bab ii tinjauan pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/bab ii.pdfotot upper trapezius...

31
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Upper Trapezius Syndrome Upper trapezius syndrome yaitu terdapatnya titik nyeri pada otot trapezius bagian atas yang timbul dari ketegangan pada beberapa serabut otot yang berbentuk seperti tali pita dan terlalu kaku ketika disentuh, menimbulkan reaksi kedutan yang terlokalisir yang disebut jump sign (Juniarti , 2018). Sindrom myofascial merupakan kondisi nyeri otot acute/chronic yang ada keberadaan trigger point yang terlalu sensitif terhadap nyeri dan terdapat hanya di satu lokasi yang disebabkan penggunaan otot secara overuse dengan posisi tubuh yang salah saat membawa, mengagkat, mendorong barang, atau menarik barang, Posisi duduk yang tidak benar, menyetir dalam waktu lama dan dalam posisi membungkuk secara tak sadar dengan tanpa istirahat serta terlalu lama bekerja didepan komputer tanpa melakukan aktivitas meregangkan otot-otot yang bekerja. sehingga menyebabkan disfungsi neuromuscular end plate. (Febryana., 2015). Mekanisme myofascial syndrome upper trapezeus yaitu karena menahan postur leher dan kepala agar tidak jatuh kedepan dalam waktu yang lama serta posisi tubuh yang tidak ergonomis sehingga menimbulkan gejala spasme pada otot upper trapezeus. Ketika otot mengalami gejala ketegangan atau kontraksi secara terus menerus, akan menimbulkan tekanan secara mekanis pada jaringan myofascial, dalam waktu yang lama hal ini akan menstimulasi saraf nosiseptor (saraf yang bertanggung jawab terhadap

Upload: others

Post on 10-Apr-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Upper Trapezius Syndrome

Upper trapezius syndrome yaitu terdapatnya titik nyeri pada otot

trapezius bagian atas yang timbul dari ketegangan pada beberapa serabut

otot yang berbentuk seperti tali pita dan terlalu kaku ketika disentuh,

menimbulkan reaksi kedutan yang terlokalisir yang disebut jump sign

(Juniarti, 2018). Sindrom myofascial merupakan kondisi nyeri otot

acute/chronic yang ada keberadaan trigger point yang terlalu sensitif

terhadap nyeri dan terdapat hanya di satu lokasi yang disebabkan

penggunaan otot secara overuse dengan posisi tubuh yang salah saat

membawa, mengagkat, mendorong barang, atau menarik barang, Posisi

duduk yang tidak benar, menyetir dalam waktu lama dan dalam posisi

membungkuk secara tak sadar dengan tanpa istirahat serta terlalu lama

bekerja didepan komputer tanpa melakukan aktivitas meregangkan otot-otot

yang bekerja. sehingga menyebabkan disfungsi neuromuscular end plate.

(Febryana., 2015).

Mekanisme myofascial syndrome upper trapezeus yaitu karena

menahan postur leher dan kepala agar tidak jatuh kedepan dalam waktu yang

lama serta posisi tubuh yang tidak ergonomis sehingga menimbulkan gejala

spasme pada otot upper trapezeus. Ketika otot mengalami gejala ketegangan

atau kontraksi secara terus menerus, akan menimbulkan tekanan secara

mekanis pada jaringan myofascial, dalam waktu yang lama hal ini akan

menstimulasi saraf nosiseptor (saraf yang bertanggung jawab terhadap

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

11

impuls nyeri) yang ada di dalam otot sehingga menimbulkan rasa nyeri

sehingga memicu sekresi hormon norepinephrine sehingga menyebabkan

gangguan kualitas tidur.

Gambar 2.1 Triger Point Upper Trapezius

Sumber: causes of upper back pain (Sellers, 2017).

Sindroma myofascial sering dihubungkan dengan ketegangan

terhadap serabut-serabut kecil otot. Melalui definisi yang telah disepakati,

nyeri pada serabut-serabut kecil otot bersifat menyeluruh, terjadi di atas dan

di bawah pinggang dan pada kedua sisi tubuh. Sementara itu, sindroma

myofasial lebih sering dirasakan sebagai nyeri yang terjadi di beberapa area

terbatas dari tubuh, misalnya, pada bagian di sekitar bahu dan leher, atau

hanya fokus sisi tubuh yang mengalami nyeri (Starlanyl, 2007).

Raymond (2014) menyatakan bahwa myofascial syndrome upper

trapezeus mempunyai sebuah hubungan yang selaras dengan tension type

headache dijelaskan karena penyebab dari tension type headache yaitu oleh

2 faktor yaitu psikis dan fisik. Secara psikis, nyeri pada area kepala ini bisa

muncul karena respon tubuh tehadap suatu tekanan, kecemasan, masalah

emosional, maupun depresi. Penyebab secara fisik yaitu posisi kepala yang

stagnan sehingga menahan beban otot-otot kepala dan leher dalam durasi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

12

waktu yang lama serta kelelahan dalam bekerja sehingga hal ini akan

menyebabkan gangguan kualitas tidur.

