bab ii tinjauan pustaka a. status gizi 1....

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Gibson (1990), status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan juga perwujudan manfaatnya. Hadi (2005), status gizi adalah merupakan suatu ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture yang dibutuhkan individu dalam suatu variable. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk. 2002). Menurut Supariasa dkk (2002), menyatakan gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (FKM UI, 2007). Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah dengan melalui pengukuran status gizi balita (Supariasa,2004) dalam (Purwanti, 2009). 7

Upload: vuongduong

Post on 06-Sep-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Menurut Gibson (1990), status gizi adalah keadaan tubuh yang

merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke

dalam tubuh dan juga perwujudan manfaatnya. Hadi (2005), status gizi

adalah merupakan suatu ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture yang

dibutuhkan individu dalam suatu variable. Status gizi adalah ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan

dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk. 2002).

Menurut Supariasa dkk (2002), menyatakan gizi adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui

proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta

menghasilkan energi.

Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor

resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada

seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap

kemampuan dalam proses pemulihan (FKM UI, 2007).

Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur

yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu

indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah

dengan melalui pengukuran status gizi balita (Supariasa,2004) dalam

(Purwanti, 2009).

7

8

Bayi umur 0 – 4 bulan yang cukup mengkonsumsi hanya Air Susu

Ibu (ASI) saja. Bagi bayi berumur 0 – 4 bulan, ASI merupakan satu-

satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang

dirinya secara wajar dan sehat (Dinkes, 2002)

Sejak dari masa janin, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia (lanjut

usia), manusia membutuhkan zat-zat yang berguna untuk membantu

fungsi semua organ agar dapat berjalan dengan baik, apakah zat itu

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, garam mineral dan air. Karbohidrat,

protein, dan lemak dibutuhkan sebagai sumber tenaga atau energi untuk

bekerja. Kalori yang dihasilkan untuk setiap 1 gram karbohidrat adalah

sebesar 4 gramkalori, sedang 1 gram protein menghasilkan 4 gramkalori

dan untuk setiap 1 gram lemak dapat menghasilkan kalori sebesar 9 gram

kalori. Vitamin dan mineral dibutuhkan sebagai pengatur tubuh dengan

jalan memperlancar proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan

syaraf, vitalitas jaringan dan menunjang fungsi-fungsi tertentu. Selain itu,

di dalam proses-proses tersebut juga dibutuhkan air dan oksigen dari

udara. Peranan air sangat penting sebagai medium atau pelarut dari getah-

getah tubuh, peredaran darah dan proses proses dalam tubuh lainnya

(Linda, 2003).

Terjadinya gizi buruk pada anak bukan saja disebabkan oleh

rendahnya intake makanan terhadap kebutuhan makanan anak, tetapi

kebanyakan orangtua tidak tahu melakukan penilaian status gizi pada

anaknya, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa anak

harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap

harinya (Ali, 2006).

9

2. Penilaian Status Gizi

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu, antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa

dkk, 2002).

1) Antropometri

Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam

pengnukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara

lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak

di bawah kulit (Supariasa, dkk. 2002).

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi (Supariasa, dkk. 2002).

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yag digunakan

antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot (Supariasa, dkk. 2002).

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)

dan melihat perubahan struktur dan jaringan (Supariasa, dkk.

2002).

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi

tiga penilaian yaitu, survei konsumsi makanan, statistik vital dan

faktor ekologi (Supariasa dkk, 2002:20).

10

1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi (Supariasa dkk, 2002:20).

2) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi

(Supariasa, dkk. 2002).

3) Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,

biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi

dan lain-lain (Supariasa dkk, 2002:21).

3. Klasifikasi Status Gizi

Untuk mengetahui klasifikasi status gizi diperlukan ada batasan-

batasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan setiap negara relatif

berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di negara

tersebut, berdasarkan hasil penelitian empiris dan keadaan klinis.

a. Klasifikasi Gomez (1956)

Baku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan Harvard.

Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U).

Sebagai baku patokan digunakan persentil 50 (Supariasa, dkk. 2002).

11

Tabel 2.1 Klasifikasi KEP Menurut Gomez

Kategori (Derajat KEP) BB/U ( % )

0 = Normal Lebih dari 90 %

1 = Ringan 89 – 75 %

2 = Sedang 74 – 60 %

3 = Berat < 60 %

b. Klasifikasi Jelliffe

Indeks yang digunakan oleh Jellife adalah berat badan menurut umur

(Supariasa, dkk. 2002).

Tabel 2.2 Klasifikasi KEP Menurut Jelliffe

Kategori BB/U ( % Baku )

KEP I 90 – 80

KEP II 80 – 70

KEP III 70 – 60

KEP IV < 60

c. Klasifikasi Menurut Depkes RI (1999)

Buku petunjuk teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun

1999 klasifikasi status gizi dibagi menjadi 5 yaitu, Gizi lebih, gizi baik,

gizi sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Indeks yang digunakan adalah

berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, dkk. 2002).

Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Depkes RI

Kategori Cut of point (Laki-laki dan perempuan sama)

Gizi Lebih >120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi Baik 80 % - 120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi Sedang 70 % - 79,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi Kurang 60 % - 69,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi Buruk < 60 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

12

d. Klasifikasi Cara WHO

Indeks yang digunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standard

yang digunakan adalah NCHS (National Centre For Health Statistics,

USA) (Supariasa, dkk. 2002).

