pengaruh collaterizable assets, firm size dan...
TRANSCRIPT
ii
PENGARUH COLLATERIZABLE ASSETS, FIRM SIZE DAN
INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP DIVIDEND POLICY
(Studi Empiris Pada Semua Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Pratiwi Hayuningtyas Hartono
NIM: 11140820000095
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
i
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Pratiwi Hayuningtyas Hartono
2. Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 20 Agustus 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Anak ke- dari : 2 dari 3
5. Alamat : Jl. Tn. Limun No. 15 RT 002/008
Pisangan Ciputat, Tangerang Selatan,
Banten, 15419
6. Telepon : 0895-3239-67740
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2002 – 2008) : SDN Pondok Pinang 10 Pagi
2. SMP (2008 – 2011) : MTsN 3 Jakarta
3. SMA (2011 – 2014) : SMKN 20 Jakarta
4. S1( 2014 – 2018) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG ORANG TUA
1. Ayah : Indra Faisal
2. Ibu : Badriyah
3. Alamat : Jl. Tn Limun No. 15 RT 002/008
Pisangan Ciputat, Tangerang
Selatan, Banten, 15419
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Bendahara Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (PMII KOMFEIS) Periode 2017 – 2018.
2. Komisi II Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U) Periode 2017.
vii
3. Tim Kontrol Internal Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Periode 2016.
4. Departemen Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Akuntansi Periode 2015.
V. KEPANITIAAN
1. Badan Pengawas Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan
(BANWASPAK) 2017.
2. Project Officer Opening & Closing Youth Economics Summit 2017.
3. Sekretaris Rapat Kerja Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Periode 2016.
4. Sekretaris Acara 3rd
Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modern
Generation of Ratoeh Jaroe Festival (SEISMOGRAF) 2016.
5. Wakil Sekretaris Acara Gebyar Lomba Akuntansi (GALAKSI) 2015.
VI. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. 7-Days Workshop Universal Peace Federation “The Role of Youth and
Students in Nation Building” di Jakarta Headquarters, Indonesia, 8-15
Februari 2018.
2. Seminar “Edukasi Pengelolaan Keuangan dan Produk Keuangan Bagi
Mahasiswa dan Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah”
Tahun 2017.
3. Seminar Nasional “Peningkatan Sumber Daya Kelautan Nasional
Sebagai Pilar Pembangunan Ekonomi” oleh FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2016.
4. Sosialisasi Perkembangan Terkini Profesi di Bidang Akuntansi dan
Ujian Sertifikasi Akuntan (CA) dan Akuntan Publik (CPA) oleh PPPK
Sekjen Kementerian Keuangan dan FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015.
5. Company Visit to Direktorat Jenderal Pajak RI oleh HMJ Akuntansi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
viii
6. Seminar Nasional “Mahasiswa dan Dinamika Demokrasi Indonesia”
dalam rangka kegiatan Musyawarah Perwakilan Mahasiswa Universitas
(MPMU) oleh Senat Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(SEMA-U) Tahun 2015.
7. Sosialisasi Portal Anti Corruption Clearing House “Langkah Cerdas
Cegah Korupsi” oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama
dengan Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2015.
8. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi FEB UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, “Right Way, Bright Future with
Accounting” Tahun 2014.
ix
THE EFFECT OF COLLATERIZABLE ASSETS, FIRM SIZE AND
INVESTMENT OPPORTUNITY SET ON DIVIDEND POLICY
ABSTRACT
This research aim was to examine and analyze the effect of Collaterizable
Assets, Firm Size and Investment Opportunity Set on the Dividend Policy. The
populations of this reseacrh were all the companies listed in Indonesian Stock
Exchange during the period of 2013-2016. The number of companies sample in
this research were 38 companies for 4 years. Based on purposive sampling
method, total sample of this research were 144 samples.
Hypothesis testing was performed using multiple linear regression method
with the support of SPSS 22 version of software with a significance level of 5%.
The results analysis of this research showed that Collateralizable Assets and
Investment Opportunity Set has a positive influence on the Dividend Policy.
Meanwhile, Firm Size has not take the effect on the Dividend Policy.
Keywords : Collateralizable Assets, Firm Size, Investment Opportunity Set and
Dividend Policy.
x
PENGARUH COLLATERIZABLE ASSETS, FIRM SIZE DAN
INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP DIVIDEND POLICY
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
Collaterizable Assets, Firm Size dan Investment Opportunity Set terhadap
Dividend Policy. Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2013-2016. Jumlah
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini yaitu 38 perusahaan selama 4
tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah
144 sampel.
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda dengan bantuan software SPSS versi 22 dengan tingkat signifikansi
sebesar 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Collateralizable Assets dan
Investment Opportunity Set memiliki pengaruh positif terhadap Dividend Policy.
Sementara itu, Firm Size tidak memiliki pengaruh terhadap Dividend Policy.
Kata Kunci : Collateralizable Assets, Firm Size, Investment Opportunity Set dan
Dividend Policy.
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:
“Pengaruh Collaterizable Assets, Firm Size dan Investment Opportunity Set
Terhadap Dividend Policy” dengan lancar. Shalawat dan salam senantiasa selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. teladan bagi insan di
muka bumi ini yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman
yang kaya akan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna
mencapai gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang
telah membantu dakam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama
kepada:
1. Kedua orang tua serta seluruh keluarga yang telah menjadi sumber
penyemangat terbesar dalam hidup dan yang telah memberikan dukungan
tiada henti baik dari segi moril maupun materil, doa, maupun kasih sayang
yang berlimpah kepada penulis.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terima kasih atas dorongan Bapak selama ini agar saya bisa cepat lulus.
xii
5. Ibu Yusro, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
7. Seluruh Jajaran Staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas
bantuan dan pelayanan yang telah diberikan kepada penulis.
8. Sahabat naik gunung dan seperjuangan ”Keong Adventure” (Anis, Tika, Ayu
Rochima, Deby dan Najah) yang selalu meramaikan grup Whatsapp dengan
guyonannya dan ucapan semangat bagi Penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini, terutama Tika dan Anis yang lebih dulu meraih gelar S. Ak., terima kasih
atas semua masukan dan tips-tips dari kalian disaat Penulis merasa
kebingungan dan membutuhkan pencerahan. Tetap semangat sahabatku
dalam meraih mimpi!
9. Sahabat seperjuangan di kampus dari awal semester hingga sekarang alias
“Pejuang Bangku” (Yuli, Ayu Yusdiyanti, Rosa dan Mitha) yang selalu
bersama-sama berjuang melewati masa perkuliahan. Terima kasih telah
menemani Penulis dalam menjalani keseharian sebagai mahasiswa.
10. Sahabat Badan Pengurus Harian (BPH) PMII KOMFEIS (Febria, Harka,
Melby, Iqbal, Aam, Nico, Ichsan, Handiko, Robi, Munzir dan Limbong) yang
telah mengisi hari-hari penulis dengan canda tawa dan mengisi kejenuhan,
tetap semangat sahabat dalam menyelesaikan studi S1 ini.
11. Kak Nurwachida, Risda dan Kang Cuplis yang telah membantu dalam
pengolahan data dan membantu penulis melewati kesulitan-kesulitan selama
pengerjaan skripsi.
12. Teman nongkrong, Indah Sevtiani dan Nurlaelah yang juga sebagai sahabat
Penulis, tempat berbagi cerita dan pengalaman. Semoga pertemanan kita
langgeng.
13. Wahyu Daniyarti yang telah memotivasi penulis untuk Ujian Komprehensif
hingga akhirnya hal tersebut menjadi dorongan untuk penulis agar terus
semangat dalam mengerjakan skripsi.
xiii
14. Teman-teman Akuntansi 2014 yang telah banyak memberikan motivasi
kepada penulis.
