bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menopause
1. Pengertian
Menopause adalah masa di mana haid sama sekali berhenti (Halim,
1996).
Menurut Nutraforbalance (2006) menopause adalah haid terakhir
atau saat terjadinya haid terakhir yang disebabkan menurunnya fungsi
ovarium.
Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12
bulan atau satu tahun. Hal ini umumnya terjadi ketika perempuan
memasuki usia 48 hingga 52 tahun (BKKBN, 2006).
Menurut National Institutes of Health, Amerika Serikat seperti
yang dikutip oleh Mangoenprasodjo (2004), menopause merupakan tahap
akhir proses biologi yang dialami wanita berupa penurunan produksi
hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron dari indung telur.
2. Tahap-tahap menopause
Tahap-tahap dalam menopause menurut Nirmala (2003) meliputi :
a. Pramenopause
Masa tiga hingga sepuluh tahun sebelum datangnya
menopause. Seorang wanita akan mulai mengalami gejala-gejala
berikut ini :
9
1) Datangnya haid tidak teratur.
2) Suasana hati berubah-ubah.
3) Gejolak panas selama waktu haid.
b. Menopause
Ini adalah masa yang ditandai dengan berhentinya haid yang
disebabkan tubuh sudah kehabisan sel telur dan penurunan hormon
estrogen.
Pada masa ini wanita mengalami berbagai gejala berikut :
1) Hot flushes atau hot flashes, yaitu gejolak panas yang dirasakan
pada tubuh bagian atas.
2) Keringat yang berlebihan dan jantung sering berdebar keras.
3) Tekanan darah meningkat (gejala ini tidak kasat mata).
4) Berat badan bertambah, tubuh serasa menggelembung atau
membengkak.
5) Vagina mengering.
6) Osteoporosis atau rapuh tulang.
c. Pascamenopause
Adalah tahap atau sebagian besar penderitaan akibat
menopause telah menghilang. “Hot flushes“ telah mereda atau tidak
sesering sebelumnya, dan emosi mulai stabil.
10
Tahap-tahap menopause dapat digambarkan sebagai berikut :
(Manuaba, 1999)
Gambar 1 : Tahap-tahap menopause
3. Rata-rata usia menopause
Dari hasil studi retrospektif dan cross-sectional diketahui bahwa
umur rata-rata seorang wanita memasuki masa menopause menurut Yatim
(2001) adalah sebagai berikut :
a. Pada wanita Eropa (ras Kaukasus) adalah umur 47, 49-50,2 tahun.
b. Pada wanita ras Negro adalah umur 49, 31 tahun.
c. Pada wanita ras Melanesia adalah umur 47, 3 tahun.
d. Pada wanita ras Asia adalah umur 44 tahun.
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Umur (dalam tahun)
Men
opau
se
Pramenopause Paskamenopause
estrogen
gonadotropin
11
4. Faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat wanita memasuki
menopause
Faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat wanita
memasuki menopause menurut Yatim (2001) yaitu :
a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch).
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama
mendapat haid pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause.
Semakin muda umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin tua
usia memasuki menopause.
b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan.
Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah dan
bekerja, umur memasuki menopause lebih muda dibanding dengan
wanita sebaya yang tidak bekerja dan menikah.
c. Jumlah anak.
Meskipun kenyataan ini masih kontroversial, ada peneliti yang
menemukan, makin sering melahirkan, makin tua baru memasuki usia
menopause. Tapi kenyataan ini lebih terjadi pada golongan ekonomi
berkecukupan dibandingkan dengan golongan masyarakat ekonomi
kurang mampu.
d. Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB).
Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung
telur, kelihatannya wanita yang menggunakan pil KB lebih lama baru
memasuki umur menopause.
12
e. Merokok.
Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia
menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Dari penelitian yang masih sedikit dilakukan, kelihatannya wanita
yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m dari permukaan laut
lebih cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan
wanita yang tinggal di ketinggian < 1000 m dari permukaan laut.
g. Sosio-ekonomi.
Seperti juga usia pertama kali mendapat haid, menopause juga
kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi.
h. Menopause yang terlalu dini dan menopause yang terlambat.
