bab ii tinjauan pustaka pertumbuhan dan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/842/5/bab ii.pdfdan fungsi...

31
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 1. Definisi Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes RI, 2016 : 4). Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu (Soetjiningsih, 2015 : 2). Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturnitas. (Soetjiningsih, 2013 : 3). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2016 : 2). 2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak. Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri Menurut Kemenkes RI (2016 : 3) yang saling berkaitan. Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut: a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1. Definisi

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau

keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes

RI, 2016 : 4). Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,

yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun

individu (Soetjiningsih, 2015 : 2).

Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif

dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturnitas. (Soetjiningsih, 2013

: 3). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2016 : 2).

2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri Menurut

Kemenkes RI (2016 : 3) yang saling berkaitan. Ciri ciri tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan

dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.

7

Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan

selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan

sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak

akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri

jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi

berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa

kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi

organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,

terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak

sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah

kepandaiannya.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,

yaitu:

1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke

arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).

8

2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu

berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan

gerak halus (pola proksimodistal).

f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih

dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak

mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling

berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,

sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan

yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh

kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki

anak.

2) Pola perkembangan dapat diramalkan.

Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan

demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan

berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi

berkesinambungan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Menurut Kemenkes RI (2016 : 4), faktor-faktor yang menjadi penyebab

tumbuh kembang anak adalah :

9

a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada anak.

1) Ras/etnik atau bangsa.

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki

faktor herediteras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

2) Keluarga.

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,

gemuk atau kurus.

3) Umur.

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

pertama kehidupan dan masa remaja.

4) Jenis kelamin.

Fungsi reproduksi pada ank perempuan berkemban lebih cepat daripada

laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-

laki akan lebih cepat.

5) Genetik.

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak

yang akan menjadi cirri khasya.

6) Kelainan kromosom.

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan

seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.

b. Faktor luar (eksternal)

1) Faktor Prenatal

a) Gizi

Nutrrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin.

10

b) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital

seperti club foot.

c) Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomide dapat

menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.

d) Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,

hiperplasia, adrenal.

e) Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada

janin seperti mikroseli, spina bifida, retardasi mental dan deformitas

anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.

f) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,

Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan

kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan

kelainan jantung kongenital.

g) Kelainan imunologi.

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara

janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah

merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah

anin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya

mengakibatkan hierbilirubinemia dan kern ikterus yang akan

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

11

h) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu.

i) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental

pada ibu hamil dan lain-lain.

2) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti traumakepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3) Faktor pascsalin

a) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

b) Penyakit kronis/kelainan kongenital

Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan

retardasi pertumbuhan jasmani.

c) Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup

yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).

Sanitasi lingkungan yang krang baik, kurangnya sinar matahari,

paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dan

lain - lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan

anak.

12

d) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan, akan

mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

e) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

f) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan

lingkungan yan jelek dan ketidaktahuan akan menghambat

pertumbuhan anak.

g) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkuna pengasuhan,nteraksi ibu-anak sanga mempengaruhi

tumbuh kembang anak.

h) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam

keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, ketertiban

ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

i) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormone pertumbuhan.

13

4) Faktor adat istiadat meliputi :

a) Pekerjaan dan pendapatan keluaraga

b) Pendidikan ayah dan ibu

c) Jumlah saudara

d) Jenis kelamin dalam keluaraga

e) Stabilitas rumah tangga

f) Kepribadian ayah dan ibu

g) Adat istiadat, norma-norma, dan tabu-tabu

h) Agama

i) Urbanisasi

j) Kehidupan politik dalam masyarakat yang memengaruhi kepentingan

anak, anggaran,dan lain-lain (Sulistyawati, 2017 : 3)

5) Pada saat antenatal

a) Kurangnya asupan nutrisi, terserang penyakit infeksi

b) Nutrisi yang diterima janin sedikit

c) Pertumbuhan otak tidak optimal (Sulistyawati, 2017 : 2)

6) Pada saat intranatal

Bayi terlalu lama di jalan lahir , bayi terjepit di jalan lahir, bayi menderita

caput succedaneum.

a) Trauma saat lahir

b) Kerusakan pada otak (Sulistyawati, 2017 : 2)

7) Pada saat postnatal

a) Kurang asupan nutrisi(ASI), bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia

dan ikterus

14

b) Suplai zat-zat nutrient keorgan-organ tubuh terutama otak dan otot

kurang (Sulistyawati, 2017 : 2)

4. Aspek aspek perkembangan yag dipantau

a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakkan pergerakan dan sikap tubuh yang

melibatkan otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-

bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,

mejimpit, menulis, dan sebagainya.

c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan

selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak (Kemenkes RI,

2017 : 5-6)

5. Komplikasi Tumbuh Kembang

a. Gangguan bicara dan bahasa.

