bab ii tinjauan pustaka a. pengertian perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/bab ii.pdf · 2019....

30
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu terlibat dalam pergaulan dengan sesamanya, sehingga terjadi hubungan antar manusia yang disebut juga dengan hubungan antar individu. Hubungan antar individu menimbulkan perhubungan yang dapat bersifat perhubungan biasa dan perhubungan hukum. Suatu perhubungan disebut perhubungan hukum, apabila hubungan antara dua orang atau dua pihak tersebut diatur oleh hukum, yaitu hubungan antara sesama manusia yang dilindungi oleh hukum atau akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pergaulan itu dilindungi oleh hukum. “Hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak atau lebih didahului oleh perbincangan- perbincangan di antara para pihak dan adakalanya mewujudkan suatu perjanjian atau perikatan”. 11 Hubungan hukum yang timbul karena perjanjian itu mengikat kedua belah pihak yang membuat perjanjian, sebagaimana daya mengikat di dalam sebuah Undang-Undang. Hal ini sesuai dengan ketentuan pada pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi: semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. “Ikatan yang lahir dari 11 Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, 1986, Alumni, Bandung, hal. 17

Upload: others

Post on 03-Mar-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perjanjian.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu terlibat dalam pergaulan

dengan sesamanya, sehingga terjadi hubungan antar manusia yang disebut

juga dengan hubungan antar individu. Hubungan antar individu menimbulkan

perhubungan yang dapat bersifat perhubungan biasa dan perhubungan

hukum. Suatu perhubungan disebut perhubungan hukum, apabila hubungan

antara dua orang atau dua pihak tersebut diatur oleh hukum, yaitu hubungan

antara sesama manusia yang dilindungi oleh hukum atau akibat-akibat yang

ditimbulkan oleh pergaulan itu dilindungi oleh hukum. “Hubungan hukum

antara dua orang atau dua pihak atau lebih didahului oleh perbincangan-

perbincangan di antara para pihak dan adakalanya mewujudkan suatu

perjanjian atau perikatan”.11

Hubungan hukum yang timbul karena perjanjian itu mengikat kedua

belah pihak yang membuat perjanjian, sebagaimana daya mengikat di dalam

sebuah Undang-Undang. Hal ini sesuai dengan ketentuan pada pasal 1338

KUH Perdata yang berbunyi: semua persetujuan yang dibuat secara sah

berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. “Ikatan

yang lahir dari

11 Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, 1986, Alumni, Bandung, hal. 17

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

11

perjanjian dinamakan perikatan. Jadi dapat dikatakan bahwa perjanjian itu

menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya”.12

Menurut Kitab Undang Undang Hukum Perdata, dijelaskan bahwa

Perjanjian menurut Pasal 1313 berbunyi : Suatu Perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang lain atau lebih. Perjanjian merupakan sendi yang penting dari

Hukum Perdata, karena hukum perdata banyak mengandung peraturan-

peraturan hukum yang berdasarkan atas janji seseorang. “Perjanjian

menerbitkan suatu perikatan antara para pihak yang membuatnya, dengan

demikian hubungan hukum antara peikatan dan perjanjian adalah bahwa

perjanjian menerbitkan perikatan”.13

Perjanjian adalah sumber perikatan di samping sumber lain, yaitu

Undang-Undang, hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan pasal 1233 KUH

Perdata yang menyatakan bahwa: Tiap-tiap perjanjian dilahirkan baik karena

persetujuan, baik karena Undang-Undang. Perikatan menunjukkan adanya

suatu hubungan hukum antara para pihak yang berisi hak dan kewajiban

masing-masing. Perjanjian menunjukkan suatu janji atau perbuatan hukum

yang saling mengikat antara para pihak.

Beberapa sarjana memberikan definisi tentang perjanjian dan

perikatan diantaranya adalah :

1. Menurut Rutten

12Prof. Subekti, S.H, Hukum Perjanjian, 2008, PT. Intermasa, Jakarta, hal. 1 13

Ibid.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

12

Perjanjian adalah perbuatan hukum yang terjadi sesuai dengan formalitas-

formalitas dari peraturan hukum yang ada, tergantung dari persesuaian

pernyataan kehendak dua atau lebih orang-orang yang ditujukan untuk

timbulnya akibat hukum demi kepentingan salah satu pihak atas beban

pihak lain atau demi kepentingan dan atas beban masing-masing pihak

secara timbal balik.

2. Hukum adat

Perjanjian menurut adat disini adalah “perjanjian dimana pemilik rumah

memberikan ijin kepada orang lain untuk mempergunakan rumahnya

sebagai tempat kediaman dengan pembayaran sewa dibelakang (atau juga

dapat terjadi pembayaran dimuka)”.14

3. Prof. Subekti

“Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, berdasar mana

pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain

berkewajiban memenuhi itu”.15

4. Pitlo

“Perikatan adalah hubungan hukum yang bersifat kekayaan antara dua

orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan

pihak yang lain berkewajiban (debitur)”.16

Dari definisi yang dikemukakan oleh Prof. Subekti, dapat disimpulkan

bahwa perikatan memiliki unsur-unsur sebagai berikut :17

14https://audiiayu.wordpress.com/2013/04/14/makalah-hukum-perjanjian/ diakses pada tanggal 20

Mei 2016 15 Prof. Subekti, Hukum Perdata, 2008, Intermasa, Jakarta, hal. 58 16 Setiawan, R., Pokok-Pokok Hukum Perikatan, 2009, Bina Cipta, Bandung, hal. 10

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

13

1. Adanya hubungan hukum, yaitu hubungan yang akibatnya diatur oleh

hukum.

