bab ii tinjauan pustaka kepatuhan minum obat 1. definisi

27
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Minum obat 1. Definisi Kepatuhan Minum obat Compliance dan adherence merupakan dua istilah yang umumnya digunakan secara bergantian untuk menggambarkan kepatuhan minum obat. Menurut Sarafino & Smith (2012), kepatuhan (compliance ataupun adherence) merupakan istilah yang mengacu pada sejauh mana pasien melaksanakan tindakan dan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter atau orang lain. Namun Brown & Bussell (2011) menyebutkan bahwa konotasi keduanya sedikit berbeda. Adherence melibatkan persetujuan pasien terhadap anjuran pengobatan, hal ini secara implisit menunjukkan keaktifan pasien bekerjasama dalam proses pengobatan, sedangkan compliance mengindikasikan bahwa pasien secara pasif mengikuti petunjuk dokter. Sejalan dengan hal tersebut, Sarafino & Smith (2012) mengungkapkan bahwa adherence adalah istilah yang lebih baik karena menunjukkan sifat kolaboratif pengobatan, sedangkan compliance mengisyaratkan bahwa individu pasrah terhadap tuntutan pengobatan, sehingga terkesan bahwa sebenarnya individu tersebut enggan mematuhi pengobatan. Pada penelitian-penelitian terdahulu, perspektif pasien terkait kepatuhan cenderung diabaikan, namun pada penelitian akhir-akhir ini pembahasan seputar bagaimana resep disepakati,

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan Minum obat

1. Definisi Kepatuhan Minum obat

Compliance dan adherence merupakan dua istilah yang umumnya digunakan

secara bergantian untuk menggambarkan kepatuhan minum obat. Menurut

Sarafino & Smith (2012), kepatuhan (compliance ataupun adherence)

merupakan istilah yang mengacu pada sejauh mana pasien melaksanakan

tindakan dan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter atau orang lain.

Namun Brown & Bussell (2011) menyebutkan bahwa konotasi keduanya sedikit

berbeda. Adherence melibatkan persetujuan pasien terhadap anjuran

pengobatan, hal ini secara implisit menunjukkan keaktifan pasien bekerjasama

dalam proses pengobatan, sedangkan compliance mengindikasikan bahwa

pasien secara pasif mengikuti petunjuk dokter.

Sejalan dengan hal tersebut, Sarafino & Smith (2012) mengungkapkan

bahwa adherence adalah istilah yang lebih baik karena menunjukkan sifat

kolaboratif pengobatan, sedangkan compliance mengisyaratkan bahwa individu

pasrah terhadap tuntutan pengobatan, sehingga terkesan bahwa sebenarnya

individu tersebut enggan mematuhi pengobatan. Pada penelitian-penelitian

terdahulu, perspektif pasien terkait kepatuhan cenderung diabaikan, namun pada

penelitian akhir-akhir ini pembahasan seputar bagaimana resep disepakati,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

17

pandangan pasien mengenai pilihan pengobatan dan manajemen pengobatan

dalam kehidupan sehari-hari mulai mengemuka. Sehingga, istilah compliance

telah semakin digantikan oleh istilah adherence yang diangggap dapat

membangkitkan lebih banyak gambaran kerjasama antara prescriber dan pasien,

serta mengurangi konotasi kepatuhan pasif pasien terhadap instruksi dokter

(Vrijens et al., 2012).

Adapun menurut Morisky (1986) penggunaan istilah “noncompliance”

menyiratkan ketidaksukaan atau perasaan negatif terhadap pasien yang sering

dianggap tidak kooperatif. Morisky (1986) mengatakan bahwa istilah

"compliance" biasanya mengacu pada sejauh mana pasien mengikuti instruksi

terkait resep dan larangan dari dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya.

Berbeda dengan istilah adherence yang memuat kesanggupan serta kemauan

pasien untuk patuh. Nonadherence pun menjadi concern utama dalam penelitian

Morisky (1986) terkait alat ukur kepatuhan minum obat. Berdasarkan hal

tersebut, istilah adherence yang memuat kesediaan pasien menjadi istilah yang

dirasa lebih tepat digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kepatuhan.

WHO (2003) mendefinisikan adherence sebagai sejauh mana perilaku

seseorang—minum obat, mengikuti diet, dan/atau melakukan perubahan gaya

hidup—sesuai dengan rekomendasi yang disepakati dari penyedia layanan

kesehatan. Adapun Brannon & Feist (2010) mendefinisikan adherence sebagai

kemampuan dan kemauan seseorang untuk mengikuti praktik kesehatan yang

direkomendasikan. Berikutnya, Mihalko et al., (2004) mengungkapkan bahwa

adherence mengacu pada tingkat partisipasi dalam menjalankan aturan perilaku

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

18

terkait pengobatan setelah individu menyetujui aturan atau rejimen pengobatan

tersebut. Inheren dalam definisi ini adalah peran aktif dan sukarela yang

dilakukan pasien dalam proses dinamis yang sedang berlangsung. Menurut

Vrijens et al, (2012), situasi seperti terlambat atau tidak memulai pengobatan

yang ditentukan, pelaksanaan sub-optimal dari rejimen dosis atau penghentian

pengobatan secara dini menggambarkan ketidakpatuhan. Ketidakpatuhan

terhadap pengobatan dapat terjadi dalam salah satu atau kombinasi dari beberapa

situasi tersebut.

Berlandaskan beberapa teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kepatuhan minum obat merupakan tingkat partisipasi individu dalam mengikuti

instruksi terkait resep dan larangan yang telah disepakati bersama prescriber

(dokter atau konselor) dengan tepat dan dilakukan atas kesediaan pribadi.

Gambaran ketidakpatuhan dapat dilihat berdasarkan salah satu atau kombinasi

dari beberapa situasi yang diciptakan pasien mengacu pada ketidaksesuaiannya

dengan petunjuk pengobatan.

