bab ii tinjauan pustaka - eprints.perbanas.ac.ideprints.perbanas.ac.id/1839/4/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Topik yang dibahas disini yaitu Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Perolehan pendapatan yang optimal
merupakan kondisi sebuah bank yang dapat menggunakan kombinasi asset,
piutang dan modal secara efektif dan efisien.
Permasalahan yang diangkat adalah Apakah terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh signifikan dari Financing Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) , Non
Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) Bank
Syariah Di Indonesia
2.1 Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang
mempengaruhi Tingkat Profitabilitas Bank Syariah yang digunakan peneliti
sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini. Adapun penelitian tersebut antara
lain :
2.1.1 Dhika Rahma Dewi (2011)
Penelitian Dhika Rahma Dewi (2011) menguji tentang Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia. Dimana sampel dari
penelitian Dhika Rahma Dewi (2011) yaitu laporan keuangan triwulanan yang di
publikasikan Bank Indonesia maupun bank pada tahun 2005 sampai 2008 pada
Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mega
8
9
Syariah Indonesia (BSMI). Teknik yang digunakan adalah kuantitatif, dan
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan variabel
Profitabilitas(ROA), Capital Aduquacy Ratio (CAR),Financing Deposit Ratio
(FDR), Non Performing Financing (NPF) dan Ratio Efisiensi Operasi (REO).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Capital Aduquacy Ratio (CAR)
dan Financing Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap
Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Sedangkan Non Performing Financing
(NPF) dan Ratio Efisiensi Operasi (REO) berpengaruh negatif signifikan terhadap
Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dhika Rahma Dewi (2011)
terletak pada : metode yang digunakan yaitu metode purposive sampling, dan
variabel yang digunakan seperti Profitabilitas(ROA) sebagai variabel
independen, sedangkan Capital Aduquacy Ratio (CAR), Financing Deposit Ratio
(FDR) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel dependen. Serta
Teknik analisis yang digunakan yaitu analisi regresi linier Dan data yang
digunakan kuantitatif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dhika Rahma Dewi
(2011)terletak pada : sampel yang digunkan di penelitian Dhika Rahma Dewi
(2011) yaitu laporan keuangan triwulanan yang di publikasikan Bank Indonesia
maupun bank pada tahun 2005 sampai 2008 sedangkan penelitian ini laporan
keuangan tahunan yang di publikasikan Bank Indonesia pada tahun 2009 hingga
2012. Variabel independenya menggunakan Rasio Efisiensi Operasi (REO)
sedangkan penelitian ini tidak menggunakan REO dan Penelitian ini
10
menggunakan variabel Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) sedangkan penelitian Dhika tidak menggunakan variabel tersebut.
2.1.2 Bambang Agus Pramuka(2010)
Penelitian Bambang Agus Pramuka (2010) menguji tentang Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Dimana
sampel dari penelitian Bambang Agus Pramuka (2010) adalah laporan keuangan
publikasi pada perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah
Mandiri 2003 sampai 2007. Teknik yang digunakan kuantitatif, dan dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling dengan variabel
Profitabilitas(ROA), Financing Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Financing Deposit Ratio (FDR)
dan Non Performing Financing (NPF) secara bersamaan berpengaruh positif
signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian Bambang Agus Pramuka (2010) terletak pada :
metode yang digunakan yaitu metode purposive sampling, variabel yang
digunakan seperti Profitabilitas(ROA) sebagai variabel independen , sedangkan
Financing Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai
variabel dependen. Serta Teknik analisis yang digunakan yaitu regresi linier Dan
data yang digunakan kuantitatif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Bambang Agus Pramuka
(2010) terletak pada : sampel yang digunakan di penelitian Bambang yaitu
laporan keuangan publikasi bank umum syariah di Indonesia dengan periode
11
penelitian yang digunakan adalah 2003 – 2007.sedangkan penelitian ini laporan
keuangan tahunan yang di publikasikan Bank Indonesia pada tahun 2009 hingga
2012. Variabel independenya hanya menggunakan dua variabel dari dipenelitian
ini, jadi tidak menggunakan variabel Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) dan Capital Aduquacy Ratio (CAR)
2.1.3 Nafiudin (2008)
Penelitian Nafiudin(2008) menguji tentang Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah(studi kasus Bank Muamalat Indonesia
tahun 2002-2007). Dimana sampel dari penelitian ini adalah laporan keuangan
bulanan Bank Muamalat Indonesia dari bulan januari 2002 sampai april 2007.