Sehingga beberapa orang yang sudah melakukan penelitian

menyimpulkan definisi upper trapezius syndrome adalah sebuah gangguan

fisiologi pada jaringan myofascia pada otot upper trapezius, baik pada saat

kondisi akut maupun kronis, yang ditandai dengan adanya sekumpulan

gejala-gajala seperti trigger point /tender point, taut band, muscle twisting

serta muscle tightness pada otot upper trapezeus.

Gambar 2.2 Triger Point Upper Trapezius

Sumber: Referred pain sindroma miofasial upper trapezius

(Fernandez, 2009).

Pegawai tata usaha Universitas Muhammadiyah Malang yang

merupakan pekerja yang bekerja untuk melakukan aktivitas penghimpunan,

pencatatan, pengolahan, penggandaan, pengiriman berbagai data dan

informasi dalam posisi duduk membungkuk dan elevasi bahu statis dengan

durasi waktu yang lama secara berulang karena posisi jarak meja yang

terlalu rendah yaitu 70 cm dan dengan tinggi kursi sekitar 42 cm sehingga

menyebabkan posisi duduk yang tidak ergonomis karena jarak antara tinggi

meja dan kursi kurang dari 30 cm sehingga kebayanyakan pegawai

mengalami myofascial syndrome upper trapezeus.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

13

Gambar 2.3. Posisi meja dan kursi

Sumber: Data Primer, 2019

Gambar 2.4. Posisi meja dan kursi

Sumber: Data Primer, 2019

Gambar 2.5. Posisi duduk pegawai TU UMM bekerja

Sumber: Data Primer, 2019

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

14

Mills (2010) menyatakan bahwa meja kerja harus disesuaikan

dengan kebutuhan pekerjaan. Untuk sebagian besar tujuan, pegawai kantor

yang bekerja dengan posisi duduk harus memiliki meja sendiri dengan

tinggi 76 cm dari lantai dengan tinggi kursi 42 cm sehingga memberikan

posisi kerja yang nyaman.

B. Anatomi

1. Otot-otot Pada Daerah Punggung Atas

a. Otot Upper Trapezius

Otot trapezius adalah otot yang berfungsi untuk

mempertahankan/membuat postur tidak gangguan atau otot tonik

dengan nervus accecory dan C3-C4 yang bertanggung jawab

melakukan gerakan elevasi, adduksi, dan depresi pada punggung

atas. Otot trapezius akan menahan suatu beban yang berlebihan

ketika terjadi sebuah kesalahan postur berupa mikro dan makro

traumatik. Mikro dan makro trauma biasanya menyebabkan

terjadinya fase kompresi dan ketegangan dalam durasi yang lama

jika di bandingkan dengan fase rileksasi (Syurrahmi et al, 2012).

Adapun gerakan dari upper trapezius muscle yaitu jika

melakukan gerakan mengangkat bahu. dan abd regio scapula. Saat

otot ini melakukan kontraksi dengan pemendekan otot bersama

dengan otot levator scapula sehingga menyebabkan gerak elevasi

pada scapula. Apabila otot upper trapezius melakukan kontraksi 1

sisi saja maka akan terjadi gerakan lateral flexi neck, sedangkan bila

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

15

dilakukan 2 sisi kiri dan kanan maka akan menghasillkan gerakan

ekstensi leher (Julantika, 2018).

Gambar. 2.6. Anatomi Trapezius Muscle

Sumber: Otot upper trapezius (StudyDroid, 2010)

b. Origo

Otot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia

occipitalis external, sepertiga medial linea nuchal os. Occipital,

liigamentum nuchae, dan processus spinosus cervical tujuh.

c. Insertio

Insersio otot uppeer trapezius berapa pada bagian sepertiga

lateral clavicula bone dan processus acromion bone.

d. Saraf dan Vaskularisasi pada m. upper trapezius

Upper trapezius muscle mempunyai nerves yang diinervasi

oleh n. spinal aksesoris (CN IX) dan n. spina cervicalis (C3-C4).

Oleh karena itu, area dermatom otot ini sesuai area dermatom C3-

C4, dimana area dermatom pada C3 adalah fossa supraclavicularis

dan linea midclacularis. Sedanngkan area dermatom C4 pada sendi

acromioclavicularis dan area pada nervesnya sesuai dengan area 10

nervina n. supraclavicularis, yakni pada otot upper trapezius. Otot

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

16

upper trapezius mendapat sirkulasi dari arteri subclavian dan arteri

suprascapular.

