bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori …repository.ump.ac.id/948/3/irmawan dwi pratiko bab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Nyeri
a. Pengertian
Nyeri adalah sebuah fenomena multidimensional dan sangat sulit
untuk didefenisikan karena nyeri adalah suatu pengalaman yang sangat
subjektif dan sangat personal (Black & Hawks, 2009). Nyeri adalah
sebuah sensasi subjektif sehingga tidak ada dua orang yang berespon
dengan cara yang sama (Kozier, et al., 2010). McCaffery (1999 dalam
Ignatavicius & Workman, 2010) mendefinisikan nyeri sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang, yang keberadaanya diketahui
hanya jika orang itu pernah mengalaminya.
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
atau potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
(International Association for The Study of Pain (IASP), dalam Lewis, et
al., 2011).
b. Mekanisme Nyeri
Nyeri adalah sensasi yang penting bagi tubuh. Sensasi penglihatan,
pendengaran, bau, rasa, sentuhan dan nyeri merupakan hasil stimulasi
reseptor sensorik (Rospond, 2008). Provokasi jalur-jalur sensorik nyeri
menghasilkan ketidaknyamanan, distress dan penderitaan (Potter &
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
Perry, 2009; Black & Hawks, 2009; Berman, 2010). Reseptor nyeri
adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireseptor,
secara anatomis reseptor nyeri ada yang bermielin dan ada yang tidak
bermielin dari syaraf perifer (Smeltzer & Bare, 2002; Rospond, 2008).
Strong et al (2002) membagi nosireseptor berdasarkan letaknya,
yaitu nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh
yaitu pada kulit (cutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada
daerah viseral. Karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang
timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireseptor kutaneus
berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan
kulit terbagi dalam dua komponen yaitu :
1) Reseptor A delta
Serabut ini berjenis kecil, termielinisasi, yang akan direkrut
pertama kali sebagai respon terhadap stimuli noxious. Mielin adalah
senyawa seperti lemak yang membentuk selaput mengelilingi axon
beberapa neuron dan yang memungkinkan untuk meningkatkan
transmisi stimuli. Manifestasi respon pertama (nyeri cepat) karena
serabut komponennya memiliki kecepatan tranmisi 6-30 m/det, yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam, sensasinya jelas, dan
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
terlokalisasi, tetapi akan cepat hilang apabila penyebab nyeri
dihilangkan. Ambang batas nyeri ini relatif sama untuk semua orang.
2) Serabut C
Sensasi nyeri yang menyebar, perlahan, membakar atau linu
merupakan akibat dari stimuli yang ditransmisikan oleh serabut C
yang tidak bermielinisasi. Serabut ini adalah komponen lambat
(kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih
dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Ambang
batas pada nyeri kedua ini bervariasi antar individu. Persepsi yang
diakibatkan oleh rangsangan yang potensial dapat menyebabkan
kerusakan jaringan disebut nosireseptor, yang merupakan tahap awal
proses timbulnya nyeri. Nosireseptor menyusun axon perifer tingkat
pertama. Reseptor ini umumnya dijumpai pada bagian
superfisial/permukaan kulit, kapsul sendi, periosteum tulang dan di
sekitar dinding pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2002; Rospond,
2008; Black & Hawks, 2009).
Saat nosireseptor distimulasi, axon perifer tingkat pertama
meneruskan data sensori ke badan sel pada ganglion akar dorsal.
Sensasi lalu diteruskan ke bagian abu-abu (gray matter) korda spinalis
dorsal. Neuron tingkat kedua memiliki badan sel pada tanduk dorsal,
dan neuron ini mengarah ke atas korda spinalis (jalur asending)
melalui satu atau dua jalur yaitu, traktus spinotalamikus (meliputi
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
spinal dan talamus), atau traktus spinoretikuler (Potter & Perry, 2009;
Guyton & Hall, 2008; Black & Hawks, 2009).
Sensasi nyeri yang berasal dari reseptor kecil akan terlokalisasi
pada perifer dan berjalan pada jalur traktus spinotalamikus. Nyeri
yang dihasilkan memiliki persepsi afek yang jelas (durasi, intensitas,
lokasi, sifat). Daerah penerimaan yang luas pada perifer juga akan
memproyeksikan sensasi ke korteks, dan sensasi ini menghasilkan
persepsi aspek afektif dan emosi (Strong et al., 2002). Neuron tingkat
kedua yang mengarah ke atas melalui traktus spinoretikuler berjalan
menuju batang otak. Neuron ini menjelaskan adanya aspek emosi pada
sensasi nyeri (Black & Hawsk, 2009).
Serabut syaraf ke arah bawah (jalur desending) dari korteks,
talamus atau batang otak dapat menghambat penerusan impuls yang
bergerak melalui jalur asending. Serabut syaraf berhenti pada kolumna
abu-abu dorsal korda spinalis. Neurotransmitter (misalnya epinefrin,
norepinefrin, serotonin, dan berbagai opioid endogen) terlibat dalam
modulasi sensasi nyeri. Jalur nyeri desending bertanggungjawab untuk
menghambat transmisi nyeri di korda spinalis (Rospond, 2008; Black
& Hawsk 2009).
Mekanisme terjadinya nyeri dapat digambarkan pada gambar
2.1 berikut ini:
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
Gambar 2.1 Mekanisme Nyeri
(Sumber : www.medscape.com)
3) Gate Control Theory
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan
bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri, namun
teori gerbang kendali (Gate Control Theory) yang dikembangkan oleh
Melzack dan Wall (1974) dianggap paling relevan (Hus, 2007; Black
& Hawsk, 2009). Teori gate control menyatakan bahwa impuls nyeri
dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem syaraf pusat. Teori ini menyimpulkan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat
sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut
merupakan dasar teori menghilangkan nyeri (Strong et al., 2002;
Smeltzer & Bare, 2002).
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor,
apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan
serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien
mempersepsikan sensasi nyeri. Neuron delta-A dan C melepaskan
substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme
pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang
lebih tebal dan cepat, yang melepaskan neurotransmitter penghambat.
Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka
akan menutup mekanisme pertahanan (Potter & Perry, 2009).
Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat
kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur syaraf
desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin,
suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Endorfin sebagai
agonis sistem penghambat nyeri tubuh sendiri telah diidentifikasikan
sebagai polipeptida dan oligopeptida. Sementara dinorfin dengan 17
atau 18 asam amino, pentapeptida metionin enkefalin (met-enkefalin
dan leu-enkefalin). Opioid endogen terdiri atas 5 asam amino ujung
dari endorfin (met-enkefalin) serta 5 asam amino ujung dari dinorfin
(leuenkefalin). Endorfin dan dinorfin bekerja pada reseptor yang
sama, disebut reseptor opiat, sehingga menunjukkan kerja
farmakodinamika yang sama seperti opiat (Katzung, 2007).
Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan
menghambat pelepasan substansi P. Tehnik distraksi (misalnya :
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
masase, hipnotis, musik, dan guided imagery), konseling dan
pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin
sehingga pesan yang sampai di korteks adalah stimulasi modulasi dan
bukan nyeri (Potter & Perry, 2009; Black & Hawks, 2009).
c. Proses Nyeri
Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik yang khusus mendeteksi
kerusakan jaringan dan menimbulkan sensasi sentuhan, panas, dingin,
nyeri dan tekanan. Reseptor yang menyalurkan sensasi nyeri disebut
nosiseptor (Kozier, et. al., 2010). Proses yang berhubungan dengan
persepsi nyeri digambarkan sebagai nosisepsi (Kozier, et al., 2010),
dimana terdapat empat proses yang terlibat dalam nosisepsi yaitu:
1) Transduksi
Tranduksi adalah proses dimana stimulus berbahaya (cedera
jaringan) memicu pelepasan mediator kimia (misal., prostaglandin,
bradikinin, serotonin, histamin) yang mensensitasi nosiseptor.
Stimulasi menyakitkan atau berbahaya juga menyebabkan pergerakan
ion-ion menembus membran sel, yang membangkitkan nosiseptor.
Obat nyeri dapat bekerja selama fase ini dengan menghambat
produksi prostaglandin (missal: ibuprofen) atau dengan menurunkan
ion-ion menembus membran sel (Kozier, et al., 2010).
