bab ii tinjauan pustaka - eprints.perbanas.ac.ideprints.perbanas.ac.id/1839/4/bab ii.pdf ·...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Topik yang dibahas disini yaitu Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Perolehan pendapatan yang optimal merupakan kondisi sebuah bank yang dapat menggunakan kombinasi asset, piutang dan modal secara efektif dan efisien. Permasalahan yang diangkat adalah Apakah terdapat faktor-faktor yang berpengaruh signifikan dari Financing Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) , Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Syariah Di Indonesia 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi Tingkat Profitabilitas Bank Syariah yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini. Adapun penelitian tersebut antara lain : 2.1.1 Dhika Rahma Dewi (2011) Penelitian Dhika Rahma Dewi (2011) menguji tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia. Dimana sampel dari penelitian Dhika Rahma Dewi (2011) yaitu laporan keuangan triwulanan yang di publikasikan Bank Indonesia maupun bank pada tahun 2005 sampai 2008 pada Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mega 8

Upload: lydang

Post on 28-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Topik yang dibahas disini yaitu Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Perolehan pendapatan yang optimal

merupakan kondisi sebuah bank yang dapat menggunakan kombinasi asset,

piutang dan modal secara efektif dan efisien.

Permasalahan yang diangkat adalah Apakah terdapat faktor-faktor yang

berpengaruh signifikan dari Financing Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) , Non

Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) Bank

Syariah Di Indonesia

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang

mempengaruhi Tingkat Profitabilitas Bank Syariah yang digunakan peneliti

sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini. Adapun penelitian tersebut antara

lain :

2.1.1 Dhika Rahma Dewi (2011)

Penelitian Dhika Rahma Dewi (2011) menguji tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia. Dimana sampel dari

penelitian Dhika Rahma Dewi (2011) yaitu laporan keuangan triwulanan yang di

publikasikan Bank Indonesia maupun bank pada tahun 2005 sampai 2008 pada

Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mega

8

9

Syariah Indonesia (BSMI). Teknik yang digunakan adalah kuantitatif, dan

dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan variabel

Profitabilitas(ROA), Capital Aduquacy Ratio (CAR),Financing Deposit Ratio

(FDR), Non Performing Financing (NPF) dan Ratio Efisiensi Operasi (REO).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Capital Aduquacy Ratio (CAR)

dan Financing Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap

Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Sedangkan Non Performing Financing

(NPF) dan Ratio Efisiensi Operasi (REO) berpengaruh negatif signifikan terhadap

Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dhika Rahma Dewi (2011)

terletak pada : metode yang digunakan yaitu metode purposive sampling, dan

variabel yang digunakan seperti Profitabilitas(ROA) sebagai variabel

independen, sedangkan Capital Aduquacy Ratio (CAR), Financing Deposit Ratio

(FDR) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel dependen. Serta

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisi regresi linier Dan data yang

digunakan kuantitatif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dhika Rahma Dewi

(2011)terletak pada : sampel yang digunkan di penelitian Dhika Rahma Dewi

(2011) yaitu laporan keuangan triwulanan yang di publikasikan Bank Indonesia

maupun bank pada tahun 2005 sampai 2008 sedangkan penelitian ini laporan

keuangan tahunan yang di publikasikan Bank Indonesia pada tahun 2009 hingga

2012. Variabel independenya menggunakan Rasio Efisiensi Operasi (REO)

sedangkan penelitian ini tidak menggunakan REO dan Penelitian ini

10

menggunakan variabel Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) sedangkan penelitian Dhika tidak menggunakan variabel tersebut.

2.1.2 Bambang Agus Pramuka(2010)

Penelitian Bambang Agus Pramuka (2010) menguji tentang Faktor-Faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Dimana

sampel dari penelitian Bambang Agus Pramuka (2010) adalah laporan keuangan

publikasi pada perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah

Mandiri 2003 sampai 2007. Teknik yang digunakan kuantitatif, dan dilakukan

dengan menggunakan metode purposive sampling dengan variabel

Profitabilitas(ROA), Financing Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing

