bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/bab ii.pdf · 13 pihak...

23
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dapat menjadi referensi dan acuan bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam membuat penelitian. Peneliti menemukan 4 penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi. Berikut adalah hasil penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian : Penelitian yang dilakukan oleh Kadek Hendra G. dan I Made Sukartha tahun 2013 dengan variabel penelitiannya Harga Saham, Current Ratio, Return On Equity Ratio, Total Asset To Total Debt Ratio. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sampel T-test, Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian ini adalah Kinerja pasar perusahaan mengalami kenaikan yang signifikan setelah melakukan merger dan akuisisi, sedangkan kinerja keuangan perusahaan tidak mengalami kenaikan melainkan penurunan. Penelitian yang dilakukan oleh Ira A., Hj. Rina T. DP, H. Aspahani tahun 2013 dengan variabel penelitiannya ROI, ROE, DER, TATO, CR dan EPS. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wilcoxon Signed Rank Test dan Manova. Hasil penelitian ini adalah Kinerja Keuangan yang dihitung dengan ROI, ROE, DER, TATO, CR dan EPS tidak menunjukkan peningkatan sesudah akuisisi.

Upload: others

Post on 24-Nov-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dapat menjadi referensi dan acuan bagi peneliti

untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam membuat penelitian.

Peneliti menemukan 4 penelitian terdahulu yang dapat mendukung

penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah

melakukan merger dan akuisisi. Berikut adalah hasil penelitian terdahulu

yang menjadi referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian :

Penelitian yang dilakukan oleh Kadek Hendra G. dan I Made

Sukartha tahun 2013 dengan variabel penelitiannya Harga Saham, Current

Ratio, Return On Equity Ratio, Total Asset To Total Debt Ratio. Alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sampel T-test,

Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian ini adalah Kinerja pasar

perusahaan mengalami kenaikan yang signifikan setelah melakukan merger

dan akuisisi, sedangkan kinerja keuangan perusahaan tidak mengalami

kenaikan melainkan penurunan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ira A., Hj. Rina T. DP, H. Aspahani

tahun 2013 dengan variabel penelitiannya ROI, ROE, DER, TATO, CR dan

EPS. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wilcoxon

Signed Rank Test dan Manova. Hasil penelitian ini adalah Kinerja Keuangan

yang dihitung dengan ROI, ROE, DER, TATO, CR dan EPS tidak

menunjukkan peningkatan sesudah akuisisi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

11

Penelitian yang dilakukan oleh Munawir Nasir dan Tiara Morina

tahun 2008 dengan variabel penelitiannya CR, ROA dan DER. Alat analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sampel T-test. Hasil

penelitian ini adalah CR, ROA dan DER menunjukkan adanya perbedaan

nilai sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.

Penelitian yang dilakukan oleh Yan Rathih Kumala Sari Dewi pada

tahun 2018 dengan variabel penelitiannya CR, DR, TATO, ROI dan EPS.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sampel T-

test, Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian ini adalah CR dan DR

menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah merger

dan akuisisi, sedangkan TATO, ROI dan EPS menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-

sama menganalisis kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah

melakukan merger dan akuisisi, selain itu alat analisis yang digunakan pun

ada yang sama. Perbedaannya adalah variabel yang digunakan dalam

penelitian ini dengan penelitian terdahulu berbeda, serta sampel perusahaan

yang diteliti dan tahunnya pun berbeda.

B. Tinjauan Teori

1. Merger dan Akuisisi

Merger berasal dari bahasa latin “mergere” yang artinya (1)

bergabung bersama, menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan

hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Istilah merger

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

12

digunakan untuk menggambarkan penggabungan suatu objek. Merger

adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya

ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara

yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar (Abdul Moin,

2003:5). Merger dapat terjadi apabila ada perusahaan yang ingin

mengembangkan usahanya tanpa harus memulai dari awal.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun

1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan

Terbatas menyebut merger sebagai penggabungan, akuisisi sebagai

pengambilalihan dan konsolidasi sebagai peleburan. Merger adalah

perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih utnuk

menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan

selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar, PPRI

No. 27 Tahun 1998 (Moin, 2003:5).