2. Karakter otot-otot leher

Otot punggung merupakan otot tipe II yaitu otot yang mempunyai

kedutan yang lamban yang berkontraksi secara konstan bersama otot-

otot yang berada pada daerah bahu yang lain membuat posisi scapula

dan cervical mempertahankan posisi kepala supaya tidak jatuh kedepan

posisi dalam bekerja yang tidak sesuai dengan postur tubuh yang

seharusnya, melemahnya fungsi dari tubuh terutama fungsi dari otot-

otot yang bertanggung jawab terhadap postur tubuh saat bekerja, taruma

atau otot yang tertarik secara berlebihan yang sudah kronis. Terjadinya

kerja yang lebih lama pada otot daripada istirahat sehingga akan terjadi

suatu kondisi otot yang melebihi batas yang biasa disebut Critical Load

sehingga memunculkan kondisi lelah dan tegang pada otot.

(Khoiruddin, 2017).

3. Fascia

Fascia yang berasal dari bahasa latin yang bisa diartikan sebagai

tali pita atau perban, fascia adalah sebuah jaringan berada pada di dalam

tubuh yang terdapat di seluruh tubuh. Fascia tidak hanya bertanggung

jawab untuk menjadikan bentuk tubuh, tetapi fascia juga merupakan

jaringan penghubung dari segala sistem didalam tubuh makhluk hidup

(Clay dan Poun.ds, 2008).

Fascia merupakan sebuah jaringan tubuh yang mempunyai

bagian yang tipis dan berada di seluruh tubuh (superficial fascia) atau

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

17

suatu jaringan yang dapat menghubungkan antar jaringan, bagian dalam

(deep fascia) melindungi struktur tubuh. (Cael, 2010).

a. Struktur

Jaringan fascia mempunyai lapisan yang berjumlah tiga,

yaitu bagian luar superficial fascia, bagian dalam deep fascia dan

bagian antara dalam dan luar subserous fascia. Superficial fascia

terletak langsung di bawah lapisan dermis dari kulit. Fascia

superficial akan menjadi rekat pada jaringan dibawahnya serta

beberapa organ tubuh yang berada disekelilingnya. (Cael, 2010).

Deep fascia bertanggung jawab mulai dari lapisan yang

mengelillingi otot dan struktur yang ada pada dalam tubuh yang

berfungsi untuk membantu pergerakan secara efektif dan efisien

dari kerja otot, membuat jalan untuk jalur-jalur saraf dan pembuluh

darah baik arteri meupun vena, menyediakan tempat tambahan

untuk aktifitas otot, dan sampai menjadi lapisan bantalan yang

empuk untuk otot. (Cael, 2010).

Gambar. 2.7. lapisan. fascia.

Sumber: Carla, 2011

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

18

b. Fungsi Fascia.

Fungsi dari jaringan ikat fascia dapat dipaparkan oleh

Langevine (2009) adalah:

1) Superficial Fascia

Superficial Fascia atau istilah lain fascia superficialis,

tela subcutanea, panniculus adiposus, hypoderm, hypodermis.,

stratum subcutaneous, subcutis, adalah lapisan jaringan

pembungkus yang berlokasi berada pada bagian dibawah kulit

yang dapat dijumpai jaringan otot didalamnya dan berfungsi

untuk membuat gerakan yang terstruktur seperti melakukan

gerakan ekspresi pada otot-otot wajah, bagaimana arah gerakan

untuk tersenyum, menangis, dan cemberut.

2) Deep Fascia

Deep fascia atau lapisan yang terdapat pada bagian bawah

seperti lembaran yang struktur jaringannya tidak terstruktur

yang bertanggung jawab untuk menjaga kumpulan struktur

sesuai dengan lokasinya contohnya otot yang tidak terurai

keluar pada posisinya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Lapisan ini membutuhkan kekuatan yang stabil untuk tetap

menahan struktur lapisan yang terdapat didalam tubuh dan

menahan komposisinya. Terdapat korelasi yang sangat jelas

antara lapisan fascia dengan jaringan musculotendinogen selalu

mengikuti aktifitas serabut otot dan menahan ikatan antar otot.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

19

Gambar 2.8 lapisan cervicothoracic fascia

Sumber: Margaret, 2015

4. Tanda dan gejala yang dapat dijumpai pada sindroma myofasial otot

upper trapezius.

a. Nyeri yang lokasinya berada 1 titik yang jelas pada otot upper

trapezeus atau nyeri yang menyebar sesuai area jalur dermatome otot

upper trapezeus.

b. Saat dilakukan sentuhan palpasi terdapat jaringan otot yang keras

pada fascia dan otot upper trapezeus serta jaringan ikat longgar.