Menurut Lewis, et al., (2011) transduksi terjadi saat konversi
stimulus mekanik, termal, atau kimia beracun menjadi sinyal listrik
yang disebut potensial aksi. Stimulus berbahaya yang timbul saat
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
adanya kerusakan jaringan, suhu (misalnya, kulit terbakar), mekanik
(misalnya, sayatan bedah) atau rangsangan kimia (misalnya, zat
beracun), menyebabkan pelepasan berbagai bahan kimia ke dalam
jaringan yang rusak. Bahan kimia lainnya dikeluarkan oleh sel mast
(misalnya, serotonin, histamin, bradikinin, dan prostaglandin) dan
makrofag (misalnya, interleukin, dan tumor necrosis factor (TNF).
Bahan kimia ini mengaktifkan nosiseptor, yang merupakan reseptor
khusus atau ujung saraf bebas yang menanggapi stimulus menyakitkan
hasil aktivasi nociceptors dalam potensial aksi yang dibawa dari
nosiseptor ke sumsum tulang belakang terutama melalui saraf kecil
dengan cepat, serat delta-A yang bermielin dan secara perlahan-lahan
oleh serat C yang tidak bermielin.
2) Transmisi
Transmisi adalah proses dimana sinyal rasa sakit diteruskan dari
bagian perifer ke sumsum tulang belakang dan kemudian ke otak.
Dimana potensial aksi diteruskan dari tempat cedera ke spinal cord
kemudian dari spinal cord diteruskan ke otak dan hipotalamus,
kemudian dari hipotalamus diteruskan ke korteks untuk kemudian
diproses (Lewis, et. al., 2011). Proses ini meliputi tiga segmen
(McCaffery & Pasero, 1999 dalam Kozier. et al., 2010) yaitu:
a) Segmen pertama
Impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medulla spinalis.
Zat P bertindak sebagai neurotransmitter yang meningkatkan
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
pergerakan impuls menyeberangi sinaps saraf dari neuron afferen
primer ke neuron ordo ke dua di kornu dorsalis medula spinalis.
Dua tipe serabut nosiseptor menyebabkan transmisi ini ke kornu
dorsalis medula spinalis yaitu serabut C, yang mentranmisikan
nyeri tumpul yang berkepanjangan dan serabut A delta yang
mentranmisikan nyeri tajam dan lokal.
b) Segmen kedua
Segmen ini meliputi transmisi dari medula spinalis dan asendens
melalui traktus spinotalamikus ke batang otak dan talamus.
c) Segmen ketiga
Melibatkan tranmisi sinyal antara talamus ke korteks sensorik
somatik tempat terjadinya persepsi nyeri.
3) Persepsi
Persepsi adalah saat klien menyadari rasa nyeri. Pada tahap ini
individu akan berespon terhadap adanya nyeri dengan memunculkan
berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi kompenen
sensorik dan afektif nyeri (McCaffery & Pasero, 2007 dalam Kozier,
et al., 2010). Menurut Lewis, et al., (2011) persepsi terjadi ketika
nyeri diakui, didefinisikan, dan ditanggapi oleh individu mengalami
rasa sakit. Di otak, masukan nociceptive dirasakan sebagai nyeri. tidak
ada satupun lokasi yang tepat di mana persepsi nyeri ini terjadi,
sebaliknya, persepsi nyeri melibatkan beberapa struktur di otak.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
4) Modulasi
Sering kali digambarkan sebagai sistem desendens, proses ini
terjadi saat neuron di batang otak mengirimkan sinyal menuruni kornu
dorsalis medula spinalis (Kozier, et al., 2010). Serabut desendens ini
melepaskan zat seperti opioid endogen, serotonin dan norepinefrin
yang dapat menghambat naiknya impuls yang menyakitkan di kornu
dorsalis. Namun neurotransmitter ini diambil kembali oleh tubuh,
yang membatasi kegunaan analgesiknya (Mc Caffery & Pasero, 1999
dalam Kozier, et al., 2010).
d. Dimensi Nyeri
Multidimensionalitas nyeri terdiri atas:
1) Dimensi Fisiologis
Dimensi ini mencakup faktor-faktor yang berhubungan dengan
genetik, anatomi dan fisik dari pengaruh nyeri serta bagaimana
stimulasi yang menyakitkan itu di proses, diakui dan di jelaskan
(Lewis, et al., 2011). Menurut National Institute of Nursing Reseach
(NINR) (dalam Sauls, 2002) Dimensi ini mencakup aspek struktural,
fungsional, dan biokimia dari pengalaman rasa sakit serta berbagai
perbedaan jenis nyeri yang termasuk dalam dimensi fisiologis.
Persepsi dan transmisi rasa sakit dibawa oleh nosiseptor sepanjang
jalur naik dan jalur turun saraf yang difasilitasi oleh mediator
neurochemical merupakan komponen penting dari mekanisme
fisiologis dari pengalaman nyeri.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
Dimensi fisiologis terdiri dari penyebab organic dari nyeri
tersebut seperti kanker yang telah bermetastase ke tulang atau
mungkin juga telah menginfiltrasi ke sistem saraf (Ahles, et al., 1983;
Davies, 2003 dalam Ardinata, 2007). Berdasarkan dimensi fisiologis,
terdapat dua karakteristik yang melekat dalam pengalaman nyeri,
yaitu: durasi dan pola nyeri. Durasi nyeri mengacu kepada apakah
nyeri yang dialami tersebut akut atau kronik. Sedangkan pola nyeri
dapat diidentifikasi sebagai nyeri singkat, sekejap, atau transient,
ritmik, periodik, atau juga nyeri berlanjut, menetap atau konstan
(Ardinata, 2007).
2) Dimensi Afektif
Dimensi afektif adalah suatu respon emosional terhadap nyeri
seperti marah, takut, depresi dan cemas. Emosi yang negatif dapat
mengurangi kualitas hidup. Hubungan negatif antara depresi dan nyeri
dapat menyebabkan kerusakan fungsi (Lewis, et al., 2011). Tekanan
emosional dapat dianggap sebagai komponen atau bagian dari rasa
sakit, mungkin juga konsekuensi atau penyebab serta bersamaan
dengan fenomena yang termasuk emosi seperti rasa takut, depresi,
kecemasan, kemarahan, relief, antisipasi, agresi, dan karakteristik
kepribadian. Adanya tanda-tanda gangguan emosi memungkinkan
seseorang mengenali adanya nyeri (NINR, 1994 dalam Sauls, 2002).
Menurut Ardinata (2007) dimensi afektif dari nyeri
mempengaruhi respon individu terhadap nyeri yang dirasakanya.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
Menurut McGuire dan Sheilder (1993 dalam Ardinata, 2007), dimensi
afektif dari nyeri indentik dengan sifat personal tertentu dari individu.
Pasien-pasien yang mudah sekali mengalami kondisi depresi atau
gangguan psikologis lainnya akan lebih mudah mengalami nyeri yang
sangat dibandingkan dengan pasien lainnya.
3) Dimensi Sensori
Menurut NINR (dalam Sauls, 2002), dimensi sensorik nyeri
mengacu ke lokasi, intensitas, dan kualitas. Ketika menilai lokasi,
struktur anatomi dan lokasi ditengarai dapat membantu dalam
menentukan etiologi nyeri. Intensitas ketegangan mengacu pada
jumlah atau beratnya nyeri yang dialami dan dapat dinilai
menggunakan skala penilaian nyeri numerik atau dengan kata-kata
dengan menggunakan istilah-istilah seperti ringan, sedang, dan berat.
Faktor-faktor seperti etiologi, toleransi, dan ambang nyeri dapat
mempengaruhi intensitas nyeri. Kualitas adalah terkait dengan apa
rasa sakit terasa seperti apa dan mungkin dipengaruhi oleh etiologi,
menunjukkan bahwa berbagai jenis nyeri dapat memiliki kualitas
sensorik yang berbeda.
Dimensi sensori pada nyeri berhubungan dengan lokasi dimana
nyeri itu timbul dan bagaimana rasanya. Ahles, et al., (1983 dalam
Ardinata, 2007) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen spesifik
dalam dimensi sensori, yaitu lokasi, intensitas, dan kualitas nyeri.
Lokasi dari nyeri memberikan petunjuk penyebab nyeri bila ditinjau
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
dari segi aspek sensori. Lokasi nyeri ini sendiri dapat dilaporkan oleh
pasien pada dua atau lebih lokasi (McGuire & Sheidler, 1993 dalam
Ardinata, 2007).
Kondisi dimana dirasakannya nyeri pada beberapa lokasi yang
berbeda mengimplikasikan keterlibatan dimensi sensori. Semakin
banyak lokasi nyeri yang dirasakan oleh pasien, maka akan semakin
sulit bagi pasien untuk melokalisasi area nyerinya. Intensitas nyeri
adalah sejumlah nyeri yang dirasakan oleh individu dan sering kali
digambarkan dengan kata-kata seperti ringan, sedang dan berat.
