bab ii tinjauan pustaka - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/16302/14/12 bab ii.pdfpenelitian...

39
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100). Penelitian mengenai peran komunikasi antar pribadi pernah dilakukan oleh Aryanti Widyanigrum (2014). Penelitian tersebut berjudul “Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi pada Calon Anggota UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan 15)”. Dalam penelitian tersebut, didapat kesimpulan bahwa komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh anggota dan calon anggota angkatan 15 UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung mempunyai peranan dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi. Aktivitas komunikasi antar pribadi yang memberikan peran dominan atau menonjol dalam meningkatkan keahlian dasar-

Upload: lehanh

Post on 11-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil

penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian teori,

konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang

dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari

duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang

dibuat oleh peneliti sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100).

Penelitian mengenai peran komunikasi antar pribadi pernah dilakukan oleh

Aryanti Widyanigrum (2014). Penelitian tersebut berjudul “Peranan Komunikasi

Antar Pribadi dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi

pada Calon Anggota UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan

15)”. Dalam penelitian tersebut, didapat kesimpulan bahwa komunikasi antar

pribadi yang dilakukan oleh anggota dan calon anggota angkatan 15 UKM

Fotografi ZOOM Universitas Lampung mempunyai peranan dalam meningkatkan

keahlian dasar-dasar fotografi. Aktivitas komunikasi antar pribadi yang

memberikan peran dominan atau menonjol dalam meningkatkan keahlian dasar-

7

dasar fotografi selama proses perekrutan berlangsung, anggota dan calon anggota

angkatan 15 selalu berinteraksi dalam pembelajaran materi fotografi, bertukar

pengalaman dan memberi arahan saat praktek fotografi. Disimpulkan bahwa

proses komunikasi antar pribadi selama perekrutan berlangsung dengan baik dan

terdapat feedback di dalamnya, maka aktivitas komunikasi tersebut berperan

dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi terutama pada analogi kamera,

komposisi, angel dan pencahayaan.

Berikut ini tabel perbedaan penelitian terdahulu.

Judul Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam MeningkatkanKeahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi pada Calon AnggotaUKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan 15)

Penulis Aryanti Widyaningrum (2014)Hasil Penelitian Aktivitas komunikasi antar pribadi yang memberikan peran

dominan atau menonjol dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi selama proses perekrutan berlangsung, anggotadan calon anggota angkatan 15 selalu berinteraksi dalampembelajaran materi fotografi, bertukar pengalaman danmemberi arahan saat praktek fotografi. Disimpulkan bahwaproses komunikasi antar pribadi selama perekrutan berlangsungdengan baik dan terdapat feedback di dalamnya, maka aktivitaskomunikasi tersebut berperan dalam meningkatkan keahliandasar-dasar fotografi terutama pada analogi kamera, komposisi,angel dan pencahayaan.

Perbedaan Dalam penelitian Aryanti Widyaningrum (2014), anggota yangberkomunikasi bertujuan untuk menyampaikan materi tentangfotografi sehingga terlihat jelas bahwa tujuan untukberkomunikasi untuk menyampaikan materi tentang fotografi.Sedangkan penelitian ini ingin mengetahui peranan komunikasiantar pribadi yang dilakukan oleh pengurus ICI terhadapanggota baru yang bertujuan semata-mata hanya untukmembangun hubungan keakraban/kedekatan emosional demikeberlangsungan organisasi.

Penelitian tentang peran komunikasi antar pribadi yang kedua dilakukan oleh

Annisa Faisal (2013). Penelitian tersebut berjudul “Seberapa Besarkah

Pengaruh Komunikasi Antarpribadi antara Pimpinan dan Karyawan dalam

8

Kegiatan Employee Gathering Perusahaan Terhadap Peningkatan Kualitas

Kerja ?” (Studi pada pimpinan dan karyawan dalam kegiatan employee

gathering pada PT.AKASHI WAHANA INDONESIA)

Berikut adalah tabel penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Annisa Faisal:

Judul Seberapa Besarkah Pengaruh Komunikasi Antarpribadiantara Pimpinan dan Karyawan dalam Kegiatan EmployeeGathering Perusahaan Terhadap Peningkatan Kualitas Kerja(Studi pada pimpinan dan karyawan dalam kegiatanEmployee Gathering pada PT.AKASHI WAHANAINDONESIA)

Penulis Annisa Faisal (2013)

Hasil

Penelitian

Besarnya pengaruh komunikasi antarpribadi antara pimpinandan karyawan dalam kegiatan employee gathering terhadappeningkatan kualitas kerja termasuk dalam kategori cukup.Dari pendekatan humanistik yang berdasarkan limakarakteristik antara lain, keterbukan, empati, sikapmendukung, sikap positif dan kesetaraaan atau kesamaan.Semua mempunyai karakteristik-karakteristik tersendiridalam berkomunikasi namun, komunikasi yang paling efektifdiantara kelima karakteristik tersebut yaitu keterbukaankarena didalam suatu perusahaan sangat dibutuhkanketerbukan antara pimpinan dan karyawan agar dapat terjalinkomunikasi yang efektif berlangsung secara diadik.

