bab ii tinjauan pustaka a. pola asuh orang...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma yang dilakukan di masyarakat (Suwono, 2008). Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang ditetapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun mensosialisasi (Jas & Meta, 2004). Mengasuh anak dapat menjadi sesuatu yang menantang, tetapi membutuhkan waktu dan energi ekstra, strategi-strategi baru untuk mengasuh anak. Belajar cara-cara baru mengasuh anak mungkin sulit dilakukan, tetapi orang tua harus berusaha mencurahkan usaha untuk mengurusi anak (Edward, 2006). 8

Upload: hoangnga

Post on 06-Mar-2018

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam berinteraksi

dengan anak-anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain

mendidik, membimbing, serta mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan

norma-norma yang dilakukan di masyarakat (Suwono, 2008).

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan

orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan

anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk

menjadi masyarakat baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk

kepada pendidikan umum yang ditetapkan. Pengasuhan terhadap anak

berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi

tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan,

mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun mensosialisasi (Jas &

Meta, 2004).

Mengasuh anak dapat menjadi sesuatu yang menantang, tetapi

membutuhkan waktu dan energi ekstra, strategi-strategi baru untuk

mengasuh anak. Belajar cara-cara baru mengasuh anak mungkin sulit

dilakukan, tetapi orang tua harus berusaha mencurahkan usaha untuk

mengurusi anak (Edward, 2006).

8

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

9

Cara orang tua mendidik anaknya disebut pola pengasuhan, di

dalam interaksinya dengan anak orang tua cenderung menggunakan cara-

cara tertentu yang dianggapnya paling baik bagi si anak. Setiap upaya

yang dilakukan dalam mendidik anak, mutlak didahului oleh tampilnya

sikap orang tua dalam mengasuh anak seperti :

a. Perilaku yang patut dicontoh

Artinya setiap perilaku yang dilakukan harus didasarkan pada

kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan

identifikasi bagi anak-anaknya.

b. Kesadaran diri

Ini juga harus ditularkan pada anak-anak dengan mendorong mereka

agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai-nilai moral, oleh sebab

itu orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan

observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun

nonverbal.

c. Komunikasi

Komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan aanak-anaknya

terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk

memecahkan permasalahannya.

2. Tipe Pola Asuh

Pola asuh orang tua mempengaruhi seberapa baik anak

membangun nilai-nilai dan sikap-sikap anak yang bisa dikendalikan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

10

Baumrind, pakar perkembangan anak telah mengelompokkan pola asuh

kedalam empat tipe : (Edward, 2006).

a. Pola asuh bisa diandalkan

Orang tua yang bisa diandalkan menyeimbangkan kasih sayang

dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam

membesarkan anak-anak mereka. Orang tua tipe ini memperlihatkan

cinta dan kehangatan kepada anak. Mereka harus mendengarkan secara

aktif dan penuh perhatian, serta menyediakan waktu bertemu yang

positif secara rutin dengan anak. Orang tua tipe bisa diandalkan

membiarkan anak untuk menentukan keputusan sendiri dan mendorong

anak untuk membangun kepribadian.

Anak-anak dari orang tua yang bisa diandalkan cenderung

memiliki kebanggaan diri yang sehat, hubungan positif dengan

sebayanya, percaya diri, dan sukses.

b. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat

pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai

aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan

sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal

yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak

dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta

menghormati orang tua yang telah membesarkannya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

11

Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini

biasanya tidak bahagia, paranoid/selalu berada dalam ketakutan,

mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orang

tua, dan lain-lain. Namun dibalik itu biasanya anak hasil didikan orang

tua otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan

orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani

hidup.

Orang tua otoriter menekankan batasan dan larangan diatas

respon positif. Orang tua sangat menghargai anak yang patuh terhadap

perintah orang tua dan tidak melawan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa anak dari orang tua

otoriter bisa menjadi pemalu, penuh ketakutan, menarik diri, dan

berisiko terkena depresi.

c. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang tidak

peduli terhadap anak. Jadi apapun yang mau dilakukan anak

diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak

kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini

diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan,

kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan

mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

12

atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang

menjadi apa.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini

nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian,

merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan

sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang

menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun

sudah dewasa.