2. Adanya pihak kreditur dan debitur, yaitu pihak yang aktif berpiutang

(kreditur) dan berhak atas prestasi tertentu, sedangkan debitur adalah pihak

yang diwajibkan memberikan prestasi tertentu.

3. Adanya prestasi, yaitu hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan baik oleh

kreditur maupun oleh debitur sebagaimana diatur dalam pasal 1234 KUH

Perdata yang menyatakan bahwa: Tiap perikatan adalah untuk berbuat

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.

Perikatan untuk memberikan sesuatu berupa menyerahkan sesuatu

barang atau memberikan kenikmatan atas suatu barang, misalnya pihak yang

menyewakan berkewajiban memberikan barang atau kenikmatan dari obyek

sewa menyewa kepada pembeli. Perikatan untuk berbuat sesuatu berupa

perjanjian.

B. Asas-Asas Perjanjian.

Dalam hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang

merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan. Beberapa

asas-asas tersebut adalah :

1. Asas Kontrak sebagai Hukum Mengatur

Hukum mengatur (aanvullen recht) adalah peraturan-peraturan hukum

hukum yang berlaku bagi subjek hukum, misalnya para pihak dalam

17 Sunaryati Hartono, Capita Selecta Perbandingan Hukum, 1989, Bina Cipta, Bandung, hal. 7

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

14

suatu kontrak. Akan tetapi, ketentuan hukum seperti ini tidak mutlak

berlakunya, karena jika para pihak mengatur sebaliknya, maka yang

berlaku adalah apa yang diatur oleh para pihak tersebut. Jadi, peraturan

yang bersifat umum mengatur dapat disimpangi oleh para pihak. Pada

prinsipnya hukum kontrak termasuk kategori hukum mengatur, yakni

sebagian besar (meskipun tidak menyeluruh) dari hukum kontrak tersebut

dapat disimpangi oleh para pihak dengan mengaturnya sendiri. Oleh

karena itu, hukum kontrak ini disebut hukum yang mempunyai sistem

terbuka (open system). Sebagai lawan dari hukum mengatur adalah

hukum yang memaksa (dwingend recht, mandatory). Dalam hal ini yang

dimaksud dengan hukum memaksa adalah “aturan hukum yang berlaku

secara memaksa atau mutlak, dalam arti tidak dapat disimpangi oleh para

pihak yang terlibat dalam suatu perbuatan hukum, termasuk oleh para

pihak dalam suatu kontrak”.18

2. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)

Asas ini merupakan konsekuensi dari berlakunya asas kontrak sebagai

hukum mengatur. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan asas

kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang mengajarkan bahwa dalam

suatu kontrak para pihak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau

tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasanya untuk mengatur

sendiri isi kontrak tersebut. Asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh

rambu-rambu hukum sebagai berikut :

18 http://www.legalakses.com/xmlrpc.php diakses pada tanggal 21 Mei 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

15

a. harus memenuhi syarat sebagai suatu kontrak.

b. tidak dilarang oleh undang-undang.

c. tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku.

d. harus dilaksanakan dengan itikad baik.

3. Asas Pacta Sunt Servanda

Istilah pacta sunt servanda mempunyai arti bahwa janji itu mengikat,

yang dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak ini ialah bahwa

kontrak yang dibuat secara sah oleh para pihak tersebut secara penuh

sesuai isi kontrak tersebut. Istilah lain dari asas ini adalah my word is my

bonds, yang artinya dalam bahasa Indonesia bahwa jika sapi dipegang

talinya, jika manusia dipegang mulutnya, mengikat secara penuh atas

kontrak-kontrak yang dibuat oleh para tersebut oleh hukum kekuatanya

dian’ggap sama saja dengan kekuatan mengikat dari suatu undang-

undang. “Oleh karena itu, apabila suatu pihak dalam kontrak yang telah

dibuatnya oleh hukum disediakan ganti rugi atau bahkan pelaksaan

kontrak secara paksa”.19

b. Asas Konsensual

Yang dimaksud dengan asas konsensual dari suatu kontrak adalah bahwa

jika suatu kontrak telah dibuat, maka dia telah sah dan mengikat secara

penuh, bahkan pada prinsipnya persyaratan tertulis pun tidak disyaratkan

oleh hukum, kecuali untuk beberapa jenis kontrak tertentu, yang memang

dipersyaratkan syarat tertulis.