Perbedaan Dalam penelitian Annisa Faisal (2013) anggota yangmengikuti employee gathering hanya mengikuti kegiatansebanyak dua kali dalam setahun, dan bertujuan untukmendekatkan karyawan agar dapat meningkatkan kinerjakaryawan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntunganperusahaan. Sedangkan penelitian ini dilakukan rutin setiapminggu oleh anggota ICI, dengan tujuan bertujuan semata-mata hanya untuk membangun hubungankeakraban/kedekatan emosional demi keberlangsunganorganisasi.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana

orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang

9

diungkapkan oleh DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi

merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang

yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang bersifat

langsung. Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal

yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan

mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif, sementara

ketergantungan mengacu pada instrumen antar pribadi seperti mencari

kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain,

yang juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup.

Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication

maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak

langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung

secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti

telepon. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah

atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar

pribadi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan

perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang

sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67).

Bentuk utama dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka,

dimana komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan

antara dua individu dalam proses komunikasi, serta diantara individu tersebut

berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu berhasil karena antara individu yang

melakukan komunikasi tersebut saling mempertukarkan pesan secara bergantian

10

dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang

menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi menghasilkan suatu umpan

balik pada tingkat keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung

terlihat karena jarak fisik partisipan yang dekat sekali. Interaksi dalam

komunikasi antar pribadi, dapat menghasilkan berupa suatu perubahan pendapat,

sikap, perilaku dan tindakan tertentu.

Cassagrande dalam (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan

komunikasi dengan orang lain karena :

1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan

membagi kelebihan.

2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.

3. Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan

menjadikan orang mengatisipasi masa depan.

4. Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang

baru.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan

bahwa keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan

pemenuhan kebutuhan yang belum dan tidak dimiliki seseorang sebelumnya.

11

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan

hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik

pribadi, mengurangi ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman

dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan

kemanusiaan diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi (Cangara,

2004:33)

2.2.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi

Ada beberpa ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) menurutnya ada 5 ciri-ciri

komunikasi antarpribadi yang umum yaitu sebagai berikut:

1. Keterbukaan (Openess)

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan

permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu. Keduanya saling

mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

2. Empati (Emphaty)

Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami

mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang di

komunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan

seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila

komunikator atau komuniakan mempunyai kemampuan untuk melakukan

12

empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang

efektif.

3. Dukungan (Supportiveness)

Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan

dukungan dari pihak-pihak yang berkomuniaksi. Dukungan membantu

seseseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta

meraih tujuan yang diharapkan.

4. Rasa Positif (Possitivenes)

Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan

positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akan lebih mudah

dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak

berprasangka atau curiga yang dapat menganggu jalinan komunikasi.

5. Kesamaan (Equality)

Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat

apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam

hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan lain sebagainya.

Selain kelima ciri yang dipaparkan DeVito diatas, ada beberapa ciri lagi yang

identik dengan komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antar pribadi

dilaksanakan oleh seorang individu karena didorong berbagai faktor. Komunikasi

antar pribadi juga berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja,

dan kerap kali bentuk komunikasinya berbalas-balasan dengan suasana yang

13

penuh keakraban, bebas, bervariasi serta menggunakan berbagai lambang-

lambang yang bermakna bagi individu yang melakukan komunikasi antar pribadi

tersebut (Cangara, 2004:54)

2.2.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi

Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan

komunikan memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan.

Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif apabila pertemuan komunikasi

merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses

tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya

dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap

pesan yang dipertukarkan.

Selain itu, Menurut Steward L. Tubs dan Sylva Moss dalam (Rakhmat,

2001:133) menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif

setidaknya menimbulkan hal sebagai berikut :

1. Saling pengertian

2. Memberikan kesenangan

3. Mempengaruhi sikap

Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media

dan tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah

komunikasi antar pribadi secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antar pribadi

yang dilakukan melalui tatap muka pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat

diamati secara langsung dengan melihat, mendengar, mencium, meraba dan

14

merasa. Proses komunikasi antar pribadi meggunakan lambang- lambang sebagai

media penyampaian pesan.