Merger adalah salah satu bentuk absorbsi atau penyerapan

yang dilakukan oleh satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Apabila

ada dua perusahaan yaitu perusahaan X dan perusahaan Y yang akan

melakukan proses merger, maka hanya ada satu perusahaan yang tetap

bertahan yaitu perusahaan X atau perusahaan Y saja. Perusahaan yang

bertahan biasanya perusahaan yang lebih besar dan lebih kuat,

sedangkan perusahaan yang demerger atau yang lebih kecil akan

menghentikan segala aktivitas perusahaannya atau akan dibubarkan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

13

Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut

sebagai surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing

firm). Perusahaan yang berhenti atau bubar akibat dari proses merger

disebut merged firm. Surviving firm memiliki ukuiran yang semakin

besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm diambilalih.

Perusahaan yang dimerger akan meninggalkan status hukumnya sebagai

entitas terpisah dan statusnya berubah menjadi bagian surviving firm.

Akuisisi berasal dari bahasa latin “acquistio” dan bahasa

inggris “acquisition” yang bermakna membeli atau mendapatkan

sesuatu atau objek untuk ditambahlan pada sesuatu atau objek yang telah

dimiliki sebelumnya. Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan

sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham

atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini

baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis

sebagai badan hukum yang terpisah.

Akuisisi adalah pembuatan hukum yang dilakukan oleh

badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik

seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan

beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut, menurut

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

Akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan

perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer) sehingga akan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

14

mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih

(acquiree) tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang

lebih besar dibanding dengan pihak yang diakuisisi. Maksud dari

pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan (Moin,2003:8).

Adanya pengendalian membuat pihak pengakuisisi mendapatkan

manfaat dari perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi berbeda dengan

merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai

entitas hukum. Perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis

masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen.

Beralihnya kedali artinya pengakuisisi memiliki mayoritas

saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukkan

atas kepemilikan lebih dari 50% saham berhak suara tersebut. Jika

memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi bisa dinyatakan

pemilik suara mayoritas apabila anggaran dasar menyebutkan lain, bisa

juga pemilik lebih dari 51% tidak atau belum dinyatakan sebagai

pemilik suara mayoritas. Selanjutnya akuisisi memunculkan hubungan

antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (yang

diakuisisi) kemudian keduanya memiliki hubungan afiliasi.

Secara umum merger dan akuisisi sedikit berbeda, tetapi

tetap memiliki kesamaan. Merger merupakan proses penggabungan dua

perusahaan atau lebih menjadi satu, dimana hanya ada satu perusahaan

yang tetap bertahan atau hidup sedangkan yang lainnya berhenti atau

bubar. Akuisisi merupakan proses pembelian atau mengambil alih

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

15

sebuah perusahaan yang nantinya dijadikan sebagai bagian dari

perusahaannya, dengan kata lain perusahaan yang diambil alih tetap ada

atau hidup.

2. Klasifikasi Merger dan Akuisisi

Merger dan akuisisi diklasifikasikan menjadi lima tipe

berdasarkan aktivitas ekonomi yaitu (Moin, 2003:22):

a. Merger dan Akuisisi Horisontal

Merger dan akuisisi horizontal adalah merger antara dua atau

lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum

terjadi merger dan akuisisi perusahaan-perusahaan saling bersaing

satu sama lain dalam pasar atau industri yang sama. Tujuan utama

merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan

atau meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas

produksi, pemasaran, distribusi, riset, pengembangan dan fasilitas

administrasi.

