bab ii tinjauan pustaka a. sanitasi lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/bab ii_mohammad zulfikar...

12
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkungan Dalam bidang kesehatan sebagai komponen lingkungan yang diketahui dapat merupakan faktor resiko timbulnya gangguan kesehatan masyarakat, dipelajari dalam ilmu kesehatan lingkungan. Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat, dengan segala macam perubahan komponen komponen lingkungan hidup seperti berbagai spesies kehidupan, bahan, zat atau kekuatan disekitar manusia yang menimbulkan ancaman atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta mencari upaya-upaya pencegahannya (Kusnoputranto, 2000). Komponen kesehatan lingkungan yang memiliki potensi menimbulkan penyakit dikelompokkan sebagai berikut (Kusnoputranto, 2000) : 1. Golongan Fisik : Seperti energi, kebisingan, kelembaban tinggi, pencahayaan kurang dan cuaca panas. 2. Golongan Kimia : Bau amoniak, asap rokok, limbah rumah sakit dan bahan pembersihan lantai. 3. Golongan Biologi : Seperti spora jamur, bakteri dan cacing 4. Golongan Psikologi : Seperti hubungan antara pasien, keluarga pasien dengan perawat, antara bawahan dan atasan. Komponen tersebut akan berinteraksi dengan menusia melalui media atau wahana : Udara, air, tanah, makanan, vektor penyakit (seperti nyamuk) atau manusia itu sendiri. B. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial menurut WHO adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien ketika berada didalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana infeksi tersebut tidak tampak pada saat pasien diterima dirumah sakit. Yang disebut infeksi nosokomial ini termasuk juga adanya tanda tanda infeksi setelah pasien keluar dari rumah sakit dan juga termasuk infeksi pada petugas petugas yang bekerja di fasilitas kesehatan. Infeksi yang tampak setelah 48 jam pasien diterima dirumah sakit biasanya diduga sebagai suatu infeksi nosokomial. Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Upload: phungdan

Post on 07-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sanitasi Lingkungan

Dalam bidang kesehatan sebagai komponen lingkungan yang diketahui dapat

merupakan faktor resiko timbulnya gangguan kesehatan masyarakat, dipelajari dalam

ilmu kesehatan lingkungan. Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang

mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau

masyarakat, dengan segala macam perubahan komponen komponen lingkungan hidup

seperti berbagai spesies kehidupan, bahan, zat atau kekuatan disekitar manusia yang

menimbulkan ancaman atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan

masyarakat, serta mencari upaya-upaya pencegahannya (Kusnoputranto, 2000).

Komponen kesehatan lingkungan yang memiliki potensi menimbulkan penyakit

dikelompokkan sebagai berikut (Kusnoputranto, 2000) :

1. Golongan Fisik : Seperti energi, kebisingan, kelembaban tinggi, pencahayaan

kurang dan cuaca panas.

2. Golongan Kimia : Bau amoniak, asap rokok, limbah rumah sakit dan bahan

pembersihan lantai.

3. Golongan Biologi : Seperti spora jamur, bakteri dan cacing

4. Golongan Psikologi : Seperti hubungan antara pasien, keluarga pasien dengan

perawat, antara bawahan dan atasan.

Komponen tersebut akan berinteraksi dengan menusia melalui media atau wahana

: Udara, air, tanah, makanan, vektor penyakit (seperti nyamuk) atau manusia itu

sendiri.

B. Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial menurut WHO adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien

ketika berada didalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana infeksi

tersebut tidak tampak pada saat pasien diterima dirumah sakit. Yang disebut infeksi

nosokomial ini termasuk juga adanya tanda tanda infeksi setelah pasien keluar dari

rumah sakit dan juga termasuk infeksi pada petugas petugas yang bekerja di fasilitas

kesehatan. Infeksi yang tampak setelah 48 jam pasien diterima dirumah sakit biasanya

diduga sebagai suatu infeksi nosokomial.

