bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/nofrianti bab ii.pdf ·...

13
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Di Kabupaten Banyumas, berdasarkan penelitian etnofarmakologi yang dilakukan oleh Permatasari (2010), menyimpulkan bahwa penggunaan tumbuhan obat sebagai obat tradisional yang ada di 6 desa di Kecamatan Baturraden (Kemutug Lor, Karang Salam, Rempoah, Kebumen dan Purwosari), khususnya untuk penyakit diare adalah jambu biji, kara, ketumbel, kunyit, lengkuas, manggis nangka, pala dan patikan kebo. Sedangkan untuk penggunaan yang khas di Baturraden saja adalah Kara yaitu dengan penggunaannya diremas-remas untuk diare. Pada penelitian lain menyebutkan penggunaan tumbuhan obat dari suku Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas, terdapat 16 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan dan pemanfaatan suku Zingiberaceae yang khas yaitu: jahe untuk masuk angin, kapulaga untuk memijat dan kecombrang untuk demam (Yulianto, 2010). Kusumaningrum (2010) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa dari sub kelas Rosidae terdapat 22 jenis tumbuhan obat dari 8 suku. Euphorbiaceae 6 jenis, Fabaceae 2 jenis, Apiaceae 4 jenis, Meliaceae 1 jenis, Myrtaceae 2 jenis dan Thymelaceae 1 jenis. Penelitian mengenai etnomedisin juga telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan oleh SMD et al. (2007) di Gunung Gede Pangrango, memaparkan bahwa pemanfaatan etnomedisin di lokasi tersebut terbatas pada dukun beranak dan telah diinventarisasi sebanyak 23 jenis penyakit dengan 72 resep yang menggunakan 80 jenis tumbuhan obat serta beberapa jenis simplisia dari lokasi survei memenuhi standar mutu yang ditetapkan MMI. Selain itu, pada penelitian lain oleh Ramdhan et al. (2015) di Desa Cikondang, Bandung, Jawa Barat memperoleh data dari masyarakat setempat yaitu, terdapat 68 spesies yang termasuk ke dalam 39 famili untuk digunakan sebagai tumbuhan obat dan Zingiberaceae merupakan famili yang paling banyak digunakan. Bagian tumbuhan yang untuk pengobatan yaitu: akar, Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Upload: hoangxuyen

Post on 20-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Di Kabupaten Banyumas, berdasarkan penelitian etnofarmakologi yang

dilakukan oleh Permatasari (2010), menyimpulkan bahwa penggunaan

tumbuhan obat sebagai obat tradisional yang ada di 6 desa di Kecamatan

Baturraden (Kemutug Lor, Karang Salam, Rempoah, Kebumen dan

Purwosari), khususnya untuk penyakit diare adalah jambu biji, kara,

ketumbel, kunyit, lengkuas, manggis nangka, pala dan patikan kebo.

Sedangkan untuk penggunaan yang khas di Baturraden saja adalah Kara yaitu

dengan penggunaannya diremas-remas untuk diare.

Pada penelitian lain menyebutkan penggunaan tumbuhan obat dari suku

Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan

Baturraden Kabupaten Banyumas, terdapat 16 jenis tumbuhan yang

digunakan sebagai pengobatan dan pemanfaatan suku Zingiberaceae yang

khas yaitu: jahe untuk masuk angin, kapulaga untuk memijat dan kecombrang

untuk demam (Yulianto, 2010). Kusumaningrum (2010) dalam penelitiannya,

menyimpulkan bahwa dari sub kelas Rosidae terdapat 22 jenis tumbuhan obat

dari 8 suku. Euphorbiaceae 6 jenis, Fabaceae 2 jenis, Apiaceae 4 jenis,

Meliaceae 1 jenis, Myrtaceae 2 jenis dan Thymelaceae 1 jenis.

