bab ii tinjauan pustaka - repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/1085/3/bab ii.pdf ·...

26
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) 1. Pengertian Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Unsafe action adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian cedera hingga kematian. 1,2 Sebanyak 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe action atau tindakan tidak aman. 1 Kecelakaan yang diakibatkan tindakan tidak aman (Unsafe Action) dianggap sebagai hasil dari perilaku manusia dan pihak manajemen perusahaan. 10 2. Jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) yang dapat menyebabkan kerugian / kecelakaan, antara lain: a. Gagal memperingatkan, kecepatan tidak layak atau berbahaya, Memakai alat tidak layak pakai, tidak menggunakan APD dengan semestinya, gagal mengikuti prosedur, mengoperasikan mesin yang tidak sesuai dengan keahliannya. 2 b. Operasi tanpa otorisasi, membuat alat pengaman tidak berfungsi, menghilangkan alat pengaman, servis alat yang sedang beroperasi, beban kerja yang berlebihan. 3 c. Penempatan tidak tepat, pengangkatan yang tidak sesuai prosedur, posisi tidak aman, bercanda, main-main, bersenda guru berlebihan, mabok alcohol dan obat obatan terlarang, mengangkut beban yang berlebihan. 27 3. Penyebab Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Unsafe action atau tindakan tidak aman merupakan kesalahan manusia dalam suatu pengambilan sikap dan tindakan. http://repository.unimus.ac.id

Upload: haphuc

Post on 26-Sep-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

1. Pengertian Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Unsafe action adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak

aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang menimbulkan

kerugian cedera hingga kematian.1,2 Sebanyak 85% kecelakaan kerja

disebabkan oleh unsafe action atau tindakan tidak aman.1 Kecelakaan

yang diakibatkan tindakan tidak aman (Unsafe Action) dianggap

sebagai hasil dari perilaku manusia dan pihak manajemen perusahaan.10

2. Jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) yang dapat

menyebabkan kerugian / kecelakaan, antara lain:

a. Gagal memperingatkan, kecepatan tidak layak atau berbahaya,

Memakai alat tidak layak pakai, tidak menggunakan APD dengan

semestinya, gagal mengikuti prosedur, mengoperasikan mesin yang

tidak sesuai dengan keahliannya.2

b. Operasi tanpa otorisasi, membuat alat pengaman tidak berfungsi,

menghilangkan alat pengaman, servis alat yang sedang beroperasi,

beban kerja yang berlebihan.3

c. Penempatan tidak tepat, pengangkatan yang tidak sesuai prosedur,

posisi tidak aman, bercanda, main-main, bersenda guru berlebihan,

mabok alcohol dan obat obatan terlarang, mengangkut beban yang

berlebihan.27

3. Penyebab Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

Unsafe action atau tindakan tidak aman merupakan kesalahan

manusia dalam suatu pengambilan sikap dan tindakan.

http://repository.unimus.ac.id

2

Klasifikasi kesalahan manusia, antara lain :

a. Kesalahan dikarenakan lupa.4

Kesalahan yang dilakukan dikarenakan lupa, akan tetapi

sebenarnya orang tersebut mengetahui, mampu, dan berniat

mengerjakan suatu hal secara benar dan aman dan telah biasa

melakukannya. Misalnya menekan tombol yang salah.

b. Kesalahan dikarenakan tidak tahu.12

Kesalahan yang terjadi dikarenakan tidak mengetahui cara

mengerjakan pekerjaan secara benar dan aman atau terjadi

perhitungan yang salah. Kesalahan ini biasanya dikarenakan

kurangnya pelatihan, kesalahan instruksi, informasi yang berubah

tidak diberitahukan.

c. Kesalahan dikarenakan tidak mampu.12

Kesalahan yang terjadi dikarenakan orang tersebut tidak mampu

melakukan pekerjaannya. Misalnya, pekerjaan terlalu sulit, beban

fisik dan mental yang terlalu berat akan pekerjaan tersebut, tugas

yang terlalu banyak.

d. Kesalahan yang dikarenakan kurang motivasi.28

Kesalahan dikarenakan kurangnya motivasi dapat terjadi

dikarenakan, antara lain :

1) Dorongan pribadi

Terburu-buru karena ingin cepat selesai, melalui jalan pintas,

ingin merasa nyaman, malas untuk memakai APD, menarik

perhatian dengan mengambil resiko yang berlebihan.

2) Dorongan lingkungan

Lingkungan fisik, sistem manajemen, (contoh : dari pemimpin,

dll).

e. Kesalahan dikarenakan aturan: 12

Kesalahan yang dikarenakan pekerja tidak melakukan pekerjaan

yang seharusnya dilakukan/melakukan aktivitas yang tidak sesuai

dengan standar dan prosedur yang telah diterapkan, misalnya

http://repository.unimus.ac.id

3

pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi

kerja yang telah dibuat.

