bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan umum tentang...
TRANSCRIPT
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pedagang Pasar Tradisional
1. Pengertian Pasar Tradisional
Pasar tradisonal merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli serta ditandai dengan adanya transasi secara langsung dan
biasanya ada proses tawar menawar. Banguanan pasar biasanya terdiri
atas kios-kios atau gerai, akses lebih luas bagi para produsen dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola
pasar. Kebanyakan pasar tradisional menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan makanan, ikan buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,
barang-barang elektronik, dan jasa, serta menjual kue-kue.12
Pedangan diartikan sebagai orang yang melakukan
perdagangan, memperjual belikan barang yang tidak diproduksi
sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan dan kenyamanan
sehingga yang disebut dengan pedagang pasar tradisional adalah para
pedagang atau penjual yang ada disekitar pasar, ada pedagang kaki
lima, pedagang buah-buahan dan lain-lain, pedagang pasar tradisional
yang ada di daerah pasar kedungkandang Kota Malang ini yang kurang
lebih sudah berdiri sejak 30 tahun, seperti halnnya pasar-pasar
12 Hermanto Malano, 2011. Selamatkan Pasar Tradisional, Jakarta. Penerbit GRAMEDIA. (hal 1)
22
tradisional lainnya, dipasar tersebut banyak para pedagang yang
menjula barang dagangannya kepada konsumen (masyrakat).13
Lebih jelasnya pasar tradisional yang penulis maksud adalah
semua pedagang yang ada didaerah kedungkandang atau orang dan
masyarakat yang mempunyai toko dan warung untuk diperdagnagkan
pada konsumen.14
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Perlindungan
Dan Pemberdayaan Pasar Tradisional Serta Penataan Dan
Pengendalian Pusat Pembelanjaan Dan Toko Modern pasal 1 ayat (10)
“Pasar Tradisional Adalah Pasar Yang Dibangun Dan Dikelola Baik
Secara Mandiri Oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pihak Swasta
Maupun Badan Usaha Milik Daerah/Perusahaan Daerah Atau Dalam
Bentuk Kerjasama Antara Pemerintah Daerah Dengan Pihak Swasta,
Berupa Tempat Usaha Dalam Bentuk Took, Kios, Los, Dan Tenda
Yang Dimiliki/Disewa Oleh Pedagang Kecil Atau Menengah,
Kelompok Masyarakat Atau Koperasi, Dengan Proses Transaksi Usaha
Dilakukan Melalui Proses Tawar-Menawar”.15
Pasar merupakan system, institusi, prosedur, hubungan social
dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja
untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual
13 13 Cerita dibalik kesemrawutan pasar kebalen. http://lilipun.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 29 November 2010, pukul 14.00 WIB 14 Pasar merupakan kegiatan penjual. http://lilipun.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 8 januari 2010, pukul 9.30 WIB 15 Ibid. (hal 5)
23
menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang flat. Kegiatan ini
merupakan bagian dari perekonomian ini adalah pengaturan yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran.16 Pasar
yang menyediakan barang atau jasa untuk keperluan usaha atau untuk
membuat barang/jasa lain dan/atau untuk diperdagangkan kembali
disebut pasar industry atau industrial market, sedangkn pasar yang
mengedarkan produk konsumen yang terdiri dari barang atau jasa yang
lazimnya digunakan untuk kehidupan hidup perorangan , keluarga,
atau rumahtangganya atau tidak untuk komersil disebut pasar
konsumen.17
Menurut Kolter pasar konsumen diartikan diartikan sebgaai
paasr yang terdiri dari pribadi-pribadi atau rumah tangga yang member
atau mendapatkan barang atau jasa untuk keperluan konsumen sendiri
termasuk pasar tradisional yang merupakan tempat bertemunya penjual
dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli
secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar, bangunan
biaanya terdiri dari kios-kios atau gerai-gerai, los dan dasaran terbuka
yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap
struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis
barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang
16 Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2003, hlm. 67 17 Az. Nasution, Konsumen dan Hukum Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada
Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995. hlm. 19-20
24
adalah transaksi pasar peserta terdiri dari semua pembeli dan penjual
yang baik yang memengaruhi harganya. Dengan demikian penjual
melihat pasar sebagai tempat atau lingkungan yang harus mereka
manfaatkan untuk menyerap habis seluruh persediaan produknya, baik
yang mereka buat maupun yang mereka perdagangkan.18
Pasar terbagi atas 2 jenis, yaitu pasar tradisional dan pasar
modern, konsep dari kedua pasar ini hampir sama yang membedakan
hanyalah kelebihan dan keuntungan dari kedua jenis pasar ini. Hal-hal
yang membedakan pasar tradisional dan pasar modern adalah:19
a. Harga Barang. Barang-barang yang dijual di pasar tradisional dan
pasar modern memiliki perbedaan harga yang cukup signifikan.