Intensitas nyeri juga dapat dilaporkan dengan angka yang
menggambarkan skor dari nyeri yang dirasakan (McGuire & Sheidler,
1993 dalam Ardinata, 2007). Sedangkan kualitas nyeri adalah
berkaitan dengan bagaimana nyeri itu sebenarnya dirasakan individu.
Kualitas nyeri seringkali digambarkan dengan berdenyut, menyebar,
menusuk, terbakar dan gatal (McGuire & Sheidler, 1993 dalam
Ardinata, 2007).
4) Dimensi Kognitif
Dimensi ini berkaitan dengan suatu kepercayaan dan kebiasaan
seseorang dalam berespon terhadap pengaruh nyeri. Penggunaan
strategi koping kognitif dan keyakinan saat bernegosiasi dengan nyeri
(Lewis, et al., 2011).
Menurut NINR (1994 dalam Sauls, 2002) dimensi kognitif nyeri
melibatkan persepsi individu tentang diri; makna penderitaan,
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
pengetahuan, sikap, dan keyakinan tentang rasa sakit dan terapi nyeri;
dan preferensi pribadi serta strategi penanggulangan. Dalam dimensi
ini juga termasuk tingkat dan kualitas kognisi individu yang berkaitan
dengan dirinya atau kemampuannya untuk mentoleransi nyeri.
Individu dengan fungsi kognitif terbatas atau yang mengalami
gangguan, seperti bayi, orang-orang dengan ketidakmampuan belajar,
pasien dengan gannguan jiwa, atau orang-orang dengan demensia,
mungkin tidak memiliki kemampuan untuk melaporkan rasa sakit
yang mereka alami.
Barkwell (2005, dalam Ardinata, 2007) melaporkan bahwa
pasien yang berpendapat nyerinya sebagai suatu tantangan
melaporkan nyeri lebih rendah dengan tingkat depresi yang rendah
juga dan disertai dengan mekanisme koping yang lebih baik jika
dibandingkan dengan pasien yang menganggap nyerinya adalah
sebagai hukuman atau sebagai musuh. Pengetahuan adalah aspek yang
penting dalam dimensi kognitif. Pengetahuan tentang nyeri dan
penanganannya dapat mempengaruhi respons seseorang terhadap
nyeri dan penanganannya. Nyeri itu sendiri dapat dimodifikasi oleh
bagaimana seseorang berpikir tentang nyeri yang dirasakannya, apa
saja pengharapannya atas nyerinya, dan apa makna nyeri tersebut
dalam kehidupannya.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
5) Dimensi Perilaku
Dimensi ini berkaitan dengan suatu perilaku yang dapat diamati
sebagai respon atau kontrol terhadap nyeri. Misalnya ekspresi wajah
saat menahan nyeri seperti meringis atau mudah marah. Orang-orang
yang tidak dapat berbicara atau mengkomunikasikan rasa nyerinya
dapat mengalami perubahan perilaku seperti agitasi (Lewis, et al.,
2011).
Dimensi perilaku mencakup aspek perilaku nyeri termasuk yang
dapat diamati atau diperlihatkan oleh individu yang menunjukkan rasa
sakit yang sedang dialami, atau tindakan / upaya yang mungkin
dilakukan untuk mengurangi rasa sakit. Perilaku seperti merintih,
mengerang, wajah meringis, dan berjalan pincang mungkin
merupakan indikator nyeri, sedangkan tindakan seperti berbaring,
kegiatan yang tidak aktif, pijat, penggunaan obat-obatan, dan mencari
perawatan kesehatan adalah menampilkan upaya untuk mengurangi
rasa sakit Perilaku seperti tidur, istirahat, atau kelelahan yang terkait
dengan fenomena nyeri juga sesuatu yang dapat diamati (NINR, 1994
dalam Sauls, 2002).
Menurut Fordyce dalam Ardinata, 2007 dimensi perilaku dari
nyeri meliputi serangkaian perilaku yang dapat diobservasi yang
berhubungan dengan nyeri yang dirasakan dan bertindak sebagai cara
mengkomunikasikan ke lingkungan bahwa seseorang tersebut
mengalami atau merasakan nyeri. Tampilan perilaku nyeri yang
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
diperlihatkan seseorang dapat berupa guarding, bracing, grimacing,
keluhan verbal, dan perilaku mengkonsumsi obat.
6) Dimensi Sosiokultural
Dimensi sosiokultural adalah dimensi lainnnya yang
mempengaruhi nyeri seperti faktor demografi, usia dan jenis kelamin.
Keluarga dan care giver juga dapat mempengaruhi. Penggunaan obat-
obatan dan strategi koping juga mempengaruhi terhadap tingkat nyeri
yang dirasakan oleh seseorang (Lewis, et al., 2011).
Persepsi individu dan tanggapan rasa sakit tentu dipengaruhi
oleh keyakinan dan ajaran anggota keluarga serta kemampuan mereka
untuk membayar biaya perawatan kesehatan. Daerah penting untuk
menilai meliputi keluarga dan sosialnya, rumah dan lingkungan kerja,
sikap dan keyakinan tentang rasa sakit. Tidak hanya variabel-variabel
sosial budaya yang berkaitan dengan penderita tetapi juga variabel
sosial budaya terkait dengan penyedia layanan akan mempengaruhi
penilaian mereka dan manajemen dari pengalaman nyeri sebagai
persepsi penderita dan penyedia layanan mungkin berbeda (NINR,
1994 dalam Sauls, 2002).
Dimensi sosio-kultural nyeri terdiri dari berbagai variasi dari
faktor demografi, adat istiadat, agama, dan faktor-faktor lain yang
berhubungan yang dapat mempengaruhi persepsi dan respon
seseorang terhadap nyerinya (McGuire & Sheidler, 1993 dalam
Ardinata, 2007).
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
e. Tipe nyeri
Tipe nyeri dapat dikelompokkan berdasarkan waktu, tempat dan
penyebabnya (Kozier et al., 2010)
1) Menurut waktu nyeri
Nyeri menurut waktu disini adalah lamanya nyeri yang dialami
seseorang.
a) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang umumnya berlangsung dalam
waktu singkat atau kurang dari enam bulan (Black & Hawks,
2009), memiliki awitan mendadak atau lambat tanpa
memperhatikan intensitasnya (Kozier, et al., 2010). Sedangkan
Ignatavicius dan Workman (2010) mendefinisikan nyeri akut
adalah nyeri yang biasanya berlangsung singkat, terjadi secara tiba-
tiba dan terlokalisasi dimana pasien umumnya dapat menjelaskan
tentang nyeri yang dirasakan. Nyeri akut umumnya dapat
diakibatkan oleh karena adanya trauma (seperti: fraktur, luka bakar,
laserasi), luka akibat pembedahan, iskemia atau inflamasi akut.
b) Nyeri kronik
Nyeri yang berlangsung lama, biasanya bersifat kambuhan
atau menetap selama enam bulan atau lebih dan mengganggu
fungsi tubuh (Kozier, et al., 2010). Sedangkan Ignatavicius dan
Workman (2010) mendefenisikan nyeri kronik adalah nyeri yang
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
berlangsung menetap atau nyeri yang berulang-ulang untuk periode
yang tidak tentu, biasanya nyeri berlangsung lebih dari tiga bulan.
2) Menurut lokasi nyeri
Nyeri berdasarkan asal lokasi atau sumber nyeri dapat dibagi ke
dalam:
a) Nyeri kutaneus
Nyeri yang berasal di kulit atau jaringan subkutan. Teriris
kertas yang menyebabkan nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar
adalah sebuah contoh nyeri kutaneus (Kozier, et al., 2010). Nyeri
kutaneus dapat ditandai dengan onset mendadak dan tajam atau
kualitas tetap atau dengan onset lambat dan kualitas seperti rasa
terbakar, tergantung pada jenis serat saraf yang terlibat. Reseptor
nyeri kutaneus berakhir tepat di bawah kulit dan karena konsentrasi
tinggi dari ujung saraf, maka nyeri ini didefinisikan sebagai nyeri
lokal dengan durasi pendek (Black & Hawks, 2009).
b) Nyeri somatic profunda
Nyeri yang berasal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh
darah dan saraf. Nyeri somatik profunda menyebar dan cenderung
berlangsung lebih lama dibandingkan nyeri kutaneus. Keseleo pada
pergelangan kaki adalah sebuah contoh nyeri somatic profunda
(Kozier, et al., 2010). Nyeri somatik merupakan hasil aktivasi
nosiseptors (reseptor sensorik) sensitif terhadap rangsangan zat
atau bahan berbahaya di cutaneus atau jaringan lebih dalam.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
Pengalaman nyeri terlokalisasi yang digambarkan sebagai rasa
yang konstan, sakit dan menggerogoti (Gililland, 2008).
c) Nyeri viseral
Nyeri yang berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga
abdomen, kranium dan toraks. Nyeri viseral cenderung menyebar
dan seringkali terasa seperti nyeri somatik profunda, yaitu rasa
terbakar, nyeri tumpul atau merasa tertekan. Nyeri viseral
seringkali disebabkan oleh peregangan jaringan, iskemia atau
spasme otot (Kozier et al., 2010).
