bab ii tinjauan pustaka.pdf

7
TINJAUAN PUSTAKA Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan dari darah pada sistem vaskular tubuh. Sistem vaskular membawa darah yang kaya oksigen menjauhi jantung menuju pembuluh darah, arteri dan kapiler untuk masuk ke jaringan. Setelah jaringan mendapatkan oksigen, darah masuk ke vena dan dibawa kembali ke jantung dan paru-paru (Braverman 2008). Tekanan darah sistolik merupakan tekanan yang dihasilkan otot jantung yang mendorong darah dari bilik kiri jantung ke aorta (tekanan pada saat jantung berkontraksi). Tekanan darah diastolik merupakan tekanan pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat mengendurnya otot jantung (tekanan pada saat jantung berelaksasi). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata- rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Pearce 2004). Menurut Sutanto (2010), tekanan seseorang sangat bervariasi. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dibandingkan usia dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Selain itu menurut Pearce (2004), Tekanan darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan gerakan fisiologik, seperti latihan jasmani, perubahan mental karena kecemasan dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Masalah Tekanan Darah Gangguan tekanan darah di bedakan menjadi dua yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tekanan darah rendah (hipotensi). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Namun, secara umum, seseorang dianggap memiliki hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik. Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung dan

Upload: matthew-terry

Post on 28-Nov-2015

74 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Tinjauan Pustaka.pdf

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan dari darah pada sistem vaskular tubuh.

Sistem vaskular membawa darah yang kaya oksigen menjauhi jantung menuju

pembuluh darah, arteri dan kapiler untuk masuk ke jaringan. Setelah jaringan

mendapatkan oksigen, darah masuk ke vena dan dibawa kembali ke jantung dan

paru-paru (Braverman 2008). Tekanan darah sistolik merupakan tekanan yang

dihasilkan otot jantung yang mendorong darah dari bilik kiri jantung ke aorta

(tekanan pada saat jantung berkontraksi). Tekanan darah diastolik merupakan

tekanan pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat mengendurnya otot

jantung (tekanan pada saat jantung berelaksasi). Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan

nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-

rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Pearce 2004).

Menurut Sutanto (2010), tekanan seseorang sangat bervariasi. Bayi dan

anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah

dibandingkan usia dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik,

dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang melakukan aktivitas

dan lebih rendah ketika beristirahat. Selain itu menurut Pearce (2004), Tekanan

darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan

gerakan fisiologik, seperti latihan jasmani, perubahan mental karena kecemasan

dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan. Sejalan dengan bertambahnya

usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik

terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat

sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan

menurun drastis.

Masalah Tekanan Darah

Gangguan tekanan darah di bedakan menjadi dua yaitu tekanan darah

tinggi (hipertensi) dan tekanan darah rendah (hipotensi). Hipertensi adalah

tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga

kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan

usia. Namun, secara umum, seseorang dianggap memiliki hipertensi apabila

tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg

diastolik. Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung dan

Page 2: BAB II Tinjauan Pustaka.pdf

5

volume sekuncup, maka peningkatan salah satu dari variabel yang tidak

dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi sering dibagi menjadi

hipertensi primer atau sekunder, berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat

teridentifikasi. Sebagian besar kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya

disebut hipertensi primer atau esensial. Apabila penyebabnya jelas dapat

diketahui, maka hipertensinya disebut hipertensi sekunder (Corwin 2001). Bentuk

hipertensi antara lain hipertensi hanya diastolik, hipertensi campuran (diastolik

dan sistolik yang meninggi) dan hipertensi sistolik. Hipertensi diastolik sangat

jarang dan hanya terlihat peninggian yang ringan dari tekanan diastolik, misalnya

120/100 mmHg. Bentuk seperti ini biasanya ditemukan pada anak-anak dan

dewasa muda sementara itu hipertensi sistolik paling sering dijumpai pada usia

lanjut (Depkes 2006).