19

Ibid.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

16

c. Asas Obligatoir

Asas obligatori adalah suatu asas yang menetukan bahwa jika suatu

kontrak telah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatan itu

hanya sebatas timbulnya hak dan kewajiban semata-mata, sedangkan

prestasi belum dapat dipaksakan karena kontrak kebendaan (zakelijke

overeenkomst) belum terjadi. Jadi, jika terhadap kontrak jual beli

misalnya, maka dengan kontrak saja, hak milik belum berpindah, jadi

baru terjadi kontrak obligatoir saja. Hak milik tersebut baru dapat

berpindah setelah adanya kontrak kebendaan atau sering disebut serah

terima (levering). Hukum kontrak di Indonesia memberlakukan asas

obligatoir ini karena berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kalaupun hukum adat tentang kontrak tidak mengakui asas obligatoir

karena hukum adat memberlakukan asas kontrak riil, artinya suatu

kontrak haruslah dibuat secara riil, dalah hal ini harus dibuat secara

terang dan tunai. Kontrak harus dilakukan di depan pejabat tertentu,

misalnya di depan penghulu adat atau ketua adat, yang sekaligus juga

dilakukan levering-nya. “Jika hanya sekedar janji saja, seperti dalam

sistem obligatoir, dalam hukum adat kontrak semacam ini tidak

mempunyai kekuatan sama sekali”.20

20

Ibid.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

17

C. Syarat-Syarat Perjanjian.

Lahirnya suatu perjanjian terjadi apabila ada kata sepakat dan

pernyataan sebelah menyebelah. Kata sepakat dalam hal ini adalah mengenai

hal-hal yang pokok baik berbenuk lisan ataupun tulisan “Sedangkan

pernyataan sebelah menyebelah terjadi apabila satu pihak yang menawarkan

menyatakan tentang perjanjian dan pihak lawan setuju tentang apa yang

dinyatakan sebelumnya”.21

Dalam pasal 1320 KUH Perdata disebutkan bahwa untuk sahnya

persetujuan-persetujuan diperlukan empat syarat :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3. Suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

Dalam rumusan pasal di atas disebutkan bahwa untuk sahnya

perjanjian diperlukan empat syarat. Kedua syarat pertama dinamakan syarat

subyektif, karena kedua syarat tersebut mengangkut subyek perjanjian,

sedangkan kedua syarat terakhir disebut syarat obyektif, karena mengangkut

obyek perjanjian. Terdapatnya cacat kehendak (yang disebabkan adanya

keliru, paksaan ataupun penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan

megakibatkan dapat dibatalkannya perjanjian. “Jika obyeknya tidak tertentu

21 https://legalbanking.wordpress.com///materi-hukum//-dasar-dasar-hukum-perjanjian diakses

tanggal 7 Juni 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

18

atau dapat ditentukan atau kausanya tidak halal maka perjanjian tersebut batal

demi hukum”.22

D. Jenis-Jenis Perjanjian.

a. Berdasarkan Hak dan Kewajiban

Penggolongan ini dilihat dari Hak dan Kewajiban para pihak. “Adapun

perjanjian-perjanjian yang dilakukan para pihak menimbulkan hak dan

kewajiban-kewajiban pokok seperti pada jual beli dan sewa-menyewa”.23

1. Perjanjian Sepihak

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang hanya ada kewajiban pada

satu pihak, dan hanya ada hak pada hak lain. Perjanjian yang selalu

menimbulkan kewajiban-kewajiban hanya bagi satu pihak.Misalnya

perjanjian pinjam pakai.

2. Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian dimana hak dan kewajiban ada

pada kedua belah pihak. Jadi pihak yang berkewajiban melakukan suatu

prestasi juga berhak menuntut suatu kontra prestasi.Misalnya perjanjian

jual-beli dan Perjanjian sewa-menyewa. Perjanijian timbal balik dibagi

dua, yaitu :

a. Perjanjian timbal balik sempurna

b. Perjanjian timbal balik tidak sempurna

22

Ibid. 23 http://juraganmakalah.blogspot.com/2013/06/jenis-jenis-perjanjian.html. Op.Cit.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

19

Perjanjian timbal balik tidak sempurna senantiasa menimbulkan suatu

kewajiban pokok bagi satu pihak, sedangkan pihak lainnya wajib

melakukan sesuatu. Di sini tampak adanya prestasi yang seimbang satu

sama lain. Misalnya, si penerima pesan senantiasa wajib untuk

melaksanakan pesan yang dikenakan atas pundak orang yangmemberi

pesan. Penerima pesan melaksanakan kewajiban tersebut, apabila si

penerima pesan telah mengeluarkan biaya-biaya atau olehnya telah

diperjanjikan upah, maka pemberi pesan harus menggantikannya.

b. Berdasarkan keuntungan yang diperoleh

Penggolongan ini didasarkan pada keuntungan salah satu pihak dan adanya

prestasi dari pihak lainnya.

1. Perjanjian Cuma-Cuma

Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan

bagi salah satu pihak saja.Misalnya perjanjian hibah, perjanjian pinjam

pakai.

2. Perjanjian Asas Beban

Perjanjian asas beban adalah perjanjian atas prestasi dari pihak yang

satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain dan antara kedua

prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. Misalnya saja A

menjanjikan kepada B suatu jumlah tertentu, jika B menyerahkan

sebuah benda tertentu pula kepada A.

c. Berdasarkan nama dan pengaturan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

20

Penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang tercantum di

dalam Pasal 1319 KUH Perdata. Di dalam pasal 1319 KUH Perdata hanya

disebutkan dua macam perjanjian menurut namanya, yaitu perjanjian

nominaat (bernama) dan perjanjian innominaat (tidak bernama).