Tabel 2.4 Klasifikasi Menurut Cara WHO

BB/TB BB/U TB/U Status Gizi

Normal Rendah Rendah Baik, Pernah Kurang gizi

Normal Normal Normal Baik

Normal Tinggi Tinggi Jangkung, Masih Baik

Rendah Rendah Tinggi Buruk

Rendah Rendah Normal Buruk, Kurang

Rendah Normal Tinggi Kurang

Tinggi Tinggi Rendah Lebih, Obesitas

Tinggi Tinggi Normal Lebih, Tidak Obesitas

Tinggi Normal Rendah Lebih Pernah Kurang

4. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi

menjadi dua yaitu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang

meliputi status gizi kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh.

Status kesehatn berkaitan dengan adanya hambatan reaksi imunologis dan

berhubungan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi,

seperti kwarshiokor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang

sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan

makanan melalui muntah-muntah dan diare. Faktor umur sangat penting

dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan

menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran

tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak

disertai dengan penentuan umur yang tepat. Faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi status gizi yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak

13

itu sendiri, yang meliputi pengetahuan ibu dan faktor ekonomi (Santoso,

2004).

Departemen Kesehatan RI, pada tahun 2007 ada 18,4 Persen anak

balita yang kekurangan gizi, terdiri dari gizi kurang 13,0 persen dan gizi

buruk 5,4 persen.

Fenomena kurang gizi sendiri disebabkan oleh kombinasi berbagai

faktor, mulai dari kemiskinan, kondisi lingkungan, buruknya layanan

kesehatan, dan kurangnya pemahaman mengenai gizi. Diusia sekolah,

anak-anak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berfikir cerdas

karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal.

Permasalahan gizi menurut Supariasa (2002) menyebutkan bahwa

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan gizi, yaitu :

a. Faktor penyebab langsung dari masalah gizi

1) Asupan makan

Apabila ketidak cukupan zat besi terlalu lama maka persediaan

atau jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidak cukupan itu.

Apabila jika ini berlangsung lama maka terjadi penurunan berat

badan. Terjadinya perubahan yang dapat di deteksi dengan

pemeriksaan laboratorium. Terjadinya perubahan fungsi yang

ditandai dengan tanda yang khas, terjadi perubahan anatomi yang

bisa dilihat dari munculnya tanda yang klasik (Supariyasa, 2002)

2) Penyakit infeksi/status kesehatan

Proses riwayat alamiyah oleh karena penyakit yang diterapkan

pada masalah gizi melalui berbagai tahap yaitu diawali dengan

terjadinya interaksi antara penjamu, sumber penyakit dan

lingkungan. Ketidak seimbangan faktorini, misalnya ketidak

cukupan zat gizi maka, simpanan zat gizi akan berkurang dan lama

kelamaan simpanan akan menjadi habis. Apabila keadaan ini

dibiarkan maka akan terjadi perubahan faali dan metabolis dan

akhirnya akan memasuki ambang klinis. Proses itu menyebabkan

terjadinya penyakit. Tingkat kesakitannya dimulai dari sakit ringan

14

sampai dengan sakit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada 4

kemungkinan yaitu, mati, sakit kronis, cacat dan sembuh apabila

ditanggulangi intensif.(Suparyasa, 2002)

b. Faktor tidak langsung penyebab masalah gizi

1) Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam

penyediaan pangan yang baik untuk mencapai keadaan gizi yang baik

pula. Pengetahuan gizi didukung oleh pendidikan gizi yang cukup.

Pentingnya pengethuan gizi didasarkan pada kenyataan yaitu :

1. Tingkat pengetahuan gizi sangat penting peranannya dalam usaha

peningkatan status gizi.

2. Setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakan cukup

untuk pertumbuhan pemeliharaan dan energi tubuh.

3. Ilmu gizi yang dipelajari dapat meningkatkan pengetahuan gizi

seseorang dimana ilmu gizi tersebut dapat memberikan fakta-

fakta yang perlu sehingga dapat menggunakan pangan dengan

baik bagi perbaikan gizi.

Kurang pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan

nilai pangan dalah umum dijumpai disetiap negara didunia. Penyebab penting

dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan

kemampuan untuk menerapkan informasi-informasi tersebut dalam kehidupan

sehari-hari (Depkes, 2004).

Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis makanan tertentu

sanagat berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan, pada kenyataan sehari-

hari sering dijumpai anak yang kurang mempunyai selera makan (Suharjo,

1989).

15

2). Pendidikan gizi

Pendidkan adalah suatu alat yang dapat dipakai untuk memperbaiki

dirinya dalm melangsungkan kehidupan masyarakat. Semakin tinggi

pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula tingkat poengetahuan

akan kesehatan dan gizi keluarganya sehingga mempengaruhi kualitas

dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarganya.

