bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/8086/3/alfi sahri ade kharisma bab ii.pdf · yang perlu...

31
xxv BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan keperawatan pasien osteoarthritis 1. Pengkajian a. Identitas Identitas pasien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskuloskeletal adalah usia, karena ada beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien diatas usia 60 tahun. b. Keluhan utama Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit muskuloskeletal seperti osteoarthritis klien mengeluh nyeri pada persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas. c. Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksa diri ke tempat lain selain rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian. Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • xxv

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Asuhan keperawatan pasien osteoarthritis

    1. Pengkajian

    a. Identitas

    Identitas pasien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskuloskeletal

    adalah usia, karena

    ada beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien diatas

    usia 60 tahun.

    b. Keluhan utama

    Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit

    muskuloskeletal seperti osteoarthritis klien mengeluh nyeri pada

    persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan

    keterbatasan mobilitas.

    c. Riwayat penyakit sekarang

    Riwayat kesehatan ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh

    klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa

    ke Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksa diri ke tempat lain selain

    rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan

    bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxvi

    d. Riwayat penyakit dahulu

    Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal

    sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan

    adanya penyakit muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat

    mengkonsumsi alkohol dan merokok.

    e. Riwayat penyakit keluarga

    Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit

    yang sama karena faktor genetic atau keturunan.

    f. Pemeriksaan fisik

    1) Keadan umum

    Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan

    muskuloskeletal biasanya lemah.

    2) Kesadaran

    Keadaan klien biasanya Composmetis dan Apatis.

    3) Tanda-tanda vital

    Suhu meningkat (>37˚C).

    Nadi meningkat (N : 70-82x/menit).

    Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.

    Pernafasan biasanya mengalami meningkat atau normal.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxvii

    g. Pemeriksaan Review Of System (ROS)

    1) Sistem pernafasan

    Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas

    normal.

    2) Sistem sirkulasi

    Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi perifer,

    warna dan kehangatan.

    3) Sistem persarafan

    Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat

    kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi

    pupi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).

    4) Sistem perkemihan

    Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria, distesi

    kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.

    5) Sistem pencernaan

    Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,

    anoreksia, adanya distensi abdomen, adnya nyeri tekan abdomen.

    6) Sistem musculoskeletal

    Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba atau mungkin terlokalisasi pada area

    jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur,

    atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxviii

    h. Pola fungsi kesehatan

    Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasanya dilakukan

    sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan

    mobilisasi.

    1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

    Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.

    2) Pola nutrisi

    Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu

    makan, diet, kesulitan menelan, ,mual/muntah, dan makanan

    kesukaan.

    3) Pola eliminasi

    Menjelaskan pola ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya

    masalah defekasi, masalah nutrisi, dan pengguanaan kateter.

    4) Pola tidur dan istirahat

    Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy,

    jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.

    5) Pola aktivitas dan latihan

    Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan

    sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman

    pernafasan.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxix

    6) Pola hubungan dan peran

    Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap

    anggota keluarga dan masyarakat sebagai tempat tinggal, pekerjaan,

    tidak punya rumah, dan masalah keuangan.

    7) Pola sensori dan kognitif

    Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori

    meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan dan pembau.

    Pada klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan

    perifer, kesulitan memfokuskan kerja mata dan merasa diruang gelap.

    8) Pola konsep diri

    Menggambarkan tentang sikap diri sendiri dan persepsi terhadap

    kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri,

    harga diri, peran diri dan identitas diri.

    9) Pola seksual dan reproduksi

    Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.

    10) Pola mekanisme koping

    Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.

    11) Pola tata nilai dan kepercayaan

    Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk

    spiritual.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxx

    2. Diagnosa

    a. Nyeri berhubungan dengan agen injury (biologis, kimia, fisik, psikologis),

    ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada persendian, ekspresi

    wajah meringis.

    b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan dan ketidaknyamanan,

    kerusakan neuromuskuler, kehilangan integritas struktur tulang, kekakuan

    sendi atau kontraktur.

    c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma

    atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai

    perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif

    tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada

    kekuatan).