Umur rata-rata perempuan Inggris memasuki menopause pada umur 45
tahun sebanyak 4,3 persen dan umur 54 tahun sebanyak 96,4 persen
sudah memasuki menopause. Sedangkan pada menopause terlalu dini
ditemukan adanya penurunan fungsi kelenjar indung telur mulai umur
30-45 tahun.
5. Gejala menopause
Ada 35 gejala yang lazim dialami oleh wanita selama
pramenopause dan menopause menurut Nirmala (2003) yaitu :
a. Hot flushes : rasa panas yang mendadak pada wajah, lengan, leher, dan
tubuh bagian atas, dan mengucurnya keringat pada malam hari.
b. Jantung berdetak lebih cepat.
13
c. Kecenderungan cepat marah atau cepat tersinggung.
d. Suasana hati berubah-ubah, air mata keluar mendadak.
e. Hilangnya libido, bagi sejumlah wanita begitu terasa sehingga
membuat mereka menolak melakukan hubungan seks.
f. Vagina mengering, mengakibatkan rasa sakit pada saat berlangsungnya
hubungan seks.
g. Haid tidak teratur : lebih sedikit atau lebih banyak bahkan membanjir,
siklus lebih pendek atau lebih panjang.
h. Kesulitan tidur pulas sepanjang malam, dengan atau tanpa gangguan
mengalirnya keringat secara berlebih.
i. Kelelahan secara berlebihan.
j. Kram atau kejang urat.
k. Payudara mengendur.
l. Sulit berkonsentrasi, berorientasi, dan gelisah.
m. Gangguan karena hilangnya memori.
n. Inkontinensia : mengeluarkan urine tanpa bisa dicegah terutama saat
bersin dan tertawa. Ini mencerminkan hilangnya kelenturan otot halus.
o. Kulit terasa gatal-gatal.
p. Sendi, otot, urat terasa sakit dan ngilu-ngilu.
q. Keseimbangan sering hilang.
r. Perasaan takut, prihatin, murung termasuk ketakutan membayangkan
kematian.
s. Pusing kepala semakin sering atau semakin jarang terjadi.
14
t. Radang perut, pencernaan terganggu, muncul gas dalam perut atau
usus, dan mual-mual.
u. Depresi, timbul perasaan tidak berdaya. Kondisi ini dapat diperbaiki
dengan terapi sulih hormon.
v. Berat badan bertambah, terutama di bagian pinggang dan paha,
sehingga garis pinggang hilang.
w. Terjadinya bengkak-bengkak pada sebagian tubuh.
x. Memburuknya kondisi kesehatan.
y. Meningkatnya alergi.
z. Rambut rontok atau menipis di kepala, kemaluan atau seluruh tubuh,
meningkatnya bulu-bulu pada wajah.
aa. Perasaan cemas tanpa penyebab yang berarti.
bb. Perubahan bau tubuh.
cc. Timbulnya perasaan seperti tersengat listrik di bawah kulit dan kepala,
lapisan jaringan antara kulit dan otot seperti terkena jepretan karet. Ini
tanda-tanda awal dari “hot flashes”.
dd. Gelenyar-gelenyar di kaki dan tangan, mungkin juga merupakan gejala
kekurangan vitamin B 12, penyakit diabetes, perubahan kelenturan
pembuluh darah, menipisnya kadar potasium atau kalsium.
ee. Gangguan pada gusi, misalnya pendarahan.
ff. Lidah terasa panas, langit-langit seperti terbakar, mulut masam, nafas
berbau.
gg. Osteoporosis (beberapa tahun sesudahnya).
15
hh. Perubahan pada kuku : lebih lunak, retak-retak dan mudah patah.
ii. Tinnitus : telinga mendengar suara-suara yang mengganggu.
6. Dampak menopause
Sebagian besar wanita di Indonesia tidak mengetahui dampak yang
bisa timbul saat memasuki masa menopause. Ketidaktahuan itu didasari
pandangan yang menganggap menopause itu gejala alami. Padahal saat
memasuki masa tidak haid itu lagi, wanita bisa saja menjadi rentan
terhadap penyakit fisik seperti “ hot flushes “, sakit kepala, sakit sendi dan
otot, sakit punggung, vagina mengering sehingga mengakibatkan rasa
nyeri sewaktu senggama, pengeroposan tulang, dan penyakit jantung.