15. Teman-teman semua jurusan angkatan 2014-2017 yang tergabung dalam
PMII KOMFEIS, terima kasih atas dukungan, doa dan pengalaman dari para
sahabat. Begitu banyak ilmu dan kebaikan yang Penulis dapatkan selama
mengenal sahabat. Sampai bertemu di kesuksesan nanti.
16. Teman-teman KKN OKTET, Aidina, Elva, Ulya, Wina, Sinai, Ridho, Ibnu,
Dicky, Ichsan, Fariz, Ifa, Tami, Bayu, Hera dan Ade yang telah memberikan
dukungan kepada penulis terutama Ulya, Wina, Aidina dan Elva yang telah
mengusahakan agar nilai dan sertifikat KKN dapat dikeluarkan oleh PPM
dengan cepat.
17. LSO Saman FEB SEISDance, yang telah menjadi keluarga bagi Penulis dan
tempat bagi Penulis menuangkan minat dalam bidang seni hingga meraih
sejumlah prestasi.
18. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang
tidak mengurangi terima kasih atas kerja sama dan dukungan kalian sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga semua doa yang kalian
panjatkan berbalik untuk kalian dan semoga Allah SWT. membalas semua
kebaikan kalian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu
Penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang
membangun dari berbagai pihak .
Jakarta, Juli 2018
Pratiwi Hayuningtyas Hartono
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
ABSTRACT ix
ABSTRAK x
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xiv
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 14
C. Pembatasan Masalah 14
D. Tujuan Penelitian 14
E. Manfaat Penelitian 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17
A. Tinjauan Literatur 17
1. Teori Keagenan (Agency Theory) 17
2. Dividend Policy 22
3. Collaterizable Assets 42
4. Firm Size 46
5. Investment Opportunity Set 49
B. Hasil Penelitian Terdahulu 51
C. Kerangka Pemikiran 63
D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis 65
xv
1. Collaterizable Assets dan Dividend Policy 65
2. Firm Size dan Dividend Policy 67
3. Investment Opportunity Set dan Dividend Policy 69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 72
A. Ruang Lingkup Penelitian 72
B. Metode Penentuan Sampel 72
C. Metode Pengumpulan Data 73
D. Metode Analisis Data 73
1. Statistik Deskriptif 74
2. Uji Asumsi Klasik 74
a. Uji Normalitas Residual 74
b. Uji Multikolonieritas 77
c. Uji Autokorelasi 78
d. Uji Heteroskedastistitas 79
3. Analisis Regresi Linear Berganda 80
4. Pengujian Hipotesis 81
a. Uji Signifikan Simultan (Uji F Statistik) 81
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) 82
5. Uji Koefisien Determinasi 83
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian 84
1. Variabel Dependen 84
2. Variabel Independen 85
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 88
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 88
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian 94
C. Pembahasan 112
BAB V PENUTUP 121
A. Kesimpulan 121
B. Keterbatasan Penelitian 121
C. Saran 122
DAFTAR PUSTAKA 124
xvi
LAMPIRAN-LAMPIRAN 131
xvii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 52
3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian 87
4.1. Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria 93
4.2. Statistik Deskriptif Variabel Yang Digunakan 95
4.3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) 100
4.4. Hasil Uji Multikolonieritas 101
4.5. Hasil Uji Nilai Pair-Wise Correlation 102
4.6. Hasil Uji Durbin Watson 103
4.7. Hasil Uji Run Test 104
4.8. Hasil Uji Regresi Linear Berganda 107
4.9. Hasil Uji F 109
4.10. Hasil Uji T 110
4.11. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) 112
xviii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1.1. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Pendapatan dan Laba HERO 3
2.1. Skema Hubungan Keagenan antara Manajemen Perusahaan dan
Pemegang Saham 18
2.2. Kerangka Pemikiran 63
4.1. Pergerakan Aktivitas di Semua Sektor BEI 92
4.2. Grafik Histogram 98
4.3. Normal P-Plot Regression Standarized 99
4.4. Tabel Durbin Watson 103
4.5. Hasil Uji Scatterplot 105
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Daftar Perusahaan Sampel 132
Lampiran 2.Hasil Perhitungan Variabel Dividend Payout Ratio 133
Lampiran 3.Hasil Perhitungan Variabel Collaterizable Assets 137
Lampiran 4.Hasil Perhitungan Variabel Firm Size 141
Lampiran 5.Hasil Perhitungan Variabel Investment Opportunity Set 145
Lampiran 6.Hasil Output SPSS 22 Sebelum Transformasi 150
Lampiran 7.Hasil Output SPSS 22 Setelah Transformasi 156
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan dan sistem pengelolaan atau manajemen adalah dua hal yang
melekat. Sistem pengelolaan yang baik harus dimiliki sebuah perusahaan jika
ingin terus dapat bertahan dan bersaing. Salah satu aspek penting dalam
perusahaan adalah manajemen keuangan. Secara professional, peran
pengelolaan ini dijalankan oleh para manajer. Sebuah bisnis memerlukan
peran seorang manajer agar dapat kegiatannya dapat berjalan dengan baik
(Auditta dkk, 2014).
Keputusan penting tentang keuangan dihadapi oleh seorang manajer
dalam rutinitas pekerjaannya. Menurut Pangestuti (2015), dalam
melaksanakan manajemen keuangan sebuah perusahaan publik dihadapkan
pada tiga keputusan manajemen yang dapat dipilih, yaitu keputusan
pendanaan (memperoleh dana), keputusan investasi (penggunaan dana), dan
keputusan dividen (pembagian dividen).
Tujuan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu jika dilihat menurut bidang
keuangan dan menurut kegiatan kerjanya. Jika dilihat menurut bidang
keuangan, tujuan perusahaan adalah untuk memakmurkan dan
menyejahterakan para pemegang saham. Sedangkan dalam kegiatan kerjanya,
perusahaan diharapkan dapat memberikan profit untuk menambah aset
perusahaan (Pangestuti, 2015).
1
2
Perusahaan publik memiliki tanggung jawab dividen atas para pemegang
saham sehingga perlu diambil keputusan yang tepat terhadap kebijakan
dividen. Kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi
investor dan perusahaan yang akan membayar dividen.
Kebijakan dividen tentu tentang keputusan untuk membagikan dividen
atau tidak. Jika manajemen memutuskan untuk membagikan dividen, nominal
besar kecilnya dividen tersebut juga perlu untuk dipertimbangkan.
Adakalanya perusahaan memutuskan untuk tidak membagikan dividen
kepada pemegang saham.
Perusahaan-perusahaan yang tidak membagikan dividen biasanya
menggunakan uangnya untuk memulai suatu proyek baru, ekspansi,
mengakuisisi aset baru, membeli sahamnya kembali atau bahkan membeli
perusahaan lain. Adapula perusahaan mengalami kerugian sehingga tidak
memungkinkan untuk membagikan dividen tahun berjalan.
PT. Hero Supermarket Tbk. (HERO) adalah salah satu contoh perusahaan
yang tidak pernah membagikan dividen sejak lima belas tahun lalu. Hal ini
penyebabnya adalah seperti dari berita yang dikutip dari Bareksa.com bahwa
pada tahun 2015 dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang
melambat, HERO menutup 74 gerainya. Hal ini dilakukan demi
memaksimalkan efisiensi dengan menekan biaya operasional. Sebelumnya,
perseroan juga mengungkapkan penutupan gerai Starmart (salah satu merek
gerai HERO) merupakan yang terbanyak karena penurunan penjualan akibat
larangan pemerintah menjual minuman alkohol di minimarket.