c. Apabila dilakukan penekanan pada otot upper trapezeus, terdapat

jaringan yang berantakan secara terlokalisir atau trigger point pada

taut band yang menimbulkan respon kedutan (respon kejang lokal).

d. Apabila bagian jaringan yang tidak beraturan pada daerah otot upper

trapezeus tadi distimulasi tekanan, akan menimbulkan respon nyeri

baik nyeri 1 titik ataupun beberapa titik (referred pain), tenderness

dan ketegangan otot pada area tersebut.

e. Terjadi pengurangan volume panjang otot sehingga menyebabkan

keterbatasan lingkup gerak sendi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

20

f. Spasme otot akibat adanya rasa nyeri yang timbul bersifat sekunder

yang diakibatkan oleh penumpukan zat-zat yang timbul karena

terjadinya iritasi/ hasil zat metabolik.

g. Dengan timbulnya respon nyeri tersebut biasanya dapat

menyebabkan volume elastisitas panjang otot terhambat sehingga

otot mengalami penurunan kekuatan yang berupa pseudo weakness

tapi tidak menimbulkan atrofi dan keterbatasan gerak sendi.

C. Konsep Tidur

1. Definisi kualitas tidur

Definisi dari kualitas tidur yaitu sebuah patokan seorang dapat

mudah dalam mengawali istirahat total dan untuk menjaga kualitas tidur,

waktu tidur, lama durasi tidur dan keluhan-keluhan yang tidak nyaman

saat tertidur maupun selesai dari kegiatan tidur. Tidur yang cukup

ditentukan oleh kualitas dan kuantitas tidur. Faktor yang mempengaruhi

kualitas dan kuantitas tidur yaitu faktor lingkungan, psikologi, fisiologi

dan kebiasaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

2. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Kualitas tidur setiap orang berbeda-beda. Perbedaan kualitas

tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

a. Kebiasaan

Kebiasaan dalam menjalani hidup bisa menentukan kualitas

tidur seseorang. Terlalu lelah dalam menjalani hidup dapat

menimbulkan rasa tegang dan tidak tenang sehingga kualitas tidur

sangat terganggu, berbeda dengan kelelahan yang berapa ditingkat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

21

yang sedang. Seseorang dengan kelelahan menengah dapat

memanfaatkan tidur lebih nyenyak dan mempunyai nilai tidur

dengan kualitas yang baik. Pada tingkat kelelahan yang berat dapat

menimbullkan periode tidur REM yang menghabiskan durasi waktu

yang lebih singkat (Sumitra, 2014).

b. Lingkungan

Lingkungan yang berada pada temperatur yang sejuk, tidak

dalam kondisi gaduh, bersih dan mendapat penerangan alami yang

cukup akan membuat seseorang memiliki kualitas tidur yang baik,

jika lingkungan tidak, suasana sangat berisik, bersuhu tinggi dan

tingkat pencahayaan yang sangat terang cendrung akan membuat

seseorang memiliki kualitas tidur yang buruk. (Sumitra, 2014).

c. Status kesehatan.

Rasa nyeri, sesak, gatal dan tubuh tidak sehat akan membuat

kualitas tidur seseorang buruk dan terganggu. Seseorang akan

mengalami kesulitan untuk mengawali tidur dan mempertahankan

dalam tetap tidur apabila memiliki gangguan kesehatan seperti nyeri

pada lutut atau punggung dan sesak nafas. Berbeda dengan

seseorang yang tidak mengalami gangguan kesehatan dan tubuhnya

selalu sehat akan lebih berpotensi untuk mendapatkan kualitas tidur

yang baik. Obat-obatan yang dikonnsumsi juga dapat berpengaruh

terhadap kualitas tidur. (Sumitra, 2014).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

22

d. Stres secara psikologis

Melalui sistem saraf simpatis, keadaan cemas dan depresi

dapat meningkatkan hormon norepinephrine. Meningkatnya

hormon tersebut akan menurunkan kualitas pada tahap IV NREM

dan REM sehingga kualitas tidur buruk dan terganggu. (Sumitra,

2014).

3. Fisiologi Tidur

Setiap makhluk mempunyai siklus yang bernama irama sirkadian.

Irama sirkadian bersiklus 24 jam penuh. Tidur merupakan aktifitas dari

susunan saraf pusat, yang mana ketika seseorang sedang tidur bukan

berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang

bekerja (Harsono, 2007). Suatu sistem yang bertanggung jawab untuk

melakukan sistem siklus atau suatu perubahan dalam tidur yaitu bulbar

synchronizing (BSR) dan reticular activate system (RAS) yang ada di

medula oblongata. (Perry dan potter, 2005).

RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan

susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak

dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi

rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat

menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk. rangsangan emosi dan

proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan

katekolamin seperti norephineprin. Demikian juga pada saat tidur,

disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

23

berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter dan Perry,

2005).