Harga suatu barang di pasar tradisional bahkan bisa sepertiga dari
harga barang yang sama yang dijual di supermarket, terutama
untuk produk-produk segar seperti sayur-mayur serta bumbu-
bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas,
merica, cabai merah, cabai rawit, dan lain sebagainya.
b. Tawar menawar. Berbelanja di pasar tradisional memungkinkan
pembeli untuk menawar harga barang-barang hingga mencapai
kesepakatan dengan pedagang. Jika cukup pintar menawar, anda
bisa mendapatkan barang dengan harga yang jauh lebih murah.
Sedangkan di pasar modern, pembeli tidak mungkin melakukan
18 Az. Nasution, Op, cit, hlm. 28 19 Pasar tradisional ditengah kepungan pasar modern. https://supriatna14.wordpress.com. Diakses Tanggal 3 september 2007. Pukul 10:08 WIB
25
tawar menawar karena semua barang telah dipatok dengan harga
pas.
c. Diskon. Untuk urusan diskon, sejumlah supermarket memang
sering memberikan berbagai penawaran yang menggiurkan. Akan
tetapi, perlu diperhatikan apakah hal tersebut merupakan rayuan
terselubung agar pembeli bersikap lebih konsumtif. Tidak jarang,
orang menjadi lapar mata ketika berbelanja di supermarket dan
tergoda membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan.
d. Kenyamanan berbelanja. Untuk urusan kenyamanan, berbelanja di
pasar modern memang jauh lebih nyaman ketimbang berbelanja di
pasar tradisional. Berbagai supermarket memiliki area yang lebih
luas, bersih, rapi, dan dilengkapi dengan pendingin ruangan.
Sedangkan pasar tradisional menempati area yang lebih sempit,
sumpek, sesak, dan tak jarang mengeluarkan bau kurang sedap
e. Kesegaran produk. Untuk produk-produk segar seperti daging,
ikan, sayur-mayur, telur, dan lain sebagainya, pasar tradisional
biasanya menyajikan produk yang jauh lebih segar ketimbang
supermarket, karena belum ditambahkan zat pengawet.
Pasar tradisional merupakan salah satu sektor penting yang
mendukung perekonomian rakyat. Di dalamnya, kepentingan rakyat
kecil hingga kalangan menengah ke atas diwadahi. Pasar tradisional
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung.
26
Pasar tradisonal adalah tempat berjualan yang tradisional (turun
temurun), tempat bertemunya penjual dan pembeli dimana barang-
barang yang diperjual belikan tergantung kepada permintaan pembeli
(konsumen), harga yang ditetapkan merupakan harga yang disepakati
melalui suatu proses tawar menawar, pedagang selaku produsen
menawarkan harga sedikit diatas harga standar. Pada umumnya pasar
tradisional merupakan tempat penjualan bahan-bahan kebutuhan pokok
(sembako). Biasanya pasar tradisional beraktifitas dalam batas-batas
waktu tertentu, seperti pasar pagi, pasar sore, pasar pekan dan lain
sebagainya. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pemerintah
maupun swasta, fasilitas yang tersedia biasanya merupakan bangsal-
bangsal, loods-loods, gudang, toko-toko, stand-stand/kios-kios, toilet
umum pada sekitar pasar tradisional. Pada pasar tradisional proses jual
beli terjadi secara manusiawi dan komunikasi dengan nilai-nilai
kekeluargaan yang tinggi.
B. Pengaturan Mengenai Kedudukan Hukum Pedagang Pasar
Tradisional
Sektor perdagangan adalah sektor yang sangat terbuka dalam arti
tidak ada halangan bagi seseorang untuk keluar mauk sektor ini.
Perkembangan kegiatan perdagangan melibatkan peran serta masyarakat
sebagai konsumen, badan-badan usaha sebagai produsen barang dan jasa
maupun pedagang yang berfungsi sebagai penjual kepada konsumen.
Khusus untuk usaha kecil dan menengah maka sektor ini membentang
27
diantara transaksi komoditi tradisional sampai transaksi perdagangan
komoditas modern. Untuk memperlancar transaksi kedua pelaku yang
terlibat tersebut diperlukan sarana tempat penjualan barang yang
mencerminkan keinginan dan aspirasi pihak-pihak yang terlibat.
Pasar tradisional yang merupakan bentuk tempat pembelajaran
sejak dulukala merupakan bentuk tempat pembelajaran sejak dulu kala
merupakan bentuk tempat pelayanan ekonomi dan social. Pasar yang
menampung sejumlah besar pedagang barang-barang keperluan sehari-hari
ini diwarnai oleh suasana dan corak kegiatan yang relative monoton.lebih
lanjut hasil penelitian rina indiastuti (1992) menunjukkna bahwa
keberadaan pasar tradisional tampaknya masih mempunyai pangsa pasar
yang cukup besar artinya masih banyak anggota masyarakat yang bersikap
ekonomis untuk mendapat barang dengan harga murah dan memperoleh
kepuasan maksimum.