Kemampuan berbicara merupakan indikator seluruh perkembangan anak,

karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan

pada sistem lainnya. Hal ini akan melibatkan aspek kognitif, motorik, psikologis,

15

emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan

gangguan bicara dan berbahasa bahkan dampaknya akan menetap.

b. Cerebral PALSY

Merupakan suatu kelainan gerakan dari postur tubuh yang tidak progresif,

yang disebabkan suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada

susunan syaraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertuimbuhannya.

c. Sindrom Down

Anak dengan Syndrom Down adalah individu yang tidak dapat dikenal

dari fenotifnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat

adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari

anak yang normal. Beberapa faktor penting seperti kelainan jantung kongenital,

hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat

menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterlambatan untuk

menolong diri sendiri.

d. Perawakan Pendek

Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi

mengenai tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2SD pada kurva

pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena

variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena

kelainan endokrin.

e. Gangguan Autisme

Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya

muncul sebelum anak usia 3 tahun. Pervasif berati meliputi seluruh aspek

perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat yang

16

mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan

pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

f. Reterdasi Mental

Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ

< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan indvidu untuk belajar dan beradaptasi

terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk

memusatkan perhatian dan seringkali disertai dengan hiperaktivitas (Kemenkes

RI, 2016 : 10).

B. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita

Stimulasi pada anak umur 24- 36 bulan:

1. Kemampuan gerak kasar

a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan : dorong agar anak mau memanjat,

berlari, melompat, melatih keseimbangan badan dan bermain bola

b. Latihan menghadapi rintangan : ajak anak bermain “ular naga”

merangkak di kolong meja, berjinjit mengelilingi kursi.

c. Melompat jauh : usahakan agar anak melompat jauh dengan kedua

kakinya bersamaan.

d. Melempar da menangkap : tunjukkan kepada anak cara melempar

sebuah bola besar ke arah anda. Kemudian lemparkan kembali bola itu

kepada anak sehingga ia dapat menangkapnya.

17

2. Kemampuan gerak halus

a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan : dorong agar anak mau bermain

puzzle, balok-balok, memasukan benda yang satu kedalam benda

lainnya, dan menggambar

b. Membuat gambar tempelan : bantu anak memotong gambar-gambar

dari majalah tua dengan gunting untuk anak

c. Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya :

berikan pada anak nermacam-macam benda, misalnya : uang logam,

berbagai jenis kancing dan benda berbagai warna.

d. Mencocokan gambar dan benda

e. Konsep jumlah

f. Bermain/menyusun balok- balok

3. Kemampuan bicara dan bahasa

a. Stimulasi yang perlu di lanjutkan

b. Menyebutkan nama lengkap

c. Bercerita tentang diri anak

d. Menyebut nama berbagai jenis pakain

e. Menyatakan keadaan suatu benda

4. Kemampuan bersosilisasi dan kemandirian

a. Stimulasi yang perlu dilanjutkan : bujuk dan tenang lah ketika anak

kecewa dengan car memeluk dan berbicara.

b. Melatih buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi/ WC

c. Berdandan.

d. Berpakaian (Kemenkes RI, 2016 : 37-39)

18

C. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan

anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh

kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.