3). Pekerjaan

Status pekerjaan ibu digunakan untuk mengetahui penggunaan

waktu sehari-hari ibu balita, karena mengetahui status pekerjaan (ibu

bekerja atau tidak) akan dapat dijadiakan sebagai latar belakang

penelitian perilaku dan sikap ibu tersebut(Suharjo, 1989)

4). Ketersediaan pangan

Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi

merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Keterbatasan

apapun yang diakibatkan kemiskinan dan kekurangan pangan kecuali

dlam keadaan tertentu, penggunaan yang lebih baik dari pangan yang

tersedia dapat dilakukan penduduk yang memehami penggunaanya

untuk membantu peningkatan status gizi, sehingga membantu

penduduk untuk balajar cara menanam, menyimpan dan menggunakan

pangan untuk memperbaiki konsumsi makanan (Suharjo,1999).

5) Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya

air bersih dan sarana pelayanan kesehtan dasar yang terjangkau oleh

setiap keluarga yang membutuhkan pelayanan kesehatan adalah akses

atau keterjangkauan anak dan keluarga tahap upaya pencegahan

penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti : pemeriksaan

kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, imunisasi

penyuluhan kesehatan, serta sarana kesehatan yang baik seperti

posyandu, puskesmas, bidan, dan dokter rumah sakit serta air bersih (

Depkes RI, 2000).

16

5. Gizi Balita

a. Pengertian

Zat gizi (nutriens) adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh

tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,

membagun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses

kehidupan (Almatsier, 2001). Berbagai fungsi dari zat gizi antara lain

sebagai sumber energi atau tenaga, untuk menyokong pertumbuhan

badan yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah ada, memelihara

jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan

dalam cairan tubuh dan berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh

sebagai anti oksidan dan anti bodi (Sediaoetama,1999).

b. Zat Gizi

1) Karbohidrat

Karbohidrat memegang peran penting dalam alam karena

merupakan sumber energi utama bagi manusia dan organik yang

mempunyai molekul yang berbeda-beda. Meski terdapat

persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya.

Karbohidrat yang penting bagi gizi adalah polisakarida

(tepung), disakarida sukrosa dan laktosa, dan monosakarida

glukosa dan fruktosa. Serat dalam makanan (dietary fiber) terdiri

dari karbohidrat yang tidak dapat diserap. Serealia, sayur mayur,

buah-buahan dan kacang-kacangan merupakan sumber utama

serat. Pencernaan karbohidrat polisakarida sudah mulai dalam

mulut oleh aktifitas amilase air liur, hingga berubah menjadi

dekstrin.

Empat puluh sampai lima puluh persen dari seluruh energi

yang terdapat pada formula balita merupakan bagian dari

karbohidrat, dimana dalam formula adaptasi laktosa merupakan

karbohidrat tunggal dan menyediakan 42% dari jumlah seluruh

energi formula tersebut. Untuk meenentukan nilai gizi, faktor

17

karbohidrat pada berbagai bahan makanan haruslah menunjukan

angka kalori pergramnya sebagai berikut :

a) Jagung 4,03 Kal/g

b) Gandum 4,12 Kal/g

c) Beras giling 4,16 Kal/g

d) Kentang/ akar berumbi 4,03 Kal/g

2) Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan

bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah

protein, separonya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang

dan ran tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan rambut dan

kuku, sebagai sumber energi dan untuk zat kekebalan tubuh

(Sediaoetama, 2002). Sumber bahan makanan protein adalah

kacang-kacangan, biji-bijian ikan, ikan, daging, telur, susu dan

hasil olahanya.

Kadar protein beberapa bahan makanan meliputi :

3) Lemak

Lemak sebagai bahan atau sumber pembentuk energi di

dalam tubuh, yang dalam hal ini bobot energi yang dihasilkan dari

tiap gram adalah lebih besar dari yang dihasilkan tiap gram

karbohidrat dan protein, tiap gram lemak menghasilkan 9 kalori.

Fungsi utama dari lemak adalah sebagai penghasil energi, sebagai

pembangun/ pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan

panas tubuh dan pengatur temperatur tubuh, sebagai penghasil

asam lemak esensial karena tidak dapat di bentuk dalam tubuh

Sumber protein hewani : Sumber protein nabati :

1. Daging 18,8 g% 1. Kacang Kedelai 34,9 g%

2. Hati 19,17 g% 2. Kacang Ijo 22,2 g%

3. Ikan Segar 16,0 g% 3. Kacang Tanah 25,3 g%

4. Udang Segar 21,0 g% 4. Beras 7,6 g%

5. Ayam 18,2 g% 5. Jagung 9,2 g%

6. Telur 12,0 g% 6. Singkong, tapioka 1,2 g%

18

melainkan harus tersedia dari luar, untuk pertumbuhan dan

pencegahan terjadinya peradangan kulit serta sebagai pelarut

vitamin tertentu ( A, D, E, K) Sehingga dapat digunakan tubuh

(Sediaoetama, 2002).

Klasifikasi lemak antara lain :

a) Lemak sederhana, yaitu ester dari asam lemak dengan

bermacam-macam alkohol contoh : minyak.

b) Lemak komplek, adalah fosfolipid, glikolipid terutama terdapat

dalam jaringan saraf termasuk otak, dan membran sel.

c) Prekurso dan turunan lemak, adalah asam lemak, gliserol

steroid (contoh : kolestrol, yang berhubungan dengan

atherosclerosis, asam empedu, hormon-hormon adrenokortikal

dan sex, vitamin D, dan lain-lain), dan benda keton.

4) Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan

dalam jumlah sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk

oleh tubuh. Oleh karenanya, harus didatangkan dari makanan.

Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan

pemeliharaan kehidupan, disamping itu karena vitamin adalah zat

organik mata vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan

pengolahan (Almatsier, 2001)

Zat tersebut biasanya dibagi dalam dua kelas berdasarkan

sifat kelarutanya. Vitamin larut air adalah yang larut dalam air dan

pada umumnya berfungsi sebagai koenzim (C dan B). Vitamin

larut lemak, biasanya tidak larut air, tetapi larut dalam fungsi

Vitamin antara lain :

a) Vitamin A : berfungsi sebagai pertumbuhan sel-sel epitel,

untuk proses oksidasi tubuh dan mengatur rangsang sinar pada

saraf mata. Terdapat pada sayuran hijau dan kuning,

mentega,hati, minyak ikan, telur dan susu.

19

b) Vitamin D : berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam

darah dan memperbesar penyerapan kapur dan fosfor. Terdapat

pada minyak ikan, mentega, susu, kuning telur, dan buah

pisang.

c) Vitamin E: diperlukan pada saat sel sedang membelah,

berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan metabolisme.

Terdapat pada kuning telur , susu, lemak, daging, hati, dan

kecambah.

d) Vitamin K : sebagai pembentukan protombin untuk proses

koagulasi (pembekuan) darah. Terdapat pada sayur hijau,

kuning telur, minyak kedelai, dan hati.

e) Vitamin C : yaitu asam askorbat, berfungsi pembentukan

trombosit dan mekanisme imunitas daya tahan tubuh. Terdapat

pada hati, sayuran dan buah-buahan segar terutama jeruk.

f) Vitamin B1 : yaitu Thiamin atau anti beri-beri berfungsi

sebagai metabolisme karbohidrat, untuk keseimbangan air di

tubuh dan mempengaruhi penyerapan zat lemak dalam usus.

Terdapat pada golongan padi-padian dan daging.

g) Vitamin B2 : yaitu riboflavin berguna sebagai enzim dalam

proses oksidasi sel-sel. Terdapat pada hati, susu, wortel, dan

kuning telur.

5) Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang

peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada

tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara

keseluruhan. Kalsium,fosfor, dan magnesium adalah bagian dari

tulang, besi dari homoglobin dalam sel darah merah, dan imodium

dari hormon tiroksin. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap

metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim-

enzim.

20

Mineral digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan

besarnya kebutuhan manusia. Mineral makro adalah mineral yang

dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,

sedangkan minimal mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.

Jumlah minimal mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Hingga

saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial.

c. Cara Pengolahan Gizi Seimbang untuk balita

Pemberian makanan pada balita harus dapat memenuhi

kebutuhan balita yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat

gizi utama. Cara-cara menyiapkan harus memperhatikan kebersihan

memakai bahan baku yang segar dan dengan metode memasak yang

baik antara lain pengukusan lebih baik dari pada perebusan dan

penyaringan lebih baik dari penggorengan (Krisnatuti, 2003). Ibu juga

dapat memberikan Pola menu 4 sehat 5 sempurna untuk keseimbangan

gizi balita (Almatsier, 2001)

6. Indikator Status Gizi Balita

Salah satu indikator kesehatan pada anak usia dibawah lima tahun

(balita) bisa dilihat dari status gizinya, dan untuk mengetahui bagaimana

status gizi balita diperlukan sensus pengukuran gizi dalam bentuk

penimbangan balita, dengan penimbangan balita dapat diintervensi secara

dini apabila ada balita gizi kurang, gizi buruk atau gizi lebih sehingga

dapat ditanggulangi dengan cepat. Bulan penimbangan balita adalah

bagian dari sensus pengukuran gizi balita, sehingga akan diketahui

prevalensi balita gizi buruk, masalah gizi akut atau kronis (Erlan, 2001).

Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan anak sejak

lahir sampai berumur lima tahun, perlu dicatat dalam KMS. KMS (Kartu

Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang

dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh

karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu

dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan

21

kesehatan termasuk bidan dan dokter. Selain itu KMS-Balita menjadi alat

yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh

kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan

pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan

penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang

tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk

mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan-nya (www.

creasoft.wordpress.com).

7. Penggunaan indeks antropometri

Indeks antropometri yang umum di gunakan dalam menilai status

gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

(TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Dari berbagai

indeks tersebut, untuk menginterprestasikan di butuhkan ambang batas.

Ambang batas menurut kesepakatan para ahli gizi adalah:

1) Persen terhadap median

Median adalah nilai tengah populasi, dalam antropometri gizi

median sama dengan persentil 50 dan nilainya di nyatakan sama

dengan 100%. Kemudian di hitung presentase terhadap nilai median

untruk mendapatkan batas.

Tabel 2.1 Status Gizi Berdasarkan Indikator Antropometri

Status Gizi Indeks

BB / U TB / U BB / TB

Gizi Baik > 80% > 90% > 90%

Gizi Sedang 71 - 80% 81 % - 90% 81% - 90%

Gizi Kurang 61% - 70% 71% - 80% 71% - 80%

Gizi Buruk < 60% < 70% < 70%

Sumber : Supariasa, 2002

22

2) Persentil

Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah jumlah populasi

berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya.