4. Akibat yang ditimbulkan dari Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)

a. Akibat langsung (direct lost).5,6

Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak

aman (unsafe action) secara langsung antara lain kecelakaan kerja

yang dapat menyebabkan cedera sampai dengan kematian, dan

kerugian yang harus dikeluarkan perusahaan untuk biaya

pengobatan dan perbaikan sarana produksi yang rusak yang

ditimbulkan kecelakaan kerja.

b. Akibat tidak langsung (indirect los).2,30

Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak

aman (unsafe action)secara tidak langsung biasanya akan dirasakan

dalam kurun waktu yang relatif lama, antara lain penyakit akibat

kerja yang dapat memberikan kerugian diantaranya kerusakan

lingkungan tempat kerja dan kerusakan organ tubuh yang

mengalami penyakit akibat kerja. selain itu jam kerja hilang,

kerugian produksi, kerugian sosial serta citra perusahaan dan

kepercayaan konsumen pun akan menurun.

5. Faktor – faktor yang berhubungan dengan Tindakan tidak Aman

(Unsafe Action)

a. Persepsi

Persepsi merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

perilaku. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat

diketahui melalui persepsi. Kemampuan individu merespon

stimulus yang menyebabkan persepsi antara individu berbeda.7

Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja merupakan unsur

penentu kemajuan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.12

Kecocokan yang dapat ditemukan dalam perusahaan oleh

karyawan dari segi persepsi tempat kerja yang baik kondisi kerja

http://repository.unimus.ac.id

4

yang menyenangkan, penugasan pekerjaan yang menarik, bayaran

yang bagus, manajemen yang pengertian dan bertanggung jawab,

hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa apabila ditemukan

kecocokan tersebut oleh semua karyawan.8

Dari hasil penelitian di PT. Semen Tonasa menyatakan

dari 38 responden dengan persepsi baik, sebanyak 33 orang

(86,8%) yang memiliki perilaku aman dan 5 orang (13,2%) yang

memiliki perilaku tidak aman. Sedangkan dari 22 responden yang

memiliki persepsi buruk, sebanyak 12 orang (54,5%) yang

berperilaku aman dan 10 orang (45,5%) yang berperilaku tidak

aman. Adanya hubungan antara faktor persepsi dengan perilaku

tidak aman.31

Berdasarkan penelitian di PT. EGS Indonesia dinyatakan

terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dan perilaku

tidak aman pada pekerja.13

b. Pengalaman kecelakaan kerja

Pengalaman kecelakaan kerja merupakan suatu pelajaran

penting bagi pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja.

Kecenderungan perilaku lebih berhati-hati dan lebih taat terhadap

peraturan di tempat kerja dilakukan pada pekerja yang pernah

mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pekerja yang tidak pernah

mengalami kecelakaan kerja cenderung untuk meremehkan

peraturan dan keselamatan kerja. Akan tetapi biasanya pekerja

yang pernah mengalami kecelakaan kerja tidak kapok untuk

melakukan kesalahan yang sama.14

Hasil penelitian di PT. Barata (PERSERO) Unit Usaha Mandiri

Tegal menunjukkan bahwa pengalaman kecelakaan berhubungan

dengan tindakan tidak aman. 14

http://repository.unimus.ac.id

5

c. Stress Kerja

Tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat yang tidak

sesuai dengan kemampuan seseorang dapat mengakibatkan stress

kerja.16 Stres kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada

pekerja. Baik secara fisiologis, psikologis dan perilaku. Stres yang

dialami secara terus-menerus dan tidak terkendali dapat

menyebabkan terjadinya burnout yaitu kombinasi kelelahan secara

fisik, psikis dan emosi.16

Salah satu faktor penyebab utama seseorang melakukan

perilaku tidak aman yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan

kerja adalah stres dan kelelahan.15

Hasil penelitian di PT. Sango Ceramics Indonesia,

Semarang menunjukkan bahwa pada kelompok yang sangat

kelelahan yang berperilaku tidak aman lebih besar 66,67% daripada

perilaku aman 33,33%. Sedangkan untuk kelompok yang lelah

yang berperilaku aman lebih besar 80,00% daripada perilaku tidak

aman 20,00%. Penyebab seseorang mengalami kelelahan karena

kebutuhan stress akibat kerja sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya kecelakaan kerja.17

Hasil penelitian di Hotel kota Banjarmasin, Kalimantan

Selatan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara stres

kerja dengan perilaku berbahaya pada pekerja shift malam yang

signifikan. Nilai korelasi adalah r = 0,475 (p < 0,01) yaitu semakin

tinggi stres kerja pekerja shift malam, semakin tinggi juga perilaku

berbahaya.16

d. Reward and Punishment

Reward dapat mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan

setiap individu dengan perasaan senang, bahagia yang biasanya

akan berdampak individu tersebut melakukan perbuatan baik secara

berulang-ulang.18

http://repository.unimus.ac.id

6

Punishment diberikan kepada pekerja yang melanggar

peraturan dan prosedur keselamatan kerja. Dengan adanya sanksi

diharapkan pekerja dapat lebih mematuhi peraturan yang telah

ditetapkan. Hukuman menekan atau melemahkan perilaku atau

tindakan tidak aman dan sebagai kontrol terhadap lingkungan kerja

sehingga pekerja terlindungi dari insiden. Para pekerja dan pegawai

mestinya diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga

tercipta suatu kegiatan kerja yang aman.9

Reward and punishment merupakan salah satu kebijakan

manajemen yang dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja

yang diakibatkan oleh unsafe action. Faktor yang mempengaruhi

kinerja adalah pengharapan yang dibebani konsekuensi, yaitu

dimana dalam konsekuensi tersebut telah tercakup reward and

punishment didalamnya.