2. Aspek-aspek Kepatuhan Minum obat

Berdasarkan teori kepatuhan yang dikemukakan oleh Morisky (1986),

diketahui bahwa kepatuhan minum obat terdiri atas beberapa aspek, di

antaranya:

a. Forgetting, yaitu sejauh mana pasien melupakan jadwal untuk meminum

obat. Pasien yang menunjukkan kepatuhan minum obat yang tinggi

memiliki frekuensi kelupaan dalam mengkonsumsi obat yang rendah.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

19

b. Carelessness, yaitu sikap mengabaikan yang dilakukan pasien dalam masa

pengobatan, seperti melewatkan jadwal meminum obat dengan alasan lain

selain karena lupa. Pasien yang menunjukkan kepatuhan minum obat yang

tinggi mampu bersikap hati-hati atau dengan penuh perhatian mengontrol

dirinya untuk tetap mengkonsumsi obat.

c. Stopping the drug when feeling better, or starting the drug when feeling

worse, yaitu penghentian pengobatan tanpa sepengetahuan dokter atau

penyedia kesehatan lainnya saat merasa obat yang dikonsumsi membuat

kondisi tubuh menjadi lebih buruk atau ketika merasa tidak perlu lagi

mengkonsumsi obat karena kondisi tubuh dirasa telah membaik. Pasien

yang menunjukkan kepatuhan minum obat yang tinggi tidak akan

menunjukkan kesengajaan untuk menghentikan pengobatan tanpa

sepengetahuan dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya. Sekali pun

merasa kondisi diri menjadi lebih baik atau sebaliknya, merasa lebih buruk,

pasien tetap bersedia melanjutkan pengobatan ketika tidak ada instruksi dari

dokter untuk mengakhiri pengobatan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepatuhan minum obat tediri dari aspek forgetting, carelessness, dan stopping

the drug when feeling better, or starting the drug when feeling worse.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum obat

Brannon & Feist (2010) mengelompokkan enam faktor yang dapat

menentukan kepatuhan atau ketidakpatuhan pada individu, yaitu sebagai berikut:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

20

a. Severity of the Disease

Keparahan penyakit menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

kepatuhan, namun, secara objektif keparahan penyakit kurang erat

hubungannya dengan kepatuhan minum obat. Menurut Brannon & Feist

(2010) terkadang individu peduli mengenai kesehatannya bukan karena

individu tersebut percaya jika dirinya menderita masalah kesehatan yang

serius, namun karena penampilan atau ketidaknyamanan yang dirasakan

akibat penyakit tersebut. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa keparahan

penyakit hanya secara subjektif mempengaruhi kepatuhan karena melibatkan

persepsi pasien terhadap keparahan penyakitnya.

b. Treatment Characteristics

Karakteristik tritmen atau pengobatan yang mempengaruhi kepatuhan

termasuk di dalamnya adalah efek samping obat dan kompleksitas

pengobatan. Efek samping yang berat dan pengobatan yang rumit seperti

dosis obat yang tinggi atau pengobatan yang dilakukan secara rutin

berhubungan dengan tingkat kepatuhan yang rendah. Contohnya, kepatuhan

individu mencapai 90% ketika dosis obat yang dikonsumsi hanya satu pil

dalam sehari, namun kepatuhan akan sedikit berkurang ketika dosis

ditingkatkan menjadi dua pil per hari.

c. Personal Factors

Faktor personal yang mempengaruhi kepatuhan termasuk di dalamnya

adalah usia, gender, pola kepribadian, emosi, dan keyakinan diri. Orang yang

lebih tua menghadapi berbagai situasi yang membuat kepatuhan sulit untuk

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

21

dicapai, seperti kemampuan mengingat yang menurun, kesehatan yang buruk,

dan rejimen yang mencakup banyak pengobatan. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Bianco dkk (2011) pada orang dewasa paruh baya

dengan HIV positif yang mengungkapkan bahwa setengah dari sampel

penelitiannya tidak mencapai tingkat kepatuhan 95%. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan hanya terdapat 49% orang dewasa paruh baya yang

melaporkan kepatuhan konsisten dan tepat waktu terhadap ART. Di samping

itu, ada pula penelitian lain yang menyebutkan bahwa anak-anak dan orang

dewasa muda pun juga memiliki masalah terkait kepatuhan. Sehingga, usia

dianggap sebagai faktor yang tidak terlalu besar pengaruhnya, namun

memiliki hubungan yang kompleks terhadap kepatuhan.

d. Enviromental Factors

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepatuhan termasuk di dalamnya

adalah faktor ekonomi dan dukungan sosial. Penghasilan seseorang memiliki

dampak besar terhadap kepatuhan minum obat, keadaan kesehatan dan akses

untuk minum obat. Orang dengan penghasilan rendah yang umumnya berlatar

pendidikan rendah atau berasal dari etnis minoritas memiliki keterbatasan dan

kekhawatiran mengenai biaya pengobatan. Permasalahan terkait kepatuhan

dalam minum obat lebih sering ditemukan pada orang dengan penghasilan

rendah dibandingkan orang yang berekonomi tinggi. Adapun dukungan sosial

secara tersurat maupun tersirat membantu seseorang merasa diterima oleh

anggota keluarga maupun teman-temannya. Sehingga, tingkat dukungan

sosial yang diperoleh menjadi prediktor yang kuat dalam kepatuhan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

22

e. Cultural Norms

Keyakinan dan norma budaya memiliki pengaruh yang kuat tidak hanya

pada tingkat kepatuhan namun mendasari terjadinya kepatuhan. Sebagai

contoh, seseorang yang berlatarbelakang budaya yang memiliki kepercayaan

kuat terhadap keampuhan pengobatan tradisional, cenderung tidak

mengindahkan pengobatan modern yang direkomendasikan oleh ahli medis.

