bab ii tinjauan pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/bab ii.pdfmycobacterum lepra...

22
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kusta 2.1.1 Definisi Kusta adalah penyakit menular yang di sebabkan Mycobacterium leprae. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah kompleks, bukan hanya dari segi medis seperti cacat fisik tetapi juga sampai masalah ekonomi, budaya, sosial, ketahanan nasional dan keamanan. Bila tidak di tangani dengan cermat, kusta dapat menyebabkan cacat dan keadaan ini menjadi kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonominya (Widoyono, 2008: 95). Kusta juga dikenal dengan penyakit Hansen yaitu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat, Mycobacterium Leprae yeng terutama menginfeksi sel Schwan pada saraf yang mengarah pada kerusakan saraf dan akan berkembang menjadi kecacatan. Penyaki kusta ini biasanya ditandai dengan satu atau lebih dari tiga cardinal sign yaitu hipopigmentasi dengan kehilangan sensasi pada rasa, penebalan saraf parifer, dan ditemukan basil tahan dengan asam dari hapusan kulit atau biopsy (Bhat dan prakash, 2012). Kusta dikenal sejak zaman purbakala sejak tahun 2000 sebelum masehi. Pada masa itu masyarakat tidak mengetahui penyebabnya, hanya di ketahui kusta menyebabkan kecacatan pada penderita. Penyakit kusta ini dianggap sebagai penyakit kutukan mengasingkan diri atau di asingkan karena merasa rendah diri dan dijauhi masyarakat (Rambey, 2012)

Upload: others

Post on 02-Mar-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kusta

2.1.1 Definisi

Kusta adalah penyakit menular yang di sebabkan Mycobacterium leprae.

Penyakit ini dapat menyebabkan masalah kompleks, bukan hanya dari segi medis

seperti cacat fisik tetapi juga sampai masalah ekonomi, budaya, sosial, ketahanan

nasional dan keamanan. Bila tidak di tangani dengan cermat, kusta dapat

menyebabkan cacat dan keadaan ini menjadi kehidupan bermasyarakat untuk

memenuhi kebutuhan sosial ekonominya (Widoyono, 2008: 95).

Kusta juga dikenal dengan penyakit Hansen yaitu penyakit infeksi kronis

yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat,

Mycobacterium Leprae yeng terutama menginfeksi sel Schwan pada saraf yang

mengarah pada kerusakan saraf dan akan berkembang menjadi kecacatan.

Penyaki kusta ini biasanya ditandai dengan satu atau lebih dari tiga cardinal sign

yaitu hipopigmentasi dengan kehilangan sensasi pada rasa, penebalan saraf parifer,

dan ditemukan basil tahan dengan asam dari hapusan kulit atau biopsy (Bhat dan

prakash, 2012).

Kusta dikenal sejak zaman purbakala sejak tahun 2000 sebelum masehi.

Pada masa itu masyarakat tidak mengetahui penyebabnya, hanya di ketahui kusta

menyebabkan kecacatan pada penderita. Penyakit kusta ini dianggap sebagai

penyakit kutukan mengasingkan diri atau di asingkan karena merasa rendah diri

dan dijauhi masyarakat (Rambey, 2012)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

8

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa kusta adalah

penyakit infeksi yang menyebabkan noda di kulit yang berbeda dari kulit sehat

dengan peradangan dan kerusakan saraf di lengan dan kaki. Penyakit ini telah ada

sejak zaman kuno, sering dikelilingi oleh stigma yang menakutkan, stigma negatif

dan cerita dari penderita kusta yang dijauhi sebagai orang buangan. Wabah

penyakit kusta telah memengaruhi dan membat panik, orang-orang di setiap

benua. Penyakit kusta sebenarnya tidak menular. Seseorang dapat terkena hanya

jika kontak dekat dan berulang melalui cairan hidung dan tetesan mulut dari

seseorang pengidap kusta. Anak-anak lebih cenderung terjangkit kusta daripada

orang dewasa.

2.1.2 Patogenesis

Beberapa ahli mengatakan bahwa kusta menular melalui pernafasan dan

kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan pada mukosa nasal

namun sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti bagaimana cara

penularan kusta (Susilowati, 2014). Mycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif

ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda dkk., 2010).

Menurut caroline, dkk (2011). Kuman kusta memiliki patogenis dan daya

invasi yang sangat rendah. Model transmisi lainnya adalah inokulasi yang melalui

kulit terluka,vektor dan kontak dengan tanah yang terinfeksi. Sementara kontak

dengan penderita kusta langsung bukan merupakan faktor penularan yang

esensial walau dalam jangka yang lama.