3) Standar Deviasi (SD)

Standar Deviasi disebut juga dengan Z-score. WHO menyarankan

untuk menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau

pertumbuhan. Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan

dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-score) dari median. Dibawah

nilai median – 2SD unit dinyatakan gizi kurang.

Rumus perhitungan Z-scoore adalah :

Z-scoore = Nilai Individu Subjek - Nilai Median Baku Rujukan

Nilai Simpang Baku Rujukan

23

Tabel 2.2 Penilain Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U,BB/TB

Standart Baku Antropometri WHO – NCHS

No

Indeks yang dipakai

Batas pengelompokan

Sebutan Status Gizi

1. BB/U < - 3SD

- 3 s/d < - 2SD

-2 s/d + 2 SD

> + 2SD

Gizi Buruk

Gizi Kurang

Gizi Baik

Gizi Lebih

2. TB/U < - 3SD

- 3 s/d < - 2SD

-2 s/d + 2 SD

> + 2SD

Sangat Pendek

Pendek

Normal

Tinggi

3. BB/TB < - 3SD

- 3 s/d < - 2SD

-2 s/d + 2 SD

> + 2SD

Sangat Kurus

Kurus

Normal

Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Contoh perhitungan Z-scoore sebagai berikut :

Seorang anak laki-laki umur 36 bulan dengan tinggi badan 96 cm dan berat

badan 15,2 kg, dan seorang anak laki-laki umur 10 bulan dengan panjang badan

75 cm dan berat badan 5,8 kg. Distribusi simpang baku ketiga indeks untuk kedua

anak tersebut masing-masing sebagai berikut :

24

Tabel 2.3 Berat (kg) menurut umur anak

No Umur Standard Deviasi

Th

Bln

-3sd

-2sd

-1sd

Median

+1sd

+2sd

+3sd

1

3 0 9,8 11,4

13,0

14,6 16,4 19,3

20,1

2 10 6,6 7,6 8,6 9,5 10,6 11,7 12,7

Sumber : Supariasa,2001

Tabel Tinggi (cm) menurut umur anak

No

Tinggi

Standard Deviasi

CM

-3sd

-2sd

-1sd

Median

+1sd

+2sd

+3sd

1

96

0

83,5

87,3

91,1

94,9

98,7

102,5

106,3

2

75

65,7

68,3

71,0

73,6

76,3

78,9

81,6

Sumber: Supariasa,2001

Tabel 2.5 Berat (kg) menurut tinggi badan anak

No

Tinggi

Standard Deviasi

Cm

-3sd

-2sd

-1sd

Median

+1sd

+2sd

+3sd

1

96

11,3

12,3

13,3

14,4

15,5

16,6

17,7

2

75

7,4

8,2

9,0

9,8

10,7

11,6

12,5

Sumber : Supariasa, 2001

25

Jadi untuk indeks BB/U adalah

a. Anak Pertama = (15,2-14,6) / (14,6-13,0) = 0,6 / 1,6 = + 0,4 SD

Z-scoore = Status Gizi Baik

b. Anak Kedua = ( 5,8 – 9,5 ) / ( 9,5 – 8,6 ) = -3,7 / 0,9 = -4,4 SD

Z-scoore = Status gizi Buruk

Untuk indeks TB/U adalah

a. Anak Pertama = ( 96 – 94,9) / ( 94,9 -91,1) = 1,1 / 3,8 = + 0,3 SD

Z-scoore = Status Gizi Normal

b. Anak kedua = (75 – 73,6) / (73,6-71,0) = 1,4 /2,6 = + 0,5 SD

Z-scoore = Status Gizi Normal

Untuk Indeks BB / TB adalah

a. Anak Pertama = ( 15,2 – 14,4 ) / ( 14,4 – 13,3 ) = 0,8 / 1,1 = + 0,7 SD

Z-scoore = Status Gizi Normal

b. Anak Kedua = ( 5,8 – 9,8) / ( 9,8 – 9,0 ) = -4 / 0,8 = -5 SD

Z-scoore = Status Gizi Sangat Kurus

26

8.Cara Mengukur Status Gizi Balita

Untuk mengukur Status Gizi seorang balita dapat dilakukan dengan

melakukan perbandingan 3 aspek penting yang ada dalam diri seorang

balita, yaitu umur balita, tinggi badan balita, dan berat badan balita.

(DepKes RI 2002). Dari ketiga aspek tersebut akan didapatkan tiga

perbadingan untuk mengukur apakah status gizi seorang balita termasuk

kedalam golongan gizi baik atau tidak. Ketiga perbandingan tersebut adalah

Berat Badan menurut Umur, Tinggi Badan menurut Umur, dan yang terakhir

adalah Berat Badan menurut Tinggi Badan. (DepKes RI 2002). Sedangkan

alat yang digunakan untuk mengetahui status gizi balita antara lain adalah

akta atau tanda kenal lahir sebagai penunjuk umur, timbangan badan untuk

mengetahui berat badan, dan alat ukur untuk mengetahui tinggi badan yang

memiliki satuan centimeter (meteran). Pengukuran status gizi didasarkan pada

nilai Z Skor untuk nilai BB / TB yang dilakukan dengan menggunakan

program Nutrizof untuk pengukuran antopometri.