Penelitian mengenai etnomedisin juga telah dilakukan di beberapa daerah

di Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan oleh SMD et al. (2007) di

Gunung Gede Pangrango, memaparkan bahwa pemanfaatan etnomedisin di

lokasi tersebut terbatas pada dukun beranak dan telah diinventarisasi

sebanyak 23 jenis penyakit dengan 72 resep yang menggunakan 80 jenis

tumbuhan obat serta beberapa jenis simplisia dari lokasi survei memenuhi

standar mutu yang ditetapkan MMI.

Selain itu, pada penelitian lain oleh Ramdhan et al. (2015) di Desa

Cikondang, Bandung, Jawa Barat memperoleh data dari masyarakat setempat

yaitu, terdapat 68 spesies yang termasuk ke dalam 39 famili untuk digunakan

sebagai tumbuhan obat dan Zingiberaceae merupakan famili yang paling

banyak digunakan. Bagian tumbuhan yang untuk pengobatan yaitu: akar,

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

5

umbi, rizoma, batang, kulit kayu, daun, bunga dan buah. Bagian yang paling

banyak digunakan adalah daun (29 spesies). Masyarakat menggunakan

beberapa metode untuk penyiapan simplisia, diantaranya rebus, dihaluskan,

diremas, diiris, dibakar dan tanpa diproses apapun. Cara yang paling banyak

digunakan adalah direbus (37 spesies). Berdasarkan tipe penyakit, masyarakat

Cikondang mengklasifikasikannya ke dalam 6 kelompok, yaitu: eksternal,

internal, digestif, pernafasan, reproduksi dan urogenital. Dengan penyakit

eksternal menggunakan paling banyak tumbuhan (25 spesies).

Pada penelitian-penelitian tersebut, terlihat bahwa hasil penelitian hanya

terfokus pada data kualitatif mengenai informan, identifikasi nama dan

jumlah tumbuhan yang digunakan hingga tingkat spesies, serta ramuan yang

digunakan untuk penyakit tertentu saja. Sedangkan pada beberapa penelitian

di Kabupaten Banyumas mengenai penggunaan tumbuhan obat yang

dilakukan oleh mahasiswa Perguruan Tinggi dan masih dalam cakupan jenis

atau sub kelas tumbuhan tertentu saja serta penyakit tertentu

(etnofarmakologi). Sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan di

daerah yang berbeda dan analisis data secara kuantitatif sebagai data

pendukungnya.

Hal yang tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian

mengenai etnomedisin dan pengetahuan mengenai tumbuhan obat untuk

menggali dan menyediakan informasi pengetahuan lokal etnomedisin sebagai

kearifan lokal dan keanekaragaman tumbuhan obat secara kualitatif

(pendokumentasian dan penyediaan database mengenai etnomedisin dan

tumbuhan obat) dan kuantitatif (nilai Species Use Value), di Kecamatan

Baturraden dan Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Sehingga dapat

menambah informasi penting yang kemudian dapat menjadi dasar bagi

pengembangan penelitian berkelanjutan dalam bidang etnomedisin dan

tumbuhan obat. Dengan demikian obat tradisional lokal dapat diproses untuk

dapat dimanfaatkan di wilayah tempat asalnya, baik dalam bidang kesehatan,

ekonomi dan bidang lainnya.

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

6

B. Landasan Teori

1. Indonesia sebagai negara megabiodiversity

Negara megadiversity merupakan istilah yang digunakan pertama kali

pada tahun 1988 untuk negara yang kaya akan biodiversity. Negara-negara

tersebut berfokus pada peningkatan kesadaran nasional untuk konservasi

biodiversity, dengan banyak spesies unik di masing-masing negara tersebut.

Kriteria untuk suatu negara dapat dikatakan sebagai negara megadiversity,

yaitu endemik pada tingkat spesies, kemudian pada tingkat taksonomi yang

lebih tinggi seperti genus dan family. Kualifikasi negara megadiversity yaitu

harus:

a. Mempunyai sekurang-kurangnya 5000 dari tanaman endemik di dunia.

b. Mempunyai ekosistem laut sebagai perbatasan negara.

