bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1....

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinganya. Perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. b. Manfaat Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang di dasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni:

Upload: buibao

Post on 29-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil

dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh

melalui mata dan telinganya. Perilaku yang di dasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh

pengetahuan.

b. Manfaat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang di dasari oleh pengetahuan.

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

seseorang terjadi proses yang berurutan yakni:

1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari

dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

(obyek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut.

Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku

melalui proses seperti ini, dimana di dasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku itu tidak di

dasari oleh pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar

dalam merubah perilaku sehingga langgeng.

c. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan menurut Notoatmodjo (2007):

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di

terima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang di ketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang lebih

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek

penelitian. Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang di

tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menafsirkan sebab-sebab

ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003, faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.

Seseorang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon

yang lebih rasional terhadap stimulus yang datang, dan akan

berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka

peroleh dari gagasan tersebut.

2. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik

berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga

seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, Radio,

Majalah, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih

banyak, di banding dengan tidak terpapar informasi media massa.

3. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder keluarga

dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi di

banding keluarga dengan status ekonomi kurang baik. Untuk itu

ekonomi mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Hubungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling

berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi

secara continue (terus-menerus) akan lebih besar mendapatkan

informasi.

5. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasanya

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses

perkembangan. Misalnya sering mengikuti kegiatan yang

mendidik seperti seminar.

e. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin di ukur dari subyek penelitian atau responden kedalaman

pengetahuan yang ingin di ketahui atau di ukur kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003).

2. Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,

mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti pra hamil (Rustam Mochtar, 2002).

Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran

plasenta dan selaput janin (menandakan akhir dari periode

intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada

kondisi tidak hamil (Varney, 2008).

b. Periode Masa Nifas (Mochtar, 2002)

1) Puerperium Dini

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan–jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium Intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.

3) Remote Puerperium

Yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-

minggu, bulanan atau tahunan.

c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Varney, 2007).

1) Uterus

Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran

desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan placenta

yang di tandai dengan penurunan ukuran dan berat serta

perubahan pada lokasi uterus juga di tandai dengan warna dan

jumlah lochea.

2) Lochea

Lochea mulai terjadi pada jam-jam pertama postpartum, berupa

secret kental dan banyak. Berturut-turut, banyaknya lochea

berkurang, yaitu berjumlah sedang (berupa lochea rubra),

berjumlah sedikit (lochea serosa dan berjumlah sangat sedikit

(berupa lochea alba).

3) Vagina dan Perineum

Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin

mengalami beberapa derajat oedema dan memar dan celah pada

introitus. Setelah satu sampai dua hari pertama postpartum, tonus

otot vagina kembali, celah vagina tidak lagi oedema. Sekarang

vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya dan

umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya

rugae vagina sekitar minggu ketiga postpartum. Ruang vagina

selalu sedikit lebih besar daripada sebelum kelahiran pertama.

4) Payudara

Pengkajian payudara pada periode awal postpartum meliputi

penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi

jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya

kolostrum, apakah payudara terisi air susu dan adanya sumbatan

duktus, kongesti dan tanda-tanda mastitis potensial.

d. Periode Masa Nifas

Periode ini di uraikan oleh Reva Rubin, terjadi dalam 3 Tahap:

1. Taking In

- Terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pasif dan tergantung.

Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuh nya.

- Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan

melahirkan.

- Tidur tanpa gangguan sangat penting bila ibu ingin mencegah

gangguan tidur, pusing dengan proses pengembalian kekeadaan

normal.

- Peningkatan nutrisi mungkin di butuhkan karena selera makan

ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan

proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.

2. Taking Hold

- Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada

kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan

meningkatkan tanggung jawab terhadap janin.

- Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan untuk merawat

bayi, misalnya menggendong, menyusui. Ibu agak sensitif dan

merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut, sehingga

cenderung menerima nasihat dari bidan karena ia terbuka untuk

menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.

3. Letting Go

- Terjadi sesudah pulang kerumah dan sangat berpengaruh

terhadap waktu dan perhatian yang di berikan oleh bidan.

- Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia

berusaha beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat

tergantung yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan

dan hubungan sosial.

- Pada periode ini umumnya terjadi depresi post partum.

e. Involusi Alat Kandungan (Mochtar, 2002)

1) Uterus

Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri setinggi pusat. Setelah uri

lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat. Satu minggu

postpartum, tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis. Dua

minggu postpartum, tinggi fundus uteri sudah tidak teraba diatas

simfisis. Delapan minggu postpartum, tinggi fundus uteri sebesar

normal.

