bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4216/3/maria suriningsih - bab...

24
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Dari hasil penelitian Heny Subekti (2009) dengan judul skripsi Hubungan antara pengetahuan Ibu Tentang Diare dengan Tindakan penanganan pada Balita Di Rsud Dr. Sayidiman Magetan membuktikan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu adalah baik, yaitu sebanyak 13 responden (43,3%). Kemudian tindakan penanganan ibu dalam penanganan balita diare sebagian besar adalah baik, yaitu sebanyak 13 responden (43,33%). Berdasarkan uji Spearman Rank dengan SPSS 12 dengan tingkat signifikan 5%, diperoleh angka korelasi penghitungan sebesar 0,7 yang menunjukkan adanya korelasi . Kemudian angka probabilitas hubungan antar variabel adalah sebesar 0,0, dimana 0,0< 0,05,maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan tindakan penanganan pada balita. Dari hasil penelitian Kiran Kumar et al. (2016) yang dilakukan di kota Kalaburagi India, dengan responden ibu yang memiliki anak balita di daerah tersebut, dengan metode penelitian cross sectional dengan menggunakan kuisioner menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara status pendidikan dan praktek yang tepat dalam menangani diare (p<0,001). Oleh karena itu pendidikan kesehatan harus digunakan sebagai alat untuk mempromosikan pengetahuan dan praktek yang baik dan mengurangi morbiditas & mortalitas. Hal serupa juga disampaikan dalam penelitian Dr. Omar Yousof (2016) yang melakukan penelitian dikota Shendi India, dengan menggunakan kuisioner terhadap ibu yang memiliki anak balita diwilayah tersebut, membuktikan bahwa jumlah kasus diare yang tinggi HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

Upload: doanbao

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian Heny Subekti (2009) dengan judul skripsi

‖Hubungan antara pengetahuan Ibu Tentang Diare dengan Tindakan

penanganan pada Balita Di Rsud Dr. Sayidiman Magetan “

membuktikan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu adalah

baik, yaitu sebanyak 13 responden (43,3%). Kemudian tindakan

penanganan ibu dalam penanganan balita diare sebagian besar adalah

baik, yaitu sebanyak 13 responden (43,33%). Berdasarkan uji Spearman

Rank dengan SPSS 12 dengan tingkat signifikan 5%, diperoleh angka

korelasi penghitungan sebesar 0,7 yang menunjukkan adanya korelasi .

Kemudian angka probabilitas hubungan antar variabel adalah sebesar 0,0,

dimana 0,0< 0,05,maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Hal

ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare

dengan tindakan penanganan pada balita.

Dari hasil penelitian Kiran Kumar et al. (2016) yang dilakukan di

kota Kalaburagi India, dengan responden ibu yang memiliki anak balita

di daerah tersebut, dengan metode penelitian cross sectional dengan

menggunakan kuisioner menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat

antara status pendidikan dan praktek yang tepat dalam menangani diare

(p<0,001). Oleh karena itu pendidikan kesehatan harus digunakan sebagai

alat untuk mempromosikan pengetahuan dan praktek yang baik dan

mengurangi morbiditas & mortalitas.

Hal serupa juga disampaikan dalam penelitian Dr. Omar Yousof

(2016) yang melakukan penelitian dikota Shendi India, dengan

menggunakan kuisioner terhadap ibu yang memiliki anak balita

diwilayah tersebut, membuktikan bahwa jumlah kasus diare yang tinggi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

5

pada anak balita hanya dapat dikurangi dengan mengubah pengetahuan,

sikap dan praktek ibu terhadap penyakit diare, hal itu dapat dicapai

melalui program intervensi (pengendalian dan pencegahan).

Yang menjadi perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah metode penelitian yang digunakan dan tempat

dilakukannnya penelitian. Pada penelitian terdahulu untuk mengumpulkan

data menggunakan alat kuisioner, dengan melakukan intervensi terhadap

responden. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan alat kuisioner

terhadap ibu yang memiliki anak balita di wilayah Kecamatan Kalibagor

tanpa melakukan intervensi apapun, serta melakukan Wawancara singkat,

agar dapat menggali lebih dalam lagi sejauh mana pengetahuan ibu-ibu di

wilayah kecamatan Kalibagor terhadap penyakit diare dan tatalaksana

terapi yang dilakukan di rumah untuk menangani penyakit diare pada

balita.

Sedangkan yang menjadi persamaan pada penelitian terdahulu dengan

penelitian kali ini adalah tujuan dilakukannya penelitian, yaitu untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

diare dengan tatalaksana terapi diare di rumah yang dilakukan terhadap

balita.