Persyaratan lainnya yang digunakan sebagai pertimbangan yaitu, hewan dan

invertebrata endemik, keberagaman ekosistem dan keberadaan ekosistem

hutan-hujan (rainforest).

Landasan pikiran yang mendasari negara megadiversity ini adalah:

a. Biodiversity sangat penting untuk kebertahanan nasional dan menjadi

komponen pokok dari strategi pengembangan dalam skala nasional

maupun regional.

b. Biodiversity tidak tersebar merata di seluruh planet ataupun di semua

negara. Lebih khusus untuk negara-negara dengan iklim tropis dan

terdapat ekosistem laut akan mempunyai biodiversity yang lebih banyak

dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

c. Spesies-spesies dalam biodiversity memiliki ekosistem khusus yang

harus diperhatikan dan diperlakukan secara baik.

d. Mendapatkan pengaruh yang maksimal dengan sumber daya yang

terbatas, maka usaha konservasi perlu dilakukan. Apalagi untuk spesies

dengan keadaan ekosistem yang buruk. Investasi sumber daya tersebut

harus diupayakan untuk kontribusinya dalam biodiversity secara global.

17 negara dari seluruh negara di dunia, teridentifikasi sebagai negara

dengan kekayaan biodiversity-nya, dengan berfokus pada kekayaan

biodiversity yang endemik. Negara-negara tersebut adalah USA, Mexico,

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

7

Colombia, Ecuador, Peru, Venezuela, Brazil, Democratic Republic of Congo,

Afrika Selatan, Madagascar, India, Malaysia, Indonesia, Philipines, Papua

New Guinea, China dan Australia. Kelompok negara-negara tersebut

terbentuk pada Deklarasi Cancun sebagai tindakan untuk kerjasama dan

mekanisme dalam konservasi biologi (UNEP & WCMC, 2014).

Menurut ASEAN Report to WSSD (2002) dalam ACB (2009), Indonesia

menduduki urutan ke 3 untuk Biodiversity diikuti dengan Malaysia (urutan ke

14) dan Phillippines (urutan ke 17) dan menduduki urutan ke 2 untuk

Endemik, diikuti Malaysia (urutan ke 8) dan Phillippines (urutan ke 15). Asia

tenggara memiliki 1/3 dari kekayaan laut dunia. Indonesia, Malaysia dan

Phillippines termasuk kedalam bagian Coral Triangle, yang merupakan 75%

kekayaan laut dunia.

Berdasarkan hasil toponimi atau inventarisasi dan penamaan pulau oleh

Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau - pulau Kecil Kementerian

Kelautan dan Perikanan tahun 2010, Indonesia terdiri atas lebih dari 13.487

(tiga belas ribu empat ratus delapan puluh tujuh) pulau. Pulau yang satu dan

yang lain dipisahkan oleh lautan sehingga membuahkan 47 (empat puluh

tujuh) ekosistem yang sangat berbeda (Kem Hukum dan HAM, 2013).

Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati tetapi laju

kemerosotannya juga sangat tinggi. Sejalan dengan menipisnya cadangan

migas, keanekaragaman hayati akan menjadi sumber daya alam yang penting

sebagai pemegang tongkat estafet pembangunan nasional Indonesia pada

masa mendatang. Keanekaragaman hayati Indonesia tersebut terancam punah

akibat kerusakan habitat, jenis asing invasif dan pencurian sumber daya

genetik Indonesia (biopiracy).

Selain biopiracy, degradasi keanekaragaman hayati pesisir dan laut di

Indonesia semakin mengkhawatirkan. Penyebabnya antara lain adalah

introduksi jenis asing invasif (JAI) terutama yang berasal dari luar negeri.

