bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan konsep kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/bab...

23
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Kebutuhan Psikososial Manusia adalah mahluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya (Tarwoto dan Wartonah, 2011) Pasien yang dirawat karena penyakit yang mengancam kehidupan sering mengalami kecemasan, depresi, atau marah. Perawat harus mengkaji respon tersebut dan mencari pertolongan atau konseling bagi pasien. Mengatasi respon emosional yang menyertai penyakit, membantu meningkatkan kualitas hidup pasien dan kepuasan terhadap perawatan dan memberikan kenyamanan dan bantuan kepada anggota keluarga (Shubha, 2007 dalam Stuart, 2016). Kebutuhan manusia bukan hanya menyangkut fisiknya seperti makan, minum, istirahat, eliminasi, tetapi juga kebutuhan psikologis misalnya keinginan untuk rasa dihargai, dicintai, dan mencintai, serta kebutuhan untuk saling berinteraksi. Dengan demikian, manusia yang sehat adalah individu yang mampu menyelaraskan antara kebutuhan fisik atau bio dengan kebutuhan psikososial. Adanya banyak teori yang berupaya menjelaskan perilaku manusia, kesehatan, dan gangguan jiwa. Masing-masing mengajukkan bagaimana perkembangan normal terjadi berdasarkan keyakinan dan asumsi para ahli teori serta pandangan dunia. Menurut Videbeck (2015), menjelaskan delapan tahap perkembangan psikososial. Pada setiap tahap tersebut, individu harus menyelesaikan tugas kehidupan

Upload: others

Post on 30-Sep-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Kebutuhan Psikososial

Manusia adalah mahluk biopsikososial yang unik dan menerapkan

sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk

mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang

dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang

dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan

diri dan lingkungannya (Tarwoto dan Wartonah, 2011)

Pasien yang dirawat karena penyakit yang mengancam kehidupan

sering mengalami kecemasan, depresi, atau marah. Perawat harus

mengkaji respon tersebut dan mencari pertolongan atau konseling bagi

pasien. Mengatasi respon emosional yang menyertai penyakit,

membantu meningkatkan kualitas hidup pasien dan kepuasan terhadap

perawatan dan memberikan kenyamanan dan bantuan kepada anggota

keluarga (Shubha, 2007 dalam Stuart, 2016).

Kebutuhan manusia bukan hanya menyangkut fisiknya seperti

makan, minum, istirahat, eliminasi, tetapi juga kebutuhan psikologis

misalnya keinginan untuk rasa dihargai, dicintai, dan mencintai, serta

kebutuhan untuk saling berinteraksi. Dengan demikian, manusia yang

sehat adalah individu yang mampu menyelaraskan antara kebutuhan

fisik atau bio dengan kebutuhan psikososial.

Adanya banyak teori yang berupaya menjelaskan perilaku

manusia, kesehatan, dan gangguan jiwa. Masing-masing mengajukkan

bagaimana perkembangan normal terjadi berdasarkan keyakinan dan

asumsi para ahli teori serta pandangan dunia. Menurut Videbeck

(2015), menjelaskan delapan tahap perkembangan psikososial. Pada

setiap tahap tersebut, individu harus menyelesaikan tugas kehidupan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

7

yang esensial untuk kesejahteraan dan kesehatan jiwanya. Tugas ini

memungkinkan individu mencapai nilai moral kehidupan: harapan,

tujuan, kesetiaan, cinta, kepeduliaan, dan kebijaksanaan (Erik Erikson

dalam Videbeck, 2008).

2. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain di sekitarnya. Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu

atau kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki

keterlibatan kontak dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak

tersebut (Carpenito-Moyet, 2009 dalam Sutejo, 2017)

3. Etiologi

Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan

sosial, pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa

hingga ketergantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan

dibutuhkan individu dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam

kehidupan sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya

tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Maka dari itu,

hubungan interpersinal perlu dibina oleh setiap individu. Namun, hal

tersebut akan sulit dilakukan bagi individu yang memiliki gangguan isolasi

sosial (Sutejo, 2017).

Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa ditolak,

tidak diterima, kesepian, dan tidak mamp membina hubungan yang berarti

dengan orang lain (Sutejo, 2017).

4. Rentang respon hubungan sosial.

Tingkatan hubungan berada pada rentang dari keintiman ke kontak

biasa. Hubungan intim dan saling tergantung memberikan keamanan dan

menanamkan rasa percaya diri yang diperlukan untuk mengatasi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

8

tuntutan kehidupan sehari-hari. Kehilangan keintiman dengan anggota

keluarga dan teman-teman dengan memberikan pertemuan yang dangkal

akan dapat meniadakan banyak pengalaman hidup yang paling

bermakna (Keliat, 2012).

Hubungan seseorang dengan orang lain dapat dianalisis

berdasarkan pada tingkat keterlibatan, kenyamanan, dan kesejahteraan:

a. Keterhubungan menunjukkan bahwa orang tersebut secara aktif

terlibat dalam hubungan memuaskan. Keterhubungan melibatkan

kepemilikan, kebersamaan, timbal balik, dan saling ketergantungan

yang tinggi.

b. Ketidakterhubungan berhubungan dengan kurangnya keterlibatan

dan tidak memuaskan bagi orang tersebut.

c. Paralelisme adalah kurangnya keterlibatan yang nyaman dan dapat

diterima oleh individu.

d. Keterperangkapan terjadi ketika orang itu terlibat dalam hubungan

tetapi tidak dapat mempertahankan keunikan perasaan diri dan

batasan ego.

5. Respons Adaptif dan Maladaptif

Dalam hubungan antara manusia biasanya mengembangkan

keseimbangan perilaku dependen dan independen, yang digambarkan

sebagai saling ketergantungan. Seseorang yang interdependen dapat

memutuskan kapan untuk bergantung pada orang lain dan kapan harus

mandiri. Seseorang yang interdependen dapat membiarkan orang lain

tergantung atau mandiri tanpa perlu mengontrol perilaku orang tersebut.

Semua orang bertanggung jawab untuk mengendalikan perilaku

mereka sendiri saat menerima dukungan dan bantuan dari orang yang

berarti dan diperlukan. Respons sosial adaptif mencakup kemampuan

untuk mentoleransi kesendirian dan ekspresi otonomi, kebersamaan, dan

saling ketergantungan. Membangun ikatan afektif yang kuat dengan orang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

9

lain sangat penting untuk pengembangan kepribadian yang matang

(Stuart, 2016).

Perilaku hubungan interpersonal dapat diwakili pada rangkaian

rentang dari interaksi interdependen yang sehat sampai kondisi di mana

mereka tidak terlibat dalam kontak nyata dengan orang lain. Pada titik

tengah kontinum, seseorang mengalami kesepian, penarikan, dan

ketergantungan. Akhir kontinum maladaptif meliputi perilaku manipulasi,

impulsif , dan narsisme. Seseorang dengan rentang ini sering memiliki

riwayat masalah hubungan dalam keluarga, ditempat kerja, dan arena

sosial (Keliat, 2016).

RENTANG RESPONS SOSIAL

Respons adaptif Respons maladaptif

Menyendiri Kesendirian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narsisme

Keadaan saling tergantung

Gambar 2.1

Rentang Respons Sosial (Stuart, 2016)

Stuart (2016), respon individu menyelesaikan suatu hal dengan cara yang

dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respon ini meliputi:

a. Menyendiri (Solitude)

Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan

apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara

mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude

umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.

b. Otonomi

Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

10

c. Kebersamaan (Mutualisme)

Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal

dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

d. Saling ketergantungan (intedependen)Intedependen merupakan kondisi

saling ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam

membina hubungan interpersonal.

e. Kesepian

Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing

dari lingkungannya.

f. Isolasi sosial

Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan

dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

g. Ketergantungan (Dependen)

Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa

percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada

gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlukan sebagai

objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan

individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan

pada orang lain.

Stuart (2016), respon maladaptif adalah respon individu dalam

menyelesaikan masalah dengan cara yang bertentangan dengan norma

agama dan masyarakat.