Penyakit fisik tersebut dapat berdampak pada segi biologis wanita
tergantung dari berat ringannya gejala fisik yang dialami. Dapat demikian
ringan pada seseorang, namun bisa sampai melumpuhkan aktivitas sehari-
hari pada wanita yang lain.
Menopause juga berdampak pada segi psikologis wanita, karena
kebanyakan wanita menganggap menopause sebagai gerbang selamat
datang usia lanjut, pudarnya daya pikat fisik dan seksual, bahkan pikiran
yang menganggap usia lanjut adalah anggota masyarakat yang tidak
produktif yang hanya menciptakan beban dalam hidup. Hal ini
menyebabkan wanita merasa murung, merasa tidak disayangi, mudah
tersinggung, dan marah (Mangoenprasodjo, 2004).
Dampak psikologis di atas juga berdampak pada kehidupan
sosialnya dimana akan mengakibatkan kesulitan berhubungan dengan
16
orang lain. Menurut Yatim (2001), gangguan dalam hubungan sosial dapat
berupa curiga berlebihan, kurang berkonsentrasi, dan tidak mampu
memberikan keputusan.
Selain dampak-dampak tersebut, menurut Nugraha (2007) ada juga
perubahan yang kadang terjadi selama menopause yaitu pada gairah
seksual wanita pada masa menopause. Gairah seksual tersebut dapat
bertambah dan menurun. Pengurangan gairah seksual sering disebabkan
oleh karena adanya anggapan bahwa sejak menopause identitas
kewanitaan mereka berkurang, apalagi perubahan fisik disekitar organ
intim dimana vagina terasa kering dan vulva menjadi tipis membuat
hubungan seks terasa sakit, sehingga para wanita menghindari hubungan
intim. Hal itu tentu saja akan mengecewakan pasangannya, tidak jarang
pasangannya dalam hal ini suami mencari kepuasan di luar.
Sebaliknya gairah seks yang meninggi disertai rasa kesepian dan
kecewa karena ditinggalkan oleh suami yang tetap sibuk dan tidak
mengerti bahwa istrinya sedang menghadapi masa yang rawan, ditambah
rasa sepi ditinggalkan oleh anak-anak yang sudah besar yang tidak terlalu
membutuhkan perhatian lagi, dapat mendorong wanita usia menopause
mencari kepuasan pada pria lain atau memiliki pria lain. Hal ini didukung
penelitian yang dilakukan di Jakarta oleh sebuah media massa bahwa
faktor utama wanita mencari pria lain selain suami adalah kesepian
(22 %), disusul rasa kecewa terhadap suami (14 %), selanjutnya faktor-
faktor lain seperti iseng, mencari kepuasan bercinta, mencari variasi,
17
sering bertemu di tempat kerja, dan lain-lain. Apalagi adanya faktor bahwa
wanita diusia menopause umumnya telah menyelesaikan ambisi dan cita-
cita mereka serta tidak mungkin untuk hamil, membuat mereka lebih
leluasa untuk memiliki pria lain. Tentu saja semua ini tergantung pada
status ekonomi, moral, serta sejauh mana keharmonisan hubungan dengan
pasangan mereka dalam menikmati kehidupan seksualnya.
7. Pilihan terapi dalam menghadapi menopause
Beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi
menopause menurut Nirmala (2003) yaitu :
a. Terapi hormon
Terdiri dari terapi sulih hormon (TSH) dan terapi sulih hormon
alami (TSHA). TSH menyangkut suplai hormon estrogen bagi wanita
yang mengalami menopause. TSH adalah terapi pemberian estrogen
dengan tujuan melindungi tulang dan jantung wanita yang sudah
menopause. Sedang TSHA merupakan terapi yang mengandung
progesteron alami, 17beta estradiol, DHEA, pregnenolon, dan
testosteron alami. Wanita yang menggunakan hormon alami
dianjurkan untuk melakukannya di bawah pengawasan dokter, karena
berdasarkan survai Women’ s Health Initiative, akibat buruk TSHA
ternyata lebih besar dibandingkan manfaatnya. TSHA ternyata dapat
meningkatkan resiko kanker payudara, penyakit jantung, stroke, dan
penyumbatan pembuluh darah.