27

B. Pengetahuan Ibu

1. Pengertian

Pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku atau tindakan kesehatan. Berawal dari pengetahuan

tersebut seorang ibu diharapkan mampu memelihara kesehatan anak

balitanya. Pengetahuan merupakan suatu usaha yang mendasari seseorang

berpikir secara ilmiah, sedang tingkatannya tergantung pada ilmu

pengetahuan atau dasar pendidikan orang tersebut (Nursalam dan Pariani,

2001 dalam Husada, 2009). Sedangkan Ali, 2003 menyatakan pengetahuan

adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga.

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan

pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.

Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan

faktor penting dalam masalah kurang gizi / lain sebab yang penting dari

gangguan gizi adalah kekurangan pengetahuan tentang gizi atau

kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan

sehari-hari (Suhardjo, 1996) dalam (Kusumaswati, Mutalazimah, 2004).

Dengan pengetahuan gizi yang buruk diharapkan seseorang dapat

mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan

makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan

dan selera serta akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian

pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan

yang semula buruk menjadi lebih baik (Depkes RI, 2000).

28

2. Tingkat Pengetahuan Ibu

Tingkat pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku atau tindakan kesehatan. Berawal dari

pengetahuan tentang cara-cara mencapai kesehatan balita, cara

menghindari penyakit akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang

pentingnya status gizi balita hal itu akan menimbulkan suatau kesadaran

ibu dan akhirnya akan menyebabkan ibu berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki, sehingga akan muncul perilaku dalam bentuk

kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu (Notoatmodjo,

2010).

Dengan memberikan informasi tentang posyandu dan sasaran

posyandu akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang hal tersebut.

Pengetahuan yang baik merupakan salah satu faktor pendukung yang

menyebabkan kunjungan ibu ke posyandu meningkat.

Posyandu yaitu wahana kegiatan keterpaduan KB-Kesehatan

ditingkat kelurahan atau desa yang melakukan kegiatan lima program

prioritas yaitu KB, gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare

(Zulkifli, 2003).

Kurangnya tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tentang status gizi

balitanya akan mempengaruhi tingkat kunjungan ibu ke pusat pelayanan

kesehatan dalam hal ini Posyandu. Fakta menunjukkan bahwa keaktifan

masyarakat dalam melakukan monitoring pertumbuhan terhadap anaknya

di Posyandu semakin hari semakin menurun. Salah satu faktor yang

mendorong terjadinya hal tersebut adalah ketidaktahuan ibu tentang

manfaat status gizi anaknya di Posyandu, sehingga dirasakan perlu adanya

suatu upaya untuk menyadarkan agar tahu manfaat dari Status gizi

balitanya di Posyandu (Djaiman, 2008).

Hubungan antara pengetahuan ibu tentang Status gizi balita dengan

keteraturan datang di posyandu tentu akan saling mempengaruhi. Tingkat

pengetahuan ibu tentang Status gizi balita yang tinggi akan mendominasi

tingkat keteraturan menimbang di posyandu, karena akan sangat

29

mempengaruhi asumsi orangtua khususnya ibu terhadap tindakan-tindakan

yang patut dilakukan kepada balitanya termasuk didalamnya keteraturan

menimbang di posyandu. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status gizi

Anak balita akan saling mempengaruhi keteraturan menimbang di

posyandu.

3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2005 dalam Husada, 2009, pengetahuan

yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk didalamnya adalah meningat kembali

(recall) terhadap suatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang

telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh karena itu,

“Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tau tentang apa yang dipelajari

antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya.

Ibu dalam tahap tahu ini dapat mengingat Posyandu baik

jadwal dilaksanakan, tujuan posyandu, manfaat posyandu, fungsi

posyandu, sasaran posyandu serta penyelengaraan dari posyandu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi

materi tersebut dengan benar. Orang telah paham terhadap suatu

obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

meyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang telah

dipelajari.

Dalam tahap ini ibu dapat menyimpulkan pentingnya posyandu

bagi kebaikan ibu dan balita.

30

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumusan metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

Dalam tahap ini ibu sudah dapat mengikuti kegiatan posyandu,

tingkat aplikasi ini sudah dalam tataran tindakan yang sudah dapat

dilihat dan diukur berapa jauh ibu memahami pentingnya posyandu.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan

yang lain.

Tahap analisis ini, ibu sudah dapat menilai bahwa kegiatan

posyandu yang dilaksanakan baik atau tidak, bermanfaat atau tidak.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

Tahap sintesis, ibu sudah berada dalam tatanan meletakan

posyandu sebagai pelayanan kesehatan ibu dan balita yang penting

dari pada kegiatan yang lain seperti bersantai, bahkan lebih utama

kesehatan dari pada bekerja.

f. Evaluasi (Evalution)

Evalusi ini biasanya dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

31

mengunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Evaluasi Meliputi kata

kerja membandingkan menangapi penafsiran

Tahap evaluasi, ibu sudah dapat menilai kegiatan posyandu yang

diselenggarakan sudah sesuai dengan tujuan, sasaran, manfaat,

penyelenggaraan dari posyandu. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian maupun responden.