Dari sebuah di PT. Indofood Sukses Makmur, Jakarta

menyatakan adanya reward and punishment berpengaruh terhadap

unsafe action sebesar 28,6% sedangkan tidak adanya reward and

punishment menyebabkan unsafe action 66,7%.19

e. ShiftKerja

Shift kerja merupakan salah satu penyebab utama

kecelakkan kerja yang disebabkan manusia adalah dikarenakan

kelelahan yang berkontribusi 50 % terhadap terjadinya kecelakaan

kerja. Dan kelelahan salah satunya disebabkan oleh gangguan tidur

yang antara lain dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan

gangguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja.20

Pekerja sift malam 28 % memiliki resiko lebih tinggi

mengalami tindakan tidak aman yang menyebabkan cidera atau

kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan, gangguan tidur dan

kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari unsafe

action atau tindakan tidak aman dan sebagai tingkat kesalahan

manusia.10

http://repository.unimus.ac.id

7

Hasil penelitian pada bagian Threading Unit Produksi I

PT. X di Surabaya menunjukkan bahwa kejadian unsafe action

yang menyatakan rendah memiliki frekuensi terbesar pada shift

pagi yaitu 96,7%, namun unsafe action yang menyatakan rendah

mengalami penurunan pada shift kerja sore menjadi 90% dan

mengalami penurunan kembali pada shift malam menjadi 60%.

Perbedaan dapat disebabkan oleh kurangnya pengawasan tentang

keselamatan yang dilakukan pada shift sore dan malam hari serta

terganggunya circadian rhytm pada tubuh.21

Hasil penelitian PT. Newmont Nusa Tenggara di

Kabupaten Sumbawa Barat menunjukkan shift kerja malam lebih

beresiko untuk terjadinya stress sedang dibandingkan shift kerja

pagi. Pekerja yang bekerja pada shift pagi mengalami stres ringan

lebih tinggi karena memiliki waktu istirahat yang lebih banyak dan

penerangan saat bekerja yang cukup sehingga beban kerja tidak

terlalu berat. Shift malam mengalami stres yang lebih tinggi karena

pekerjaan pada shift malam banyak terdapat kegiatan kerja lembur

sehingga waktu istirahat sedikit.22

f. Pengawasan

Pengawas dapat mempengaruhi terjadinya tindakan tidak

aman yang menyebabkan kecelakaan kerja.23 Pengawas memiliki

peran dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap ketrampilan, dan

kebiasaan, akan keselamatan setiap pekerja dalam suatu area

tanggung jawabnya. Pengawas lebih mengetahui secara baik

tentang para pekerjanya, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatan

dan ketrampilan dalam bekerja.12

Pengawasan merupakan salah satu tugas mutlak

diselenggarakan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis

yang dilakukan oleh pekerja.12

http://repository.unimus.ac.id

8

Bila fungsi pengawasan tidak dilaksanakan maka

penyebab dasar dari suatu insiden akan timbul yang dapat

mengganggu kegiatan perusahaan.

Menurut penelitianPT. Sim Plant Tambun II. Jakarta

menyatakan ada hubungan pengawasan dengan tindakan aman.12

B. Persepsi

1. Pengertian

Persepsi adalah suatu perasaan setuju atau tidak setuju berdasar dari

dorongan diri sendiri atau dorongan keikutsertaan orang lain.11

2. Persepsi di pengaruhi oleh hal berikut, antara lain :

a. Frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan

diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, atau cara lain.

b. Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan

tidak terlepas dari dari keadaan lingkungan.35

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

a. Karakter dalam diri si pengarti:

Sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, harapan.

b. Karakter dalam diri target:

Sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang,

kedekatan, kemiripan.

c. Konteks situasi :

Waktu, keadaan kerja, keadaan sosial.32

4. Pekerja atau karyawan cenderung melakukan tindakan tidak aman

(unsafe action) karena beberapa hal, antara lain :

a. Tingkat persepsi oleh pekerja terhadap adanya bahaya / resiko di

tempat kerja.

b. Kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja yang dianggap remeh.

c. Menganggap rendah biaya yang harus dikeluarkan apabila terjadi

kecelakaan kerja.12

http://repository.unimus.ac.id

9

5. Cara Pengukuran Persepsi

Pengalaman yang diperoleh melalui proses berfikir dan belajar

mempengaruhi kesan yang yang akan timbul antara positif atau negatif.