Adapun lambang yaitu :

1. Lambang Verbal

Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk baahasa. Oleh karena itu, dengan

bahasa seorang komunikator dapat mengunggkapkan pikirannya mengenai hal

atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada

masa lalu, masa kini dan masa depan kepada komunikannya.

2. Lambang Non Verbal

Lambang Non Verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi

yang berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala,

mata, jari, dan lainnya. Batasan komunikasi non verbal secara garis besar

sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan

wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu cara dan simbol dari

statusnya. Contohnya tarian, drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya

dengan isyarat non verbal seorang individu dapat memahami orang lain ketika

orang lain terserbut berbicara atau menulis bahasanya untuk menyatakan

sesuatu tentang dirinya.

Kesamaan dan ketidaksamaan derajat antara komunikator dan komunikan

dalam proses komunikasi, memunculkan istilah homophily dan heterophily

sehingga bisa memperjelas hubungan antara komunikator dengan komunikan

dalam proses komunikasi antarpribadi. Homophily adalah sebuah istilah

dimana orang-orang yang berinteraksi memiliki kesamaan sifat dan atribut

15

diantara mereka seperti nilai, pendidikan dan status. Sedangkan Heterophily

didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada

pada dalam sifat-sifat tertentu. Pada sistem yang lebih tradisional ditandai oleh

derajat homophily yang lebih tinggi, dalam komunikasi antarpribadi dan norma-

norma di desa menjadi lebih modern sehingga menjadi lebih heterophily

(Rakhmat, 2001:133)

2.2.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki

sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa

sifat yang dapat menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada

komunikasi antar pribadi yaitu didalamnya melibatkan perilaku verbal maupun

nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa jauh hubungan antara pihak yang

terlibat di dalamnya

Berikut adalah beberapa sifat yang dimiliki oleh komunikasi antarpribadi

(Liliweri, 1991:29):

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini

timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.

2. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar

mempunyai interaksi dan koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi

harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang

melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat

tertentu.

16

3. Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik.

Intrinstik merupakan suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang

sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan

lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar

manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir.

4. Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang

dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya

tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.

5. Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang

dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya

tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik

2.2.6 Format Komunikasi Dalam Organisasi

1. Komunikasi antar pribadi

Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang

seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui

balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat, maka bertambahlah

persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah

komunikasi tersebut (Cangara, 2001: 31)

Klasifikasi Komunikasi interpersonal

a. Interaksi intim

Dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi

informal. Misalnya hubungan yang terlihat antara kedua orang teman baik

17

dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar

peranan dan fungsinya di organisasi

b. Percakapan Sosial

Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan

sedikit berbicara. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara

tentang perhatian, minat di luar organisasi seperto famili, sport, isu politik.

c. Interogasi atau Pemerikasaan

Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta

atau bahkan menurut informasi daripada yang lain.

d. Wawancara

Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat

dalam percakapan yang berupa tanya jawab.

2. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam organisasi

Dalam pelaksanaannya komunikasi antar pribadi memiliki tujuan-tujuan utama.

Terdapat enam tujuan komunikasi yang dianggap penting (Widjaja, 2000: 122)

yaitu:

a. menemukan diri sendiri

b. menemukan dunia luar

c. membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

d. merubah sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik

e. untuk bermain dan kesenangan

f. untuk saling membantu

18

3. Hubungan Antar pribadi yang efektif

Hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak

memenuhi kondisi :

a. Bertemu satu sama lain secara personal

b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang

dapat dipahami satu sama lain secara berarti

c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau

keberatan

d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap

menerima dari empati satu sama lain.

e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan

mengurangi kecenderungan gangguan arti

f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan

aman terhadap yang lain.

2.3 Definisi Organisasi

Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-

kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah

system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk

kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian

kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi

yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

Menurut jenisnya organisasi dibagi dalam dua jenis yaitu organisasi formal dan

organisasi informal (Liliweri, 1991:35)

19

Pada dasarnya organisasi hanya memiliki 4 ciri-ciri yaitu :

a. Mempunyai Tujuan dan Sasaran untuk dicapai dalam Organisasi.

b. Mempunyai aturan yang harus ditaati oleh anggota dari Organisasi tersebut.

c. Mempunyai pembagian kerja atau bisa disebut juga kerjasama.

d. Ada yang mengkoordinasi tugas dan wewenang.