(NPF).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Financing Deposit Ratio (FDR)

dan Non Performing Financing (NPF) secara bersamaan berpengaruh positif

signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian Bambang Agus Pramuka (2010) terletak pada :

metode yang digunakan yaitu metode purposive sampling, variabel yang

digunakan seperti Profitabilitas(ROA) sebagai variabel independen , sedangkan

Financing Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai

variabel dependen. Serta Teknik analisis yang digunakan yaitu regresi linier Dan

data yang digunakan kuantitatif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Bambang Agus Pramuka

(2010) terletak pada : sampel yang digunakan di penelitian Bambang yaitu

laporan keuangan publikasi bank umum syariah di Indonesia dengan periode

11

penelitian yang digunakan adalah 2003 – 2007.sedangkan penelitian ini laporan

keuangan tahunan yang di publikasikan Bank Indonesia pada tahun 2009 hingga

2012. Variabel independenya hanya menggunakan dua variabel dari dipenelitian

ini, jadi tidak menggunakan variabel Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) dan Capital Aduquacy Ratio (CAR)

2.1.3 Nafiudin (2008)

Penelitian Nafiudin(2008) menguji tentang Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah(studi kasus Bank Muamalat Indonesia

tahun 2002-2007). Dimana sampel dari penelitian ini adalah laporan keuangan

bulanan Bank Muamalat Indonesia dari bulan januari 2002 sampai april 2007.

Teknik yang digunakan purposive sampling dengan menggunakan data sekunder

dengan variabel profitabilitas, BOPO, CAR, NPLs, LDR. Dan menggunakan

anlisis Regresi Linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa NPLs, BOPO, CAR, LDR secara

bersama-sama mampu mempengaruhiProfitabilitas Bank Umum Syariah, yang

paling banyak mempengaruhi yaitu NPL, dengan presentase sebesar 68, 50%,

sisanya dipengaruhi variabel lainnya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nafiudin(2008) terletak pada :

metode yang digunakan yaitu metode purposive sampling, variabel yang

digunakan seperti Profitabilitas sebagai variabel independen, sedangkan BOPO

dan CAR sebagai variabel dependen. Serta Teknik analisis yang digunakan yaitu

analisis regresi linier Dan data yang digunakan kuantitatif.

12

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nafiudin(2008) terletak pada :

sampel yang digunakan di penelitian Nafiudin yaitu laporan keuangan publikasi

bank umum syariah di Indonesia dengan periode penelitian yang digunakan

adalah 2002 – 2007.sedangkan penelitian ini laporan keuangan tahunan yang di

publikasikan Bank Indonesia pada tahun 2009 hingga 2012. Variabel independen

yang digunakan penelitian Nafiudin yang tidak digunakan penelitian ini adalah

Non Performing Loans(NPLs).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Productive Theory of Credit

Teori ini menekankan bahwa likuiditas bank akan terjamin apabila aktiva

produktif (earning assets) disusun dari kredit jangka pendek yang mudah

dicairkan selama bisnis dalam kondisi normal. Teori ini juga menjelaskan

mengenai dasar- dasar yang digunakan manajemen untuk mengambil keputusan

sumber pendanaan bagi perusahaan (Sudiyatno dan Suroso, 2010)

Teori ini menyatakan secara spesifik bahwa bank-bank hanya akan

memberikan kredit atau pembiayaan jangka pendek yang sangat mudah dicairkan

atau likuid (“Short Term, Self Liquiditing”) melalui pembayaran kembali

(angsuran) atas pembiayaan tersebut sebagai sumber likuiditas. Pembayaran

kembali untuk pembiayaan ini adalah melalui perputaran kas dari modal kerja

yang telah dibelanjai melalui pembiayaa ini. Perputaran tersebut misalnya dari

kas perusahaan untuk membeli persediaan, kemudian dijual menimbulkan

piutang.(Sudiyatno dan Suroso, 2010)

13

2.2.2 Signaling Teori

(Wolk et al dalam Ratna dan Zuhrotun, 2008), teori sinyal (signaling

theory) menjelaskan mengenai perusahaan mempunyai dorongan untuk

memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi disebabkan terjadinya asimetri

informasi antara perusahaan dan pihak luar(eksternal) dimana perusahaan

mengetahui informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang

akan datang daripada pihak luar (eksternal). Perusahaan dapat meningkatkan nilai

perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk

mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.

Salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan

mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang.

Sinyal yang diberikan oleh perusahaan (manajemen) yang berupa laporan

keuangan harus bisa dipahami oleh pihak luar agar pihak luar bisa menilai

prospek perusahaan dimasa depan. Tidak hanya itu, sinyal yang berupa laporan

profitabilitas perusahaan tersebut memberikan informasi yang menyatakan bahwa

perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lainnya.Secara

konseptual,kecukupan modal diperlukan agar dapat menjamin kelayakan

pelayanan bank untuk melindungi bank dari kegagalan (resiko) serta menjamin

kelangsungan bank mendatang. Kecakupan modal tersebut merupakan sinyal

untuk perusahaan.

14

Menurut Jama’an (2008)Signaling Theory mengemukakan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah

dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat

berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut

lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian

sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer

memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka

menerapkan kebijakan akuntansi yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas

karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan

laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan

aktiva yang tidak overstate.

2.2.3 Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2008 pasal

1. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank

syariah dan unit syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit

atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf rakyat.

Bank syariah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank

pembiayaan rakyat syariah. bank umum syariah adalah bank syariah yang dalam

15

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2.2.4 Pertumbuhan Volume Usaha dan Struktur Perbankan Syariah (Bank

Indonesia)

Volume usaha perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir,

khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS),

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Total aset per Oktober 2011 (yoy)

telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat tajam sebesar 48,10% yang

merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir. Ditambah dengan

aset BPRS sebesar Rp3,35 triliun, total aset perbankan syariah per Oktober 2011

telah mencapai Rp130,5 triliun. Marketshare perbankan syariah terhadap

perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset

tersebut tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi

pasiva dan pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva (lihat Tabel 1.1).

Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat 52,79% dan penyaluran dana

masyarakat meningkat sebesar 46,43%.

16

Tabel 2.1

Perkembangan Aset, DPK dan Penyaluran Dana BUS dan UUS (Rp Triliun)

Pertumbuhan aset yang tinggi tersebut terkait erat dengan ekspansi

perbankan syariah terutama pasca disahkannya Undang-undang No.21 tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. Secara kelembagaan, jaringan perbankan syariah

meningkat menjadi 11 BUS (bertambah 6 BUS setelah lahirnya UU), dengan total

jaringan kantor mencapai 1.688 kantor dan 1.277 office chanelling. Selain itu,

upaya pengembangan perbankan syariah yang dilakukan secara sinergis antara

Bank Indonesia dan pelaku industri yang tergabung dalam iB campaign baik

untuk funding maupun lending berpengaruh positif terhadap pertumbuhan aset

perbankan syariah. Hal ini juga berkat dukungan Bank Indonesia dalam bidang

perijinan yaitu dengan memberikan service excellence pada percepatan proses

penyelesaian perijinan namun tetap menjaga kualitas analisa sesuai ketentuan

yang berlaku. Dengan demikian, upaya Bank Indonesia dalam mempercepat

proses perijinan pendirian bank, fit and proper test, merger atau akuisisi, 2

pembukaan jaringan kantor serta persetujuan produk-produk perbankan syariah

dapat dirasakan manfaatnya oleh industri perbankan syariah.

Okt-10 Okt-11 Growth

Nominal (%)

Aset 85,85 127,19 41,34 48,10

DPK 66,48 101,57 35,09 52,79

Penyaluran Dana 83,81 122,73 38,93 46,43

17

2.2.5 Fungsi Bank Syariah

Adapun fungsi dari bank syariah antara lain sebagai berikut (Bank Indonesia) :

1. Manajer Investasi

Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun,

karena besar-kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana

yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan

profesionalisme dari bank syariah. Bank syariah bisa melakukan fungsi ini

berdasarkan kontrak Mudharabah. Bank (di dalam kapasitasnya sebagai seorang

Mudharib yaitu seseorang yang melakukan investasi dana-dana pihak lain).

2. Investor

Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana

pemilik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi

yang sesuai dengan Syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah tersebut

meliputi akad Murabahah, sewa-menyewa, musyarakah, akad Mudharabah, akad

Salam atau Istisna, pembentukan perusahaan, dll.