Pemberdayaan pasar tradisional, dalam penentuan pasar ada
beberapa kriteria pasar yang harus diukur untuk mempermudah penetapan
pasar sasaran, yaitu:
1. Pasar potensial adalah sekumpulan konsumen yang menyatakan
tingkat minat yang memadai terhadap penawaran pasar.
2. Pasar tersedia adalah sekumpulan konsumen yang mempunyai minat,
pendapatan, akses dan kualifikasi untuk penawaran pasar tertentu.
3. Pasar sasaran adalah bagian dari pasar tersedia yang akan dimasuki
perusahaan berdasar oleh kesiapan dan kebijakan perusahaan.
28
Penyelenggaraan parlinsungan, pemberdayaan pasar tradisonal dan
penataan pasar modern, dilaksanakan berdasarkan atas asas Undang-
undang Nomor 3 tahun 2008 tentang Perlindungan , Pemberdayaan Pasar
Tradisional Dan Penataan Pasar Modern :
1. Kemanusiaan
2. Keadilan
3. Kesamaan kedudukan
4. Kemitraan
5. Ketertiban dan kepastian hukum
6. Kelestarian lingkungan
7. Kejujuran usaha
8. Persaingan sehat.
Pemerintah dan pemerintah daerah baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing melakukan
pembinaan dan pengawasan pasar tradisional, pusat pembelanjaan dan
toko modern. Dalam rangka pembinaan pasar tradisional, pemerintah
daerah :
1. Mengupayakan sumber-sumber alternative pendanaan untuk
pemberdayaan pasar tradisional sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Meningkatkan kompetensi perdagangan dan pengelola pasar
tradisional.
29
3. Memperioritaskna kesempatan memperoleh tempat usaha basi
pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi
atau relokasi pasar tradisional.
4. Mengevaluasi pengeloaan pasar tradisional.20
Bentuk-bentuk kebijakan pemerintah dalam menjaga eksistensi pasar
tradisional. Realisasi kebijakan dipengaruhi oleh bagian terpenting dari
instrument pemerintah. Dalam hal ini tercakup dalam badan hukum dan
implementasi teknis dari kebijakan itu sendiri. Bahwa hal yang terpenting
dari terealisasinya kebijakan itu karena ada factor pendukung internal
maupun eksternal. Difaktor internal kita ketahuai yang mengatur dari
segala aspek regulasi itu adalah aturan hukum mulai dari pusat hingga
daerah , sedangkan factor eksternal adalah mereka yang berkecimpung
langsung dengan kondisi dilapangan. Semisal, pelaku pasar, lurah pasar,
maupun dinas terkait.21
Kedudukan konsumen di pasar tradisional merupakan Setiap orang
pada suatu waktu dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok
bersama orang lain dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk
suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada
beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen
sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang “aman”. Oleh
karena itu, secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan
20 Ainur rofiq adnan. 2007. Konsep Pengentasan Kemiskinan Dalam Pandangan Yusuf
Quardhawi. Jurnal populis, vol 5:1 (januari-juni, 2007), hlm.72. 21 Pemberdayaan Pasar Tradisional Pada Aras Local. http://dudukinspiratif.blogspot.co.id/. Diakses Tanggal 01 Januari 2016, Pukul 03.21 Wib
30
hukum yang sifatnya universal. Mengingat lemahnya kedudukan
konsumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan produsen yang
relatif lebih kuat dalam banyak hal, maka pembahasan perlindungan
konsumen akan selalu terasa aktual dan selalu penting untuk dikaji ulang.22
Menjamurnya pasar modern (dalam hal ini supermarket atau pasar
swalayan) dibeberapa kota besar telah banyak mengabaikan hak-hak
konsumen yang dilindungi Undang-Undang yakni Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dimana dalam hal ini pelaku
usaha di pasar modern sering membuat kebijakan sendiri. Seperti terlihat
dalam menetapkan harga yang tertera pada label suatu produk atau barang
yang tidak berdasarkan nilai mata uang yang belaku lagi.