1. Perjanjian Bernama (nominaat)

Isilah kontrak nominaat merupakan terjemahan dari nominaat contract.

Kontrak nominaat sama artinya dengan perjanjian bernama atau

benoemde dalam bahasa Belanda. Kontrak nominaat merupakan

perjanjian yang dikenal dan terdapat dalam pasal 1319 KUH Perdata.

Pasal 1319 KUH Perdata berbunyi:Semua perjanjian, baik yang

mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu

nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini

dan bab yang lalu.Misalnya Perjanjian jual beli, sewa menyewa,

penitipan barang, pinjam pakai, asuransi, perjanjian pengangkutan.

2. Perjanjian Tidak Bernama (innominaat)

Perjanjian tidak bernama merupakan perjanjian yang timbul, tumbuh,

hidup dan berkembang dalam masyarakat. Jenis perjanjian tidak

Bernama ini diatur di dalam Buku III KUH Perdata, hanya ada satu

pasal yang mengatur tentang perjanjian innominaat, yaitu Pasal 1319

KUH Perdata yang berbunyi:Semua perjanjian, baik yang mempunyai

nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu

tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang

lalu.Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa perjanjian, baik yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

21

mempunyai nama dalam KUH Perdata maupun yang tidak dikenal

dengan suatu nama tertentu (tidak bernama) tunduk pada Buku III KUH

Perdata. Dengan demikian, para pihak yang mengadakan perjanjian

“innominaat tidak hanya tunduk pada berbagai peraturan yang

mengaturnya, tetapi para pihak juga tunduk pada ketentuan-ketentuan

yang tercantum dalam KUH Perdata. Misalnya sewa beli, sewa guna

usaha/leasing”.24

d. Berdasarkan tujuan perjanjian

Penggolongan ini didasarkan pada unsur-unsur perjanjian yang terdapat di

dalam perjanjian tersebut :

1. Perjanjian Kebendaan

Perjanjian kebendaan adalah Perjanjian hak atas benda dialihkan atau

diserahkan kepada pihak lain. Misalnya perjanjian pembebanan jaminan

dan penyerahan hak milik.

2. Perjanjian Obligatoir

Perjanjian obligatoir adalah Perjanjian yang menimbulkan kewajiban

dari para pihak.

3. Perjanjian Liberatoir

Perjanjian Liberatoir adalah Perjanjian para pihak yang membebaskan

diri dari kewajiban yang ada. Misalnya pembebasan utang (pasal 1438

KUH Perdata).

e. Berdasarkan cara terbentuknya atau lahirnya perjanjian

24

Ibid.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

22

Penggolongan perjanjian ini didasarkan pada terbentuknya perjanjian itu.

Perjanjian itu sendiri terbentuk karena adanya kesepakatan kedua belah

pihak pada saat melakukan perjanjian, yaitu :

1. Perjanjian Konsensuil

Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang mengikat sejak adanya

kesepakatan (consensus) dari kedua belah pihak. Jadi perjanjian lahir

sejak detik tercapainya kata sepakat dari kedua belah pihak. Misalnya

jual beli, sewa menyewa.

2. Perjanjian Riil

Perjanjian riil adalah perjanjian yang mengikat jika disertai dengan

perbuatan/ tindakan nyata. Jadi dengan adanya kata sepakat saja,

perjanjian tersebut belum mengikat kedua belah pihak. Misalnya

Perjanjian penitipan barang, perjanjian pinjam pakai.

3. Perjanjian Formal

Perjanjian formal adalah Perjanjian yang terikat pada bentuk tertentu,

jadi bentuknya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Jika bentuk perjanjian tersebut tidak sesuai dengan ketentuan, maka

perjanjian tersebut tidak sah. Misalnya jual beli tanah harus dengan akta

PPAT, pendirian Perseroan Terbatas harus dengan akta Notaris.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

23

E. Prestasi dan Wanprestasi.

1. Prestasi

Prestasi adalah seseorang yang memberikan sesuatu, untuk berbuat

sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Pasal 1235 KUHPerdata

menyebutkan: “Dalam tiap-tiap perikatan untuk memberikan sesuatu

adalah termaktub kewajiban si berutang untuk menyerahkan kebendaan

yang bersangkutan dan untuk merawatnya sebagai seorang bapak rumah

yang baik, sampai pada saat penyerahan”.25

Dari pasal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam

suatu perikatan, pengertian memberi sesuatu mencakup pula kewajiban

untuk menyerahkan barangnya dan untuk memeliharanya hingga waktu

penyerahannya. Istilah memberikan sesuatu sebagaimana disebutkan di

dalam Pasal 1235 KUH Perdata tersebut dapat mempunyai dua

pengertian, yaitu:

1. Penyerahan kekuasaan belaka atas barang yang menjadi obyek

perjanjian.

2. Penyerahan hak milik atas barang yang menjadi obyek perjanjian,

yang dinamakan penyerahan yuridis.