4. Proses Tidur

Pada saat tidur dibagi jadi 2 tahapan, yang pertama Non Rapid Eye

Movement (NREM) yaitu pola gerak mata yang lambat dan yang kedua

Rapid Eye Movement (REM) yaitu pola gerak mata yang cepat (Potter

dan Perry, 2005).

Tahapan 1. NREM.

Yaitu tahapan yang paling awal dari proses mulai tidur. Berakhirnya

tahap ini dalam durasi beberapa menit yang akan membuat seseorang

gampang terbangun. Menurunnya proses fisiologi tubuh seperti

menurunnya vital sign dan metabolisme tubuh.

Tahapan 2. NREM.

Terjadi proses relaksasi dalam tubuh sehingga susah terbangun dari

tidur pada tahapan ini membutuhkan waktu 20-30 menit.

Tahapan 3. NREM.

Pada tahapan ini adalah proses awal dari tahap tidur yang dalam.

Komponen-komponen otot dalam tubuh menjadi lebih rileks yang

mengakibatkan seseorang susah untuk bangun dari tidur. Vital sign yang

turun dan teratur membutuhkan waktu 15-30 menit.

Tahapan 4. NREM.

Pada tahapan ini adalah fase tidur yang dalam sehingga pada tahap

ini seseorang akan menjadi susah terbangun dari tidur. Jika durasi tidur

tidak mencukupi maka tubuhnya akan menyesuaikan waktu tidurnya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

24

pada tahapan ini. Vital sign yang terjadi penurunan secara signifikan dan

bekerja secara teratur dan menghabiskan waktu 15-30 menit.

Pada tahapan REM orang akan mengalami mimpi dalam tidurnya

dan menjadi susah dibangunkan. Reaksi gerakan mata yang cepat,

peningkatan detak jantung secara signifikan, meningkatnya proses

respirasi dan meningkatnya aliran peredaran darah, meningkatkan

skeletal tonus muscle.

5. Pengukuran Gangguan Tidur

a. Definisi PSQI

Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) yaitu metode pengukuran

yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas tidur pada orang

dewasa. Pengukuran PSQI dalam mengukur kualitas tidur meliputi

dua patokan yaitu baik dan buruk. Metode pengukuran PSQI

memiliki 7 penilaian yang menjadi patokan penilaian, nilai diambil

berdasarkan kualitas dari tidur seseorang, kebiasaan saat tidur,

rentang waktu tidur, tidur efisien dan keluhan tidur pada siang hari.

7 komponen penilaian tersebut memiliki skala penilaian masing-

masing dari 0-3, setelah itu total dari nilai 7 komponen tersebut

dijumlahkan sehingga hasilnya berada di 0-21, nilai yang rendah

menunjukkan kualitas tidur yang baik sedangkan nilai yang tinggi

menunjukkan kualitas tidur yang buruk. (Magfirah, 2016).

Tabel 2.1 Pembagian Skala PSQI

Sumber : Slameto, 2010

No Pertanyaan Skala

1 Mulai dari jam berapa anda pertama kali tidur

seiap malam.

0-3

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

25

2 Anda tidur berapa jam saat malam. 0-3

3 Bangun pagi jam berapa. 0-3

4 Waktu yang digunakan dari berbaring sampai

tertidur.

0-3

5

Seberapa sering masalah-masalah

dibawah ini mengganggu tidur.

a. tidak mampu tidur selama 30.

menit sejak berbaring.

b. terbangun diitengah malam atau

terlalu dini.

c. terbangun untuk kekamar mandi

d.tiidak mampu bernafas dengan

leluasa.

e. batuk atau mengorok.

f. kedinginan dimalam hari.

g. kepanasan diimalam hari.

h. mimpi buruk.

i. terasa nyeri.

j. alasan lain……….

0-3

0-3

0-3

0-3

0-3

0-3

0-3

0-3

0-3

0-3

6 Apakah anda sering pakai obat tidur. 0-3

7

Seberapa sering anda mengantuk

saat melakukan aktifitas di siang

hari.

0-3

8

Seberapa besar antusias anda ingin

menyelesaikan masalah yang anda

hadapi.

0-3

9

Pertanyaan pre intervensi:

Bagaimana kualitas tidur anda

selama sebulan yang lalu

Pertanyaan post intervensi:

Bagaimana kualitas tidur anda

selama seminggu yang lalu.

0-3

b. Cara Mengukur PSQI

PSQI memiliki 7 komponen penilaian yaitu kualitas dari

tidur seseorang, kebiasaan saat tidur, rentang waktu tidur, tidur

efisien dan keluhan tidur pada siang hari. 7 komponen penilaian

tersebut memiliki skala penilaian masing-masing dari 0-3, point-

point penilaian tersebut sebagai berikut.