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

5

Infeksi nosokomial terjadi diseluruh dunia, termasuk dinegara – negara

berkembang maupun negara miskin. Sebuah survei mengenai prevalensi infeksi

nosokomial yang dikelola WHO, pada 55 rumah sakit di 14 negara yang dibagi

menjadi 4 wilayah, yakni Eropa, Mediterranian Timur, Asia Tenggara dan Pasifik

Barat, menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % rumah sakit pasien mengalami infeksi

nosokomial, pada survei lain menyatakan sekitar 1,4 juta pasien diseluruh dunia

mengalami infeksi nosokomial. Dilaporkan frekuensi paling tinggi terjadi pada rumah

sakit di Mediterranian Timur sebesar 11,8 %, diikuti wilayah Asia Tenggara 10%,

kemudian wilayah Pasifik Barat 9,0% dan diikuti Eropa 7,7 %.

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

rumah sakit 3 x 24 jam atau infeksi yang terjadi pada lokasi yang sama tetapi

disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk

rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi berbeda. Atau dapat

juga didefinisikan sebagai infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di

rumah sakit dan mula menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau

setelah selesai dirawat. Menurut WHO, salah satu manifestasi infeksi nosokomial

adalah infeksi luka operasi yang merupakan jenis infeksi nosokomial yang kedua

terbanyak setelah infeksi saluran kemih (Daryanti, 2008; Wahyudi, 2006).

1. Cara Pengendalian Infeksi nosokomial

Infeksi Nosokomial dapat dikendalikan dengan beberapa cara. Cara pengendalian

infeksi nosokomial adalah dengan meningkatkan Quality Control rumah sakit, yaitu:

(1) deteksi mikroba rumah sakit pada petugas/peralatan, (2) pemeriksaan sterilitas

setiap ruangan yang ada, (3) pemeriksaan potensi desinfektans/ antiseptik, (4)

pemeriksaan kondisi internal, seperti air dan limbah rumah sakit, (5) pembuatan pola

kepekaan kuman terhadap antibiotika sebagai educated-guess di rumah sakit, (6)

pengawasan mekanisme dan alur pemakaian antibiotika. Pengendalian terhadap

infeksi nosokomial berlangsung secara terus menerus dan diharapkan agar tidak

sampai terputus (Wahyono, 2002)

.

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

6

2. Pembagian infeksi nosokomial

a. Infeksi saluran kemih ( UTI )

Merupakan infeksi nosokomial yg paling sering terjadi. Sekitar 80% infeksi

saluran kemih ini berhubungan dengan pemasangan kateter. Infeksi saluran kemih

jarang menyebabkan kematian dibandingkan infeksi nosokomial lainnya. Tetapi

kadang - kadang dapat menyebabkan bakterimia dan kematian. Infeksi biasanya

ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila kultururin ≥ 105

mikroorganisme / ml, dengan maksimum dari dua isolat spesies bakteri. Bakteri

dapat berasal dari flora normal saluran cerna , misalnya E. coli ataupun didapat dari

rumah sakit, misalnya Klebsiella multiresisten.

b. Infeksi luka operasi / infeksi daerah operasi ( ILO / IDO )

Infeksi nosokomial yang sering terjadi, insiden bervariasi, dari 0,5 sampai 15

%, tergantung tipe operasi dan penyakit yang mendasarinya. Hal ini merupakan

masalah yang signifikan, karena memberikan dampak pada biaya rumah sakit yang

semakin besar, dan bertambah lamanya masa inap setelah operasi. Kriteria dari

infeksi luka infeksi ini yaitu ditemukan discharge purulen disekitar luka atau insisi

dari drain atau sellulitis yang meluas dari luka. Infeksi biasanya didapat ketika

operasi baik secara exogen ( dari udara, dari alat kesehatan, dokter bedah dan

petugas petugas lainnya ), maupun endogen dari mikroorganisme pada kulit yang

diinsisi. Infeksi mikroorganisme bervariasi, tergantung tipe dan lokasi dari operasi

dan antimikroba yang diterima pasien.