Efek dari merger dan akuisisi horisontal ini adalah semakin

terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila

terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah

pada bentuk oligopoli bahkan jika para oligopolis melakukan merger

dan akuisisi struktur pasar bisa menjadi monopoli.

b. Merger dan Akuisisi Vertikal

Merger dan akuisisi Vertikal adalah integrasi yang

melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

16

tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini

dilakukan apabila perusahaan pada industri hulu memasuki industri

hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal yang dilakukan

perusahaan bermaksud mengintregasikan usahanya kepada pemasok

atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan

pengguna.

Tidak semua usaha memiliki bidang usaha yang lengkap

mulai dari penyediaan input sampai output. Sebagai contoh

perusahaan minyak goreng tidak memiliki perkebunan kelapa sawit.

Supaya pasokan input tetap berjalan dengan lancar maka perusahaan

akan mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Dapat dikatakan

merger dan akuisisi vertikal ini sebagai hubungan antara perusahaan

dengan pemasok, contoh perusahaan rokok dengan perusahaan

kertas.

c. Merger dan Akuisisi Konglomerat

Merger dan akuisisi konglomerat adalah merger dan akuisisi

dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam

industri yang berbeda atau tidak terkait. Merger dan akuisisi

konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha

mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis

yang berbeda sekali dengan bidang bisnis semula. Apabila

perusahaan melakukan merger dan akuisisi konglomerat ini

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

17

dilakukan secara terus menerus, maka akan terbentuk sebuah

konglomerasi.

Konglomerasi memiliki bidang bisnis yang beragam dalam

industri yang berbeda-beda, seperti manufaktur, perbankan,

pertambangan, otomotif, perhotelan, ritel, asuransi, kontruksi,

agroindustri, penyiaran tv, dan sebagainya. Contoh merger dan

akuisisi konglomerat adalah perusahaan makan yang melakukan

merger dan akuisisi terhadap perusahaan mobil.

d. Merger dan Akuisisi Ekstensi Pasar

Merger dan akuisisi ekstensi pasar adalah merger dan

akuisisi yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara

bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan dari merger dan

akuisisi ini adalah untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi

masing-masing produk perusahaan. Merger dan akuisisi ini biasanya

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lintas Negara dalam rangka

melakukan ekspansi penetrasi pasar.

Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri

dengan cepat tanpa membangun perusahaan baru dari awal di

Negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ini dilakukan untuk

mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan

fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.

Sebagai contoh adalah perusahaan otomotif daimier benz (jerman)

dengan perusahaan otomotif crysler (amerika).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

18

e. Merger dan Akuisisi Ekstensi Produk

Merger dan akusisi ekstensi produk adalah merger dan

akuisisi yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk

memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger

dan akuisisi terjadi perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis

dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen lebih banyak

lagi. Merger perusahaan farmasi Upjohn (Amerika Serikat) dengan

Pharmacia (Swedia) adalah salah satu contoh merger dan akuisisi

ini. Inovasi produk baru yang membutuhkan biaya mahal dan waktu

yang lama menjadi alasan kedua perusahaan bergabung. Tujuannya

untuk menciptakan produk baru yang unggul untuk masing-masing

perusahaan.

3. Motif Merger dan Akuisisi

Motif merupakan alasan dasar yang melatar belakangi

sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Ada dua motif yang

melatarbelakangi perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu

motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi bertujuan untuk

meningkatkan nilai perusahaan serta menjaga kemakmuran para

pemegang saham. Motif non-ekonomi bertujuan untuk meningkatkan

keinginan subyektif, ambisi pemilik, dan manajemen perusahaan.

Berikut adalah motirf perusahaan melakukan merger dan akuisisi

menurut (Moin, 2003) adalah:

a. Motif Ekonomi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

19

Tujuan perusahaan dalam manajemen keuangan adalah

seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value

creation) bagi perusahaan dan para pemegang saham. Merger dan

akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya

adalah mencapai peningkatan nilai bagi perusahaan, maka seluruh

kegiatan perusahaan dan keputusan yang diambil diarahkan untuk

mencapai tujuan tersebut.