1.) Penilaian no 1,2,3 efisiensi tidur

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

26

Tidur yang efisien bisa dilihat dari (lama tidur/lama

ditempat tidur) x 100 % durasi pada saat di tempat tidur bisa

dilihat di pertanyaan 1 dan 3 yaitu hasilnya sebagai berikut:

<65 % = 3

65 % - 74 % = 2

75 % - 84 % = 1

>85 % =0

2.) Rentang waktu tidur penilaian no 2

<5 Jam = 3

5-6 Jam = 2

6-7 Jam = 1

>7 Jam = 0

3.) Kebiasaan tidur (susah memulai tidur) total dari penilaian

nomor 4 dan 5 a

Nomor 4

<15 menit=0

16-30 menit=1

31-60 menit=2

>60 menit=3

Nomor 5a

Tidak pernah=0

Sekali seminggu=1

Dua kali seminggu=2

Lebih dari tiga kali seminggu=3

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

27

Hasil dari skor nomor 4 dan nomor 5a digabungkan dan ditotal

sesuai dengan perhitungan dibawah ini:

Skor 0=0

Skor 1-2=1

Skor 3-4=2

Skor 5-6=3

4.) Keluhan tidur malam hari pertanyaan nomor 5b – 5j, per

penilaian ditotal dengan perhitungan dibawah ini

Tidak pernah=0

Sekali seminggu=1

Dua kali seminggu=2

Lebih dari tiga kali seminggu=3

Total dari penilaian 5b-5j di hitung sesuai dengan skor

dibawah ini.

Skor 0 =0

Skor 1-9 =1

Skor 10-18 =2

Skor 19-21 =3

5.) Penggunaan obat tidur penilaian no 6

Tidak pernah=0

Sekali seminggu=1

Dua kali seminggu=2

Lebih dari tiga kali seminggu=3

6.) Ngantuk pada siang hari total dari penilaian nomor 7 dan 8

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

28

Penilaian nomor 7:

Tidak pernah=0

Sekali seminggu=1

Dua kali seminggu=2

Lebih dari tiga kali seminggu=3

Penilaian nomor 8:

Antusias =0

Kecil =1

Sedang =2

Besar =3

Jumlahkan total skor penilaian nomor 7 dan 8 dengan penilaian

dibawah ini

Skor 0=0

Skor 1-2=1

Skor 3-4=2

Skor 5-6=3

7.) Subyektifitas kualitas tidur penilaian nomor 9

Sangat baik =0

Baik =1

Kurang =2

Sangat kurang =3

Total akumulasi penilaian akhir:

Total semua hasil penilaian dari 7 komponen tersebut

dijumlahkan sehingga hasilnya berada di 0-21. nilai yang rendah

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

29

menunjukkan kualitas tidur yang baik sedangkan nilai yang tinggi

menunjukkan kualitas tidur yang buruk. (Magfirah, 2016).

D. Myofascial Release

1. Definisi

Myofascial release yaitu suatu teknik yang berfokus pada

peningkatan ruang lingkup sendi yang disebabkan oleh gangguan

jaringan lunak pada sendi. Myofascial release fokus untuk suatu

kondisi yang berhubungan dengan kondisi postural yang buruk,

aktivitas fisik yang kurang dan dampak dari cedera yang pernah

terjadi sebelumnya. Pada kondisi tersebut biasanya memicu

permasalahan pada otot, misalnya pemendekan otot dan

perlengketan jaringan di sekitar jaringan fascia. (Riggs dan Grant,

2008).

Myofascial release merupakan terapi yang efektif untuk

mengurangi rasa nyeri pada jaringan myofascial. Terapi ini fokus

pada penekanan yang memiliki tujuan untuk peregangan dan

peningkatan panjang lapisan myofascial agar melepaskan

perlengketan jaringan sehingga bisa meningkatkan fungsi

pergerakan sendi (Riggs dan Grant, 2008).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

30

Gambar 2.9: Fisiologi sebelum dan sesudah myofascial release

Sumber: Carl, 2011

2. Indikasi dan Kontraindikasi

Weiselfish menyatakan bahwa indikasi myofascial release

yaitu:

a. Terdapat permasalahan pada jaringan myofascial.

