bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulu

19
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dari beberapa penelitian terdahulu yang memberikan pengetahuan luas mengenai kehidupan masyarakat tunagrahita di Kabupaten Ponorogo Penelitian yang berjudul “Konsep Diri Para Penderita Difabel” yang diteliti oleh Nur Catri Yuni Hastuti dari program studi Psikologi fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2014. Tempat penelitian dilaksanakan di daerah Surabaya dan Sidoarjo dengan fokus penelitian bagaimana konsep diri para penderita difabel. Penelitian yang berjudul “Karateristik Sosial Ekonomi dan Demografi Anak Jalanan di Kota Malang” yang diteliti oleh Dwi Eko Waluyo dan Ida Nuraini Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini membahas tentang kesenjangan social ekonomi yang mengakibatkan kemunculan permasalahan-permasalahan social ekonomi baik itu di pedesaan maupun di perkotaan yang masalahnya lebih komplek, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karateristik social ekonomi dan demografi anak jalanan di Malang, yang meliputi : tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat atau lokasi mencari nafkah, tingkat pendapatan, lama jam bekerja, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan anak jalanan dan pendidikan orang tua, daerah asal dan tempat tinggal di Malang.

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dari beberapa penelitian terdahulu yang memberikan pengetahuan luas

mengenai kehidupan masyarakat tunagrahita di Kabupaten Ponorogo

Penelitian yang berjudul “Konsep Diri Para Penderita Difabel” yang

diteliti oleh Nur Catri Yuni Hastuti dari program studi Psikologi fakultas

Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada

tahun 2014. Tempat penelitian dilaksanakan di daerah Surabaya dan Sidoarjo

dengan fokus penelitian bagaimana konsep diri para penderita difabel.

Penelitian yang berjudul “Karateristik Sosial Ekonomi dan Demografi

Anak Jalanan di Kota Malang” yang diteliti oleh Dwi Eko Waluyo dan Ida

Nuraini Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian

ini membahas tentang kesenjangan social ekonomi yang mengakibatkan

kemunculan permasalahan-permasalahan social ekonomi baik itu di pedesaan

maupun di perkotaan yang masalahnya lebih komplek, penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan karateristik social ekonomi dan demografi anak jalanan di

Malang, yang meliputi : tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat atau lokasi

mencari nafkah, tingkat pendapatan, lama jam bekerja, jenis kelamin, umur,

tingkat pendidikan anak jalanan dan pendidikan orang tua, daerah asal dan tempat

tinggal di Malang.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

7

B. Landasan Teori

1. Pengertian, Klasifikasi, dan Karateristik Tunagrahita

a. Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita adalah keadaan atau kondisi dimana intelektual seseorang

berfungsi di bawah rata-rata dalam suatu tahap perkembangan dan berkaitan

dengan kelemahan pada penyesuaian perilaku serta penyesuaian sosialnya

(Sumarnonugroho 1987 : 114).

American Association on Mental Deficiency/ AAMD (Moh. Amin,

2005: 22), mendefinisikan tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi

intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes

dan muncul ssebelum usia 16 tahun. Endang Rochyadi dan Zainal Alimin

(2005: 11) menyebutkan bahwa “tunagrahita berkaitan erat dengan masalah

perkembangan kemampuan kecerdasan yang rendah dan merupakan sebuah

kondisi”. Hal ini ditunjang dengan pernyataan menurut Kirk (Muhammad

Effendi, 2006: 88) yaitu “Mental Retarded is not adisease but acondition”.

Jadi berdasarkan pernyataan di atas dapat dipertegas bahwasannya tunagrahita

merupakan suatu kondisi yang tidak bisa disembuhkan dengan obat apapun.

b. Klasifikasi Tunagrahita

Klasifikasi menurut AAMD (Moh. Amin, 1995: 22-24), sebagai

berikut:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

8

1) Tunagrahita Ringan (Mampu Didik)

Tingkat kecerdasannya IQ mereka berkisar 50 – 70 mempunyai

kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik,

penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja, mampu menyesuaikan

lingkungan yang lebih luas, dapat mandiri dalam masyaraakat, mampu

melakukan pekerjaan semi trampil dan pekerjaan sederhana.

2) Tunagrahita Sedang (Mampu Latih)

Tingkat kecerdasan IQ berkisar 30–50 dapat belajar keterampilan

sekolah untuk tujuan fungsional, mampu melakukan keterampilan

mengurus dirinya sendiri (self-help), mampu mengadakan adaptasi sosial

dilingkungan terdekat, mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu

pengawasan.