Dalam rangka melindungi kelestarian lingkungan hidup, keanekaragaman

hayati, sistem produksi dan kesehatan manusia harus dilakukan pengendalian

terhadap jenis asing invasif di wilayah Republik Indonesia.

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

8

Menurut UN-CBD (The United Nations Convention on Biological

Diversity), Jenis Asing Invasif atau Jenis Invasive (JAI/JI) diartikan sebagai

jenis yang mengalami introduksi dan/atau penyebarannya di luar tempat

penyebaran alaminya, baik dahulu maupun saat ini, mengganggu atau

mengancam keanekaragaman hayati. Sampai dengan saat ini, informasi

mengenai keberadaan JAI/JI di Indonesia masih terbatas sehingga perlu

adanya kegiatan identifikasi dan inventarisasi yang dilakukan di masing-

masing sektor sesuai dengan kewenangannya maupun kegiatan terpadu antar

sektor. Menurut beberapa laporan mengenai JAI/JI, di Indonesia diperkirakan

terdapat setidaknya 2000 jenis tumbuhan asing dan banyak jenis satwa asing

yang telah terintroduksi. Salah satunya adalah Mikania micrantha yang

masuk ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor sebagai bahan baku obat

namun dalam perkembangannya menyebar keluar dan kemudian menekan

pertumbuhan jenis mikania lokal (Mikania cordata) (Yuwono, 2014).

Aturan-aturan untuk memenuhi kebutuhan legalitas dan mengatasi

gangguan yang mungkin terjadi terkait dengan kekayaan biodiversity perlu

dibuat oleh masing-masing negara sesuai dengan kebijakan pemerintah yang

bersangkutan, seperti legalitas area yang dilindungi. Hal ini perlu dilakukan

untuk menghindari degradasi kekayaan alam serta dapat memberikan manfaat

dalam penilaian dan pembuatan keputusan mengenai hal terkait (UNEP &

WCMC, 2014).

Maka dari itu, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan menerbitkan Rencana Strategis Direkrorat Jenderal

Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Tahun 2015-2019

yang disusun sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Strategis

Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2015-2019 dimaksudkan sebagai

pedoman dan acuan dalam melaksanakan langkah-langkah strategis

pencapaian sasaran Program KSDAE, agar upaya konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya dapat berjalan pada arah yang benar, mencapai

tujuan dan sasarannya secara efektif dan efisien, serta mencapai multi

manfaat keanekaragaman hayati untuk kepentingan ekonomi, sosial dan

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

9

ekologi. Kegiatan di lingkup Program KSDAE, terdiri dari pemolaan dan

informasi konservasi alam, pengelolaan kawasan konservasi, konservasi

spesies dan genetik, pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan

kegiatan pembinaan konservasi kawasan ekosistem esensial (KLHK, 2015).

Menjaga kelestarian dan pengembangan yang berkaitan dengan sumber

daya genetik agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sebagai sumber

daya pembangunan untuk kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, perlu dilakukan berbagai langkah seperti melakukan inventarisasi

terhadap berbagai potensi sumber daya yang dapat dijadikan modal

pembangunan. Sumber daya dimaksud salah satunya adalah sumber daya

genetik dan pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan sumber daya

genetik yang memiliki nilai ekonomis. Selanjutnya, sumber daya tersebut

perlu dijaga kelestariannya dan dikembangkan agar dapat di manfaatkan

secara berkelanjutan (Kem Hukum dan HAM, 2013).

2. Etnomedisin

Etnomedisin berarti kepercayaan dan praktik-praktik yang berkaitan

dengan penyakit yang merupakan hasil dari perkembangan budaya asli yang

secara eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran modern.

Etnomedisin sendiri mengkaji pengobatan rakyat (folk medicine), klasifikasi

penyakit yang berbeda, terapi dan prevensi tradisional (Wicaksono, 2011).

Proses pewarisan informasi mengenai etnomedisin umumnya dilakukan

secara oral. Kondisi yang demikian dan masuknya budaya modern akan

mendorong terjadinya erosi informasi tersebut (SMD et al, 2007).