Orang tua tipe permisif tidak memberikan struktur dan batasan

yang tepat bagi anak. Orang tua tipe ini cenderung mempercayai

bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah

penting bagi perkembangan psikologis. Orang tua menyembunyikan

ketidaksabaran, kemarahan, atau kejengkelan pada anak.

d. Pola asuh campuran

Pola asuh campuran orang tua tidak konsisten dalam mengasuh

anak. Orang tua terombang-ambing antara tipe bisa diandalkan,

otoriter, atau permisif. Pada pola asuh ini orang tua tidak selamanya

memberikan alternatif seperti halnya pola asuh bias diandalkan, akan

tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang

menerapkan otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan

anak seperti pada penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh

campuran orang tua akan memberikan larangan jika tindakan anak

menurut orang tua membahayakan, membiarkan saja jika tindakan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

13

anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak

paham tentang alternatif yang ditawarkan.

Anak yang diasuh orang tua dengan metode semacam ini

nantinya bisa berkembang menjadi anak yang tidak mempunyai

pendirian tetap karena orang tua yang tidak konsisten dalam mengasuh

anaknya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah :

(Edward, 2006)

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalamannya

sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan juga ikut mewarnai pola-pola pengasuhan

yang diberikan orang tua terhadap anak.

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat

disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut

dianggapnya berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang

tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan

baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

14

mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam

memberikan pola asuh terhadap anaknya.

B. Perkembangan Bahasa

1. Pengertian perkembangan bahasa

Bahasa merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan oleh

manusia. Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu ide atau suatu pemikiran

yang ingin dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh

penerima pesan melalui kode-kode tertentu baik secara verbal maupun

nonverbal. Bahasa digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi

dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan

emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada

simbol verbal. Proses pemerolehan bahasa pada anak akan menentukan

perkembangan kognitif anak secara menyeluruh (Santrock, 2007).

Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks diantara

seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi

perkembangan pemecahan masalah visio-motor merupakan indikator

paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan

kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial.

Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi

reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap

seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud

mimik, dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

15

adalah kemampuan anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari

komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan

ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-

kata atau komunikasi verbal (Soetjiningsih, 2005).

2. Tahap Perkembangan Bahasa Anak

Menurut Hidayat (2009), perkembangan bahasa pada tiap tahap

usia, yaitu :

a. Masa Neonatus (0-28 Hari)

Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukkan dengan

adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara

atau bel.

b. Masa bayi (28 hari-1 tahun)

1) Usia 1-4 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya

kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup,

berceloteh, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.

2) Usia 4-8 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi

atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa,

menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta

menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat

membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ”ba-ba”.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

16

3) Usia 8-12 bulan

Perkembangan bahasa usia ini adalah mampu mengucapkan kata

”papa” dan ”mama” yang belum spesifik, mengoceh hingga

mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan 1-2 kata.

c. Masa Anak (1-2 tahun)

Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan

bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki

sepuluh perbendaharaan kata; tingginya kemampuan meniru,

mengenal, dan responsif terhadap orang lain; mampu menunjukkan

dua gambar; mampu mengombinasikan kata-kata; serta mulai mampu

menunjukkan lambaian angota badan.

d. Masa Prasekolah

Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan

menyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua

warna; menyebutkan kegunaan benda; menghitung; mengartikan dua

kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan

jenis kata lainnya; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek

orang, dan aktivitas; menirukan berbagai bunyi kata; memahami arti

larangan; serta merespons panggilan orang dan anggota keluarga dekat.

3. Tugas-tugas perkembangan bahasa

Dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai

empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan (Yusuf, 2004).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

17

Empat tugas pokok perkembangan bahasa antara lain :

a. Pemahaman

Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.

b. Pengembangan pembendaharaan kata

Pembendaharaan kata anak-anak berkembang dimulai secara lambat

pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat

pada usia pra sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.

c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat

Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya

berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat pertama kalimat

tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture (bahasa tubuh)

untuk melengkapi cara berfikirnya.