2.1.3 Faktor Risiko

Menurut Tuntut (2010), faktor resiko yang dapat di indentifikasi penularan

penyakit kusta sebagai berikut:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

9

1. Usia

Faktor usia merupakan resiko penduduk penderita kusta. Penyakit kusta

pada suatu daerah yang berisiko berkembang karna faktor usia penderita dengan

karakteristik beragam dari mulai anak-anak sampai lanjut usia. Faktor usia yang

sangat berisko untuk tertular penyakit kusta adalah kelompok anak-anak dan

dewasa. Karena usia anak dan dewasa sangat rentang untuk mengalami masalah

kesehatan.

2. Daya tahan tubuh

daya tahan tubuh penderita kusta pada umumnya memiliki daya tahan

yang sangat rendah. Imunitas pada penderita kusta sangat di butuhkan untuk

menjaga status kesehatannya. Imunitas yang baikdan stabil pada penderita kusta

dapat mencegah terjadinya kerusakan pada kulit, anggota gerak, saraf, mata serta

mata munculnya lesi pada kulit yang bisa dia amati dari luar. Imunitas yang baik

perlu ditunjang adanya faktor resiko yang cukup.

3. Nutrisi

Faktor resiko terutama penderita kusta anak merupakan nutrisi. Nutrisi

merupakan unsur yang akan membantu pencegahan dan pertumbuhan

terhadap penyakit kusta. Nutrisi pada anak dan dewasa juga meningkatkan

status imunitas serta mencegah terjadinya animia.

4. Sosial ekonomi dan pendidikan

Sosial ekonomi dan pendidikan pada penderita kusta merupakan salah satu

faktor resiko. Masyarakat status ekonomi dan berpendidikan yang rendah

merupakan sebagian besar penderita kusta. Penderita yang berasa dari keluarga

miskin sangat rentang terkena penyakit kusta menular terutama pada anak-anak.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

10

Anak dari keluarga miskin memiliki dua kali atau lebih resiko untuk mengalami

beberapa masalah seperti keterbatasan mental dan fisik.

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi kusta berdasarkan pada tingkat kekabalan tubuh, dimana jumlah

lesi kulit dan jumlah saraf yang terganggu serta penemuan BTA positif atau

negatif pada pemeriksaan kerokan kulit. Terdapat beberapa jenis klasifikasi kusta

yang secara umum oleh beberapa penelitian yaitu:

Klasifikasi menurut WHO dibuat untuk memudahkan pengobatan di

lapangan karena regimen MDT disesuaikan dengan tipe kusta. Klasifikasi ini

seluruh penderita kusta di bagi ke dalam 2 tipe yaitu, PB dan MB berdasarkan

dari gambaran klinis dan hasil pemeriksaan BTA melalui tes skin smear.

Tabel 2.1.4.1 pedoman klasifikasi kusta dan gejala kardinal menurut WHO

Tanda Utama PB MB

Bercak kusta

Penebalan saraf tepi yang disertai

gangguan fungsi

Sediaan apusan

Jumlah 1-5 lesi

Hanya terdapat satu

saraf

BTA negatif

Jumlah 5 lesi

Lebih dari satu

saraf

BTA positif

Tabel 2.1.4.2 pedoman klasifikasi kusta

Kelainan Kulit dan

Pemeriksaan

PB MB

1. Bercak (makula)

mati rasa

a. Ukuran Kecil dan besar Kecil

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

11

b. Konsistens Kering dan kasat Berkilat, Halus

c. Batas Tegas Kurang tegas

d. Distribusi Unilateral atau bilateral

asimisti

Bilateral simistris

e. kehilangan

kemampuan

berkeringan, rambut

rontok pada bercak

Selalu dan jelas Biasanya tidak jelas,

jika ada akan terjadi

npada yang sudah

lanjut

f. Kehilanganrasa

sakit pada bercak

Ada dan jelas Biasanya tidak jelas,

jika ada akan terjadi

pada yang sudah

lanjut

2. Infiltrat

a. Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang

tidak ada

b. Membran mukosa

(hidung tersumbat,

perdarahan di

hidung)

Tidak ada Ada, kadang-kadang

tidak ada

3. Ciri-ciri Penyembuhan di

tengah

Lesi berbentuk

seperti donat

4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada

5. deformitas Terjadi Biasanya simestris

Sumber: Dinkes, 2006

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

12

2.1.5 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui klien yang di curigai adanya

penyakit kusta, seperti anamnesa dan pemeriksaan fisik yang meliputi

pemeriksaan kuli, pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya.Untuk diagnosis secara

lengkap selain pemeriksaan kulit juga di lakukan pemeriksaan tambahan bila ada

keraguan dan fasilitas memungkinkan, yaitu pemeriksaan bakteriologis,

pemeriksaan histopatologis dan immunologis. Pemeriksaan tersebut umumnya di

laksanakan oleh para ahli atau untuk keperluan penelitian (Depkes RI, 2007).