Tabel 1 Jadwal Kegiatan dan Jenis Skring

Deteksi dini penyimpanan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah

Umur anak

Jenis deteksi tumbuh kembang yang harus dilakukan Deteksi Dini

Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan

Deteksi dini penyimpangan mental emosional (dilakukan

atas indikasi) BB/TB LK KPSP TDD TDL KMPE M-CHAT GPPH 0 bulan √ √ 3 bulan √ √ √ √ 6 bulan √ √ √ √ 9 bulan √ √ √ √ 12 bulan √ √ √ √ 15 bulan √ √ 18 bulan √ √ √ √ √ 21 bulan √ √ √ 24 bulan √ √ √ √ √ √ 30 bulan √ √ √ √ √ √ 36 bulan √ √ √ √ √ √ √ √ 42 bulan √ √ √ √ √ √ √ 48 bulan √ √ √ √ √ √ √ 54 bulan √ √ √ √ √ √ √ 60 bulan √ √ √ √ √ √ √ 66 bulan √ √ √ √ √ √ √ 72 bulan √ √ √ √ √ √ √

(Sumber : Kemenkes RI, 2016 : 40)

Keterangan :

BB/TB : berat badan terhadap tinggi badan

LK : lingkar kepala

KPSP : kuesioner pra skrining perkembangan

TDD : tes daya dengar

TDL : tes daya lihat

19

KMPE : kuesioner masalah perilaku emosional

M-CHAT : modified cheklist for autism in toddlers

GPPH : gangguan pemusaran perhatian dan hiperaktivitas

Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh

tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :

1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)

Tujuan pengukuraan BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak,

normal, kurus, kurus sekali, ataugemuk.

b. Pengukuran lingkaran kepala anak (LKA)

Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui

lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal.

2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

a. Skrining/pemeriksan perkembangan anak menggunakan kuesioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan

KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan.

Jadwal skrining pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9,

12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 43, 48, 60, 66, dan 72 bulan. Jka anak belum

mencapai umur skrining tersebut, minta ibu dating kembali pada umur

skrining yan terdekat untuk pemeriksaan rutin. Skrining/pemeriksaan

dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PADU terlatih.

Interprestasi hasil KPSP:

20

1) Hitung berapa jumlah jawaban Ya.

2) Jumlah Jawaban ‘Ya’ = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya (S)

3) Jumlah Jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

4) Jumlah Jawaban ‘Ya’= 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan

(P)

5) Untuk jawaban ‘Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban ‘Tidak’ menurut

jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,

sosialisasi dan kemandirian).

Intervensi:

1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:

a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan

baik.

b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkemangan anak.

c) Beristimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,

sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan

di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan

BKB.

e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan

pada anak berumur< 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur

24 sampai 72 bulan.

21

2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:

a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan

pada anak lebih sering lagi.

b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkemangan anak

untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.

c) Laukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan

adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan

perkembangan.

d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan

menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.

e) Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tetap 7 atau 8 maka

kemungkinan ada penyimpangan (P).

3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan

tindakan berikut:

Rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah

penyimpangan perkembangan (gerakkasar, gerakhalus, bicara&bahasa,

sosialisasi dan kemandirian).

b. Penimbangan Berat Badan (BB):

1) Menggunakan timbangan bayi.

2) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2

tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.

a) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah

bergoyang.

b) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.

c) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.

22

d) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.

e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

f) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka

timbangan.

g) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca

angka di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.

3) Menggunakan timbangan dacin

a) Pastikan dacin masih layak digunakan, perikasa dan letakkan banul

geser pada angka nol.

Jika ujung kedua paku dacin tidak dalam posisi lurus, maka

timbangan tidak layak digunakan dan harus dikalibrasi.

b) Masukan Balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian

seminimal mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.

c) Baca berat badan Balita dengan melihat angka di ujung bandul

geser.

d) Catat hasil penimbangan dengan benar

e) Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan Balita dari sarung

timbang.

4) Menggunakan timbangan injak (timbangan digital).

a) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah

bergerak.

b) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.

23

c) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak

memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak

memegang sesuatu.

d) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.

e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.

f) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka

timbangan.

g) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca

angka di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

c. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB):

1) Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan

Cara mengukur dengan posisi berbaring:

a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.

b) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.

c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka

d) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap

menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).

e) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan

menekan batas kaki ke telapak kaki.

f) Petugas 2 membaca angka di tepi diluar pengukur.

g) Jika Anak umur 0 - 24 bulan diukur berdiri, maka hasil

pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.