b. Penurunan tingkat elastisitas fascia

c. Terdapat keterbatasan ruang lingkup sendi

d. Jaringan lunak mengalami ketegangan

Weiselfish (2005) menyatakan bahwa kontraindikasi

myofascial release yaitu:

a. Terdapat gejala kanker

b. Terdapat patah tulang atau infeksi tulang

c. Kegagalan fungsi jantung

Riggs dan Grant (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa

kontraindikasi biasanya terjadi pada tubuh pada bagian yang tidak

boleh dilakukan tindakan myofascial release yaitu:

a. Strain atau sprain akut

b. Mengalami gangguan sesnsitifitas kulit

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

31

c. Odema

d. Osteoporosis

e. Osteomyelitis

f. Ruang lingkup sendi yang berlebihan

g. Riwayat diseksi arteri

h. Mempunyai riwayat aneurisma

i. Hematom

j. Serangan jantung

k. Tumor dan kanker

l. Patah tulang

m. Sedang menjalani terapi anticoagulant

n. Inflamasi akut

3. Teknik Myofascial Release Technique

a. Direct technique release

Teknik yang biasa disebut deep tissue pressure technique,

teknik yang biasanya dilakukan satu arah dengan arah fascia

supaya bisa bebas bergerak. Teknik ini biasanya dilakukan pada

daerah yang terjadi ketegangan atau pemendekan otot. Teknik

ini memunculkan rasa nyeri karena penekanan hingga kedalam

jaringan otot. Walau ada beberapa rasa tidak nyaman tapi bisa

tekanan bisa dikurangi sehingga rasanya nyeri berkurang.

b. Indirect technique release

Penerapan teknik ini bertuju pada pembebasan

perlengketan fascia dari jaringan yang berada di sekitarnya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

32

Misalnya penatalaksanaan pada bahu dengan yang memiliki

gangguan cendrung ke depan, maka penatalaksanaannya

dilakukan pada bagian belakang agar bahu tidak lagi condong

kedepan sehingga terjadi pemanjangan otot. Kekurangan teknik

ini harus diaplikasikan secara berulang hingga beberapa kali.

c. Combined direct and indirect technique

Adanya respon pada tiap individu yang berbeda dengan

sistem saraf pusat sangat sensitif atau ambang nyeri rendah

mungkin merasa disorientasi atau kewalahan untuk mendapat

penekanan langsung atau karena terlalu banyak input,

sebaliknya, individu dengan aktifitas fisik yang tinggi dan

berotot biasanya le.bih memilih agresifitas. metode yang lebih

langsung. Sehingga diperlukan metode yang sesuai. dengan

keadaan dan pada kebutuhan individu.

4. Kelebihan Myofascial Release Technique

Kelebihan dari Myofascial Release yang dinyatakan Weeb dan

Duncan (2016) yaitu:

a. Relaksasi otot dan rasa nyaman.

b. Meningkatkan derajat kesehatan secara umum karena adanya

proses peningkatan volume air.

c. Meningkatkan lingkup gerakan sendi

d. Meningkatkan propioceptif dan interception

e. Mengembalikan keseimbangan dan koreksi postural tubuh

f. Meningkatkan rehabilitasi trauma.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

33

5. Prosedur Pelaksanaan Myofascial Release Technique

Prosedur pelaksanaan Myofascial Release Menurut Minasny

(2009):

a. Posisikan sampel dengan posisi nyaman sebelum intervensi.

Gambar 2.10: Posisi nyaman

Sumber: Data Primer, 2019

b. Posisi yang bagus yaitu posisi duduk dengan tegak, leher

digerakkan kesamping agar terjadi pemajangan pada otot

trapezeus.

Gambar 2.11: Posisi flexi, lateral flexi dan rotasi

Sumber: Data Primer, 2019

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

34

c. Selama pemberian intervensi posisi responden dan peneliti

harus nyaman setelah itu berikan aba-aba khusus kepada

responden

Gambar 2.12: Memulai aba-aba

Sumber: Data Primer, 2018

d. Lakukan myofascial release pada serabut otot yang mengalami

ketegangan dengan ibu jari.

Gambar 2.13: Melakukan stroking

Sumber: Data Primer, 2018

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

35

e. Pada saat pengaplikasian tidak menggunakan lubrikan

f. Lakukan proses ini 10-15 menit dilakukan sebanyak 3x

seminggu.

6. Efek pemberian Myofascial Release Technique

Fatwa (2018) menyatakan bahwa pengaplikasian myofascial

release pada tahap awal akan memberikan efek micro inflamation

pada jaringan sehingga sirkulasi pada jaringan tersebut meningkat

dan terjadi perbaikan jaringan pada jaringan otot secara fisiologis.

Efek dari Myofascial Release Technique terbukti mengurangi rasa

nyeri akibat respon fisiologi dari meningkatnya nitrogen dioksida (NO2),

pemulihan jaringan lunak, meningkatnya sirkulasi darah dan plastisitas

sirkulasi tubuh. Anggraini (2015) menyatakan efek dari myofascial release

yaitu pada jaringan fascia terjadi peregangan sehingga terjadi peningkatan

lingkup gerak sendi, meningkatkan suhu tubuh dan meningkatkan cairan

pada jaringan sehingga menurunkan resiko perlengketan jaringan.