18
b. Naturopati
Metode pengobatan naturopati bersifat holistik dan person
centered, tidak bisa dipukul rata untuk pengobatan setiap pasien.
Tergantung pada jenis kelamin, sifat dan karakter pasien. Naturopati
tidak mengobati gejalanya, tetapi sumber atau penyebab penyakitnya.
Pengobatan naturopati dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain pengaturan pola makan, pemberian suplemen dengan dosis
tertentu, pengaturan aktivitas, penggunaan manual therapy, dan
sebagainya, sampai kepada pemberian herbal atau fitofarmaka, yaitu
menggunakan preparat tanaman dalam bentuk single extraction.
c. Aromaterapi
Aromaterapi adalah sistem perawatan dan penatalaksanaan
kesehatan dengan menggunakan minyak esensial yang diperoleh dari
saripati tumbuhan aromatik, contohnya Rose, Geranium, Lavender,
Rosemary, dan lain lain.
d. Akupunktur
Terapi ini diterapkan berdasarkan konsep energi kehidupan (chi
atau qi dalam pengobatan Cina tradisional). Para pakar pengobatan
Cina percaya bahwa qi mengalir dalam tubuh melalui 12 saluran yang
disebut meridian. Jika alirannya terhambat maka gejala-gejala penyakit
akan muncul. Dengan menusukkan jarum-jarum akupunktur pada titik-
titik tertentu, maka aliran qi lancar kembali dan hambatan dapat
dihilangkan. Khusus bagi wanita menopause, akupunktur dapat
19
mengurangi gejolak panas, mengatasi depresi, uring-uringan, dan rasa
cemas.
e. Gizi
Gizi memainkan peran yang penting bagi wanita menopause
dalam menjaga kesehatan, karena wanita pada masa menopause
kehilangan hormon estrogen. Untuk menggantikannya, ia perlu
mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen yang
terkandung dalam banyak bahan makanan seperti serealia (beras
merah, havermut), biji-bijian (wijen), buah-buahan (stroberi, jeruk),
kacang-kacangan (kedelai, kacang hijau), dan sayuran (buncis,
brokoli).
f. Pengendalian emosi
Dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti menikmati
pijitan, mandi air hangat dengan shower, mendengarkan musik, dan
olah nafas.
g. Olahraga
Olahraga bermanfaat bagi wanita-wanita dalam tahun-tahun
menopause. Menurut Susan Lark seperti yang ditulis oleh Nirmala
(2003), bahwa olahraga membantu meringankan bahkan mencegah
banyak gejala menopause seperti “hot flashes” dan mengucurnya
keringat pada malam hari, penipisan dan iritasi vagina serta saluran
kencing, depresi, insomnia, osteoporosis, dan meningkatnya faktor
resiko kardiovaskuler (yang berkaitan dengan jantung).
20
B. Pengetahuan
2. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2003).
3. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan terdiri dari enam
tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
21
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain. Misal : dapat menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di
dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
22
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Nasution (2003)
adalah :
a. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang,
maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru, sehingga
akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira
23
sesuai atau tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang
dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman di sini berkaitan dengan umur dan pendidikan
individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas
sedang umur semakin banyak (bertambah tua).
e. Sosial ekonomi
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
disesuaikan dengan penghasilan yang ada. Sehingga menuntut
pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin,
begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada,
mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.
4. Cara pengukuran
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas
(Notoatmodjo, 2003).
5. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002) ada berbagai macam cara untuk
mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah,
yaitu :
24
a. Cara tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional
dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum
ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara
sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode
ini antara lain :
1) Cara coba-coba salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu
seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya
pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba saja. Dimana
metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama
untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode
coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang
belum atau tidak tahu cara memecahkan masalah.
2) Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa
melakukan penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari
generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima
dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
25
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan
diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, dan otoritas ilmu
pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah
dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua
pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik
kesimpulan dengan benar. Untuk dapat menarik kesimpulan dari
pengalaman dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan
logis.