Jalius dan Muswita (2013), menyatakan bahwa eksplorasi pengetahuan

lokal mengenai tumbuhan obat (etnomedisin) merupakan riset pengetahuan

tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan untuk tujuan

menjawab kebutuhan informasi terkait data tumbuhan obat dan ramuan

tradisional yang digunakan oleh berbagai etnis di Indonesia.

Etnomedisin merupakan praktek medis tradisional yang tidak berasal dari

medis modern. Etnomedisin tumbuh dan berkembang dari pengetahuan setiap

suku dalam memahami penyakit dan makna kesehatan. Pemahaman akan

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

10

penyakit ataupun teori tentang penyakit tentunya berbeda di setiap suku. Hal

ini dikarenakan latar belakang kebudayaan pengalaman dan pengetahuan

yang dimiliki setiap suku tersebut berbeda dalam memahami penyakit,

terutama dalam pengobatannya (Puspitawati et al, 2013).

Pada umumnya pengobatan dibagi menjadi 2 kategori yaitu: pengobatan

modern dan tradisional. Pengobatan modern lebih dikenal dengan pengobatan

medis yang didasarkan pada rasionalitas dan kajian ilmiah. Pengobatan

tradisional lebih banyak dikenal dengan pengobatan alternatif yang tidak

menggunakan bahan kimia atau alat teknologi modern. Sistem pengobatan

tradisional ini dalam kepustakaan antropologi disebut juga sebagai

etnomedisin (Wicaksono, 2011).

Menurut Dunn dalam Wicaksono (2011), mengelompokkan sistem medis

secara geografis dan setting budaya dalam 3 kelompok, yaitu:

a. Sistem medis lokal: suatu kategori yang dapat mengakomodasi sebagian

besar sistem medis primitive atau folk medicine. Sesuai namanya, sistem

ini hanya berkembang di dalam lokal tertentu. Tetapi dapat juga terdapat

persamaan dalam ide dan praktik pengobatan antara satu lokal dengan

yang lainnya yang dapat diakibatkan karena penemuan sendiri atau saling

mempengaruhi.

b. Sistem medis regional: seperti sistem medis Ayurvedik, Unani dan Cina.

c. Sistem medis kosmopolitan: istilah lain untuk sistem medis modern,

ilmiah atau barat.

Berdasarkan etiologi yang digunakan dalam menjelaskan penyakit,

sistem medis dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. Sistem medis personalistik: berlaku di masyarakat rumpun, dimana sistem

ini menjelaskan bahwa penyakit (merasa sakit) disebabkan oleh intervesi

dari aktifitas agen-agen. Agen tersebut dapat berupa makhluk bukan

manusia (hantu, roh jahat) atau manusia itu sendiri yang mampu

menggerakkan atau menggunakan kekuatan gaib untuk mencapai tujuan

tertentu (tukang sihir, tukang tenung). Menurut sistem ini orang jatuh

sakit merupakan korban dari intervensi sebagai objek dari agresi akibat

dari kesalahan yang dilakukan atau pelanggaran terhadap sistem tabu

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

11

yang ada pada masyarakat yang bersangkutan. Tindakan preventif dalam

sistem ini dilakukan dengan cara membina hubungan baik.

b. Sistem medis naturalistik: berlaku di masyarakat petani pedesaan, dimana

penyakit atau merasa sakit dalam sistem ini dipengaruhi oleh model

keseimbangan. Menurut sistem ini, sakit terjadi karena unsur-unsur tetap

yang berada dalam tubuh manusia (panas, dingin) berada dalam keadaan

seimbang secara logis dengan lingkungan alamiah dengan lingkungan

sosialnya. Terganggunya keseimbangan dapat terjadi karena masuknya

panas atau dingin secara berlebihan ke dalam tubuh. Unsur tersebut dapat

berupa; suhu udara (panas matahari, udara dingin) dan panas atau dingin

selain suhu udara (buah-buahan asam yang menyebabkan dingin, garam

dan gula yang menyebabkan rasa panas). Tindakan preventifnya,

cenderung dilakukan dengan menghindari penyebab sakit itu sendiri.