Penelitian lainnya menyebutkan suatu budaya yang kental akan nilai spiritual

serta menekankan pada dukungan dan kesatuan keluarga menjadi faktor

positif yang menyokong kepatuhan minum obat pada orang yang terinfeksi

HIV.

f. Practitioner-Patient Interaction

Interaksi antara ahli medis dan pasien yang mempengaruhi kepatuhan

termasuk di dalamnya adalah komunikasi verbal dan karakteristik pribadi

practitioner. Komunikasi verbal yang baik akan membuat pasien merasa

percaya bahwa dokter mengerti alasan pasien menjalani pengobatan dan

keduanya sama-sama menyetujui pengobatan yang akan dilakukan, sehingga

membuat kepatuhan menjadi meningkat. Adapun karakteristik pribadi dokter

seperti level keahlian yang dimiliki akan membantu pasien merasa percaya

bahwa dirinya ditangani oleh dokter yang kompeten. Selain itu, sikap hangat,

ramah, peduli yang ditunjukkan oleh dokter juga membantu membuat pasien

menjadi lebih patuh dalam menerima petunjuk dan intruksi dari dokter.

Faktor lainnya yang mempengaruhi kepatuhan, khususnya pada ODHA yang

menganut agama Islam telah ditemukan pada beberapa penelitian yang dilakukan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

23

di Negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Badahdah & Pedersen (2011) yang

melakukan penelitian di Mesir menemukan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pasien HIV terhadap pengobatan ARV terdiri atas;

ketakutan akan stigma, kendala keuangan, karakteristik ART, dukungan sosial,

serta menggantungkan nasib pada iman (keyakinan). Adapun penelitian yang

dilakukan di Indonesia mengenai analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan

pada ODHA menunjukkan bahwa motivasi untuk hidup, keinginan sembuh/sehat,

menganggap obat sebagai vitamin, keyakinan terhadap agama, ketersediaan obat

ARV, dukungan sosial khususnya dukungan keluarga, rasa tanggung jawab dan

kasih sayang terhadap anak, keinginan menikah, dukungan teman-teman di KDS

(Kelompok Dukungan Sebaya), LSM dan dari tokoh agama, serta hubungan baik

dengan tenaga kesehatan menjadi faktor-faktor pendukung kepatuhan ODHA

dalam mengkonsumsi ARV (Yuniar, Handayani & Aryastami, 2013).

B. Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

1. Definisi Teoritis Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

Menurut Julianto & Subandi (2015) membaca Al Fatihah Reflektif Intuitif

sendiri pada dasarnya adalah membaca Al Quran yang direfleksikan dalam diri

secara berulang-ulang dengan memahami makna dan menghayatinya.

Membaca Al-Fatihah secara reflektif intuitif berguna untuk memberikan

motivasi dan pemahaman pada pembacanya mengenai pandangan terhadap

pegangan hidupnya, sehingga dapat meneguhkan pegangan hidup (anchor)-

nya kepada Allah (Julianto & Subandi, 2015). Adapun Terapi al-Fatihah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

24

Reflektif Intuitif adalah proses terapi dengan pendekatan religiusitas membaca

surat al-Fatihah yang diikuti proses berpikir, memahami dan merasakan makna

secara mendalam ayat surat al-Fatihah yang dibaca (Maulana, 2017). Lebih

lanjut Maulana (2017) menerangkan bahwa refleksi menurut perspektif agama

Islam sama halnya dengan tadabbur yang mengandung makna keseriusan

dalam berpikir, pemikiran yang muncul dari suatu pertimbangan, perbaikan

pemikiran pada sesuatu dan manifestasi dari sesuatu. Sedangkan intuisi adalah

kapasitas batin yang membuat seseorang mengetahui dan melakukan sesuatu

tanpa proses berpikir secara sadar atau sudah menjadi kebiasaan berdasar

bisikan (gerak) hati.

2. Tahap-tahap Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

Tahapan dalam menjalankan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif menurut

Maulana (2017), di antaranya :

a. Sesi Pertama: Pengenalan Program Membaca Al Fatihah Reflektif-Intuitif

Pada sesi pertama ini, peserta diperkenalkan gambaran umum mengenai

terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif. Seperti halnya, asbabun nuzul Al-

Fatihah, keutamaan dan manfaat dari membaca surat Al-Fatihah, efek yang

didapat dari membaca Al-Fatihah, serta keistimewaan ayat-ayat Al-Fatihah

yang mengandung dialog antara Allah dan hamba secara langsung saat

proses membaca Al-Fatihah. Fasilitator juga menjelaskan mengenai tata

cara membaca Al-Fatihah secara refelektif-intuitif. Pada sesi ini, fasilitator

akan membangun kedekatan dengan peserta untuk mempermudah dalam

menjalin keakraban selama proses terapi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

25

b. Sesi kedua: “Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi

Maha Penyayang”

Pada sesi kedua ini, fasilitator menjabarkan terkait makna Al-Fatihah

ayat pertama, yakni Allah selalu bersama umat-Nya serta Allah memiliki

sifat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hal ini dilakukan agar

peserta dapat memahami dan merefleksikan ayat pertama Al-Fatihah.

Selanjutnya, peserta diminta untuk menghayati makna bahwa hidup penuh

berkah, rahmat dan pertolongan Allah serta hidup penuh dengan kasih dan

sayang Allah.

c. Sesi ketiga: “Segala Puji Bagi Tuhan Semesta Alam”

Pada sesi ketiga ini, fasilitator memberikan penjelasan mengenai

makna ayat kedua surah Al-fatihah. Peserta diajak untuk memahami dan

merefleksikan bahwa Allah adalah Pencipta, Pengatur dan Penguasa alam

serta besar dan luasnya nikmat yang diberikan Allah. Di samping itu,

dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini yaitu saat hamba-Nya

membaca “Alhamdulillahirabbil aalamin”, maka Allah akan menjawab

“hamba-Ku telah memuji-Ku”. Selanjutnya, peserta diminta untuk

menghayati bahwa kejadian dalam hidup ialah sebuah kebesaran Allah dan

manusia tidak akan pernah bisa menghitung luasnya nikmat Allah. Selain

itu, peserta juga diarahkan untuk menghayati bahwa semua yang terjadi

berasal dari Allah, sehingga manusia harus memohon, bersandar dan

berharap kepada-Nya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

26

d. Sesi keempat: “Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

Pada sesi keempat ini, penjelasan mengenai makna ayat ketiga yakni

Allah memiliki sifat Pengasih dan Penyayang diterangkan oleh fasilitator.