Respon maladaptif tersebut antara lain:

a. Manipulasi

Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu

yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak

dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

b. Impulsif

Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak

mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian

yang buruk.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

11

c. Narsisme

Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus

menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap

egosentrik, pencemburu, arah jika orang lain tidak mendukung.

6. Perkembangan hubungan sepanjang siklus hidup

Kepribadian dibentuk oleh aspek biologi dan pembelajaran sosial.

Benih kepribadian adalah temperamen, yang merupakan seperangkat

disposisi biologis keturunan, hampir jelas sejak lahir. Temperamen

memengaruhi suasana hati dan tingkat aktivitas, rentang perhatian, dan

responsif terhadap rangsangan (Stuart, 2016).

a. Masa bayi

Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan bayi tidak merasakan

pemisahan fisik antara diri dan ibu. Meskipun pembedaan fisik dimulai

sekitar 3 bulan, perbedaan psikologis tidak dimulai sampai 18 bulan.

Periode antara 3 dan 18 bulan adalah tahap simbiosis perkembangan.

Bayi benar-benar tergantung pada orang lain.

Kepercayaan berkembang sebagai kebutuhan yang harus terpenuhi

secara konsisten dan terduga. Bayi berada di lingkungan yang

mencintai, memelihara, dan menerima tanpa syarat. Perasaan harga diri

yang positif dihasilkan dari ketergantungan lengkap bayi di lingkungan

yang baik dan penuh kasih. Hal ini menciptakan kapasitas untuk

pemahaman empatik dalam hubungan masa depan (Stuart, 2016).

b. Pra sekolah

Periode antara 18 bulan sampai 3 tahun adalah tahap

perkembangan pemisahan-individualisasi. Pemisahan mencakup semua

pengalaman dan peristiwa yang mempromosikan rasa yang terpisah dan

unik. Individualisasi adalah pengembangan struktur psikologis internal

anak dan tumbuh rasa keterpisahan, keutuhan, dan kemampuan.

Pada tahap perkembangan ini anak-anak berusaha jauh dari ibu

untuk mengeksplorasi lingkungan dan mengembangkan rasa keteguhan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

12

objek. Tahap ini berarti anak mengetahui bahwa seseorang atau objek

yang berharga terus ada bahkan ketika tidak dapat dilihat. Permainan

seperti “ciluk ba” mengajarkan keteguhan objek. Anak mencari

jaminan, dukungan, dan dorongan orang tua. Jika respons positif dan

memperkuat, maka akan membantu membangun rasa keutuhan diri dan

kapasitas untuk pertumbuhan interpersonal (Stuart, 2016).

c. Usia anak

Perkembangan moral dan perasaan empati terjadi antara usia 6

sampai 10 tahun. Selama masa ini lingkungan yang mendukung akan

mendorong pertumbuhan rasa perkembangan positif, dan konsep diri

yang adaptif. Konflik terjadi saat orang dewasa menetapkan batas

perilaku, yang sering mengecewakan upaya anak menuju kemandirian.

Namun, kasih sayang, konsisten mengatur batas, mengkomunikasikan

kepedulian dan membantu anak mengembangkan saling

ketergantungan.

Anak yang lebih besar mengadopsi orang tua sebagai panduan

berperilaku, dan sistem nilai mulai muncul. Di sekolah anak mulai

belajar kerjasama, persaingan, dan kompromi. Pergaulan sebaya dan

persetujuan orang dewasa dari luar keluarga, seperti guru, tokoh

masyarakat, dan orang tua teman-teman, menjadi penting (Stuart,

2016).

d. Pra remaja

Pada usia pra remaja, biasanya anak terlibat hubungan intim

dengan seorang teman dengan jenis kelamin yang sama sebagai seorang

sahabat. Hubungan ini melibatkan berbagi. Kesempatan lain memberi

kesempatan untuk memperjelas nilai-nilai dan mengenali perbedaan

seseorang. Biasanya hubungan yang sangat saling tergantung, dan

sering tidak termasuk orang lain (Stuart, 2016).