Etnomedisin dalam penelitian ini merupakan sistem pengobatan atau cara

pengobatan yang berlandaskan pada pengetahuan pengobatan lokal yang

dilakukan oleh masyarakat tertentu yang biasanya disebut dengan sistem

medis tradisional dengan praktisi adalah seorang tokoh yang menggunakan

tumbuhan obat sebagai media pengobatan utama.

3. Obat tradisional

a. Definisi

Dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

disebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang

berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian

(galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Kemenkes RI, 2009).

Obat tradisional dalam negeri adalah obat tradisional yang dibuat dan

dikemas oleh industri di dalam negeri meliputi obat tradisional tanpa lisensi,

obat tradisional lisensi dan obat tradisional kontrak. Obat tradisional lisensi

adalah obat tradisional yang dibuat di Indonesia atas dasar lisensi. Obat

tradisional kontrak, obat herbal terstandar kontrak dan fitofarmaka kontrak

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

12

adalah produk yang pembuatannya dilimpahkan kepada industri obat

tradisional lain atau industri farmasi berdasarkan kontrak. Obat tradisional

impor adalah obat tradisional yang dibuat oleh industri di luar negeri, yang

dimasukkan dan diedarkan di Indonesia (BPOM RI, 2005).

Jamu saintifik merupakan jamu yang sudah terbukti manfaat dan

khasiatnya melalui uji klinik. Jamu saintifik yang dihasilkan dari program

digunakan untuk terapi komplementer di fasilitas pelayanan kesehatan dan

dijadikan pilihan masyarakat jika mereka menginginkan untuk mengonsumsi

jamu saja sebagai subyek dalam upaya preventif, promotif, kuratif,

rehabilitatif dan paliatif. Selain jamu saintifik maka dikenal juga istilah Obat

Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka. Obat herbal terstandar adalah

sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya

secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi.

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan

dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan klinik, bahan baku dan

produk jadinya telah distandarisasi. Sampai Oktober 2014 ada 41 OHT dan 6

Fitofarmaka yang terdaftar dalam BPOM RI (Aditama, 2014).

b. Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia

Pada dasarnya hingga saat ini sistem pengobatan di Indonesia didasarkan

pada sistem pengobatan konvensional menggunakan produk-produk terapi

berbasis bahan kimia tunggal. Sejalan dengan meningkatnya perhatian

masyarakat terhadap pengobatan tradisional, dimana di dalamnya melibatkan

penggunaan obat tradisional, baik ramuan tradisional (jamu) maupun formula

modern dalam bentuk obat tradisional (Kemenkes RI, 2013a).

Obat tradisional telah diterima secara luas di negara-negara yang

tergolong berpenghasilan rendah sampai sedang. Bahkan di beberapa negara

berkembang obat tradisional telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan

terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama. Sementara itu di banyak

negara maju penggunaan obat tradional semakin populer.

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya

bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu,

namun demikian pada umumnya efektifitas dan keamanannya belum

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

13

sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai (Kemenkes RI, 2007).

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), terjadi

peningkatan penggunaan obat tradisional di Indonesia dari tahun ke tahun.

Pada tahun 1980 tercatat 19,9% dan menjadi 23,3% pada tahun 1986 dan

meningkat menjadi 31,7% tahun 2001 dan meningkat terus menjadi 32,8%

pada tahun 2004 dan akan terus mengalami peningkatan di masa yang akan

mendatang (Kemenkes RI, 2013a).