Perbedaan konsumen di pasar tradisional dan pasar modern adalah
sebagai berikut:
Pasar Modern yaitu pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi
secara langsung, melainkan pembeli melihat lebel harga yang tercantum
dalam harga (barcode) dan pelayanannya dilakukan secara mandiri
(swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual di
pasar modern, selain bahan makanan juga terdapat barang lain yang
merupakan jenis barang yang dapat bertahan lama. Beberapa jenis pasar
modern antara lain hipermart, supermarket, mall dll. Sedangkan Pasar
Tradisional merupakan warisan dari nenek moyang, diaman pasar
22 Sri Redjeki Hartono, Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Tinjauan Makro), Mimbar Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Edisi Khusus No. 39/X/2001, hlm. 147, (dikutip dari Buku, Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen, (Kajian Teoritis dan Perkembangan Pemikiran), (Bandung: Nusa Media, 2008), hlm.19
31
tradisional merupakan perkembangan dari adanya barter (tukar-menukar
barang) pada zaman dahulu. Dari pasar tradisional, terjadi interaksi social
yang intens antar komponen pasar, yaitu pedagang dan penjual. Maupun
pengelola pasar itu sendiri. Bentuk interaksi social inipun bermacam-
macam, mulai dari proses tawar-menawar barang antara penjual dan
pembeli, kemudian tukar-menukar uang untuk kembali antar sesame
penjual dll, yang menyebabkan hubungan atau jaringan social satu sama
lain menjadi erat. Penjual melayani sendiri pembeli yang membeli barang
dengannya, mendengarkan keluhan, dapat mengatasi keluhan dan
memberikan solusinya. Sehingga tak jarang pula antar penjual dan penjual,
serta menjual dan pembeli terjalin hubungan yang intim, dan dapat
membentuk sebuah paguyuban, dan kekeluargaan. Akan tetapi kini pasar
tradisional mulai termarginalkan dari tumbuhnya mall, supermarket dll.
Berkembangnya mall dan lain-lain tidak lepas dari adanya dampak
globalisasi dinegara timur seperti Indonesia.23 Berdasarkan gambaran
diatas mengenai Pasar Modern dan Pasar Tradisional, apabila terjadi suatu
hal yang merugikan konsumen seperti penjualan daging “oplosan”(daging
sapi yang dicampur dengan daging sapid an dijadikan makanan siap saji
terutama bakso) maka upaya yang dilakukan oleh instansi terkait adalah
sebagai berikut :
23 Pasar Tradisional VS Pasar Modern. https://sasianagilar.wordpress.com. Diakses tanggal 2 desember 2015, pada pukul 11.55 WIB
32
Upaya yang dilakukan Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Kota Malang mulai memperketat Pengawasan penjualan daging di
sejumlah Pasar Tradisional, setelah Polres menangkap seorang pedagang
yang membawa daging celeng hutan dan diedarkan di pasar Kota Malang
tersebut. Kepala Dinas Pengawas Pasar Kota Malang telah melakukan
pengecekan/ pembuktian bahwa adanya daging oplosan di Pasar
Tradisional Kota Malang secara rutin ke pedagang daging. Hal ini
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan secara berkala, upaya yang
dilakukan oleh Pengawas Pasar adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Pengawasan
a. Berkala ( Rutin dan diadakan dan terjadwal sesuai kesepakatan
belah pihak )
Membuat Tim yang isisnya adalah sebagai berikut:
1. Dinas Pertanian
2. Dinas keasehatan
3. Porli ( Kepolisian )
4. SATPOL PP ( Satuan Polisi Pamong Praja )
5. LPKSM ( Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat )
6. Bagian Perekonomian
7. Kantor Ketahanan Pangan
33
b. Rutin
Pengawas secara Rutin adalah tidak membuat tim hanya intern
dari seksi PerlindunganKonsumen dan Polri. Apabila tidak ada
penyidik. Maka, PPNS ( Petugas Pegawai Negeri Sipil ) yang
mengemban tugas dalam Pengawasan perearan daging celeng
tersebt sesuai dengan UUPK ( Undang-undang
PerlindunganKonsumen No 08 Tahun 1999 ), jika diasumsikan
adanya TP ( Tindak Pidana ) maka langsung diproses sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
1. Melakukan pemberkasan terhadap TP ( Tindak Pidana )
2. Menindaklanjuti ke kejaksaan
a. Prefentif ( Pembinaan )
b. Represif ( langsung diadakan sidang )
3. Peran DISPERINDAG ( Dinas Perindustrian, Perdaganagan dan
Pasar ) hanya sebagai saksi ahli ( gugatan sampai Mediasi)
sebagai pendampingan.
Selain DISPERINDAG ( Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar )
lembaga lainnya yang menangani kasus yang serupa guna untuk
melindungi Konsumen terhadap perilaku pelaku usaha yang tidak
beretikad baik adalah LPKSM ( Lembaga PerlindunganKonsumen
Swadaya Masyarakat ) dan tugas LPKSM adalah sebagai berikut:
34
1. Menyebarluaskan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran tas
hak, kewajiban serta kehati-hatian Konsumen dalam mengkonsumsi
barang /atau jasa;
2. Melakukan Pengawasan bersama pemerintahserta instansi terkait dan
masyarakat terhadap pelaksanaan PerlindunganKonsumen.