3
Gambar 1.1
Grafik Perbandingan Pertumbuhan Pendapatan dan Laba HERO
Sumber: Situs Bareksa.com yang berdasarkan Laporan Keuangan
HERO
Pada awalnya pendapatan bersih HERO sepanjang 6 bulan pertama tahun
2015 mengalami peningkatan 15% menjadi Rp7,48 triliun dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2014. Namun, beban pokok terus dan beban
usaha perseroan terus mengalami kenaikan. Akibatnya, pada semester
pertama tahun 2015 HERO harus membukukan rugi Rp31,59 miliar
dibandingkan laba Rp94,75 miliar pada paruh pertama 2014.
Berdasarkan informasi dari Manajemen HERO, penutupan tersebut
merupakan rasionalisasi gerai dan akan melanjutkan restrukturisasi termasuk
perbaikan format toko HERO Supermarket dan melakukan rebranding untuk
produk lebih premium. Selain itu, perseroan akan semakin mengefisienkan
penggunaan energi, memperbaiki produktivitas pekerja dan pusat distribusi.
Kemudian berdasarkan berita dari Okezone Finance pada 23 Mei 2017,
perseroan HERO menyetujui penggunaan laba bersih perseroan untuk tahun
buku 2016 sebesar Rp. 120,58 Milyar dicatat sebagai saldo laba yang
digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan tidak memberikan
4
dividen kepada para pemegang saham (Kertiyasa, 2017). HERO beralasan
membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis.
Merujuk pada realita, HERO yang tidak pernah membagi dividen dalam
waktu yang sangat lama mengindikasikan bahwa pihak manajemen HERO
mengabaikan kepentingan pemegang saham. Pihak manajemen perusahaan
memiliki strategi pengembangan lain yang membutuhkan dana lebih yaitu
melakukan ekspansi bisnis.
Dana lebih tersebut dapat diambil dari dividen yang tidak dibagikan.
Akibatnya dapat terjadi konflik antara dua pihak yang berkepentingan yaitu
investor sebagai pemilik modal (principal) dan manajemen sebagai pengelola
modal tersebut (agent).
Kasus lain terjadi pada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). ANTM tidak
membagikan dividennya di tahun 2015 (dividen 2014) dikarenakan
mengalami kerugian yang sangat besar yakni mencapai Rp. 775,26 Milyar,
padahal keuntungan di tahun sebelumnya dapat mencapai Rp 409,94 Milyar.
Kerugian tersebut didominasi oleh perubahan peraturan pemerintah tentang
ekspor biji mineral mentah yang menyebabkan ekspor nikel ANTM menurun
drastis 90%.
Kemudian satu tahun berikutnya berdasarkan survei yang dilakukan BEI,
berdasarkan berita yang dipublikasi oleh Detik Finance pada Oktober 2016,
ANTM merupakan emiten yang paling diminati investor (Simorangkir, 2017).
ANTM menjadi emiten dengan kinerja terbaik atau IDX Best Blue 2016 yang
mencatatkan pertumbuhan kinerja terbaik selama setahun terakhir di BEI.
5
Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan kepemilikan saham sebesar
14,82% dalam setahun terakhir, volume transaksi (mencapai 33,6 Milyar
dengan nilai sebesar Rp 17,6 Trilyun), 34.571 investor bertansaksi saham
ANTM (tahun sebelumnya hanya 13.000 investor) dan memiliki fundamental
yang sehat.
Prestasi yang dicapai oleh ANTM di tahun 2015 tersebut tepat setelah
emiten tersebut mengalami kerugian dan tidak membagikan dividennya. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan tidak dibagikannya dividen ANTM tidak
mempengaruhi minat investor, alih-alih semakin banyak investor yang
tertarik untuk berinvestasi pada emiten berplat merah ini (persero/BUMN).
Hal ini juga memberikan kepastian lebih terhadap keberlangsungan usaha
emiten ini yang mana dapat meningkatkan minat investor.
Bahkan, dengan tidak dibaginya dividen, ANTM tetap dapat
meningkatkan proporsi kepemilikan, ekspansi usaha (menjual lebih banyak
emas) dan menjaga kondisi keuangan tetap sehat/baik. Hal tersebut
menunjukkan tidak dibayarkannya dividen tidak memberikan sinyal negatif
kepada investor dan pihak-pihak yang berkaitan.
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang sangat penting karena
kebijakan ini melibatkan 2 pihak. Disamping menyangkut kepentingan
manajemen perusahaan, kebijakan ini juga menyangkut kepentingan pemilik
perusahaan, dalam hal ini yaitu para pemegang saham. Dalam kebijakan
dividen ini diambil keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
6
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam
bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang.
Pembagian dividen membuat para pemegang saham bisa mendapatkan
keuntungan yang menjadi hak mereka dari aktivitas penanaman saham. Salah
satu faktor yang mempengaruhi besarnya dividen adalah kebijakan dividen
yang dibuat oleh manajemen dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Kebijakan dividen berupa kebijakan yang melibatkan dua pihak yakni
pemegang saham dan manajemen perusahaan dimana kedua pihak ini
memiliki kepentingan yang bertentangan satu sama lain. Konflik yang ada
diantara kedua belah pihak ini tentu saja tentang kepentingan pemegang
saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan laba
ditahannya (Attina, 2012).
Kebijakan dividen dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham.
Perusahaan harus mampu memutuskan apakah membayar dengan dividen
tunai atau dengan dividen saham. Pemegang saham umumnya lebih tertarik
pada dividen kas/tunai. Sedangkan untuk pihak manajemen, dividen kas
merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan tersebut.
Jensen & Meckling (1976) dalam Suharli (2007) berpendapat bahwa
umumnya pihak manajemen perusahaan akan menahan kas yang dimiliki
untuk melunasi hutang atau meningkatkan investasi. Namun hal ini tidak
sejalan dengan pemegang saham yang mengharapkan dividen kas dalam
jumlah relatif besar karena mereka sudah banyak investasi disana sehingga
7
tentu saja ingin menikmati hasil investasi perusahaan tersebut. Kondisi inilah
yang dipandang teori agensi sebagai konflik antara principal dan agent.
Bagi kreditur, dividen kas dapat menjadi sinyal mengenai kecukupan kas
perusahaan untuk bunga yang harus dibayarkan atau untuk melunasi pokok
pinjaman. Dividen yang dibayarkan mencerminkan profit dan prospek yang
baik di masa yang akan datang. Menurut asumsi masyarakat, perusahaan yang
mampu membayarkan dividen, termasuk perusahaan yang menghasilkan
keuntungan. Sehingga masyarakat akan tertarik untuk berinvestasi kepada
perusahaan yang mampu membayarkan dividen tersebut.
Dividen yang dibayarkan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba dan prospek yang baik di masa yang akan datang. Lintner
(1956) seperti dikutip Aryani (2001) dalam Rahmawati (2015) menjelaskan
bahwa perusahaan-perusahaan berusaha mempertahankan tingkat dividen
yang dibayarkan karena penurunan dividen akan memberikan sinyal yang
buruk sedangkan perusahaan akan selalu membutuhkan dana.
Investor akan memperoleh dividen jika perusahaan berhasil membukukan
laba. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mendapatkan keuntungan di tahun
sebelumnya, maka investor tidak memperoleh dividen. Perusahaan yang
mempunyai fluktuasi laba tinggi kemungkinan juga mempunyai fluktuasi
pembayaran dividen yang tinggi. Hal ini akan memberikan sinyal yang tidak
baik, khususnya jika dividen turun. Untuk menghindari hal tersebut,
perusahaan yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi)
biasanya cenderung membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi
8
pemotongan dividen jika laba perusahaan turun (Hartono, 2003 dalam
Rahmawati, 2011).