Wujud prestasi yang lainnya adalah berbuat sesuatu dan tidak

berbuat sesuatu. Berbuat sesuatu adalah melakukan suatu perbuatan yang

telah ditetapkan dalam perjanjian. Sedangkan tidak berbuat sesuatu

adalah tidak melakukan sesuatu perbuatan sebagaimana juga yang telah

25Audia Novrita, Hukum Perjanjian, https://audiiayu.wordpress.com/2013 /04/14/makalah-

hukum-perjanjian/ diakses tanggal 27 Juni 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

24

ditetapkan dalam perjanjian, manakala para pihak telah menunaikan

prestasinya maka perjanjian tersebut akan berjalan sebagaimana mestinya

tanpa menimbulkan persoalan. “Namun kadangkala ditemui bahwa

debitur tidak bersedia melakukan atau menolak memenuhi prestasi

sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian”.26

Salah satu unsur dari suatu perikatan adalah adanya suatu isi atau

tujuan perikatan, yakni suatu prestasi yang terdiri dari 3 (tiga) macam :

1. Memberikan sesuatu, misalnya membayar harga, menyerahkan

barang.

2. Berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak,

membangun rumah, melukis suatu lukisan untuk pemesan.

3. Tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian tindak akan mendirikan

suatu bangunan, perjanjian tidak akan menggunakan merk dagang

tertentu.

Prestasi dalam suatu perikatan tersebut harus memenuhi syarat-

syarat:

1. Suatu prestasi harus merupakan suatu prestasi yang tertentu, atau

sedikitnya dapat ditentukan jenisnya, tanpa adaya ketentuan sulit

untuk menentukan apakah debetur telah memenuhi prestasi atau

belum.

2. Prestasi harus dihubungkan dengan suatu kepentingan. Tanpa suatu

kepentingan orang tidak dapat mengadakan tuntutan.

26

Ibid. hal. 3

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

25

3. Prestasi harus diperbolehkan oleh Undang-Undang, kesusilaan dan

ketertiban umum.

4. Prestasi harus mungkin dilaksanakan.

2. Wanprestasi

Wanprestasi adalah keadaan di mana seorang telah lalai untuk

memenuhi kewajiban yang diharuskan oleh Undang-Undang.

Wanprestasi berarti debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya atau

ingkar janji, melanggar perjanjian serta melakukan sesuatu yang tidak

boleh dilakukannya. Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda

yang berarti prestasi buruk. Debitur dianggap wanprestasi bila ia

memenuhi syarat-syarat di atas dalam keadaan lalai maupun dalam

keadaan sengaja.Jadi wanprestasi merupakan akibat dari pada tidak

dipenuhinya perikatan hukum.27

Pada umumnya debitur dikatakan wanprestasi manakala ia karena

kesalahannya sendiri tidak melaksanakan prestasi, atau melakukan

sesuatu yang menurut perjanjian tidak diperbolehkan untuk dilakukan.

Menurut R.Subekti, melakukan prestasi tetapi tidak sebagaimana

mestinya juga dinamakan wanprestasi. Yang menjadi persoalan adalah

sejak kapan debitur dapat dikatakan wanprestasi. “Mengenai hal tersebut

perlu dibedakan wujud atau bentuk prestasinya. Sebab bentuk prestasi ini

27 Ibid. hal. 4

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

26

sangat menentukan sejak kapan seorang debitur dapat dikatakan telah

wanprestasi”.28

Dalam hal wujud prestasinya memberikan sesuatu, maka perlu pula

dipertanyakan apakah di dalam perjanjian telah ditentukan atau belum

mengenai tenggang waktu pemenuhan prestasinya. Apabila tenggang

waktu pemenuhan prestasi sudah ditentukan dalam perjanjian, maka

menurut Pasal 1238 KUHPerdata, debitur sudah dianggap wanprestasi

dengan lewatnya waktu pemenuhan prestasi tersebut. Sedangkan bila

tenggang waktunya tidak dicantumkan dalam perjanjian, maka dipandang

perlu untuk terlebih dahulu memperingatkan debitur guna memenuhi

kewajibannya, dan jika tidak dipenuhi, maka ia telah dinyatakan

wanprestasi.

Surat peringatan kepada debitur tersebut dinamakan somasi, dan

somasi inilah yang digunakan sebagai alat bukti bahwa debitur telah

wanprestasi. Untuk perikatan yang wujud prestasinya tidak berbuat

sesuatu, kiranya tidak menjadi persoalan untuk menentukan sejak kapan

seorang debitur dinyatakan wanprestasi, sebab bila debitur melakukan

sesuatu perbuatan yang dilarang dalam perjanjian maka ia dinyatakan

telah wanprestasi.

Wanprestasi yang dilakukan debitur dapat berupa 4 (empat)

macam:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan;

28

Ibid.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

27

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan;

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Ada pendapat lain mengenai syarat-syarat terjadinya wanprestasi,

yaitu sebagai berikut :

1. Debitur sama sekali tidak berprestasi, dalam hal ini kreditur tidak

perlu menyatakan peringatan atau teguran karena hal ini percuma

sebab debitur memang tidak mampu berprestasi;

2. Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya, dalam hal ini debitur

sudah beritikad baik untuk melakukan prestasi, tetapi ia salah dalam

melakukan pemenuhannya;

3. Debitur terlambat berprestasi, dalam hal ini debitur masih mampu

memenuhi prestasi namun terlambat dalam memenuhi prestasi

tersebut.