Perusahaan wajib melakukan implementasi program melalui

langkah-langkah kongkrit seperti efisiensi produksi, peningkatan

penjualan, pemberdayaan dan peningkatatan produktivitas

sumberdaya manusia.

b. Motif Sinergi

Sinergi berasal dari bahasa latin “synergos” yang berarti

bekerja sama. Sinergi merupakan nilai keseluruhan yang dimiliki

perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi. Merger dan

akuisisi dapat dikatakan sukses apabila nilai sinergi lebih besar

setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi Perusahaan yang

dapat membangun sinergi yang baik akan menguntungkan bagi

kedua perusahaan tersebut dimasa yang akan datang.

c. Motif Diversifikasi

Diversifikasi merupakan strategi pemberagaman bisnis yang

dapat dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi bertujuan

untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan agar

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

20

posisi bersaing tetap aman. Apabila perusahaan melakukan

diversifikasi terlalu dari industri semula, maka perusahaan tidak lagi

berada pada jalur yang mendukung kompetensi inti. Diversifikasi

selain memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan

pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu

subsidi silang.

d. Motif Non-Ekonomi

Ada saatnya merger dan akuisisi tidak didasarkan pada

pertimbangan ekonomi saja, tetapi juga didasarkan pada

pertimbangan lain seperti prestis dan ambisi. Motif non-ekonomi ini

berasal dari kepentingan personal baik dari pihak manajemen

perusahaan atau dari pemilik perusahaan itu sendiri.

4. Kinerja Keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kinerja

adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan

kerja (tentang peralatan). Berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi menajemen dalam

mencapai tujuan perusahaan yaitu keuntungan dan meningkatkan nilai

perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini memiliki

tujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam kegiatan

merger dan akuisisi.

Kinerja merupakan analisis data dan pengendalian bagi

perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan digunakan untuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

21

melakukan perbaikan kegiatan operasional dan pembiayaan perusahaan

agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Informasi tentang kinerja

keuangan perusahaan bagi investor dapat digunakan untuk melihat

kondisi perusahaan, sehingga investor beranggapan bahwa mereka

masih dapat menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut. Kinerja

keuangan juga digunakan untuk menunjukkan kreditabilitas perusahaan

yang baik kepada penanam modal, konsumen dan masyarakat.

5. Pengukuran Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan kejadian dimasa lalu

yang akan mempengaruhi posisi keuangan perusahaan dimasa yang

akan datang. Seorang analisis keuangan diharapkan dapat memberi hasil

analisis yang tepat dan baik, karena hasil analisis tersebut akan

digunakan perusahaan dalam mengambil keputusan dan menetapkan

kebijakan manajemen perusahaan untuk masa yang akan datang.

Kondisi keuangan perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan

rasio-rasio keuangan, tetapi diperlukan pemilihan dalam penggunaan

rasio keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan

tujuan analisis keuangan.

Menurut Brigham dan Houston (2001), kinerja keuangan

perusahaan dapat diukur dengan analisis rasio keuangan utuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan perusahaan. Rasio keuangan

yang biasa digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

22

Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengitung kinerja

keuangan tersediri dari lima rasio yaitu :

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan kemampuan

persahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara

tepat waktu. Rasio likuiditas dibagi menjadi dua rasio yaitu (Fahmi

I, 2016) :

1) Rasio Lancar (current ratio)

Rasio lancar (current ratio) merupakan ukuran yang

digunakan perusahaan atas kewajiban jangka pendeknya atau

kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan utang pada saat

jatuh tempo. Menurut Subramanyam dan John J. Wild

digunakannya rasio lancar sebagai ukuran likuiditas, karena

likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan untuk

memenuhi kewajiban lancar, penyangga kerugian dan cadangan

dana lancar. Adapun Rumus dari current ratio :