2) Bekas Implantasi Uri

Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum

uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah dua minggu menjadi 3,5

cm, pada minggu keenam 2,4 cm. Dan akhirnya pulih.

3) Luka-Luka

Pada jalan lahir bila tidak di sertai infeksi akan sembuh dalam 6-7

hari.

4) Rasa Sakit

Disebut after pains, di sebabkan kontraksi rahim. Biasanya

berlangsung 2-4 hari postpartum.

5) Lochea

Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

a) Lochea Rubra

Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum. Selama dua hari

postpartum.

b) Lochea Sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7

postpartum.

c) Lochea Serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7-14

postpartum.

d) Lochea Alba

Cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lochea Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.

f) Lochiostasis

Lochea tidak lancar keluarnya.

6) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang

terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan

masih bisa masuk rongga rahim. Setelah dua jam dapat di lalui oleh

2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat di lalui 1 jari.

7) Ligamen-Ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut

dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang

dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi

kendor.

f. Perawatan Pasca Persalinan (Mochtar, 2002)

1) Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang

selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring

ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli. Pada hari ke dua di perbolehkan duduk, hari

ketiga jalan-jalan dan hari ke empat atau lima sudah di

perbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi,

bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya

luka-luka.

2) Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya

makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan,

sayur-sayuran dan buah-buahan.

3) Miksi

Hendaknya kencing dapat di lakukan sendiri secepatnya.

Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena spingter

uretra di tekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi

musculus sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena

adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.

Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya

di lakukan kateterisasi.

4) Defekasi

Buang air besar harus di lakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak

keras dapat di berikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika

masih belum bisa dilakukan klisma.

5) Perawatan Payudara (Mammae)

Perawatan mammae telah di mulai sejak wanita hamil supaya

putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan

untuk menyusui bayinya. Anjurkan supaya ibu menyusukan

bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

6) Laktasi

Bila bayi mulai di susui, isapan pada putting susu merupakan

rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan

oksitosin di keluarkan oleh hipofise. Produksi Air Susu Ibu (ASI)

akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan

lebih sempurna. Selain ASI merupakan bahan makanan utama

bayi yang tidak ada bandingannya, menyusukan bayi sangat baik

untuk menunjukkan rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya.

7) Pemeriksaan Pasca Persalinan

Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya di anjurkan

untuk kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita

dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol

seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi :

a) Pemeriksaan keadaan umum: tekanan darah, nadi, suhu

badan, selera makan, keluhan dan lain-lain.

b) Keadaan payudara dan putting susu.

c) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum.

d) Sekret yang keluar (lochea, flour albus)

e) Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa)

f. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Saleha, 2009)

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

g. Program dan Kebijakan Teknis (Saleha, 2009)

Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan

untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

1) Kunjungan Pertama (6-8 Jam Postpartum)

Tujuan :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan (rujuk

bila perdarahan berlanjut).

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap hangat dengan cara mencegah

hipotermi.

2) Kunjungan Kedua (6 Hari Postpartum)

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau).

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

c) Memasikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

3) Kunjungan Ketiga (2 minggu Postparum)

Tujuan sama seperti tujuan kunjungan kedua (6 hari postpartum).

4) Kunjungan keempat (6 minggu postpartum)

Tujuan :

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia

atau bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

h. Waktu penggunaan kontrasepsi:

1) Klien yang menyusui:

a) Penggunaan IUD setelah 6 minggu pasca persalinan.

b) Penggunaan Kontap dan Kontrasepsi progestin pada 6

minggu pasca persalinan.

c) Penggunaan Kontrasepsi kombinasi setelah 6 minggu pasca

persalinan.

2) Klien yang tidak menyusui:

a) Penggunaan kondom dan kontrasepsi progestin dapat segera

setelah persalinan.

b) Penggunaan IUD dan kontrasepsi kombinasi setelah 3

minggu pasca persalinan.

c) Penggunaan kontap setelah 6 minggu pasca persalinan.

2. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Green (1989), perilaku dipengaruhi oleh tiga

faktor utama, yaitu:

1. Faktor- faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,

sistem nilai yang di anut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor- faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana

dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap

dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Dari

bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) yaitu :

a) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi

pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum

dapat di amati secara jelas oleh orang lain.

b) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik,

yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang

lain.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant

contioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut (

Notoatmodjo, 2003) :

(1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan

penguat atau reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards

bagi perilaku yang akan di bentuk.

(2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-

komponen kecil yang membentuk perilaku yang di

kehendaki.