3) Tunagrahita Berat dan Sangat Berat (Mampu Rawat)

Tingkat kecerdasan IQ mereka kurang dari 30 hampir tidak memiliki

kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri. Ada yang masih mampu

dilatih mengurus diri sendiri, berkomunikasi secara sederhanaa dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sangat terbatas.

Sedangkan klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini (PP No

72/1999) adalah:

a) Tunagrahita ringan IQ nya 50 – 70.

b) Tunagrahita sedang IQ nya 30 – 50.

c) Tunagrahita berat dan sangt berat IQ nya kurang dari 30.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

9

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa klasifikasi anak

tunagrahita, antara lain:

a) Anak tunagrahita (mampu didik) IQ 50/55 -70/75 (debil), yaitu dapat

dididik dalam bidang akademik, mampu menyesuaikan sosial

dalamlingungan yang lebih luas, dapat mandiri, mampu melakukan

pekerjaan sosial sederhana.

b) Anak tunagrahita sedang (mampu latih) IQ 20/25 – 50/55 (Embicil),

yaitu dapat mengurus dirnya sendiri mampu melakukan pekerjaan

yang perlu pengawasan di tempat terlindungi dapat berkomunikasi dan

beradaptasi di lingkungan terdekat.

c) Anak tunagrahita berat (mampu rawat) IQ 0 – 20/25 (Idiot), yaitu

sepanjang hidupnya tergantung pada bantuan yang perawatan orang

lain.

c. Karakteristik Tunagrahita

Karakteritik Tunagrahita Ringan (Mampu Didik) Moh. Amin (2005)

mengemukakan bahwa karakteristik anaktunagrahita ringan sebagai berikut:

a) Lancar dalam berbidaram tetapik kurang perbendaharaan kata-katanya.

b) Sulit berpikir abstrak.

Pada usia 16 tahun anak mencapai kecerdasan setara dengan anak

normal 12 tahun.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

10

c) Masih dapat mengikuti pekerjaan baik di sekolah maupun di sekolah

umum.

Mumpuniarti (2007: 41-42) bahwa karakteristik anaktunagrahita ringan

dapat ditinjau secara fisik, psikis dan sosial,karakteristik tersebut antara lain :

a) Karakteristik fisik nampak seperti anak normal hanya

sedikitmengalami kelemahan dalam kemmampuan sensomotorik

b) Karakteristik psikis sukar berfikir abstrak dan logis, kurangmemiliki

kemamuan analisa, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurangmampu

mengendalikan perasaan, mudah dipengruhi kepribadian,kurang

harmonis karena tidak mampu menilai baik dan buruk.

c) Karakteristik sosial, mereka mampu bergaul, menyesuaikan

denganlingkungan yang tidak terbatas hanya pada keluarga saja,

namunada yang mampu mandiri dalam masyarakat, mampu

melakukanekerjaan yang sederhana dan melakukan secara penuh

sebagai orang dewasa, kemampuan dalam bidang pendidikan termasuk

mampu didik.

2. Sosial Ekonomi

Istilah sosial ekonomi di sini membawa kita kepada persoalan yang

saling berkaitan. Pertama manusia mahluk bersahabat atau mahluk sosial tidak

bisa hidup menyendiri, kedua manusia adalah mahluk ekonomi yang mana

manusia tidak mungkin hidup tanpa makan dan minum, secara tidak langsung

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

11

sosial ekonomi bertujuan untuk menggali persoalan ekonomi dan sosial pada

masyarakat.

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan.

Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering di bahas secara terpisah.

Pengertian sosial dalam ilmu sosial merujuk pada objek yakni masyarakat.

sedangkan pada deperteman sosial merujuk pada kegiatan yang ditunjukkan

untuk mengatasi persosalan yang di hadapi oleh masyarakat dalam bidang

kesejahteraan yang ruang lingkup pekarjaan terkait dengan kesejahteraan

sosial.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala

sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat. Sedangkan, dalam konsep

sosiologi manusia manusia sering disebut sebagai mahluk sosial yang artinya;

manusia tidak dapat hidup wajar tanpa ada bantuan orang lain di sekitar

sehingga katakata sosial dapat di tafsirkan hal-hal yang berkaitan dengan

masyarakat. Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa yunani

yakni “oikos”yang berarti keluarga atau rumah tangga dan nomos peraturan

aturan hukum. Maka, secara garis besar ekonomi diartikan sebagai peraturan

rumah tangga atau menejemen rumah tangga.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan yang ada di masyarakat atau yang lebih umumnya

terkait dengan kesejahteraan masyarakat, untuk melihat kondisi sosial

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

12

ekonomi dapat dilihat dari pekerjaan, pendidikan dan pemenuhan kebutuhan

hidup dalam rumah tangga. Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan

kedudukan sosial ekonomi atas, menengah dan bawah (Koentjaraningrat

1981;35).

3. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di pedesaan

Masyarakat miskin dipedesaan seringkali diartikan sebagai masyarakat

yang masih belum bisa mengembangkan segala usahanya sehingga perlu

diberikan program pemberdayaan guna menanggulangi masalah tersebut.

Menurut Sudiyono (1997:3-5) salah satu program pemberdayaan

masyarakat miskin dipedesaan yaitu melalui persfektif menambah produksi

pertanian untuk setiap konsumen, dan sekaligus mempertinggi pendapatan

dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan

campur tangan manusia dalam proses produksi tanaman. Riorientasi

pembangunan pertanian perlu dilakukan , karena persaingan semakin

kompetitif. Pembangunan pertanian harus menggunakan pendekatan

agribisnis yang mampu meningkatkan partisipasi, efisiensi, dan produktifitas

pertanian.

Sedangkan menurut Prayitno (1987:15-16) pemberdayaan masyarakat

miskin melalui perspektif pembangunan pedesaan. Pembangunan pedesaan

adalah strategi pembangunan yang dirangsang bagi peningkatan kehidupan

ekonomi dan social dari kelompok khusus masyarakat, yaitu si miskin

dipedesaan. Karena pembangunan pedesaan bertujuan untuk mengurangi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

13

kemiskinan, maka usaha ini harus dirangsang secara jelas dan tegas kea rah

peningkatan produksi dan produktivitas.

Menurut Combs (1985:21) mengemukakan ada empat corak pendekatan

dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan yaitu :

a. Pendekatan Menuju Penyuluhan dan Pelatihan Dipedesaan :

1) Pendekatan penyuluhan

Dalam bentuk dogmatic murni, bukan hanya mencangkupi cara

kerja penyuluhan saja, namun secara tersifat (implicly),

mencangkup keyakinan bahwa setiap dinas penyuluhan pertanian

pasti akan mampu, atas tenaga sendiri, membantu suatu

masyarakat dinamis yang menghasilkan budidaya komersial,

sambil meningkatkan mutu dan taraf kehidupan keluarga dan

masyarakat.

2) Pendekatan Diklat (pendidikan/pelatihan)

Pendekatan ini lebih menitikberatkan pengajaran yang sistematis

serta mendalam untuk meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan dasar tertentu

3) Pendekatan Swadaya Komperatif

Sebaiknya didasarkan pada asumsi bahwa proses perubahan

pedesaan yang serba murni itu harus diawali oleh perubahan dalam

watak penduduk desa itu sendiri dalam sikap mereka terhadap

pembaruan dan hasrat mereka dalam perbaikan nasib mereka

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

14

sendiri, baik secara perorangan atau berkelompok, untuk

memperbaiki nasib mereka sendiri.

4) Pendekatan Pembangunan Terpadu

Sifatnya beraneka ragam dan tegas dalam memilih idiologi dan

metode pendidikannya, cirri khasnya adalah suatu pandangan luas

mengenai proses pembangunan dan cara mengkoordinasi dalam

rangka satu “Sistem Pengolahan Tunggal” dari segala komponen

(termasuk pendidikan) terpenting, yang dipergunakan untuk

meluncurkan usaha pembangunan pertanian dipedesaan. Sistem

pengolahannya mungkin bersifat otoriter, namun mungkin pula

dirancangkan untuk member kesempatan setidaknya diwaktu

mendatang untuk peranan yang penting bagi penduduk daerah

bersangkutan dalam segala kegiatan perencanaan, pengambilan

keputusan dan pelaksanaan.

b. Pendakatan Swadaya Bagi Pembangunan Pedesaan :

Menurut pandangan ini untuk mengadakan pembangunan desa

diperlukan perombakan yang mendasar mengenai seluruh lembaga,

proses dan hubungan yang terdapat didaerah pedesaan dalam bidang

ekonomi, social, politik dan kebudayaan yang mereka pandang sebagai

hambatan utama terhadap perombakan tersebut ialah sikap fatilisme.