Nyeri viseral sangat sulit untuk dilokalisasi, dan beberapa
cedera pada jaringan visceral terlihat seperti nyeri alih atau referred
pain, di mana sensasi terlokalisir pada daerah yang tidak ada
hubungannya dengan tempat terjadinya cedera (Black & Hawks,
2009). Nyeri viseral adalah nyeri yang dimediasi oleh nosiseptor.
Nyeri yang digambarkan sebagai nyeri yang mendalam, sakit dan
kolik. Sulit untuk dilokalisasi dan sering dirasa pada daerah
cutaneus, yang mungkin lembut (Gililland, 2008).
3) Menurut tempat nyeri di rasakan
Nyeri berdasarkan tempat nyeri di rasakan dapat dibagi ke dalam:
a) Nyeri menjalar
Nyeri yang dirasakan di sumber nyeri dan meluas ke
jaringan- jaringan di sekitarnya. Misalnya, nyeri jantung tidak
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
hanya dapat dirasakan di dada tetapi juga dirasakan di bahu kiri dan
turun ke lengan (Kozier, et al., 2010).
b) Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang di rasakan di satu bagian tubuh
yang cukup jauh dari jaringan yang menyebabkan nyeri. Misalnya,
nyeri yang berasal dari sebuah bagian visera abdomen dapat
dirasakan di suatu area kulit yang jauh dari organ yang
menyebabkan nyeri (Kozier, et al., 2010).
Nyeri alih adalah bentuk nyeri viseral dan dirasakan di daerah
yang jauh dari tempat stimulus. Itu terjadi ketika serat saraf yang
melayani area tubuh yang jauh dari tempat stimulus lewat di dekat
stimulus. Sensasi nyeri alih mungkin intens, dan mungkin ada
sedikit atau tidak ada rasa sakit pada titik stimulus berbahaya
(Black & Hawks, 2009).
c) Nyeri tak tertahankan
Nyeri tak tertahankan adalah nyeri yang sangat sulit
diredakan. Salah satu contohnya adalah nyeri akibat keganasan
stadium lanjut (Kozier, et al., 2010).
d) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri akibat kerusakan sistem saraf
tepi atau saraf pusat di masa kini atau masa lalu dan mungkin tidak
mempunyai sebuah stimulus, seperti kerusakan jaringan atau saraf
untuk rasa nyeri. Nyeri neuropatik berlangsung lama, tidak
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
menyenangkan, dan dapat digambarkan sebagai rasa terbakar, nyeri
tumpul dan nyeri tumpul yang berkepanjangan (Kozier, et al.,
2010). Nyeri yang melibatkan sistem saraf pusat atau sistem saraf
perifer (Gililland, 2008).
e) Nyeri bayangan
Nyeri bayangan adalah sensasi rasa nyeri yang dirasakan
pada bagian tubuh yang telah hilang misal pada kaki yang telah di
amputasi. Nyeri bayangan disebut juga dengan phantom pain
(Kozier, et al., 2010). Seseorang yang sudah menjalani amputasi
bagian tubuh, dapat terus mengalami atau merasakan sensasi di
bagian tubuh yang sudah diamputasi seolah-olah bagian tersebut
masih ada atau melekat. Serabut saraf yang melayani bagian ini
terus meluas ke bagian perifer, yang berakhir di lokasi sayatan
(Black & Hawks, 2009).
f) Breakthrough pain
Breakthrough pain adalah nyeri yang datang tiba-tiba untuk
jangka waktu yang singkat serta tidak dapat diatasi dengan
manajemen nyeri yang normal oleh pasien. Hal ini sering terjadi
pada pasien kanker yang sering memiliki tingkat latar belakang
nyeri yang dikendalikan oleh obat-obatan (Black & Hawks, 2009).
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
f. Pengkajian nyeri
Nyeri bersifat subjektif, karena itu pengkajian awal sangat penting
berdasarkan laporan klien (Strong et al., 2002). Perlu diingat, bahwa
kedalaman dan kompleksitas cara-cara untuk penilaian nyeri ini
bervariasi. Tujuan dari pengkajian nyeri adalah mengidentifikasi
penyebab nyeri, memahami persepsi klien tentang nyerinya,
mendapatkan karakteristik nyeri, menentukan level nyeri yang bisa
ditoleransi klien sehingga klien masih dapat memenuhi ADL-nya sesuai
batas toleransi (Horlocker, 2006; Rospond, 2008). Idealnya, cara-cara
penilaian ini mudah digunakan, artinya mudah dimengerti oleh pasien,
dan valid, serta dapat dipercaya (Rospond, 2008; Jablonski & Ersek,
2009). Dan pada akhir tujuan akan menentukan implementasi tehnik
manajemen nyeri tersebut (Smeltzer & Bare, 2002; Black & Hawsk,
2009).
Skala pengukuran nyeri menurut Agency for Health Care Policy
and Research (AHCPR) (1992) untuk manajemen nyeri akut dan dikaji
pada saat sekarang atas indikasi operasi, prosedur medis, dan trauma
(Smeltzer dan Bare, 2002), terdiri dari:
1) Skala Analogue Visual / Visual Analogue Scale (VAS)
Visual Analogue Scale (VAS) adalah cara yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri (Passero & MacCeffery, 2007;
Nilssons, 2008; Black & Hawks, 2009). Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
dialami oleh pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang
10 cm, dengan atau tanpa tanda pada setiap sentimeternya. Tanda pada
kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif.
Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri (“no pain)”, sedangkan
ujung yang lainnya mewakili rasa nyeri yang terparah yang mungkin
terjadi (“worst possible pain”). Skala dapat dibuat vertical atau
horizontal. Manfaat utama VAS adalah mudah dan sederhana dalam
penggunaan. VAS juga bisa diadaptasi menjadi skala hilangnya /
redanya nyeri. Namun pada nyeri post operasi VAS tidak banyak
bermanfaat karena pada VAS diperlukan koordinasi visual dan
motorik serta kemampuan konsentrasi (Rospond, 2008).
Gambar 2.2 Visual Analogue Scale (VAS)
(Sumber : www.painedu.org/NIPC/painassessmentscale.html)
2) Skala Penilaian Numerik / Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini menggunakan angka 0 sampai dengan 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri (Black & Hawks, 2009). Dua ujung
ekstrim juga digunakan dalam skala ini sama seperti pada VAS. NRS
lebih bermanfaat pada periode post operasi (Nilssons, 2008; Rospond,
2008), karena selain angka 0 – 10, penilaian berdasarkan kategori
nyeri juga dilakukan pada penilaian ini. Skala 0 dideskripsikan
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
sebagai tidak ada nyeri, skala 1-3 dideskripsikan sebagai nyeri ringan
yaitu ada rasa nyeri (mulai terasa tapi masih dapat ditahan). Lalu skala
4-6 dideskripsikan sebagai nyeri sedang yaitu ada rasa nyeri, terasa
mengganggu dengan usaha yang cukup kuat untuk menahannya. Skala
7-10 didekripsikan sebagai nyeri berat yaitu ada nyeri, terasa sangat
mengganggu / tidak tertahankan sehingga harus meringis, menjerit
atau berteriak (MacCeffery & Beebe, 1999).
Sama seperti VAS, NRS juga sangat mudah digunakan dan
merupakan skala ukur yang sudah valid (Brunelli, et.al., 2010).
Penggunaan NRS direkomendasikan untuk penilaian skala nyeri post
operasi pada pasien berusia di atas 9 tahun (McCaffrey & Bebbe,
1999). NRS dikembangkan dari VAS dapat digunakan dan sangat
efektif untuk pasien-pasien pembedahan, post anastesi awal dan
sekarang digunakan secara rutin untuk pasien-pasien yang mengalami
nyeri di unit post operasi (Rospond, 2008; Black & Hawsk, 2009;
Brunelli, et.al., 2010).