24

Gambar 1 Pengukuran Panjang Badan

(Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2016 : 42)

2) Pengukuran Tinggi Badan untuk anak 24 - 72 Bulan

Cara mengukur dengan posisi berdiri:

a) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.

b) Berdiri tegak menghadap kedepan.

c) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.

d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.

e) Baca angka pada batas tersebut.

f) Jika anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil

pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

Gambar 2 Pengukuran Tinggi Badan

(Sumber : Kementerian Kesehataan RI, 2016 : 42)

25

Penggunaan Tabel BB/TB (Kepmenkes No: 1195/Menkes/SK/XII/

2010):

a) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di

atas.

b) Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan hasil

pengukuran.

c) Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan

(kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang

terdekat dengan berat badan anak.

d) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk

mengetahui angka Standar Deviasi (SD) (Kemenkes RI, 2016 :

18).

3. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau

diluar batas normal.

Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak. Umur 0 - 11 bulan,

pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12 – 72

bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.

Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga

kesehatan terlatih.

Cara mengukur lingkaran kepala:

a. Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi, diatas alis mata,

diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak

kencang.

26

b. Baca angka pda pertemuan dengan angka.

c. Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.

d. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis

kelamin anak.

e. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran

sekarang.

Interpretasi;

a. Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka

lingkaran kepala anak normal.

b. Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur hijau” maka lngkaran

kepala anak tidak normal.

c. Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila berada

diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah “jalur hijau”.

Intervensi:

Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit

(Kemenkes RI, 2016 : 19)

Gambar 3 Pengukuran Lingkar Kepala

(Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2016 : 50)

27

a. Tes Daya Dengar (TDD)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran

sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya

dengar dan bicara anak.

Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan

dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih. Alat yang

diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang (ayam,

anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)

(Kemenkes RI, 2016: 70).

Cara melakukan TDD :

1) Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.

2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai denga umur anak.

3) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:

a) Semua pertanyaan dijawab oleh orang tua atau pengasuh anak.

b) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu bersatu dan

berurutan.

c) Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.

d) Jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh, anak dapat

melakukannya dalam sebulan terakhir.

e) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau pengasuh anak tidak dapt

melakukannya dalam sebulan terakhir.

28

4) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:

a) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua atau pengasuh

untuk dikerjakan oleh anak.

b) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau

pengasuh.

c) Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang tua atau pengasuh.

d) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah

orang tua atau pengasuh.

5) Interpretasi:

a) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami

gangguan pendengaran.

b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau status/catatan

medic anak, jenis kelamin.

6) Intervensi:

a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.

b) Rujuk bila tidak dapat di tanggulangi (Kemenkes RI, 2016 : 70)

b. Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya

lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk

memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat

dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes

ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau

sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen chart

(Kemenkes RI, 2012 : 71).

29

Cara melakukan tes daya lihat :

1) Pilih ruangan yang bersih dan tenang

2) Gantung poster E setinggi mata anak pada posisi duduk

3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E menghadap ke poster E.

4) Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E untuk pemeriksa.

5) Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan

kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai

petunjuk pada poster E atau snellen chart. lakukan hal ini dengan benar sampai

anak dapat mengarah kan kartu E dengan benar.

6) Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan alat

penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu persatu, mulai

baris pertama sampai baris keempat atau baris E terecil yang masih dapat

dilihat. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan kartu E yang ada di

tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen chart. Ulangi pemeriksaan

tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara yang sama.

7) Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah

tersediakan: Mata kanan : Mata kiri:

Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat

melihat baris ketiga poster E, artinya anak tidak dapat mencocokkan arah kartu E

yang dipegangnya dengan yang ada pada poster E pada baris ketiga yang ditunjuk

oleh pemeriksa. Kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat. Intervensi

yang dilakukan bila kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan maka

minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan

berikutnya anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka rujuk kerumah

sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau

keduanya) (Kemenkes RI, 2016 : 71).

30

4. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/

pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,

autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hyperaktivitas, agar dapat segera

dilakukan tindakan intervensi.

a. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya

penyimpangan/masalah mental pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini

masalah mental emosional rutin dilakukan setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan

sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan

perkembangan anak. Alat yang digunakan adalah KMME (Kuesioner Masalah

Mental Emosional) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali masalah

mental emosional umur 36 bulan-72 bulan (Kemenkes RI, 2016 : 74).

b. Deteksi dini autis pada anak prasekolah

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak

umur 18-36 bulan. Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas

indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga

kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru TK.