Fasilitator kemudian meminta peserta untuk menghayati bahwa perasaan

cinta, takut dan pengharapan kepada Allah akan memunculkan motivasi

dalam hidup. Selain itu, dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini

yaitu saat hamba-Nya membaca “Arrahmanirrahim”, maka Allah akan

membalas “hamba-Ku telah menyanjung-Ku”.

e. Sesi kelima: “Yang Menguasai Hari Pembalasan”

Sesi kelima adalah sesi dimana fasilitator memberikan uraian

penjelasan perihal makna ayat keempat dalam surah Al-Fatihah, yakni akan

ada perhitungan dan pembalasan untuk kehidupan di dunia. Peserta pun

diajak untuk menghayati bahwa hidupnya dihitung dan dibalas. Di samping

itu, dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini yaitu saat hamba-

Nya membaca “Maaliku yau middin”, Allah akan membalas “Hamba-Ku

telah memuliakan-Ku”.

f. Sesi keenam: “Hanya Kepada Engkaulah Kami Menyembah dan Hanya

Kepada Engkaulah Kami Memohon Pertolongan”

Pada sesi keenam ini, fasilitator menguraikan makna yang terdapat pada

ayat kelima surah Al-Fatihah, yaitu seseorang berharga di hadapan Allah

karena ibadahnya. Selain itu peserta juga diberikan pemahaman bahwa

ibadah adalah yang menyebabkan nilai manusia menjadi berharga dan

merupakan sebuah jalan untuk membuktikan kecintaan pada Allah, serta

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

27

hanya Allah-lah tempat berserah diri untuk meminta kesembuhan dan

memohon pertolongan. Selanjutnya, peserta diminta untuk menghayati

nikmat akan beribadah, rasa cinta kepada Allah saat beribadah serta

menghayati bahwa akan ada pertolongan Allah saat mengalami kesulitan

hidup. Di samping itu, dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini

yaitu saat hamba-Nya membaca “Iyyakana’budu wa Iyyaka nasta’iin”,

Allah menjawab “Ini antara Aku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang

ia minta”.

g. Sesi ketujuh: “Berikan Kami Petunjuk Jalan Yang Lurus”

Sama seperti sesi-sesi sebelumnya, pada sesi ini fasilitator juga akan

menerangkan seputar makna yang terkandung dalam sebuah ayat pada surah

Al-Fatihah. Pada sesi ketujuh ini ayat yang akan dikupas yakni ayat keenam

surah Al-Fatihah. Ayat ini memuat makna bahwa hidayah adalah milik

Allah. Peserta pun kemudian diarahkan untuk menghayati bahwa Allah akan

memberikan hidayah bila hamba-Nya memohon dengan sungguh-sungguh.

Selain itu, dijelaskan pula dialog yang termuat dalam ayat ini yaitu saat

hamba-Nya membaca “Ihdinash shirathal mustaqim”, Allah menjawab

“Inilah (hak) milik hamba-Ku, dan hambaKu akan memperoleh apa yang

dimintanya”.

h. Sesi kedelapan: “(Yaitu) Jalan Orang-orang Yang Telah Engkau Beri

Nikmat Kepada Mereka, Bukan (Jalan) Mereka Yang Dimurkai dan Bukan

(Pula Jalan) Mereka Yang Sesat”

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

28

Pada sesi terakhir dalam proses terapi ini, fasilitator menjelaskan

mengenai makna ayat terakhir pada surah Al-Fatihah, yaitu ayat ketujuh.

Ayat ini mengandung makna bahwa jalan yang lurus ialah jalan bagi orang

yang telah mendapatkan kenikmatan berupa ibadah dan ketaatan. Di

samping itu, makna lain yang terkandung dalam ayat ini yakni kehidupan

penuh dengan godaan penyimpangan terhadap jalan Allah. Peserta pun

kemudian diajak untuk menghayati bahwa terdapat kenikmatan saat

beribadah kepada Allah serta menghayati bahwa ke-istiqomah-an akan

membantu agar terhindar dari jalan yang penuh murka Allah. Pada sesi ini

juga akan diterangkan dialog yang termuat dalam ayat ini yaitu saat hamba-

Nya membaca “Ihdinash shirathal mustaqim, shiraathalladzina an’amta

‘alaihim, ghairil maghdhubi ‘alaihim waladh dhaallin..aamiinn”, Allah

menjawab “Inilah (hak) milik hamba-Ku, dan hambaKu akan memperoleh

apa yang dimintanya”.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif terdiri atas delapan sesi yakni

pengenalan terapi dan pembahasan ayat 1-7 surah Al-Fatihah. Adapun di tiap

sesi yang mengupas satu persatu ayat memuat pola tahapan yang sama, yakni

meminta peserta untuk memahami dan menghayati makna masing-masing ayat

pada surah Al-Fatihah.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

29

C. Pengaruh Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif terhadap Kepatuhan

Minum obat

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu Rumah Tangga

dengan HIV Positif di Yogyakarta diketahui bahwa ketidakpatuhan sebagai

manifestasi dari perasaan, pikiran dan perilaku disfungsional yang dikembangkan.