3. Menerima pengaduan Konsumen serta memperjuangkan haknya.
Peranan instansi terkait seperti LPKSM dan DISPERINDAG
adalah untuk mengantisipasi adanya penjualan daging celeng ataupun yang
dicampur dengan daging sapi “oplosan”. Apabila terdapat peredaran
daging celeng di Pasar Kota Malang, Dinas Perijinan Kota Malang akan
mencabut ijin usaha, karena tidak sesuai dengan peraturan pendaftaran
mendirikan usaha. Dan akan dikenakan sangsi baik tertulis maupun sangsi
administrasi sesuai hokum yang berlaku. Sedangkan Lembaga
PerlindunganKonsumen Swadaya masyarakat apabila Konsumen melapor
adanya peredaran daging celeng di Pasar maka lembaga tersebut akan
segera melakukan Pengawasan/ survey yang bertujuan untuk melakukan
penyelidikan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha
melalui barang dan /atau jasa, dan segera melapor ke polisi setempat, agar
cepat diproses sesuai prosedur kepolisian.24
Undang- Undang PerlindunganKonsumen ( UUPK ) merupakan
salah satu tujuan yaitu untuk menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
mengenai pentingnya PerlindunganKonsumen sehingga tumbuh sikap 24 Hasil wawancara survey di Kantor Lembaga PerlindunganKonsumen Swadaya Masyarakat Kota Malang
35
yang jujur dan bertanggung jawab. Sedangkan PerlindunganKonsumen
adalah factor strategis bangsa dan negara indonesia dalam upaya
meningkatkan perekonomian dalam arti daya saing perdaganagan yang
kuat, sehat dan efisien.
Undang-Undang Perlindungan konsumen menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.25
Konsumen dilindungi dari setiap tindakan produsen barang atau jasa,
importer, distributor penjual dan setiap pihak yang berada dalam jalur
perdagangan barang atau jasa ini, yang pada umumnya disebut dengan
nama pelaku usaha.26
C. Standart Perdagangan Daging/Aturan Mengenai Perdagangan
Daging Sapi di Pasar Tradisional
1. Pengaturan Distribusi Dan Pemasaran Daging Sapi
a. Pengaturan distribusi dan pemasaran daging sapi
Kegiatan ini ditargetkan untuk menjamin ketersediaan sapi dalam
negeri dan menjaga stabilitas harga sapi, melalui kegiatan operasioanl
sebagai berikut :
1. Penentapan pengeluaran dan pemasukan sapi untuk kkeperluan
bibit maupum pengemnbangan sapi antar wilayah oleh pemerintah
daerah melalui koordinasi dengan pemerintah pusat.
2. Penyusunan regulasi setingkat peraturan mentri tentang
perindustrian dan pemasaran sapi. 25 Lihat Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 angka 1 26 Achmad Saerozi, “Perlindungan Hukum di Indonesia”, http://achmadsaerozi.wordpress .com. diakses tanggal 29 Februari 2016
36
3. Pengawasan dan pemantauan kegiatan perdagangan sapi potong
abtar wilayah, serta pendistribusian dan pemasarannya.
4. Revitalisasi system karantina hewan terkait dengan perdagangan
sapi bibit dan sapi bakalan antar wilayah.
5. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi didalam negeri.
2. Pengaturan Distribusi Dan Pemasaaran Daging Di Dalam Negeri
Kegiatan operasional ini bertujuan menjamin ketersediaan daging
didalam negeri dan menjaga stabilitas harga daging, melalui kegiatan
operasioanal:
1. Peningkatan pengawasan dan pemantauan distribusi daging impor
2. Pengendalian distribusi daging impor berdasarkan kelengkapan
fasilitas rantai daging dari importir sampai ke ritel.
3. Kontribusi Terhadap Penambahan Populasi
1. Kegiatan-kegiatan yang berkontribusi terhadap penambahan
populasi ternak adalah kegiatan optimalisasi akseptor IB dan
intensifikasi kawin alam. Selain kegiatan tersebut terdapat kegiatan
SMD, pola integrasi tanaman ternak, kawasan pola padang
penggembalaan, Pembibitan Pola Insitu dan exsitu dan penambahan
jumlah bibit sapi.
2. Dari kegiatan-kegiatan yang menambah populasi tersebut
optimalisasi akseptor IB dan INKA memiliki kontribusi terbesar
sedangkan kegiatan kegiatan yang lain merupakan kegiatan untuk
menambah populasi ternak tetapi tidak sebesar bobot optimalisasi
37
akseptor IB dan intensifikasi kawin alam. Berdasarkan pembobotan
tersebut setelah dilakukan pasangan perbandingan bijaksana maka
diperoleh kontribusi penambahan populasi baik secara nasional
maupun propinsi.