d. Ucapan

Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui

imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang

lain (pertama orang tua). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia

sekitar 3 tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara

menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam

huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup

(Vocal) a, i, u, e,o dan huruf mati (konsonan) b, m, n, p, dan t

sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal : z, w, s, g

dan huruf rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

18

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa

Menurut Hurlock (2001), ada beberapa faktor yang menyebabkan

perbedaan perkembangan bahasa anak terkait dalam proses belajar

berbicara seorang anak antara lain :

a. Kesehatan

Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara dibanding anak yang

tidak sehat, hal ini dikarenakan motivasi yang lebih kuat untuk menjadi

anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota

kelompok tersebut.

b. Kecerdasan

Anak dengan kecerdasan yang tinggi, dalam belajar berbicara lebih

cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih baik

dibanding anak yang tingkat kecerdasan yang rendah.

c. Keadaan sosial ekonomi

Anak dari keluaraga ekonomi mampu lebih mudah belajar berbicara,

pengungkapan perasaan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara

dibanding anak dari keluarga berada lebih banyak mendapat dorongan

dan bimbingan untuk berbicara dari anggota keluarga yang lain.

Keluarga dengan ekonomi yang rendah cenderung lebih memfokuskan

pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga perkembangan

bahasa anak kurang diperhatikan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

19

d. Jenis kelamin

Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara dibanding anak laki-

laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek,

dan kurang benar dalam tata bahasa, kosa katanya pun lebih sedikit

dan pengucapan kata kurang tepat dari pada anak perempuan.

e. Keinginan berkomunikasi

Semakin kuat dalam berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat

motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin bersedia

menyisihkan waktu dan usaha yang dipergunakan untuk belajar.

f. Dorongan

Semakin banyak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya

berbicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka

belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya. Disini orang tua

khususnya ibu sebagai guru yang pertama bagi anak untuk membantu

kemampuan bicara anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah

dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak

yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

g. Ukuran keluarga

Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih

awal dan lebih baik dari pada anak dari keluarga besar, karena orang

tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar

anaknya berbicara.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

20

h. Urutan kelahiran

Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih cepat berbicara

dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang tua dapat

menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan

mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar dibanding untuk

anak yang lahir kemudian.

i. Metode pelatihan anak

Anak-anak dalam keluarga otoriter yang menekankan bahwa ”anak

harus dilihat dan bukan didengar” disini terjadi hambatan belajar,

sedangkan keluarga dengan kebebasan dan demokratis akan

mendorong anak untuk belajar bicara.

j. Kelahiran kembar

Anak yang lahir kembar pada umumnya mengalami keterlambatan

dalam bicara karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara

kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki.

Hal ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar

dapat dipahami oleh orang lain.

k. Hubungan dengan teman sebaya

Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya

menyebabkan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai

anggota kelompok sebaya, hal ini akan memperbesar motivasi anak

untuk belajar berbicara.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

21

l. Kepribadian

Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung

mempunyai kemampuan bahasa yang lebih baik, baik secara kuntitatif

maupun secara kualitatif. Sehingga kemampuan bahasa juga dapat

dijadikan sebagai petunjuk anak sehat mental.

5. Gangguan Perkembangan Bahasa Anak

Menurut Wong (2009), hal-hal yang merupakan gangguan

perkembangan bahasa anak adalah :

a. Tangis berlebihan

Bagi bayi dan balita tangis normal (tidak berlebihan) dapat

berguna karena tangisan normal merupakan kesempatan latihan untuk

koordinasi dan pertumbuhan otot bayi dan juga dapat meningkatkan

nafsu makan anak dan mendorong mereka untuk terlelap tidur.

Tangisan yang berlebihan dan berkepanjangan akan

berkembang menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan yang telah terbentuk

sukar ditanggulangi dan tidak akan hilang begitu saja. Sebaiknya

kebiasaan ini dihilangkan dan digantikan dengan bentuk komunikasi

yang lebih dapat diterima secara sosial.

b. Kesulitan dalam pemahaman

Karena kemampuan berkomunikasi bergantung pada kemampuan

memahami apa yang dikatakan orang lain dan kemampuan bicara,

maka anak yang tidak dapat memahami apa yang dikatakan orang lain

pada waktu berkomunikasi dengan mereka akan mengalami hambatan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

22

sosial. Persaingan secara sosial akan menimbulkan perasaan tidak

mampu, rendah diri dan membosankan.