Tekanan darah rendah (hipotensi) merupakan suatu kondisi ketika

tekanan darah (sistolik, diastolik, ataupun keduanya) lebih rendah dari nilai

normal yang umum ditemukan pada individu normal. Gangguan ini tidak jarang

mengarah kepada suatu kondisi patologis (kelainan) tertentu. Meskipun bisa juga

ditemukan pada individu tanpa kelainan jantung. Untuk batasan tekanan darah

rendah, tidak ada batasan yang baku. Meskipun begitu, penting untuk

mendeteksi adanya hipotensi pada individu tertentu. Pada individu dengan

riwayat tekanan darah tinggi, penurunan tekanan darah lebih dari 30 mmHg

secara mendadak dapat dikatakan hipotensi meskipun nilai tekanan darahnya

masih normal. Untuk kelompok individu yang nilai tekanan darahnya tidak pernah

tinggi atau cenderung rendah juga tidak memiliki batasan baku. Namun nilai

tekanan darah kurang dari 90/60 mmHg sering dipakai untuk menunjuk ada

tidaknya hipotensi pada seseorang. Artinya, bila tekanan darah sistolik kurang

dari 90 mmHg, atau tekanan darah diastolik kurang dari 60 mmHg, atau

kombinasi antara kedua nilai sistolik dan diastolik tersebut (Hutabarat

2010).Klasifikasi tekanan darah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi Stadium 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHgSumber: Depkes (2006)

Page 3: BAB II Tinjauan Pustaka.pdf

6

Penyebab Tinggi dan Rendahnya Tekanan Darah

Menurut Braverman (2008), pada 90-95% penderita tekanan darah tinggi,

tidak ada penyebab fisiologis tunggal. Jenis tekanan darah ini disebut hipertensi

essensial atau primer. Walaupun penyebab dari tekanan darah tinggi masih

belum diketahui, riset menunjukan hal tersebut merupakan reaksi antara faktor

genetis, lingkungan, dan yang berhubungan dengan gaya hidup. Faktor-faktor

yang utama adalah : Pola makan yang tidak tepat dengan komposisi tidak

seimbang, biasanya tinggi kalori, natrium (garam) dan lemak, serta rendah

protein; rasio natrium terhadap kalium yang tidak seimbang; penyalahgunaan

alkohol; merokok; kenaikan kadar kolesterol; obesitas dan stress.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipotensi. Akan tetapi tidak semua

hipotensi memiliki faktor yang perlu dicemaskan. Meskipun demikian, bila

mengalami hipotensi sebaiknya berobat untuk mencari faktor

penyebab/predisposisi yang berpeluang mengganggu kesehatan di kemudian

hari. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipotensi antara lain : dehidrasi

yang sering timbul akibat sulit makan, muntah, atau diare yang diikuti kehilangan

cairan tubuh bermakna, perdarahan, obat-obatan yang dapat mencetuskan

penurunan tekanan darah mendadak atau perlahan, infeksi di dalam tubuh

terutama pada infeksi berat, kelainan endokrin, kelainan jantung, reaksi

anafilaksis akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu.

Kolesterol

Menurut Hartono (2006), kolesterol merupakan salah satu jenis lemak

dengan inti sterol berbentuk cincin yang mengandung atom karbon, hidrogen,

dan oksigen. Secara normal, tubuh mampu memproduksi kolesterol yang

dibutuhkan dalam jumlah tepat. Kolesterol yang berlebihan di dalam tubuh akan

membentuk suatu timbunan pada dinding pembuluh darah dan menimbulkan

kondisi yang disebut ateroklerosis, yaitu penyempitan atau pengerasan

pembuluh darah yang merupakan indikasi awal seseorang terkena penyakit

jantung dan stroke (Sutanto 2011).

Hati memetabolisasi sebagian kolesterol yang terdapat di dalam micelle

menjadi garam-garam empedu. Sisa kolesterol lainya disalurkan ke darah,

berikatan dengan fosfolipid sebagai lipoprotein. Lipoprotein mengangkut

kolesterol ke semua sel tubuh untuk digunakan membentuk membran, struktur-

struktur intrasel dan hormon steroid. Tingginya kadar dua jenis lipoprotein, yaitu

lipopotein berdensitas rendah (low density lipoprotein,LDL) dan lipopotein

Page 4: BAB II Tinjauan Pustaka.pdf

7

berdensitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL), mengisyaratkan

bahwa hati menangani kolesterol dalam jumlah besar. lipopotein berdensitas

tinggi (high density lipoprotein, HDL) mengangkut kolesterol dari sel ke hati dan

bersifat protektif terhadap penyakit arteri (Corwin 2001). Jumlah keseluruhan

kolesterol yang ada pada tubuh disebut kolesterol total. Kolesterol normal dalam

tubuh adalah 160-200 mg (Sutanto 2011).