e. Masa remaja

Sebagai remaja yang berkembang, ketergantungan pada teman

dekat dari jenis kelamin yang sama sering disertai dengan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

13

ketergantungan hubungan heteroseksual. Sementara orang-orang muda

yang terlibat dalam hubungan ini tergantung dengan rekan-rekan,

mereka menyatakan kemerdekaan dari orang tua mereka. Teman saling

mendukung dalam perjuangan ini. Orang tua dapat membantu remaja

tumbuh dengan menyediakan batas yang konsisten. Langkah lain

menuju kematangan dalam saling ketergantungan didapatkan saat

seseorang belajar untuk menyeimbangkan tuntutan orang tua dan

tekanan kelompok sebaya (Stuart, 2016).

f. Masa dewasa muda

Masa remaja berakhir ketika seseorang mandiri dan memelihara

hubungan saling tergantung dengan orang tua dan teman sebaya.

Keputusan dilakukan secara mandiri, sementara saran dan pendapat

orang lain dapat diambil dan diperhitungkan. Seseorang pada masa ini

mungkin menikah dan memulai sebuah keluarga baru. Rencana kerja

dibuat, dan karir dimulai.

Seorang dewasa yang matang menunjukkan kesadaran diri dengan

menyeimbangkan perilaku dependen dan independen. Yang lain boleh

tergantung atau mandiri sesuai dengan kondisi. Menjadi sensitif,

,menerima perasaan serta kebutuhan diri sendiri dan orang lain sangat

penting untuk tingkat kematangan fungsi. Hubungan interpersonal

ditandai dengan kerjasama (Stuart, 2016).

g. Masa dewasa tengah

Menjadi orang tua dan persahabatan dewasa menguji kemampuan

seseorang untuk mendorong kemandirian diri dari orang lain. Anak-

anak secara bertahap terpisah dari orang tua, dan teman-teman bisa

menjauh atau terpisah. Seorang dewasa yang matang harus mandiri dan

mencari dukungan baru (Stuart, 2016).

h. Akhir masa dewasa

Perubahan terus terjadi selama akhir dewasa. Kehilangan terjadi,

seperti perubahan fisik berupa penuaan, kematian orang tua, kehilangan

pekerjaan melalui pensiun, dan kemudian kematian teman-teman dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

14

pasangan. Teman lama dan kerabat tidak bisa diganti, tapi hubungan

baru dapat dikembangkan. Cucu dapat menjadi penting bagi kakek,

yang mungkin menyenangkan dalam menghabiskan waktu bersama

mereka. Penuaan seseorang juga dapat menemukan rasa keterkaitan

dengan masyarakat secara keseluruhan. Hidup memiliki makna yang

lebih dalam sebagai salah satu ulasan prestasi pribadi dan kontribusi.

Orang tua yang matang dapat menerima peningkatan

ketergantungan yang diperlukan tetapi juga berusaha untuk

mempertahankan sebanyak mungkin kemandirian. Bahkan kehilangan

kesehatan fisik tidak selalu memaksa orang untuk tergantung pada

orang lain. Kemampuan untuk mempertahankan kematangan hubungan

sepanjang hidup dapat meningkatkan harga diri seseorang.

Kegagalan pada masa ini dapat menyebabkan individu merasa tidak

berguna, tidak dihargai dan hal ini dapat menyebabkan individu

menarik diri dan rendah diri (Stuart, 2016).

7. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial

Tanda dan gejala pada pasien dengan masalah isolasi sosial menurut

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017), dibagi menjadi dua,

yaitu objektif dan subyektif:

a. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif

a) Merasa ingin sendiri

b) Merasa tidak aman di tempat umum

2) Objektif

a) Menarik diri

b) Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau

lingkungan.

b. Gejala dan Tanda Minor

1) Subjektif

a) Merasa berbeda dengan orang lain

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

15

b) Merasa asyik dengan pikiran sendiri

c) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas

2) Objektif

a) Afek datar

b) Afek sedih

c) Riwayat ditolak

d) Menunjukkan permusuhan

e) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain

f) Kondisi difabel

g) Tindakan tidak berarti

h) Tidak ada kontak mata

i) Perkembangan terhambat

j) Tidak bergairah/lesu.

c. Kondisi Klinis Terkait

1) Penyakit Alzheimer

2) AIDS

3) Tuberkolosis

4) Kondisi yang menyebabkan gangguan mobilisasi

5) Gangguan psikiatrik (Depresi mayor dan skizofrenia).