Pada penelitian ini menggunakan NRS sebagai skala
pengukuran untuk menilai nyeri. Reliabilitas NRS telah dilakukan
ujinya oleh Brunelli, et.al. (2010), dengan membandingkan instrumen
NRS, VAS, dan VRS untuk mengkaji nyeri pada 60 pasien. Hasil uji
Cohen’s Kappa untuk instrument NRS adalah 0,86 (sangat baik).
Instrumen pengukuran NRS adalah seperti gambar 2.4 berikut ini:
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
Gambar 2.3 Numeric Rating Scale (NRS)
(Sumber : www.painedu.org/NIPC/painassessmentscale.html)
3) Wong-Baker Faces Rating Scale / Skala Wajah Wong-Baker
Skala wajah biasanya digunakan oleh anak-anak yang berusia
kurang dari 7 tahun. Pasien diminta untuk memilih gambar wajah
yang sesuai dengan nyerinya. Pilihan ini kemudian diberi skor angka.
Skala wajah Wong-Baker menggunakan 6 kartun wajah yang
menggambarkan wajah tersenyum, wajah sedih, sampai menangis.
Dan pada tiap wajah ditandai dengan skor 0 sampai dengan 5. Skala
wajah Wong-Baker bisa dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini :
Gambar 2.4 Wong-Baker Faces Rating Scale
(Sumber : www.painedu.org/NIPC/painassessmentscale.html)
g. Manajemen nyeri
1) Farmakologi
Manajemen farmakologi yang dilakukan adalah pemberian
analgesik atau obat penghilang rasa sakit (Blacks & Hawks, 2009).
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
Penatalaksanaan farmakalogi adalah pemberian obat-obatan untuk
mengurangi nyeri. Obat-obatan yang diberikan dapat digolongkan
kedalam:
a) Analgesik opioid (narkotik)
Analgesik opioid terdiri dari turunan opium, seperti morfin
dan kodein. Opioid meredakan nyeri dan memberi rasa euforia
lebih besar dengan mengikat reseptor opiat dan mengaktivasi
endogen (muncul dari penyebab di dalam tubuh) penekan nyeri
dalam susunan saraf pusat. Perubahan alam perasaan dan sikap
serta perasaan sejahtera membuat individu lebih nyaman meskipun
nyeri tetap dirasakan (Kozier, et al., 2010). Opioid adalah obat
yang aman dan efektif. Obat-obatan ini bekerja dengan cara
meningkatkan sensitivitas dan durasi yang lebih lama dalam
menurunkan nyeri yang dialami seseorang (Closs, 1994 dalam
Brigss, 2002).
b) Obat-obatan anti-inflamasi nonopioid/nonsteroid (non steroid
antiinflamation drugs/NSAID)
Non opioid mencakup asetaminofen dan obat anti inflamasi
non steroid (NSAID) seperti ibuprofen. NSAID memiliki efek anti
inflamasi, analgesik, dan antipiretik, sementara asetaminofen hanya
memiliki efek analgesik dan antipiretik. Obat-obatan ini meredakan
nyeri dengan bekerja pada ujung saraf tepi di tempat cedera dan
menurunkan tingkat mediator inflamasi serta mengganggu produksi
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
prostaglandin di tempat cedera (Kozier, et al., 2010). Non opioid
dan NSAID memiliki peran yang berguna dalam manajemen nyeri,
khususnya pada kondisi-kondisi gangguan muskuloskletetal. Obat-
obatan yang biasanya digunakan diantaranya adalah ibuprofen,
naproxen dan diclofenac (Closs, 1994 dalam Brigss, 2002).
c) Analgesik penyerta
Analgesik penyerta adalah sebuah obat yang bukan dibuat
untuk penggunaan analgesik tetapi terbukti mengurangi nyeri
kronik dan kadang kala nyeri akut, selain kerja utamanya.
Misalnya, sedatif ringan atau penenang dapat membantu
mengurangi ansietas, stres dan ketegangan sehingga pasien dapat
tidur dengan baik di malam hari. Anti depresan digunakan untuk
mengatasi gangguan depresi atau gangguan alam perasaan yang
mendasari tetapi dapat juga meningkatkan strategi nyeri yang lain.
Antikonvulsan, biasanya diresepkan untuk mengatasi kejang, dapat
berguna dalam mengendalikan neuropati yang menyakitkan
(Kozier, et al., 2010).
2) Non farmakologi
Blacks dan Hawks (2009) penatalaksanaan nyeri secara non
farmakologi dapat dilakukan dengan cara terapi fisik (meliputi
stimulasi kulit, pijatan, kompres hangat dan dingin, TENS, akupunktur
dan akupresur) serta kognitif dan biobehavioral terapi (meliputi
latihan nafas dalam, relaksasi progresif, rhytmic breathing, terapi
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
musik, bimbingan imaginasi, biofeedback, distraksi, sentuhan
terapeutik, meditasi, hipnosis, humor dan magnet). Menurut Kozier, et
al., (2010) menyatakan bahwa nyeri dapat juga diatasi dengan
beberapa cara diantaranya adalah:
a) Intervensi fisik
Intervensi fisik bertujuan menyediakan kenyamanan,
mengubah respon fisiologis, dan mengurangi rasa takut yang
berhubungan dengan imobilitas akibat rasa nyeri atau keterbatasan
aktivitas (Kozier, et al., 2010). Intervensi fisik mencakup stimulasi
kutaneus, imobilisasi, stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS)
dan akupunktur.
(1) Stimulasi kutaneus
Stimulasi kutaneus atau counterstimulation merupakan
istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi tekhnik yang
dipercaya dapat mengaktivasi opioid endogeneous dan sistem
analgesia monoamnie. Stimulasi kutaneus efektif dengan cara
menurunkan pembengkakan, menurunkan kekakuan dan
meningkatkan serabut saraf berdiameter besar untuk
menghambat serabut saraf berdiameter kecil sebagai
penyampai atau reseptor nyeri dengan menggunakan terapi
dingin, terapi panas, tekanan, getaran atau pijatan (DeLaune &
Ladner, 2011).
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38
Stimulasi kutaneus dapat memberikan peredaan nyeri
sementara yang efektif. Stimulasi kutaneus mendistraksi klien
dan memfokuskan perhatian pada stimulus taktil, mengalihkan
dari sensasi menyakitkan sehingga mengurangi persepsi nyeri.
Selain itu, stimulasi kutaneus juga dipercaya dapat
menghasilkan pelepasan endorfin yang menghambat transmisi
stimulus nyeri serta menstimulasi serabut saraf sensorik A-beta
berdiameter besar, sehingga menurunkan transmisi impuls
nyeri melalui serabut A-delta dan C yang lebih kecil (Kozier,
et al., 2010). Tekhnik stimulasi kutaneus terdiri dari:
(a) Pijat
Secara naluri, manusia merespon sakit dan nyeri
dengan menggosok-gosok area tersebut. Terapi pijat
mengembangkan reaksi ini menjadi cara untuk
menghilangkan rasa sakit dan ketegangan (Pustaka
Kesehatan Populer, 2009).
Pijat dapat dilakukan secara sistematis dengan tekhnik
manipulasi manual, seperti menggosok, meremas, atau
memutar jaringan lunak (misalnya, otot, ligamen tendon,
dan fascia). Pijat meningkatkan jangkauan gerak pasien,
mengurangi ambang nyeri, melemaskan otot-otot, dan
meningkatkan sirkulasi dan drainase limfatik. Pijat juga
memiliki efek biokimia, yaitu meningkatkan kadar dopamin
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39
dan limfosit serta memproduksi sel pembunuh secara alami
(Corbin, 2005; Calenda, 2006 dalam Gatlin & Schulmeister,
2007).
Pijat adalah tindakan kenyamanan yang dapat
membantu relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan dapat
meringankan ansietas karena kontak kontak fisik yang
menyampaikan perhatian. Pijat juga dapat menurunkan
intensitas nyeri dengan meningkatkan sirkulasi superfisial
ke area nyeri (Kozier, et.al., 2010).
(b) Aplikasi panas atau dingin
Aplikasi panas dan dingin dapat dilakukan dengan
mandi air hangat, bantalan panas, kantung es, pijat es,
kompres panas atau dingin dan mandi rendam hangat atau
dingin. Aplikasi ini secara umum meredakan nyeri dan
meningkatkan penyembuhan jaringan yang luka (Kozier, et
al., 2010).