Alat yang digunakan adalah CHAT (Cheklist for Autism in Toddlers)

c. Deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada

anak prasekolah

Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya gangguan

pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak 36 bulan keatas.

Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila

ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan , kader,

31

BKB, petugas PAUD, Pengelola TPA, dan guru TK, keluhannya dapat berupa

anak tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak atnpa tujuan dan tidak

mengenal lelah, perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive. Alat yang

digunakan adalah formulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas (GPPH), yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada

orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu

pengamatan pemeriksa (Kemenkes RI, 2016 : 76).

D. Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak atau pelayanan SDIDTK adalah

kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan

tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini

penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah

dilakukan, bila terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini

akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh

tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:

1. Deteksi dini gangguan pertumbuhan, yaitu menentukan status gizi anak

apakah gemuk, normal, kurus dan sangat kurus, pendek, atau sangat pendek,

makrosefali atau mikrosefali.

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya

dengar.

32

3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya

masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas.

Pelayanan rutin SDIDTK sesuai dengan jadwal yang tercakup pada

pedoman ini dan pada Buku KIA, namun tidak menutup kemungkinan

dilaksanakan pada:

a. Kasus rujukan.

b. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh.

c. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.

Penatalaksanaan pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:

a. Selalu beritahu ibu setiap hasil dari pemeriksaan

b. Selalu puji apapun hasil akhir pada pemeriksaan untuk memotifasi anaknya

c. Anjurkan ibu untuk rajin menstimulasi anaknya

d. Menganjurkan ibu untuk mengawasi perkembangan anaknya

e. Beritahu ibu menu bergizi seimbang untuk menunjang tumbuh kembang

anaknya (Soetjiningsih, 2013 : 211).

1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

a. Pemeriksaan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut

Panjang Badan (Bb/Pb) Atau Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Untuk Anak Umur 0 - 60 Bulan

33

Tabel 2 Indeks Berat Badan Menurut Panjang Badan

Hasil

pengukuran Z-score

Status gizi (BB/TB atau BB/PB)

Tindakan

>2 SD Gemuk

1. Tentukan penyebab utama anak kegemukan

2. Konseling gizi sesuai penyebab -2 SD sampai dengan 2 SD

Normal Berikan pujian kepada dan anak

-3 SD sampai dengan -2 SD Kurus

1. Tentukan penyebab utama anak kurus

2. Konseling gizi sesuai penyebab Di bawah -3 SD

Sangat kurus Segera rujuk ke PKM dengan TFC atau ke RS

(Sumber : Kementerian Kesehatan, 2016 : 51)

b. Pemeriksaan status gizi anak berdasarkan indeks panjang/ tinggi badan

menurut untuk anak umur 0-60 bulan

Tabel 3 Indeks Panjang Badan Menurut Umur

Hasil Pengukuran Status Gizi Tindakan

Diatas 2 SD (>2 SD) Tinggi Jadwalkan kunjungan berikutnya -2 SD sampai dengan 2 SD Normal Jadwalkan kunjungan berikutnya -3 SD samapi dengan < -2 SD

Pendek Asupan gizi ditingkatkan dan jadwalkan kunjungan berikutnya

Di bawah kurva z-score -3 (<-3 SD)

Sangat pendek

Segera rujuk ke fasilitas layanan kesehatan

(Sumber : Kementerian Kesehatan, 2016 : 51)

c. Pemeriksaan Lingkar Kepala Untuk Anak Usia 0 -72 Bulan

Pemeriksaan lingkar kepala anak memiliki 3 klasifikasi yaitu :

Tabel 4 Pemeriksaan Lingkar Kepala

Hasil Pengukuran Klasifikasi Tindakan

Di atas kurva + 2 Makrosefali Rujuk ke rumah sakit Anatar kurva +2 dan -2 Normal Beri pujian kepada ibu dan anak Di bawah kurva -2 Mikrosefali Rujuk ke rumah sakit

(Sumber : Kementerian Kesehatan, 2016 : 52)

34

2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan lembar kuesioner pra

skrining perkembangan dengan penilaian sebagai berikut :

Tabel 5 Algoritme kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP)