Pemeriksaan perabaan (palpasi) saraf bertujuan untuk pemeriksaan pada

perabaan, seperti pemeriksaan berhadapan dengan penderita, perabaan dilakukan

dengan tekanan ringan sehingga tidak menyakiti penderita dan pada saat meraba

saraf perhatikan: 1. Apakah ada penebalan/pembesaran, 2. Apakah saraf kiri dan

kana sama besar atau berbeda, 3. Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf.

Sewaktu akan melakukan palpasi saraf lihat juga mimik penderita, apakah ada

kakitan tanpa menanyakan sakit atau tidak. Dari beberapa saraf yang di sebutkan,

ada tiga saraf wajib diraba yaitu saraf ulnarif, peroneus dan tibialis posterior

(Depkes RI, 2007).

Pemeriksaan fungsi saraf bertujuan untuk memeriksa perabaan dengan

teliti saraf tepi yaitu saraf aurikularis magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf

medianus, saraf peroneus dan saraf tibialis. Kemudian lakukan pemeriksaan

terhadap fungsi saraf tersebut (Depkes RI, 2007).

Pemeriksaan bakteriologis atau skin smear atau kerokan kulit adalah

pemeriksaan sediaan yang diperoleh lewat irisan dan kerokan kecil pada kulit

yang kemudian diberi warna tahan asam untuk melihat mycobacterium lepra.

Pemeriksaan ini beberapa tahun terakhir tidak diwajibkan dalam program

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

13

nasional. Namun demikian menurut peneliti pemeriksaan kerokan kulit (skin

smear) banyak berguna untuk mempercepat penegakan diagnosis, karena sekitar

7-10% penderita yang datang dengan lesi PB (pausi basiller) merupakan kasus MB

(multi basiller) yang dini (Depkes RI, 2007).

2.1.6 Manifestasi Klinis

Seseorang menderita penyakit kusta kulit mengalami bercak putih seperti

panu pada awalnya hanya sedikit tetapi lama kelamaan semakin lebar dan banyak,

banyaknya bintil – bintil kemerahan yang tersebar pada kulit, rasa kesemutan

pada anggota badan atau bagian raut muka, ada bagian tubuh tidak berkeringat,

tegang yang disebut facies leomina (muka singa), muka berbenjol-benjol danmati

rasa karena kerusakan saraf tepi. Gejala memang tidak selalu tampak. Justru

sebaiknya waspada jika ada anggota keluarga yang sedang menderita yang

menderita luka tak kunjung sembuh dalam jangka waktu lama. Juga bila luka di

tekan dengan jari tidak terasa sakit (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2015).

Menurut Dinas Kesehatan 2014, seseorang di katakan menderita kusta

apabila terdapat tanda – tanda seperti di bawah:

1. Kulit dengan bercak putih kemerahan di sertai mati rasa atau anestesi.

2. Penebalan saraf yang di sertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa

dan kelamahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta

pertumbuhan rambut yang terganggu.

3. Pada pemeriksaan kerokan jaringan kulit (slit=skin=smear) di

dapatkan adanya kuman mycobacterium Leprae.

Menurut Zulkifli, 2004. Penyakit kusta berbeda- beda tergantung pada

jenis penyakit kusta. Gejala penderitya kusta yang dapat ditemukan biasanya

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

14

penderita mengalami demam dari derajat rendah hingga menggigil, kadang-

kadang diikuti muntah, nafsu makan menurun, dan mual. Penderita kusta

mengalami kemerahan pada testis, radang pada pleura, sakit kepala,radang,

radang pada ginjal, terkadang mengalami penurunan fungsi ginjal, pembesaran

hati dan empedu, serta radang pada serabut saraf.

2.1.7 Diagnosis

Diagnosis penyakit kusta dapat di lakukan oleh petugas puskesmas atau

tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan tentang penyakit kusta.

Berdasarkan Dinkes (2007), diagnosa penyakit kusta di tegakkan dengan di

temukannya salah satu tanda 3 tanda utama yang umum disebut cardinal sign

yaitu:

A. Lesi berwarna keputihan (hypopigmentasi) atau kemerahan

(eritematous), mati rasa (anaesthesi)

B. Adanya penebalan saraf tepi yang disertai dengan adanya gangguan

fungsi. Gangguan fungsi saraf merupakan akibat dari peradangan

kronis pada saraf tepi, yaitu:

1. Gangguan fungsi sensoris yaitu mati rasa

2. Gangguan fungsi kelemahan otot atau kelumpuhan

3. Gangguan fungsi otonom yaitu kulit kering, retak, edema,

pertumbuhan rambut terganggu.