Untuk mengetahui obyektifitas pendapat, penilaian dan keyakinan

responden terhadap suatu obyek. Pengukuran persepsi dilakukan

dengan memberikan pernyataan yang menggambarkan pendapat,

penilaian dan penafsiran responden tentang suatu obyek, kemudian

responden diberikan alternatif pilihan jawaban tersebut. Kesan positif

atau negatif dapat dilihat dari hasil kumulatif dari penilaian.12

Pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan

Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut12:

Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif

a. Sangat Setuju : SS

b. Setuju : S

c. Tidak Setuju : TS

d. Sangat Tidak Setuju : STS

Variabel persepsi diukur dengan pertanyaan, yang terdiri

pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pada aspek positif diberikan

bobot nilai 3 untuk jawaban sangat setuju, 2 untuk jawaban setuju, 1

untuk jawaban tidak setuju, dan 0 untuk jawaban sangat tidak setuju,

sedangkan penilaian untuk pernyataan aspek persepsi negatif diberikan

bobot nilai 0 untuk jawaban sangat setuju, 1 untuk jawaban setuju, 2

untuk jawaban tidak setuju, dan 3 untuk jawaban sangat tidak setuju.

Kemudian hasil skor persepsi dikategorikan menjadi sebagai berikut 13:

a. Unfavorable (negatif) apabila nilainya < nilai median

b. Favorable (positif) apabila nilainya ≥ nilai median

http://repository.unimus.ac.id

10

6. Kesalahan Persepsi

Ada sejumlah kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam

mempersepsikan suatu stimulus/objek tertentu.14

Kesalahan persepsi tersebut antara lain :

a. Stereotyping

Adalah mengkategorikan atau menilai seseorang hanya atas dasar

satu atau beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotip seringkali

didasarkan atas jenis kelamin, keturunan, umur, agama,

kebangsaan, kedudukan atau jabatan.

b. Hallo effect

Adalah kecenderungan menilai seseorang hanya atas dasar salah

satu sifatnya. Misalnya anak yang lincah/banyak bermain dianggap

lebih mudah terkena penyakit daripada anak yang lebih banyak

diam atau santai. Padahal tidak ada hubungannya antara kelincahan

dengan suatu penyakit.

c. Projection

Merupakan kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas

dasar perasaan atau sifatnya. Oleh karenanya projection berfungsi

sebagai suatu mekanisme pertahanan dari konsep diri seseorang

sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya tidak wajar.

C. Stress Kerja

1. Pengertian

Stress kerja merupakan suatu hasil interaksi antara individu

dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan tekanan secara

fisiologis maupun psikologis.15

2. Macam-macam stress 16, antara lain :

a. Stress Emosional

Terjadinya perubahan kehidupan yang dijalani dikarenakan konflik

dalam hidup.

http://repository.unimus.ac.id

11

b. Stress Fisik

Kondisi perubahan pada tubuh yang menyebabkan stress, misalnya

flu, patah tulang, infeksi kulit, nyeri punggung. Stress fisik ini

disebabkan karena terlalu memaksakan akan segala hal.

c. Stress Lingkungan

Stress yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, misalkan

lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin, berada dalam

lingkungan baru, berada dalam ketinggian, dan lingkungan yang

penuh polusi.

d. Stress Asap Rokok

Asap rokok yang beracun yang dapat membuat kerusakan sel dan

organ tubuh.

e. Perubahan Stress Hormonal

Masa pubertas, pramenstrual, kondisi setelah melahirkan,

menopause.

f. Stress Tanggung Jawab

Tanggung jawab yang dirasa berat dan pelimpahan tanggung jawab

atas orang lain.

g. Stress Alergi

Reaksi dan usaha tubuh dalam mengamankan diri bila

dikonfrontasi dengan zat asing yang ditunjukkan oleh alergi.40

3. Gejala stres kerja39, antara lain :

a. Gejala Fisik

Nafas cepat, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab,

rnerasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit,

letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

b. Gejala Perilaku

Bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya,

gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit

konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat keputusan,

hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan

http://repository.unimus.ac.id

12

hilangnya minat terhadap orang lain, perubahan produktivitas,

absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan

dalam kebiasaan makan, meningktanya merokok, dan konsumsi

alkohol, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.

c. Watak dan Kepribadian

Sikap hati - hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi

lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel

menjadi meledak - ledak.

4. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress kerja

Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian

terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil

manfaat dari situasi yang dihadapi.40

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress kerja 2 hal

diantaranya adalah gaya manajemen diri yang buruk dan juga adanya

faktor psikososial.17

a. Gaya manajemen diri yang buruk, diantaranya :

1) Kurangnya partisipasi pekerja dalam pengambilan keputusan.

2) Komunikasi yang buruk antar pekerja maupun atasan di tempat

kerja.

3) Tidak ada atau kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.

4) Hubungan interpersonal atau lingkungan sosial yang buruk.

5) Jenjang karir yang tidak jelas.

6) Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah

ergonomi.

7) Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.41

b. Faktor psikososial, diantaranya :

1) Gaji / upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional

(UPR) atau upah Minimum Provinsi (UMP)

2) Beban kerja yang tidak teratur.

3) Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.