3. Jasa Keuangan

Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank

konvensional, seperti memberikan pelayanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran

gaji dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan asalkan tidak melanggar prinsip

prinsip syariah. Bank syariah juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya

untuk memperoleh imbalan atas dasar agency contract atau sewa. Contohnya letter

of guarantee, wire transfer, letter of credit.

18

4. Fungsi Sosial

Konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank syariah memberikan

pelayanan sosial baik melalui Qard (pinjaman kebajikan) atau Zakat dan dana

sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Disamping itu, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank-bank Islam

untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber daya

manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial.

2.2.6 Kegiatan usaha Bank Umum Syariah

Kegiatan usaha Bank Umum Syariah sesuai dengan Undang-Undang No. 21 tahun

2008 pasal 19 meliputi:

a. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau

Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

b. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah

atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

c. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad

musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad

istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

e. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

19

f. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak

kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah;

g. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain

yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

h. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah;

i. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak

ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah,

antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah,

kafalah, atau hawalah;

j. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh

pemerintah dan/atau Bank Indonesia; menerima pembayaran dari tagihan atas

surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar

pihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;

k. Melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad

yang berdasarkan Prinsip Syariah;

l. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan

Prinsip Syariah;

m. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;

n. Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;

20

o. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip

Syariah;

p. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di

bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.7 Produk Perbankan Syariah

Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah ( Zul Fadli

(2012)) antaralain:

1. Titipan atau simpanan

a. Al-Wadi’ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat

mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak

berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada

nasabah. Bank Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.

b. Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu

yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang

dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi

hasil tertentu.

2. Bagi hasil

a. Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model

partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam

rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio

ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan

21

mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan

manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan.

b. Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha.

Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang

disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali

kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan

penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan

penyalahgunaan.

c. Al-Muzara’ah adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang

bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil

panen.

d. Al-Musaqah adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara’ah, di mana

nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan

sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

3. Jual beli

a. Bai’ Al-Murabahah adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli.

Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian

menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai

margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat

mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan

besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:

harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang

22

dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang

disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.

b. Bai’ As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian

hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus

diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli

berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh:

Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena

barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai

inventori, maka bank melakukan akad bai’ as-salam kepada pembeli kedua

(misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada

produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekanan yang

direkomendasikan penjual.

c. Bai’ Al-Istishna’, merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang

bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian

hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara

terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama

sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan

barang bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan

pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.

4. Sewa

a. Al-Ijarah

b. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik

5. Jasa

23

a. Al-Wakalah

b. Al-Kafalah

c. Al-Hawalah

d. Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang

merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.

e. Al-Qardh

2.2.8 Perkembangan Permodalan dan Rentabilitas Perbankan Syariah

(BUS + UUS)

Pada umumnya permodalan perbankan syariah dapat dijaga dalam kisaran

yang memadai untuk dapat menyerap potensi kerugian. Rasio kecukupan modal

BUS dan UUS pada posisi Oktober 2011 tercatat sebesar 15,30%. Berbagai upaya

telah dilakukan bersama antara regulator dengan industri perbankan syariah

melalui berbagai kegiatan expo, penayangan iklan dan liputan kegiatan oleh

media massa telah mampu mendorong perbankan syariah secara signifikan untuk

meningkatkan penyaluran dana perbankan syariah meningkat tinggi sebesar

46,43% dari Rp 83,81 triliun menjadi Rp122,73 triliun. Peningkatan pembiayaan

ini dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian sehingga kisaran Non

Performing Financing (NPF) dapat dijaga dalam kisaran yang stabil. Secara rerata

NPF gross menurun dari 3,95% (Sept’2010) menjadi 3,11%. Hal tersebut telah

mendorong perolehan laba yang cukup baik dan efisiensi biaya, sehingga

rentabilitas dapat terjaga. Pada gilirannya hal ini dapat meningkatkan akumulasi

laba yang dapat memperkuat permodalan. Tingkat rentabilitas perbankan syariah

terhadap penggunaan asetnya cukup baik yang tercermin dari rasio ROA dan ROE

24

yang masing-masing sebesar 1,75% dan 17,43%. Jumlah pembiayaan yang

meningkat diiringi dengan membaiknya kinerja telah mampu menurunkan rasio

BOPO menjadi 78,03% yang pada tahun sebelumnya masih sebesar 79,10%

(Sept’2010).