Juma’h dan Pacheco (2008) mengemukakan beberapa tujuan pembagian
dividen. Pertama, untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang
saham, karena tinggi dan stabilnya dividen yang dibayarkan akan
mempengaruhi harga saham. Kedua, untuk menunjukkan likuiditas
perusahaan, dengan dibayarkannya dividen diharapkan bahwa kinerja
perusahaan di mata investor akan terlihat bagus. Ketiga, untuk menunjukkan
bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi yang terjadi, serta
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil kepada
investor. Keempat, untuk menarik minat investor karena sebagian investor
memandang risiko dividen lebih rendah dibanding risiko capital gain.
Kebijakan dividen terkait juga dengan hubungan antara manajer dengan
pemegang saham. Jensen & Meckling (1976) dalam Rahmawati (2011)
menyatakan bahwa penunjukkan manajer oleh pemegang saham untuk
mengelola perusahaan akan memunculkan perbedaan kepentingan antara
manajer dan pemegang saham. Kepentingan pemegang saham dan manajer
dapat berbeda dan mungkin bisa menimbulkan konflik, misalnya manajer
menghendaki pembagian dividen yang kecil karena perusahaan membutuhkan
dana yang besar untuk mendanai investasinya, sedangkan pemegang saham
menghendaki pembagian dividen yang besar.
Manajer cenderung mengambil keputusan untuk menginvestasikan
kembali keuntungan yang diperoleh dengan tujuan agar perusahaan
9
mengalami pertumbuhan tinggi. Kepentingan ini seringkali tidak sejalan
dengan keinginan pemegang saham. Dalam menanamkan suatu modalnya,
investor menginginkan tingkat pengambilan investasi (return) baik berupa
laba yang dibagikan dalam bentuk dividen yang diberikan perusahaan
sebagaimana yang telah mereka investasikan kepada perusahaan tersebut
maupun pendapatan untuk menambah modal.
Semakin tinggi dividen yang dibagikan berarti semakin sedikit laba yang
ditahan, akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan dalam
pendapatan dan harga saham. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan
oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing
perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Oleh
karena itu, pihak manajemen perlu untuk mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan
(Putri, 2014).
Jika tingkat pengembalian yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan
dan resiko invetasi yang diproyeksikan bisa diminimalkan maka investor bisa
memperoleh dividen yang maksimal. Seorang investor tentunya harus mampu
untuk memberikan gambaran tentang bagaimana menempatkan investasinya
agar dividen ataupun tingkat pengembalian yang diharapkan bisa maksimal
dengan cara mengelola investasinya dengan memperhatikan kondisi pasar
modal agar terhindar juga dari resiko investasi yang bisa saja merugikan
(Prawira, dkk, 2014).
10
Gambaran mengenai kebijakan dividen ini, peneliti menggunakan tiga
faktor atau variabel yaitu Collaterizable Assets, Firm Size dan Investment
Opportunity Set sebagai acuan untuk mengetahui keadaan dividen yang
dihasilkan ketika terdapat tiga faktor tersebut. Peneliti memilih ketiga faktor
tersebut karena ingin membuktikan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki
hubungan terhadap Dividend Policy yang diberikan oleh perusahaan kepada
para pemegang saham.
Dalam penelitian ini, Dividend Policy diukur dengan menggunakan
proksi Dividend Payout Ratio (DPR). DPR adalah perbandingan antara
dividend per share dengan earning per share. Parthington (1989) dalam
Novelma (2014) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen suatu perusahaan adalah profitabilitas, stabilitas dividen
dan earning, likuiditas dan cash flow, investasi, kepemilikan manajerial, dan
pembiayaan.
Dividen dianggap memberatkan bagi sebagian perusahaan karena
perusahaan harus selalu menyediakan sejumlah kas dalam jumlah yang relatif
permanen untuk membayar dividen di masa yang akan datang. Perusahaan
yang tidak memiliki dana harus tetap mengeluarkan dividen untuk kebutuhan
investasinya. Hal ini menimbulkan perusahaan memerlukan modal tambahan
yaitu dengan menerbitkan saham baru atau melakukan pinjaman kepada pihak
lain (Sulistiyowati, dkk. 2010).
Collateralizable Assets adalah aset yang dapat dijaminkan kepada
kreditur untuk menjamin pinjaman perusahaan yang merupakan faktor yang
11
mempengaruhi kebijakan dividen. Titman dan Wessels (1988) dalam Arfan
dan Maywindlan (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki lebih
banyak aset yang bersifat collateral memiliki agency problem yang lebih
kecil antara kreditur dengan pemegang saham karena aset tersebut bisa
berfungsi sebagai jaminan atas utang.
Pembayaran dividen yang tinggi akan berdampak terhadap laba ditahan
yang kemungkinan berkurang, sehingga perusahaan perlu untuk melakukan
pembiayaan melalui utang kepada kreditur. Besarnya Collateralizable Assets
yang dimiliki perusahaan diharapkan akan berpengaruh positif dengan
dividen.
Hal ini dibuktikan oleh Wahyudi dan Baidori (2008) serta Arfan dan
Maywindlan (2013) dalam hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa
Collateralizable Assets memiliki pengaruh yang positif terhadap kebijakan
pembayaran dividen perusahaan. Semakin tinggi Collateralizable Assets akan
mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dan kreditur
sehingga perusahaan dapat membayar dividen dalam jumlah besar, selain itu
juga akan meningkatkan proteksi kreditur menerima pembayaran mereka.
Namun hal ini berbeda dengan Suci (2016) yang menyimpulkan bahwa
Collateral Assets berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Sedangkan
Helmina dan Hidayah (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
Collaterizable Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Policy.
Hasil serupa juga disimpulkan dalam penelitian Sugesta (2017) yang
menyatakan bahwa Collateralizable Assets tidak berpengaruh signifikan
12
terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arfan dan
Maywindlan (2013) menunjukkan hasil bahwa Collateralizable Assets
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh positif tersebut
bermakna bahwa semakin besar Collateralizable Assets yang dimiliki
perusahaan akan mengakibatkan perusahaan menaikkan pembayaran dividen.
Faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah Firm Size.
Firm Size merupakan ukuran yang menggambarkan skala besar kecilnya
perusahaan yang ditentukan berdasarkan beberapa aspek, diantaranya total
penjualan, total aktiva dan rata-rata penjualan perusahaan. Perusahaan yang
berukuran besar akan memiliki akses yang lebih mudah menuju pasar modal.
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang
mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih
kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal.
Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan
kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga
perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi
daripada perusahaan kecil (Akmal, dkk, 2016 dikutip dari Damayanti dan
Achyani, 2006).
Hal ini didukung oleh penelitian Permana dan Hidayati (2016) yang
menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif
terhadap Dividend Payout Ratio. Perusahaan besar dengan akses pasar yang
lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang
13
sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen
memiliki hubungan yang positif.
Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian Elinda dan Sukirman
(2015) menunjukkan bahwa Firm Size tidak berpengaruh terhadap Dividend
Payout Ratio. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Hanif dan
Bustamam (2017) menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh Firm Size
terhadap Dividend Payout Ratio.
Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi bertujuan
meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimana perusahaan lebih cenderung
mengunakan dana yang berasal dari sumber dana internal disebabkan sumber
dana internal lebih disukai untuk membiayai kegiatan reinvestasi karena dana
tersebut memiliki resiko dan biaya yang lebih rendah. Peluang investasi
perusahaan dapat mempengaruhi dividen yang diterima oleh para pemegang
saham.
Nilai IOS mampu mempengaruhi pembayaran dividen. Apabila nilai IOS
tergolong baik, maka akan menghasilkan tingkat keuntungan yang baik,
sehingga perusahaan dapat membagikan keuntungan dalam bentuk dividen
yang tinggi. Nilai IOS yang baik juga merupakan gambaran kondisi
perusahaan yang bagus karena peluang investasi yang tinggi akan membuat
investor tertarik untuk menanamkan modalnya atau membiayai peluang
investasi tersebut. Sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang besar
pula dan makin besar laba yang diperoleh perusahaan maka makin besar pula
dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham.