CR =Ativa Lancar

Utang Lancar

2) Rasio Cepat (quick ratio)

Rasio cepat (quick ratio) merupakan ukuran uji kemampuan

jangka pendek yang lebih teliti dari pada rasio lancar karena

pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap aktiva

lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi

sumber kerugian. Apabila menggunakan rasio cepat untuk

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

23

menentukan tingkat likuiditas maka secara umum dapat

dikatakan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio cepat

kurang dari 1:1 atau 100% akan dianggap kurang baik tingkat

likuiditasnya.

b. Rasio Leverage

Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang.

Penggunaan utang yang tertalu besar dapat membahayakan

perusahaan karena perusahaan dapat masuk dalam kategori extreme

leverage (utang ekstrim) yaitu, perusahaan akan terjebak dalam

tingkat utang yang tinggi dan akan kesulitan untuk lepas dari beban

utang itu. Sebaiknya perusahaan dapat menyeimbangkan berapa

utang yang layak diambil dan sumber yang digunakan untuk

membayar utang tersebut. Rasio leverage terbagi menjadi delapan

rasio yaitu (Fahmi I, 2016:72) :

1) Debt Ratio

Rasio ini disebut juga sebagai rasio yang melihat

perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dengan melihat

perbandingan total utang yang dibagi dengan total aset. Adapun

Rumus dari rasio ini yaitu :

DR =Total Utang

Total Aset

2) Debt to Equity Ratio

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

24

Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim debt to equity ratio

merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan

keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia

untuk kreditor. Rumus dari rasio ini yaitu :

DER =Total Kewajiban

Total Ekuitas

3) Timed Interest Earned

Timed interest earned disebut juga sebagai rasio kelipatan.

Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan

pajak dengan beban bunga. Beban bunga (interest expense)

merupakan biaya dana pinjaman pada periode berjalan yang

menunjukan pengeluaran uang dalam laporan rugi laba. Rasio

ini menjelaskan semakin tinggi TIE maka pembayar bunga

semakin baik menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston.

4) Cash Flow Coverage

Cash flow coverage atau penyusutan merupakan penurunan

nilai secara berangsur-angsur. Penurunan ini terjadi pada

berbagai jenis barang seperti gedung, peralatan, kendaraan dan

inventaris lainnya. Bagi sebuah perusahaan penurunan nilai

barang ini dapat diperlambat dengan melakukan perawatan

secara berkala. Perawatan secara berkala ini menimbulkan

adanya biaya perawatan. Biaya perawatan biasanya juga disebut

dengan biaya tetap seperti pada mesin yang ada biaya ganti

olinya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

25

5) Long-Term Debt to Total Capitalization

Long-Term Debt to Total Capitalization biasa disebut juga

sebagai utang jangka panjang atau total kapitalisasi. Long term

debt merupakan sumber dana pinjaman yang bersumber dari

utang jangka panjang seperti obligasi dan sejenisnya.

6) Fixed Charge Coverage

Fixed Charge Coverage disebut juga dengan rasio yang

menutup beban tetap. Rasio menutup beban tetap merupakan

ukuran yang lebih luas dari kemampuan perusahan untuk

menutup beban tetap dibandingkan dengan rasio kelipatan

pembayaran bunga karena termasuk pembayaran beban bunga

tetap yang berkenaan dengan sewa guna usaha.