2.2.9 Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aktiva

dan modal. Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba

menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan

usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah

membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang

menghasilkan laba tersebut.(Dhika Rahma Dewi.2011)

Ada tiga rasio yang digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu rasio profit

margin untuk mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada

tingkat penjualan tertentu, return on assets (ROA) untuk menunjukkan seberapa

besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva

yang dimiliki, dan return on equity (ROE) untuk menggambarkan tingkat return

yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang saham.(joni dan lina,2010).

Penilaian profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam tergantung

pada perbandingan laba perusahaan dengan asset. Return On Assets (ROA)

menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara

keseluruhan. ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank

Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai

25

profitabilitas suatu bank diukur dengan asset yang sebagain besar dari dana

simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari

segi penggunaan asset.(Lukman Dendawijaya, 2009:118-119).

Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah ROA (Return on assets).

Maka pengukuran profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut :

2.2.10 Likuiditas

Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas suatu

bank. Banyak penelitian yang menggunakan objek bank konvensional untuk

mengukur likuiditas menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio(LDR). Sedangkan

pada bank syariah tidak mengenal istilah kredit namun menggunkan

pembiayaan(financing). Konsep yang ditunjukan pada bank syariah dalam

mengukur likuiditas yaitu dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio

(FDR). FDR itu sendiri merupakan seberapa besar dana pihak ketiga pada bank

syariah dikeluarkan untuk pembiayaan. (Muhammad, 2009). Financing to Deposit

Ratio (FDR) dijadikan variable yang mempengaruhi ROA berkaitan dengan

adanya pertentangan kepentingan antara likuiditas dengan profitabilitas (Budi

Panco, 2008).

26

Rasio ini diukur dengan rumus :

2.2.11 Efisiensi Operasional

Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan

bank dalam memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya yang dilakukan untuk

mengoperasikan dana tersebut. Efisiensi operasional berarti biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan

yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Rasio efesiensi digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional

terhadap pendapatan operasional.(yuliani, 2007:33).

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

x 100%

2.2.12 Permodalan

Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan indikator pemodalan

dijadikan variable yang mempengaruhi ROA didasarkan pada hubungannya

dengan tingkat risiko bank. Kecakupan modal berkaitan dengan penyediaan modal

sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari

pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar dana berasal dari dana

pihak ketiga atau masyarakat(Sinungan, 2000:162). CAR adalah

27

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

x 100%

ATMR = aktiva tertimbang menurut risiko.

2.2.13 Kualitas aktiva

Tingkat kelangsungan usaha bank berkaitan dengan aktiva produktif

yang dimiliki. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif bank syariah

dinilai kualitasnya berdasarkan pendekatan jaminan, pendekatan karakter,

kemampuan pelunasan, kelayakan usaha, dan pendekatan fungsi bank sebagai

lembaga perantara keuangan(Muhammad,2005:305). Kualitas aktiva dalam hal ini

diproksikan dengan Non Performing Financial(NPF) yang dijadikan variable yang

mempengaruhi profitabilitas karena dapat mencerminkan risiko pembiayaan.

Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi

pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah (Suhada,

2009)

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

2.3 Hubungan Antar Variabel

2.3.1 Hubungan antara Financing Deposit Ratio (FDR) dengan Profitabilitas.

Rasio likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)

dijadikan variabel yang mempengaruhi Profitabilitas berkaitan dengan adanya

28

pertentangan kepentingan (conflict of interest) antara likuiditas dengan

Profitabilitas. FDR merupakan perbandingan total pembiayaan dengan dana pihak

ketiga. Yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi

kebutuhan jangka pendek. Bilaingin mempertahankan posisi likuiditas dengan

memperbesar cadangan kas, maka bank tidak akan memakai seluruh dana

pinjaman yang ada karena sebagian dikembalikan lagi dalam bentuk cadangan

tunai (cash reserve), ini berarti usaha pencapaian profitabilitas akan berkurang.