c. Keterlambatan bahasa

Apabila tingkat perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas

perkembangan bicara anak yang umurnya sama yang dapat diketahui

dari ketepatan penggunaan kata, maka hubungan sosial anak akan

terhambat sama halnya apabila keterampilan bermain mereka berada

dibawah keterampilan teman sebayanya akan mempengaruhi

penyesuaian sosial anak. Kesan anggota kelompok sosial terhadap

mereka sebagai ”bayi penangis” akan menimbulkan pengaruh yang

merusak pada konsep diri anak.

d. Bicara cacat

Bicara cacat adalah bicara yang tidak tepat, secara kualitatif

kemampuan anak tidak memenuhi norma usia anak dan berisi lebih

besar kesalahan bicara untuk umur tersebut.

Bicara cacat berbeda dengan keterlambatan bicara, seperti apa

yang digambarkan diatas, yang berada dibawah norma untuk anak

tersebut yang secara kuantitatif karena kurangnya kosa kata, jeleknya

pengucapan dan kurang baiknya kalimat yang dibentuk dibandingkan

dengan anak yang normal pada umur tersebut.

e. Kerancuan bicara

Kerancuan bicara mengacu pada cacat ucapan yang serius.

Seringkali terjadi pada keluarga yang kedua orang tuanya mengalami

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

23

gangguan jiwa (neurotik), keluarga dengan hubungan antara anak

dengan orang tua tidak terjalin dengan baik, keluarga dengan ibu

memegang kepemimpinan/dominan dari pada ayah, keluarga dengan

ibu yang mengabaikan anaknya, keluarga dengan ibu yang terlalu

menuntut atau menaruh harapan yang berlebihan pada anak.

Kerancuan berkaitan dengan ketergantungan, kekotoran, kerusakan,

kegelisahan tidur, watak yang pemarah, kenegatifan, malu-malu, dan

kerewelan.

f. Dwibahasa

Dwibahasa (bilingual) adalah kemampuan menggunakan dua

bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis

tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang

lain, baik secara lisan maupun tulisan.

Bagi sebagian anak, dwibahasa merupakan gangguan yang

serius untuk belajar berbicara dengan benar. Akan tetapi penting

disadari bahwa pengarunya terhadap penyesuaian sosial dan pribadi

anak tidak sangat bergantung pada kedwibahasaan, tetapi pada kondisi

yang menimbulkannya. Dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan

lebih merupakan hambatan dari pada kelebihan bagi anak. Khususnya

usia pra sekolah karena dapat mempengaruhi penyesuaian sosialnya.

g. Kesulitan dalam percakapan

Sebagian besar anak menghadapi dua kesulitan dalam percakapan

dengan orang lain yaitu kesulitan memahami orang lain dan kesulitan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

24

mengekspresikan perasaannya. Kedua kesulitan itu menimbulkan

bahaya bagi penyesuaian sosial hal didahului dengan kesan yang

kurang menyenangkan bagi lingkungan sosialnya.

h. Bicara yang tidak disetujui secara sosial.

Anak yang pembicaraannya menyangkut hal-hal yang tidak disukai

oleh masyarakat menimbulkan kesan jelek dan seringkali memperoleh

reputasi yang tidak menyenangkan.

6. Pemeriksaan pada perkembangan anak

Pemeriksaan perkembangan anak menurut Soetjiningsih (2005) adalah :

a. Anamnesis

Pengambilan anamnesis harus mencakup uraian mengenai

perkembangan bahasa anak. Kecurigaan adanya gangguan bicara dan

tingkah laku yang bersamaan. Pertanyaan bagaimana anak bermain

dengan teman sebaya dapat mengungkap tabir tingkah laku.

b. Instrumen penyaring

Instrumen penyaring untuk menilai perkembangan bahasa. Misalnya :

Early Languge Melistone Scale (Caplan dan Gleason). The Denver

developmental screening test II / Denver II (Dodds dan Kenburg),

Reseptife- Expresif Emergent Language Scale.

c. Pemeriksaan fisik

Dapat digunakan untuk mengungkap penyakit lain dari

gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomaly telinga luar, otitis

media yang berulang, sindrom Wiliam (fasies Elfin, perawakan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

25

pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), dan celah

palatum.