2.4 Jenis-Jenis Organisasi Berdasarkan hubungan personal

Jenis organisasi berdasarkan hubungan personal terbagi menjadi dua yaitu

organisasi yang bersifat formal dan organisasi yang bersifat informal (Liliweri,

1991:67)

a. Organisasi Formal

Organisasi formal adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti

organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum. Organisasi formal

sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi, serta

perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.

Contoh: OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola

Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.

b. Organisasi Informan

Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan

bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby. Karena sifatnya tidak

resmi, pada organisasi ini kadangkala struktur organisasi tidak begitu

jelas/bahkan tidak ada. Begitu juga dengan perencanaan dan program-program

yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas, kadang-

kadang terjadi secara spontanitas.

20

Contoh: kelompok pecinta puisi disekolah, fans club suatu Idol grup, fans club

pecinta motor antik dan lain sebagainya (Liliweri, 1991:67)

2.5 Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Organisasi

Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang

merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri

dari pengurus dan anggota. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-

communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu

diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-

cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja

sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan

sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu

keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan

dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.

Komunikasi menjadi sebuah media penting dalam sebuah organisasi, karena

dalam berorganisasi kecakapan menyampaikan maksud dan tujuan

(berkomunikasi) antar pribadi dapat meredam gesekan-gesekan konflik. Arus

komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi

horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan

fungsi yang sangat tegas (Effendy, 2003: 71)

Fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:

1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika

orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada

bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:

21

a. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction).

b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk

dilaksanakan (job retionnale).

c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku

(procedures and practices).

d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan

(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari

bawah ke atas ini adalah:

a. Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang

sudah dilaksanakan.

b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun

tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.

c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.

d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun

pekerjaannya.

3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara

para bawahan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi

arus komunikasi horisontal ini adalah:

a. Memperbaiki koordinasi tugas

b. Upaya pemecahan masalah.

c. Saling berbagi informasi

22

d. Upaya pemecahan konflik.

e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

2.6 Format Komunikasi Dalam Organisasi

4. Komunikasi antar pribadi

Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang

seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui

balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat, maka bertambahlah

persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah

komunikasi tersebut (Cangara, 2001: 31)

Klasifikasi Komunikasi interpersonal

e. Interaksi intim

Dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi

informal. Misalnya hubungan yang terlihat antara kedua orang teman baik

dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar

peranan dan fungsinya di organisasi

f. Percakapan Sosial

Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan

sedikit berbicara. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara

tentang perhatian, minat di luar organisasi seperto famili, sport, isu politik.

g. Interogasi atau Pemerikasaan

Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta

atau bahkan menurut informasi daripada yang lain.

h. Wawancara

23

Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat

dalam percakapan yang berupa tanya jawab.

5. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam organisasi

Dalam pelaksanaannya komunikasi antar pribadi memiliki tujuan-tujuan utama.

Terdapat enam tujuan komunikasi yang dianggap penting (Widjaja, 2000: 122)

yaitu:

g. menemukan diri sendiri

h. menemukan dunia luar

i. membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

j. merubah sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik

k. untuk bermain dan kesenangan

l. untuk saling membantu

6. Hubungan Antar pribadi yang efektif

Hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak

memenuhi kondisi :

g. Bertemu satu sama lain secara personal

h. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang

dapat dipahami satu sama lain secara berarti

i. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau

keberatan

j. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap

menerima dari empati satu sama lain.

24

k. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan

mengurangi kecenderungan gangguan arti

l. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan

aman terhadap yang lain.

2.7 Proses Komunikasi

Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari

dua perspektif, yaitu:

1. Perspektif Kognitif.

Komunikasi menurut Colin Cherry (Syaiful Rohim, 2009) yang mewakili

perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk

mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau

kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan

kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya.

Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki

informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu

tindak komunikasi telah terjadi.

2. Perspektif Perilaku.

Menurut BF. Skinnerdalam (Syaiful Rohim, 2009) dari perspektif perilaku

memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender

berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih

dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi

adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana

25

simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons.

Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan

stimulus respons antara sender dan receiver.

Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang

berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi.

Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif

perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi

bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus

diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang

disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan

suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan

tindak berbagi informasi atau tidak (Syaiful Rohim, 2009:52)

Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang

disajikan dalam suatu model berikut. Proses komunikasi diawali oleh sumber

(source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi

dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:

a. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu

penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk

dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan

yang akan disampaikan.

b. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu

sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya,

26

tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan

informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau

message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya

dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal

seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.

c. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan

yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada

penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui

suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah

channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu

pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka,

radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi

setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat

mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP

(overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran

komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat

sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.

d. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika

pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar

yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan

hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu

memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan

27

kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk

melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran

penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana

memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons

terhadap pesan tersebut.

e. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan

balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan

yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik

dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud

kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa

mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik

inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas

komunikasi.

2.8 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,

komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi

(Syaiful Rohim, 2009) yaitu:

1. Fungsi informative

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi

(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu

organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik

28

dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota

organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada

dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan

kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen

membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun

guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.

Sedangkanbawahan membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan,

jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam

suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang

berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu

mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi

yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan

untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur

organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position

of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana

semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah

banyak bergantung pada:

1) Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

2) Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

29

3) Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin

sekaligus sebagai pribadi.

4) Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

5) Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada

dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan

kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak

boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan

selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,

maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya

daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela

oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding

kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan

karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua

saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut

(newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran

komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa

istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darma wisata.

30

Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk

berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi

(Syaiful Rohim, 2009:40-55)

2.9 Memahami Komunikasi dalam Organisasi

Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan

kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika

mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan.

Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-

jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen

sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam

organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan

tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih

orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang

efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.

Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai

seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu

situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a

given situation).Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku

komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu

dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang

digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari

penerima (receiver). (Liliweri, 1991:72) Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari

adalah sbb:

31

a. The Controlling style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu

kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,

pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya

komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way

communications.Pihak-pihak yang memakai controlling style of

communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan

dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai

rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai

rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau

feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para

komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang

lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk

memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual

gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada

orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini

sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak

secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya

komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif

sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif

pula.

32

b. The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan

kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan

berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis

yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya

komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap

anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam

suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,

memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian

bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini,

adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta

kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam

konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style

ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini

efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi

untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.

Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan

share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

c. The Structuring style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara

tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,

penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan

33

(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi

orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal

kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.

Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State

University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka

beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons

menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah

orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih

memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

i. The Dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena

pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya

berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of

communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor

yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).Tujuan utama gaya

komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang bawahan

untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup

efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis,

namun dengan persyaratan bahwa bawahan mempunyai kemampuan yang cukup

untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

e. The Relinguishing style

34

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,

pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi

perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi

perintah dan mengontrol orang lain.Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini

akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan

orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia

untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

j. The Withdrawal style

Untuk akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak

komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya

ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan

ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.Dalam

deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin

dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba

melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu

keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena

itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.Gambaran

umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style

of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal.

Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing

dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi

organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal

mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang

bermanfaat.

35

2.10 Tinjauan Tentang Kedekatan Emosional

Istilah Kedekatan atau kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan

oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby.

Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada

tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002).

Hubungan akrab ditandai oleh kadar yang tinggi mengenai keramah tamahan dan

kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab, dirumuskan

melalui lambang-lambang dan ritual (Prisbell dan Anderson 1980)

1. Keramahtamahan

Barangkali yang pertama dan kalau bukan yang paling yang paling penting yang

merupakan karakteristik keakraban ialah keramahtamahan dan kasih sayang.

Sahabat-sahabat kental saling menyukai satu sama lain. Singkat kata, hubungan

akrab yang baik bukanlah hal yang menjengkelkan. Satu cara sahabat kental

menyatakan kesukaannya adalah dengan cara menghabiskan waktu bersama-sama

entah pergi menonton, jalan-jalan atau mengobrol. Teman akrab selalu berharap

untuk selalu bersama sama karena meraka mengalami kegembiraan atau

kesenangan secara bersama sama, mereka menikmati bersama sama dalam

berbicara, dan mereka menikmati dalam berbagi pengalaman.

2. Kepercayaan

Karakteristik penting lainnya mengenai keakraban ialah kepercayaan atau trust.