Sikap menerima nasib, dan sikap kketergantungan dan kurang yakin

akan kemampuan diri yang secara tradisional menjadi sikap penduduk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

15

bersangkutan dan yang diperlukan selanjutnya dalam pandangan aliran

ini ialah menciptakan kesadaran dan partisipasi politik dan kelangkaan

penduduk serta meningkatkan semangat gotong royong dengan

memperkokoh lembaga-lembaga demokrasi di daerah bersangkutan

dan memperluas dasar kepemimpinan masyarakat.

c. Pendekatan Terpadu Menuju Pembangunan Pedesaan

Pendekatan terpadu didasarkan pada pemikiran bahwa untuk

mendorong kemajuan pertanian diperlukan suatu rangkaian factor-

faktor tertentu dan bukan hanya diperlukan teknologi serta pendidikan

yang tepat melinkan juga penyediaan input dan pasaran, serta harga

yang menguntungkan.

d. Kupasan Mengenai Program Pendidikan Keterampilan Luar Bidang

Pertanian

Jelas bahwa di daerah pedesaan yang bersifat statis diperlukan juga

aneka kepandaian kejuruan, disamping yang diperlukan dalam usaha

bercocok tanam , beternak hewan, perikanan dan kehutanan,

keterampilan luar pertanian ini juga dibutuhkan oleh kaum petani dan

bukan hanya oleh kaum tukang, pengrajin dan pengusaha diluar

bidang pertanian.

Perlu pula ditegaskan dari semula bahwa bila sudah mulai

bergerak pengembangan pedesaan disuatu daerah yang lazimnya pada

awalnya dipacu oleh suatu lompatan maju dalam bidang pertanian

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

16

pasti akan meningkat permintaan terhadap aneka ragam barang dan

jasa serta juga kebutuhan akan berbagai corak keterampilan.

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,

pertama menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan

bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yangdapat

dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa

daya,karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya

untukmembangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan

membangkitkankesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkannya. (Sumodiningrat, Gunawan, (2002)

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk

memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu

berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-

hak dan tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat. Mubarak (2010)

4. Tingkat Pendidikan

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 Tahun

2003 tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

17

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (Sisdiknas, 2003).

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai

dan kemauan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap

perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan lebih tinggi

akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan

mengimplementasikannnya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari,

khususnya dalam hal kesehatan. Pendidikan formal membentuk nilai bagi

seseorang terutama dalam menerima hal baru (Suhardjo, 2007).

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga

Negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak

tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk

melayani pendidikan anak luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa

(SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus. Sekolah untuk anak luar biasa

terdiri dari :

1. SLB – A untuk anak Tunanetra

2. SLB – B untuk anak Tunarungu

3. SLB – C untuk anak Tunagrahita

4. SLB – D untuk anak Tunadaksa

5. SLB – E untuk anak Tunalaras

6. SLB – F untuk anak Berbakat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

18

7. SLB – G untuk anak Cacat Ganda

Sekolah untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :

1. SLB – C untuk Tunagrahita ringan

2. SLB – C1 untuk Tunagrahita sedang

Dalam memberikan layanan pendidikan tidak terlepas dari yang namanya

kurikulum. Kurikulum sebagai pedoman bagi sekolah. Kepala sekolah dan

guru dalam melaksanakan tugasnya. Kurikulum untuk Sekolah Luar Biasa

disesuaikan dengan tingkat ketunaannya, mulai dari tingkat TKLB sampai

dengan SMALB

Selain mempelajari mata pelajaran umum, ada juga pelajaran khususan,

untuk anak tunagrahita yaitu mata pelajaran “Bina Diri” didalamnya

mencangkup :

Kemampuan merawat diri

Mengurus diri

Menolong diri

Komunikasi dan sosialisasi

5. Usia

Istilah usia diartikan sebagai rentang kehidupan yang diukur dengan

waktu, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

19

dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur

adalah lamanya hidup yang dihitung sejak dilahirkan, (Nursalam, 2001).

6. Tempat Tinggal

Menurut Undang-undang nomor 4 tahun 1992 “rumah adalah

bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana

pembinaan keluarga”. Ada kewajiban dari orang dewasa untuk membina

anak-anak yang ada di dalam rumah mereka. Jadi rumah adalah tempat tinggal

yang dijadikan tempat berlindung keluarga serta menjadi tempat pembinaan

keluarga.

Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan

(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat

kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat.

Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati

kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah,

penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini.

Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi

kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu,

rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan

kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya. (Frick,2006:1).

Rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan

melangsungkan kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan tempat

berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

20

kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat.

Jadi setiap perumahan memiliki sistem nilai yang berlaku bagi warganya.

Sistem nilai tersebut berbeda antara satu perumahan dengan perumahan yang

lain, tergantung pada daerah ataupun keadaan masyarakat setempat. (Sarwono

dalam Budihardjo, 1998 : 148).