4) Melalui jalan pikir
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,
26
manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi
dan deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-
pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya
sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi
penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung
terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil
pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya
diambil kesimpulan umum.
B. Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Purwanto (1998) sikap adalah pandangan atau perasaan
yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang
obyek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu obyek,
tidak ada sikap yang tanpa obyek.
Menurut Walgito (2003) sikap merupakan organisasi pendapat,
keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang
disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang
27
tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu
yang dipilihnya.
2. Tingkatan sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang
terhadap menopause dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang
itu terhadap ceramah-ceramah tentang menopause.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
28
3. Struktur sikap
Struktur sikap menurut Walgito (2003) dibentuk oleh tiga
komponen yaitu :
a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan. Hal-hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan objek
sikap
b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa
senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap,
yaitu positif dan negatif.
c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap,
yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
4. Fungsi sikap
Sikap menurut Katz seperti dikutip oleh Walgito (2003)
mempunyai empat fungsi yaitu :
a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat
Fungsi ini berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini sikap
merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai
29
sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai
alat dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi
manfaat, yaitu sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam rangka
pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi penyesuaian, karena
dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap sekitarnya.
b. Fungsi pertahanan ego
Merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi
mempertahankan egonya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu
orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi
individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
mengekspresikan diri, seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat
menunjukkan keadaan dirinya. Dengan individu mengambil sikap
tertentu terhadap suatu nilai, itu menggambarkan keadaan sistem nilai
yang ada pada individu yang bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada
pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu
yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.
d. Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin dimengerti, dengan
pengalaman-pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan.
Seseorang yang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek
30
menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap
yang bersangkutan.
5. Faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Walgito (2003)
adalah :
a. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis seseorang akan ikut menentukan bagaimana
sikap seseorang. Berkaitan dengan ini adalah faktor umur dan
kesehatan. Pada umumnya orang muda sikapnya lebih mengikuti
kemauannya (egonya) daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan
orang dewasa sikapnya lebih moderat. Dengan demikian masalah umur
akan berpengaruh pada sikap seseorang. Orang yang sering sakit lebih
bersikap tergantung daripada orang yang tidak sakit.
b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap
Sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh
pengalaman langsung orang yang bersangkutan dengan objek sikap
tersebut.
c. Faktor kerangka acuan
Kerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam sikap
seseorang, karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek
sikap. Bila kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka
orang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap
tersebut.
31
d. Faktor komunikasi sosial
Faktor komunikasi sosial yang berwujud informasi dari
seseorang kepada orang lain dapat menyebabkan perubahan sikap yang
ada pada diri orang yang bersangkutan
6. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap menurut Purwanto (1998) adalah :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena
itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-
keadaan dan syarat-syarat yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu obyek.
d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Ini berarti
bahwa sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti oleh perasaan
tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga
dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap objek
tersebut. Di samping itu sikap juga mengandung motifasi, yang berarti
bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk
berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.
32
7. Pembentukan sikap
Menurut Niven (2000) seseorang tidak dilahirkan di dunia dengan
dibekali pengetahuan, anak akan memperoleh pengetahuan tersebut dalam
waktu yang bertahap. Hasil atau pengetahuan didapatkan melalui beberapa
tahap, yaitu :
a. Pengkondisian instrumen
Kata kunci yang akan menjelaskan proses ini adalah imbalan.
Imbalan yang diberikan tidak perlu besar, pada beberapa kasus cukup
dengan respon positif yang sederhana pada anak. Lebih dari suatu
periode anak-anak akan menerima sikap dari orang lain dalam
kehidupannya selama pengalaman anak yang berkelanjutan di antara
penguatan positif dan hukuman.
b. Pembentukan model
Kata kunci dari proses ini adalah proses meniru. Anak akan
terus-menerus memperhatikan perilaku orang dewasa sebagai suatu
informasi. Tidak mengherankan apabila orang dewasa akan ikut
memberikan pengaruh pada anak dengan tingkah laku dan perkataan
mereka. Pengaruh ini seringkali tidak disadari orang yang menjadi
model.
c. Pengalaman langsung
Proses ketiga pada pembentukan sikap seseorang adalah
pengalaman langsung dari suatu objek atau dirinya sendiri. Menurut
Baron dan Byrne (1991) banyak orang yang tidak puas dengan
33
pendapat orang lain pada suatu objek atau seseorang dan ingin
membuktikan pendapatnya sendiri secara langsung dalam rangka
membentuk pendapatnya sendiri. Sikap yang didapat dari pengalaman
langsung akan lebih kuat dan sulit untuk dilupakan dibandingkan sikap
yang dibentuk dari pengalaman orang lain (Niven, 2000).