Pemanfaatan obat tradisional itu sendiri dapat dibagi menjadi empat

kelompok, yaitu:

1) Promotif : memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani

2) Preventif : mencegah penyakit

3) Kuratif : sebagai pengobatan sendiri maupun untuk mengobati

orang lain, sebagai upaya mendampingi atau mengganti obat jadi.

4) Rehabilitatif : memelihara kesehatan (Trisniati, 2006).

Peranan obat tradisional Indonesia amat penting dalam pembangunan

kesehatan terkait pendekatan preventif dan promotif untuk memelihara

kesehatan dan peningkatkan akses masyarakat terhadap obat. Akibat harga

obat masih mahal, akses masyarakat untuk mendapatkan obat belum merata.

Mahalnya harga obat selain karena faktor distribusi juga karena

ketergantungan industri farmasi nasional terhadap bahan baku aktif maupun

eksipien. Sebagian besar bahan baku obat masih diimpor dari luar negeri.

Mahalnya harga obat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

masyarakat mencari alternatif pada pengobatan tradisional. Selain itu,

meningkatnya penyakit tidak menular akan meningkatkan belanja kesehatan,

karena pada umumnya pengobatan penyakit kronis degeneratif membutuhkan

waktu yang lama, bahkan seumur hidup. Masyarakat banyak memilih

pengobatan tradisional karena pengobatan konvensional dipandang mahal dan

dapat menurukan kualitas hidup akibat efek samping obat.

Potensi Indonesia sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati

terbesar (megabiodiversity) di dunia dan juga memiliki potensi kekayaan obat

tradisional yang terekspresikan oleh keanekaragaman etnis, terdapat lebih dari

1.340 suku bangsa dengan 1.071 kelompok etnik menyimpan kekayaan

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

14

pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan dan

hewan untuk berbagai manfaat salah satunya yaitu sistem pengobatan

tradisional dan penggunaan tanaman obat untuk kesehatan.

Potensi obat tradisional saat ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Meskipun industri obat tradisional di Indonesia jumlahnya lebih dari 1200,

umumnya masih merupakan usaha kecil obat tradisional (UKOT) dan usaha

menengah obat tradisional (UMOT). Industri jamu dan industri farmasi yang

akan memproduksi sediaan obat tradisional masih mengalami kendala

sulitnya mendapatkan Bahan Baku Obat Tradisional (BBOT) simplisia dalam

jumlah besar dan dengan mutu seragam. Sekitar 30 – 40% BBOT simplisia

terpaksa harus dibuang karena memiliki mutu rendah. Hal ini disebabkan

oleh:

1) Masalah mutu yaitu, kurangnya upaya budidaya tanaman obat dan

penanganan pasca panen yang kurang tepat.

2) Masalah keamanan pemakaian obat tradisional yaitu, tidak semua obat

tradisional aman.

3) Masalah penanganan BBOT yang kurang tepat sehingga dapat

mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan.

Obat tradisional juga dapat mengandung bahan aktif yang dapat memberikan

efek samping dan merugikan bagi kesehatan pemakai.

Dalam kelompok industri kesehatan, industri obat tradisional di

Indonesia termasuk industri dengan struktur yang tergolong kuat, dengan

jumlah industri sebanyak 129 industri obat tradisional (IOT) dan 1037 usaha

kecil dan mikro obat tradisional (UKOT dan UMOT). Sebagian besar industri

obat tradisional ini berlokasi di pulau Jawa, sehingga industri ini dikenal

sebagai industri jamu, dengan konsentrasi pada provinsi Jawa Tengah.

Hingga saat ini terdapat lebih dari 8000 produk jamu, 41 obat herbal

terstandar (OHT) dan 6 produk fitofarmaka.