Pola pikir yang meyakini bahwa hidupnya seperti diatur oleh obat yang dikonsumsi

serta percaya bahwa efek samping obat membuatnya menjadi tidak produktif dapat

dikategorikan sebagai pikiran disfungsional yang dialami Ibu Rumah Tangga

dengan HIV Positif. Pola pikir tersebut kemudian melahirkan perasaan jenuh dan

malas untuk meminum obat yang merupakan perasaan disfungsional. Adapun

perilaku disfungsional yang ditampakkan dalam penundaan dan sikap sengaja

melewatkan jadwal minum obat menjadi permasalahan puncak yang menandai

ketidakpatuhan.

Menurut Brannon & Feist (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi

kepatuhan ialah cultural norms. Lebih lanjut Brannon & Feist (2010) menerangkan

bahwa salah satu penelitian menyebutkan suatu budaya yang kental akan nilai

spiritual menjadi faktor positif yang menyokong kepatuhan minum obat pada orang

yang terinfeksi HIV. Hal ini terjadi karena orang-orang dalam budaya tersebut

yakin akan hal-hal yang diajarkan pada agamanya, seperti halnya takdir, kasih

sayang dan kuasa Allah, sehingga dapat lebih mendorongnya agar berusaha untuk

sembuh dan berharap Allah akan menolongnya dengan melihat usahanya tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian Yuniar, Handayani & Aryastami (2013) yang

mengungkapkan bahwa keyakinan terhadap agama menjadi salah satu faktor

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

30

internal yang mendukung kepatuhan minum obat ARV pada Orang dengan

HIV/AIDS (ODHA). Keyakinan terhadap agama atau yakin akan adanya Tuhan,

Sang Pencipta Alam yang maha kuasa, mewajibkan seseorang untuk melahirkan

keyakinannya dalam bentuk amal perbuatan (Kiswati, 2013). Pada pandangan

agama Islam, membaca Al-Quran semestinya menjadi ibadah yang diutamakan

karena sangat menentukan amal ibadah lainnya di kehidupan sehari-hari. Selain

sebagai tuntunan dan pedoman, bacaan yang tidak tepat dalam melafalkan ayat Al-

Quran dapat menjadikan ibadah shalat yang dilakukan tidak afdal sebab bacaan

yang berbeda sedikit saja akan mengubah arti atau makna dari ayat yang dibaca.

Sebagai kitab suci umat muslim, Al-Quran memuat banyak kandungan nilai tentang

keimanan, ibadah, ilmu pengetahuan, tentang kisah-kisah tertentu, filsafat, juga

panduan mengenai tata hubungan manusia sebagai makhluk individu maupun

makhluk sosial (Najati dalam Julianto, 2015).

Mendengar al-Quran merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

membawa manusia pada kesehatan spiritual, psikologis, dan fisik (Ramadhani,

2008). Selain mendengarkan, membaca al-Quran pun dapat memberikan dampak

yang baik bagi individu. Sebagaimana penelitian Khan, Ahmad, Beg, Fakheraldin,

Alla, & Nubli (2010) yang mengungkapkan bahwa pembacaan Al Quran dengan

menggunakan visualisasi dan sistem multimedia terbukti dapat mengurangi

kebosanan, kelelahan, depresi, stres dan perilaku agresif dari tubuh manusia. Hal

senada juga ditemukan pada penelitian Julianto (2013) yang menunjukkan bahwa

pelatihan Membaca Al Quran Reflektif Intuitif dapat menurunkan stres,

meningkatkan imunitas serta memberikan ketenangan dan mengingatkan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

31

keberadaan Allah dalam kehidupan. Refleksi atau tadabbur ayat-ayat al-Qur’an

dapat dijadikan upaya mengatasi permasalahan psikologis, seperti yang termuat

pada QS. Yunus ayat 57 yang artinya :

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada

dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif sebagai intervensi yang diusung dalam

penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa surat Al-Fatihah merupakan pembuka

dari setiap kebaikan, asas dari segala yang ma’ruf, surat yang dibaca berulang-ulang

dalam shalat, serta perbendaharaan ayat-nya menyangkut segala sesuatu

(Mudzkiyyah, Nashori dan Sulistyarini, 2014). Di samping itu, sebagaimana

diketahui bahwa surah Al-Fatihah umum dibacakan untuk kesembuhan penyakit

seperti hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya:

“Bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab.

Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut

enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantasberkata kepada

para sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bias meruqyah

karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang

demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu iapun

mendatangi pembesar kampung tersebut dan ia meruqyahnya dengan

membaca surat Al-Fatihah. Maka pembesar kampung itupun sembuh. Lalu

yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan

menerimanya, -dan disebutkan- ia mau menerima sampai kisah tadi

diceritakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia mendatangi

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan kisahnya tadi kepada

beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan

membaca surat Al-Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas

tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bias tahu Al-Fatihah adalah

ruqyah?” Beliaupun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan

potongkan untukku sebagiannya bersama kalian”.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

32

Menurut Maulana (2017) Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif memiliki

kemiripan dengan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) yakni sama-sama

mengembangkan cara berpikir yang lebih adaptif dan memberikan dampak lebih

baik pada perubahan fungsi afek dan perilaku. Pada penelitian Chattopadhyay dkk

(2017), Cognitive Behaviour Therapy (CBT) terbukti dapat meningkatkan

kepatuhan terhadap terapi antiretroviral pada pasien yang terinfeksi HIV di India

Timur. Namun demikian, refleksi Al-Fatihah yang menurut Purwoko (2013)

memiliki konsepsi bahwasanya manusia adalah ciptaan Allah yang memberikan

petunjuk, keringanan, perlindungan, dukungan, dan keberlangsungan hidup dirasa

lebih efektif. Hal tersebut dapat diasumsikan atas dasar bahwa Terapi Al-Fatihah

Reflektif Intuitif menekankan pada pendekatan religiusitas yaitu menggunakan

ayat-ayat dari surah Al-Fatihah untuk menemukan solusi dari permasalahan

(Maulana, 2017). Unsur religiusitas tersebut akan memperkuat perubahan kognitif

yang terjadi karena akan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan,

sedangkan perubahan yang didapat dari terapi kognitif perilaku hanya bersifat

sementara (Irawati, Subandi, & Kumolohadi, 2011). Berdasarkan penelitian Ilmiah,

Azizah, & Amelia (2017) tingkat religiusitas pun memiliki hubungan yang positif

dengan kepatuhan minum obat ARV pada wanita HIV Positif di Poli VCT RSUD

Waluyojati Kraksaan Probolinggo.

