bab ii tinjauan teori 2.1 tinjauan pustaka 2.1.1

21
9 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman,juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan pustaka

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

umumnya datang dari pengalaman,juga bisa didapat dari

informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman,

buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

10

diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan

pengetahuan yang rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

11

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

2.1.2 Sikap (Attitude)

Sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi positif

atau negatif dari orang, objek, peristiwa, kegiatan, ide, atau

apa saja di lingkungan Anda (Zimbardo dkk., 1999)

Menurut pendapat Bain (1927), sikap adalah "perilaku

terbuka relatif stabil dari seseorang yang mempengaruhi

statusnya". Sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh

Herbert Spencerdi tahun 1862 yang pada saat itu diartikan

olehnya sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, &

Adgley, 1980).

Menurut beberapa ahli yang menemukan teori

tentang sikap antara lain Louis Thustone (1928; salah-

seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap),

Rensis Likert (1932; juga seorang pionir dibidang sikap),

dan Cherles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

12

bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih

spesifik, Thourstone memformulasikan sikap sebagai

derajat efek positif atau efek negative terhadap suatu objek

psikologis’ (Edwards, 1957).

Mann (1996) mengatakan bahwa sekalipun

diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif

yang banyak menentukan individu bertindak,akan tetapi

sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini

dikarenakan tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh

sikap semata akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal

lainya. disamping itu, ternyata untuk satu macam tindakan

saja terdapat banyak pola sikap yang relevan. Karena itu,

ketidak-konsistenan sikap lebih merupakan masalah

orientasi individu terhadap situasi yang ada.Pada dasarnya

memang sikap lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan

atau kelakuan lebih bersifat umum atau sosial, karena itu,

tindakan lebih peka terhadap tekanan tekanan sosial.

1. Strukutur Sikap

Sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk

struktur sikap yaitu :

a. Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu

komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

13

berhubungan dengan begaimana orang

mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu

komponen yang berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa

senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa

tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen

ini menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action

component), yaitu komponen yang berhubungan

dengan kecendrungan bertindak terhadap objek

sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap,

yaitu menunjukan besar kecilnya kecendrungan

bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek

sikap.

Komponen-komponen tersebut di atas merupakan

komponen yang membentuk struktur sikap.Analisis

dengan melihat komponen-komponen yang membentuk

sikap desebut analisis komponen atau analisi struktur.

2. Analisis fungsi Sikap

Sikap selain dianalisis dengan analisis struktur atau

analisis komponen, juga juga dapat dianalisis dengan

analisis fungsi, yaitu suatu analisis mengenai sikap dan

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

14

melihat fungsi sikap. Menurut Katz (IiH. Secord dan

Backman, 1964) sikap itu mempunyai empat fungsi,

yaitu:

a. Fungsi instrumental, atau fungsi penyesuaian,

atau fungsi manfaat

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-

tujuan.Disini sikap merupakan sarana untuk

mencapai tujuan.Orang memandang sampai sejauh

mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana

atau sebagai alat dalam rangka pencapaian tujuan.

Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam

mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap

positif terhadap objek sikap tersebut, demikian

sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam

pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap

negatif terhadap objek sikap bersangkutan. Karena

itu fungsi ini juga disebut fungsi manfaat (utility), yaitu

sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam

rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut

fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang

diambil oleh seseorang, orang akan dapat

menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap

sekitarnya. Misal orang mempunyai sikap anti

kemewahan, karena dengan sikap tersebut orang

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

15

bersangkutan mudah diterima oleh kelompoknya,

karena ia tergabung dalam kelompok anti

kemewahan.

b. Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh

seseorang demi untuk mempertahankan ego atau

akunya.Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu

orang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau

egonya.Demi mempertahankan egonya, orang yang

bersangkutan mengambil sikap tertentu.Misal orang

tua mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan

egonya, dalam keadaan terdesak pada waktu diskusi

dengan anaknya.

c. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang

merupakan jalan bagi individu untuk

mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya.