(3) Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai

tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau

hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

(4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan

urutan komponen yang telah tersusun ini. Apabila komponen

pertama telah dilakukan, maka hadiahnya di berikan.

b. Perilaku Kesehatan

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (Notoatmodjo, 2003) :

(1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance).

(a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit

bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah

sembuh dari penyakit.

(b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam

keadaan sehat.

(c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

(2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistim atau fasilitas

pelayanan kesehatan, atau sering di sebut perilaku pencarian

pengobatan (health seeking behavior).

(3) Perilaku kesehatan lingkungan.

c. Domain Perilaku

Menurut Notoatmodjo(2003), Determinan perilaku ini

dapat dibedakan menjadi dua yakni :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya :

Tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan

sebagainya.

3. Minat

a. Pengertian

Minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai

sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar

sebagai gerak gerik dimana dalam menjalankan fungsinya minat

berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan ( Purwanto, 1998).

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong

orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas

memilih. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Pada semua

usia, minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan

seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap

( Hurlock, 2002).

b. Proses Minat

Adapun proses minat menurut Purwanto (1998), terdiri dari:

1. Motif (Alasan, dasar, pendorong)

2. Perjuangan motif (Sebelum mengambil keputusan pada batin

terdapat beberapa motif yang bersifat luhur dan rendah dan disini

harus dipilih)

3. Keputusan (Inilah yang sangat penting, yang berisi pemilihan

antara motif-motif yang ada meninggalkan kemungkinan yang

lain, sebab tidak mungkin seseorang mempunyai macam-macam

keinginan pada waktu yang sama)

4. Bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil.

c. Aspek Minat

Aspek minat menurut Hurlock (2002) terdiri dari:

1. Aspek Kognitif

Berdasarkan atas konsep yang di kembangkan mengenai bidang

yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek

kognitif minat didasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang di

pelajari di rumah, di masyarakat serta dari berbagai jenis media

massa.

2. Aspek Efektif

Aspek efektif atau bobot emosional konsep yang membangun

aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan

yang di timbulkan minat. Aspek efektif berkembang dari

pengalaman pribadi, dan sikap orang yang penting.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi

1.Faktor dari dalam:

- Kepercayaan diri

- Kepribadian (harga diri)

- Nilai-nilai moral

- Perasaan

- Persepsi

2. Faktor dari luar:

- Jenis kelamin

- Tingkat pengetahuan

- Tingkat pendidikan.

4. Kontrasepsi

a. Pengertian

Menurut (Wiknjosastro, 2002) kontrasepsi adalah alat

untuk mencegah kehamilan, alat ini dapat berupa sementara, dapat

pula bersifat permanen.

b. Daya guna

Menurut Wiknjosastro (2005) daya guna kontrasepsi

adalah sebagai berikut:

1). Daya guna teoritis atau fisiologik (theorical effectiveness)

Merupakan kumpulan suatu cara kontrasepsi bila di pakai dengan

tepat. Sesuai dengan instruksi dan tanpa kelainan.

2). Daya guna pemakaian (use effectiveness)

Adalah perlindungan terhadap kontrasepsi yang ternyata pada

keadaan sehari-hari yang di pengaruhi oleh fakta ketidak hati-

hatian, tidak taat asas, motifasi, keadaan sosial ekonomi-budaya,

pendidikan dan lain-lain.

3). Daya guna demografik (demographic effectivenes)

Menunjukkan seberapa banyak kontrasepsi di perlukan untuk

mencegah suatu kelahiran.

c. Syarat

Menurut Hartanto (2004), kontrasepsi memenuhi syarat sebagai

berikut:

1) Aman/tidak berbahaya

2) Dapat diandalkan

3) Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah di kerjakan oleh dokter

4) Murah

5) Dapat di terima orang banyak

6) Pemakaian jangka lama ( continuation rate tinggi).

Sedangkan menurut Wiknjosastro (2005), syarat-syarat kontrasepsi:

(1) Dapat di percaya

(2) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan

(3) Daya kerjanya dapat di atur menurut kebutuhan

(4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus

(5) Tidak memerlukan motivasi terus-menerus

(6) Mudah pelaksanaannya

(7) Murah harganya sehingga dapat di jangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat

(8) Dapat di terima penggunaanya oleh pasangan yang

bersangkutan.

Sedangkan menurut Saifuddin (2006), efektifitasnya adalah

sebagai berikut:

(a) Efektifitas relatif (relative, effectiveness) dari berbagai metode

kontrasepsi yang tersedia.