3. Bakteri penyebab infeksi nosokomial didapatkan dengan beberapa cara

Bakteri yang merupakan flora normal dapat menyebabkan infeksi oleh karena

adanya perpindahan dari habitat alami ke luar, misalnya pindah kesaluran kemih, atau

adanya kerusakan jaringan (luka), atau tidak adekuat pemberian antibiotik sehingga

diikuti adanya pertumbuhan kuman yang berlebihan (C. difficile, Yeast spp).

Bakteri dapat berpindah diantara pasien :

a. Flora tetap atau sementara pada pasien ( endogen )

Bakteri yang merupakan flora normal dapat menyebabkan infeksi oleh karena

adanya perpindahan dari habitat alami ke luar, misalnya pindah kesaluran kemih,

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

7

atau adanya kerusakan jaringan (luka), atau tidak adekuat pemberian antibiotik

sehingga diikuti adanya pertumbuhan kuman yang berlebihan (C. difficile, Yeast

spp).

b. Flora dari pasien atau petugas rumah sakit ( exogen )

1. Melalui kontak langsung diantara pasien ( tangan, air ludah atau cairan tubuh

lainnya

2. Flora yang berasal dari lingkungan kesehatan.

Beberapa tipe organisme dapat bertahan dengan baik pada lingkungan rumah

sakit, misalnya didalam air, area yang lembab, dan kadang – kadang pada produk

yang steril atau desinfektan, misalnya Pseudomonas, Acinobacter, mycobacterium.

Faktor faktor yang mempengaruhi berkembangnya infeksi nosokomial :

a. Antimikroba

Sebelum diperkenalkan pelatihan dasar mengenai kebersihan dan pemberian

antimikroba, hampir semua infeksi dirumah sakit berasal dari sumber luar yang

patogen (misalnya penyakit yang ditularkan melalui makanan atau udara, gangren,

tetanus atau yang lainnya), atau disebabkan oleh mikroorganisme yang bukan flora

normal dari pasien (misalnya tuberculosis). Perkembangan terapi antibiotik sebagai

terapi infeksi bakteri digunakan untuk menurunkan angka kematian dari berbagai

penyakit infeksi. Hampir semua infeksi yang didapatkan dirumah sakit disebabkan

oleh mikroorganisme yang umumnya sering terdapat pada populasi umum,

misalnya pada pasien – pasien dirumah sakit (misalnya S. aureus, Staphylococcus

Coagulase Negative, Enterococci, Enterobacteriaceae).

b. Kerentanan pasien

Faktor – faktor yang berpengaruh pada keadaan ini adalah umur, status imun,

penyakit yang mendasarinya, serta intervensi dari terapi. Pasien yang mengalami

penyait kronik seperti tumor ganas, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, atau

AIDS, mempunyai kerentanan yang meningkat terhadap infeksi opurtunistik.

4. Pengelolaan lingkungan dan ruangan rumah sakit dalam upaya pencegahan

infeksi nosokomial

Untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial perlu dilakukan langkah-langkah

menghilangkan kuman penyebab infeksi dari sumber infeksi, mencegah kuman

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

8

tersebut mencapai penderita dan cara menjauhkan penderita/manusia yang rentan

dengan cara isolasi sumber kuman patogen.

Faktor lingkungan rumah sakit yang perlu diperhatikan dalam rangka menurunkan

angka infeksi nosokomial adalah:

a. Lingkungan berdasarkan tempatnya meliputi antara lain : disain ruang

penderita yang memenuhi standar dan persyaratan, penyediaan air bersih, fasilitas

cuci tangan, desinfeksi dan sterilisasi. Pembuangan limbah cair dan padat, sanitasi

dapur, sanitasi binatu/laundry, pengendalian serangga, tikus dan binatang

pengganggu, arus lalu lintas orang.

b. Lingkungan berdasarkan media kualitas air dan udara serta bunga dan tanaman

(Depkes RI, 2002).