Dengan mengekspresikan diri seseorang akan

mendapatkan kepuasan dapat menunjukan keadaan

dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu

terhadap nilai tertentu, ini menggambarkan keadaan

sistem nilai yang ada pada individu yang

bersangkutan.sistemnilai apa yang ada pada diri

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

16

individu dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh

individu yang bersangkutan terhadap nilai tersebut.

d. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin

mengerti, dengan pengalaman-pengalamanya, untuk

memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari

pengalamanya yang tidak konsisten dengan apa

yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali

atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi

konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai

sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukan

tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek

sikap yang bersangkutan.

3. Determinan Sikap

a. Faktor fisilogis

Faktor fisiologis seseorang akan ikut

menentukan bagaimana sikap seseorang. Berkaitan

dengan ini ialah faktor umur dan kesehatan.Pada

umumnya orang muda sikapnya lebih radikal

daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan

pada orang dewasa sikapnya lebih moderat.Dengan

demikian masalah umur akan berpengaruh pada

sikap seseorang.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

17

b. Faktor pengalaman langsung pada objek sikap

Bagaimana sikap seseorang terhadap objek

sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung

orang yang bersangkutan dengan objek sikap

tesebut.

c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan merupakan faktor yang

penting dalam sikap seseorang, karena kerangka

acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. Bila

kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap,

maka orang akan bersikap negatif terhadap objek

sikap tersebut.

d. Faktor komunikasi sosial

Faktor komunikasi sosial sangat jelas menjadi

determinan sikap seseorang, dan faktor ini yang

banyak diteliti. Komunikasi sosial yang berwujud

informasi dari seseorang kepada orang lain dapat

menyebabkan perubahan sikapyang ada pada diri

orang yang bersangkutan.

4. Ciri-ciri Sikap

a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

Ini berarti bahwa manusia pada waktu

dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

18

terhadap suatu objek. Karena sikap tidak dibawa

sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu

terbentuk dalam perkembangan individu yang

bersangkutan. Oleh karena sikap itu terbentuk atau

dibentuk, maka sikap itu dapat dipelajari, dan

karenanya sikap itu dapat berubah.

b. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap

Oleh karena itu sikap selalu dibentuk atau

dipelajari dalam hubunganya dengan objek-objek

tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap

objek tersebuthubungan positif atau negatif antara

individu dan objek tertentu, akan menimbulkan sikap

tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut.

c. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi

juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek.

Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif

pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai

kecendrungan untuk menunjukan sikap yang negatif

pula pada kepada kelompok dimana seseorang

tersebut tergabung didalamnya. Disini terlihat adanya

kecenderungan menggeneralisasikan objek sikap.

d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

Kalau sesuatu sikap terbentuk dan telah

merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

19

relaitif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang

bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan

kalaupun dapat berubah akan memekan waktu yang

akan lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum

mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap

tersebut relatif tidak bertahan lama, dan sikap

tersebut akan mudah berubah.

e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan

motivasi

Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu objek

tertentu kan selalu diikuti oleh perasaan tertentu

yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan)

tetapi juga yang bersifat negatif (yang tidak

menyenangkan) terhadap objek tersebut. Di samping

itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti

bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi

individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap

objek yang dihadapinya.

2.1.3 PeriIaku(Practice)

Menurut S. Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap

belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour).

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

20

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat

tindakan diantaranya :

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan

tindakan tingkat pertama.

b. Respon Terpimpin (Guided respons)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

benar sesuai dengan contoh merupakan indicator

tindakan tingkat dua.

c. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah

merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

tindakan tingkat tiga.

d. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang

sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu

sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

21

2.1.4 Teori Rosenberg

Teori Rosenberg dikenal dengan teori afecctive-

cognative consistency dalam hal sikap dan teori ini

kadang-kadang juga disebut teori dua faktor.Rosenberg

(Iih.Second & Beckman, 1964) memutuskan perhatiannya

pada hubungan komponen kognitif dan komponen

afektif.Dalam beberapa pendapat diajukan komponen-

komponen ini, tetapi bagaimana hubungan antara

keduanya belum dikupas oleh para ahli, dan Rosenberg

ingin melihat hubungan ini.