B. Landasan Teori

1. Konsep Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata

(Notoatmodjo, 2012).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

6

Berdasarkan bahasa, pengetahuan merasa,bersikap dan bertindak.

Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan

lewat kegiatan merasa dan berfikir (Notoatmodjo,2009).

Berdasarkan Notoatmodjo (2007) perilaku baru seseorang dapat

terbentuk dimulai dari tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang

berupa materi atau objek disekitarnya sehingga menimbulkan

pengetahuan dan selanjutnya menimbulkan respon lebih lanjut berupa

tindakan atau praktik. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh

pengetahuan maka perilaku akan bersifat langgeng (long lasting).

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi pula tingkat

pengetahuannya dan ini diperoleh dari pengalaman seseorang

(Notoatmodjo,2012).

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah

sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses

belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan

faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial

budaya. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui

atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013).

b. Jenis Pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks

kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian

perilaku kesehatan.

Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut :

1) Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam

dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang

tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan

prinsip.

2) Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

7

wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata diwujudkan dalam

tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan

(Agus,2013).

c. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentangobyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang

telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan. Contoh: menyimpulkan,meramalkan dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materiyang telah dipelajari pada situasi dan kondisireal

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus,metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen,tetapi masih

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

8

didalam satu struktur organisasi,danmasihada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

keda, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian untuk melakukan

justification atau penilaian terhadap suatu materi atau objek

penilaian. Penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk, melakukan

justification atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penelitian-penelitian itu berdasarkan suatu criteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun

nonformal), berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan nonformal.

2) Informasi/media massa

Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

9

mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan

tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga

membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial,budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status

sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

6) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang,

semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik (Agus,2013).

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian

atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan

rumusan kalimat pertanya menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

10

Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka

yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan

yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai konsekuensinya

setiap centangan pada kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu.

Dengan demikian analisa data dilakukan dengan mencermati

banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu

mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yang bersangkutan.

Disini peneliti hanya menggunakan 2 pilihan yaitu: ―Benar‖ (B) dan

―Salah‖ (S). Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian

angka atau skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon

perskalaan. Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam

mengategorikan jenjang/ peringkat dalam penelitian biasanya

dituliskan dalam persentase. Misalnya, pengetahuan: baik = 76 –

100%; cukup = 56 – 75%; dan kurang < 56% (Arikunto,2010).

Menurut Skinner (2007) didalam buku Agus (2013: 8) pengukuran

tingkat pengetahuan dilakukan bila seseorang mampu menjawab

mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka

dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan

jawaban yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.

2. Konsep Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai

dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas

masing-masing (Notoatmodjo,2007).

Menurut Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa perilaku

kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang

berhubungan dengan sistem pelayanan kesehatan, sakit, penyakit,

makanan, minuman, serta lingkungan. Hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

11

bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya perilaku kesehatan,

diawali dengan pengalaman- pengalaman seseorang serta adanya

faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik). Pengalaman dan

lingkungan tersebut kemudian diketahui, dipersepsikan atau diyakini

seseorang sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak yang

akhirnya diwujudkan dengan perilaku, termasuk perilaku sehat.

b. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama,yaitu;

1) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencangkup : pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,

sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencangkup ketersedian sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih,

tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk

juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,

poliklinik, Posyandu,polindes, pos obat desa, dokter atau bidan

praktek swasta, dan sebagainya.

3) Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para

petugas termasuk petugas kesehatan. Selain ketiga faktor tersebut

yang mempengaruhi terbentuknya perilaku terdapat juga faktor

lain, yakni faktor inter dan esktern.Faktor intern, mencangkup:

pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya

yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.Sedangkan

faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar,baik fisik maupun non

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

12

fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

c. Domain Perilaku Kesehatan

Perilaku dibagi dalam 3 dominan (ranah/kawasan), yaitu ranah

kognitif (cognitifdomain),ranah afektif (affectivedomain), ranah

psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya

oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil

pendidikan, ketiga domain ini diukur dari:

1) Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan (knowledge).

2) Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan

yang diberikan (attitude).

3) Praktek atau tindakan yang dilakukan peserta didik sehubungan

materi pendidikan yang diberikan (pratice). Praktik atau tindakan

mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

a) Persepsi(perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama.

b) Respon terpimpin (guided response).

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dansesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik

tingkat kedua.

c) Mekanisme(mekanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis,atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan,maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d) Adopsi (adoption).

Adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

13

perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden

(Notoatmodjo, 2010).

d. Pengukuran Perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui

dua cara yaitu:

1) Secara langsung (observasi)

Yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka

memelihara kesehatannya.