Lingkungan rumah sakit berdasarkan tempatnya ada beberapa tata ruang, ruang

rawatan, ruang tindakan medis, rawat jalan, rawat inap, rumah tangga dan ruang

administrasi sebaliknya saling terpisah. Peletakan masing-masing ruangan harus

disesuaikan dengan lalu lintas penderita, pengunjung, dan para petugas rumah sakit.

Pengaturan ruangan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Cara penularan

penyakit (mode of transmision), arus lalu lintas pasien (patient traffic) ruang depan

isolasi, ruang dengan bangunan lain. Tersedianya tempat sampah yang sesuai dengan

jenis sampahnya.

Prioritas penempatan ruangan adalah pada ruang operasi dan ruang isolasi penyakit

menular. Bila ventilasi yang baik sukar diperoleh dengan peralatan modern maka

ruang operasi diletakkan sejauh mungkin pada tempat yang kemungkinan udara

tercemar, sedangkan ruang isolasi diletakkan sedemikian agar tidak mencemari udara

sekitarnya. Bebas dari gangguan serangga, binatang pengganggu dan binatang

pengerat.

Pemeliharaan ruang dan bangunan yang memenuhi syarat sebagai berikut (Depkes,

2006).

a. Kegiatan pembersihan ruangan kegiatan pembersihan ruangan minimal dilakukan 2

kali sehari (pagi dan sore).

b. Pembersihan lantai di ruang perawatan dilakukan setelah pembenahan/merapikan

tempat tidur pasien (verbeden) setelah jam makan, setelah kunjungan keluarga dan

sewaktu-waktu bila dibutuhkan.

c. Cara-cara pembersihan ruang yang dapat menebarkan debu harus dihindari.

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

9

d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang

memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.

e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.

f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun dan di

cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.

g. Setiap percikan ludah, darah, eksudat luka pada dinding/lantai harus segera

dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.

Hubungan antara ruang dan bangunan di ruang perawatan Ruman Sakit harus

memenuhi kriteria, ruang bedah untuk penderita penyakit menular harus dipisahkan

dengan ruang bedah pusat dan ruang bedah penyakit menular terletak pada lokasi

yang berdekatan dengan bagian rawat tinggal penderita penyakit menular (Depkes,

2002).

Disain ruangan ICU yang direkomendasi oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2004

untuk mengendalikan infeksi adalah sebagai berikut :

a. Luas setiap kamar 20 m³ sedangkan untuk ruangan isolasi luas satu kamar ± 22m³.

b. Untuk setiap tempat tidur harus tersedia 1-2 ruang isolasi

c. Jarak tempat tidur satu dengan yang lain ± 10-12 kaki

d. Untuk setiap tempat tidur, tersedia fasilitas desinfektan tangan

e. Lantai dan dinding harus dapat dicuci/dibersihkan

f. Furniture (meja) yang digunakan harus minimal

g. Peralatan monitoring harus tidak bersentuhan dengan lantai, mudah dipindahkan

dan dibersihkan

C. Bakteri

Penyebab infeksi nosokomial itu dari bakteri. Bakteri tersebut berkembang biak

dengan membelah diri, dan karena begitu kecil maka hanya dapat dilihat

menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa fungsi hidup (Waluyo,2004).

Bakteri biasanya hidup di tanah permukaan, perairan maupun yang lain serta ada

bakteri yang dapat hidup di radioaktif.