    3. Perencanaan

    a. Nyeri berhubungan dengan agen injury (biologis, kimia, fisik, psikologis),

    ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada persendian, ekspresi

    wajah meringis.

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    diharapkan klien melaporkan adanya nyeri dengan kriteria hasil :

    1) Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik

    nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dan tindakan pencegahan

    nyeri.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxi

    2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

    nyeri.

    3) Menunjukan tingkat nyeri.

    4) Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

    5) Tanda-tanda vital dalam batas normal.

    6) Ekspresi wajah tenang.

    Intervensi :

    1) Manajemen nyeri

    a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi,

    karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan

    faktor-faktor presipitasi.

    Rasional : untuk mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, lokasi

    nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri.

    b) Berikan posisi nyaman.

    c) Observasi isyarat-isyarat nonverbao dari ketidaknyamanan.

    d) Ajarkan tehnik nonfarmakologi (missal : relaksasi, guided

    imagery, terapi muasik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage).

    2) Pemberian Analgesik

    a) Monitor vital sign.

    b) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxii

    b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan dan ketidaknyamanan,

    kerusakan neuromuskuler, kehilangan integritas struktur tulang, kekakuan

    sendi atau kontraktur.

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    diharapkan klien dapat menunjukan tingkat mobilitas dengan kriteria

    hasil:

    1) Klien menunjukan pergerakan sendi.

    2) Klien menunjukan penggunaan alat bantu secara benar dengan

    pengawasan.

    3) Klien meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan.

    4) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.

    Intervensi :

    1) Terapi aktivitas : ambulasi (Exercise Therapy Ambulation).

    a) Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan (missal:

    dari tempat tidur ke kursi).

    b) Pantau penggunaan alat bantu mobilitas (missal: tongkat, walker,

    kruk atau kursi roda).

    c) Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

    d) Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif atau pasif

    untuk mempertahankan kekuatan dan ketahanan otot.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxiii

    2) Terapi aktivitas : mobilisasi sendi

    a) Kolaborasi dengan terapi fisik dalam pengembangan program

    latihan.

    b) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang magsud dan rencana

    latihan.

    c) Bantu klien untuk mengatur posisi yang optimal dalam ROM

    aktif/pasif.

    d) Motivavi klien untuk latihan ROM aktif/pasif dan merencanakan

    jadwal latihan.

    c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma

    atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai

    perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif

    tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada

    kekuatan).

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    diharapkan klien menunjukan citra tubuh yang positif dengan kriteria

    hasil:

    1) Klien mendemonstrasikan penerimaan terhadap perubahan bentuk

    tubuh.

    2) Klien mengungkapkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi

    tubuh.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxiv

    3) Mengungkapkan pengakuan terhadap perubahan aktual pada

    penampilan tubuh.

    Intervensi :

    1) Peningkatan citra tubuh

    a) Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal klien

    tentang tubuh klien.

    b) Tentukan apakah perubahan fisik saat ini telah dikaitkan keadaan

    citra tubuh klien.

    c) Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri.

    d) Dorong klien untuk mengeksplorasi perubahan yang dialaminya.

    e) Bantu klien agar dapat menerima bantuan dari orang lain.

    4. Pelaksanaan

    a. Diagnosa Nyeri akut/kronis

    1) Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi,

    karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan

    faktor-faktor presipitasi.

    2) Memberikan atau menganjurkan klien untuk posisi nyaman.

    3) Mengobservasi isyarat-isyarat nonverbal dari ketidaknyamanan.

    4) Mengajarkan tehnik nonfarmakologi (missal : relaksasi, guided

    imagery, terapi muasik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage).

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxv

    b. Diagnosa Hambatan mobilitas fisik

    1) Mengajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan

    (missal: dari tempat tidur ke kursi).

    2) Memantau penggunaan alat bantu mobilitas (missal: tongkat, walker,

    kruk atau kursi roda).

    3) Merujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

    4) Mengajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif atau pasif

    untuk mempertahankan kekuatan dan ketahanan otot.

    c. Diagnosa Gangguan citra tubuh

    1) Mengkaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal klien

    tentang tubuh klien.