Aplikasi panas atau dingin ke daerah yang
menyakitkan bisa membantu mengurangi rasa sakit.
Aplikasi ini bekerja mengatasi nyeri dengan cara
mengurangi kepekaan atau sensitivitas terhadap rasa sakit
(University of Missouri, 2001).
Aplikasi panas atau dingin disebut juga dengan terapi
panas atau terapi dingin, adalah alat manajemen nyeri yang
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40
efektif, keduanya mudah didapat dan mudah untuk
dilakukan. Panas dan dingin, keduanya dapat menghasilkan
analgesia bagi nyeri. Terapi panas meningkatkan aliran
darah, meningkatkan metabolisme jaringan, nenurunkan
vasomotor tone, dan meningkatkan viskoelastisitas koneksi
jaringan, menjadikannya efektif untuk mengatasi kekakuan
sendi dan nyeri. Penggunaan panas sebagai terapi
membutuhkan monitoring khusus, karena dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan inflamasi dan
pembengkakan atau edema (DeLaune & Ladner, 2011).
Gatlin dan Schulmeister (2007) menjelaskan bahwa
terapi panas bekerja dengan cara meningkatkan aliran darah
ke kulit, melebarkan pembuluh darah, meningkatkan
oksigen dan pengiriman nutrisi ke jaringan lokal, dan
mengurangi kekakuan sendi dengan cara meningkatkan
elastisitas otot. Terapi dingin memiliki banyak keuntungan
diantaranya menghilangkan edema dengan cara mengurangi
aliran darah, meniadakan inflamasi, mengurangi demam,
mengurangi spasme otot, menaikkan ambang batas nyeri
sebagai mekanisme penurunan kecepatan konduksi saraf
(DeLaune & Ladner, 2011).
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41
(c) Akupresur dan akupunktur
Akupresur adalah tekhnik penyembuhan bangsa Cina
kuno yang didasarkan pada prinsip pengobatan tradisonal
Asia. Cara kerjanya mirip akupunktur dan sering disebut
akupunktur tanpa jarum (Pustaka Kesehatan Populer, 2009).
Terapis menekankan jari pada titik-titik yang berhubungan
dengan banyak titik yang digunakan dalam akupunktur
(Kozier, et al., 2010). Rangsangan pada titik akupoin
dipercaya akan membuka sumbatan di meridian dan
memperbaiki aliran energi, menghilangkan nyeri, dan
penyakit (Pustaka Kesehatan Populer, 2009).
Sementara itu, Akupunktur adalah suatu tindakan
penusukan jarum-jarum kecil ke titik akupoin (Pustaka
Kesehatan Populer, 2009). Akupunktur merupakan
intervensi kompleks yang mungkin berbeda untuk tiap-tiap
pasien yang berbeda dengan keluhan utama yang sama,
lama perawatan dan titik-titik akupunktur yang digunakan
dapat bervariasi antara individu-individu selama pengobatan
(NIHM, 1997).
Cara kerja akupunktur mencakup dua teori, yang
pertama adalah teori gerbang yaitu adanya mekanisme
refleks pada jalur saraf yang dapat menutup rasa sakit, hal
ini mengurangi rasa sakit yang dialami seseorang. Yang
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
42
kedua yaitu teori endorfin, endorfin mempunyai efek
pembunuh nyeri yang mirip obat, akupunktur menyebabkan
endorfin dilepaskan tubuh, berjalan ke otak dan di otak
endorfin memblokir nyeri, jadi akupunktur mampu
menimbulkan relaksasi dan perasaan sehat (Pustaka
Kesehatan Populer, 2009).
Berman, Lao, Langenberg, Lee, Gilpin dan Hochberg
(2004) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi
keefektifan akupunktur sebagai terapi tambahan yang dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri pada sendi lutut (n = 570).
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan
intensitas nyeri yang signifikan pada responden sesudah
menjalani terapi akupunktur selama 26 minggu dengan
perbedaan mean – 2,5 (p = 0.001).
(d) Stimulasi kolateral
Stimulasi kolateral dapat dicapai dengan
menstimulasi kulit diarea yang berlawanan dengan area
yang sakit (misal; menstimulasi lutut kiri jika nyeri berada
di lutut kanan). Area kolateral dapat digaruk karena gatal,
dimasase karena kram, atau diberi kompres dingin atau
salep analgesik. Metode ini terutama berguna jika area yang
menyakitkan tidak dapat disentuh karena hipersensitif, tidak
dapat diakses karena terpasang gips atau perban, atau jika
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
43
nyeri dirasakan di bagian tubuh yang telah tidak ada atau
nyeri bayangan (Kozier, et al., 2010).
(2) Imobilisasi
Mengimobiliasi atau membatasi pergerakan bagian tubuh
yang menyakitkan misal pada artritis sendi, trauma ekstremitas
dapat membantu mengatasi episode nyeri akut. Bebat atau alat
penyangga harus menahan sendi pada posisi fungsi yang
optimum dan harus digerakkan secara teratur sesuai dengan
protokol (Kozier, et al., 2010).
Malanga & Nadler (1999) menjelaskan bahwa bed rest
atau istirahat dalam pengobatan LBP masih kontroversial.
Walaupun mungkin ada beberapa efek yang menguntungkan
melalui modulasi nyeri dan penurunan tekanan intradiskal
ketika pasien istirahat di tempat tidur, bed rest ternyata juga
memiliki banyak efek merugikan pada tulang, jaringan ikat,
otot dan kebugaran kardiovaskular.
Pendekatan proaktif menekankan lebih baik
memodifikasi aktivitas daripada istirahat di tempat tidur dan
imobilisasi. untuk gejala penyakit LBP istirahat di tempat tidur
yang terbatas dalam hubungannya dengan berdiri dan berjalan.
Selain itu pasien harus dididik untuk menghindari posisi yang
meningkatkan tekanan pada intradiskal, seperti duduk,
membungkuk dan mengangkat. dalam sebuah penelitian, 2 hari
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
44
istirahat di tempat tidur dapat disarankan untuk pasien dengan
LBP.
(3) Stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS)
TENS adalah sebuah metode pemberian stimulasi
elektrik bervoltase rendah secara langsung ke area nyeri yang
telah teridentifikasi, ke titik akupresur, di sepanjang kolumna
spinalis. Stimulasi kutaneus dari unit TENS diperkirakan
mengkativasi serabut saraf berdiameter besar yang mengatur
impuls nosiseptif di sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat
sehingga menghasilkan penurunan nyeri (Kozier, et al., 2010).
Menurut Queensland Spinal Cord Injuries Service atau
QSCIS (2013) TENS tidak mengobati penyebab rasa sakit
tetapi bekerja pada persepsi atau sensasi rasa sakit. TENS
bekerja melalui dua cara yaitu memblokir sinyal nyeri impuls
listrik sebelum mereka melakukan perjalanan ke otak dan
memicu pelepasan penghilang rasa sakit dari dalam tubuh
sendiri yaitu zat kimia yang disebut endorfin.
(4) Intervensi pikiran-perilaku (kognitif-perilaku)
Intervensi pikiran-perilaku atau CBI (cognitive
bebehavioral therapy) adalah suatu pendekatan yang efektif
dalam manajemen nyeri, merupakan kombinasi antara metode
farmakologi dan non farmakologi (Zwakhalen, et al., 2006
dalam DeLaune & Ladner, 2011). CBI didesain untuk
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
45
mengajarkan klien dan memodifikasi sikap dan perilaku klien.
Ada banyak pendekatan nonfarmakologi yang menjadi bagian
penting dari manajemen nyeri serta dapat digunakan
bersamaaan dengan pemakaian analgesik yang tepat. Tujuan
dari intervensi ini adalah menolong klien agar dapat
mengontrol secara keseluruhan nyeri yang dirasakannya
(DeLaune & Ladner, 2011).
2. Nyeri Sendi
a. Pengertian
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata
atau yang berpotensial untuk menimbulkan kerusakan jaringan
(Dharmady, 2004). Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, sendi
memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan
kemungkinan variasi pergerakan diantara segmen-segmen serta
kemungkinan variasi pertumbuhan (Brunner & Sudarth, 2002).
Nyeri sendi adalah suatu akibat yang diberikan tubuh karena
pengapuran atau akibat penyakit lain.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
46
b. Etiologi
Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus. Ada
beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab nyeri sendi yaitu:
1) Mekanisme imunitas.
Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam serumnya
yang di kenal sebagai faktor rematoid anti bodynya adalah suatu
faktor antigama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG
titer yang lebih besar 1:100, Biasanaya dikaitkan dengan vaskulitis
dan prognosis yang buruk.
2) Faktor metabolik.
Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses
autoimun.
3) Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan.
Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik. Juga
dengan masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan penataan yang
buruk dan lembab juga memicu pennyebab nyeri sendi.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
47
4) Faktor usia.
Usia merupakan variabel penting dalam mempengaruhi nyeri. Perbedaan
tahap perkembangan diantara kelompok umur tersebut mempengaruhi
respon terhadap nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa usia dapat
mempengaruhi seseorang terhadap nyeri yang dialaminya (Potter & Perry,
2010)
5) Cedera olahraga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi
adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh
misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain
basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari
pemain lain.
6) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga. Benturan keras
pada sendi saat kecelakaan motor.
7) Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin.
8) Patologis. Terjadinya „tear‟ ligament dan kapsul articuler yang
merupakan komponen vital penghubung tulang
c. Patofisiologi
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian
diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi
penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap
sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing
orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
48
dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal. Kartilago artikuler
membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan
yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding
dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruang antara-
tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock
absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara
bebas dalam arah yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang sering
terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri sendi.
Meskipun memiliki keaneka ragaman mulai dari kelainan yang
terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik,
semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat
tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada
persendian yang mengalami pembengkakan. Pada penyakit reumatik
inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang
merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus
(proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon
imun.
Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degeneratif dapat terjadi
proses inflamasi yang sekunder.pembengkakan ini biasanya lebih ringan
serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar
kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut.
Pembengkakan dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang
rawan yang bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
49
kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Brunner & Sudarth,
2002).
d. Manifestasi Klinis
Ada banyak sekali sebab mengapa persendian sakit, nyeri sendi
dapat merupakan gejala tunggal atau menjadi bagian banyak gejala lain
yang dialami. Manifestasi nyeri sendi dapat bervariasi, seperti
kelembutan atau tidak nyaman ketika di sentuh, pembengkakan,
peradangan, kekakuan, atau pembatasan gerakan.
e. Penatalaksanaan
Sendi yang meradang di istirahatkan selama eksaserbasi, periode-
periode istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian,
aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya, atau steroid sistemik,
pembedahan untuk mengeluarkan membran sinovium (Corwin, 2001)
3. Cryotherapy
a. Pengertian
Cryotherapy (terapi dingin) adalah pemanfaatan dingin untuk
mengoati nyeri atau gangguan kesehatan lainnya. Terapi dingin dapat
dipakai dapat dipakai dengan beberapa cara, seperti menggunakan es atau
Cold Baths. Terapi ini dipakai pada saat respon peradangan masih sangat
nyata (cedera akut).
Cold therapy adalah pemanfaatan dingin untuk mengobati nyeri
dan mengurangi gejala peradangan lainnya. Istilah cryotherapy
digunakan untuk penggunaan terapi dingin yang sangat ekstrim, biasanya
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
50
mengunakan cairan nitrogen yang digunakan sebagai anesthetic-
analgesia (Swenson et al., 1996). Pada terapi dingin, digunakan
modalitas terapi yang dapat menyerap suhu jaringan sehingga terjadi
penurunan suhu jaringan melewati mekanisme konduksi. Efek
pendinginan yang terjadi tergantungjenis aplikasi terapi dingin, lama
terapi dan konduktivitas. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, lokal
cedera harus dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang
mencukupi (Bleakley et al., 2004).
Inti dari terapi dingin adalah menyerap kalori area lokal cedera
sehingga terjadi penurunan suhu. Berkait dengan hal ini, jenis terapi
dengan terapi es basah lebih efektif menurunkan suhu dibandingkan es
dalam kemasan mengingat pada kondisi ini lebih banyak kalori tubuh
yang dipergunakan untuk mencairkan es (Ernstet al., 1994).
Semakin lama waktu terapi, penetrasi dingin semakin dalam. Pada
umumnya terapi dingin pada suhu 3,5 °C selama 10 menit dapat
mempengaruhi suhusampai dengan 4 cm dibawah kulit. Jaringan otot
dengan kandungan air yang tinggi merupakan konduktor yang baik
sedangkan jaringan lemak merupakan isolator suhu sehingga
menghambat penetrasi dingin (Ernstet al., 1994).
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
51
b. Jenis Aplikasi Cryotherapy
Jenis aplikasi cryotherapy menurut Intan (2007) antara lain:
1) Es Atau Ice Packs
Es dalam pemakaian terapi sebaiknya tidak kontak langsung
dengan kulit dan digunakan dengan perlindungan seperti dengan
handuk. Indikasi terapi es adalah pada bagian otot lokal seperti
tendon, bursae, maupun bagian - bagian Myofacial trigger point.
Terapi biasanya diberikan selama 10 sampai 20 menit.
2) Vapocoolant Spray
Vapocoolant Spray merupakan semprotan yang berisi
fluoromethane atau ethylchloride. Semprotan ini sering digunakan
untuk mengurangi nyeri akibat spasme otot serta meningkatkan range
of motion (ROM). Terdapat beberapa prosedur dalam terapi ini, yakni
semprotan membentuk sudut 30 derajat dengan kulit dengan jarak 30
sampai 50 cm dari kulit. Penyemprotan dilakukan dari arah proximal
ke distal otot, dengan kecepatan semprotan 10 cm/detik.
Penyemprotan dapat dilakukan 2 - 3 kali pengulangan, prosedur ini
penting dilakukan untuk menghindari Frozen Bite.
3) Cold Baths
Cold Baths merupakan terapi mandi di dalam air dingin dalam
jangka waktu maksimal selama 20 menit. Pada terapi ini, air dan es
dicampur untuk mendapatkan suhu 10 sampai 15 derajat celcius.
Terapi ini biasanya dilakukan untuk pemulihan pasca latihan maupun
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
52
kompetisi. Proses ini berlangsung selama 10 sampai 15 menit. Ketika
nyeri berkurang, terapi dihentikan dan dilanjutkan terapi lain seperti
masase atau stretching. Pada saat nyeri kembali dirasakan, dapat
dilakukan perendaman kembali. Terapi dingin berpotensi untuk
meningkatkan penjedalan kolagen, konsekuensinya aktivitas fisik
harus dilakukan secara bertahap pasca terapi dingin
4) Cold Pack
Cold pack dapat diperoleh atau dibuat dengan mudah. Jenis
yang biasanya dijual biasanya mengandung silica gel dan tersedia
dalam berbagai ukuran dan bentuk. Cold pack sebaiknya disimpan di
tempat yang dingin sekitar -50C setidaknya 2 jam sebelum digunakan.
Cold pack dapat memprtahankan suhunya yang rendah selama 15
hingga 20 menit.
5) Ice Massage
Ice massage sangat tepat digunakan pada anggota tubuh yang
datar seperti punggung, sholder, group otot quadiceps dan group otot
hamstring. Dapat juga diberikan pada derah yang tidak begitu lebar
misalnya pada muscle belly, tendon, bursa, atau trigger poin sebelum
dilakukan deep-pressure massage. Keuntungan ice massage adalah
pengaruhnya lebih terlokalisir. Lama terapi sekitar 20 hingga 30
menit. Bentuk pecahan es yang digunakan adalah silindris atau kubus,
arah gerakan sirkuler atau bisa juga merupakan garis lurus. Pemberian
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
53
ice massage dihentikan bila sudah timbulan aesthesia relatif pada kulit
bila kulit dikenai es.
c. Cedera Cryotherapy
Beberapa cedera yang dapat ditangani dengan Cryotherapy menurut
Intan (2007) antara lain:
1) Cedera (Sprain, Strain, dan kontusi)
2) Sakit Kepala
3) Gangguan Temporomadibular
4) Testicular dan Scrotal Pain
5) Nyeri post operasi
6) Fase akut arthritis
7) Tendinitis dan Bursitis
8) Carpal Tunnel Syndrome
9) Nyeri Lutut
10) Nyeri Sendi
11) Nyeri perut
d. Fisiologis Cryotherapy
Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi
dingin (suhu 10 derajat celcius) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula
secara lokal. Vasokontriksi disebabkan oleh aksi reflek dari otot polos
yang timbul akibat stimulasi sistem syaraf otonom dan pelepasan
epinephrine dan norepinephrine. Namun, jika terapi dingin terus
dilakukan hingga 15 sampai 30 menit akan menimbulkan respon hunting.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
54
Respon hunting merupakan fase terjadinya vasodilatasi selama 4 sampai
6 menit. Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan
jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan. Selain
menimbulkan vasokontriksi, sensai dingin juga menurunkan eksitabilitas
akhiran saraf bebas sehingga menurunkan kepekaan terhadap rangsang
nyeri. Aplikasi dingin juga dapat mengurangi tingkat metabolisme sel
sehingga limbah metabolisme menjadi berkurang. Penurunan limbah
metabolisme pada akhirnya dapat menurunkan spasme otot. Terapi
dingin biasanya digunakan pada 24 sampai 48 jam setelah terjadinya
cedera dan dipakai untuk mengurangi sakit dan pembengkakan.)