Tahapan dalam menjalankan Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif terbagi

menjadi 8 sesi (Maulana, 2017). Pada sesi pertama, yaitu Pengenalan Program

Membaca Al Fatihah Reflektif-Intuitif, peserta diberikan edukasi terkait gambaran

umum mengenai terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif seperti asbabun nuzul,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

33

keutamaan, manfaat, efek dan keistimewaan surah Al-Fatihah, serta tata cara

membaca Al-Fatihah secara refelektif-intuitif (Maulana, 2017). Pemberian edukasi

tersebut merupakan langkah awal bagi para peserta untuk mengubah pola pikir agar

menjadi lebih positif serta betujuan untuk membuka wawasan menjadi lebih luas.

Menurut penelitian Zhao, Sampson, Xia dan Jayaram (2015), kepatuhan terhadap

pengobatan terbukti secara signifikan lebih baik pada pasien yang menerima

psikoedukasi singkat pada terapi.

Pada sesi ini, fasilitator juga akan membangun kedekatan dengan peserta

melalui perkenalan dan menjalin keakraban dari pembicaraan dengan topik-topik

ringan di awal sesi dan pertanyaan terkait kesulitan-kesulitan yang dialami selama

proses pengobatan, sehingga peserta merasa diterima, diperhatikan dan dimengerti

karena mendapat dukungan sosial secara tersirat dari fasilitator maupun dari sesama

peserta lainnya. Menurut Brannon & Feist (2010) dukungan sosial secara tersurat

maupun tersirat membantu seseorang merasa diterima, sehingga dukungan sosial

termasuk dalam enviromental factors yang mempengaruhi kepatuhan minum obat.

Di samping itu, kondisi pikiran yang positif yang didapat dari psikoedukasi singkat

yang diberikan dapat menjadi perantara yang baik antara dukungan sosial dan

kepatuhan minum obat. Sebagaimana penelitian Gonzalez dkk (2004) yang

mengungkapkan bahwa kondisi pikiran yang positif (positive state of mind)

memediasi hubungan antara dukungan sosial dan kepatuhan pada laki-laki dan

perempuan yang hidup dengan HIV/AIDS.

Sesi kedua membahas ayat pertama surah Al-Fatihah yakni “Dengan Menyebut

Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”. Pada sesi ini, dari proses

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

34

refleksi makna ayat 1, peserta akan memahami bahwa berkah, rahmat dan

pertolongan Allah selalu datang ketika memulai sebuah urusan dengan nama Allah.

Selain itu, dari proses penghayatan makna ayat 1, peserta juga akan merasakan

bahwa Allah selalu bersama dirinya sehingga menimbulkan perasaan tenang dan

kemampuan untuk memandang positif hal-hal yang terjadi dalam hidup (Julianto &

Subandi, 2015). Oleh karena itu, peserta yang memiliki core beliefs “Saya pasti

menjadi tidak produktif setelah mengkonsumsi ARV” akan mengurangi prasangka

negatif tersebut karena yakin bantuan Allah akan datang.

Sikap yang mengandalkan keimanan tersebut akan membawa peserta pada

perilaku kepatuhan minum obat karena yakin bahwa Allah akan

menyanggupkannya untuk menghadapi efek samping obat dan membantunya untuk

dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Badahdah & Pedersen (2011) pada wanita dengan

rentang usia 22-52 tahun yang hidup dengan HIV/AIDS. Subjek pada penelitiannya

berbicara mengenai meletakkan hidupnya di tangan Allah, lalu meminta Allah

untuk mengingatkannya meminum obat tepat waktu, memaafkan pasangannya,

serta membantunya menghadapi efek samping obat dan mengatasi kesepian

maupun kesedihan yang dirasakan (Badahdah & Pedersen, 2011). Lebih lanjut

Badahdah & Pedersen (2011) mengungkapkan bahwa menggantungkan nasib pada

iman (keyakinan) seperti yang dilakukan oleh subjek pada penelitiannya tersebut

menjadi salah satu faktor yang mendukung kepatuhan pasien HIV terhadap

pengobatan ARV.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

35

Sesi ketiga membahas ayat kedua surah Al-Fatihah yakni “Segala Puji Bagi

Tuhan Semesta Alam”. Pada sesi ini, dari proses refleksi makna ayat 2, peserta akan

memahami bahwa Allah adalah Pencipta, Pengatur dan Penguasa Alam ini. Selain

itu, dari proses penghayatan makna ayat 2, peserta akan menghayati bahwa kejadian

dalam hidupnya adalah sebuah kebesaran Allah dan manusia tidak akan pernah bisa

menghitung luasnya nikmat Allah. Pemahaman dan penghayatan makna tersebut

akan menghantarkan peserta pada rasa syukur kepada Allah. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Kustanti dan Pradita (2017) mengenai self efficacy penderita

HIV/AIDS dalam mengkonsumsi antiretroviral diketahui bahwa aspek

kebersyukuran mendorong sebagian besar subjeknya yang beragama Islam untuk

memiliki self efficacy yang tinggi. Self efficacy atau keyakinan diri pun termasuk

dalam personal factors yang mempengaruhi kepatuhan minum obat menurut

Brannon dan Feist (2010).