Tingkat pengetahuan setiap orang berbeda-beda tergantung dari

tingkat pendidikan dan kemampuan seseorang dalam menerima suatu

hal yang ada disekitarnya yang dapat diperoleh dari berbagai sumber

dan berbagai cara. Sumber pengetahuan dapat diperoleh dari media

massa maupun elektronik yang semakin cangih. Sehingga dalam hal

ini ibu dapat menambah pengetahuan mengenai satus gizi balita dan

manfaat posyandu.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2010 (dalam Husada, 2009) untuk

memperoleh pengetahuan ada berbagai cara yaitu :

a. Cara tradisional atau non ilmiah yang terdiri dari :

1) Cara coba-salah (Trial and Error).

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi

persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan

coba-coba. Bila percobaan pertama gagal, dilakukan percobaan

yang kedua dan seterusnya sampai masalah tersebut terpecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya

diwariskan turun temurun. Kebisaan ini seolah-olah diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan dapat

berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

32

agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Para pemegang

otoritas pada prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan

perasaannya sendiri.

3) Berdasarkan pengalamannya sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pada masa lain apabila

dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan

masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain

yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

4) Melalui Jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara manusia berpikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan

pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan

yang dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu

melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum

dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan

kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

b. Cara Modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah atau lebih populer disebut metodologi

penelitian.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Husada, 2009 faktor utama yang mempengaruhi

pengetahuan, diantaranya adalah :

33

a. Faktor Intrinsik

1) Sifat kepribadian

Tingkah laku individu bersifat unit sesuai kepribadian yang

dimiliki karena dapat dipengaruhi oleh aspek kepribadian seperti

pengalaman hidup, perubahan usia, watak, temperamen sistem nilai

serta kepercayaan.

2) Bakat pembawaan

Bakat sangat berpengaruh dalam tingkah laku karena

merupakan interaksi dari faktor keturunan dan lingkungan.

3) Intelegensi

Seseorang yang mempunyai intelegensi rendah akan

bertingkah laku lambat dalam pengambilan keputusan.

4) Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kecenderungan atau

keinginan yang tinggi terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 1997). Motivasi merupakan kekuatan dari dalam dan

dampak dari luar sebagai gerak-gerik dalam menjalankan fungsinya.

Motivasi berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan (Saifudin,

2008).

5) Pengalaman

Ibu yang memiliki pengalaman yang luas tentang kesehatan

akan selalu ingin mencari hal yang terbaik dari apa yang telah

didapatkan sekarang. Seseorang yang memiliki pengalaman yang

luas akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya

(Notoatmodjo, 2003).

Pengalaman ibu tentang kebaikan, keuntungan-keutungan dari

posyandu sangat mempengaruhi kunjungan ibu membawa balitanya

ke posyandu.

6) Pendidikan

Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan

individu sejak dalam ayunan hingga ke liang lahat, berupa interaksi

34

individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun

informal. Bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka tinggi

pula pengetahuan yang didapat oleh orang tersebut, yang artinya

dapat mempengaruhi terhadap pola pikir dan daya nalar seseorang

(Sunaryo, 2002).

Bahwa terbentuknya pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh

faktor predisposisi yaitu pendidikan. Pendidikan akan merubah pola

pikir dan akan menambah pengalaman–pengalaman baru di institusi

terkait sehingga pengetahuan ibu tentang suatu hal dalam hal ini

tentang status gizi balita akan bertambah

7) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari nafkah,

adanya pekerjaan memerlukan waktu dan tenaga untuk

menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan masing-masing dianggap

penting dan memerlukan perhatian, masyarakat yang sibuk hanya

memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi (Notoatmodjo,

2003).

Pekerjaan yang membutuhkan waktu yang penuh tentu akan

mengesampingkan hal yang lain seperti kesehatan anak. Ibu dengan

pekerjaan yang menyita waktu yang banyak akan mempengaruhi

perhatian ibu terhadap kesehatan balitanya terlebih balitanya yang

sudah berusia diatas 3 tahun, dimana balita diatas 3 tahun sudah

tampak aktif dengan aktifitasnya sehingga perhatian ibu lebih

berfokus pada pekerjaannya.

8) Informasi

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau

berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang amanat.

Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta)

dengan melihat dan mendengar sendiri, misalnya membaca surat

kabar, mendengarkan radio, melihat film atau televisi dan

sebagainya (Fajri dan Senja, 2005).

35

b. Faktor Ekstrinsik

1) Lingkungan

Lingkungan, baik lingkungan alam seperti air, hewan, laut,

tumbuh-tumbuhan dan sebagainya maupun lingkungan asal seperti

keluarga, teman, guru dan masayarakat yang mempengaruhi kita

semua secara langsung masupun tidak langsung seperti informasi

dari radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya.

2) Agama

Agama menjadikan orang bertambah pengetahuan yang

berkaitan dengan kehidupan spiritual.

3) Kebudayaan

Kebudayaan yang berlaku di suatu wilayah secara tidak

langsung akan memberikan pengaruh yang besar kepada seseorang

dalam memperoleh pengetahuan. Masyarakat yang memegang teguh

adat dan budayanya cenderung lebih susah untuk memperoleh

pengetahuan dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai

kultur budaya terbuka (Arimurti, 2002).

6. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Nursalam (2003), untuk mengetahui tingkat pengetahuan

yang dimiliki oleh seseorang dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu :

a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban responden > 80 %.

b. Pengetahuan buruk : jika skor jawaban responden < 80 %.