7) Cash Flow Adequacy

Cash flow adequacy atau biasa disebut dengan rasio

kecukupan arus kas. Rasio kecukupan arus kas digunakan

perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan menutup

pengeluaran modal, utang jangka panjang dan pembayaran

dividen setiap tahun. Perusahaan yang baik adalah yang

memiliki kemampuan tinggi dalam menghasilkan arus kas,

dimana perusahaan mampu memberikan arus kas yang sesuai

dengan yang diharapkan. Apabila arus kas yang diharapkan

tidak sesuai maka perusahaan mungkin akan mengalami

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

26

masalah dalam mencari dana yang akan digunakan untuk

membayar kewajibannya.

c. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan yang menggambarkan sejauh

mana perusahaan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya

untuk menunjang aktivitas perusahaan. Penggunaan rasio

aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud

untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Rasio aktivitas juga

biasa disebut dengan rasio pengelolaan aset (asset management

ratio). Rasio aktivitas ini dibagi menjadi empat rasio yaitu

sebagai berikut (Fahmi I, 2016) :

1) Inventory Turnover

Rasio inventory turnover ini digunakan untuk

melihat sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang

dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut James C. Van

Horne M. Wachowicz mengatakan biaya produk atau

biaya inventori yang menjadi beban dalam suatu periode

hanya pada saat produk dijual, sama saja dengan

persediaan awal ditambah dengan biaya barang yang

dibeli dikurangi dengan persediaan akhir.

2) Day Sales Outstanding

Rasio Day Sales Outstanding disebut juga dengan

rata-rata periode pengumpulan piutang. Rasio ini

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

27

menjelaskan tentang bagaimana suatu perusahaan

melihat periode pengumpulan piutang yang akan terlihat.

Rasio ini dapat dihitung dengan membagi piutang

dengan penjualan kredit.

3) Fixed Assets Turnover

Rasio Fixed Assets Turnover disebut juga dengan

perputaran aktiva tetap. Rasio ini melihat sejauh mana

aktiva tetap yang dimiliki perusahaan mempunyai

tingkat perputaran secara efektif dan memberikan

dampak pada keuangan perusahaan.

4) Total Assets Turnover

Rasio total assets turnover biasa disebut dengan rasio

perputaran total aset. Rasio ini digunakan oleh

perusahaan untuk melihat sejauh mana keseluruhan aset

yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran total

aset tetap secara efektif. Rumus dari rasio ini adalah :

TATO =Penjualan

Total Aktiva

d. Rasio Profitabilitas

Rasio probabilitas ini mengukur efektivitas manajemen

sebuah perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan

besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan

dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi. Semakin

baik tingkat rasio profitabilitas ini maka semakin baik pula

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

28

kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh

keuntungan. Rasio profitabilitas ini dibagi menjadi empat rasio

yaitu sebagai berikut (Fahmi I, 2016:80) :

1) Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin merupakan margin laba

kotor. Gross profit margin merupakan margin laba kotor

yang menunjukkan hubungan antara penjualan dan

beban pokok penjualan, mengukur kemampuan

perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan atau

biaya operasi barang atau meneruskan kenaikan harga

melalui penjualan.

2) Net Profit Margin

Rasio net profit margin atau biasa disebut dengan

rasio pendapatan terhadap penjualan. Net profit margin

merupakan margin laba bersih sama dengan laba bersih

dibagi dengan penjualan bersih, hal ini menunjukkan

kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada

tingkat penjualan khusus. Memeriksa margin laba dan

norma industri sebuah perushaan pada tahun sebelumnya

dapat menilai efisiensi operasi dan strategi penetapan

harga status persaingan perusahaan. Margin laba kotor

sama dengan laba kotor dibagi laba bersih, margin laba

yang tinggi menunjukkan perusahaan dapat memperoleh

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

29

hasil yang lebih baik diatas harga pokok penjualan.