Kepercayaan ialah menempatkan kepercayaan atau confidence kepada yang lain

36

sedikit banyak hamper selalu melibatkan beberapa resiko. Ini merupakan suatu

prediksi jika anda mengungkapkan diri anda kepada yang lain, hasilnya akan

menguntungkan anda dan bukan merugikan anda. Kita percaya orang-orang itu

yang antara lain tidak akan dengan sengaja merugikan kepentingan kita

(Lafollette, 1996), rusbult dan koleganya (2001) menunjukkan. “sebagaimana para

mitra mengembangkan kepercayaan yang bertambah terhadap satu sama lain,

maka tingkat ketergantungan mereka menjadi bertambah satu sama lain. Yakni,

mereka menjadi bertambah tingkat kepuasannya, meningkat keinginnanya untuk

tidak melakukan berbagai alternative, dan makin bertambah keinginan untuk

memperkuat didalam hubungan.”

3. Pengungkapan Diri

Keakraban menghendaki secara relative pengungkapan diri atau self-disclousure

tingkat tinggi. Melalui berbagai perasaan dan proses pengungkapan diri yang

sangat pribadi orang benar-benar dapat mengerti dan mengetahui satu sama lain.

Sahabat kental seringkali memperoleh pengetahuan yang paling dalam mengenai

mitrra nya. Sebagai hasil dari jumlah pengungkapan diri yang meningkat, maka

meraka meningkatkan hubungan investasi mereka didalam sebuah hubungan dan

mengembangkan rasa “kekitaan”. Meskipun tidak realistis dan mungkin tidak

diinginkan untuk berharap dapat berbagi perasaan dengan sejumlah besar orang,

pencapaian mengenai tingkat berbagi perasaan mengenai komunikasi dengan

sejumlah orang merupakan tujuan komunikasi yang sangat bermanfaat. Apabila

orang merasakan bahwa mereka mendapatkan kepuasan karna bersama-sama dan

mampu berbagi gagasan dan perasaan, maka keakraban mereka tumbuh.

Sekalipun dengan hubungan yang akrab, masih terdapat batas batas mengenai

37

jumlah pengungkapan diri yang sesuai. Meskipun mengkomunikasikan informasi

pribadi mengenai diri dan melakukan pengamatan pribadi mengenai orang lain

adalah perlu bagi keakraban supaya berkembang, pada kejadian keterbukaan tanpa

syarat dapat terjadi gangguan hubungan sebagai kebalikan dari hubungan balik.

Seperti Mills & Clark (2001) menjelaskan: “Berbagi dan mengemukakan

informasi pribadi merupakan karakteristik hubungan komunal secara timbale balik

yang kuat dimana pengungkapan diri telah diajarkan sebagai inti dari hubungan

yang erat”

4. Tanggung Jawab

Hubungan akrab memerlukan tanggung jawab yang mendalam, misalnya

hubungan akrab dicirikan oleh pada tahap tertentu dimana seseorang membatalkan

hubungan dengan orang lain agar dapat menyediakan lebih banyak waktu dan

energy pada hubungan yang utama. Hubungan yang akrab memiliki ikatan yang

kuat sekali. Adakalanya seseorang pindah ke kota lain, hubungan mereka berdua

tidak terpengaruh. Walaupun mereka hanya dapat berjumpa sesekali setahun.

5. Model Interaksional

Terdapat beberapa model atau teori untuk menganalisa hubungan antarpribadi.

Dalam penelitian ini menggunakan model interaksional. Model interaksional

menekankan pada proses komunikasi dua arah diantara para komunikator. Dengan

kata lain, komunikasi berlangsung dua arah yaitu dari pengirim dan kepada

penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan

bahwa komunikasi selalu berlangsung.

38

Model interaksional memandang setiap hubungan antar pribadi sebagai suatu

sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat structural, integrative dan medan. Semua

sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak

bersama sebagai satu kesatuan. Semua sistem mempunyai kecendrungan untuk

memelihara dan mempertahankan kesatuannya. Bila ekuilibrum sistem terganggu,

segera akan ambil tindakannya. Dalam mempertahankan ekuilibrium , sistem dan

subsistem harus melakukan transaksi yang tepat dengan lingkungannya (medan).

Selain itu dalam model interaksional, manusia dianggap lebih aktif. Menurut

model interaksional para pesertanya adalah orang-orang yang mengembangkan

potensi manusiawinya melalui interaksi social. Patut dicatat bahwa model ini

menempatkan sumber dan penerima yang memiliki kedudukan yang sederajat.

Satu elemen yang penting bagi model interaksional adalah umpan balik (feedback)

atau tanggapan terhadap suatu pesan.

2.11 Kerangka Pikir

Selayaknya makhluk sosial, kita pasti membutuhkan komunikasi dengan

orang lain, bisa dalam jumlah kecil ataupun jumlah banyak (kelompok).