14
Hasil penelitian Suartawan dan Yasa (2016) dan Anam, dkk (2016) yang
menyimpulkan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen tunai pada perusahaan manufaktur di Indonesia periode
2011-2013. Hal ini didukung oleh penelitian Putri (2013) yang membuktikan
terdapat pengaruh antara IOS dengan Kebijakan Dividen. Namun, hasil
penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Purnami dan Artini (2016) serta Halim (2013) yang menyimpulkan bahwa
Investment Opportunity Set memberikan pengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap Dividend Policy.
Dari fenomena dan teori yang diungkapkan diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Collaterizable Assets,
Firm Size dan Investment Opportunity Set terhadap Dividend Policy pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Collaterizable Asset berpengaruh terhadap Dividend Policy?
2. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Policy?
3. Apakah Investment Opportunity Set berpengaruh terhadap Dividend
Policy?
15
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka penelitian dibatasi
hanya menggunakan 3 variabel independen/bebas yaitu Collaterizable asset,
Fim Size dan Investment Opportunity Set sedangkan Dividend Policy sebagai
variabel dependen/terikat. Pembatasan terhadap variabel Collaterizable asset,
Firm Size dan Investment Opportunity Set, kaitannya dengan Dividend Policy
dalam hal ini dikarenakan karena 3 variabel ini merupakan hal yang penting
dalam hal pengambilan kebijakan dividen.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh antara Collaterizable asset
terhadap Dividend Policy.
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh antara Firm Size terhadap
Dividend Policy.
3. Untuk menguji secara empiris pengaruh antara Investment Opportunity
Set terhadap Dividend Policy.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang
dapat digunakan di masa depan, untuk berbagai pihak antara lain sebagai
berikut:
16
1. Kontribusi Teoritis
a. Bagi kalangan akademis atau mahasiswa, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan memberikan kontribusi bagi
perkembangan teori di Indonesia khususnya mengenai masalah apa
saja yang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan dividen di
perusahaan yang terdaftar di BEI.
a. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sarana penyebaran informasi mengenai faktor-faktor yang dapat
digunakan untuk memprediksi keputusan kebijakan dividen serta
menambah wawasan akuntansi khususnya subtopik manajemen
keuangan.
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai
rujukan dalam pengambilan keputusan terutama dalam kebijakan
dividen.
b. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam memprediksi dan
mengambil keputusan investasi agar dividen yang akan diterima
sesuai dengan yang diharapkan.
c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan dapat dijadikan
referensi tambahan untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu
ekonomi, khusunya manajemen keuangan mengenai kebijakan
dividen.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Auditta (2014) secara prinsip, pengelolaan perusahaan
memiliki tujuan untuk memberikan kemakmuran kepada pemilik
perusahaan yang dalam hal ini merupakan pemegang saham. Adapun
peran pengelolaan ini dijalankan oleh manajer.
Wewenang pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajer
dapat berimplikasi adanya pemisahan tugas antara manajemen perusahaan
(agen) dengan pemegang saham selaku pemilik perusahaan (prinsipal).
Hal ini menimbulkan adanya biaya yang harus dikeluarkan pemilik
perusahaan agar dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang
hendak diambil oleh pihak manajemen.
Hubungan antara manajer dengan pemilik perusahaan ini dijelaskan
dalam teori keagenan/agency theory. Teori ini pertama kali dicetuskan
secara mendetail oleh Jensen and Mecking (1976) dalam tulisannya yang
berjudul “Theory of the Firm: Managerial behavior, Agency Costs, and
Ownership Structure”.
Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa teori keagenan adalah konsep
yang menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, yaitu
antara dua atau lebih individu, maupun kelompok atau organisasi.
17
18
Prinsipal adalah pihak yang memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan dan memberikan mandat kepada pihak lain (agensi).
Jensen dan Meckling (1976) memperlihatkan bahwa pemegang
saham dapat meyakinkan diri mereka bahwa manajemen akan membuat
keputusan yang optimal apabila terdapat insentif yang memadai dan
berada dibawah pengawasan dari pemegang saham.
Dividen dibagikan perusahaan sebagai timbal balik investasi yang
diberikan oleh pemegang saham kepada perusahaan. Perusahaan dapat
membagikan sebagian laba yang diperoleh kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan untuk operasi
perusahaan yang diakui sebagai saldo laba (Helmina, 2015).
Oleh karena adanya pemisahan tugas antara pembuat keputusan
dengan pemegang saham, akan timbul kemungkinan bahwa manajemen
selaku pembuat keputusan akan cenderung mengeluarkan kebijakan yang
condong kepada kepentingan perusahaan daripada mengutamakan
kesejahteraan pemegang saham. Hal ini menjadi awal permasalahan yang
disebut dengan konflik keagenan.
Gambar 2.1
Skema Hubungan Keagenan antara Manajemen Perusahaan
dan Pemegang Saham
Teori
Keagenan
Agen
(Manajemen
Perusahaan)
Prinsipal
(Pemegang
Saham)
Kebijakan
Dividen
Agency
Problem
19
Pemegang saham berusaha agar manajemen tidak terlalu banyak
memegang kas karena kas yang banyak mampu mendorong pihak
manajemen untuk menggunakan kas tersebut untuk kepentingan
perusahaan seperti melakukan ekspansi, untuk membayar utang atau
untuk investasi kembali daripada untuk membayar dividen dalam jumlah
tinggi.
Auditta (2014) menyebutkan bahwa tentunya pemegang saham
menginginkan tingkat pengembalian/return yang tinggi dari apa yang
telah mereka investasikan. Tindakan manajemen yang tidak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham ini akan memicu munculnya masalah
agensi (agency problem) yang mengakibatkan timbulnya biaya agensi
(agency cost).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan yang
memisahkan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan
rentan terhadap konflik keagenan. Sedangkan menurut Weston dan
Brigham (1997) dalam Helmina (2015) disebutkan bahwa masalah
keagenan muncul saat manajer memiliki kurang dari seratus persen
kepemilikan saham atau merupakan perusahaan terbuka/yang telah
melakukan IPO (initial public offering).
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Investor memiliki kepemilikan di sebuah
perusahaan dengan cara membeli saham. Saham yang ditanamkan
investor pada perusahaan tersebut mengakibatkan investor menginginkan
20
informasi-informasi mengenai perkembangan perusahaan, pengelolaan
dana dan apakah untuk kesejahteraan pemegang saham. Pertanyaan
tersebut timbul dikarenakan manager memiliki sifat opportunistic yang
mengutamakan kesejahteraan perusahaan (Helmina, 2015).
Manajer cenderung ingin menggunakan laba yang dihasilkan dengan
porsi yang lebih besar sebagai saldo laba. Hal ini dikarenakan saldo laba
berguna untuk melakukan ekspansi perusahaan seperti untuk membeli
aset yang dapat menambah kekayaan perusahaan. Sebaliknya, investor
lebih cenderung ingin menggunakan laba yang dihasilkan dengan porsi
yang lebih besar sebagai dividen.
Bagi investor, dividen adalah suatu bentuk pengembalian atas modal
yang telah diberikan karena itu investor cenderung menginginkan
pembagian dividen yang besar dan relatif stabil, namun tidak semua
perusahaan di Indonesia rutin membagikan dividen. Berdasarkan data dari
BEI, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir setidaknya ada 55
perusahaan yang tidak pernah membagikan dividen kepada pemegang
saham (Putri, 2014).