E. Ischemic Compression

1. Definisi

Ischemic compression merupakan teknik terapi manual yang

sering digunakan untuk menonaktifkan trigger points. Teknik ini

menerapkan tekanan langsung yang berkelanjutan dengan kekuatan

cukup selama durasi waktu 90 detik. Ischemic Compression berfungsi

untuk memperlambat pasokan darah dan meredakan ketegangan otot.

Pengurangan nyeri selama pemberian ischemic compression dapat

disebabkan oleh adanya stimulasi dari mechanoreceptors yang

mempengaruhi rasa sakit. Setelah dilakukan penekanan maka akan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

36

terjadi peningkatan sirkulasi darah dan nyeri akan berkurang. (Miasny,

2009).

2. Prosedur Pelaksanaan Ischemic Compression

Prosedur pelaksanaan Ischemic Compression Menurut Minasny

(2009):

a. Posisikan sampel dengan posisi nyaman sebelum intervensi.

Gambar 2.14: Posisi nyaman

Sumber: Data Primer, 2019

b. Posisi yang bagus yaitu posisi duduk dengan tegak, leher digerakkan

kesamping agar terjadi pemajangan pada otot trapezeus.

Gambar 2.12: Posisi leher kearah sedikit flexi, lateral

flexi dan rotasi

Sumber: Data Primer, 2019

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

37

c. Selama pemberian intervensi posisi responden dan peneliti harus

nyaman setelah itu berikan aba-aba khusus kepada responden

Gambar 2.13: memberi aba-aba tertentu

Sumber: Data Primer, 2019

d. Lakukan tekanan pada serabut otot yang mengalami ketegangan

dengan ibu jari dengan durasi 30 detik

Gambar 2.14: Melakukan penekanan pada serabut otot

Sumber: Data Primer, 2018

e. Proses ini dilakukan selama 10-15 menit sebanyak 3x seminggu.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

38

F. Kinesiotapping

1. Definisi

Kinesiotapping adalah sebuah perekat elastis yang dapat ditarik

dengan tarikan 130-140% dari panjang. sebenarnya, yang bertujuan

untuk memfasilitasi dan membatasi kerja otot (Khoiruddin, 2017).

Kinesiotapping memberikan efek:

Meningkatkan sirkulasi lokal, Mengurangi odema lokal,

Meningkatkan peredaran darah, Memberikan stimulasi pada kulit, otot

atau struktur fascia, Memfasilitasi input ke sistem saraf pusat dan

membatasi lingkup gerak sendi (Bakhtiyar dan Wahyuni, 2014)

Pemberian kinesiotapping dengan merk kinesiotape setelah 24

jam akan memfasilitasi motor unit untuk dapat melakukan kontraksi

dan setelah 24 jam akan memfasilitasi motor unit untuk dapat

melakukan kontraksi dan etelah 72 jam tonus otot menurun, sehingga

untuk mengurangi tonus otot yang berlebih disarankan pemasangan

cukup sampai dengan 3 hari (Khoiruddin, 2017).

2. Pengaruh Fisiologi Kinesiotapping

Kinesiotapping ini merangsang atau memfasilitasi beberapa

proses fisiologi tubuh manusia, seperti melancarkan aktivitas sistem

limpatik, dan meknisme analgesik, endogen serta meningkatkan

mikrosirkulasi, kinesio tapping memiliki recoil yang dapat mengangkat

kulit dan memberikan ruang pemisah antara kulit dengan otot, sehingga

dapat melancarkan sirkulasi limfatik dan darah dengan adanya gerakan

otot (Hendrick, 2017), serta meningkatkan aktivasi propioseptif melalui

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

39

kulit untuk menormalisasikan tonus otot, mengurangi nyeri,

mengkoreksi ketidaksesuaian posisi jaringan dan menstimulus atau

merangsang mekanoreseptor di kulit (Hendrick, 2017).

3. Prosedur pemasangan kinesiotapping

a. Posisikan pasien duduk senyaman mungkin

Gambar 2.15: Posisi nyaman.

Sumber: Data Primer, 2019

b. Potong kinesiotaping menggunakan bentuk I dan potong pinggiran

yang lancip agar tidak iritasi.

Gambar 2.16: Potong kinesiotapping

Sumber: Data Primer, 2019

c. Arahkan pasien untuk meregangkan otot yang ingin dipasang

tapping.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53181/3/BAB II.pdfOtot upper trapezius mempunyai origo di protuberansia occipitalis external, ... Occipital, liigamentum

40

Gambar 2.17: Posisi meregangkan otot

Sumber: Data Primer, 2019

d. Lalu pasangkan tapping dengan tarikan 10% dari distal ke

proximal.

Gambar 2.18: Pemasangan kinesiotapping.

Sumber: Data Primer, 2019

Biarkan selama 3 hari pemakaian.