Teknik yang digunakan purposive sampling dengan menggunakan data sekunder
dengan variabel profitabilitas, BOPO, CAR, NPLs, LDR. Dan menggunakan
anlisis Regresi Linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa NPLs, BOPO, CAR, LDR secara
bersama-sama mampu mempengaruhiProfitabilitas Bank Umum Syariah, yang
paling banyak mempengaruhi yaitu NPL, dengan presentase sebesar 68, 50%,
sisanya dipengaruhi variabel lainnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nafiudin(2008) terletak pada :
metode yang digunakan yaitu metode purposive sampling, variabel yang
digunakan seperti Profitabilitas sebagai variabel independen, sedangkan BOPO
dan CAR sebagai variabel dependen. Serta Teknik analisis yang digunakan yaitu
analisis regresi linier Dan data yang digunakan kuantitatif.
12
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nafiudin(2008) terletak pada :
sampel yang digunakan di penelitian Nafiudin yaitu laporan keuangan publikasi
bank umum syariah di Indonesia dengan periode penelitian yang digunakan
adalah 2002 – 2007.sedangkan penelitian ini laporan keuangan tahunan yang di
publikasikan Bank Indonesia pada tahun 2009 hingga 2012. Variabel independen
yang digunakan penelitian Nafiudin yang tidak digunakan penelitian ini adalah
Non Performing Loans(NPLs).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Productive Theory of Credit
Teori ini menekankan bahwa likuiditas bank akan terjamin apabila aktiva
produktif (earning assets) disusun dari kredit jangka pendek yang mudah
dicairkan selama bisnis dalam kondisi normal. Teori ini juga menjelaskan
mengenai dasar- dasar yang digunakan manajemen untuk mengambil keputusan
sumber pendanaan bagi perusahaan (Sudiyatno dan Suroso, 2010)
Teori ini menyatakan secara spesifik bahwa bank-bank hanya akan
memberikan kredit atau pembiayaan jangka pendek yang sangat mudah dicairkan
atau likuid (“Short Term, Self Liquiditing”) melalui pembayaran kembali
(angsuran) atas pembiayaan tersebut sebagai sumber likuiditas. Pembayaran
kembali untuk pembiayaan ini adalah melalui perputaran kas dari modal kerja
yang telah dibelanjai melalui pembiayaa ini. Perputaran tersebut misalnya dari
kas perusahaan untuk membeli persediaan, kemudian dijual menimbulkan
piutang.(Sudiyatno dan Suroso, 2010)
13
2.2.2 Signaling Teori
(Wolk et al dalam Ratna dan Zuhrotun, 2008), teori sinyal (signaling
theory) menjelaskan mengenai perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi disebabkan terjadinya asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar(eksternal) dimana perusahaan
mengetahui informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang
akan datang daripada pihak luar (eksternal). Perusahaan dapat meningkatkan nilai
perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk
mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.
Salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan
mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang.
Sinyal yang diberikan oleh perusahaan (manajemen) yang berupa laporan
keuangan harus bisa dipahami oleh pihak luar agar pihak luar bisa menilai
prospek perusahaan dimasa depan. Tidak hanya itu, sinyal yang berupa laporan
profitabilitas perusahaan tersebut memberikan informasi yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lainnya.Secara
konseptual,kecukupan modal diperlukan agar dapat menjamin kelayakan
pelayanan bank untuk melindungi bank dari kegagalan (resiko) serta menjamin
kelangsungan bank mendatang. Kecakupan modal tersebut merupakan sinyal
untuk perusahaan.
14
Menurut Jama’an (2008)Signaling Theory mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna
laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat
berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut
lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian
sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer
memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka
menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas
karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan
laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan
aktiva yang tidak overstate.
2.2.3 Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2008 pasal
1. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan unit syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf rakyat.
Bank syariah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank
pembiayaan rakyat syariah. bank umum syariah adalah bank syariah yang dalam
15
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.2.4 Pertumbuhan Volume Usaha dan Struktur Perbankan Syariah (Bank
Indonesia)
Volume usaha perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir,
khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS),
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Total aset per Oktober 2011 (yoy)
telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat tajam sebesar 48,10% yang
merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir. Ditambah dengan
aset BPRS sebesar Rp3,35 triliun, total aset perbankan syariah per Oktober 2011
telah mencapai Rp130,5 triliun. Marketshare perbankan syariah terhadap
perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset
tersebut tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi
pasiva dan pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva (lihat Tabel 1.1).
Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat 52,79% dan penyaluran dana
masyarakat meningkat sebesar 46,43%.