    2) Menentukan apakah perubahan fisik saat ini telah dikaitkan keadaan

    citra tubuh klien.

    3) Memantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri.

    4) Mendorong klien untuk mengeksplorasi perubahan yang dialaminya.

    5) Membantu klien agar dapat menerima bantuan dari orang lain.

    5. Evaluasi

    a. Diagnosa keperawatan : nyeri akut/kronis

    1) Klien menunjukan kemampuan menggunakan tehnik nonfarmakologi

    untuk mengurangi nyeri dan tindakan pencegahan nyeri.

    2) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari

    pertolongan.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxvi

    3) Klien melaporkan nyeri berkurang.

    4) Klien mengungkapkan kenyamanan setelah nyeri berkurang.

    5) Klien menunjukan tanda vital dalam batas normal.

    6) Klien menunjukan ekspresi wajah tenang.

    b. Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

    1) Klien menunjukan penampilan yang seimbang.

    2) Klien menunjukan penampilan posisi tubuh.

    3) Klien dapat melakukan pergerakan sendi.

    4) Klien dapat melakukan perpindahan.

    5) Klien dapat berjalan.

    6) Klien menggunakan alat bantu secara benar dengan pengawasan.

    7) Klien mau meminta bantuan untuk aktivitas sehari-hari secara mandiri.

    c. Diagnosa keperawatan : Gangguan citra tubuh

    1) Klien mendemonstrasikan penerimaan perubahan bentuk tubuh.

    2) Klien puas dengan kemampuan dan fungsi tubuh.

    3) Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

    4) Klien dapat melakukan hubungan sosial yang dekat.

    B. Lansia

    1. Definisi

    Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

    kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1), (2), (3), dan (4) UU

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxvii

    no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

    seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Usia lanjut dapat digunakan

    usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang

    yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik bersifat promotif

    maupun preventif, agar dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia

    lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam, 2008).

    2. Batasan lanjut usia

    Menurut badan kesehatan dunia (WHO, 2014), yang dikatakan lanjut usia

    tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

    a. Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun.

    b. Usia tua (old) 75-89 tahun.

    c. Usia sangat lanjut (very old) lebih dari 90 tahun.

    Sedangkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi lanjut usia

    sebagai berikut :

    a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) keadaan ini dikatakan

    sebagai masa virilitas.

    b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.

    c. Kelompok usua lanjut (lebih dari 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa

    senium.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxviii

    3. Ciri-ciri lansia

    Ciri-ciri yang dijumpai usia lanjut menurut Wahyunita dan Fitrah (2010),

    meliputi:

    a. Secara fisik : penglihatan dan pendengaran menurun, kulit tampak

    mengendur, aktivitas tubuh menurun, penumpukan lemak dibagian perut

    dan panggul.

    b. Secara psikologis : merasa kurang percaya diri, sering merasa kesepian,

    merasa sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak berguna, tipe optimis,

    dependen (ketergantungan), tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan

    dalam melakukan sesuatu), putus asa (benci pada diri sendiri).

    C. Osteoarthritis

    1. Definisi

    Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan

    dengan kerusakan kartilago sendi, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang

    rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya,

    meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini

    berkaitan dengan usia lanjut (Elvira, 2010). Faktor resiko osteoarthritis adalah

    usia di atas 55 tahun dimana pada usia tersebut wanita lebih banyak dibanding

    laki-laki. Pekerjaan mengangkat barang, naik tangga atau berjalan jauh juga

    merupakan faktor resiko (Hamijoyo, 2013).

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xxxix

    Menurut Hamijoyo tahun 2014 gejala yang dialami biasanya nyeri yang

    muncul perlahan-lahan, nyeri biasanya dibangkitkan oleh suatu aktivitas fisik

    yang berat, nyeri biasanya memburuk ketika sendi digunakan dan membaik

    ketika istirahat, pada saat digerak an menimbulkan suara krepitus sein itu

    disertai bengkak dan kaku yang berlangsung kurang lebih 15-20 menit.