Dinding sel bakteri yang kaku dapat mempertahankan bentuknya dan melindungi

sel dari perubahan tekanan osmotik antara sel dengan lingkungannya.Dinding sel

Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal dan membran sel, sementara

dinding sel Gram negatif memiliki tiga lapisan: membran dalam, membran luar serta

lapisan peptidoglikan yang lebih tipis. Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

10

memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki nukleus. Ribosom bakteri berbeda

dengan ribosom eukariot, menjadikannya target untuk terapi antibakteri. Bakteri juga

mengandung DNA tambahan dalam bentuk plasmid (Gillespie, 2008)

1. Ukuran Bakteri

Ukuran tubuh bakteri yang sangat kecil, umumnya dalam bentuk kecil hanya bisa

dilihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x atau lebih. Bakteri

memiliki ciri-ciri :

a. Selnya merupakan prokariot

b. Sel tunggal, termasuk mikroorganisme mikroskopik (kecuali ada bakteri yang

dapat dilihat dengan mata telanjang yaitu Epulopiscium fishelsoni suatu bakteri

berbentuk batang dengan berdiameter 80 μm dan panjang 200-600 μm

c. Secara umum berbentuk lebih kecil

d. Bentuk yang sangat kompleks

(Subandi, 2012)

Bakteri yang berumur 2- 6 jam umumnya lebih besar dari bakteri yang berumur

lebih dari 24 jam (Waluyo, 2004)

2. Bentuk Bakteri

Menurut Gillespie (2008) bakteri diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: kokus

berbentuk sferis, basilus berbentuk panjang dan tipis, dan kokobasilus diantara bentuk

keduanya; dan ada juga basilus berbentuk melengkung dan spiral dengan panjang

lengkungan yang berbeda. Sedangkan menurut Dwidjoseputro (1998) bentuk-bentuk

bakteri, yaitu golongan basil (batang atau silinder) , golongan kokus (bulat), dan

golongan spiril (batang melengkung atau melingkar-lingkar).

Bentuk kokus umumnya merupakan bakteri sperik (lensa) atau oval yang memiliki

beberapa rangkaian yang didasarkan pada belahannya hasil pembelahan sel.

Pembelahan dalam satu belahan yang menghasilkan susunan diplococcus bila kokus

tetap berpasangan. Kokus yang membelah namun tetap melekat dan membentuk

struktur disebut streptococcus. Kokus yang membelah yang menghasilkan dua

belahan namun tetap melekat 4 kelompok disebut tetrad. Kokus yang membelah

dalam 3 bidang dengan 8 kelompok kokus dinamakan sarcina, sedangkan kokus yang

membelah secara acak dan membentuk kumpulan menyerupai buah anggur

dinamakan staphylococcus (Subandi, 2010)

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

11

Basil merupalan balteri berbentuk batang. Sebagian besar basilli tampak sebagai

batang tunggal. Diplobasilli muncul dari pasangan basilli setelah pembelahan dan

streptobasilli muncul dalam bentuk rantai. Beberapa basilli tampak menyerupai

coccus, disebut coccabasilli (Pratiwi, 2008; Subandi, 2010)

Bentuk spiral bakteri memiliki satu atau lebih lekukan dan tidak dalam bentuk

lurus. Bakteri berbentuk spiral ini dibedakan menjadi beberapa jenis. Bakteri yang

berbentuk btang melengkung menyerupai koma disebut vibrio. Bakteri yang berpilin

kaku disebut spirilia, sedangkan bakteri yang berpilin fleksibel disebut spirochaeta

(Pratiwi, 2008)

D. Isolasi Bakteri

Isolasi mikroba merupakan memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba

lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat

dilakukan dengan menumbuhkannya dalam mediapadat sel-sel mikroba akan

membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika sel-sel tersebut

tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, maka setiap sel atau

kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah,

sehingga akan memudahkan pemisahan selanjutnya (Sutedjo, 1996). Isolasi dapat

dilakukan dengan metode direct planting yaitu dengan meletakkan sampel pada

permukaan medium,dan metode dilution planting yaitu pengambilan sampel yang

disuspensikan dengan air steril. Konsentrasi pada suspensi dapat ditambah hingga

konsentrasi yang diperlukan (Carg, 2005; Barrow dan Feltham, 1993)