Akibat hukum dari debitur yang telah melakukan wanprestasi

adalah hukuman atau sanksi sebagai berikut:

1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat

dinamakan ganti-rugi;

2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;

3. Peralihan risiko. Benda yang dijanjikan obyek perjanjian sejak saat

tidak dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur;

4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

28

Disamping debitur harus menanggung hal tesebut diatas, maka

yang dapat dilakukan oleh kreditur dalam menghadapi debitur yang

wanprestasi ada lima kemungkinan sebagai berikut:

1. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian, walaupun pelaksanaannya

terlambat;

2. Dapat menuntut penggantian kerugian, berdasarkan Pasal 1243

KUHPerdata, ganti rugi tersebut dapat berupa biaya, rugi atau bunga;

3. Dapat menuntut pemenuhan dan penggantian kerugian;

4. Dapat menuntut pembatalan atau pemutusan perjanjian; dan

5. Dapat menuntut pembatalan dan penggantian kerugian.

F. Perjanjian Kredit.

Menurut pasal 1 ayat (11) UU No.10 tahun 1998 tentang Perubahan

atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, kredit adalah “Penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.29

Unsur-unsur di dalam sebuah perjanjian kredit diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Kepercayaan, keyakinan pemberi kredit bahwa kredit tersebut akan

terbayar kembali.

29https://legalbanking.wordpress.com, materi-hukum/dasar-dasar-hukum-perjanjian, Op.Cit.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

29

2. Waktu, pemberian kredit dan pembayaran kembali memiliki jangka waktu

tertentu.

3. Resiko, bahwa setiap pemberian kredit selalu memiliki resiko, semakin

lama jangka waktu yang diberikan, semakin tinggi resiko kredit tersebut.

4. Prestasi, prestasi dalam perjanjian kredit adalah pemberian obyek kredit

(bisa berupa uang ataupun barang dan jasa, tapi yang paling sering

dijumpai adalah uang).

Sedangkan mengenai jenis-jenis kredit dapat dibedakan sebagai

berikut :

a. Dari segi tujuan penggunaannya, kredit dibagi menjadi:

1. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan kepada bentuk usaha

yang menghasilkan barang dan/atau jasa. Kredit Produktif dapat

berupa KMK (kredit modal kerja) yaitu kredit diberikan untuk

membiayai kebutuhan usaha, atau KI (kredit investasi) yaitu kredit

diberikan untuk membiayai pengadaan barang modal/jasa.

2. Kredit komsumtif, yaitu kredit diberikan untuk membiayai kebutuhan

konsumtif masyarakan pada umumnya.

b. Dari segi jangka waktunya, kredit dibagi menjadi:

1. Kredit jangka pendek, tidak melebihi 1 tahun.

2. Kredit jangka menengah, lebih dari 1 tahun tapi tidak lebih dari 3

tahun.

3. Kredit jangka panjang, lebih dari 3 tahun.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

30

Setiap kredit yang telah disepakati antara pemberi dan penerima

kredit, harus dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit. Akar dari perjanjian

kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam. Syarat sah perjanjian kredit

adalah sama dengan syarat sah perjanjian pada umumnya, yaitu yang

tercantum pada pasal 1320 BW: kesepakatan, cakap hukum, suatu hal tertentu

dan suatu sebab yang halal. Fungsi dari dibuatnya perjanjian kredit adalah

sebagai:

a. Perjanjian pokok, yang biasanya diikuti dengan perjanjian penjaminan.

b. Sebagai alat bukti, mengenai hak dan kewajiban para pihak.

c. Sebagai alat pemantauan kredit.

Bentuk perjanjian kredit dapat berupa akta bawah tangan ataupun akta

otentik.Pasal 1874 KUHPerdata: Akta di bawah tangan adalah surat atau

tulisan yang dibuat oleh para pihak tidak melalui perantaraan pejabat yang

berwenang untuk dijadikan alat bukti. Pasal 1868 KUHPerdata: Akta otentik

adalah akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh UU yang dibuat oleh

atau dihadapan pegawai yang berkuasa (pegawai umum) untuk itu, ditempat

dimana akta dibuatnya. Yang dimaksud dengan pegawai umum antara lain

notaries, PPAT, pegawai KUA, dll.

Pihak-pihak dalam perjanjian kredit :

2. Kreditur (pemberi kredit) dalam perjanjian kredit adalah bank atau

lembaga pembiayaan selain bank, sedangkan dalam perjanjian pinjam-

meminjam, pemberi pinjaman bisa saja individu biasa.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

31

3. Debitur, debitur (penerima kredit) adalah pihak yang dapat bertindak

sebagai subyek hukum, baik individu (person) atau badan hukum (recht

person).

Perjanjian kredit dapat berakhir oleh hal-hal sebagai berikut:

2. Pembayaran/pelunasan, tindakan sukarela dari debitor untuk memenuhi

perjanjian.

3. Subrogasi, penggantian hak-hak kreditur oleh pihak ketiga (pasal 1400

KUHper).

4. Pembaruan Utang (novasi), ada tiga bentuk novasi yaitu:

b. Mengganti kreditur.

c. Mengganti debitur.

d. Merubah obyek/isi perjanjian.