Sebaliknya jika bank ingin mempertinggi profitabilitas, maka dengan cash reserve

untuk likuiditas terpakai oleh bisnis bank, sehingga posisi likuiditas akan turun

(Sinungan,2000: 98). Jika rasio ini meningkat dalam batas tertentu maka akan

semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan, sehingga akan

meningkatkan laba bank, dengan asumsi bank menyalurkan dananya untuk

pembiayaan yang efektif. Dengan meningkatnya laba, maka Profitabilitas juga

akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return On

Asset (Budi Ponco,2008)

Teori signaling memberikan kualitas informasi yang diungkapkan

perusahaan dalam laporan keuangan perbankan. Kualitas informasi tersebut

bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih

mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang

dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pembiayaan dana

pihak ketiga akan meningkatkan laba(profit) perusahaan yang dipublikasikan

diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan bank tertentu dan

29

menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan Pembiayaan yang

dimiliki.

2.3.2 Hubungan antara Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) dengan Profitabilitas.

Salah satu Informasi yang diungkapkan bank yaitu informasi biaya

operasional dan pendapatan operasional. Informasi ini terdapat dalam laporan

keuangan atau laporan tahunan bank. Informasi tersebut dengan harapan dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

Mengingat kegiatan utama bank menghimpun dan menyalurkan dana,

maka biaya operasional dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya

operasioanal dan pedapatan operasional.Semakin kecil rasio ini berarti semakin

efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga

kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Dendawijaya,

2005:147).Dan sebaliknya rasio ini semakin meningkat mencerminkan kurangnya

kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat menimbulkan

kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya.Rasio yang

sering disebut rasio efisien untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

2.3.3 Hubungan antara CAR dengan Profitabilitas

Besarnya suatu modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Penetapan CAR sebagai variabel

yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko

30

bank.Penetapan CAR pada titik tertentu dimaksudkan agar bank memiliki

kemampuan modal yang cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya risiko

sebagai akibat berkembangnya ekspansi aset terutama aktiva yang dikategorikan

dapat memberikan hasil sekaligus mengandung risiko. Rendahnya CAR

dikarenakan peningkatan ekspansi aset beresiko yang tidak diimbangi dengan

penambahan modal, menurunkan kesempatan bank untuk berinvestasi dan

menurunkan kepercayaan masyarakat sehingga berpengaruh pada penurunan

profitabilitas.(Hesti Werdaningtyas, 2002. Dalam Dhika Rahma Dewi, 2010).

Sesuai dengan teori signaling mengemukakan tentang bagaimana

seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan

keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

manajemen untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Tingginya rasio modal

dapat melindungi deposan, dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan

masyarakat kepada bank yang pada akhirnya dapat meningkatkan Profitabilitas.

Pembentukan dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan

harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai pemasok

modal bank. Dengan demikian bank harus menyediakan modal minimum yang

cukup untuk menjamin kepentingan pihak ketiga (Sinungan, 2000: 162).

2.3.4 Hubungan antara NPF dengan Profitabilitas (ROA)

31

NPF digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang

dihadapi oleh bank syariah.NPF juga mencerminkan risiko pembiayaan pada

Bank syariah. Semakin besar Non Performing Financing (NPF), akan

mengakibatkan menurunnya Profitabilitas, yang juga berarti kinerja keuangan

bank yang menurun karena resiko kredit semakin besar. Begitu pula sebaliknya,

jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka Profitabilitas akan semakin

meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan semakin baik.

Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian laba bank.

Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi

pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah.

(Muhammad,2005:305)

2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Financing Deposit

Ratio (FDR)

PROFITABILITAS

(ROA)

Non Performing

Financing (NPF)

Capital Adequacy

Ratio (CAR)

Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO)

32

2.5 Hipotesis

Atas dasar kerangka pemikiran diatas, maka dapat ditari hipotesis sebagai berikut:

H1 : Financing Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap profitabilitas

(ROA) bank syariah di indonesia.

H2 : Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah di indonesia.

H3 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap profitabilitas

(ROA) bank syariah di indonesia.

H4 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap profitabilitas

(ROA) bank syariah di indonesia.