E. Identifikasi Bakteri

Pada identifikasu bakteri uji biokimia yang bisa dilakukan yaitu pengujian

katalase (untuk mengetahui bakteri yang dapat menghasilkan enzim katalase),

pengujian oksidase fermentatif (untuk mengetahui adanya enzim oksidase pada

bakteri), pengujian H2S (untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan enzim

gelatinase), pengujian indol dari tryptophan), pengujian Methyl Red (untuk

mengetahui kemampuan bakteri memfermentasikan glukosa untuk menghasilkan

asam), pengujian Vogest Proskauer (untuk menentukan bakteri yang mampu

menghasilkan acetymethyl carbinol dari fermentasi glukosa) (Irianto, 2006)

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

12

F. Pewarnaan Bakteri

Bakteri itu bersifat tidak berwarna atau transparan bukan saja karena ukurannya

sangat kecil juga karena warna selnya transparan sehingga apabila berada pada

medium berair sangat sulit dilihat, apalagi dalam kondisi hidup. Untuk mengamati

bakteri yang kecil dan sulit dilihat pada kondisi aslinya, maka dilakukan upaya untuk

mewarnai atau memasukkan zat warna yang dapat mengotori (staining) atau

mengubah penampakan dari keadaan transparan menjadi berwarna kontras.

Pewarnaan mikrooragnisme pada dasarnya adalah prosedur mewarnai

mikroorganisme menggunakan yang ingin diamati. Sebelum mikroorganisme dapat

diwarnai, mikroorganisme tersebut harus terlebih dahulu difiksasi agar terikat pada

kaca objek. Tanpa adanya fiksasi, maka pemberian zat warna pada mikroorganisme

yang dilanjutkan mikroorganisme ikut bercuci (Brown, 2005;Subandi, 2010)

Pewarnaan merupakan garam-garam yang tersusun atas ion positif dan ion negatif,

yang salah satunya berwarna dan disebut kromofor. Bila kromofor berada pada ion

positif, disebut sebagai pewarna basa dan bila kromofor berada pada ion negatif

disebut sebagai pewarna asam. Bakteri akan bermuatan negatif pada pH 7, sehingga

pewarnaan basa akan terikat pada muatan negatif sel bakteri. Yang termasuk pewarna

basa ialah kristal ungu, metilen biru, malasit hijau dan safranin. Pewarna asam seperti

eosin dan fuchsin acid, tidak terikat sel bakteri karena muatan keduanya saling

bertolak belakang, sehingga pewarna asam ini hanya mewarnai bagian latar belakang

spesimen. Prosedur pewarnaan dimana sel bakteri yang tidak berwarna diamati

dengan latar belakang pewarna negatif disebut pewarnaan negatif. Pewarnaan negatif

ini umumnya digunakan untuk megamati kapsul bakteri. Kapsul bakteri tidak

menyerap zat warna sehingga dalam pewarnaan negatif akan terlihat sebagai daerah

jernih disekeliling sel bakteri dengan latar belakang gelap (Gillespie, 2008)

Ada tiga prosedur pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial,

dan pewarnaan khusus. Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam

pewarna dan bertujuan mewarnai seluruh sel mikroorganisme sehingga bentuk seluler

dan struktur dasarnya dapat terlihat. Biasanya suatu bahan kimia ditambahkan ke

dlama larutan pewarna untuk mengintensifkan warna dengan cara meningkatkan

afinitas pewarna pada spesies biologi. Bahan kimia ini disebut mordant (Pratiwi,

2008;Subandi, 2010)

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

13

Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu pewarna dan memiliki reaksi

yang berbeda untuk setiap bakteri, sehingga digunakan untuk membedakan bakteri.

Pewarna diferensial yang sering digunakan ialah pewarna gram. Pewarna gram ini

mampu membedakan dua kelompok besar bakteri, Gram positif dan Gram negatif.

Pada pewarnaan gram ini, bakteri yang telah difiksasi dengan panas sehingga

membentuk noda pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu kristal ungu.