Rumus dari rasio ini adalah :

NPM =Laba Bersih Setelah Pajak

Penjualan

3) Return On Invesment

Rasio return on investment atau biasa disebut dengan

rasio pengembalian investasi. Rasio ini melihat seberapa

jauh investasi yang sudah ditanamkan oleh perusahaan

mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai

dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sama dengan

aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan

diperusahaan. Rasio ini memiliki rubus yaitu :

ROI =Laba Bersih

Total Aset

4) Return On Equity

Rasio return on equity biasa disebut dengan rasio

laba atas ekuitas. Rasio ini menilai sejauh mana

perusahaan mampu menggunakan sumber daya yang

dimilikinya untuk memberikan laba atas ekuitas terhadap

perusahaan. Rumus dari rasio ini yaitu :

ROE =Laba Bersih

Modal

e. Rasio Nilai Pasar

Rasio nilai pasar merupakan rasio yang menggambarkan

kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini dapat memberikan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

30

pemahaman mengenai kondisi di pasar kepada pihak

manajemen perusahaan, serta dapat memberikan penjelasan

mengenai kondisi yang dapat diterapkan dan dilaksanakan oleh

perusahaan begitu juga dampak yang akan timbul pada masa

yang akan datang. Ada dua rasio dalam rasio nilai pasar yaitu

sebagai berikut (Fahmi I, 2016:82) :

1) Earning Per Share

Earning per share atau biasa dikenal dengan

pendapatan perlembar saham merupakan bentuk

pemberian keuntungan yang diberikan perusahaan

kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham

yang dimiliki. Rasio ini memiliki rumus sebagai berikut

:

EPS =Laba Bersih Setelah Pajak

Jumlah Saham yang Beredar

2) Price Earning Ratio

Price earning ratio (rasio harga laba) merupakan

perbandingan antara market price pershare (harga pasar

perlembar saham) dengan earning pershare (laba

perlembar saham). Price earning ratio (rasio harga

terhadap laba) bagi para investor apabila nilainya

semakin tinggi maka pertumbuhan laba yang diharapkan

juga mengalami kenaikan. Rumus dari rasio ini adalah :

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

31

PER =Harga Pasar Per Lembar

Harga Per Lembar

C. Kerangka Konsep Pemikiran

Merger dan akuisisi merupakansalah satu strategi perusahaan untuk

mengembangkan usahanya. Merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan

dapat berjalan dengan baik atau berhasil apabila perusahaan melihat kinerja

keuangan perusahaan yang akan dibeli atau diambil alih. Kinerja keuangan

tersebut dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan seperti

rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio

pasar. Perusahaan dapat membandingkan hasil dari rasio-rasio keuangan

tersebut untuk melihat nilai perusahaan sebelum dan sesudah melakukan

merger dan akuisisi meningkat atau menurun.

Analisis kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah

melakukan merger dan akuisisi dapat diukur atau dihitung menggunakan

sembilan rasio keuangan. Rasio keuangan yang dapat digunakan mengukur

kinerja keuangan perusahaan adalah Rasio Likuiditas dengan Current Ratio

(CR), Rasio Leverage dengan Debt Ratio (DR) dan Debt to Equity Ratio

(DER),Rasio Profitabilitas dengan Net Profit Margin (NPM), Return On

Invesment (ROI) dan Return On Equity (ROE), Rasio Aktivitas dengan

Total Asset Turn Over (TATO), Rasio Nilai Pasar dengan Price Earning

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60268/3/BAB II.pdf · 13 Pihak yang masih bertahan dalam proses merger disebut sebagai surviving firm atau pihak yang

32

Ratio (PER), , dan Earning Per Share (EPS). Adapun kerangka konsep

penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Konsep Pemikiran

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah rumusan

masalah, maka dari itu rumusan masalah berupa pertanyaan. Hipotesis

dikatakan jawaban sementara karena jawaban hanya didasari teori belum

berupa fakta dari sebuah data, maka dapat diambil hipotesis yaitu ada

perbedaan pada CR, DR, DER, PER, NPM, ROI, ROE, TATO dan EPS

sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi.

Laporan Keuangan

Analisis Kinerja Keuangan

Uji Beda Kinerja Keuangan

CR, DR, DER, PER, NPM,

ROI, ROE, TATO DAN EPS

Sesudah Merger dan Akuisisi

CR, DR, DER, PER, NPM, ROI,

ROE, TATO DAN EPS Sebelum

Merger dan Akuisisi