4) Tidak prospek dalam jenjang karir.

http://repository.unimus.ac.id

13

5) Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.

6) Kurangnya penghargaan dalam pekerjaan.41

5. Cara Pengukuran Stress Kerja

Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan

kriteria Hamilton Anxiety Scale (Ham-A). Unsur yang dinilai antara

lain: perasaan ansietas / perasaan cemas, ketegangan, ketakutan,

gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, tonus otot,

gejala somatik fisik, gejala respirasi, gejala gejala kardiovaskuler,

gejala gastrointestinal, gejala urinaria, gejala otonom, gejala tingkah

laku.18

Format original dari kuesioner Ham-A berbahasa inggris yang

diperkenalkan oleh Hamilton 1959, bentuk terjemahan dalam Bahasa

Indonesia diambil dari buku Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan Karya Nursalam (2008). Pada penelitian

ini, dilakukan beberapa penyesuaian dari masing - masing gejala pada

14 pertanyaan tanpa mengurangi skor total kuesioner. Penyesuaian ini

dilakukan dengan menghapus tanda dan gejala yang dianggap tidak

relevan dengan penelitian pada beberapa item pertanyaan.

Unsur yang dinilai dapat menggunakan skoring, dengan

ketentuan penilaian sebagai berikut:

a. Nilai 0 : tidak ada gejala atau keluhan.

b. Nilai 1 : gejala ringan

c. Nilai 2 : gejala sedang.

d. Nilai 3 : gejala berat.

e. Nilai 4 : gejala berat sekali.

Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur

atau item dijumlahkan sebagai indikasi penilaian dertajat

stres,19,20dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Skor ≤ 6 tidak ada stres

b. Skor 7-14 stres ringan

c. Skor 15-24 stres sedang

http://repository.unimus.ac.id

14

d. Skor 25-30 stres berat

e. Skor >30 stres berat sekali

D. Reward and Punishment

1. Pengertian Reward

Reward merupakan ganjaran, hadiah, penghargaan atau

imbalan yang bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat lagi usahanya

untuk memperbaiki atau meningkatkan produktivitas para karyawan

guna mencapai keunggulan yang kompetitif.18

Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat

untuk meningkatkan motivasi kinerja para pegawai. Metode ini bisa

mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan

bahagia, senang dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu

perbuatan baik secara berulang – ulang. Reward juga bertujuan agar

seseorang menjadi semakin giat dalam usaha memperbaiki atau

meningkatkan prestasi yang telah dicapainya.21

Manusia selalu mempunyai cita–cita, harapan dan keinginan.

Inilahyang dimanfaatkan olehmetode reward. Dengan metode ini,

seseorang mengerjakan perbuatan baikatau mencapai suatu prestasi

tertentu akan diberikan reward yang menarik sebagai imbalan. Dengan

demikian, pegawai akan melakukan perbuatan atau tindakan yang baik

dalam bekerja untuk mencapai suatu prestasi agar memperoleh reward

tersebut.45

2. Jenis - jenis Reward

Reward dibagi menjadi dua jenis,yaitu :

a. Penghargaan ekstrinsik (ekstrinsic rewards) adalah segala sesuatu

yang akan diterima oleh seseorang dari lingkungan tempat dia

bekerja, dimana sesuatu yang akan diperolehnya tersebut sesuai

dengan harapannya. Penghargaan ekstrinsik ini diberikan untuk

memuaskan kebutuhan dasar (basic needs), keamanan, kebutuhan

sosial dan kebutuhan untuk mendapat pengakuan.22

http://repository.unimus.ac.id

15

1) Penghargaan finansial:

a) Gaji dan upah23

Gaji adalah bayaran tetap yang diterima seseorang dari

sebuah perusahaan sebagai konsekuensi dari kedudukanya

sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan

tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan.

Upah adalah imbalan yang dibayarkan berdasarkan jam

kerja, jumlah barangyang dihasilkan atau banyaknya

pelayanan yang diberikan.

b) Tunjangan karyawan seperti dana pensiun, perawatan di

rumah sakit dan liburan. Pada umumnya didasarkan pada

senioritas atau catatan kehadiran dan yang tidak

berhubungan dengan kinerja karyawan. 47

c) Bonus/insentif adalah tambahan imbalan di luar gaji/upah

yang diberikan organisasi.24

2) Penghargaan non finansial 47

a) Penghargaan interpersonal (penghargaan antar pribadi)

Manajer memiliki sejumlah kekuasaan untuk

mendistribusikan penghargaan interpersonal, seperti status

dan pengakuan.

b) Promosi:

Manajer menjadikan penghargaan promosi sebagai usaha

untuk menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang

tepat.

b. Penghargaan intrinsik (intrinsic rewards) adalah adalah sesuatu

yang dirasakan langsung oleh seseorang ketika dirinya melakukan

sesuatu.Sesuatu yang dirasakan ini dapat berupa kepuasan dalam

melakukan sesuatu, perasaan lega karena telah menuntaskan

sesuatu serta adanya peningkatan kepercayaan diri dan

sebagainya.46

http://repository.unimus.ac.id

16

1) Penyelesaian (completion)

Kemampuan memulai dan menyelesaikan suatu pekerjaan

merupakan hal yang sangat penting bagi sebagian orang.