“Perjumpaan utang (kompensasi), kedua pihak memperjumpakan atau

memperhitungkan utang-piutang di antara keduanya sehingga perjanjian

kredit menjadi hapus (1425 KUHPer)”.30

G. Hapusnya Perjanjian.

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di dalam

hukum positif Indonesia, khususnya mengenai aturan perjanjian dapat

dijelaskan mengenai hapusnya suatu perjanjian, karena pada dasarnya suatu

perjanjian juga dapat terhapuskan karena berbagai hal di antaranya yaitu

dengan cara-cara sebagai berikut :

30

Ibid.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

32

a. Pembayaran

Adalah setiap pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian

secara sukarela. Berdasarkan pasal 1382 KUH Perdata dimungkinkan

menggantikan hak-hak seorang kreditur/berpiutang. Menggantikan hak-

hak seorang kreditur/berpiutang dinamakan subrogatie. Mengenai

subrogatie diatur dalam pasal 1400 sampai dengan 1403 KUH Perdata.

Subrogatie dapat terjadi karena pasal 1401 KUH Perdata dan karena

Undang-undang (Pasal 1402 KUH Perdata).

b. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan

uang atau barang pada Panitera Pengadilan Negeri

Adalah suatu cara pembayaran yang harus dilakukan apabila si berpiutang

(kreditur) menolak pembayaran utang dari debitur, setelah kreditur

menolak pembayaran, debitur dapat memohon kepada Pengadilan Negeri

untuk mengesahkan penawaran pembayaran itu yang diikuti dengan

penyerahan uang atau barang sebagai tanda pelunasan atas utang debitur

kepada Panitera Pengadilan Negeri. “Setelah penawaran pembayaran itu

disahkan oleh Pengadilan Negeri, maka barang atau uang yang akan

dibayarkan itu, disimpan atau dititipkan kepada Panitera Pengadilan

Negeri, dengan demikian hapuslah utang piutang itu”.31

c. Pembaharuan utang atau novasi

Adalah suatu pembuatan perjanjian baru yang menggantikan suatu

perjanjian lama. Menurut Pasal 1413 KUH Perdata ada 3 macam cara

31http://kuliahhukumperikatan12.blogspot.com/2012/03/hapusnya-perjanjian.html diakses tanggal

17 Mei 2016

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

33

melaksanakan suatu pembaharuan utang atau novasi, yaitu yang diganti

debitur, krediturnya (subyeknya) atau obyek dari perjanjian itu.

d. Perjumpaan utang atau Kompensasi

Adalah suatu cara penghapusan/pelunasan utang dengan jalan

memperjumpakan atau memperhitungkan utang piutang secara timbal-

balik antara kreditur dan debitur. Jika debitur mempunyai suatu piutang

pada kreditur, sehingga antara debitur dan kreditur itu sama-sama berhak

untuk menagih piutang satu dengan lainnya. Menurut pasal 1429 KUH

Perdata, perjumpaan utang ini dapat terjadi dengan tidak membedakan

darimana sumber utang-piutang antara kedua belah pihak itu telah terjadi,

kecuali :

1. Apabila penghapusan/pelunasan itu dilakukan dengan cara yang

berlawanan dengan hukum.

2. Apabila dituntutnya pengembalian barang sesuatu yang dititipkan atau

dipinjamkan.

3. Terdapat sesuatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang

telah dinyatakan tak dapat disita (alimentasi).

e. Percampuran utang

Adalah apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur) dan orang

berutang (debitur) berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi

hukum suatu percampuran utang dengan mana utang-piutang itu

dihapuskan, misalnya: debitur menikah dengan krediturnya, atau debitur

ditunjuk sebagai ahli waris tunggal oleh krediturnya.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

34

f. Pembebasan utang

Menurut pasal 1439 KUH Perdata, Pembebasan utang adalah suatu

perjanjian yang berisi kreditur dengan sukarela membebaskan debitur dari

segala kewajibannya.

g. Musnahnya barang yang terutang

Adalah jika barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah, tak

lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tak diketahui

apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, jika barang tadi

musnah atau hilang di luar kesalahan si berutang dan sebelum ia lalai

menyerahkannya.

h. Batal/Pembatalan

Menurut pasal 1446 KUH Perdata adalah, pembatalan atas perjanjian yang

telah dibuat antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian, dapat

dimintakan pembatalannya kepada Hakim, bila salah satu pihak yang

melakukan perjanjian itu tidak memenuhi syarat subyektif yang tercantum

pada syarat sahnya perjanjian.Menurut Prof. Subekti permintaan

pembatalan perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Secara aktif menuntut pembatalan perjanjian tersebut di depan hakim;

2. Secara pembelaan maksudnya adalah menunggu sampai digugat di

depan hakim untuk memenuhi perjanjian dan baru mengajukan

kekurangan dari perjanjian itu.

i. Lewat waktu

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

35

Menurut pasal 1946 KUH Perdata, daluwarsa atau lewat waktu adalah suatu

upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perjanjian

dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan

oleh undang-undang.Dalam pasal 1967 KUH Perdata disebutkan bahwa

segala tuntutan hukum, baik yang bersifat kebendaan, maupun yang bersifat

perseorangan hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh

tahun. Dengan lewatnya waktu tersebut, maka perjanjian yang telah dibuat

tersebut menjadi hapus.