Ada dua implikasi utama pada penelitian tentang pembentukan
sikap, yaitu :
1) Sangat mudah untuk mempengaruhi sikap seseorang pada saat
pembentukan sikap dibandingkan apabila sikap sudah terbentuk
selama bertahun-tahun. Orang tua memiliki peran yang paling
penting dalam perkembangan sikap anak.
2) Teori pembelajaran dari lingkungan sosialnya telah
memperlihatkan pentingnya mengarahkan anak pada model yang
baik. Demikian juga media cetak dan elektronik mempunyai peran
yang sama dalam menyampaikan info atau pendidikan kesehatan.
8. Faktor pengubah sikap
Faktor-faktor yang dapat mengubah sikap menurut Walgito (2003)
adalah :
a. Faktor kekuatan atau force
Kekuatan atau force dapat memberikan situasi yang dapat
mengubah sikap. Kekuatan ini dapat bermacam-macam bentuknya,
misalnya kekuatan fisik, kekuatan ekonomi, kekuatan yang berwujud
peraturan-peraturan, dan sebagainya.
34
b. Berubahnya norma kelompok
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk membentuk atau
mengubah sikap dapat dengan cara mengubah norma kelompok.
Dengan diubahnya norma dalam kelompok maka anggota kelompok
harus mengikuti norma baru yang dibentuk.
c. Berubahnya membership group
Berubahnya membership group akan dapat pula mengubah
sikap seseorang. Individu tergabung dalam berbagai macam kelompok
yang ada dalam masyarakat, baik karena kepentingan bersama atau
tujuan bersama. Dengan berubahnya membership group, akan dapat
berubah pula norma-norma yang ada dalam diri individu tersebut.
d. Berubahnya reference group
Dengan berubahnya kelompok acuan atau reference group
akan dapat mengubah sikap seseorang. Sikap dapat berubah dengan
berubahnya membership group, dan kemudian membawa pula
perubahan dalam kelompok acuannya, yang akhirnya akan membawa
perubahan dalam sikap seseorang.
e. Membentuk kelompok baru
Dengan membentuk kelompok yang baru, akan dapat pula
mengubah atau membentuk sikap yang baru pula. Pembentukan
kelompok yang baru, akan terbentuk pula norma-norma baru, hal ini
memungkinkan terbentuknya sikap yang baru pula.
35
B. Kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause
Kematangan diri seseorang membentuk sifat dan kekuatan dalam diri
untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disebut kesiapan. Kesiapan yang
dimaksud yaitu kesiapan untuk menghadapi sesuatu dan untuk bertingkah
laku.
1. Pengertian
Menurut Soemanto (2006) kesiapan adalah kesediaan seseorang
untuk berbuat sesuatu.
Menurut Cronbach kesiapan adalah segenap sifat atau kekuatan
yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu (Soemanto,
2006).
Kesiapan sebagai suatu pola perilaku tendensi atau kesiapan
antisipatif dan predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial
atau secara sederhana. Kesiapan adalah respon terhadap stimuli sosial
yang telah terkondisikan (Azwar, 1995).
Menurut Azwar (1995) teori kesiapan yaitu teori stimulus respons
dan penguatan. Proses perubahan kesiapan di sini ada tiga variabel yang
penting yaitu perhatian, pemahaman, dan penerimaan.
Kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause adalah
kesediaan wanita premenopause untuk bertindak dalam menghadapi segala
sesuatu yang berhubungan dengan menopause.
36
2. Faktor pembentuk kesiapan
Menurut Soemanto (2006) faktor pembentuk kesiapan adalah :
a. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, ini menyangkut
pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada
umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.
b. Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan
individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi
berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta
tekanan-tekanan lingkungan.