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi penyebab isolasi soasial meliputi faktor

perkembangan, faktor biologis, dan faktor sosiokultural (Damaiyanti

dan Iskandar 2012).

1) Faktor Perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui

individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini

tidak da[at terpenuhi, akan menghambat masa perkembangan

selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

16

pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang

lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan

dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman

yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya. Rasa

ketidakpercayan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku

curiga pada orang lain maupun lingkungan dikemudian hari.

Komunikasi yang sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak

merasa diperlakukan sebagai objek.

2) Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Insiden tertinggi skizofrenia, misalnya, ditemukan pada keluarga

dengan riwayat anggota keluarga yang menderita

skizofrenia.insiden skizofrenia, misalnya, ditemukan pada kelurga

dengan riwayat anggota keluarga yang menderita skizofrenia.

Selain itu, kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran

ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan

struktur limbic, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

3) Faktor Psikologis

Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.

Intensitas kesemasan yang ekstrim dan memanjang disetrai

terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah

diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan

berhubungan (menarik diri).

4) Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan

faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga

disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh

satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari

lingkungan sosial. Selain itu, norma yang tidak mendukung

pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

17

masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan

berpenyakit kronik juga turut menjadi faktor predisposisi isolasi

sosial.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Damaiyanti dan iskandar (2012), Stressor prespitasi

terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal

maupun eksternal, meliputi:

1) Stresor Sosial Budaya

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan

terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian,

berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada

usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit,

atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

2) Stresor Biokimia

a) Teori Dopamin; Kelebihan dopamine pada mesokortikal dan

mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi

terjadinya skrizofrenia.

b) Menurut MAO (Mono Amino Oksidasi), didalam darah akan

meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu

kegiatan MAO (Mono Amino Oksidasi), adalah sebagai enzim

yang menurunkan dopamin, maka menurunnya (Mono Amino

Oksidasi), juga dapat merupakan indikasi terjadinya

skrizofenia.

c) Faktor endokin; jumlah FSH (hormon pentimulasi folikel),

dan LH (hormon luteinizing), yang rendah ditemukan pada

klien skrizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami

penurunan karena dihambat.

c. Sumber Koping

Sumber koping meliputi, kemampuan personal, dukungan

sosial, aset materi dan keyakinan . kemampuan personal yang

harus dimiliki yaitu, mampu berinteraksi dengan orang lain,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

18

mampu memulai pembicaraan. Dukungan sosial dapat di dapat dari

sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang

penyakit, ketersediaan keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga,

dan kemampuan untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan,

memengaruhi jalannya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi

(Stuart, 2016).

d. Mekanisme Koping

1) Konstruktif

Mekanisme di gunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas

yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Mekanisme kopimg yang sering digunakan adalah proyeksi,

splitting (memisah), dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan

yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi

kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Seplitting merupakan

kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya menilai baik

buruk. Sementara itu, isolasi merupakan prilaku mengasingkan diri

dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo 2017).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa

Menurut Damaiyanti (2012) adapun diagnosa keperawatan pasien yang

muncul pada pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut:

1) Isolasi sosial

b. Masalah Keperawatan

1) Risiko gangguan persepsi sensori: Halusinasi

2) Isolasi Sosial

3) Harga Diri Rendah Kronik

c. Pohon Masalah

Pohon masalah dibuat berdasarkan masalah keperawatan isolasi

sosial, terdapat pada gambar 2.2 (Sutejo, 2017).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

19

Gambar 2.2 Pohon Masalah Isolasi Sosial

3. Rencana tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial

Rencana tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial adalah

suatu bentuk susunanan perencanaan tindakan keperawatan untuk

mengatasi pasien dengan isolasi sosial. Salah satu Tindakan asuhan

keperawatan diantaranya terdapat strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan dan terapi aktivitas kelompok Tindakan-tindakan ini dapat

ditujukan pada tindakan keperawatan untuk individu, tindakan

keperawatan untuk keluarga dan tindakan keperawatan untuk kelompok.

Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada

setiap pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai

pasien dan keluarga mampu mengatasi isolasi sosial (Sulastri, 2017).

Rencana tindakan keperawatan isolasi sosial mengacu pada Matrik

strategi pelaksanaan keperawatan.

a. Tujuan umum dan tujuan khusus Strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan untuk individu yaitu meliputi: pada pasien dengan

isolasi sosial terdapat 4 strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.

1) TUM: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Halusinasi

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

kronis

Risiko perilaku kekerasan

Defisit perawatan Diri

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

20

2) TUK: Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk individu pada

pasien dengan isolasi sosial terdapat 4 strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan.

1) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 1) untuk individu

yaitu pengkajian isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap

antara pasien dan keluarga.

2) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 2) untuk individu

yaitu melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan

2 orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan

harian

3) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 3) untuk individu

yaitu melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan

4-5 orang), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan

harian baru.

4) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP 4) untuk individu

yaitu mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara

berbicara saat melakukan kegiatan sosial.

c. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk keluarga pasien

dengan isolasi sosial terdapat 4 strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan:

1) Mengenal masalah dalam merawat pasien isolasi sosial,

berkenalan dan berkomunikasi saat melakukan kegiatan harian.

2) Latihan merawat: melibatkan pasien dalam kegiatan rumah tangga

sekaligus melatih bicara pada kegiatan tersebut.

3) Melatih cara merawat dengan melatih berkomunikasi saat

melakukan kegiatan sosial.

4) Melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow

up pasien isolasi sosial.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

21

4. Implementasi

Proses implementasi adalah melaksanakan rencana tindakan yang

sudah disusun dan disesuaikan dengan kondisi pasien saat itu.

Pelaksanaan tindakan keperawatan bisa lebih dari apa yang telah

direncanakan atau lebih sedikit dari apa yang sudah direncanakan bahkan

mampu memodifikasi dari perencanaan yang telah disesuaikan dengan

kebutuhan pasien pada saat asuhan keperawatan diberikan.

Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa

menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah

penyakit meningkat, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik

dan mental (Damaiyanti, 2012).

5. Evaluasi

Pada evaluasi perawat mengevaluasi respon pasien berdasarkan

kemampuan yang sudah diajarkan pada pasien, berupa evaluasi yang

dapat dilakukan untuk menilai respon verbal dan non verbal yang dapat

diobservasi oleh perawat berdasarkan respon yang ditunjukkan oleh

pasien.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP:

S : Respon subyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O : Respon obyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif atau muncul untuk

menyimpulkan apakah masalah baru atau ada data yang kontradiksi

dengan masalah yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon

pasien. Latihan kemampuan yang sudah diajarkan untuk mengontrol

perilaku isolasi sosial.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

22

6. Dokumentasi

Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat

seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosa

keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan

mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis, valid

dan dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum (Damaiyanti,

2012).

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut

Melinda Hermann (2008) dalam Yosep (2009), mendefinisikan

skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi

pasien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku sosialnya. Skizofrenia

adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan

timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan prilaku yang aneh dan

terganggu (Stuart, 2013).

2. Jenis-jenis Skizofrenia

Maramis, Willy F (2009) membagikan skizofrenia menjadi beberapa

jenis. Penderita digolongkan kedalam salah satu jenis menurut gejala

utama yang terdapat padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-

golongan ini tidak jelas, gejala-gejala dapat berganti-ganti atau mungkin

seorang penderita tidak dapat digolongkan kedalam salah satu jenis.