Apabila seluruh laba dibayarkan sebagai dividen, maka kepentingan
laba ditahan terabaikan, dan sebaliknya apabila seluruh laba dijadikan
saldo laba, maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan. Untuk
itu, dibutuhkan kebijakan dividen optimal oleh manajer. Dengan adanya
asimetri informasi dan perbedaan kepentingan antara agent dan principle,
muncullah biaya keagenan (agency cost).
21
Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja untuk kepentingan
pemegang saham, maka pemegang saham harus mengeluarkan sejumlah
biaya untuk memonitor kegiatan manajer sehingga dapat bekerja sesuai
dengan keinginan dari pemegang saham. Monitoring ini dimaksudkan
sebagai mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-
kepentingan yang terkait.
Seluruh biaya yang dikeluarkan ini yang disebut dengan biaya
keagenan/agency cost (Natalia, 2013). Menurut Arifanto dan Prasetiono
(2011) dalam Helmina (2015) agency cost mempunyai hubungan dengan
kebijakan dividen perusahaan. Apabila agency cost yang dikeluarkan oleh
perusahaan besar, maka dividen yang akan diterima oleh pemegang
saham akan semakin menurun.
Teori keagenan merupakan acuan utama dalam penelitian ini karena
inti dari teori keagenan adalah pendesainan sebuah kontrak yang sesuai
untuk menyelaraskan kepentingan agen dan prinsipal karena terjadi
konflik kepentingan.
Kebijakan dividen dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme
pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen sebagai langkah
untuk mengatasi konflik agensi tersebut. Oleh karena itu manajemen
harus melaksanakan tanggung jawabnya dan mengeluarkan kebijakan
dividen yang tepat bagi kedua belah pihak.
22
2. Dividend Policy
2.1. Pengertian Dividend Policy
Sartono dalam Diamanda (2009) mendefinisikan Dividend
Policy atau kebijakan dividen sebagai keputusan pengalokasian
laba yang diperoleh perusahaan apakah akan dibagikan dalam
bentuk dividen untuk pemegang saham atau dialokasikan
sepenuhnya sebagai laba ditahan yang nantinya akan diinvestasikan
kembali.
Hal ini turut dikemukakan oleh Handoko (2009) yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen berupa semua kebijakan
manajerial dalam menetapkan berapa alokasi laba bersih yang
dibagikan kepada pemegang saham dan berapa jumlah laba bersih
yang dialokasikan sebagai laba ditahan sebagai cadangan investasi
di tahun berikutnya.
Selain itu Sudana (2011:167) juga berpendapat bahwa
kebijakan dividen adalah bagian dari keputusan pembelanjaan
internal perusahaan karena jumlah dividen yang dibagikan dapat
mempengaruhi jumlah laba yang ditahan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan manajerial
perusahaan tentang bagaimana pengalokasian laba bersih yang
diperoleh perusahaan, apakah akan dibagikan kepada pemegang
23
saham sebagai return dari investasi yang diberikan atau digunakan
untuk eskpansi dan memaksimalkan operasional perusahaan.
Menurut Kolb (1983) dalam Fadli (2017), kebijakan dividen
penting karena 2 (dua) alasan, yaitu (1) pembayaran dividen
mungkin akan mempengaruhi harga saham, (2) pendapatan yang
ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan
modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan
perusahaan.
Kedua alasan di atas merupakan dua kepentingan yang
bertolak belakang. Untuk itu agar kedua kepentingan tersebut dapat
terpenuhi, manajemen perusahaan harus memutuskan kebijakan
dividen dengan hati-hati dan teliti.
Horne dan Wachowicz (2013:206) menyatakan bahwa
kebijakan dividen adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan
dalam keputusan pendanaan perusahaan. Aspek utama yang
penting dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan
alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan
penambahan saldo laba perusahaan.
Kebijakan dividen sangat penting untuk manajer, pemimpin
dan pemegang saham. Hal ini penting bagi investor karena investor
menilai dividen bukan hanya sebagai pendapatan tapi juga untuk
menilai masa depan dari suatu perusahaan.
24
2.2. Kebijakan Pembagian Dividen
Menurut ketentuan Undang Undang No. 40 Tahun 2007 Pasal
71 ayat 3 Tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa dividen
hanya boleh dibagikan apabila laba Perseroan sedang dalam saldo
positif.
Kepala Riset PT. Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo
memaparkan bahwa ada 3 alasan yang membuat emiten tidak
membagikan dividen, diantaranya:
1) Emiten tidak memperoleh laba,
2) Emiten yakin dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi
kepada pemegang saham dari capital gain (kenaikan saham)
dibandingkan dengan memberikan return dalam bentuk dividen.
3) Laba yang diperoleh emiten berasal dari restrukturisasi asetnya
(financial engineering) bukan dari kinerja operasional emiten
tersebut, dalam artian kinerja operasionalnya kurang efektif
maka akan sulit untuk memberikan dividen kepada pemegang
saham.
Jika emiten memiliki saldo laba negatif, salah satu cara agar
segera dapat membagikan dividen kepada pemegang saham adalah
dengan melakukan kuasi reorganisasi untuk menghapus saldo laba
negatifnya. Hal ini dilakukan agar perusahaan tersebut bisa
bertahan dan melanjutkan usaha secara lebih baik serta dapat
membagikan dividen. Namun, itu juga bergantung dari modal dasar
25
dan modal ditempatkan emiten tersebut sebelum melakukan kuasi
reorganisasi (Ito Warsito, 2012).
Adapun kuasi reorganisasi sendiri merupakan prosedur
akuntansi untuk merestrukturisasi perusahaan dengan cara menilai
kembali akun-akun aktiva dan kewajiban perusahaan pada nilai
wajar dan mengeliminasi saldo defisit tanpa melalui proses
reorganisasi secara hukum. Ketentuan mengenai kuasi reorganisasi
ini dicantumkan dalam PSAK 51, namun sejak tahun 2013,
peraturan tersebut dicabut oleh IAI dikarenakan berbenturan
dengan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Oleh karena itu, ketentuan tentang pembagian dividen
mengacu pada UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 71 Ayat 3 di atas.
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan dan laporan
keuangan tidak mengalami defisit maka perusahaan bisa
membagikan dividen.
Menurut Purnami dan Artini (2016), tujuan investor
menanamkan modalnya ke perusahaan go public adalah untuk
mendapatkan pengembalian investasi (return). Return bisa
dialokasikan dari capital gain ataupun dividen.
Capital gain merupakan keuntungan modal atau laba yang
diperoleh melalui investasi surat berharga atau efek, seperti saham,
obligasi ataupun dalam bidang properti, dimana nilainya atau harga
26
jualnya melebihi harga belinya (pendapatan dari selisih harga jual
saham terhadap harga belinya).
Sedangkan dividen merupakan balas jasa atas dana yang
dihimpun oleh emiten dalam bentuk kepemilikan saham para
pemegangnya. Dividen ditentukan berdasarkan rapat umum
anggota pemegang saham dan jenis pembayannya tergantung
kepada kebijakan pemimpin perusahaan (Floressa, 2016). Dividen
yang dibayarkan selalu mengalami perubahan yang disebabkan
oleh kondisi perusahaan serta kebijakan pembagian dividen
perusahaan.
Miller dan Modigliani berpendapat bahwa pada umumnya
ketika perusahaan mengumumkan akan dibagi dividen permintaan
akan saham naik, sehingga harga saham juga mengikuti naik.
Beberapa investor lebih menyukai dividen daripada capital gain,
hal ini disebakan karena dividen lebih pasti dibandingkan dengan
capital gain di masa depan.
2.3. Cara Menghitung Nilai Dividen
Jika perusahaan akan mengeluarkan kebijakan untuk
membagikan dividen, maka perlu pengalokasian laba perusahaan
untuk dividen dan saldo laba ditahan. Pengalokasian laba untuk
dividen dan laba ditahan adalah dengan menghitung terlebih dahulu
earning per share (EPS) yaitu dengan membagi nilai laba bersih
dengan jumlah saham beredar.