    Menurut Soeroso tahun 2006. Gambaran Radiografi sendi yang menyokong

    diagnosis osteoarthritis penyempitan celah sendi yang seringkali asimetri,

    peningkatan densitas tulang subkondral (sclerosis), kista pada tulang, osteofit

    pada pinggir sendi dan perubahan struktur anatomi sendi.

    Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini

    sifatnya kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya

    gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian (Sylvia,

    2005). Osteoarthritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul

    pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia 40 tahun dan lebih sering dijumpai

    pada usia 60 tahun.

    2. Etiologi

    Osteoarthritis terjadi karena karena tulang rawan yang menjadi ujung dari

    tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan

    tulang halus rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang

    rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu dengan

    tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerak pada

    sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xl

    Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis antara lain adalah :

    a. Usia

    Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan

    adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya

    osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

    Osteoarthritis hamper tak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada

    umur 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

    b. Jenis Kelamin

    Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi, dan laki-laki

    lebih sering terkana osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher.

    Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang

    lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi

    osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini

    menunjukan adanya peran hormonal pada pathogenesis osteoarthritis

    (Soeroso, 2006).

    c. Riwayat Trauma sebelumnya

    Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasanya

    mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko

    terjadinya osteoarthritis. Trauma berpengaruh terhadap kartilago

    artikuler, ligament ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika

    sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature

    (Shiddiqui, 2008).

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xli

    d. Pekerjaan

    Osteoarthritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannya

    sering memberikan tekanan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan

    juga mempengaruhi sendi mana yang terkena osteoarthritis. Sebagai

    contoh, pada tukang jahit, osteoarthritis lebih sering terjadi di daerah

    lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah

    pinggang (Dewi, 2009).

    e. Kegemukan

    Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya

    resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pria.

    Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada

    sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi

    lainnya (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi

    peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).

    f. Faktor gaya hidup

    Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup

    mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoarthritis.

    Contohnya adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat meningkatkan

    kandungan karbon monoksida dalam darah, mengakibatkan jaringan

    kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang

    rawan (Pratiwi, 2007).

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xlii

    D. Nyeri

    1. Definisi

    Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

    menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.

    Masalah fisiologis pada lanjut usia dengan osteoarthritis adalan nyeri (Perry &

    Potter,2005). Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oleh synovial dan

    degredasi kartilago berkaitan dengan degradasi kolagen dan proteoglikan oleh

    enzim autolitik seluler. VAS adalah alat pengukur itensitas nyeri efisien yang

    telah digunakan secara luas dalam penelitian dan pengaturan klinis

    (Welchekdkk,2009).

    Menurut Tamsuri (2007), nyeri adalah suatu keadaan yang mampu

    mempengaruhi keberadaan seseorang yang mengalaminya. Nyeri juga suatu

    kondisi dimana seseorang merasakan perasaan tidak menyenangkan atau tidak

    nyaman yang bersifat subyektif dan perasaan ini akan terasa berbeda pada

    setiap yang mengalaminya karena hanya orang tersebutlah yang dapat

    menjelaskan apa yang sedang dirasakan.

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

    a. Usia

    Usia merupakan variable yang penting dalam mempengaruhi nyeri

    pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam

    memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan

    nyeri. Anak-anak kecil yang belum bisa mengucapkan kata-kata juga

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xliii

    mengalami kesulitan mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan

    nyeri kepada kedua orang tua atau perawat.

    Pada lansia seorang perawat harus melakukan pengkajian lebih

    rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Sebagian lansia

    terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka menganggap

    bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa

    dihindari.

    b. Jenis kelamin

    Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan

    dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang menganggap

    bahwa seorang laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis

    dibandingkan dengan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika

    merasakan nyeri.

    c. Kebudayaan

    Perawat sering kali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap

    individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba

    mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh,

    apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih

    mengindikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri,

    akibatnya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok untuk klien

    berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xliv

    mengekspresikan pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau

    mengharaokan perawat melakukan intervensi.

    d. Makna nyeri

    Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan

    cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang

    merasakan nyeri saat bersalin akan mengekspresikan nyeri secara berbeda

    dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipikul.

    e. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri

    Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat

    keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin

    terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam

    kaitannya dalam kualitas nyeri, masing-masing individu bervariasi, ada

    yang melaporkan seperti tertusuk-tusuk, nyeri tumpil, berdenyut, terbakar,

    dan lain-lain.

    f. Ansietas (kecemasan)

    Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas

    yang dirasakan seorang sering kali meningkatkan persepsi nyeri, akan

    tetapi nyeri juga dapan menimbulkan perasaan ansietas.

    g. Keletihan

    Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang akan

    meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping

    individu.