Jika melihat pasar produk kesehatan berbasis ramuan tradisional,

pertumbuhan pasar obat tradisional di Indonesia masih tergolong kecil

dengan proyeksi total omzet produk jamu pada tahun 2010 senilai Rp 10

triliun atau sekitar USD 1 miliar. Nilai ini masih kecil dibandingkan omzet

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

15

jamu sedunia, yang sudah mencapai USD 62 miliar. Pasar Indonesia sendiri

diproyeksikan pada tahun 2030 dapat mencapai Rp 16 triliun (sekitar USD

1,6 miliar). Jika Indonesia mampu meningkatkan kualitas dan daya saing

produk, serta menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Peluang pasar

produk obat tradisional dan obat herbal, paling tidak di wilayah Asia masih

terbuka lebar (Kemenkes RI, 2013a).

c. Kebijakan obat tradisional di Indonesia

Walaupun pengembangan BBOT di Indonesia belum optimal,

pemerintah telah memberikan dukungan berupa regulasi yang diperlukan,

seperti menerbitkan standar mutu BBOT dalam Materia Medika Indonesia,

Monografi Ekstrak Tanaman Obat Indonesia dan Farmakope Herbal

Indonesia. Selain itu juga terdapat aturan-aturan yang berkaitan dengan obat

tradisional, yaitu:

1) Permenkes RI No 88 tahun 2013 tentang Rencana Induk Pengembangan

Bahan Baku Obat Tradisional.

2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 381/Menkes/SK/III/2007 tentang

Kebijakan Obat Tradisional Nasional.

3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang

Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer, Alternatif di Fasilitias

Pelayanan Kesehatan.

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 003/Menkes/Per/I/2010 tentang

Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan.

5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1134/Menkes/SK/IX/2010 tentang

Komisi Nasional Saintifikasi Jamu (Kemenkes RI, 2013b).

Menyadari bahwa Indonesia merupakan mega-center tanaman obat di

dunia, maka perlu disusun suatu kebijakan obat tradisional sebagai acuan

semua pihak yang terkait didalamnya. Kebijakan Obat Tradisional Nasional

(KONTRANAS) merupakan dokumen resmi yang berisi pernyataan

komitmen semua pihak yang menetapkan tujuan dan sasaran nasional di

bidang obat tradisional beserta prioritas, strategi dan peran berbagai pihak

dalam penerapan komponen-komponen pokok kebijakan untuk pencapaian

tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang kesehatan.

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4509/3/NOFRIANTI BAB II.pdf · Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kecamatan Baturraden Kabupaten

16

Tujuan pengembangan obat tradisional, seperti tercantum dalam

KONTRANAS, pada dasarnya untuk:

1) Mendorong pemanfaatan obat tradisional dalam upaya peningkatan

pelayanan kesehatan.

2) Menjamin pengelolaan sumberdaya hayati secara lintas sektoral.

3) Tersedianya obat tradisional yang terjamin mutu, khasiat dan

keamanannya, baik untuk swamedikasi atau pelayanan kesehatan formal.

4) Menjadikan obat tradisional Indonesia sebagai komoditi unggul sehingga

memberi dampak ekonomi bagi masyarakat.

Strategi mengenai pengembangan obat tradisional yang diwacanakan

oleh pemerintah seperti yang tercantum dalam KONTRANAS, yaitu:

1) Mendorong pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara

berkelanjutan untuk digunakan sebagai obat tradisional demi peningkatan

pelayanan kesehatan dan ekonomi.

2) Menjamin obat tradisional yang aman, bermutu tinggi dan bermanfaat

serta melindungi masyarakat dari penggunaan obat tradisional yang tidak

tepat.

3) Tersedianya obat tradisional yang memiliki khasiat nyata yang teruji

secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri

maupun dalam pelayanan kesehatan formal.

4) Mendorong perkembangan dunia usaha di bidang obat tradisional yang

bertanggung jawab agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan

diterima di negara lain (Kemenkes RI, 2007).

Penelitian ini, diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dan dukungan

bagi pemerintah untuk mencapai tujuan dan strategi dalam pengembangan

obat tradisional tersebut diatas, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Studi Kualitas dan..., Nofrianti, Fak. Farmasi UMP 2017