7. Alat Transportasi dan Komunikasi

Transportasi dapat diartikan usaha menggerakkan, mengangkut atau

memindahkan suatu objek dari satu tempat ke tempat lain, dimana di tempat

lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan

tertentu, jadi yang dimaksud alat transportasi adalah media untuk melakukan

transportasi. (Fidel Miro, 2005)

Alat komunikasi secara umum artinya adalah media yang digunakan

dalam menyampaikan informasi, baik untuk komunikasi dua arah (satu orang)

maupun banyak orang. Alat komunikasi dimanfaatkan sebagai sarana manusia

untuk mendistribusikan, menghasilkan, menyebarkan dan menyampaikan

informasi. (Laswell, 1979)

8. Tingkat Konsumsi

Konsumsi pangan merupakan factor utama dalam hal memenuhi

kebutuhan akan zat gizi. Zat gizi tersebut akan mempengaruhi petumbuhan

seseorang, zat gizi menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses

pertumbuhan dan jaringan fungsi organ tubuh. Kebutuhan gizi setiap orang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

21

berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin,umur, dan pekerjaan masing-

masing individu (Suhardjo,1989)

Menurut Dumairy (1996:114) menyatakan bahwa konsumsi adalah

bagian dari pendapatan yang dibelanjakan. Sedangkan menurut Samuelson

dan Nordhaus (1995: 123) mendefinisikan konsumsi rumah tangga adalah

pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa, akhir guna

mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat,

diantaranya:

a. Tingkat pendapatan

Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka akan tinggi juga

tingkat konsumsinya, sebaliknya jika tingkat pendapatan rendah maka

tingkat konsumsinya rendah pula.

b. Selera konsumen

Setiap orang mempunyai keinginan yang berbeda-beda dan ini juga

akan mempengaruhi pola konsumsinya, sehingga seseorang akan

mengkonsumsi makanan sesuai dengan keinginannya

c. Harga barang

Jika suatu barang mengalami kenaikan harga maka konsumsi barang

tersebut akan turun, begitupun sebaliknya.

d. Lingkungan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

22

Keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan sangat berpengaruh pada

konsumsi masyarakat. Contoh kecil jika seseorang biasanya tinggal

didaerah yang panas maka orang tersebut akan memilih air yang

dingin.

9. Pendapatan

Pendapatan (revenue) dapat diartikan sebagai total penerimaan yang

diperoleh pada periode tertentu”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh para

anggota masyarakat unuk jangka waktu tertenttu sebagai balas jasa atau

faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan (Reksoprayitno, 2004:79)

Pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi,

bahkan sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang

yang diknsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut

menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras

yang dikonsumsi adalah beras yang kualitasnya kurang baik, akan tetapi

setelah adanya penambahan pendapatan maka knsumsi beras yang awalnya

berkualitas kurang baik menjadi beras yang berkualitas yang lebih baik.

(Soekartawi, 2002:136)

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu

daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

23

kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari

konsumsi maka akan disimpan pada bank yang tujuannya adalah untuk

berjaga-jaga apabila baik kemajuan dibidang pendidikan, produksi dan

sebagainya juga mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat. Demikian pula

hanya bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat

kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula.

10. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan pekerjaan adalah aktivitas

atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang sehingga memperoleh

penghasilan.

Setiap orang mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda, setiap

pekerjaan adalah suatu pilihan, pekerjaan tersebut tentunya sesuai dengan

keahlian seseorang. Jika kita bekerja dibidang yang sesuai dengan minat dan

tipe kepribadian, umumnya akan lebih sukses dalam menjalani karir.

Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah

adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam bekerja mengandung

sesuatu unsure kegiatan social, menghasilkan sesuatu, dan akhirnya bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan, namun dibalik tujuan yang tidak langsung

tersebut orang bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa upah atau

gaji dari hasil kerjanya. Jadi pada hakiktatnya orang bekerja, tidak saja untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk

mencapai taraf hidup yang lebih baik (As’ad, 2000:46)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

24

11. Luas Tanah

Aset adalah sumber ekonomi yang diharap)kan bisa memberikan

manfaat usaha di kemudian hari, tanah adalah salah satu yang bisa disebut

asset, karena tanah sangat berguna bagi kehidupan masyarakat, semakin luas

tanah yang dimiliki bisa menjamin hidup seseorang. Banyak sekali kegunaan

tanah, contohnya untuk bertani, berbisnis ataupun utuk melakukan suatu

produksi, sehingga tanah yang luas akan menghasilkan penghasilan yang

besar juga. (Assauri, Sofyan, 1980)