Orang- orang seperti ini menilai apa yang mereka sebut

sebagai penyelesaian tugas. Hal ini merupakan suatu bentuk

penghargaan pada dirinya sendiri.

2) Pencapaian (achievement)

Pencapaian merupakan penghargaan yang muncul dalam diri

sendiri, yang diperoleh ketika seseorang meraih suatu tujuan

yang menantang.

3) Otonomi (autonomy) 47

Sebagian orang menginginkan pekerjaan yang memberikan

hak untuk mengambil keputusan dan bekerja tanpa diawasi

dengan ketat. Perasaan otonomi dapat dihasilkan dari

kebebasan melakukan apa yang terbaik oleh karyawan dalam

situasi tertentu.

3. Pengertian Punishment

Punishment adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas

terjadinya suatu perilaku, bisa berupa teguran, penundaan kenaikan gaji,

dan penurunan jabatan.23 Pada dasarnya tujuan pemberian punishment

adalah supaya pegawai yang melanggar merasa jera dan tidakakan

mengulangi lagi.45

Jika reward merupakan bentuk yang positif, maka punishment

adalah sebagai bentuk yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat

dan bijak bisa menjadi alat perangsang pegawai untuk meningkatkan

kinerjanya. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak

senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang

jahat, jadi hukuman yang dilakukan adalah untuk memperbaiki dan

mendidik ke arah yang lebih baik.45

http://repository.unimus.ac.id

17

4. Jenis-jenis punishment

a. Hukuman ringan, dengan jenis25 :

1) Teguran lisan

2) Teguran tertulis

3) Pernyataan tidak puas secara tidak tertulis

b. Hukuman sedang, dengan jenis49 :

1) Penundaan kenaikan gaji

2) Penurunan gaji yang besaranya disesuai dengan peraturan

perusahaan

3) Penundaan kenaikan pangkat atau promosi

c. Hukuman berat, dengan jenis26:

1) Penurunan pangkat atau demosi

2) Pembebasan dari jabatan

3) Pemberhentian kerja atas permintaan karyawan yang

bersangkutan

4) Pemutusan hubungan kerja

5. Cara Pengukuran Reward and Punishment

Pengukuran reward and punishment responden dapat

dilakukan dengan wawancara atau kuesioner menanyakan tentang isi

pertanyaan yang diukur dari responden, dilakukan penilaian / scoring

pada masing-masing pertanyaan.

Penilaian reward and punishment dibagi dalam 2 kategori,45yaitu:

a. Rendah : jika skor ≤ mean

b. Tinggi : jika skor > mean

E. Shift Kerja

1. Pengertian Shift Kerja

Shift kerja berbeda dari hari biasanya yang dilakukan secara

teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan shift

kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24

jam/hari.40

http://repository.unimus.ac.id

18

Pekerja shift adalah orang yang bekerja diluar jam kerja normal dalam

seminggu. Para pekerja shift termasuk mereka yang bekerja dalam tim berotasi,

pekerja malam dan mereka yang bekerja pada jam – jam yang tidak umum, minggu

kerja yang tidak umum, dan hari kerja yang diperpanjang.40

2. Ketentuan Waktu Kerja

Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.xxvii yaitu antara

lain :

a. 7 (Tujuh) jam 1(satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu : atau

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5

(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.xxviii

3. Ketentuan Waktu Istirahat

Selain itu pengusaha wajib memberi waktu dan cuti kerja pekerja / buruh.xxix

Waktu istirahat dan yang dimaksud antara lain :

a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja 4

(empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.

b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.xxx

4. Cara pengukuran Shift Kerja

Pengukuran shift kerja dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner

menanyakan tentang isi pertanyaan yang diukur dari responden, untuk mengetahui

apakah melakukan tindakan tidak aman pada shift kerja pagi, siang atau malam,

dilakukan penilaian/scoring pada masing-masing pertanyaan. Dan tiap jawaban yang

menjawab malam diberi nilai 2, siang diberikan nilai 1, pagi diberikan nilai 0.

F. Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu pekerjaan yang berarti mengarahkan yaitu

memberikan tugas, menyediakan instruksi, pelatihan dan nasihat kepada individu juga

http://repository.unimus.ac.id

19

termasuk mendengarkan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan

pekerjaan serta menanggapi keluhan bawahan.xxxi

2. Tujuan Pengawasan

Tujuan dari pengawasan itu sendiri untuk memberikan motivasi pekerja untuk

bekerja secara benar dan memastikan para pekerja mengetahui cara melakukan

pekerjaannya secara benar.55

3. Hal yang diidentifikasi saat melakukan pengawasan28,xxxii :

a. Masalah keselamatan kerja (bahaya kebakaran, desain yang tidak aman, penataan

lokasi kerja yang tidak baik).

b. Keadaan peralatan dan mesin yang digunakan tidak layak atau rusak.

c. Letak peralatan pengaman.

d. Kegiatan pekerja yang tidak aman (cara kerja yang salah, penggunaan alat yang

tidak aman, kesalahan dalam menggunakan APD).

e. Memastikan kemungkinan masih adanya kondisi bahaya.

f. Memastikan lorong dan jalan yang dilalui aman.

g. Penataan material ecara baik dan benar.

h. Memastikan apakah pekerja mengikuti peraturan yang ada.

i. Pengawasan dilakukan sesering mungkin sehingga segera dapat diketahui dan

segera diperbaiki saat terdapat kondisi berbahaya atau tindakan tidak aman.