16
Tabel 2.1
Perkembangan Aset, DPK dan Penyaluran Dana BUS dan UUS (Rp Triliun)
Pertumbuhan aset yang tinggi tersebut terkait erat dengan ekspansi
perbankan syariah terutama pasca disahkannya Undang-undang No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Secara kelembagaan, jaringan perbankan syariah
meningkat menjadi 11 BUS (bertambah 6 BUS setelah lahirnya UU), dengan total
jaringan kantor mencapai 1.688 kantor dan 1.277 office chanelling. Selain itu,
upaya pengembangan perbankan syariah yang dilakukan secara sinergis antara
Bank Indonesia dan pelaku industri yang tergabung dalam iB campaign baik
untuk funding maupun lending berpengaruh positif terhadap pertumbuhan aset
perbankan syariah. Hal ini juga berkat dukungan Bank Indonesia dalam bidang
perijinan yaitu dengan memberikan service excellence pada percepatan proses
penyelesaian perijinan namun tetap menjaga kualitas analisa sesuai ketentuan
yang berlaku. Dengan demikian, upaya Bank Indonesia dalam mempercepat
proses perijinan pendirian bank, fit and proper test, merger atau akuisisi, 2
pembukaan jaringan kantor serta persetujuan produk-produk perbankan syariah
dapat dirasakan manfaatnya oleh industri perbankan syariah.
Okt-10 Okt-11 Growth
Nominal (%)
Aset 85,85 127,19 41,34 48,10
DPK 66,48 101,57 35,09 52,79
Penyaluran Dana 83,81 122,73 38,93 46,43
17
2.2.5 Fungsi Bank Syariah
Adapun fungsi dari bank syariah antara lain sebagai berikut (Bank Indonesia) :
1. Manajer Investasi
Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun,
karena besar-kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana
yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan
profesionalisme dari bank syariah. Bank syariah bisa melakukan fungsi ini
berdasarkan kontrak Mudharabah. Bank (di dalam kapasitasnya sebagai seorang
Mudharib yaitu seseorang yang melakukan investasi dana-dana pihak lain).
2. Investor
Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana
pemilik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi
yang sesuai dengan Syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah tersebut
meliputi akad Murabahah, sewa-menyewa, musyarakah, akad Mudharabah, akad
Salam atau Istisna, pembentukan perusahaan, dll.
3. Jasa Keuangan
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank
konvensional, seperti memberikan pelayanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran
gaji dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan asalkan tidak melanggar prinsip
prinsip syariah. Bank syariah juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya
untuk memperoleh imbalan atas dasar agency contract atau sewa. Contohnya letter
of guarantee, wire transfer, letter of credit.
18
4. Fungsi Sosial
Konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank syariah memberikan
pelayanan sosial baik melalui Qard (pinjaman kebajikan) atau Zakat dan dana
sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Disamping itu, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank-bank Islam
untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber daya
manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial.
2.2.6 Kegiatan usaha Bank Umum Syariah
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah sesuai dengan Undang-Undang No. 21 tahun
2008 pasal 19 meliputi:
a. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
c. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
d. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
e. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
19
f. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
g. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
h. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah;
i. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah,
antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah,
kafalah, atau hawalah;
j. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia; menerima pembayaran dari tagihan atas
surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar
pihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;
k. Melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad
yang berdasarkan Prinsip Syariah;
l. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan
Prinsip Syariah;
m. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
n. Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;
20
o. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah;
p. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.2.7 Produk Perbankan Syariah
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah ( Zul Fadli
(2012)) antaralain:
1. Titipan atau simpanan
a. Al-Wadi’ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat
mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak
berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada
nasabah. Bank Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.
b. Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu
yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang
dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi
hasil tertentu.
2. Bagi hasil
a. Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model
partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam
rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio
ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan
21
mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan
manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan.
b. Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha.
Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang
disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali
kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan.
c. Al-Muzara’ah adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang
bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil
panen.
d. Al-Musaqah adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara’ah, di mana
nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan
sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
3. Jual beli
a. Bai’ Al-Murabahah adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli.
Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian
menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai
margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat
mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan
besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:
harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang
22
dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang
disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.
b. Bai’ As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian
hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus
diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli
berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh:
Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena
barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai
inventori, maka bank melakukan akad bai’ as-salam kepada pembeli kedua
(misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada
produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekanan yang
direkomendasikan penjual.
c. Bai’ Al-Istishna’, merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang
bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian
hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara
terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama
sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan
barang bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan
pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.