27
Kemudian menghitung nilai dividend per share (DPS) yaitu
dengan cara mengalikan laba bersih dengan presentase dividend
payout ratio (DPR) dimana nilai presentase DPR ditetapkan oleh
direksi dan disahkan saat RUPS.
Dari jumlah yang didapat pada perhitungan EPS, sebagian
diantaranya adalah jumlah DPS yang dibagikan ke pemegang
saham, sedangkan sisanya dialokasikan ke saldo laba ditahan.
Manakala perusahaan tidak membagikan dividen, maka total EPS
masuk menjadi saldo laba ditahan.
Dividen dianggap sebagai jalan untuk mengurangi konflik
keagenan melalui pemberian terhadap para pemegang saham apa
yang menjadi hak mereka yaitu pembagian keuntungan dari
aktivitas penanaman modal.
2.4. Macam-Macam Pembagian Dividen
Jika perusahaan memutuskan untuk melakukan pembagian
dividen, ada beberapa bentuk pemberian dividen yang dapat
dibagikan kepada para pemegang saham menurut Sutrisno (2012)
antara lain:
a. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend.
Dividen tunai adalah dividen yang disetor langsung secara
tunai ke rekening bank investor. Sebagai contoh yang
dikemukakan dalam situs saham.raddien.com melalui artikelnya
yang berjudul “Pembagian Dividen”, Perusahaan A
28
membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp. 100
per lembar saham (setelah dipotong pajak dividen sebesar 20%).
Jika investor memiliki 50 lot (1 lot = 500 lembar saham),
maka keuntungan investor sebesar (Rp. 100 x 50 lot x 500
lembar) Rp. 2.500.000. Pembagian dividen secara tunai terdiri
dari beberapa bentuk yaitu:
1) Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen stabil ini artinya dividen
akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka
waktu tentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan
berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk
beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh
meningkat dan peningkatannya stabil, maka dividen juga
akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama
beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini
banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan
yakni:
a) Bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang
stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko
yang kecil.
b) Bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang
akan datang.
29
c) Akan menarik investor yang memanfaatkan dividen
untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu
dibayarkan.
2) Kebijakan Dividen Meningkat
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan
dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu
meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.
3) Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya
mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen
yang dibayarkan demikian pula sebaliknya bila laba kecil
dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan
sering disebut Dividend Payout Ratio (DPR).
4) Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah
ditambah Ekstra
Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini,
perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per
lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan
ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu
b. Pembagian Stock Dividend (Dividen Saham)
Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan
adalah dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang,
30
tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham, berdasarkan
proporsi kepemilikan saham. Artinya pemegang saham akan
diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend.
Seperti contoh yang dikemukakan sebelumnya, setiap 100
lembar pembagian saham lama dibagikan 5 lembar saham baru.
Setelah hari pembagian dividen terakhir, maka pemegang
saham telah memiliki hak atas 105 lembar saham.
Dividen saham dalam bentuk apapun sepertinya kurang
disukai investor. Investor bersikeras bahwa dividen saham itu
tak lebih dari sekedar lembaran kertas. Investor lebih menyukai
kas masuk ke rekening mereka.
c. Kebijakan Stock Split (Pemecahan Saham)
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi,
mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap
saham perusahaan. Oleh karena itu perusahaan bisa mengambil
kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham
melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham
kedalam nilai nominal yang lebih kecil.
Stock split berarti pengaturan ulang struktur saham biasa
dengan tujuan menciptakan harga pasar yang lebih rendah dan
tidak berkaitan dengan laba perusahaan.
d. Kebijakan Stock Repurchase
31
Stock Repurchase adalah pembelian kembali saham-saham
perusahaan yang telah beredar di pasar bursa, yang telah
dimiliki oleh pemegang saham atau investor. Stock repurchase
merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk
mendistribusikan cashflow yang dimiliki perusahaan kepada
para pemegang sahamnya selain dalam bentuk dividen.
Pada saat membeli kembali sahamnya jika menggunakan
tender office method, biasanya perusahaan akan membelinya
pada harga di atas harga pasar. Kelebihan atas harga pasar
inilah yang menjadi keuntungan bagi para pemegang saham
yang biasa dikenal dengan istilah, capital gain.
2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
Kebijakan dividen berhubungan dengan pertanyaan apakah
dividen dibagikan atau tidak. Pembayaran dividen sekarang
dipercaya dapat mengurangi ketidakpastian investor. Sebaliknya,
jika dividen dikurangi atau tidak dibayarkan, tingkat ketidakpastian
investor akan meningkat dan menyebabkan peningkatan
pengembalian yang diinginkan serta mengurangi nilai saham.
Apabila tercermin pada kenyataan bahwa dividen akan relevan
yaitu akan mempengaruhi sikap investor, maka banyak faktor yang
harus diperhatikan oleh manajemen, baik faktor dari luar maupun
dari dalam perusahaan agar laba yang dibagikan kepada pemegang
saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya.
32
Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2007) ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manajemen perusahaan
untuk menetapkan suatu kebijakan dividen, yaitu:
a. Peraturan hukum
Peraturan perundang-undangan mengatakan bahwa
dividen dibayarkan dari laba, baik laba yang diperoleh dari
periode berjalan maupun laba bersih dari tahun lalu yang
berada di pos laba ditahan. Terdapat mekanisme peraturan
hukum yang membatasi kebijakan dividen sehingga kebijakan
tersebut tidak boleh diputuskan sesuai hanya dengan keinginan
perusahaan. Beberapa batasan hukum tentang kebijakan
dividen yaitu:
1. Peraturan tentang laba bersih. Dividen yang dibayarkan
berasal dari laba bersih periode tahun berjalan ataupun
periode tahun sebelumnya.
2. Peraturan larangan pengurangan modal. Aturan ini
bertujuan untuk melindungi kreditur yang melarang adanya
pembayaran dividen dengan mengurangi modal, bukan dari
laba bersih perusahaan.
3. Peraturan kepailitan. Aturan ini melarang perusahaan untuk
membayar dividen ketika perusahaan dinyatakan pailit oleh
pengadilan. Sebab dalam kondisi ini berarti perusahaan
membagikan aset perusahaan untuk membayar dividen.
33
Padahal aset tersebut adalah milik atau hak dari kreditur
perusahaan.
b. Posisi Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban lancar dari aset lancar yang dimiliki.
Semakin lancar likuiditas perusahaan maka semakin besar pula
kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen. Sehingga
posisi likuiditas perusahaan sangat berpengaruh dalam
pengambilan kebijakan dividen.
Ketika perusahaan tidak cukup likuid, atau dalam artian
kas yang masuk sedikit, dan kewajiban lancarnya harus segera
dibayar, maka bukan tidak mungkin perusahaan tidak
membagikan dividen. Apabila perusahaan membagikan dividen
saat kondisi keuangan yang tidak likuid, risiko gagal bayar
kewajiban akan sangat tinggi.
Perusahaan akan kesulitan membayar kewajiban dan
bahkan kesulitan dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Umumnya, apabila dalam kondisi seperti ini, perusahaan
seharusnya memutuskan untuk tidak membagikan dividen
dalam bentuk uang tunai. Terlebih apabila perusahaan tersebut
sedang dalam tumbuh berkembang dan membutuhkan dana
untuk berinvestasi.