Pembagian adalah sebagai berikut:

a. Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain

dalam jalannya penyakit. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering

lama kelamaan menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplex, atau

gejala-gejala hebefrenik dan katatonik bercampuran. Tidak demikian

halnya dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

23

Gejala-gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai dengan

waham-waham sekunder dan halusinasi. Baru dengan pemeriksaan

yang teliti ternyata ada juga gangguan proses berpikir, gangguan afek,

emosi dan kemauan.

Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun.

Permulaannya mungkin sub akut, tetapi mungkin juga akut.

Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan

skizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak,

dan kurang percaya pada orang lain.

b. Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada

masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah

gangguan proses berpikir, gangguan kemauan, gangguan psikomotor

seperti perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia

hebefrenik. Waham dan halusinasi banyak sekali.

c. Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya

akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi

gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

1) Muka tanpa mimik.

2) Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang

lama, beberapa hari, bahkan kadang sampai beberapa bulan.

3) Bila diganti posisinya penderita menderita

4) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul

didalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.

d. Skizorenia Simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada

jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.

Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan

halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan

sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

24

memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan.

Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan

akhirnya menjadi penganggur. Bila tidak ada orang yang

menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis atau penjahat.

e. Skizofrenia Residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat

sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala

berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif

terdiri dari keterlambatan psikomotor, penurunan aktifitas, pasif dan

tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspersi non verbal

menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

3. Penyebab Skizofrenia

Menurut Maramis, Willy F (2009) penyebab skizofrenia terdiri atas

Genetik, neurokimia, hipotesis perkembangan saraf .

a. Genetik

Dapat dipastikan bahwa ada faktor ada faktor genetik yang turut

menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan

penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia. Tetapi

pengaruh genetik tidak sesederhana hukum mendel. Diperkirakan

bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia

melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga

lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu

apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.

b. Neurokimia: Hipotesis dopamin

Menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh overaktivitas pada

jaras dopamin mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa

amfetamin, yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamin, dapat

menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia; obat antipsikotik

(terutama antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik

tipikal/klasik) bekerja dengan mengeblok reseptor dopamin.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

25

c. Hipotesis perkembangan saraf

Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan

abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia, antara

lain berupa berat otak yang rata-rata lebih kecil daripada otak normal,

pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme

didaerah frontal dan temporal, dan kelainan susunan seluler pada

struktur saraf dibeberapa daerah kortex dan subkortex tanpa adanya

gliosis yang menandakan kelainan tersebut terjadi pada saat

perkembangan.

Semua bukti tersebut melahirkan hipotesis perkembangan saraf

yang menyatakan bahwa perubahan patologis gangguan ini terjadi

pada awal kehidupan, mungkin sekali akibat pengaruh genetik, dan

kemudian dimodifikasi oleh faktor maturasi dan lingkungan.

4. Tanda Gejala Skizofrenia

Menurut Yosep (2009), secara general tanda gejala serangan

skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu:

a. Tanda gejala positif

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak

tidak mampu menginterprestasikan dan merespons pesan atau

rangsangan yang datang. Pasien skizofrenia kemungkinan

mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak

ada atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya.

Auditory hallucination gejala yang biasanya timbul yaitu pasien

merasakan ada suara dari dalam dirinya.

Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam

menginterprestasikan suatu yang kadang berlawanan dengan

kenyataan. Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi seorang

paranoid. Mereka merasa selalu sedang diamati, diintai atau hendak

diserang.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

26

Kegagalan berfikir mengarah kepada masalah dimana pasien

skizofrenia tidak mampu memperoses dan mengatur pikirannya.

Pasien skizofrenia tidak mampu mengatuk pikirannya sehingga

membuat mereka berbicara sendiri dan tidak bisa ditamgkap secara

logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan

ketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan.

Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami

siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu

manusia dia juga tidak bisa mengerti kenaapa dia lahir, dimanan dia

berada, dan sebagainya.

b. Tanda gejala negatif

Pasien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti

kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat pasien

menjadi orang yang malas. Perasan yang tumpul membuat emosi

pasien skizofrenia menjadi datar. Pasien skizofrenia tidak memiliki

ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya. Tapi ini

tidak berarti bahwa pasien skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan

apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian

orang lai, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.