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xlv

    h. Pengalaman sebelumnya

    Setiap individu belajar dari pengalaman yang telah dirasakan oleh

    individu tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudan dalam

    menghadapi nyeri pada masa yang mendatang. Seorang yang biasa

    merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri dari

    pada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri.

    i. Dukungan keluarga dan sosial

    Individu yang mengalami nyeri sering kali membutuhkan

    dukungan, bantuan, perlindungan dari keluarga lain, atau teman terdekat.

    Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan

    menimbulkan kesepian dan kekuatan (Prasetyo, 2010).

    3. Intensitas nyeri

    Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

    dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

    individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

    sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

    Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan

    berbagai alat pengukur nyeri seperti skala visual analog, skala numeric, skala

    nyeri deskriptif atau skala nyeri Wong-Bakers (Tamsuri, 2006).

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xlvi

    4. Pemeriksaan nyeri

    Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di

    dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Tamsuri

    (2006) mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut diantaranya:

    a. Penentuan ada tidaknya nyeri

    Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai

    ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi

    perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang

    dilaporkan oleh klien adalah nyata.

    b. Karakteristik nyeri (metode P, Q, R, S, T)

    1) Faktor pencetus (P: Provocate)

    Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada

    klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-

    bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai

    adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore

    perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat

    mencetuskan nyeri.

    2) Kualitas (Q: Quality)

    Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan

    oleh klien, sering kali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-

    kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih,

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xlvii

    perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-

    beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

    3) Lokasi (R: Regio)

    Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat menerima klien untuk

    menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh

    klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat

    meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik ysng psling nyeri,

    kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat

    difus (menyebar).

    4) Keparahan (S: Savere)

    Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau

    intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk

    mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah.

    5) Durasi (T: Time)

    Durasi nyeri adalah kapan nyeri terjadi atau muncul pada klien.

    c. Skala Analog Visual

    Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis

    lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki

    alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan

    kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan

    nyeri yang dirasakan. Skala analog visual merupakan pengukur keparahan

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xlviii

    nyeri yang lebih sensitive karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik

    pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau angka.

    Gambar 2.1

    Visual Analog Scale

    d. Skala NRS (Numeric Rating Scale)

    Skala ini berbentuk garis horizontal yang menunjukan angka-angka

    dari 0-10, yaitu angka 0 menunjukan tidak ada nyeri dan angka 10

    menunjukan nyeri yang paling hebat. Skala ini merupakan garis panjang

    berukuran 10 cm, yaitu setiap panjangnya 1 cm diberi tanda. Skala ini

    dapat dipakai pada klien dengan nyeri yang hebat atau klien yang baru

    mengalami operasi. Tingkat angka yang ditunjukan oleh klien dapat

    digunakan untuk mengkaji efektivitas dari intervensi pereda rasa nyeri.

    Gambar 2.2

    Numeric Rating Scale

    Tidak

    ada

    nyeri

    Nyeri

    ringan

    Nyeri

    sedang

    Nyeri

    hebat

    Nyeri

    sangat

    Nyeri

    paling

    hebat

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • xlix

    5. Klasifikasi nyeri

    a. Nyeri akut yang merupakan nyeri yang dialami secara mendadak dan

    dalam waktu yang singkat (sekitar 6 bulan) saja dan akan segera hilang.

    b. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan dan akan

    berlangsung dalam waktu yang panjang (lebih dari 6 bulan).