Menurut Barasi (2009), makanan hewani adalah sumber kolesterol dalam

diet, dengan sumber terkaya adalah kuning telur. Absorpsi kolesterol berubah –

ubah, tetapi biasanya kurang dari 50%. Kadar dalam plasma, terutama yang

diangkut sebagai fraksi LDL, merupakan penentu utama resiko aterosklerosis.

HDL sering disebut sebagai kolesterol baik. Peran kolesterol HDL adalah

membawa kembali kolesterol HDL ke organ hati untuk diproses lebih lanjut. Jika

kadar HDL tinggi maka akan terlindung dari penyakit jantung. Penyebab

hiperkolesterol antara lain obesitas, alkohol, gangguan ginjal, gangguan hati,

diabetes, pil anti hamil, diuretik, kortikosteroid, dan penyakit tiroid.

Dampak Kolesterol

Menurut Sutanto (2010), jumlah kolesterol yang tinggi dalam darah dapat

meningkatkan risiko munculnya penyakit jantung koroner karena saluran arteri

yang memasok darah ke jantung menyempit dan tersumbat. Kolesterol juga bisa

menyebabkan stroke dan kelumpuhan bila terjadi penyumbatan arteri yang

memasok darah ke otak. Penyakit lain yang juga dipengaruhi oleh kolesterol

adalah hipertensi. Hal ini akan diperparah dengan kebiasaan merokok.

Hipertensi dan kebiasaan merokok memang tidak mempengaruhi jumlah

kolesterol dalam tubuh, namun bisa berinteraksi dengan kolesterol untuk

merusak arteri.

Penyebab Tingginya Kadar Kolesterol

Beberapa faktor yang mempengaruhi total kolesterol, diantaranya asupan

lemak yang tinggi, kebiasaan merokok, kurangnya aktifitas fisik (sedentary life

style). Kadar kolesterol darah bisa dipengaruhi oleh makanan. Daging merah

berlemak dan produk susu merupakan sumber utama kolesterol dan lemak jenuh

dari makanan. Makanan dan keadaan berikut paling berperan dalam

menyebabkan kadar kolesterol yang tinggi : Kekurangan asam amino akibat

asupan protein berkualitas rendah; kekurangan antioksidan (vitamin C dan E,

selenium, dan seng) akibat rendahnya asupan buah dan sayuran; kekurangan

asam lemak esensial akibat asupan lemak berkualitas rendah; asupan alkohol

Page 5: BAB II Tinjauan Pustaka.pdf

8

yang berlebihan; asupan zat tepung yang berlebihan (jagung, kentang, dan lain-

lain); asupan gula secara berlebihan yang ditemukan pada banyak makanan

olahan; kekurangan serat akibat kurangnya asupan buah dan sayur; disfungsi

hati dan meningkatnya kerusakan jaringan akibat infeksi, radiasi, kerusakan

fungsi hati atau aktivitas oksidatif (Braverman 2008).

Aktivitas FisikAktivitas fisik adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi

untuk melakukan berbagai kegiatan fisik seperti berjalan, berlari, berolahraga

dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut

lamanya intensitas dan kerja otot (FKM-UI 2007). Selama melakukan aktivitas

fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan

jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-

zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari

tubuh (Almatsier 2004).

Aktivitas fisik erat kaitannya dengan kesehatan tubuh secara

keseluruhan. Tubuh yang sehat akan mampu melakukan aktivitas fisik secara

optimal, dan aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dalam porsi cukup

mempunyai dampak yang positif terhadap kesehatan tubuh (Widodo &

Syafruddin 1990). Menurut Kusmana (2006) aktivitas yang moderat (sedang)

akan melindungi diri dari penyakit jantung koroner (PJK).

Olahraga meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sensitivitas insulin, bisa

menurunkan tekanan darah 10-15 angka, dan menurunkan kadar kolesterol dan

trigliserida sekaligus meningkatkan kolesterol HDL. Melalui olahraga yang

isotonik dan teratur (aktifitas fisik aerobik sekitar 30 menit/hari) dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga

secara teratur idealnya dilakukan tiga hingga lima kali dalam seminggu dan

minimal setengah jam setiap sesi dengan intensitas sedang.