Karena warna ungu memenuhi semua sel, maka pewarna ini disebut pewarnaan

primer. Selanjutnya pewarna dicuci dan pada noda spesimen ditetesi iodine yang

merupakan mordant (penajam). Setelah iodin dicuci, baik bakteri Gram positif

maupun Gram negatif tampak berwarna ungu, Kemudian noda spesimen dicuci

dengan alkohol yang merupakan warna ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda

spesimen diwarnai kembali dengan safranin yang merupakan pewarna basa berwarna

merah. Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram negatif.

Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan Gram negatif disebabkan oleh

adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding bakteri Gram positif banyak

mengandung peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri Gram negatif banyak

mengandung lipoposakarida. Kompleks kristal ungu-iodin yang masuk ke dalam sel

bakteri Gram positif tidak dapat tercuci oleh alkohol karena adanya lapisan

peptidoglikan yang kokoh pada dinding sel, sedangkan pada bakteri Gram negatif

alkohol akan merusak lapisan lipoposakarida. Kompleks kristal ungu-iodin pada

bakteri Gram negatif dapat tercuci dan menyebabkan sel bakteri tampak transparan

yang akan berwarna merah setelah diberi safranin (Pratiwi, 2008)

Pewarnaan khusus digunakan unutk mewarnai dan mengisolasi bagian spesifik dari

mikroorganisme contohnya endospora, kapsul, dan flagella. Endospora bakteri tidak

dapat diwarnai dengan metode pewarnaan sederhana seperti pada pewarnaan gram.

Hal ini disebabkan karena endospora memiliki selubung yang kompak sehingga zat

warna sulit mempenetrasikan dinding endospora dan diperlukan pemanasan dan

morbant untuk mengikat zat warna (Pratiwi, 2008).Pewarnaan Gram bertujuan untuk

melihat bakteri Gram positif maupu negatif serta bentuknya. Pewarnaan Gram

merupaka suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dan

kelompok besar, yakni gram postif dan gram negatif berdasarkan sifat kimia dan fisik

dinding selnya

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

14

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen , yaitu :

1. Zat warna utama (Kristal violet)

2. Mordan (larutan iodine) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan

warna utama

3. Pencuci / peluntur zat warna (alkohol / aseton) yaitu solven organik yang

digunakan untuk melunturkan zat warna utama

4. Zat warna kedua / cat penutup (safranin) dugunakan untuk mewarnai kembali

sel-sel yang telah kehilanga cat utaa setelah perlakuan dengan alkohol.

1) Bakteri Gram Positif

Merupakan bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metal ungu

pada metode pewarnaan Gram. Sedangkan bakteri Gram negatif akan

mempertahankan warna merah muda

2) Bakteri Gram Negatif

Merupakan bakteri yang mempertahankan zat warna metal ugu pada saat

proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna merah di bawah

mikroskop, sedangka bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu

gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak.

Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis baketri ini terutama didasarkan pada

perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya, 2010)

Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu

lipopolisakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat

diwarnai dengan safranin akan berwarna merah..Bakteri gram positif memiliki

lapisan dinding sel beruoa paptidoglikan yang tebal. Setlah pewarnaan dengan

kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol

sehingga dinding sel tetap menahan warna biru atau ungu (Fitria, 2008)

Sel bakteri gram postif mungkin akan tampak merah jika dekolorisasi

terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu

dekolorisasi terlalu pendek. (Fitria, 2008)

Pewarnaan gram ini dilakukan dengan car membersihkan kaca objek

terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol sehingga terbebas dari lemak,

difiksasi di atas lampu spiritus sampai kering. Kemudian isolat bakteri yang

siap diuji medium stok atau medium TSA diambil

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Lingkunganrepository.ump.ac.id/4616/3/BAB II_MOHAMMAD ZULFIKAR RASHIF_FARMASI... · ditentukan oleh kriteria secara mikrobiologi. Positif apabila

15

Isolasi Dan Identifikasi…, Mohammad Zulfikar Rashif, Fakultas Farmasi UMP, 2017