Adapun pada sesi keempat, ayat surah Al-Fatihah yang didiskusikan adalah

ayat 3 yakni “Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”. Dari proses refleksi

makna ayat 3, peserta akan memahami bahwa Allah memiliki sifat Pengasih dan

Penyayang. Selain itu, dari proses penghayatan makna ayat 3, peserta dapat

merasakan bahwa motivasi dalam hidup ini adalah karena cinta kepada Allah, takut

kepada Allah dan pengharapan kepada Allah (Maulana, 2017). Oleh karena itu

peserta menjadi tergerak untuk melakukan sesuatu karena Allah untuk mendapat

kasih sayang-Nya. Upaya untuk mencari hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan,

mencari cinta dan perhatian Tuhan, serta fokus pada agama untuk berhenti

mengkhawatirkan masalah merupakan koping religius positif yang secara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

36

signifikan dikaitkan dengan kepatuhan minum obat yang lebih baik. Pernyataan

tersebut diungkapkan oleh Ayuk, Udonwa dan Gyuse (2017) dalam penelitiannya

terkait pengaruh spiritualitas dan agama pada kepatuhan terhadap terapi

antiretroviral yang sangat aktif pada pasien dewasa HIV/AIDS di Calabar, Nigeria.

Pada sesi selanjutnya, yakni sesi kelima, fasilitator dan peserta akan

mendiskusikan ayat 4 surat Al-Fatihah yang memiliki arti “Yang Menguasai Hari

Pembalasan”. Dari proses refleksi dan penghayatan makna ayat 4, peserta dapat

memahami bahwa kehidupan di dunia akan ada perhitungan dan pembalasannya,

serta merasakan bahwa hidupnya akan dihitung dan dibalas (Maulana, 2017). Tidak

hanya terkait pembalasan di hari akhir, tetapi juga pada konteks kehidupan. Atas

kuasa Allah, hasil yang dipetik di masa depan adalah buah dari perilaku saat ini.

Peserta menjadi yakin bahwa Allah akan menghitung dan memberikan pembalasan

yang setara dengan upaya yang dikerahkannya, sehingga dapat mempercayai hasil

atau manfaat dari pengobatan yang peserta lakukan. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Kustanti dan Pradita (2017) diketahui bahwa sebagian besar penderita

HIV/AIDS di LSM Kebaya Yogyakarta memiliki self efficacy yang tinggi dalam

mengkonsumsi ARV (87,5%) dikarenakan memiliki keyakinan akan manfaat ARV.

Lebih lanjut Kustanti dan Pradita (2017) menuturkan bahwa hal tersebut kemudian

berdampak baik pada kemampuan penderita HIV/AIDS untuk mengatur

pengobatan.

Berikutnya adalah sesi keenam yang memuat pembahasan terkait ayat 5 surah

Al-Fatihah yakni “Hanya Kepada Engkaulah Kami Menyembah dan Hanya Kepada

Engkaulah Kami Memohon Pertolongan”. Dari proses refleksi makna ayat 5,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

37

peserta dapat memahami bahwa hanya Allah tempat berserah diri menyembah dan

memohon pertolongan, serta memahami bahwa ia akan merasa berharga bila

beribadah pada Allah. Adapun dari proses penghayatan makna ayat 5, peserta dapat

merasakan pertolongan Allah setiap menghadapi kesulitan hidup dan merasakan

kenikmatan dalam beribadah kepada Allah (Maulana, 2017). Pemahaman maupun

penghayatan makna ayat tersebut akan membentuk core beliefs “Saya lemah di

hadapan Allah, oleh karena itu saya menyandarkan diri kepada-Nya dan meminta

pertolongan kepada-Nya untuk menjalankan taat dan mencapai semua keperluan

saya”. Core beliefs tersebut diharapkan akan membawa peserta pada keinginan

untuk semakin ingin mendekatkan diri pada Allah, sehingga dapat melakukan

ibadah dengan senang hati. Menurut Yuniar, Handayani dan Aryastami (2013),

beberapa di antara partisipan penelitiannya yang merupakan Orang dengan

HIV/AIDS (ODHA) menjadi lebih semangat untuk hidup setelah melakukan

kegiatan ibadah ataupun setelah mendapat dukungan dari tokoh-tokoh agama

melalui ceramah. Oleh karena itu, ibadah yang dilakukan beriringan dengan

keyakinan yang semakin diperkuat tersebut dapat dikatakan memicu motivasi untuk

hidup serta keinginan untuk sembuh/sehat yang lebih besar. Yuniar, Handayani &

Aryastami (2013) pun menuturkan bahwa motivasi untuk hidup dan keinginan

sembuh/sehat termasuk dalam faktor pendukung ODHA untuk mengkonsumsi

ARV.

Sesi selanjutnya adalah sesi ketujuh yakni pembahasan terkait ayat 6 surah Al-

Fatihah yang memiliki arti “Berikan Kami Petunjuk Jalan Yang Lurus”. Dari proses

refleksi dan penghayatan makna ayat 6, peserta dapat memahami bahwa hidayah

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

38

adalah milik Allah dan merasakan bahwa Allah akan memberikan hidayah apabila

ia memohon dengan sungguh-sungguh (Maulana, 2017). Hal ini menumbuhkan

harapan dan keyakinan akan masa depan yang diberkahi oleh hidayah Allah. Pada

penelitian Arriza, Dewi dan Kaloeti (2011) dikatakan bahwa optimism dan harapan

terhadap masa depan merekonstruksi kebahagiaan pada ODHA. Maka, perasaan

seolah-olah semakin diyakinkan bahwa peserta mengidap penyakit yang sangat

berat karena mengkonsumsi obat ARV dapat dihilangkan karena tergantikan oleh

perasaan bahagia dalam upaya memperoleh hidayah Allah melalui ketekunan

menjalani proses pengobatan. Hal ini didukung dengan pernyataan Brannon dan

Feist (2010) yang mengatakan bahwa emosi termasuk dalam personal factors yang

dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat.