Olahraga yang teratur juga akan membantu meningkatkan kadar

kolesterol HDL dan menurunkan kadar LDL. Dianjurkan untuk melakukan

olahraga yang bersifat aerobik seperti jalan cepat, lari-lari kecil, sepeda, atau

berenang secara teratur 3-5 kali per minggu selama 30-60 menit/hari. Selain

efektif untuk mengurangi berat badan, olahraga juga berguna untuk memperkuat

otot jantung, menjaga tekanan darah tetap normal serta mampu mengurangi

stress.

Page 6: BAB II Tinjauan Pustaka.pdf

9

Aktivitas orang dewasa biasanya dibagi menjadi tiga golongan yaitu

ringan, sedang, dan berat. Pengeluaran energi beragam antara orang yang satu

dengan yang lain (Mardlaw & Hampl 2007). Dalam hal ini, aktivitas fisik

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi seseorang

(Baliwati & Retnaningsih 2004). Pengukuran kebutuhan energi didasarkan pada

pengeluaran energi dengan komponen utama angka metabolisme massal (BMR)

dan kegiatan fisik sesuai tingkatannya (Hoeger & Hoeger 2005).

FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel

utama, setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran

energi. Setiap orang memiliki aktivitas atau kegiatan yang wajib dilakukan setiap

hari. Kegiatan wajib tersebut tidak hanya pekerjaan yang mendatangkan

penghasilan, namun juga meliputi kegiatan lain seperti kegiatan domestik rumah

tangga, bersosialisasi, rekreasi dan lain sebagainya. Pengeluaran energi untuk

kegiatan-kegiatan tersebut perlu diperhitungkan agar didapatkan angka

pengeluaran energi seseorang. Pengeluaran energi tersebut kemudian dapat

menjadi gambaran kebutuhan energi agar seseorang dapat hidup dengan lebih

sejahtera dan berkualitas secara keseluruhan. Besarnya aktivitas fisik yang

dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level

(PAL) atau tingkat aktivitas fisik.PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : PAL : physical activity level (tingkat aktivitas fisik)PAR : physical activity rasio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis

aktivitas per satuan waktu tertentu )

Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas.

Maka hasil dari perhitungan tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga kategori,

yaitu : ringan, sedang dan berat.

Tabel 2 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PALRingan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa kategori tingkat aktivitas fisik

mengarah kepada jenis pekerjaan. Orang-orang yang termasuk dalam kategori

tingkat aktifitas fisik ringan (sedentary lifestyle) adalah orang-orang yang tidak

Page 7: BAB II Tinjauan Pustaka.pdf

10

banyak melakukan kegiatan fisik, tidak banyak berjalan kaki dalam jarak jauh,

menggunakan alat transportasi, tidak latihan atau berolahraga secara teratur dan

lebih banyak menghabiskan kegiatan dalam posisi duduk diam dan berdiri

dengan sedikit bergerak misalnya staf dan karyawan kantor. Pada kategori

sedang adalah orang yang tidak terlalu banyak menggunakan energi, namun

lebih banyak mengeluarkan energi bila dibandingkan dengan yang beraktivitas

ringan. Pada umumnya orang-orang tersebut melakukan suatu pekerjaan berat

namun dalam satu jangka waktu tertentu, misalnya kegiatan harian yang

dilakukan selama satu jam (langsung atau bertahap dalam hari yang sama).

Orang-orang yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat bila orang

tersebut dalam kesehariannya melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak

energi seperti menari, berenang, bekerja sebagai buruh tani yang melakukan

pekerjaan mencangkul, berjalan kaki dalam jarak yang jauh dengan beban berat.

Konsumsi Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat

hidup sehat karena pangan merupakan sumber utama zat gizi yang dibutuhkan

tubuh. Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses

metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh serta pertumbuhan

(Harper et al. 1986).

Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang

dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu dengan

jenis tunggal atau beragam.Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui

konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang baik secara kuantitatif

maupun secara kualitatif. Survei konsumsi pangan secara kuantitatif

dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi

(Suhardjo et al 1988). Metode kuantitatif juga dapat menghitung konsumsi zat

gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar

lain yang diperlukan seperti daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), daftar konversi

mentah masak (DKMM) dan daftar penyerapan minyak (DPM). Metode food

record atau diary records, digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi

(Supriasa et al 2001). Pada metode ini responden diminta untuk mencatat jenis

dan jumlah makanan dan minuman dalam satu periode waktu, biasanya satu

sampai tujuh hari. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang

mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang

dikonsumsi oleh individu.