Gangguan otomotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak

melakukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah dan mengulang

suku kata PA, TA, PA-TA, PA-TA-KA. Gangguan kemampuan

otomotor terdapat pada verbal apraksia.

d. Pengamatan saat bermain

Mengamati saat anak bermain dengan alat permainan yang sesuai

dengan umurnya, sangat membantu dalam mengidentifikasi gangguan

tingkah laku. Idealnya pemeriksa juga bermain dengan anaknya. Tetapi

ini tidak praktis dilakukan pada ruangan yang ramai. Pengamatan anak

saat bermain sendiri, selama pengambilan anamnesis dengan orang

tuanya, lebih mudah dilaksanakan. Anak yang memperlakukan

permainannya sebagai objek saja atau hanya sebagai satu titik pusat

perhatian saja, dapat merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah

laku.

e. Pemeriksaan laboratorium

Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes

pendengaran. Jika hasilnya mencurigakan, maka perlu dilakukan

pemeriksaan “auditory brainstem responses”.

f. Konsultasi

Pemeriksaan dari psikologi/neuropsikiater anak diperlukan jika ada

gangguan bahasa dan tingkah laku. Pemeriksaan ini meliputi riwayat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

26

dan tes bahasa, kemampuan kognitif dan tingkah laku. Ahli psikologi

wicara akan mengevaluasi cara pengobatan anak dengan gangguan

bicara. Anak akan diperiksa apakah ada masalah anatomi yang

mempengaruhi produksi suara.

7. The Denver developmental screening test (Denver II)

a. Pengertian

Denver II adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan

perkembangan anak, yang dibuat oleh Fran Kenburg & J.B. Dodds,

yang mengetahui perkembangan bahasa anak pada saat pemeriksaan

saja dan dapat memperkirakan perkembangan anak dimasa yang akan

datang, bukan merupakan tes dignostik atau tes intelegensi, tetapi

memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang

baik. Tes ini dinilai lebih mudah dibanding tes perkembangan yang

lain dan dapat diandalkan serta menunjukkan validitas yang tinggi. Tes

ini dapat dilakukan kapan saja dengan menggunakan alat sederhana,

namun begitu Denver II tidak digunakan untuk mengetahui sebab-

sebab keabnormalan/keterlambatan dalam fase perkembangan

(Soetjiningsih, 2005).

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata Denver II

secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan

anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan

pada follow up selanjutnya ternyata dari 89% kelompok Denver II

mengalami kegagalan sekolah 5-6 tahun kemudian.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

27

b. Tujuan

1) Menafsirkan perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa

dan motorik kasar pada anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun.

2) Mengetahui penyimpangan perkembangan secara dini, sehingga

upaya stimulasi dan upaya pemulihan dapat diberikan dengan

indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis tumbuh

kembang.

c. Kegunaan Denver II

1) Untuk menilai perkembangan anak sesuai usia

2) Memantau anak yang tampak tidak sehat umur dari lahir sampai

umur 6 tahun

3) Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya

kelainan perkembangan

4) Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan.

Apakah bebar-benar ada kelainan.

5) Memonitor anak dengan risiko perkembangan

d. Prinsip dalam melakukan pemeriksaan Denver II

1) Bertahap dan berkelanjutan

2) Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak

3) Buat suasana menjadi menyenangkan bagi anak

4) Dilakukan dengan wajar (tanpa paksaan atau hukuman jika anak

tidak mau melakukan) beri anak pujian jika berhasil.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

28

5) Menggunakan alat bantu sederhana, tidak berbahaya dan mudah

didapat dalam memberi stimulasi pada anak

6) Sebelum dilakukan tes, alat diletakkan diatas meja dengan tujuan

anak senang dan pada saat tes hanya alat yang diperlukan.

7) Pemeriksaan menanyakan pada ibu atau pengasuh pada item yang

bertanda L

8) Perhatikan apa yang telah dilakukan anak secara spontan dan beri

penilaian.

e. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Anak yang ada dalam kondisi dipertanyakan, abnormal atau

menolak kemampuan tes yang diberikan. Perlu tes kemampuan ulang

satu sampai dua minggu kemudian dan berikan kesempatan kepada

anak selama tiga kali untuk melakukan tes kemampuan yang diberikan.