4. Sewa
a. Al-Ijarah
b. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik
5. Jasa
23
a. Al-Wakalah
b. Al-Kafalah
c. Al-Hawalah
d. Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang
merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.
e. Al-Qardh
2.2.8 Perkembangan Permodalan dan Rentabilitas Perbankan Syariah
(BUS + UUS)
Pada umumnya permodalan perbankan syariah dapat dijaga dalam kisaran
yang memadai untuk dapat menyerap potensi kerugian. Rasio kecukupan modal
BUS dan UUS pada posisi Oktober 2011 tercatat sebesar 15,30%. Berbagai upaya
telah dilakukan bersama antara regulator dengan industri perbankan syariah
melalui berbagai kegiatan expo, penayangan iklan dan liputan kegiatan oleh
media massa telah mampu mendorong perbankan syariah secara signifikan untuk
meningkatkan penyaluran dana perbankan syariah meningkat tinggi sebesar
46,43% dari Rp 83,81 triliun menjadi Rp122,73 triliun. Peningkatan pembiayaan
ini dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian sehingga kisaran Non
Performing Financing (NPF) dapat dijaga dalam kisaran yang stabil. Secara rerata
NPF gross menurun dari 3,95% (Sept’2010) menjadi 3,11%. Hal tersebut telah
mendorong perolehan laba yang cukup baik dan efisiensi biaya, sehingga
rentabilitas dapat terjaga. Pada gilirannya hal ini dapat meningkatkan akumulasi
laba yang dapat memperkuat permodalan. Tingkat rentabilitas perbankan syariah
terhadap penggunaan asetnya cukup baik yang tercermin dari rasio ROA dan ROE
24
yang masing-masing sebesar 1,75% dan 17,43%. Jumlah pembiayaan yang
meningkat diiringi dengan membaiknya kinerja telah mampu menurunkan rasio
BOPO menjadi 78,03% yang pada tahun sebelumnya masih sebesar 79,10%
(Sept’2010).
2.2.9 Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aktiva
dan modal. Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba
menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan
usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah
membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.(Dhika Rahma Dewi.2011)
Ada tiga rasio yang digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu rasio profit
margin untuk mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada
tingkat penjualan tertentu, return on assets (ROA) untuk menunjukkan seberapa
besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva
yang dimiliki, dan return on equity (ROE) untuk menggambarkan tingkat return
yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang saham.(joni dan lina,2010).
Penilaian profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam tergantung
pada perbandingan laba perusahaan dengan asset. Return On Assets (ROA)
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara
keseluruhan. ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank
Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai
25
profitabilitas suatu bank diukur dengan asset yang sebagain besar dari dana
simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari
segi penggunaan asset.(Lukman Dendawijaya, 2009:118-119).
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah ROA (Return on assets).
Maka pengukuran profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut :
2.2.10 Likuiditas
Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas suatu
bank. Banyak penelitian yang menggunakan objek bank konvensional untuk
mengukur likuiditas menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio(LDR). Sedangkan
pada bank syariah tidak mengenal istilah kredit namun menggunkan
pembiayaan(financing). Konsep yang ditunjukan pada bank syariah dalam
mengukur likuiditas yaitu dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio
(FDR). FDR itu sendiri merupakan seberapa besar dana pihak ketiga pada bank
syariah dikeluarkan untuk pembiayaan. (Muhammad, 2009). Financing to Deposit
Ratio (FDR) dijadikan variable yang mempengaruhi ROA berkaitan dengan
adanya pertentangan kepentingan antara likuiditas dengan profitabilitas (Budi
Panco, 2008).
26
Rasio ini diukur dengan rumus :
2.2.11 Efisiensi Operasional
Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya yang dilakukan untuk
mengoperasikan dana tersebut. Efisiensi operasional berarti biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan
yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Rasio efesiensi digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional.(yuliani, 2007:33).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
x 100%
2.2.12 Permodalan
Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan indikator pemodalan
dijadikan variable yang mempengaruhi ROA didasarkan pada hubungannya
dengan tingkat risiko bank. Kecakupan modal berkaitan dengan penyediaan modal
sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari
pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar dana berasal dari dana
pihak ketiga atau masyarakat(Sinungan, 2000:162). CAR adalah
27
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
x 100%
ATMR = aktiva tertimbang menurut risiko.
2.2.13 Kualitas aktiva
Tingkat kelangsungan usaha bank berkaitan dengan aktiva produktif
yang dimiliki. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif bank syariah
dinilai kualitasnya berdasarkan pendekatan jaminan, pendekatan karakter,
kemampuan pelunasan, kelayakan usaha, dan pendekatan fungsi bank sebagai
lembaga perantara keuangan(Muhammad,2005:305). Kualitas aktiva dalam hal ini
diproksikan dengan Non Performing Financial(NPF) yang dijadikan variable yang
mempengaruhi profitabilitas karena dapat mencerminkan risiko pembiayaan.
Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi
pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah (Suhada,
2009)
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.3 Hubungan Antar Variabel
2.3.1 Hubungan antara Financing Deposit Ratio (FDR) dengan Profitabilitas.
Rasio likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)
dijadikan variabel yang mempengaruhi Profitabilitas berkaitan dengan adanya
28
pertentangan kepentingan (conflict of interest) antara likuiditas dengan
Profitabilitas. FDR merupakan perbandingan total pembiayaan dengan dana pihak
ketiga. Yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kebutuhan jangka pendek. Bilaingin mempertahankan posisi likuiditas dengan
memperbesar cadangan kas, maka bank tidak akan memakai seluruh dana
pinjaman yang ada karena sebagian dikembalikan lagi dalam bentuk cadangan
tunai (cash reserve), ini berarti usaha pencapaian profitabilitas akan berkurang.
Sebaliknya jika bank ingin mempertinggi profitabilitas, maka dengan cash reserve
untuk likuiditas terpakai oleh bisnis bank, sehingga posisi likuiditas akan turun
(Sinungan,2000: 98). Jika rasio ini meningkat dalam batas tertentu maka akan
semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan, sehingga akan
meningkatkan laba bank, dengan asumsi bank menyalurkan dananya untuk
pembiayaan yang efektif. Dengan meningkatnya laba, maka Profitabilitas juga
akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return On
Asset (Budi Ponco,2008)
Teori signaling memberikan kualitas informasi yang diungkapkan
perusahaan dalam laporan keuangan perbankan. Kualitas informasi tersebut
bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang
dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pembiayaan dana
pihak ketiga akan meningkatkan laba(profit) perusahaan yang dipublikasikan
diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan bank tertentu dan
29
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan Pembiayaan yang
dimiliki.
2.3.2 Hubungan antara Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) dengan Profitabilitas.
Salah satu Informasi yang diungkapkan bank yaitu informasi biaya
operasional dan pendapatan operasional. Informasi ini terdapat dalam laporan
keuangan atau laporan tahunan bank. Informasi tersebut dengan harapan dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Mengingat kegiatan utama bank menghimpun dan menyalurkan dana,
maka biaya operasional dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya
operasioanal dan pedapatan operasional.Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Dendawijaya,
2005:147).Dan sebaliknya rasio ini semakin meningkat mencerminkan kurangnya
kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat menimbulkan
kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya.Rasio yang
sering disebut rasio efisien untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
2.3.3 Hubungan antara CAR dengan Profitabilitas
Besarnya suatu modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Penetapan CAR sebagai variabel
yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko
30
bank.Penetapan CAR pada titik tertentu dimaksudkan agar bank memiliki
kemampuan modal yang cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya risiko
sebagai akibat berkembangnya ekspansi aset terutama aktiva yang dikategorikan
dapat memberikan hasil sekaligus mengandung risiko. Rendahnya CAR
dikarenakan peningkatan ekspansi aset beresiko yang tidak diimbangi dengan
penambahan modal, menurunkan kesempatan bank untuk berinvestasi dan
menurunkan kepercayaan masyarakat sehingga berpengaruh pada penurunan
profitabilitas.(Hesti Werdaningtyas, 2002. Dalam Dhika Rahma Dewi, 2010).
Sesuai dengan teori signaling mengemukakan tentang bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Tingginya rasio modal
dapat melindungi deposan, dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan
masyarakat kepada bank yang pada akhirnya dapat meningkatkan Profitabilitas.
Pembentukan dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan
harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai pemasok
modal bank. Dengan demikian bank harus menyediakan modal minimum yang
cukup untuk menjamin kepentingan pihak ketiga (Sinungan, 2000: 162).
2.3.4 Hubungan antara NPF dengan Profitabilitas (ROA)
31
NPF digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi oleh bank syariah.NPF juga mencerminkan risiko pembiayaan pada
Bank syariah. Semakin besar Non Performing Financing (NPF), akan
mengakibatkan menurunnya Profitabilitas, yang juga berarti kinerja keuangan
bank yang menurun karena resiko kredit semakin besar. Begitu pula sebaliknya,
jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka Profitabilitas akan semakin
meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan semakin baik.
Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian laba bank.
Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi
pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah.
(Muhammad,2005:305)
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Financing Deposit
Ratio (FDR)
PROFITABILITAS
(ROA)
Non Performing
Financing (NPF)
Capital Adequacy
Ratio (CAR)
Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
32
2.5 Hipotesis
Atas dasar kerangka pemikiran diatas, maka dapat ditari hipotesis sebagai berikut:
H1 : Financing Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) bank syariah di indonesia.
H2 : Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah di indonesia.
H3 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) bank syariah di indonesia.
H4 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) bank syariah di indonesia.