4. Kontribusi terhadap penambahan produksi daging
Kegiatan-kegiatan operasional yang berkontribusi terhadap
penambahan produksi daging adalah kegiatan pengembangan usaha
pembiakan dan penggemukan sapi lokal, pengembangan pupuk
organic dan biogas, pemberdayaan dan peningkatan kualitas RPH,
optimalisasi IB dan INKA, penyediaan dan pengembangan pakan
dan air, penaggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan
pelayanan kesehatan hewan, penyelamatan sapi betina produktif,
penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha perbibitan,
pengembangan pembibitan sapi potong melalui VBC, penyediaan
bibit melalui subsidi bunga (KUPS), pengaturan stock sapi bakalan
dan daging sapi, pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan
daging di dalam negeri. Kontribusi penambahan produksi daging
dari setiap propinsi.27
D. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen
1. Pengertian Konsumen
Menurut Az. Nasution, S.H : Istilah konsumen berasal dari kata
alih bahasa dari kata consumer ( inggris-indonesia), atau 27 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/permentan/OT.140/2/2010 Tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014
38
consument/konsument (belanda). Pengertian dari consumer atau
consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harfiah
arti kata consumer itu adalah “( lawan dari produsen) setiap orang
yang menggunan barang”. Tujuan pengguna abarang atau jasa itu nanti
menentukan termasuk konsuen kelompok mana pengguna tersebut.
Begitu pula kamus bahasa inggris-indonesia memeberi arti kata
consumer sebagai pemakai atau konsumen.28
Pengertian “Konsumen” di Amerika Serikat dan MEE, kata
“konsumen” yang berasal dari consumer sebenarnya berarti
“pemakai”. Namun, diAmerika Serikat kata ini dapat diartikan lebih
luas lagi sebagai “korban pemakai produk yang cacat”, baik korban
tersebut pembeli, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula
bahkan oleh korban yang bukan pemakai.29
Selanjutnya istilah konsumen digunakan dalam buku ini, oleh
krena istilah ini telah memasyarakat di Indonesia, seperti halnya istilah
consumer dalam masyarakat internasional.
Berdasarkan hal diatas, beberapa batasan tentang konsumen
adalah sebagai berikut:
1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa
digunakan untuk tujuan tertentu.
28 Az. Nasution, 2001. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta Pusat. Penerbit DIADIT MEDIA, hal. 3 29 Agus Brotosusilo, Makalah “Aspek-aspek perlindungan terhadap konsumen dalam system hukum diindonesia”, dalam percakapan tentang pendidikan konsumen dan kurikulum fakultas hukum, Edikator yusuf Shofie, (Jakarta: YLKI-USAID, 1998), Hlm. 46.
39
2. Konsumen antara, adalah setiap orang yang mendapatkan barang
dan/jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang atau jasa
lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial)
3. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapatkan dan
menggunakan barang dan/ jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan
hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk
diperdagangkan kembali (non-komersial).
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Orang, kecuali disebut khusus, dalam batasan ini terdiri dari
orang alami atau orang yang diciptakan oleh hukum (perusahaan
dengan bentuk PT atau sejenis, baik private atau public).30 Pengertian
konsumen menurut UU No.8 Tahun 1999 tentang Hukum
Perlindungan Konsumen dalam pasal 1 ayat (2) yakmi: Konsumen
adal setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk lain dan tidak untuk diperdagangkan.
2. Hak dan Kewajiban Konsumen
Istilah perlindungan konsumen yang berkaitan dengan
perlindungan hukum.31 Oleh karena itu, perlindungan konsumen
mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapat
perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan haknya yang bersifat
abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya 30 Az. Nasution, Op.cit. hal 3 31 Celina tri siwi kristiyanti. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta, penerbit sinar grafika, hal 30
40
identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak
konsumen. Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen,
yaitu :
1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety)
2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed)
3. Hak untuk memilih (the right to choose)
4. Hak untuk didengar (the right to be heard)
Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam
perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung
dalam the internasional organization of consumer union (IOCU)
menambahkan lagi beberapa hak, seperti hak mendapatkan
pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Akhirnya, jika
semua hak-hak yang disebutkan disusun kembali secara sistematis
(mulai dari yang diasumsikan paling mendasar), akan diperoleh
urutan sebagai berikut:
a. Hak Konsumen Mendapat Keamanan
Konsumen berhak mendapat keamanan dari barang dan jasa yang
ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh
membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak
dirugikan baik secara jasmani dan rohani.
Hak untuk memperoleh keamanan ini penting ditempatkan pada
kedudukan utama karena berabad-abad berkembang suatu falsafah
41
berfikir bahwa konsumen (terutama pembeli) adalah pihak yang
wajib berhati-hati, bukan pelaku usaha.32
b. Hak Untuk Mendapatkan Informasi Yang Benar
Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai
informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar konsumen
tidak sampai mempunyaigambaran yang keliru atas produk barang
dan jasa.informasi ini dapat disampaikan dengan berbagai cara,
seperti lisan kepada konsumen, melalui iklan diberbagai media,
atau mencantumkan dalam kemasan produk (barang).