4. Tehnik Pengawasan

Tehnik pengawasan dibagi menjadi 2 tehnik, antara lain pengawasan

langsung yang dilakukan oleh pimpinan terhadap kegiatan yang sedang berjalan dan

pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan memalui laporan yang disampaikan oleh

bawahan. Melakukan pengamatan secara langsung dan berkala yang kemudian apabila

ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung

guna mengatasinya.28

5. Cara Pengukuran Pengawasan

Pengukuran pengawasan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner

menanyakan tentang isi pertanyaan yang diukur dari responden, dilakukan

penilaian/scoring pada masing-masing pertanyaan. Penilaian tingkat pengawasan

dibagi dalam 2 kategori, xxxiiiyaitu:

http://repository.unimus.ac.id

20

a. Rendah : jika skor ≤ mean

b. Tinggi : jika skor > mean

G. Potensi Bahaya di Percetakan Unit Offset PT. X

Dalam Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana

setiap tenaga kerja berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

Bahaya dan risiko yang terdapat proses percetakan dapat terjadi dari proses kerja,

lingkungan kerja, cara kerja serta alat dan bahan yang digunakan.30 Potensi bahaya yang

ada di percetakan antara lain :

Tabel 2.1 Identifikasi Bahaya

No Aktivitas Potensi bahaya

1.

2.

No.

Cetak

Varnish

Aktifitas

- Terjepit yang dapat mengakibatkan patah tulang pada jari tangan saatpenggantian maupun pemeriksaan roll atau pada peralatan yang berputar.

- Terpercik, terhirup, dan tertelan oleh cairan B3 khususnya solvent ataupelarut dan tinta yang dapat menyebabkan iriasi, sesak pada pernafasan,sampai keracunan.

- Kebakaran dikarenakan bahan kimia yang mudah terbakar (Toluene danEtil asetat)

- Terjepit pada roll- Paparan sinar UV yang menyebabkan kebutaan- Terpercik, terhirup, dan tertelan oleh cairan B3 khususnya solvent atau

pelarut dan tinta yang dapat menyebabkan iriasi, sesak pada pernafasan,sampai keracunan.

- Kebakaran dikarenakan bahan kimia yang mudah terbakar (Toluene danEtil asetat)

Potensi Bahaya

3. Laminasi - Terjepit roll- Terpercik, terhirup, tertelan bahan kimia- Terpeleset bahan kimia

H. Faktor bahaya Percetakan Unit Offset PT. X

1. Faktor Fisika58

a. Kebisingan.

Kebisingan tersebut timbul akibat penggunaan mesin - mesin yang ada pada

area produksi. Kebisingan tersebut timbul akibat penggunaan mesin - mesin yang

ada pada area produksi.

Tabel 2.2 Intensitas Kebisingan

http://repository.unimus.ac.id

21

No Lokasi Pengukuran Hasil (dBA) NAB (dB A)

1 Cetak I 76 852 Cetak II 79,4 853 Varnish 79,6 854 Laminasi 73,7 85

Sumber: Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja (Kepmenaker

No.Kep.51/Men/1999) adalah 85 dBA untukpemaparan 8 jam / hari dan

pemaparan semakin dipersingkat apabila intensitas semakin tinggi.xxxiv

b. Penerangan. Penerangan di setiap pekerjaan yang berbeda untuk menghindari

kecelakaan kerja.

c. Iklim kerja. Penggunaan peralatan kerja yang menggunakan panas, seperti pada

proses pencetakan dan proses laminasi menimbulkan suhu udara di sekitar mesin

menjadi panas. Udara yang panas ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi

operator mesin maupun tenaga kerja yang berada diarea tersebut

2. Faktor Kimia58

a. Terpapar debu.

b. Penggunaan bahan - bahan kimia yang ada di perusahaan yang berupa solvent atau

pelarut, yaitu berupa cairan toluene dan etil asetat. Toluene dan Etil asetat

merupakan bahan kimia yang mudah terbakar dan mempunyai bau yang sangat

menyengat. Sehingga tidak hanya berpotensi bahaya kebakaran, namun juga dapat

mengganggu pernafasan tenaga kerja yang berada di tempat kerja tersebut.

Penggunaan tinta sebagai bahan baku untuk proses cetak juga dapat menimbulkan

iritasi pada kulit apabila mengalami kontak langsung dengan kulit. Penggunaan

bahan kimia juga berpotensi keracunan saat tertelan.

