangguan pada ginjal, 5) serangan jantung, 6)

sindrom metabolic, 7) menyebabkan kelelahan, 8) rasa nyeri pada bagian

dada, 9) sakit kepala dan pusing, 10) denyut nadi dan jantung yang tidak

teratur, dan 11) menjadi mudah marah, yaitu menjadi salah satu dampak

buruk yang sudah terbukti dan sering dialami orang yang mempunyai

penyakit hipertensi yaitu mudah marah atau memiliki emosi yang tidak stabil

hal itu terjadi ketika tekanan darahnya sedang tinggi-tingginya. Hal ini akan

membuat penderita mudah marah dan merasa bahwa segala sesuatu yang ada

di sekitarnya adalah sesuatu yang sangat mengganggu bagi dirinya. Dan

menurut Martuti (2009), hipertensi dapat memperbesar resiko terserang

penyakit gagal jantung, terkena serangan jantung, resiko tinggi penyakit arteri

koroner, pembesaran ventrikel kiri jantung, diabetes, penyakit ginjal kronis

dan serangan stroke.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

27

Hal itu menjadikan emosi menjadi tidak stabil, seperti yang

dikemukakan oleh Morgan dan King (dalam Ekawati, 2001) mengemukakan

individu yang menunjukkan sifat-sifat antara lain: tidak produktif, mudah

cemas, tegang, frustasi serta kurang hati-hati, tergantung, kurang semangat

dan tidak efisien termasuk individu yang memiliki stabilitas emosi yang tidak

stabil. Hurlock (dalam Dewi, 2010) menyatakan memberikan reaksi

emosional yang stabil bisa dilakukan dengan cara mengontrol emosi, dengan

menghadapi situasi dengan sikap rasional, mampu memberikan respon dan

mengartikan situasi secara tepat dan tidak berlebihan, sehingga terbentuk

perilaku yang kuat. Kontrol emosi yang dilakukan meliputi kontrol emosi

positif (marah, sedih, takut, cemas, malu, benci, rasa bersalah, muak).

Kontrol emosi yang merupakan fase khusus dari kontrol diri yang

sangat penting bagi tercapainya kematangan, penyesuaian dan kesehatan

mental. Dengan kontrol diri adalah benteng yang mencegah seseorang dari

kesalahan-kesalahan dan yang terlibat dari masalah. Sifat ini mampu

mengendalikan kemarahan dan tergesa-gesaan. Ia memungkinkan seseorang

bepikir sebelum mengambil tindakan, bukan bertindak dahulu baru berpikir

sehingga dapat menjadikan emosi seseorang menjadi stabil dan terarahkan ke

dalam hal-hal yang positif.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

28

D. Dinamika Psikologis

Gambar I. Kerangka Dinamika Psikologis

Keterangan :

Hipertensi menurut Martuti (2009) merupakan gangguan kesehatan yang

mematikan. Ia dijuluki sebagai silent killer. Menurut Martuti (2009), hipertensi

dapat memperbesar resiko terserang penyakit gagal jantung, terkena serangan

jantung, resiko tinggi penyakit arteri koroner, pembesaran ventrikel kiri jantung,

diabetes, penyakit ginjal kronis dan serangan stroke. yang menyebabkan faktor

psikologis seperti stress, gangguan emosional, mudah khawatir, takut dan cemas

yang termasuk individu yang memiliki stabilitas emosi yang tidak stabil.

Pasien Hipertensi

Dampak Psikis :

Stress, gangguan emosional,

mudah khawatir, takut dan

cemas

Dampak Fisik :

resiko terserang penyakit gagal

jantung, terkena serangan jantung,

resiko tinggi penyakit arteri koroner,

pembesaran ventrikel kiri jantung,

diabetes, penyakit ginjal kronis dan

serangan stroke.

Stabilitas Emosi Kontrol Diri

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Stabilitas Emosi 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/7739/3/BAB II_TIKA IRAWATI_PSIKOLOGI'18.pdf · saat individu berinteraksi dengan lingkungannya, dan

29

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu ada hubungan antara kontrol diri (self control) dengan stabilitas emosi pada

penderita hipertensi di Puskesmas I Purwokerto Timur.

Hubungan Antara Kontrol…, Tika Irawati, Fakultas Psikologi UMP, 2018