4. Kompres Dingin
a. Pengertian terapi dingin
Terapi dingin disebut juga dengan cryotherapy. Cryotherapy adalah
pemanfaatan dingin untuk mengobati nyeri atau gangguan kesehatan
lainnya (Arovah, 2010). Terapi dingin adalah penerapan bahan atau alat
yang dingin pada bagian tubuh yang mengalami nyeri. Terapi dingin
merupakan terapi yang sederhana dan merupakan salah satu metode
penyembuhan non farmakologi yang penting untuk mengatasi nyeri
(Demir, 2012).
b. Efek fisiologis terapi dingin
Menurut Canadian Physiotherapy Association (2008) terapi dingin
dapat membantu mengurangi rasa sakit, membantu penyembuhan
jaringan, mengontrol pembengkakan, dan meningkatkan fleksibilitas.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
55
Dingin menyebabkan vasokonstriksi lokal dan viskositas darah
meningkat. Aliran darah menurun dan metabolisme yang lebih lambat
menumpulkan respon inflamasi, membatasi pembengkakan, mengurangi
konsumsi oksigen, dan mengontrol perdarahan (Metules, 2007).
Inti dari terapi dingin adalah menyerap kalori area lokal cedera
sehingga terjadi penurunan suhu. Semakin lama waktu terapi, penetrasi
dingin semakin dalam. Pada umumnya terapi dingin pada suhu 3,5 °C
selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm dibawah
kulit. Jaringan otot dengan kandungan air yang tinggi merupakan
konduktor yang baik sedangkan jaringan lemak merupakan isolator suhu
sehingga menghambat penetrasi dingin (Ganong, 2009).
Pada terapi dingin, digunakan modalitas terapi yang dapat
menyerap suhu jaringan sehingga terjadi penurunan suhu jaringan
melewati mekanisme konduksi. Efek pendinginan yang terjadi tergantung
jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi dan konduktivitas. Pada dasarnya
agar terapi dapat efektif, lokal cedera harus dapat diturunkan suhunya
dalam jangka waktu yang mencukupi (Arovah, 2010).
c. Efek Terapi Dingin
Menurut Arovah (2010), efek dari terapi dingin diantaranya adalah:
1) Mengurangi suhu daerah yang sakit, membatasi aliran darah dan
mencegah cairan masuk ke jaringan di sekitar luka. Hal ini akan
mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
56
2) Mengurangi sensitivitas dari akhiran syaraf yang berakibat terjadinya
peningkatan ambang batas rasa nyeri.
3) Mengurangi kerusakan jaringan dengan jalan mengurangi
metabolisme lokal sehingga kebutuhan oksigen jaringan menurun.
4) Mengurangi tingkat metabolisme sel sehingga limbah metabolisme
menjadi berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya
dapat menurunkan spasme otot. Selain itu menurut D‟Archy (2007)
terapi dingin bekerja dengan cara menurunkan konduksi saraf,
menghambat iritasi kulit, vasokonstriksi pembuluh darah, merelaksasi
otot pada area yang sakit serta mengurangi aktivitas metabolik baik
secara sistemik maupun lokal.
5. Pengaruh Cryotherapy Terhadap Penurunan Nyeri Dislokasi Sendi
Pemain Futsal
Penelitian efektifitas penggunaan cryotherapy telah dilakukan oleh
Beakley dan Aucley (2006), mengenai aplikasi cryotherapy intermiten
dalam mengurangi nyeri dan pembengkakan. Tujuan penelitian ini untuk
membandingkan efikasi dari protokol pengobatan cryotherapy intermiten
dengan protokol pengobatan cryotherapy standar dalam pengelolaan ankle
sprain dalam fase akut. Perekrutan sampel dalam penelitian ini dimulai di
University of Ulster pada Januari 2002 dan telah diperpanjang ke Royal
Victoria Hospital, Belfast pada Maret 2002. Subjek dalam penelitian ini
dibagi, menjadi kelompok control yang dikontrol secara ketat tanpa
mendapat perlakuan apa-apa dan kelompok perlakuan dengan aplikasi es
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
57
standar (n = 46) atau aplikasi es intermiten (n = 43). Penggunaan
cryotherapy standar di seluruh kelompok dengan pemberian ice pack
dengan suhu 0°C. Nyeri, dan pembengkak tercatat pada awal minggu
setelah cedera. Penelitian ini dilakukan dengan randomised controlled study
(RCT).
Cryotherapy (terapi dingin) adalah pemanfaatan dingin untuk
mengoati nyeri atau gangguan kesehatan lainnya. Terapi dingin dapat
dipakai dapat dipakai dengan beberapa cara, seperti menggunakan es atau
Cold Baths. Terapi ini dipakai pada saat respon peradangan masih sangat
nyata (cedera akut). Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah
pemberian aplikasi dingin (suhu 10 derajat celcius) terjadi vasokontriksi
arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi disebabkan oleh aksi reflek
dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem syaraf otonom dan
pelepasan epinephrine dan norepinephrine. Namun, jika terapi dingin terus
dilakukan hingga 15 sampai 30 menit akan menimbulkan respon hunting.
Respon hunting merupakan fase terjadinya vasodilatasi selama 4 sampai 6
menit. Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan
jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan, selain
menimbulkan vasokontriksi, sensasi dingin juga menurunkan eksitabilitas
akhiran saraf bebas sehingga menurunkan kepekaan terhadap rangsang
nyeri. Aplikasi dingin juga dapat mengurangi tingkat metabolisme sel
sehingga limbah metabolisme menjadi berkurang. Penurunan limbah
metabolisme pada akhirnya dapat menurunkan spasme otot. Terapi dingin
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
58
biasanya digunakan pada 24 sampai 48 jam setelah terjadinya cedera dan
dipakai untuk mengurangi sakit dan pembengkakan
B. KERANGKA TEORI
Bagan 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Intan (2007), Corwin (2001), Brunner & Sudarth (2002)
Cryotherapy
Penatalaksanaan Nyeri Sendi
kompres panas dan dingin
bergantian (Cryotherapy), aspirin,
obat anti-inflamasi nonsteroid
lainnya, atau steroid sistemik,
pembedahan untuk mengeluarkan
membran sinovium
Penyebab Nyeri:
1. Mekanisme imunitas
2. Faktor metabolik
3. Faktor genetik dan faktor
pemicu lingkungan
4. Faktor Usia
5. Cedera Olahraga
6. Trauma
7. Terjatuh
8. Patologis
Jenis-Jenis Nyeri:
1. Nyeri berdasarkan
waktu
2. Nyeri berdasarkan lokasi
3. Nyeri berdasarkan
tempat
Nyeri Sendi
Fungsi Cryotherapy
1) Cedera (Sprain, Strain, dan kontusi)
2) Sakit Kepala
3) Gangguan Temporomadibular
4) Testicular dan Scrotal Pain
5) Nyeri post operasi
6) Fase akut arthritis
7) Tendinitis dan Bursitis
8) Carpal Tunnel Syndrome
9) Nyeri Lutut
10) Nyeri Sendi
11) Nyeri perut
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
59
C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana peneliti menyusun teori/menghubungkan secara logis beberapa
faktor yang dianggap penting untuk masalah (Notoatmodjo, 2010). Kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah:
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Arah penelitian
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
D. HIPOTESIS
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar
atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesis
dalam penelitian ini adalah ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan
Penatalaksanaan Nyeri Sendi aspirin, obat anti-inflamasi
nonsteroid lainnya, atau steroid
sistemik, pembedahan untuk
mengeluarkan membran sinovium
Cryotherapy
(Kompres Dingin)
Nyeri Sendi Sesudah
Terapi
Nyeri Sendi Sebelum
terapi
Pengaruh Kompres Dingin..., IRMAWAN DWI PRATIKO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016