Menurut Rosenberg (Iih. Second & Beckman, 1964)

pengertian kognitif dalam sikap tidak hanya mencakup

tentang pengetahuan-pengetuhan yang berhubungan

dengan objek sikap, melainkan mencakup kepercayaan

atau belief tentang hubungan antara objek sikap itu

dengan sistem nilai yang ada dalam diri individu.

Komponen afektif berhubungan dengan bagaimana

perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai

sikapnya, dapat positif tetapi juga dapat negatif terhadap

objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap yang positif

terhadap objek sikap, maka ini berarti adanya hubungan

pula dengan nilai-nilai positif yang lain yang berhubungan

dengan objek sikap tersebut, demikian juga dengan sikap

yang negatif. Misalnya bila seseorang mengalami

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

22

kecelakaan dan salah satu bagian tubuhnya mengalami

fraktur tulang (patah tulang) dia lebih memilih pengobatan

tradisional sambung tulang dari pada pengobatan medis.

Karna ada beberapa faktor,yang pertama yaitu faktor

biaya, kebudayaan, dan kepercayaan terhadap

pengobatan tradisional.

Menurut Rosenberg (Iih. Second dan Beckman, 1964)

bahwa komponen afektif akan selalu berhubungan dengan

komponen kognitif,dan hubungan tersebut dalam keadaan

konsisten. Rosenberg menciptakan skala sikap dan

berpendapat bahwa adanya hubungan konsisten antara

komponen afektif dengan komponen kognitif.Ini berarti bila

seseorang mempunyai sikap yang positif pada suatu objek,

maka indeks kognitfnya juga tinggi, demikan sebaliknya.

Suatu hal yang penting pengetrapan teori Rosenberg

ini ialah dalam kaitanya dengan perubahan sikap. Karena

hubungan afektif dan komponen kognitif konsisten, maka

bila komponen afektifnya berubah, maka komponen

kognitifnya juga akan berubah, demikian juga bila

komponen kognitifnya berubah, komponen afektifnya juga

berubah. Pada umumnya dalam rangka pengubahan

sikap, orang akan mengubah dahulu komponen

kognitifnya, sehingga akhirnya komponen afektinya

berubah. Dalam rangka pengubahan sikap Rosenberg

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

23

mencoba mengubah komponen afektif dahulu. Dengan

rubahnya komponen afektif akan berubah juga komponen

kognitifnya, yang pada akhirnya akan berubah pula

sikapnya (Iih. Second dan Beckman, 1964)

2.1.5 Teori Festinger

Teori Festinger (Iih. Second & Beckman, 1964) dikenal

dengan teori disonansi kognitif (the cognitive dissonance

theory) festinger meneropong tentang sikap dikaitkan

dengan perilaku yang nyata., yang merupakan yang

banyak mengundang perdebatan. Seperti yang dijelaskan,

sikap terbagi menjadi tiga macam komponen, yaitu

komponen kognitif, afektif, dan komponen konatif atau

action component.Dalam hubungan ini Festinger

(Iih.Second & Beckman, 1964) ingin menyelidiki tentang

hubungan sikap dan perilaku.

Festinger dalam teorinya mengemukakan sikap

individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain, dan

dengan tindakanya juga konsisten satu dengan yang lain.

menurut Festinger apa yang dimaksud dengan elemen

kognitif ialah mencakup pengetahuan, pandangan,

kepercayaan tentang lingkungan, tentang seseorang atau

tentang tindakan.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

24

2.1.6 Study KAP (knowledge-attitude-practice)

Travers (1977), Gagne (1977) dan Crobach (1977)

sependapat bahwa sikap melibatkan 3 (tiga) komponen

yang saling berhubungan yaitu :

1. Komponen cognitive : berupa pengetahuan,

kepercayaan, atau pikiran yang berdasarkan informasi,

yang berhubungan dengan objek.

Misalnya : warga desa Waai pulau Ambon tahu bahwa

pengobatan tradisonal sambung tulang (Topu Bara )

sangat berkhasiat dan tidak rumit proses

penyembuhannya untuk penderita patah tulang.