Adapun sesi terakhir adalah sesi yang memuat pembahasan terkait ayat ketujuh

surah Al-Fatihah yang mengandung arti “(Yaitu) Jalan Orang-orang Yang Telah

Engkau Beri Nikmat Kepada Mereka, Bukan (Jalan) Mereka Yang Dimurkai dan

Bukan (Pula Jalan) Mereka Yang Sesat”. Dari refleksi makna ayat 7, peserta akan

memahami bahwa manusia harus selalu istiqomah dan menghindari jalan yang

penuh dengan murka Allah (Maulana, 2017). Oleh karena itu peserta akan menjauhi

hal-hal yang tidak disukai Allah, termasuk sikap pasrah atau tidak berupaya untuk

sembuh karena berputus asa dari rahmat Allah. Sebagaimana yang termuat dalam

QS. Az-zumar ayat 53 yang berarti; “Wahai hamba-hambaKu yang melampaui

batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh Dia-lah Yang

Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

39

Adapun dari proses penghayatan makna ayat 7, peserta akan merasakan bahwa

dengan istiqomah maka ia akan terhindar dari jalan yang dimurkai Allah. Maka

peserta akan menghilangkan sikap berputus asa yang tidak disukai Allah dan

menjadi konsisten dalam menjalani pengobatan sebagai bentuk ikhtiar agar dapat

istiqomah meraih hidayah Allah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Anastasiades, Gupton, Fritz, Calzada dan Stillman (2016) yang menemukan

bahwa depresi dan keputusasaan memiliki dampak negatif yang signifikan pada

tingkat kepatuhan. Ketika depresi dan keputusasaan meningkat, tingkat

ketidakpatuhan pasien juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa sesi kedua hingga sesi terakhir

merupakan tahapan inti pada Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif yang

mendiskusikan satu persatu ayat surah Al-Fatihah. Selain refleksi makna, hal lain

yang ditekankan berulang-ulang dalam Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif adalah

penghayatan makna ayat-ayat Al-Fatihah. Pada sesi-sesi tersebut, peserta diarahkan

untuk dapat merefleksikan dan merasakan makna dari masing-masing ayat. Di

samping itu, peserta kemudian diwajibkan menerapkan terapi ini dalam kehidupan

sehari-hari. Tugas rumah atau penerapan yang ditugaskan oleh Fasilitator selama

masa terapi merupakan upaya untuk membantu peserta dalam mengubah perilaku

disfungsional secara kontinu. Ibu Rumah Tangga dengan HIV Positif diminta untuk

membaca surah Al-Fatihah secara reflektif intuitif minimal 3 kali selepas sholat

maghrib, sholat isya dan sholat subuh. Pembiasaan yang dilakukan tersebut akan

membentuk pola perilaku yang sehat. Menurut Machfoedz dalam Suharjana (2012)

salah satu cara membentuk perilaku adalah dengan kondisioning atau kebiasaan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

40

Apabila individu membiasakan diri dengan berperilaku seperti yang diharapkan

kaidah-kaidah tertentu, maka perilaku tersebut akan terbentuk dengan sendirinya.

Ketika Ibu Rumah Tangga dengan HIV positif membiasakan merefleksikan dan

mengintuisikan ayat-ayat surah Al-Fatihah di setiap hari, Ibu Rumah Tangga

dengan HIV positif tersebut akan terbiasa dan tidak terbebani dengan kegiatan yang

diwujudkan tersebut, sehingga manfaat dan keistimewaan yang terkandung dalam

ayat-ayat surah Al-Fatihah pun akan mengiringi dan membentuk perilaku yang

mencerminkan kepatuhan dalam pengobatan secara konsisten.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

41

Gambar 1. Bagan Dinamika Psikologis

Ibu Rumah Tangga dengan HIV Positif

Subjek memiliki pikiran bahwa hidupnya seperti diatur oleh obat yang dikonsumsinya

dan meyakini bahwa efek samping obat pasti membuatnya menjadi tidak produktif.

Subjek memiliki perasaan bosan dan malas untuk segera minum obat serta merasa

seolah-olah semakin diyakinkan bahwa dirinya mengidap penyakit yang sangat berat.

Kepatuhan Minum obat ARV Rendah

Subjek mengembangkan perilaku yang menunda-nunda mengkonsumsi

obat, bahkan dengan sengaja melewatkan waktu untuk meminum obat.

Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif:

Pengenalan Program Membaca Al Fatihah Reflektif-Intuitif

“Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

“Segala Puji Bagi Tuhan Semesta Alam”

“Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

“Yang Menguasai Hari Pembalasan”

“Hanya Kepada Engkaulah Kami Menyembah dan Hanya Kepada Engkaulah Kami

Memohon Pertolongan”

“Berikan Kami Petunjuk Jalan Yang Lurus”

“(Yaitu) Jalan Orang-orang Yang Telah Engkau Beri Nikmat Kepada Mereka, Bukan

(Jalan) Mereka Yang Dimurkai dan Bukan (Pula Jalan) Mereka Yang Sesat”

Meningkatkan Kepatuhan Minum obat ARV

Subjek menyandarkan diri kepada-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya untuk

membuatnya mampu menghadapi efek samping obat dan mencapai semua keperluannya.

Subjek menjadi semangat untuk menjalani pengobatan karena yakin akan bantuan-Nya.

Maka, subjek pun tidak dengan sengaja melupakan ataupun lalai terhadap pengobatannya dan

bersedia mengikuti instuksi dari dokter maupun penyedia kesehatan lainnya.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepatuhan Minum obat 1. Definisi

42

Keterangan :

: Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif

: Kondisi subjek setelah pemberian terapi

: Kondisi subjek sebelum diberi terapi

: Dampak

D. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif efektif

untuk meningkatkan kepatuhan minum obat ARV pada Ibu Rumah Tangga dengan

HIV positif. Kelompok Ibu Rumah Tangga dengan HIV Positif yang memperoleh

intervensi Terapi Al-Fatihah Reflektif Intuitif akan memiliki tingkat kepatuhan

minum obat ARV yang lebih tinggi dibandingkan kelompok Ibu Rumah Tangga

dengan HIV Positif yang tidak mendapatkan intervensi Terapi Al-Fatihah Reflektif

Intuitif.