    6. Jenis nyeri

    a. Nyeri Nosiseptif

    Nyeri ini pada umumnya terjadi pada stimulasi singkat yang tidak

    merusak jaringan serta tidak memerlukan penanganan secara khusus.

    Contohnya: nyeri yang terjadi pada saat menjalani operasi dan nyeri yang

    timbul akibat tusukan jarum infus.

    b. Nyeri Inflamatorik

    Pada umumnya nyeri ini terjadi pada stimulasi yang kuat dan dalam waktu

    yang panjang sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Nyeri ini bisa

    menjadi nyeri akut atau kronis karena itu penderita biasanya memerlukan

    tindakan medis untuk mengatasinya. Contohnya: rheumatoid arthritis.

    c. Nyeri Neuropatik

    Nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan jaringan pada sistem saraf

    perifer atau sentral. Contohnya: nyeri yang dirasakan pasca mengalami

    stroke.

    d. Nyeri Fungsional

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • l

    Nyeri ini terjadi karena terjadinya respon yang abnormal pada sistem saraf

    seperti hipersensitifitas aparatur sensorik. Beberapa yang sering dialami

    seperti nyeri dada dan nyeri pada kepala.

    E. Kompres hangat

    1. Definisi

    Kompres hangat adalah tindakakan memberikan rasa hangat untuk

    memenuhi kebutuhan rasa nyaman mengurangi untuk membebaskan nyeri,

    mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada

    daerah tertentu (Hidayat, 2008).

    Kompres air hangat juga dapat meningkatkan aliran darah untuk

    mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot sehingga proses inflamasi

    berkurang (Lemone & Burke, 2010). Air hangat yang digunakan biasanya

    bersuhu 40,5˚C sampai 43˚C kemudian diletakan pada kain kemudian

    dikompreskan pada daerah sendi yang mengalami nyeri selama 20 menit,

    ganti kompres per 5 menit agar tetap hangat (Kusyati, 2006).

    Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat

    setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisioligis, antara lain efek

    vasodilatasi, meningkatkan premeabilitas kapiler, meningkatkan metabolisme

    seluler, merelaksasi otot, meningkatkan aliran darah ke suatu area. Kompres

    hangat dapat meningkatkan suhu jaringan dan sirkulasi darah lokal, yang

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • li

    dapat menghambat produk metabolisme inflamasi seperti prostaglandin,

    bradikinin dan histamine sehingga dapat mengurangi nyeri (Hager, 2003).

    Tidak hanya kompres hangat tetapi kompres jahe juga efektif untuk

    mengurangi nyeri. Kompres jahe adalah salah satu kombinasi antara terapi

    hangat dan terapi relaksasi yang bermanfaat pada penderita nyeri sendi. Jahe

    mengandung senyawa Phenol yang terbukti memiliki efek anti radang dan

    diketahui ampuh mengusir penyakit sendi juga ketegangan yang dialami otot

    sehingga dapat memperbaiki sistem muskuloskeletal yang menurun

    (Susilowati, 2015).

    2. Tujuan

    a. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredarah darah di jaringan

    tersebut.

    b. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan.

    c. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi

    peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan

    peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan kapiler (Fauziyah, 2013).

    3. Cara pemberian kompres hangat

    a. Persiapan alat dan bahan

    1) Botol atau kain yang dapat menyerap air.

    2) Air hangat dengan suhu 40,5˚C sampai 43˚C.

    3) Thermometer.

    b. Tahap kerja

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • lii

    1) Cuci tangan.

    2) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

    3) Masukan air kedalam air hangat, lalu diperas.

    4) Tempatkan kain yang sudah diperas pada daerah yang akan

    dikompres.

    5) Angkat kain tersebut setelah 20 menit, dan lakukan kompres ulang jika

    nyeri belum teratasi.

    6) Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan.

    7) Cuci tangan (Uliyah & Hidayat, 2008).