3. Faktor Biologi58

Faktor biologi yang merupakan faktor bahaya yang ada di perusahaan meliputi :

bakteri,virus, microorganisme, serangga, tikus, dan binatang-binatang lain yang

dianggap mengganggu dan dapat menimbulkan suatu penyakit

http://repository.unimus.ac.id

22

4. Faktor Mental - Psikologis58

Hubungan kerja antara karyawan satu dengan karyawan lainnya maupun atasan dengan

bawahan merupakan faktor bahaya mental- psikologis yang perlu mendapat perhatian

khusus karena dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas.

I. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian tentang tindakan tidak aman (unsafe action) maka dapat dirumuskan

kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Teori 11, 20, 15, 23, 35

J. Kerangka Konsep

Kelelahan

Pengawasan

KecelakaanKerja

Tindakan Tidak Aman(Unsafe Action)

PengalamanKecelakaan Kerja

Stress KerjaPersepsi

Reward and Punishment

Shift Kerja

http://repository.unimus.ac.id

23

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

K. Hipotesis

1. Ada hubungan persepsi dengan tindakan tidak aman (unsafe action)

2. Ada hubungan pengalaman kecelakaan kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe

action)

3. Ada hubungan stress kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action)

4. Ada hubungan reward and punishment dengan tindakan tidak aman (unsafe action)

5. Ada hubungan shift kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action)

6. Ada hubungan pengawasan dengan tindakan tidak aman (unsafe action)

Tindakan Tidak Aman(Unsafe Action)

Persepsi

Stress kerja

Pengalaman kecelakaankerja

Pengawasan

Reward and punishment

Shift kerja

http://repository.unimus.ac.id

24

1Deviani D.A, Ardyanto D, Basuki H. Analysis Of Individual Factors With Unsafe Action Toward

The Production Workers Of A Chemical Industry In Gresik Indonesia. International Journal of

Technology Enhancements and Emerging Engineering Research, Vol 3. Surabaya : Unair2Hutaganol, Felix. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Ilmu Kesehatan

Masyarakat. 2012.3Anizar. Teknik Keselamatan dan kesehatan kerja di industry. Graha Ilmu :Yogyakarta. 2009.4Helliyanti P. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman di Dept. Utility and

Operation, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun. Universitas

Indonesia. 20095Pratiwi A.D. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe

Act) Pada Pekerja Di Pt X Tahun 2011. Jakarta. UI. 20126Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Prespektif K3. Jakarta: Dian

Rakyat. 20107Shiddiq S , Wahyu A , Muis M. Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman.

Jurnal Indonesia. 2013

http://repository.unimus.ac.id

25

8P. Robbins, Stephen. Organizational Behaviour, Tenth Edition (Perilaku Organisasi Edisi ke

Sepuluh), Alih Bahasa Drs. Benyamin Molan. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang. 20089Andi. Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di

Proyek Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil Volume 12 No 3. 200710Sharpe, J. Shift Work and Long Hour : Risk Business, Rock Product. 200711Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 200712Azwar, Saifudin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. 201013Utari, G.C. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dan Keterampilan Mengendara Mahasiswa

Terhadap Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding) Di Universitas Gunadarma Bekasi.

Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.201014Azzahy, GH. Tentang Persepsi. 2008 http://Syakira-blog.Blogspot.com.15Sutarto. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Kencana. 201016Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya17Jeyaratman J, Koh D. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja . Jakarta : EGC. 2009. H 2018Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 200819Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta.

Salemba medika. 200820Reinhold,JenniferA.,danGraceEarl.CilinicalTherapeuticsPrimer: Linktothe Evidancefor The

AmbulatoryCarePharmacist.Burnington: AscendLearningCompany. 201421Purnama A.V. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja Karyawan PT. Kereta Api

Indonesia Persero Daop 8. Surabaya : Universitas Wijaya Putra Surabaya. 201522Sule. E T, Saefullah. K, Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009,

hal. 248-249.23Ivancevich, Konopaske, Matteson. Perilaku Manajemen Dan Organisasi. Alih Bahasa Gina

Gania. Jakarta : Erlangga. 200724Mangkunegara, A P. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2013, hal. 89.25Veithzal, R.ManajemenSumberDaya ManusiaUntukPerusahaan.Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada. 2009

http://repository.unimus.ac.id

26

26Koencoro, Galih D. Pengaruh Reward Dan Punishment Terhadap Kinerja. Skripsi.

Universitas Brawijaya. 2013xxviiUndang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 77 ayat 1xxviiiUndang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 77 ayat 2xxixUndang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 79 ayat 1xxxUndang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 79 ayat 2xxxiUtommi, S. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja dalam Mengikuti Prosedur Operasi pada

Pekerja Operator Dump Truck di PT Kaltim Primacoal . Depok : Skripsi UI. 2007xxxiiDelfianda. Survey Faktor Tindakan Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT. Waskita Karya Proyek

World Class University di UI Depok . Jakarta. UI. 2012xxxiiiSuma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung Agung. 2009xxxivSulistiyani, E. Magang tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di P.T. Pura Barutama

Kudus. UNS. 2011

http://repository.unimus.ac.id