Lakukan sektor yang kurang aktif terlebih dahulu. Personal

sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar. Dimulai dari yang

mudah di lakukan, jika anak kurang tepat melakukan beri stimulus dan

lakukan tes ulang. Tes menggunakan alat yang sama dilakukan secara

berurutan. Tes dilakukan untuk sikap sektor dan mulailah dari sebelah

kiri garis umur terus ke kanan.

f. Persiapan alat

1) Lembar formulir Denver II

2) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara

melakukan dan cara-cara penilaiannya.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

29

g. Petunjuk pelaksanaan

1) Tarik garis sesuai umur kronologis untuk memotong garis

horizontal tugas perkembangan pada formulir Denver II

2) Tes kemampuan anak terutama yang mendekati garis umur

3) Dilakukan secara berkelanjutan

4) Satu formulir dapat dipakai beberapa kali pada satu anak

5) Didampingi ibu atau pengasuh

6) Dalam keadaan santai

7) Memberikan posisi yang aman dan nyaman untuk anak

8) Menjelaskan tentang Denver II pada ibu atau pengasuh

9) Menggunakan test form dalam menentukan tingkat perkembangan

sesuai batas usia.

a) Menunjukkan standar anak normal bisa melakukan tugas/test

item ini sesuai dengan usia.

b) Ada beberapa item bertanda L, menunjukkan bahwa kita bisa

memperoleh skor dari orang tua

c) Nomor kecil disebelah kiri, bisa melihat petunjuk pelaksanaan

pada halaman dibaliknya.

10) Berikan huruf seperti dibawah ini tip kotak tes perkembangan yang

diberikan

a) P (Passed) = Lulus

Apabila anak dapat melakukan semua kemampuan tes yang

diberikan dengan baik. Atau ibu/pengasuh memberi laporan L,

tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

30

b) F (Fail) = Gagal

Apabila anak gagal atau tidak dapat melakukan test

kemampuan yang diberikan. Atau ibu/pengasuh memberi

laporan bahwa anak tidak dapat melakukan dengan baik.

c) No : No opportunity = tidak ada kesempatan

Anak tidak mempunyai kesempatan melakukan test karena ada

hambatan

d) R (Refusal) = menolak

Anak menolak untuk melakukan test.

e) B (By report) = Dengan bantuan orang tua

Anak melakukan test dengan bantuan dari orang tua. Apabila

anak dapat melakukannya, berarti lulus (P) sedangkan apabila

anak tidak dapat melakukannya, berarti gagal (F).

O = F (Fail/gagal)

M = R (Refusal/menolak)

V = P (Pass/lewat)

Setelah itu dihitung masing-masing sektor, berapa jumlah P,

berapa jumlah F dsb. Berdasarkan pedoman hasil tes

diklasifikasikan dalam normal, abnormal, meragukan dan tidak

dapat dites.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

31

h. Interpretasi hasil tes

Menurut Soetjiningsih (2005), interpretasi hasil tes dibedakan menjadi

3 yaitu :

1) Normal

a) Lulus semua tes kemampuan yang diberikan atau tidak terdapat

keterlambatan / delay

b) Paling banyak satu caution/peringatan

c) Dapat dilakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol kesehatan

berikutnya

2) Suspect

a) Apabila pada satu sektor didapatkan 2 atau lebih caution atau

delay atau lebih

b) Dapat dilakukan ulangan dalam 1-2 minggu untuk

menghilangkan faktor sesaat (rasa takut, keadaan sakit,

kelelahan).

3) Unstable/Tidak dapat diuji.

a) Apabila ada sektor menolak 1 atau lebih item sebelah kiri garis

umur.

b) Menolak lebih dari 1 item pada area 75%-90% (warna kelabu)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tuadigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-nurbayahas-6163-2-babii.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua ... Orang tua terombang-ambing

32

C. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : (Hurlock, 2001)

D. Hipotesa Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sehingga tidak ada hipotesis

penelitian.

Perkembangan Bahasa

Faktor internal : 1. Kesehatan 2. Kelahiran kembar 3. Kepribadian 4. Kecerdasan 5. Urutan kelahiran 6. Jenis kelamin 7. Dorongan Faktor eksternal : 1. Keadaan ekonomi 2. Urutan keluarga 3. Metode pelatihan anak / pola

asuh 4. Hubungan dengan teman sebaya

Pola asuh orang tua : 1. bisa diandalkan 2. permisif 3. otoriter 4. campuran