    F. Jahe

    1. Pengertian

    Jahe (Zingiber Officinale Rosc) termasuk dalam daftar prioritas WHO

    sebagai tanaman obat yang paling banyak digunakan didunia. Rimpangnya

    yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid terbukti berkhasiat

    mengurangi peradangan dan nyeri sendi. Jahe menekan sintesis prostaglandin

    melalui inhibisi cyclooxygenase-1 dan cyclooxygenase-2, hasil penemuan

    selanjutnya menyatakan bahwa jahe juga menekan biosintesis leukotrin

    dengan menghambat 5-lipoxygenase, dan dalam penelitian sebelumnya

    dinyatakan bahwa dua inhibitor cyclooxygenase dan 5-lipoxygenase memiliki

    riwayat terapeutik lebih baik dan efek samping lebih sedikit dibandingkan

    dengan NSAIDs (Grzanna dkk, 2005).

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • liii

    Jahe (Zingiber Officinale Rosc) mempunyai kegunaan yang cukup

    beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun

    sebagai obat (Bartley & Jacobs, 2000).

    Jahe dapat mengurangi nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi,

    untuk penanganan sendi dosis yang dianjurkan 510-1000mg/hari serbuk jahe.

    Pemberian ekstrak jahe 1gr/hari selama 4 minggu atau lebih efektif

    dibandingkan dengan placebo dan sama efektifnya dengan ibuprofen dalam

    meredakan nyeri (Leach & Kumar, 2008).

    2. Jenis tanaman jahe

    Jahe (Zingiber Officinale Rosc) adalah tanaman herbal dari family zingi

    barance dikenal 3 jenis jahe yaitu :

    a. Jahe gajah atau jahe besar/jahe badak berwarna putih kekuningan.

    b. Jahe emprit atau jahe putih, bentuknya agak pipih berserabut lembut.

    c. Jahe merah, memiliki kandungan minyak atsiri lebih besar yaitu sekitar

    2,58-2,72% jika dilihat dari ukuran rimpang yang agak kecil, ruas rata dan

    sedikit menggembung (Rahman, 2004).

    3. Kandungan

    Zingerol, gingerol dan shogaol merupakan kandungan yang bermanfaat

    untuk mengurangi nyeri osteoarthritis. Jahe memiliki sifat pedas, pahit dan

    aromatic dari oleoresin. Oleoresin memiliki potensi antiinflamasi dan

    antioksidan yang kuat kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe

    berfungsi sebagai enhancer (bahan) yang dapat meningkatkan permeabilitas

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • liv

    oleoresin sehingga dapat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau

    kerusakan hingga sirkulasi perifer(Swarbick & Boylan, 2002).

    4. Manfaat

    Jahe memiliki banyak kegunaan, yaitu 10 dehydiogengerdione (rimpang)

    penekan prostaglandin, 10 gingerdione (rimpang) penekan prostaglandin, 6

    gingerol (rimpang) merangasang keluarnya ASI, penghambat enzim siklo

    oksigenasi, penekan prostaglandin, alpha-linolenic (rimpang) anti perdarahan

    diluar haid, merangsang kekebalan tubuh, merangsang produksi getah bening

    (Dwiyanto, 2009).

    5. Efek farmakologi

    Pada serangkaian kasus, jahe dapat mengurangi nyeri dan kekakuan pada

    satu atau lebih sendi pada pasien. Bahkan mampu mngurangi obat-obat

    antiartritis. Untuk penanganan rematoid artritis dan osteoarthritis, dosis yang

    dianjurkan 510-1000 mg/hari serbuk jahe. Pemberian ekstrak jahe 1 gr/hari

    selama 4 minggu lebih efektif dibandingkan dengan plasbo dan sama

    efektifnya dengan ibuprofen dalam meredakan nyeri pada osteoarthritis

    (Leach & Kumar, 2008).

    6. Efek merugikan jahe

    Didalam evidence synthesis, Leach & Kumar (2008) menyatakan bahwa

    ada dua penelitian yang melaporkan efek merugikan jahe seperti rasa panas

    pada lambung (6,9%), perubahan rasa (7,5%)< dyspepsia, nausea dan

    konjungtivis masing-masing (1,5%). Namun demikian tidak ada kejadian-

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • lv

    kejadian berat yang merugikan sehingga menyebabkan penderita masuk

    rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan atau kematian (Arif, 2010).

    Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018