C. Ditemukan bakteri M.Leprae dari hasi pemeriksaan BTA pada kerokan

kulit mati.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

15

2.1.8 Pencegahan

Pencegahan pada penderita kusta dapat dilakukan sesuai dengan

perkembangan patologis penyakit atau dengan kata lain sesuai dengan riwayat

penyakit tersebut. Ada 3 tingkatan utama pencegahan:

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang di lakukan saar proses

penyakit belum mulai (pada priode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak

terjadi proses penyakit. Tujuannya untuk mengurangi insiden penyakit dengan

cara mengendalikan penyebab dan faktor resikonya. Upaya yang di lakukan

adalah untuk memutus mata rantai infeksi (Annekekhong, 2013). Terdiri dari

promosi Kesehatan (Health Promotion) yang berfokus pada : 1. Pendidikan

kesehatan, penyuluhan. 2. Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan. 3.

Penyediaan perumahan yang sehat. 4. Pemeriksaan kesehatan berkala.

Perlindungan Khusus (Specific Protection) imunisasi sebagai berikut. 1. Kebersihan

perorangan. 2. Sanitasi lingkungan

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan saat proses

penyakit sudah berlangsung namun belum timbul tanda dan gejala sakit

(patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut. Tujuannya

untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.

Terdiri dari deteksi dini yaitu: 1. Penemuan kasus (individu atau masal) skrining.

Pemeriksaan khusus dengan tujuan yaitu: 1. Menyembuhkan dan mencegah

penyakit berlanjut. 2. Mencegah penyebaran penyakit penularan. 3. Mencegah

komplikasi dan akibat lanjutan. 4. Memperpendek masa ketidakmampuan

3. Pencegahan Tersier

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

16

Pencegahn tersier adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit

sudah lanjut (akhir periode patogenisis) dengan tujuan untuk mencegah cacat

dan mengembalikan penderita pada status sehat. Tujuannya untuk menurunkan

kelemahan dan cacat, memperkecil penderita dan membatu penderita untuk

melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak diobati lagi. Teridi dari

disability limitation yaitu. 1. Penyembuhan dan intensifikasi pengobatan lanjut agar

tidak terjadi komplikasi. 2. Pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat

setelah sembuh. 3. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagi penunjang untuk

pengobatan dan perawatan yang lebih intensf. 4. Mengusahakan pengurangan

beban beban non medis (sosial pada penderita untuk memungkinkan

meneruskan pengobatan dan perawatannya. Rehability dengan cara sebagai

berikut. 1. Penempatan secara selektif. 2. Mempekerjakan sepenuh mungkin. 3.

Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat di manfaatkan

sebaik-baiknya. 4. Pendidikan pada masyarakat dan industri agar mau

menggunakan mereka yang telah di rehabilitasi.

Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena cacatnya.

Cacat pada kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau

kaki. Semakin dimulainya pengobatan, semakin besar resiko timbulnya kecacatan

akibat terjadinya kerusakan saraf yang progresif. Adanya alasan nini makan

diagnosis dini dan pengobatan harus dapat mencegah terjadinya komplikasi

jangka panjang (Depkes RI, 2007)

2.1.9 Pengobatan

Salah satu cara pemutusan mata rantai penulanan pada penderita adalah

dengan pengobatan pada penderita kusta. Kuman kusta di luar tubuh manusia

dapat hidup 24-48 jam dan ada berpendapat 7-9 hari, tergantung dari suhu dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

17

cuaca di luar tubuh manusia. Ada beberapa obat yang dapatmenyembuhkan

penyakit kusta. Tetapi tidak dapt menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali

masyarakat mengetahui (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Pengobatan kusta bertujuan mengobati kusta, apabila penderita tidak

minum obat secara teratur, maka kuman kusta dapat aktif kembali. Sehingga

akan muncul timbul gejala-gejala baru pada kulit dan saraf yang dapat

memperburuk keadaan penderita. Oleh karena itu, pengobatan sangat penting

sedini mungkin dan terutr memegang perananpenting. Selama dalam masa

pengobatan penderia dapat terus melanjutkan aktifitas seperti biasa (Rega dan

Keja, 2012)

Menurut WHO 2010, pengobatan kusta dilakukan dengan MDT (multtidrug

therapy) yang merupakan kombinasi dua atau lebih obat yang salah satunya harus

terdiri dari Rifampisin sebagai anti kusta yang bersifat bakterisid kuat dengan

obat anti kusta yang lain bersifat bakteriostatik. MDT di bedakan antara

penderita tipe MB dan PB.