2) Secara tidak langsung

Yaitu menggunakan metode mengingat kembali (recall),

metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap

subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan

obyek tertentu (Notoatmodjo,2007).

3. Konsep Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh, dan pendidik bagi

anak- anaknya. Pola asuh ibu adalah pemberian kasih sayang, perhatian,

rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga dan memungkinkan anak

tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Kebutuhan dasar

untuk tumbuh kembang anak dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu

asuh ,asih dan asah.

1) Asuh

adalah kebutuhan fisik–biomedis yang meliputi: nutrisi yang

mencukupi dan seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian,

perumahan, hygiene diri dan lingkungan, dan kesegaran jasmani

(olah ragadan rekreasi).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

14

2) Asih

adalah pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang. Ikatan emosi dan

kasih sayang yang erat antara ibu dengan anak sangatlah penting, karena

berguna untuk menentukan perilaku anak di kemudian hari, merangsang

perkembangan otak anak,serta merangsang perhatian anak terhadap dunia

luar.

3) Asah

adalah kebutuhan stimulasi yang merupakan kebutuhan yang sangat

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Nursalam,

2008).

4. Konsep Anak Balita

Anak balita adalah anak yang berumur dibawah lima tahun (1-4

tahun). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita,

karena pada masa balita tersebut pertumbuhan dasar yang akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada

masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas,

kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan

merupakan landasan perkembangan berikutnya. Sehingga setiap kelainan

atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi dan ditangani

secara baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak

kemudian hari. Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena

pada masa ini anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Beberapa

kondisi yang menyebabkan anak balita rawan gizi dan rawan kesehatan

antara lain:

a. Biasanya anak balita sudah mempunyai adik, atau ibu yang bekerja

penuh, sehingga perhatian ibu berkurang.

b. Anak balita sudah mulai bermain di tanah yang memungkinkan untuk

terinfeksi berbagai macam penyakit. (Notoatmojo, 2007).

Penyebaran imunisasi banyak menurunkan angka penyakit utama pada

masa kanak-kanak bahkan menjadi hampir musnah dinegara-negara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

15

industri barat. Akan tetapi di negara berkembang, penyakit yang sudah

ditangkal oleh vaksin seperti campak, batuk rejan, dan tuberkulosis masih

menelan korban dalam jumlah besar. Infeksi diare bertanggung jawab

atas1/5 dari 11,2 juta jiwa anak-anak yang meninggal pada usia dibawah

lima tahun pada daerah ini tiap tahunnya (Papalia, 2008).

Penyakit-penyakit utama biasa berlangsung beberapa hari dan

terkadang menjadi cukup serius sehingga membutuhkan bantuan dokter.

Karena paru-paru belum berkembang dengan sempurna, masalah

pernafasan umum dijumpai. Anak berusia 3-5 tahun biasanya menderita

tujuh sampai delapan kali flu dan penyakit pernafasan lain tiap tahun.

Disisilain penyakit- penyakit tersebut sebenarnya merupakan hal yang

baik bagi anak-anak, sebab dapat membantu membangun imunitas alami

(ketahanan terhadap berbagai penyakit) (Papalia,2008).

5. Konsep Diare

a. Definisi diare

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak

normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan

volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada

neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah

(Alimul,2012).

b. Jenis diare

Secara klinis diare dapat dibedakan menjadi tiga macam sindrom,

yaitu:

1) Diare Akut (Gastroenteritis)

Diare akut terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang

sebelumnya sehat. Diare akut berlangsung singkat dalam beberapa

jam sampai 7 hari atau 14 hari. Diare akut disebabkan oleh virus

atau kuman, akibat efek samping obat atau gejala dari gangguan

saluran cerna. Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara

fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Peluang

untuk mengalami diare akut antara laki-laki dan perempuan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

16

hamper sama. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila

asupan makanan berkurang juga mengakibatkan kurang gizi, dan

kematian dapat diakibatkan oleh dehidrasi.

2) Disentri

Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses,

menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan

kerusakan mukosa usus akibat bakteri invasif.

3) Diare Persisten

Diare persisten adalah diare yang pada mulanya akut, tetapi

berlangsung lebih dari 14 hari. Kejadian dapat dimulai sebagai

diare cair atau disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan

berat badan yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang

banyak sehingga pasien beresiko mengalami dehidrasi

(Sodikin,2012).

c. Penyebab Diare

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

1) Faktor Infeksi

a) Infeksi Enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak. Misalnya; Infeksi

bakteri E.coli, infeksi Rotavirus, dan infeksi Parasit (cacing dan

protozoa).

b) Infeksi Parenteral, yaitu infeksi diluar alat pencernaan

makanan. Misal ; otitis media akut, yaitu suatu penyakit infeksi

atau peradangan telinga bagian tengah yang biasanya

disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorokan dan

biasanya sering terjadi pada bayi dan anak berumur dibawah

dua tahun.