Jika dikaitkan dengan hak konsumen atas keamanan, maka setiap
produk yang mengandung resiko terhadap keamanan konsumen,
wajib disertai informasi berupa petunjuk pemakaian yang jelas.
Hak untuk mendapatkan informasi yang benar menurut prof. Hans
W. Micklitz, seorang ahli hukum konsumen dari jerman
menyatakan bahwa secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2
tipe yaitu sebagai berikut:
1. Konsumen yang terinformasi
a. Memiliki tingkat pendidikan tertentu
b. Memountai sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga
dapat berperan dalam ekonomi pasar, dan
c. Lancer berkomunikasi.33
32 Ibid. hal 30
33 Ibid. hal 33
42
Dengan memiliki tiga potensi, konsuemn jenis ini mampu
bertanggung jawab dan relative tidak memerlukan
perlindungan.
2. Konsumen yang tidak terinformasi
a. Kurang berpendidikan
b. Termasuk kategori kelas menengah ke bawah
c. Tidak lancar berkomunikasi.
Konsumen jenis ini perlu dilindungi, dan khususnya menjadi
tanggung jawabnegara untuk memeberikan perlindungan.
c. Hak Untuk Didengar
Hak yang erat kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi
adalah hak untuk didengar. Ini disebabkan oleh informasi yang
diberikan pihak yang berkepentingan atau berkompeten sering
tidak cukup memuaskan konsumen. Untuk itu konsumen berhak
mengajukan permintaan informasi lebih lanjut.34
d. Hak Untuk Memilih
Dalam menkonsumsi suatu produk, konsumen berhak menentukan
pilihannya. Ia tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar
sehingga ia tidak lagi bebas untuk memebeli atau tidak membeli.
Seandainya ia jadi membeli, ia juga bebas menentukan produk
mana yang akan dibeli.
34 Ibid. hal 35
43
Hak untuk memilih ini erat kaitannya dengan situasi pasar. Jika
seseorang atau suatu golongan diberikan hak monopoli untuk
memproduksi dan memasarkan barang atau jasa, maka besar
kemungkinan konsumen kehilangan hak untuk memilih produk
yang satu dengan produk yang lain.35
e. Hak Untuk Mendapatkan Produk Barang dan/ atau Jasa
Sesuai dengan Nilai Tukar yang Diberikan
Dengan hak ini berarti konsumen harus dilindungi dari permainan
harga yang tidak wajar. Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi harus sesui dengan nilai
uang yang dibayar sebagai penggantinya. Namun dalam
ketakbebasan pasar, pelaku usaha dapat saja mendikte pasar
dengan menaikkan harga, dan konsumen menjadi korban dari
ketiadaan pilihan.
Konsumen dihadapkan pada kondisi: take it or leave it. Jika setuju
silakan beli, jika tidak silahkan mencari tempat yang lain (padahal
ditempat lain pun pasar sudah dikuasainya). Dalam situasi
demikian, biasanya konsumen terpaksa mencari produk alternative
(bila masih ada), yang boleh jadi kualitasnya malahan lebih buruk.
Akibat tidak berimbangnya posisi tawar-menawar antar pelaku
usaha dan konsumen, maka pihak pertama dapat saja
membebankan biaya –biaya tertentu yang sewajarnya tidak
35 Ibid. hal 36
44
ditanggung konsumen. Praktik yang tidak terpuji ini lazim dikenal
dengan istilah externalities.36
f. Hak Untuk Mendapat Ganti Kerugian
Jika konsumen merasakan, kuantitas dan kualitas barang dan/atau
jasa yang dikonsumsinyatidak sesuai dengan nilai tukar yang
diberikannya, ia berhak mendapat ganti kerugian yang pantas. Jenis
dan jumblah ganti kerugian itu, tentu saja harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas kesepakatan masing-masing pihak. 37
g. Hak Untuk Mendapatkan Penyelesaian Hukum
Hak untuk mendapatkan ganti kerugian harus ditempatkan lebih
tinggi dari pada hak pelaku usaha (produsen/penyalur usaha) untuk
membuat kalusul eksonerasi secara sepihak. Jika pemerintah yang
diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan yang
lauak dari pihak-pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya,
dengan kata lain, konsumen berhak menuntut pertanggungjawaban
hukum dari pihak-pihak yang dipandang merugikan karena
mengkonsumsi produk itu.38
h. Hak Untuk mendapatkan Lingkungan Hidup Yang Baik dan
Sehat
Hak konsumen atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan
hak yang diterima sebagai salah satu hak dasar konsumen oleh
berbagai dasar oerganisasi konsumen didunia. Lingkungan hidup 36 Ibid. hal 37
37 Ibid. hal 37
38 Ibid. hal 38
45
yang baik sehat berarti sangat luas, dan setiap makhluk hidup
adalah konsumen atas lingkunagn hidupnya. Lingkungan hidup
meliputi lingkungan hidup dalam arti fisik dan lingkungan
nonfisik.39
i. Hak Untuk Dilindungi Dari Akibat Negative Persaingan
Curang
Persaingan curang atau dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1999
disebut dengan “persaingan usaha tidak sehat”. Dapat terjadi jika
seorang pengusaha berusaha menarik langganan atau klien
pengusaha lain untuk memajukan usahanya atau memperluas
penjualan atau pemasaranya dengan menggunakan alat atau sarana
yang bertentangan dengan iktikad bail dan jujur dalam pergaulan
perekonomian.