Tingkat pengetahuan dapat diperoleh melalui pengukuran

pengetahuan yang dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian

atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojo, 2003).

36

C. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

1. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber

Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,

untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemkes RI, 2011).

Posyandu adalah kegiatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan

untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah

kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun,

balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh

masyarakat (Ismawati, 2010).

Posyandu yaitu wahana kegiatan keterpaduan KB-Kesehatan

ditingkat kelurahan atau desa yang melakukan kegiatan lima program

prioritas yaitu KB, gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare

(Zulkifli, 2003).

2. Program Posyandu dalam pengembangannya

Menurut Depkes RI, 2005 Posyandu memiliki 5 kegiatan program

yaitu:

a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Program kesehatan ibu dan anak melayanani kesehatan ibu dan

anak agar bisa meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

b. Keluarga Berencana

Upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

menggunakan alat KB / kontrasepsi seperti pil, suntik, susuk, kondom,

Intra Uterine Devices (IUD), medis operatif pria (MOP), medis

operatif wanita (MOW) sedangkan yang bisa dilayani di posyandu

adalah pil, suntik, dan kondom saja, sedang yang lain dilayanani sim

puskesmas, Bidan Praktek Swasta (BPS), Dokter dan rumah sakit.

37

c. Imunisasi

Memberikan pelayanan kesehatan dengan imunisasi kepada

bayi, balita, ibu hamil dan PUS bila perlu.

d. Gizi

Suatu upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat dengan

cara penyeluhan gizi dan memberi contoh makanan tambahan dalam

kegiatan Posyandu.

e. Pencegahan dan Penanggulangan diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan cara

penyeluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Penanggulangan

diare dilakukan dengan cara penyeluhan dan ditambah dengan

pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh

masyarakat atau pemberian oralit yang telah disediakan oleh petugas

kesehatan.

3. Sistem lima kegiatan (5 meja)

Dalam Posyandu ada 5 kegiatan (lima meja) antara lain:

a. Meja I: Pendaftaran semua yang datang di Posyandu.

Kader melakukan pendaftaran para ibu (Bumil, Bufas, dan

Buteki) dan balita yang datang ke posyandu.

b. Meja II: Penimbangan bayi, balita dan bumil.

Kenyaman balita saat penimbangan di Posyandu membantu

mengurangi antrian. Pemilihan tempat untuk memasang alat tambahan

hendaknya memperhatikan:

1) Kayu menopang harus kuat dan kokoh.

2) Jauh dari barang-barang yang membahayakan.

3) Ruang gerak luas dan terbuka.

4) Terlindung dari cahaya matahari langsung.

c. Meja III: Pencatatan dari semua kegiatan Posyandu.

Kader melakukan pencatatan pada buku KMS setelah ibu dan

balita mendaftar dan ditimbang. Pencatatan dengan mengisikan berat

badan balita ke dalam skala yang disesuaikan dengan umur balita, di

38

atas meja terdapat tulisan yang menunjukkan pelayanan yang

diberikan.

d. Meja IV: Penyuluhan kesehatan

Memberikan layanan penyuluhan bagi ibu dan balita yang

datang ke Posyandu. Penyuluhan pemberian ASI eksklusif, kebiasaan

hidup bersih, makanan bergizi dan masalah kesehatan umum yang

dialami bayi maupun balita pada saat itu. Penyuluhan diberikan pada

semua ibu dan balita yang datang ke Posyandu.

e. Meja V: Pelayanan, antara lain: KB, Imunisasi, Pengobatan sederhana.

Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas dari

Puskesmas (Ismawati, 2010).

4. Indikator Posyandu

a. Frekuensi penimbangan bertahan

Seharusnya kegiatan dilakukan tiap bulan (12x/tahun). Tapi

kenyataannya tidak semua Posyandu berfungsi setiap bulan, maka

diambil batasan 8x/tahun. Rawan apabila frekuensi penimbangan

<8x/tahun, sedangkan cakupan mapan apabila frekuensi penimbangan

8 x / tahun.

b. Rata – rata jumlah kader tugas pada hari “H” Posyandu

Baik, bila jumlah kader 5 orang, sedangakan kurang bila jumlah

kader <5 orang.

c. Cakupan D/S (Jumlah balita yang ada / jumlah balita yang hadir)

Baik jika D/S mencapai 50% sedangkan kurang jika D/S

mencapai <50% (Kemkes RI, 2011).

39

C. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Supariasa (2002)

Pendapatan, pengetahuan

pendidikan, kemampuan

sosial

Kemampuan keluarga

menggunakan makanan

Tersedianya bahan

makanan, dan dapat

diperolehnya bahan

makanan

Konsumsi

makanan

Status gizi

Infeksi

Pelayanan kesehatan

40

D. Kerangka Konsp

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen yang digunakan adalah status gizi pada anak balita.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain:

H0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak

balita di Posyandu Nusa Indah 9 Kelurahan Rowosari Semarang.

Ha = Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita di

Posyandu Nusa Indah 9 Kelurahan Rowosari Semarang.

Skema 2.2 litian

Variabel Independen

Pengetahuan Ibu

Variabel Dependen

Status Gizi Balita