Pengobatan pada penderita kusta tipe PB dewasa dengan 6 blister dalam 6-

9 bulan. Obat PB berwarna hijau. Setiap blister berisi yaitu:

1. Obat Bulanan (hari pertama diminum didepan petugas)

a. 2 kapsul Rifampisin masing-masing 300 mg

b. 1 tablet Dapsone 100mg

2. Obat harian (hari ke 2-28)

a. 1tablet Dapsone 100mg

Pengobatan pada penderita kusta tipe MB dewasa dengan 12 blister dalam

12-18 bulan ( 1blister untuk 1bulan). Setiap blister berisi yaitu:

1. Obat bulanan (obat hari pertama diminum berobat di depan petugas)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

18

a. 2 kapsul rifampisin dengan masing-masing 300 mg

b. 3 tablet Lampren masing-masing 100mg

c. 1tablet Dapsone 100mg

2. Obat harian (hari ke 2-28)

a. 1 tablet Lamprene 50mg

b. 1 tablet Dapsone 100mg

Pengobatan kusta untuk anak pada usia 10-14 tersedia blister berwarna

biru untuk tipe PB, sedangkan blister untuk berwarna kuning untuk kusta tipe

MB. Pengobatan untuk anak dosisnya disesuaikan dengan berat badan dan lama

pengobatan sama dengan blister untuk dewasa, yaitu:

a. Rifampisin 10mg/kgBB

b. Papsone 2mg/kgBB

c. Clofamizin 1mg/kgBB

2.2 Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah sebuah konstruksi multi dimensia yang

mempengaruhi oleh aspek kehidupan pribadi, kesehatan fisik, pekerjaan dan

hubungan sosial, psikologi dan lingkungan dimana seseorang tinggal. Definisi ini

menunjukkan bahwa kualitas hidup mengacu pada penilaian subjektif yang

tertanam dalam sosial, lingkungan dan budaya (teles, 2014)

Menurut Nursalam (2017), kualitas hidup merupakan konsep analisa

kemampuan untuk memiliki hidup normal yang berkaitan dengan persepsi secara

individu yang mengenai tujuan, standart, harapan dan perhatian secara spesifik

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

19

mengenai kehidupan yang di alami. Dalam bidang pelayanan kesehatan kualitas

hidup di gunakan untuk menganalisis emosional seseorang, kemampuan, dan

faktor sosial untuk memenuhi tuntutan kegiatan di dalam kehidupan secara

normal dan dampak sakit berpotensi untuk menurunkan kualitas hidup terkait

kesehatan.

Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam

kehidupan dalam bentuk nilai dan budaya dimana mereka hidup dan dalam

hubungannya dengan tujuan hidup, standar, perhatian dan harapan. Hal ini

mereupakan konsep yang luas yang mempengaruhi kondisi kesehatan fisik

seseorang, tingkat ketergantungan, keadaan psikologis, keyakinan personal,

keadaan sosial dan hubungannya dengan keinginan di masa yang akan datang

terhadap keinginan mereka (WHO, 2006)

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup bpada penderita kusta

anatara lain, jenis kusta yang di derita derajat kecacatan akibat kusta, psikologis

dan keterbatasan aktivitas akibat komplikasi kusta (Santos, dkk 2015). Kondisi

tempat tinggal dan adanya isolasi dari lingkungan serta adanya stigma yang akan

di alami oleh penderita kusta (Rahayuningsih, 2012). Penyakit kusta ini tidak

hanya merupakan masalah medis saja, tetapi juga akan memiliki dampak

terhadap masalah psikis, sosial dan juga ekonomi yang akan mempengaruhi

kualitas hidup penderita kusta itu sendiri.

Terdapat penelitian atau argumentasi yang berkaitan dengan faktor yang

mempengaruhi kaulitas hidup. Kaulitas hidup standart refensi yang di gunakan

seseorang seperti aspirasi, harapan, perasaan mengenai persamaan antara

individu dengan orang lain. Jadi, individu cenderung membandingkan kondisinya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

20

dengan orang lain. Beberapa penelitian menemukan adanya pengaruh dari

variabel demografis seperti tingkat pendidikan dan status pernikahan terhadap

kualitas hidup (Nofitri, 2009).

Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

berdasarkan penelitian yang di kemukakan para ahli:

1. Jenis Kelamin

Menurut moons, dkk (2004). Bahwa jenis kelamin adalah salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas hidup. Ada beberapa perbedaan antara kualitas

hidup laki-laki dan perempuan. Kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik

daripada kualitas hidup perempuan. Namun menurut singer, ryff( dalam

papalia, dkk 2007), memgatakan bahwa secara umum. Laki-laki dan perempuan

tidak jauh berbeda kesejahteraannya, namun perempuan dan laki-laki lebih

banyang terhadap aspek hubungan yang bersifat positif, sedangkan

kesejahteraan terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebi baik

laki-laki.

2. Usia

Menurur Setiawan, dkk (2013). Usia di hubungkan dengan domain fisik

dan psikologis. Orang lanjut usia di kaitkan dengan hal karena adanya perubahan

psikologis yang terjadi seperti penurunan imunitas tubuh. Semakin bertambah

usia semakin rendah kualitas hidupnya yang disebabkan penurunan pada

aktivitas psikologis dan fisik di hidupnya.

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah sala satu faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup, dimana semakin tinggi tingkat pendidikannya yang di dapatkan oleh

seseorang akan meningkat kualitas hidupnya (Moons, dkk 2004)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

21

4. Pekerjaan

Penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang tidak bekerja

(sedang mencari pekerjaan), penduduk yang bekerja memiliki perbedaan kualitas

hidup (Moons, dkk 2004).

5. Status pernikahan

Individu yang tidak menikah, yang menikah dan bercerai atau janda

terdapat perbedaan kualitas hidup (moons, dkk 2004)

2.2.3 Alat Ukur Kualitas Hidup

WHOQOL-BREF merupakan isntrumen untuk menilai kualitas hidup

seseorang. Isntrumen ini di gunakan secara luas untuk masalah kesehata serta

penyakit kronis di seluruh dunia dan telah di kembangkan oleh beberapa peneliti.

WHOQOL-BREF dapat dibagi 4 aspek yaitu, 1. Kesehatan fisik, 2. Psikologis, 3.

Sosial, dan 4. Lingkungan. Instrument ini jika dikaitkan dengan penderita kusta

dinilai sesuai untuk mengetahui kualitas hidup penderita, karena aspek diatas

menganalisa berbagai permasalahan yang dialami oleh penderita kusta. Terdapat

26 item pertanyaan. Dalam 25 item pertanyaan dikategorikan menjadi domain

yaitu, kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Setiap kategori di beri

nilai 1 sampai 5 poin.

Instrument kualitas hidup ada 4 dimensi yang meliputi:

2.2.3.1 Kesehatan Fisik

Menurut Burhan, dkk (2013). Dimana domin kesehatan fisik meliputi

kemampuan individu yang melakukan aktifitas sehari-hari, fungsi fisik, istirahat,

dan tidur yang cukup serta suatu pekerjaan yang bisa dilakukan sesuai dengan

yang diharapkan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

22

Riyadi (dalam Aliyono, Tondok & Ayuni, 2012) menyebutkan

kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan

aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu akan memberikan pengalaman-

pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan untuk ke

tahap selanjutnya. Aspek fisik (Physical) meliputi aktifitas sehari-hari,

ketergantungan pada bahan obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan,

mobilitas, nyeri dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, dan kapasitas kerja.

Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan

aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu akan memberikan pengalaman-

pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke tahap selanjutnya.

Kesehatan fisik mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan

dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas (keadaan mudah bergerak),

sakit dan ketidak nyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.

Menurut Heru (2008) kesehatan fisik adalah adanya keadaan organ tubuh

yang dapat berfungsi secara baik tanpa merasakan sakit atau keluhan dan

memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh dapat bekerja

secara normal.

2.2.3.2 Psikologis

Menurut Burhan, dkk (2013). Dimensi ini mencakup pada kompenen

citra tubuh dan penampilan berbagai individu menilai dan memandang perasaan

positif dan negatif, dirinya sendiri, pola berfikir, spiritual-agama, mengingat dan

serta belajar.

Riyadi (dalam Aliyona, dkk, 2012) menyebutkan keadaan mental

mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

23

berbagai tuntutan perkembangan sesuai dengan menyesuaikan kemampuannya,

baik tuntuntutan diri sendiri maupun dari luar dirinya. Aspek psikologis juga

terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan sesuatu aktivitas

sebagai upaya untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga dengan kondisi

psikologis yang terjadi pada seseorang sehingga individu tersebut sehat secara

mental. Aspek ini menggambarkan mengenai penampilan, perasaan negatif,

perasaan positif, penghargaan diri, kepercayaan individu, berfikir, belajar,

memori dan konsentrasi sehingga menjadikan aktivitas yang dilakukan akan

memberikan dampak secara psikologis. Aspek psikologis yaitu terkait dengan

mental individu. Keadaan mental mengarah pada mampu atau tidaknya individu

menyesuaikan diri terhadap tututan perkembangan sesuai dengan

kemampuannya, baik tuntutan dari luar diri dan pada dalam dirinya sendiri.

Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat

melakukan suatu aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat secara mental.

Kesejahteraan psikologis mencakup body image dan appearance, perasaan positif,

perasaan negatif, self esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir,

belajar, memori dan konsentrasi.

2.2.3.3 Sosial

Menurut Sekarwiri, (2008). Dimensi ini meliputi relasi personal yang

menggambarkan tentang hubungan individu dengan orang lain, aktifitas seksual,

dan dukungan sosial yang di dapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan

sekitar.

Persepsi keluarga dan orang lain sebagai pemberian pelayanan terhadap

kemampuan untuk memberikan dukungan dan menciptakan hubungan yang baik

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

24

untuk melaksanakan fungsi tertentu. Sebagai besar klien sangat membutuhkan

dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman untuk melaksanakan perilaku

perawatan diri. Informasi atau umpan balik dari orang lain yang menunjukan

bahwa seseorang di cintai dan diperhatikan, dihargai, dan dihormati, dan

dilibatkan dalam jaringan komunikasi yang timbal balik (King, 2012)

2.2.3.4 Lingkungan

Dimensi lingkungan mencakup beberapa aspek yang meliputi keamanan,

kesehatan fisik. Lingkungan yang menggambarkan tempat tinggal individu,

jaminan kesehatan dan sosial (ketersediaan dan kualitasnya), tingkat kemampuan

fininsial, keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi atau santai,

transportasi yang mudah, dan lingkungan fisik yang menggambarkan lingkungan

sekitar (Pangkahila, 2007).

Lingkungan adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam

suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

mempengaruhi hidupnya. Semua benda dan kondisi, termasuk didalamnya

manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia

berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup

lainnya Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, SH (dalam, N. H. T. Siahaan 2004)

2.2.4 Aspek- Aspek Kualitas Hidup

Aspek –aspek kualitas hidup berdasarkan skala kualitas hidup dari WHO

yang disebut dengan WHO Quality of Life (WHOQOL-BREF) terdiri dari 4

domain/aspek, yaitu :

a. Keadaan fisik (Physical) Kesehatan fisik disini merupakan penggambaran

dari kepuasan individu terhadap kesehatan fisiknya, yang mencakup

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

25

tingkat energi dan kelelahan (energy and fantigue), rasa sakit dan

ketidaknyamanan (pain and discomfort), dan lama waktu untuk tidur dan

beristirahat (sleep and rest).

b. Keadaan Psikologis (Psychological). Keadaan psikologis disini merupakan

persepsi individu terhadap keadaan dirinya yang meliputi, gambaran diri

dan penampilan (bodily and appearance), seberapa sering seseorang

memiliki perasaan yang negatif seperti sedih, dan marah (negative felly),

perasaan positif (positive felly), gambaran tentang kepuasan terhadap diri

(self esteem), dan mengenai kemampuan seseorang dalam berfikir, belajar,

mengingat dan berkonsentrasi (thingking, learning, memory and concentration).

c. Hubungan sosial (Social Relationship). Hubungan sosial disini merupakan

kemampuan individu dalam bergaul yang meliputi, hubungan personal

antara individu dengan orang disekitarnya (personal relationship), dukungan

yang didapat individu dari lingkungan sosialnya (social support), dan

aktivitas seksual (sexual activity). d. Hubungan dengan Lingkungan

(Environment) Hubungan dengan lingkungan disini lebih menunjukan

tentang keadaan disekitar kehidupan individu yang meliputi, sumberdaya

keuangan/ kemapuan finansial yang dimiliki individu (financial resources),

kebebasan individu, keselaman fisik dan keamanan yang dimiliki individu

(freedom, safety phisical and security), ketersedian akses dan kualitas fasilitas

kesehatan dan sosial (health and social care : accessbility and quality), keadaan

lingkungan sekitar rumah (home environment), ketrampilan dan kesempatan

untuk memperoleh informasi baru (opportunities for acquiring new information

and skill), partisipasi dalam kegiatan rekreasi dan olahraga (partisipation in

and opportunities for recreation/leisure), kesehatan lingkungan seperti polusi,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