Komunikasi ini dilakukan untuk menjalin hubungan antar makhluk satu dengan

yang lainnya. Menurut Thomas M Scheidel kita berkomunikasi terutama untuk

menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial

dengan orang di sekitar kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau

berperilaku seperti yang kita inginkan. Jadi menurutnya tujuan utama kita

berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi lingkungan fisik dan psikologis

kita.

39

Sebagai makhluk sosial kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan

makhluk sosial lain. Hal ini dapat terjadi jika kita melakukan komunikasi antar

pribadi. Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pertukaran makna antara

orang-orang yang saling berkomunikasi. Maksud dari Proses ini, yaitu

mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-

menerus.

Komunikasi antar pribadi dinilai paling baik dalam kegiatan mengubah sikap,

kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena

komunikasi antar pribadi dilakukan secara tatap muka dimana antara

komunikator dan komunikan saling terjadi kontak pribadi. Pribadi komunikator

menyentuh pribadi komunikan, sehingga akan ada umpan balik yang

seketika (perkataan, ekspresi wajah, ataupun gesture). Komunikasi inilah

yang dianggap sebagai suatu teknik psikologis manusiawi. Proses pertukaran

makna dalam komunikasi antar pribadi ini lah yang disebut dengan yang

namanya interaksi. Sedangkan komunikasi yang efektif melalui sudut pandang

Humanistik Menurut Joseph A. Devito (2007 : 259) :

a. Aspek Keterbukaan

b. Empati

c. Sikap Mendukung

d. Sikap Positif

e. Kesetaraan

40

Keefektifan dalam berkomunikasi ditandai dengan pertemuan komunikasi

merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses tersebut

tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat

diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap

pesan yang dipertukarkan.

Aspek keterbukaan dapat dikatakan baik apabia pengurus dapat mengetahui nama

anggota dan mempunyai sikap-sikap keakraban untuk mengenal lebih jauh para

anggota ada rasa percaya dan keterbukaan hingga akhirnya para anggota terbuka

dengan masalah kehidupan sehari-hari yang dialaminya, seringnya berinteraksi

melalui i-massage dalam berkomunikiasi dengan anggota baru. Intensitas

pertemuan yang rutin juga mempengaruhi interaksi komunikasi karena pertemuan

tersebut dapat membantu mendekatkan antar individu atau adanya kedekatan

emosional. Timbulnya keakraban merupakan nilai plus untuk komunikasi

antar pribadi. Semakin dekat individu yang satu dengan yang lain, maka akan

mudah untuk membentuk kesamaan makna yang kemudian akan merubah pola

perilaku individu tersebut.

Aspek Empati dapat dikatakan baik apabia pengurus mampu merasakan dan

keinginan anggota, tidak mengecilkan status anggota dan anggota mendukung

penuh kegiatan atau keputusan yang diambil oleh pengurus. komunikasi aktif ini

akan berkembang sesuai dengan interaksi manusia yang berbeda-beda.

Sikap Mendukung dapat dikatakan baik apabia setiap anggota spontan,

41

bersemangat untuk bersikap penuh keyakinan mendukung keputusan pengurus

demi kemajuan organisasi, sikap mendukung yang menghasilkan kedekatan

emosional antara pengurus dan anggota.

Sikap positif dapat dikatakan baik apabia anggota baru mempunyai sikap positif

dan mempunyai sudut pandangan positif dalam hubungan

pertemanan/memperluas jaringan pertemanan. penting dalam model interaksional

adalah bidang pengalaman seseorang. Karena dalam berkomunikasi, adanya

pengalaman serta budaya seseorang dapat menjadi penentu orang tersebut dalam

berkomunikasi,

Aspek Kesetaraan dapat dikatakan baik apabia tidak adanya diskriminasi baik

gender, usia, dan pekerjaan anggota, senioritas, kedudukan anggota dalam sebuah

organisasi, pengharhaan terhadap pengurus. Kedekatan emosional yang

menciptakan kenyamanan dalam interaksi antara anggota dan pengurus. Jenis

komunikasi yang seperti inilah yang digunakan ICI Lampura untuk melakukan

pendekatan, Dengan demikian interaksi yang dilakukan dapat berjalan sekaligus

membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan masing-masing

pihak.