Cognitive masyarakat Waai tentang pengobatan

tradisonal sambung tulang (Topu Bara) bahwa meraka

tahu dan percaya pengobatan tradisional ini sangat

berkhasiatdan tidak rumit proses penyembuhannya.

2. Komponen Afektif : menunjukan pada dimensi

emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan

dengan obyek. Obyek disini dirasakan sebagai

menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Misalnya : jika warga desa Waai mengatakan senang

karna menggunakan pongobatan tradisional sambung

tulang, ini melukiskan perasaan mereka terhadap

pengobatan tradisional sambung tulang (Topu Bara) .

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

25

3. Komponen behavior atau conative : melibatkan salah

satu predisposisi untuk bertindak terhadap obyek.

Misalnya : karena pengobatan tradisonal sambung

tulang (Topu Bara) itu sudah dipercaya oleh warga desa

Waai Ambon, dan mereka berusaha (bertindak) untuk

kalau sakit atau mengalami patah tulang akan segera di

bawa ke sana.

2.1.7 Pengobatan tradisional (Topu Bara)

WHO menyatakan pengobatan tradisional adalah ilmu

dan seni pengobatanberdasarkan himpunan dari

pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat

diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan

diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap

ketidakseimbangan fisik, mental, ataupun sosial.

Hasil keputusan “Seminar Pelayanan Pengobatan

Tradisional Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat 2

definisi untuk Pengobatan Tradisional Indonesia yaitu :

a. Ilmu dan atau seni pengobatan yang dilakukan oleh

Pengobat Tradisional Indonesia dengan cara yang

tidak bertentangan dengan kepercayaan kepada

Tuhan YME sebagai upaya penyembuhan,

pencegahaan penyakit, pemulihan dan peningkatan

kesehatan jasmani, rohani, dan sosial masyarakat.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

26

b. Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan,

pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan

masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, kaidah-

kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran

modern, diwariskan secara turun menurun atau

diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-

cara yang tidak lasim digunakan dalam ilmu

kedokteran.

Pengobatan tradisional sambung tulang “Topu Bara”

adalah : pengobatan tradisional, menggunakan bara, daun

pisang, dan minyak kelapa, di letakan pada bagian yang

patah tulang, dan di urut atau pijat di bagian patah tulang

yang patah. “Topu Bara” ini salah satu pengobatan

tradisional untuk penderita patah tulang di desa Waai

Ambon.

2.1.8 Perspektif Teoretis

Pengetahuan

(Knowledge)

Sikap

(attitude)

Perilaku

(Practice)

Komponen

kognitif

Komponen

afektif

Komponen

konatif

Objek sikap

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

27

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

umumnya datang dari pengalaman,juga bisa didapat dari

informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman,

buku dan surat kabar (Notoatmodjo,2003). Dari

pengetahuan yang kita dapat akan menstimulus pikiran

kita untuk member nilai positif atau negatif yang ditunjukan

oleh sikap kita.

Sikap dapat didefinisikan sebagai evaluasi positif atau

negatif dari orang, objek, peristiwa, kegiatan, ide, atau apa

saja di lingkungan Anda (Zimbardo dkk., 1999) Menurut

pendapat Bain (1927), sikap adalah " perilaku terbuka

relatif stabil dari seseorang yang mempengaruhi

statusnya". Sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh

Herbert Spencerdi tahun 1862 yang pada saat itu diartikan

olehnya sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, &

Adgley, 1980).Sikap itu mengandung tiga komponen yang

membentuk struktur sikap yaitu :

a. Komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu

komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

28

pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang

berhubungan dengan begaimana orang mempersepsi

terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu

komponen yang berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang

merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak

senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini

menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action

component), yaitu komponen yang berhubungan

dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap.

Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu

menunjukan besat kecilnya kecendrungan bertindak

atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap.

Menurut S. Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap

belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour).

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat

tindakan diantaranya :

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1

29

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan

tindakan tingkat pertama.

b. Respon Terpimpin (Guided respons)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

benar sesuai dengan contoh merupakan indicator

tindakan tingkat dua.

c. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah

merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

tindakan tingkat tiga.

d. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang

sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu

sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.