(b) Efek negatif kehamilan yang tidak di inginkan pada kesehatan

dan risiko kesehatan dan risiko kesehatan potensial pada

kehamilan dengan kondisi medis tertentu.

d. Cara-cara kontrasepsi

1) Pembagian menurut jenis kelamin pemakaian:

a) Cara atau alat yang di pakai oleh suami atau pria.

b) Cara atau alat yang di pakai oleh istri atau wanita.

2) Pembagian menurut pelayanannya:

a) Cara medis dan non medis.

b) Cara klinis dan non klinis.

3) Pembagian menurut efek kerjanya:

a) Tidak mempengaruhi fertilitas.

b) Menyebabkan infertilitas temporer (sementara).

c) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap.

4) Pembagian menurut cara kerja alat kontrasepsi:

a) Menurut keadaan biologis, senggama terputus, metode

kalender, suhu badan dan lain-lain.

b) Macam-macam Barier Intra Vaginal (Hartanto, 2004):

(1) Diafragma (diaphragma)

(2) Kap Serviks (cervical cap)

(3) Spons (sponge)

(4) Kondom wanita.

c) Kontrasepsi intra uterine : IUD

d) Hormonal : Pil KB, suntikan KB, dan alat kontrasepsi

bawah kulit/AKBK.

e) Operatif : Tubektomi dan vasektomi.

5) Pembagian umum dan banyak di pakai (Hartanto, 2004):

a) Metode Sederhana

(1) Tanpa alat

(a) KB alamiah.

(b) Coitus interuptus.

(2) Dengan alat

(a) Mekanis (Barier)

1. Kondom pria

2. Barier Intra vaginal

(b) Kimiawi

1. Spermisid

b) Metode Modern

(1) Kontrasepsi hormonal

a. Peroral.

b. Injeksi/suntikan.

c. Sub kutis: Implant.

(2) Intra Uterine Devices (IUD/AKDR).

(3) Kontrasepsi Mantap.

a) Pada wanita.

1) Penyinaran.

2) Operatif, Medis Operasi Wanita.

3) Penyumbatan Tuba Fallopi secara mekanis.

4) Penyumbatan Tuba Fallopi secara kimiawi

b) Pada Pria

1. Operatif, Medis Operatif Pria

2. Penyumbatan vas deferens secara mekanis

3. Penyumbatan vas deferens secara kimiawi

Kontrasepsi Pasca persalinan Menurut Saifuddin (2006)

Pada umumnya klien pasca persalinan ingin menunda

kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin

tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode

kontrasepsi sebaiknya di berikan sewaktu asuhan antenatal maupun

pasca persalinan.

Klien pasca persalinan dianjurkan:

a. Memberikan ASI ekslusif (hanya memberikan ASI saja) kepada

bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6

bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI

diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.

b. Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.

c. Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak

mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.

Metode kontrasepsi pasca persalinan pada IUD.

Dapat dipasang langsung pasca persalinan, sewaktu seksio

sesarea, atau 48 jam pasca persalinan. Jika tidak, insersi ditunda sampai

4-6 minggu persalinan. Jika laktasi atau haid sudah dapat, insersi

dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan. Ciri-ciri khususnya tidak

ada pengaruh terhadap ASI.

5. Intra Uterine Defice (IUD)

a. Pengertian

Intra Uterine Defice (IUD) adalah suatu cara pencegahan

kehamilan dengan cara memasukkan suatu alat ke dalam rongga

rahim, sangat efektif, seversibel dan berjangka panjang (Saifuddin,

2004).

b. Macam- macam, jenis dan ukuran IUD.

Menurut Hartanto, 2004 macam-macam, jenis dan ukuran IUD

adalah sebagai berikut:

1) Un-Medicated IUD

a) Lippes Loop

(1) Di perkenalkan pada awal 1960-an, dan di anggap

sebagai IUD standar, terbuat dari polyethylene (suatu

plastic inert secara biologik) di tambah Barium sulfat.

(2) Ada 4 macam IUD Lippes Loop:

(a) Lippes Loop A: Panjang 26, 2 mm, lebar 22, 2 mm,

benang biru, satu titik pada pangkal IUD dekat

benang ekor.

(b) Lippes Loop B: Panjang 25, 2 mm, lebar 27, 4 mm,

2 benang hitam, bertitik 4.

(c) Lippes Loop C: Panjang 27, 5 mm, lebar 30, 0 mm,

2 benang kuning, bertitik 3.

(d) Lippes Loop D: 27, 5 mm, lebar 30, 0 mm, 2 benang

putih, bertitik 2.

(3) Cara Insersi : Push-Out

(4) Lippes Loop dapat di biarkan in-utero untuk selama-

lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada

keluhan dan / atau persoalan bagi akseptornya.