Perasaan depresi adalah suatu yang sangat menyakitkan mereka,

tidak merasa memiliki prilaku yang menyimpang, tidak bisa

membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal

cinta. Di samping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi

andil dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan menyebabkan

pasien menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman

bila sendirian.

5. Penatalaksanaan Skizofrenia

a. Farmakologi

Menurut Videbeck (2009) terapi medis utama untuk skizofrenia

ialah psikofarmakologi. Antipsikotik yang juga dikenal sebagai

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

27

neuroleptik, diprogramkan terutama karena keefektifannya dalam

mengurangi gejala psikotik. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan

skizofrenia, tetapi digunakan untuk mengatasi gejala penyakit

tersebut. Antipsikotik tipikal mengatsi tanda-tannda positif

skizofrenia, seperti waham, halusinasi, gangguan pikir, gejala psikotik

lainnya, tetapi tidak memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda

negatif. Antipsikotik tipikaal tidak hanya mengurangi tanda-tanda

negatif tetapi untuk banyak pasien, obat-obatan ini juga mengurangi

tanda-tanda negatif seperti tidak memiliki kemauan dan motivasi,

menarik diri dari masyarakat (Littrel & Littrel, 1998 dalam Videbeck,

2009).

Antipsikotik juga tersedia dalam bentuk injeksi dengan pot untuk

terapi rumatan, flufenazim dalam sedian dekanoat dan enantat dan

haloperidol (haldol) dekanoat ( Spratto & woods, 2000 dalam

Videbeck, 2009). Efek obat-obatan ini berlangsung dua sampai empat

minggu sehingga antipsikotik tidak perlu diberikan tiap hari. Terapi

oral dengan obat-obatan ini untuk mencapai kadar dosis yang stabil

memerlukan waktu beberapa minggu sebelum menggantinya dengan

injeksi. Dengan demikian, sedian ini tidak cocok untuk mengatasi

episode akut psikosis, akan tetapi sedian ini akan bermanfaat untuk

pasien yang perlu di awasi kepatuhan minum obat dalam jangka

panjang (Videbeck, 2009).

b. Non-farmakologi

Selain terapi farmakologi ada juga terapi non-farmakologis

banyak metotede terapi yang dapat bermanfaat bagi penderita

skizofrenia yaitu terapi kelompok dan individu, terapi lingkungan dan

terapi keluarga dapat dilaksanakan pada pasien di lingkungan rawat

inap maupun lingkungan masyarakat. Berikut penjelasannya.

1) Sesi terapi kelompok dengan individu sering kali bersifat suportif,

dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk kontak sosial

dan mmenjalin hubungan yang berbakna dengan orang lain.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/354/3/BAB II.pdfpenurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

28

Kelompok yang berfokus pada topik masalah seperti

penatalaksanaan pengobatan, penggunaan dukungan masyarakat,

dan masalah keluarga juga bermanfaat bagi pasien penderita

skizofrenia (Fenton & Cole, 1995 dalam Videbeck, 2009).

2) Lingkungan yang terstruktur tersebut dapat menyediakan

kelompok aktivitas, sumber-sumber untuk menyelesaikan konflik,

dan kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru. Perawat

juga dapat menggunakan musik dan menggambar untuk

mengurangi prilaku pasien menarik diri dari masyarakat,

mengurangi ansietas, dan meningkatkan motivasi dan lebih

percaya diri (Videbeck, 2009).

3) Penyuluhan dan terapi keluarga diketahui mengurangi efek negatif

skizofrenia sehingga mengurangi angaka relaps (McFarlane, 1995

dalam Videbeck, 2009). Selain itu, anggota keluarga dapat

memperoleh manfaat dari lingkungan suportif yang membantu

mereka melakukan koping terhadap banyak kesulitan yang terjadi

ketika seseorang yang dicintai menderita skizofrenia (Videbeck,

2009).