H. Unsur-Unsur Kredit.

Dalam pemberian kredit oleh suatu lembaga perkreditan didasarkan

atas kepercayaan, sehingga dengan demikian kredit merupakan suatu

pemberian kepercayaan oleh lembaga perkreditan kepada pihak lain (debitur).

Hal ini menunjukkan bahwa lembaga kredit baru akan memberikan kredit

kalau benar-benar yakin bahwa penerima kredit (debitur) akan

mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan

syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tanpa adanya

keyakinan dan kepercayaan tersebut, lembaga perkreditan tidak akan

menyalurkan dana simpanan masyarakat yang telah diterimanya. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan kredit mengandung unsur-unsur

sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

36

Hal ini merupakan suatu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa kredit

yang akan diberikan baik berupa barang, uang atau jasa kepada si

penerima kredit akan benar-benar akan diterima kembali sesuai dengan

jangka waktu yang telah disepakati di masa yang akan datang.

2. Jangka Waktu

Setiap pemberian kredit mempunyai jangka waktu tertentu, dimana jangka

waktu tersebut merupakan masa pengembalian sesuai dengan kesepakatan

yang ada. Jangka waktu yang diberikan dibagi menjadi tiga pilihan, yaitu

jangka pendek (di bawah 1 tahun), jangka menengah (1 tahun sampai 3

tahun), dan jangka panjang (di atas 3 tahun). Jangka waktu tersebut

merupakan batas pengembalian kredit yang diberikan sesuai dengan yang

telah disepakati. “Dalam unsur jangka waktu ini, mengandung pengertian

nilai agio dari uang yaitu besar uang yang diberikan sekarang lebih tinggi

dibandingkan besar uang yang akan diterima di masa mendatang”.32

3. Kesepakatan

Kesepakatan merupakan suatu perjanjian yang dilakukan antara kedua

belah pihak dengan cara masing-masing pihak menandatangani hak dan

kewajiban sesuai yang tercantum dalam perjanjian tersebut. Kemudian

kesepakatan tersebut dituangkan dalam suatu akad kredit sebelum dana

kredit diberikan.

4. Resiko

32Dhian Ari Pramudya, Proses Pemberian Kredit Umum Pada Pd. Bpr Bank Pasar Kabupaten

Boyolali,Tugas Akhir,Program Studi Diploma III Keuangan Dan Perbankan Fakultas

EkonomiUniversitas Sebelas MaretSurakartaTahun 2010, hal. 12

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

37

Merupakan suatu akibat yang muncul karena adanya jangka waktu dalam

pengembalian yang memungkinkan terjadinya keterlambatan atau macet

proses pengembalian kredit, sehingga dapat menimbulkan resiko yang

harus ditanggung oleh si pemberi kredit. Semakin lama jangka waktu

kredit yang diberikan akan semakin tinggi pula tingkat resikonya.

5. Balas Jasa

Balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan yang diterima atas

pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa disebut

dengan nama bunga. Selain itu balas jasa yang diterima berasal dari biaya

administrasi kredit yang mana akan menjadi keuntungan bank. Bagi bank

yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi

hasil.

I. Fungsi dan Tujuan Kredit.

Pemberian fasilitas kredit oleh suatu bank mempunyai tujuan-tujuan

tertentu. Tujuan kredit tersebut merupakan kegiatan untuk menunjang misi

bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit antara lain :

1. Memperoleh keutungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.

Hasil keuntungan yang diperoleh berupa bunga yang akan diterima oleh

bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan

kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.

2. Membantu usaha nasabah

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

38

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun untuk modal kerja.

Dengan dana tersebut debitur dapat mengembangkan dan memperluas

usahanya.

3. Membantu pemerintah

Semakin banyak kredit yang disalurkan berupa dana kepada masyarakat

bertujuan untuk membantu masyarakat dalam rangka peningkatan

pembangunan khususnya di sektor riil. Keuntungan bagi pemerintah yaitu

penerimaan pajak yang diperoleh dari nasabah bank, membuka

kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat

devisa negara, meningkatkan devisa negara apabila produk dari kredit

dibiayai untuk ekspor.

“Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang

peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena usaha pokok bank

adalah memberikan fasilitas kredit yang mempunyai pengaruh besar dalam

kehidupan khususnya bidang perekonomian”.33

Menurut Muchadarsyah

Sinungan fungsi kredit adalah :

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang

Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk

menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Kredit dapat meningkatkan daya guna barang

33

Ibid. hal. 14

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian.repository.unigoro.ac.id/34/2/BAB II.pdf · 2019. 12. 19. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian. Dalam kehidupan sehari-hari,

39

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakanoleh si debitur

untuk mengolah barang yang tidak beguna menjadi berguna atau

bermanfaat.

3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang disalurkan akan berdar dari wilayah ke wilayah

lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh

kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah

lainnya.

4. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi

Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang

diperlukan oleh masyarakat. Dapat pula kredit membantu dalam

mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri, sehingga

meningkatkan devisa negara.

5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,

apalagi bagi nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

6. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama

dalam meningkatkan pendapatan.

7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling

membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.