3. Prinsip-prinsip kesiapan
Perkembangan kesiapan terjadi dengan mengikuti prinsip-prinsip
tertentu. Menurut Soemanto (2006) prinsip-prinsip bagi perkembangan
kesiapan adalah :
a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk
kesiapan.
b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis
individu.
c. Pengalaman mempunyai efek dalam perkembangan fungsi-fungsi
kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.
d. Apabila kesiapan untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada
diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang
merupakan masa perkembangan pribadinya.
Dilihat dari prinsip-prinsip tersebut, jelaslah bahwa apa yang telah
dicapai oleh seseorang pada masa-masa yang lalu akan mempunyai arti
37
bagi aktivitas-aktivitasnya sekarang, dan apa yang telah terjadi pada saat
sekarang akan memberikan sumbangan terhadap kesiapan individu di
masa mendatang.
4. Lingkungan atau kultur sebagai penyumbang pembentukan kesiapan
Seseorang mengalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya
merupakan penyumbang terpenting bagi pembentukan kesiapan, tetapi kita
tidak boleh melupakan bahwa perkembangan seseorang tergantung pada
pengaruh lingkungan dan kultur.
Dalam perkembangan kehidupan individu, lingkungan yang
dihadapi atau direaksi semakin meluas. Meluasnya lingkungan dapat
melalui beberapa cara yaitu :
a. Perluasan paling nyata adalah dalam arah stimulasi fisik. Makin tua
umur manusia, maka makin luas pula lingkungan yang dihadapi, dan
arah stimulasinya semakin melebar pula.
b. Manusia yang mengalami perkembangan kapasitas intelektual dan
pemikirannya, maka dalam kehidupannya terjadi banyak perubahan.
Perubahan yang terjadi bisa berupa perubahan dalam pengamatannya,
ingatannya, pemikirannya, maupun kesiapannya.
c. Perkembangan kapasitas intelektual dan pemikiran seseorang
mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan di dalam kemampuan
individu membuat keputusan. Perubahan lingkungan itu terjadi akibat
belajar serta bertambahnya kematangan manusia. Semakin tua atau
dewasa, manusia pun semakin merdeka dan bertanggungjawab.
38
5. Upaya menghadapi menopause
Menurut Nugraha (2007) dalam menghadapi perubahan-perubahan
fisik maupun kejiwaan pada masa menopause, diperlukan kesiapan dalam
berbagai hal yaitu :
a. Menyadari bahwa menopause merupakan hal yang sifatnya alamiah
dimana semua wanita akan melaluinya. Secara umum melalui
wawancara yang efektif dan pendidikan tentang masa menopause,
diharapkan para wanita akan lebih tabah menghadapinya.
b. Perlunya bantuan keluarga (terutama suami dan anak-anak) untuk
mendampingi dan memberi dukungan saat wanita memasuki masa
menopause.
c. Perlunya pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak,
tinggi serat, vitamin C, dan kalsium.
d. Perlunya olah raga untuk mengurangi keluhan yang timbul akibat
gejala menopause.
e. Pengobatan, yang bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat
pengganti hormon.
6. Faktor yang mempengaruhi kesiapan wanita menghadapi menopause
Menurut Nugraha (2007) faktor yang mempengaruhi kesiapan
wanita menghadapi menopause adalah :
a. Psikis
Pikiran-pikiran negatif mengenai menopause, bahwa
menopause adalah permulaan kemerosotan memasuki usia tua,
39
hilangnya kualitas feminim dan seksual wanita dapat mempengaruhi
kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.
b. Peran keluarga
Kurangnya dukungan dan perhatian keluarga pada wanita yang
mulai memasuki masa menopause dimana mulai mengalami gejala-
gejala menopause, dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam
menghadapi menopause.
c. Informasi
Kurangnya informasi yang didapat mengenai menopause dapat
menyebabkan pandangan yang negatif terhadap menopause sehingga
mempengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.
d. Budaya
Budaya juga ikut berpengaruh terhadap kesiapan wanita
menghadapi menopause, contohnya pada budaya Patriarki dimana
menopause langsung dikaitkan dengan ketidakmampuan perempuan
dalam memberikan kepuasan seksual pada laki-laki.
B. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Kesiapan Wanita Premenopause
Menghadapi Menopause
Pengetahuan wanita premenopause mengenai menopause adalah hasil
dari tahu setelah wanita premenopause melakukan pengindraan terhadap
perihal menopause. Sikap wanita premenopause mengenai menopause adalah
suatu pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
terhadap perihal menopause, sedangkan kesiapan wanita premenopause
40
menghadapi menopause adalah kesediaan wanita premenopause untuk
bertindak dalam menghadapi segala sesuatu yang berhubungan dengan
menopause.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adifero (2006) mengenai
menopause dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku
Ibu Kelompok Pengajian Dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan
Tegalsari Semarang “, yang menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasi,
dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dimana jumlah sampel yang
dipakai sebanyak 41 orang didapat hasil penelitian sebagai berikut :
a. Tingkat pengetahuan ibu kelompok pengajian di Kelurahan Tegalsari
Semarang tentang menopause tergolong tinggi yaitu mencapai 63,4 %.
b. Perilaku ibu kelompok pengajian di Kelurahan Tegalsari Semarang dalam
persiapan menghadapi menopause tergolong tinggi yaitu mencapai 73,2 %.
c. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu
kelompok pengajian di Kelurahan Tegalsari Semarang dalam persiapan
menghadapi menopause dengan p-value 0,006 < 0,05.
Hubungan pengetahuan, sikap, dan kesiapan wanita premenopause
dalam menghadapi menopause dapat dijabarkan sebagai berikut : dalam
mempersepsikan masalah mengenai menopause, persepsi wanita
premenopause akan dipengaruhi oleh pengetahuan mereka mengenai
menopause, pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, dalam hal ini
terhadap masalah menopause. Pengetahuan mengenai menopause dapat
41
berupa pengetahuan tentang apa itu menopause, proses terjadinya menopause,
gejala-gejala menopause, faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat
usia memasuki menopause, dan terapi-terapi yang dapat digunakan dalam
menghadapi menopause. Hasil proses persepsi ini merupakan pendapat atau
keyakinan wanita premenopause mengenai masalah menopause, dan ini
berkaitan dengan segi kognisi. Sikap wanita premenopause akan mengiringi
hasil dari pengetahuan terhadap masalah menopause sebagai aspek evaluatif
yang dapat bersifat positif atau negatif, sikap mengenai menopause adalah
suatu pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
terhadap perihal menopause. Hasil evaluasi sikap wanita premenopause
mengenai menopause tersebut akan mempengaruhi kesiapan wanita
premenopause mengenai menopause, kesiapan tersebut dapat berupa kesiapan
untuk memberikan respon terhadap masalah menopause, kesiapan untuk
bertindak, dan kesiapan untuk menghadapi masalah menopause.
42
C. Kerangka Teori
Modifikasi : (Alimul, 2003), (Nasution, 2003), (Notoatmodjo, 2003), (Nugraha, 2007),
(Walgito, 2003).
D. Kerangka Konsep
Variabel independent Variabel intervening Variabel dependent
Pengetahuan wanita premenopause mengenai menopause.
Sikap wanita premenopause mengenai menopause.
Kesiapan wanita premenopause menghadapi menopause.
Faktor yang mempengaruhi :FisiologiPengalaman
langsungKerangka acuanKomunikasi sosial
Kesiapan menghadapi menopause
Sikap
Faktor yang mempengaruhi :PsikisPeran keluargaInformasiBudaya
Faktor predisposisi :- Pendidikan PengalamanSosial ekonomi
Faktor pendukung :Informasi
Faktor pendorong :Budaya
Pengetahuan
43
H. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang terdapat dalam penulisan ini adalah :
1. variabel independent, yaitu tingkat pengetahuan wanita premenopause
mengenai menopause
2. variabel intervening, yaitu sikap wanita premenopause mengenai
menopause
3. variabel dependent, yaitu kesiapan wanita premenopause menghadapi
menopause
I. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan wanita
premenopause menghadapi menopause.
2. Ada hubungan antara sikap dengan kesiapan wanita premenopause
menghadapi menopause.
44