2) Medicated IUD

a) Copper IUD

Yang paling dikenal sampai saat ini adalah:

(1) CuT-200 = Tatum T: Panjang 36 mm, lebar 32 mm,

mengandung 200 mm² Cu (luas permukaan Cu nya).

Daya kerja tiga tahun, Cara insersi: Withdrawel

(2) CuT-200B: Seperti CuT-200, tetapi ujung bagian

bawah batang IUD berbentuk bola.

(3) CuT-200Ag: Seperti CuT-200, tetapi mengandung inti

Ag didalam tembaganya.

(4) CuT-220C: Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm²

Cu didalam tujuh selubung. 2 pada lengan dan 5 pada

batang vertikal nya. Daya kerja tiga tahun, Cara

insersi: withdrowel.

(5) CuT-380A= Para gard: Panjang 36 mm, lebar 32

mm. 314 mm² kawat Cu pada batang vertikal, 2

selubung Cu seluas masing-masing 33 mm² pada

masing-masing lengan horisontal. Daya kerja 8 tahun

(FDA: 10 tahun). Cara insersi: Withdrawel (teknik no

touch).

(6) CuT-380Ag: Seperti CuT-380A, hanya dengan

tambahan inti Ag didalam kawat Cu nya. Daya kerja:

5 tahun.

(7) CuT-380S: CuT-380 Slimline

Selubung Cu diletakkan pada ujung-ujung lengan

horizontalnya dan berada didalam plastiknya. Daya

kerja: 2,5 tahun.

(8) Nova-T= Novagard: Panjang 32 mm, lebar 32 mm,

200 mm² luas permukaaan Cu dengan inti Ag didalam

kawat Cu nya. Daya kerja 5 tahun. Cara insersi:

Withdrawel.

(9) ML-Cu-250: 220 mm² luas permukaan kawat Cu.

Benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak

berwarna. Daya kerja 3 tahun. Cara insersi:

Withdrawel.

Ada tiga bentuk ML Cu-250.

1) Standart: Panjang 35 mm, lebar 18 mm.

2) Short: Panjang 24 mm, lebar 18 mm.

3) Mini: Panjang 24 mm, lebar 13 mm.

(10) ML Cu-375: 375 mm² luas permukaan kawat Cu.

Benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak

berwarna. Daya kerja 5 tahun. Cara insersi:

Withdrawel.

1) Standart: Panjang 35 mm, lebar 18 mm.

2) Short: Panjang 29 mm, lebar 18 mm.

3) SL: Panjang 24 mm, lebar 18 mm.

(11) Cu-7: Panjang 36 mm, lebar 26 mm, mengandung

200 mm² luas permukaan Cu, mempunyai tabung

insersi diameter paling kecil di bandingkan tabung

insersi IUD lain-lainnya sehingga dapat di anjurkan

untuk nulligravid. Daya kerja 3 tahun. Cara insersi:

Withdrawel (dapat pula push-out).

(12) MPL-Cu 240 Ag: 240 mm² luas permukaan cu,

dengan inti Ag didalam kawat Cu nya. Daya kerja :

3-5 tahun. Cara insersi: Withdrawel

Ada 3 bentuk MPL-Cu 240 Ag:

Ukuran 0: Panjang 26 mm, lebar 18 mm, untuk

ukuran rahim, 7 cm atau nulligrafid.

Ukuran 1: Panjang 31 mm, lebar 23 mm, untuk

ukuran rahim 7-8 cm.

Ukuran 2: Panjang 25 mm, lebar 30, untuk ukuran

rahim 8 cm atau para – 4 atau lebih.

(13) Utering 330 Cu: Terbuat dari plastik polythylene,

dengan lebar tepi diagonal 15 mm. Kawat Cu

berdiameter 0, 4 mm dengan luas permukaan Cu lebih

dari 300 mm², melingkari sekitar batang nya dan

tanpa benang ekor. Tabung inserter berdiameter 4

mm. Daya kerja 3 tahun, Pengeluaran dengan

ekstraktor IUD

B. Kerangka Teori

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan ibu nifas dengan minat penggunaan IUD.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Crow

dan Crow (1999).

Faktor dari dalam:

- Kepercayaan diri

- Kepribadian

(harga diri)

- Nilai-nilai moral

- Perasaan

- Persepsi

Faktor dari luar:

- Jenis kelamin

- Tingkat

pengetahuan

- Tingkat

pendidikan

Minat Penggunaan

IUD

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, kerangka konsep penelitian dibuat sebagai berikut

:

D. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu nifas dengan minat penggunaan

IUD.

Pengetahuan ibu nifas

Minat Penggunaan

IUD