Sebuah komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang

atau sebuah sumber kepada penerima yang dapat menimbulkan efek tertentu

dimana proses tatap muka akan memberikan efek yang dapat langsung dirasakan

guna meningkatkan intensitas pertemuan yang rutin. Dari proses pertemuan yang

42

rutin itulah selama ini ICI Lampura telah sukses melakukan berbagai kegiatan

positif untuk mengembangkan pengalaman organisasi pemuda dan pemudi di

Lampung Utara. Contoh kecil kegiatan yang pernah sukses mereka laksanakan

adalah: Bakti sosial ke panti asuhan, mengadakan turnamen futsal se-Lampung

Utara, donor darah, kegiatan romadhon rutin, serta ikut mensukseskan gathering

daerah dan nasional.

Sesuai dengan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu mengubah perilaku

komunikan berdasarkan yang diharapkan oleh komunikator. Melalui komunikasi

antar pribadi antar pengurus dan anggota baru dalam organisasi ICI Lampura

diharapkan dapat menghasilkan suatu akibat atau efek yang sesuai dengan tujuan

dari berkomunikasi antarpribadi tersebut. Dalam hal ini peneliti menggunakan

metode interaksional yang merupakan komunikasi yang terjadi dua arah, yaitu

komunikasi yang dilakukan bisa dari pengirim ke penerima pesan dan juga dari si

penerima pesan kepada pengirim pesan. Dalam model komunikasi interaksional

ini manusia cenderung dilihat lebih aktif dalam memberikan dan menerima

respond dan dalam memberi dan menerima stimulus.

Menurut Wilbur Schramm: “Model ini memandang hubungan interpersonal

sebagai suatu sistem. Karena didalamnya terdapat sebuah lingkaran yang saling

terkait satu sama lain dan komunikasi selalu berlangsung. Dan sistem yang

berjalan juga baku, dimana komunikasi selalu berjalan dua arah. Dari pengirim

kepada penerima dan penerima kepada pengirim”. Disebutkan dalam

komunikasi ini, bahwa mereka yang berkomunikasi menurut model interaksional

43

merupakan orang- orang yang mengembangkan dirinya melalui adanya interaksi

yang terus berlanjut dengan lingkungan sosialnya. Sesuai dengan nama model

komunikasi ini yaitu interaksional, maka tidak salah jika dinyatakan bahwa

komunikasi ini berlangsung sesuai dengan adanya interaksi yang dilakukan

seseorang terhadap orang lain dimulai dengan orang- orang terdekatnya. Pada

model ini terdapat elemen penting yaitu umpan balik (feedback). Umpan balik

merupakan tanggapan terhadap pesan yang diterima oleh seseorang. Berbeda

dengan komunikasi linier, bahwa di dalam komunikasi linier tanggapan yang

diberikan oleh komunikan berupa respon tanpa seleksi dan interpretasi. Umpan

balik merupakan bentuk adanya dialog antara komunikator dan komunikan.

Dengan demikian kedekatan emosional yang diharapkan ialah : menciptakan dan

memepertahankan hubungan yang berkualitas, perilaku suportif dan positif,

memiliki sifat simpati dan empati terhadap sesama anggota, mengetahui

perkembangan dunia luar, bermain dan mencari hiburan

44

2.12 Bagan Kerangka Pikir

Komunikasi Antar Pribadiantara Pengurus denganAnggota baru ICILampung Utara

Kegiatan Komunikasiantarpribadi berdasarkanaspek humanistik :

a) Keterbukaan (openness)-Terbuka dalamberinteraksi-Tidak acuh-Seringnya berinteraksi

b) Empati (empathy)-Mampu merasakan apayang dirasakan sesamaanggota-Pengungkapan diri ataumasalah-Peka terhadapkomunikasi nonverbal

c) Mendukung(supportiveness)

-Menciptakan suasanakondusif-Pesan bersifatmendukung danmendekatkan-Memberi rasa tenang

d) Sikap Positif (positiveness)-Dorongan untuk maju-Menghargai pendapat-Perilaku baik

e) Kesetaraan (equality)-Tidak MembedakanStatus sosial-Menghargai lawanbicara-Rendah Hati

Yang diharapkan pada diri anggotadan pengurus

Terbentuknya sikap yang lebih baik

- Menciptakan danmemepertahankan hubunganyang berkualitas

- Perilaku suportif dan positif- Memiliki sifat simpati dan

empati terhadap sesamaanggota

- Mengetahui perkembangandunia luar

- Bermain dan mencari hiburan- Rasa percaya diri untuk

berinteraksi bersama

Perubahan Sikap Meliputi:1. Kesedian- Berperan aktif- Memperoleh respon

positif2. Identifikasi- Merasa senang- Sarana memelihara

hubungan3. Internalisasi- Bersedia menerima

pengaruh- Pembentukan sikap