2) Faktor Malabsorpsi

a) Malabsorpsi Karbohidrat

b) Malabsorpsi Lemak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

17

c) Malabsorpsi Protein

3) Malabsorpsi Protein Faktor Makanan

a) Makanan Basi

b) Makanan Beracun

c) Alergi terhadap makanan

4) Faktor Psikologis

a) Karena rasa takut

b) Karena rasa cemas

d. Patogenesis Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1) Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus.

Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus

mengeluarkan sehingga timbul diare.

2) Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga

usus.

3) Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya

bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

e. Penyebaran kuman penyebab diare

Kuman penyebab diare menyebar melalui mulut (orofekal),

diantaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh feses

dan/atau kontak langsung dengan feses penderita. Beberapa perilaku

khusus menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan

risiko terjadinya diare, yaitu:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

18

1) Tidak memberi ASI eksklusif selama 4-6 bulan pertama

kehidupan. Risiko menderita diare berat beberapa kali lebih besar

pada bayi yang tidak mendapat ASI dibandingkan bayi yang

mendapat ASI eksklusif. Risiko kematian karena diare juga lebih

besar.

2) Menggunakan botol susu yang tidak bersih

Sewaktu susu dimasukan kedalam botol yang tidak bersih, terjadi

kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum, kuman dapat

berkembang baik di dalamnya.

3) Menyimpan makanan matang pada suhu kamar. Jika makanan

disimpan beberapa jam pada suhu kamar, kuman dapat

berkembang biak di dalamnya.

4) Menggunakan air minum tercemar bakteri yang berasal dari feses.

Air mungkin terpajan pada sumbernya atau pada saat disimpan

dirumah.

5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah

membuang feses, atau sebelum memasak makanan.

6) Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar

(Sodikin,2012).

f. Diagnosis Diare

1) Anamnase

Dari penderita atau keluarga diperoleh keterangan :

Lamanya sakit

a) Frekuensinya

b) Warnanya

c) Baunya

d) Ada tidaknya batuk,panas dan kejang

e) Jenis, bentuk, banyaknya makanan dan minuman sebelum dan

sesudah sakit

f) Berat badan sebelum sakit

2) Gejala Klinis

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

19

Gambaran awal diare dimulai dengan bayi atau anak menjadi

cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair

mungkin mengandung darah dan/lendir, dan feses berubah menjadi

kehijauan karena bercampur empedu. Gejala dapat terjadi sebelum

atau sesudah diare. Bila penderita sudah banyak mengalami

kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi. Berat

badan turun, pada bayi ubun-ubun besar, tonus otot dan turgor kulit

menurun, dan selaput lendir mulut serta bibir terlihat kering

(Sodikin,2012).

3) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan Tinja, meliputi pemeriksaan :

(1) Makroskopis dan mikroskopis

(2) PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus

(3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi

b) Pemeriksaan gangguan keseimbangan gangguan asam basa

dalam darah,dengan menentukan pH dan cadangan alkali.

c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal

ginjal.

d) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium,

kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita

diare disertai kejang).

e) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad

renik atau parasit (terutama pada penderita diare kronik).

g. Pencegahan Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare pada balita yang benar dan

efektif yang dapat dilakukan adalah:

1) Perilaku Sehat

a) Pemberian ASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

20

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat

makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk

dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI bersifat

steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula

atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan

yang dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian

ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa

menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri

dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan

seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI

Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka

berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya,

pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan

makanan lain ( proses menyapih). ASI mempunyai khasiat

preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zat-

zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan

perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir,

pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lndung 4 kali

lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang

disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui

mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare untuk susu

formula, beresiko tinggi menyebabkan diare yang dapat

mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b) Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara

bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.

Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik

meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana

makanan pendamping ASI diberikan.

c) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

mulut. Kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk kedalam

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

21

mulut melalui makanan, minuman,atau benda yang tercemar

dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah

atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar.

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare

yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air

tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai

penyimpanan di rumah.

d) Mencuci Tangan

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air

besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan

makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan angka

kejadian diare sebesar 47%).

e) Menggunakan Jamban

Pengalaman dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak

mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus

buang air besar di jamban.

f) Membuang Tinja Bayi Yang benar

Tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan

orang tuanya, sehingga tinja bayi harus dibuang secara benar.

g) Pemberian imunisasi campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk

mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang

sakit campak sering disertai diare, seingga pemberian imunisasi

campak juga dapat mencegah diare. Imunisasi campak

diberikan segera setelah bayi berumur 9 bulan.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

22

2) Penyehatan Lingkungan

a) Penyediaan Air Bersih

Untuk mencegah terjadinya penyakit diare, penyediaan air

bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia.

Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.

b) Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang

biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb.

Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk

mencegah penularan penyakit diare.

c) Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus

segera dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber

penuaran penyakit. Sarana pemuangan air limbah yang tifak

memenuhi syarat akan menimbulkan bau, menganggu estetika

dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan

bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan

penyakit (Kemenkes RI, 2011).

h. Penataksanaan Diare

Melaksanakan tatalaksana diare yang standar melalui Lima Langkah

Tuntaskan Diare (LINTAS Diare ),meliputi :

1) Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, yang

dapat mengurangi mual dan muntah. Apabila tidak tersedia,

berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air

matang. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare

untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa

minum harus segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat

pertolongan cairan melalui infus.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

23

Cara membuat dan memberikan oralit di rumah:

- 1 bungkus oralit masukan ke dalam 200 ml (1gelas) air

matang.

- Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok apabila muntah

tunggu 10 menit,kemudian berikan lagi.

- Berikan setiap habis buang air besar.

Cara membuat Larutan Garam-Gula (LGG) dan Larutan Garam-

Tajin (LGT):

- Larutan Garam-Gula (LGG):

Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat

sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200ml) air matang.

Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan

garam-gula yang siap digunakan.

- Larutan Garam-Tajin :

Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok makan munjung

(100gram) tepung beras, 1 (satu) sendok teh (5gram) garam

dapur, 2 (dua) liter air. Setelah dimasak hingga mendidih

akan diperoleh larutan garam-tajin yang siap digunakan

(Ronald H. Sitorus, 2008).

Derajat Dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi, yaitu :

a) Diare tanpa dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini

atau lebih :

Keadaan umum : Baik

Mata : Normal

Rasa haus : Normal, minum biasa

Turgor kulit : Kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi, yaitu :

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak

mencret

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

24

Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak

mencret

Umur diatas 5 tahun : 1 – 1 ½ gelas setiap kali

anak mencret

b) Diare dehidrasi ringan / sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda

dibawah ini atau lebih :

Keadaan Umum : Gelisah, rewel

Mata : Cekung

Rasa haus : Haus, ingin minum banyak

Turgor Kulit : Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/KgBB

dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti

diare tanpa dehidrasi.

c) Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda dibawah ini atau

lebih :

Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

Mata : Cekung

Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas

minum

Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari

2 detik )

Penderita yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas untuk di Infus.

2) Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu

mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi

frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta

menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

25

berikutnya. Semua anak diare harus diberi Zinc segera saat

anak mengalami diare. Zinc tetap diberikan selama 10 hari

walaupun diare sudah berhenti.

Dosis pemberian Zinc pada balita :

Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 mg ) per hari

selama 10 hari

Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg ) per hari

selama 10 hari

Cara pemberian tablet Zinc :

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,

sesudah larut berikan pada anak diare.

3) Pemberian ASI / Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan

tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang

masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang

minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang

mudah dicerna dan diberikan sedikit demi sedikit dan lebih

sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan.

4) Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.

Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan

darah ( sebagian besar karena shigellosis ), suspek kolera.

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak

yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat

5) Pemberian Nasehat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

26

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus

diberi nasehat tentang :

Cara memberikan cairan dan obat dirumah

Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan

bila:

Diare lebih sering

Muntah berulang

Sangat haus

Makan/minum sedikit

Timbul demam

Tinja berdarah

Tidak berdarah

Tidak membaik dalam 3 hari ( Kemenkes RI, 2011 ).

C. Kerangka Konseptual

Variabel Bebas Variabel Terikat

Keterangan:

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1Kerangka konsep pengetahuan dan tindakan ibu dalam melakukan tata

laksana terapi diare pada balita di Kecamatan Kalibagor

Faktor yang mempengaruhi

perilaku:

a. Faktor Predisposisi

b. Faktor Pemungkin

c. Faktor Penguat

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan:

a. Usia

b. Pendidikan

c. Pekerjaan

d. Budaya

e. Sosial ekonomi

Tindakan ibu dalam melakukan

tata laksana terapi diare pada balita

Pengetahuan ibu tenteng diare

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

27

D. Hipotesis

Menurut penelitian Heny Subekti (2009) yang membuktikan bahwa

sebagian besar tingkat pengetahuan ibu adalah baik, Kemudian

tindakan ibu dalam penanganan balita diare sebagian besar adalah

baik maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Hal ini

berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare

dengan tindakan penanganan diare pada balita.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017