26

kebisingan, lalu lintas dan iklim (physical environment

(pollution/noise/traffic/cimate)), dan ketersediaan sarana transportasi di

lingkungan sekitar tempat tinggal individu (transport). (WHO, 1997)

Aspek-aspek kualitas hidup dalam The Flanangan Quality of Life Scale

(QOLS) oleh ( dalam Burckhardt & Anderson, 2003), aspek kualitas hidup

adalah sebagai berikut :

a. Kesejahteraan Fisik Kesejahteraan fisik meliputi kesejahteraan dan

keamanan finansial, kesehatan fisik dan keselamatan pribadi.

b. Hubungan dengan orang lain Hubungan dengan orang lain meliputi

hubungan dengan orang tua, saudara dan kerabat lainnya, memiliki dan

membesarkan anak-anak, hubungan dengan pasangana atau orang

penting lainnya, dan hubungan dengan teman.

c. Sosial, Masyarakat dan kegiatan yang berkaitan dengan pemerintah.

Aspek tersebut terkait dengan membantu dan menolong orang lain, dan

kegiatan yang berkaitan dengan pemerintah daerah dan nasional.

d. Pengembangan dan pemenuhan pribadi Pengembangan dan pemenuhan

pribadi meliputi pengembangan intelektual, pemahaman pribadi, peran

dalam pekerjaan, kreatifitas dan eksoresi pribadi.

e. Aspek Rekreasi Aspek rekreasi meliputi sosialisasi, kegiatan rekreasi pasif

dan pengamatan, kegiatan rekreasi aktif dan partisipasi. Berdasarkan

uraian diatas maka aspek-aspek kualitas hidup mencakup empat domain,

yaitu kesehatan fisik, keadaan psikologis, hubungan sosial dan

lingkunganm keempat domain tersebut telah mencakup berbagai aspek

yang dapat digali untuk menggambarkan kualitas hidup seseorang.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

27

2.2.5 Gambaran Kualitas Hidup Pada Klien Kusta

Penyakit kusta merupakan penyakit yang di sebabkan oleh Mycobakterium

leprae. Penyakit ini akan menyerang susunan saraf tepi selanjutnya dapat

menyerang kulit, mulut, saluran pernafasan, otot, tulang dan testis. Penyakit ini

pada umumnya terdapat di negara-negara yang berkembang. Penyakit ini hanya

manusia satu-satunya sampai saat ini yang dianggap sebagai sumber

penularannya. Meskipun kuman kusta dapat hidup pada armadilo, simpanse dan

telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar thymus. Belum di ketahui cara

penularan kusta kepada orang lain termasuk proses masuknya kuman kusta ke

dalam tubuh pejamu sampai saat ini belum di pastikan. Seseorang mengalami

penyakit kusta bilamana terdapat dari salah satu tanda kulit mati rasa, penebalan

saraf tepi dengan gangguan fungsi saraf dan adanya bakteri tahan asam (BTA).

Namun demikian pada kasus yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan

kerokan kulit (skin smear). Penyakit kusta di bagi menjadi 2 tipe yaitu tipe PB

(pausi Basiler/sedikit kuman) dan MB (multi Basiler/banyak kuman). Dengan

pengobatan yang di berikan kepada penderita akan memutus mata rantai,

menyembuhkan penyakit, mencegah adanya cacat atau jika sudah ada kecacatan

akan mencegahnya. Hancurnya kuman maka sumber penularan dari penderita

terutama pada tipe MB ke orang lain akan hancur (Denkes RI, 2007).

Kualitas hidup menurut Word Health Organization Quality Of Life

(WHOQOL, 1996). Sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam

hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan

hubungannya dengan tujuan, harapan standart, dan keinginan. Difinisi ini

berhubungan dengan kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat kemandirian,

hubungan sosial, keyakinan pribadi dan hubungan individu dengan lingkungan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/52542/3/BAB II.pdfMycobacterum Lepra adalah bakteri gram positif ukuran 3-8 m x 0,5 µm yang tahan alkohol dan asam (Djuanda

28

Menurut Nursalam (2017), kualitas hidup merupakan konsep analisa

kemampuan seseorang untuk memiliki hidup yang normal berkaitan dengan

secara individu mengenai harapan, standar, tujuan dan perhatian secara spesifik

mengenai yang di alami. Kualitas hidup di gunakan dalam bidang pelayanan

kesehatan untuk menganalisa emosional seseorang dalam faktor sosial dan

kemampuan untuk tuntutan kegiatan di dalam kehidupan.

Menurut Nimas (2012). Sebagai persepsi individu mengenai posisi individu

dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup

hubungannya dengan tujuan, harapan standar yang diterapkan dan perhatian

seseorang.