Walaupun persaingan antara pelaku usaha , namun dampak
persainagn itu selalu dirasakan oleh konsumen. Jika persaingan
sehat, konsumen memperoleh keuntungan. Sebaliknya jika
persaingan curang konsumen pula yang dirugikan. Kerugian itu
boleh jadi tidak dirasakan dalam jangka pendek tetapi cepat atau
lambat pasti terjadi.
Hak konsumen untuk dihindari dari akibat negative persaingan
curang dapat dikatakan sebagai upaya pre-emptive yang harus
dilakukan, khususnya oleh pemerintah guna mencegah munculnya
39 Ibid. hal 39
46
akibat-akibat langsung yang merugikan konsumen. Itulah sebabnya
gerakan konsumen sudah selayaknya menaruh perhatian terhadap
keberadaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
hak ini, seperti yang ada saat ini, yaitu UU No. 5 Thaun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.40
j. Hak Untuk Mendapatkan Pendidikan Konsumen
Masalah perlindungan konsumen diindonesia termasuk diindonesia
termasuk masalh yang baru. Oleh karena itu, wajar bila masih
banyak konsumen yang belum menyadari hak-haknya. Kesadaran
akan hak tidak dapat dimungkiri sejalan dengan kesadaran hukum.
Makin tinggi tingkat kesadaran hukum. Makin tinggi tingkat
kesadaran hukum masyarakat, makin tinggi penghormatannya pada
hak-hak dirinya dan orang lain. Upaya pendidikan konsumen tidak
selalu harus melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat
melewati media massa dan kegiatan lembaga swadaya
masyarakat.41
Adapun Mengenai Kewajiban Konsumen dijelaskan dalam
pasal 5, yakni sebagai berikut :
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi
keamanan dan keselamatan.
40 Ibid. hal 39
41 Ibid. hal 40
47
b. Beretikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.42
E. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)
Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat sangat
berperan aktif dalam perlindungan konsumen, demi menjaga kecurangan-
kecurangan yang dilakukan oleh pelaku usaha yang tidak baik yang dapat
merugikan konsumen dalah hal peredaran daging sapi yang dioplos
dengan daging celeng dan dijadikan makanan layak saji khususnya bakso,
Problematika yang muncul dengan kehadiran LPKSM adalah kelanjutan
dari fungsi serupa yang selama ini yelah dijalankan oleh lembaga-lembaga
konsumen sebelum berlakunya UUPK. Ada pandangan kehadiran LPKSM
merupakan bentuk intervensi Negara terhadap kebebasan berserikat dan
berkumpul dari kelompok masyarakat, namun disisi lain, ia diperlukan
untuk memberikan jaminan accountability lembaga-lembaga konsumen
tersebut, sehingga kehadiran LPKSM ini betul-betul dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh masih banyak produk tidak bermutu dan
palsu yang beredar bebas di masyarakat , apalagi, masyarakat pedesaan
yang belum memahami efek atau indikasi dari produk barang yang
42 Ibid. hal 41
48
digunakan, misalkan makanan kaleng, minuman botol, obat-obatan, dan
masih banyak lagi. Ketidaktahuan masyarakat dapat memberi peluang
pelaku usaha atau penjual untuk membodohi masyarakat dengan produk
yang tidak memenuhi standard.
Berkaitan dengan implementasi perlindungan konsumen, undang-
undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen mengatur tugas
dan wewenang LPKSM sebagaimana tertuang dalam pasal 44, yakni
sebagai berikut:
1. Pemerintah mengakui lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat yang memenuhi syarat.
2. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat memiliki
kesempatan untuk berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan
konsumen.
3. Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran
atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
b. Memberi nasihat kepada konsumen yang memerlukan
c. Bekerja sama dengan isntansi dalam upaya mewujudkan
perlindungan konsumen.
d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk
menerima keluhan atau pengaduan konsumen.
49
e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat
terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen.43
43 Ibid. hal 120