Hasil Pemeriksaan Interpretasi Tindakan

Jawaban “Ya” 9 atau 10

Sesuai umur Puji keberhasilan orang tua/pengasuh. Lanjutkan stimulasi sesuai umur. Jadwalkan kunjungan berikutnya

Jawaban “Ya” 7 atau 8

Meragukan Nasehati ibu/pengasuh untuk melakukan stimulasi lebih sering dengan penuh kasih sayang. Jadwalkan kunjungan ulang untuk 2 minggu lagi. Apalagi hasil pemeriksaan selanjutnya juga meragukan, rujuk ke rumah sakit rujukan tumbuh kembang level 1

Jawaban “Ya” 6 atau kurang

Penyimpangan Rujuk ke rumah sakit rujukan tumbuh kembang level 1

(Sumber : Kementerian Kesehatan, 2016 : 53)

E. Evaluasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Monitoring adalah pengawasan kegiatan secara rutin untuk menilai

pencapaian program terhadap target melalui pengumpulan data mengenai input,

proses dan output secara regular dan terus-menerus. Evaluasi adalah suatu proses

untuk membuat penilaian secara sistematik, untuk keperluan pemangku

kepentingan, mengenai suatu kebijakan, program, upaya atau kegiatan

berdasarkan informasi dan hasil analisis yang dibandingkan dengan relevansi,

efektifitas biaya dan keberhasilan (Kemenkes RI, 20 16 : 55).

Di bawah ini diuraikan aspek pokok Monitoringdan evaluasi upaya

program SDIDTK di setiap tingkat, yang masih perlu dijabarkan lebih lanjut.

35

1. Tingkat Pusat.

a. Melakukan Monitoring dan evaluasi serta bimbingan teknis program

SDIDTK dalam pelayanan kesehatan anak.

b. Melakukan pembahasan program SDIDTK dalam rapat konsolidasi teknis

program kesehatan keluarga.

c. Menggunakan hasil Monitoring dan evaluasi untuk memberikan advokasi,

asistensi dan fasilitasi kepada Pemerintah Daerah.

d. Mengadakan pertemuan evaluasi tahunan program SDIDTK (Kemenkes

RI, 2016 : 56).

2. Tingkat Provinsi

a. Melakukan Monitoring dan evaluasi serta bimbingan teknis program

SDIDTK dalam pelayanan kesehatan anak.

b. Memasukan pembahasan SDIDTK dalam raker kesehatan daerah

(Rakerkesda) Program Kesehatan keluarga.

c. Menggunakan hasil Monitoringdan evaluasi untuk:

1) Advokasi kepada penentu kebijakan;

2) Melakukan asistensi dan fasilitasi kepada kabupaten/kota dan layanan

kesehatan terkait.

e. Mengadakan pertemuan secara evaluasi tahunan program SDIDTK

(Kemenkes RI, 2016 : 58).

3. Tingkat Kabupaten/Kota

a. Melakukan Monitoringdan evaluasi, serta bimbingan teknis program

SDIDTK dalam pelayanan kesehatan anak.

b. Memasukan pembahasan SDIDTK dalam Rakerkesda Program Kesehatan

keluarga.

36

c. Menggunakan hasil Monitoring dan evaluasi untuk:

1) Advokasi kepada penentu kebijakan.

2) Asistensi dan fasilitasi kepada layanan dan jejaringnya.

d. Mengadakan pertemuan evaluasi tahunan program SDIDTK.

4. Puskesmas

a. Melakukan Monitoring melalui PWS KIA.

b. Menggunakan hasil Monitoring dan evaluasi untuk melakukan bimbingan

teknis kepada jaringan dan (Posyandu, PAUD dan lain - lain) untuk

advokasi kepada penentu kebijakan.

c. Pertemuan evaluasi secara berkala:

1) Puskesmas dan jaringannya tiap bulan (Minilokakarya);

2) Puskesmas dengan lintas sektor tiap triwulan.

Evaluasi kegiatan DDTK anak di puskesmas dan jaringannya

dilaksanakan dengan cara mengkaji data sekunder laporan tahunan

hasil kegiatan DDTK, diantaranya dengan membandingkan hasil

cakupan DDTK anak tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya

(Kemenkes RI, 2016 : 58).