34
c. Membayar Pinjaman
Ketika perusahaan menghasilkan laba dan memiliki
kewajiban jangka panjang yang akan jatuh dalam waktu dekat,
maka laba yang dihasilkan tersebut dapat digunakan untuk 2
kemungkinan kebijakan. Pertama, perusahaan bisa melunasi
kewajiban tersebut dari laba yang dihasilkan tersebut dan tidak
membagikan dividen. Jika ada sisa laba dari pelunasan
kewajiban, maka sisa tersebut bisa dibagikan kepada pemilik
saham.
Kedua, perusahaan bisa tetap membagikan dividen tanpa
harus memikirkan kewajiban yang akan segera jatuh tempo
tersebut. Pelunasan kewajiban bisa menggunakan alternatif
pendanaan lain dari luar perusahaan. Bisa dengan menerbitkan
saham baru atau melunasi dengan melakukan pinjaman baru
(menerbitkan obligasi atau hipotek).
Apapun kebijakan perusahaan dalam mengalokasi laba
ditahan untuk membayar kewajiban ataupun sebagai dividen,
akan terdapat konsekuensi masing-masing. Yang jelas, apabila
perusahaan memutuskan menggunakan laba untuk membayar
kewajiban, maka akan berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan dalam membagikan dividen akan semakin kecil.
35
d. Kontrak Pinjaman
Batasan-batasan dalam kontrak perjanjian pinjaman
biasanya disusun oleh kreditur perusahaan yang telah disetujui
perusahaan. Pembatasan ini dususun agar perusahaan tetap
mampu melunasi pinjaman beserta bunga. Kontrak pinjaman,
khususnya pinjaman jangka panjang sering membatasi atau
bahkan melarang perusahaan untuk membagikan dividen tunai,
yang secara umum dinyatakan dengan:
Dividen tidak bisa dibayarkan jika modal bersih
perusahaan berada dibawah jumlah yang sudah ditentukan.
Perusahaan hanya bisa membayar dividen di masa
mendatang dari laba yang diperoleh setelah perjanjian
utang telah ditanda tangani. Jadi dividen tidak boleh
dibayar dari laba ditahan pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada umumnya, kontrak pinjaman juga sering berisi
larangan pembagian dividen ketika rasio kemampuan
pembayaran bunga, rasio lancar dan rasio lainnya melewati
batas minimal yang telah ditetapkan.
e. Pengembangan Aktiva
Perusahaan yang sedang berkembang tentu membutuhkan
tambahan sumber daya. Salah satunya adalah aktiva.
Perusahaan tidak akan mampu memaksimalkan pendapatannya
apabila aktiva perusahaan terbatas. Untuk mengatasi hal
36
tersebut adalah dengan melakukan perluasan usaha (ekspansi)
yaitu dengan menambah aktiva seperti membeli tanah baru,
membangun pabrik baru, membeli mesin baru, dan sebagainya.
Namun untuk menambah aktiva pasti perusahaan
membutuhkan pendanaan. Salah satu sumbernya adalah
menggunakan laba ditahan. Semakin banyak dana yang
dibutuhkan untuk ekspansi usaha maka akan semakin kecil
peluang untuk membagikan dividen. Sebaliknya, semakin
sedikit kebutuhan pengembangan aktiva, maka semakin besar
laba ditahan yang bisa dialokasikan untuk membayar dividen.
Kemudian apabila perusahaan memutuskan untuk
membagikan dividen lebih besar, maka sisa laba ditahan yang
bisa digunakan untuk ekspansi usaha akan semakin kecil,
ketika perusahaan sudah mencapai titik jenuh, dimana
pertumbuhannya sudah berada pada titik puncak dan
kondisinya sudah well established dan bahkan kebutuhannya
bisa dipenuhi oleh sumber eksternal, pada umumnya
perusahaan akan membayarkan dividen dengan rasio yang
cenderung tinggi.
f. Stabilitas Keuntungan
Perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil di setiap
periode bisa dengan mudah memprediksi besar kecilnya laba
yang akan diperoleh pada periode mendatang. Perencanaan
37
mengenai sumber dana dan penggunaannya dapat jauh lebih
terarah. Diantaranya seperti rencana pengembangan usaha,
jadwal pembayaran utang atau anggaran pengeluaran lainnya
dapat disusun dengan mudah. Termasuk juga mengenai
kebijakan dividen. Besar kecilnya dividen yang dibagikan
cenderung stabil.
Apabila dibandingkan dengan perusahaan yang
menghasilkan laba yang tidak stabil di setiap periodenya,
misalnya tahun lalu menghasilkan laba 100 persen dan tahun
ini rugi 60%, maka proses pengambilan keputusan terhadap hal
apapun menyangkut masa depan perusahaan akan lebih sulit
untuk diprediksi. Bahkan kebijakan dividen pun akan terkena
imbasnya. Apakah dijadikan laba ditahan atau dibagikan ke
pemegang saham.
Manajemen akan kesulitan dan cenderung untuk bermain
aman. Oleh karena kondisi perusahaan yang masih fluktuatif,
maka pembagian dividen cenderung untuk dihindari. Kalaupun
dibagikan, biasanya dalam jumlah yang kecil. Sehingga, tingkat
kestabilan laba yang dihasilkan sangat berpengaruh terhadap
kebijakan dividen,
g. Kendali Perusahaan
Terdapat beberapa perusahaan yang memiliki kebijakan
hanya menggunakan dana yang berasal dari pendanaan internal
38
saja untuk membiayai aktivitas, investasi atau pengembangan
usaha perusahaan. Sumber dana hanya berasal dari laba
ditahan.
Pemegang saham tidak mendapatkan dividen dan sebagian
dari mereka tidak mempermasahlakan bahkan setuju dengan
hal tersebut. Sebagian dari pemegang saham tersebut adalah
pemegang saham mayoritas yang memiliki kendali penuh atas
perusahaan, yang memiliki suara terbanyak dan tidak ingin
kehilangan kendali atas perusahaannya.
Ketika sebuah perusahaan berencana untuk melakukan
pengembangan usaha otomatis akan membutuhkan pendanaan,
namun perusahaan tidak ingin menggunakan laba ditahan,
melainkan lebih memilih untuk membagikan dividen. Maka
opsi perusahaan adalah dengan mendapatkan dana dari
eksternal perusahaan, yaitu berhutang (menerbitkan obligasi
atau hipotek) atau menerbitkan saham baru.
Apabila perusahaan mengambil opsi menerbitkan saham
baru, maka jumlah saham yang beredar akan semakin
bertambah. Struktur modal perusahaan akan berubah. Yang
ditakuti oleh pemegang saham mayoritas adalah adanya
kemungkinan pemegang saham mayoritas tidak lagi menjadi
mayoritas, mereka tidak lagi memiliki suara yang dominan
karena adanya kepemilikan saham baru oleh orang lain.
39
Presentasi jumlah saham mereka kan berkurang dan akan
ada kesempatan pemegang saham baru menjadi pemegang
saham mayoritas. Sehingga, apabila manajemen perusahaan
memperhatikan pengendalian, manajemen mungkin akan
enggan untuk menerbitkan saham baru dan akan menahan laba
ditahan lebih banyak.
Namun apabila pemegang saham menginginkan adanya
pembagian dividen, terlebih adanya tekanan dari beberapa
pemegang saham yang menginginkan adanya peralihan
kekuasaan perusahaan, maka dividen yang dibagikan akan
bertambah naik. Sehingga, pengendalian perusahaan harus
dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan dividen.
2.6. Prosedur Standar Pembayaran Dividen
Menurut Warsono (2003:273) dalam pembayaran dividen
terdapat beberapa tahapan prosedur yaitu sebagai berikut:
a. Declaration Date (Tanggal pengumuman)
Tanggal pengumuman atau deklarasi adalah tanggal dewan
direksi memutuskan untuk membagikan dividen atau tanggal
pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana
pembayaran dividen. Biasanya pengumuman ini dilakukan
dalam RUPS.
Pengumuman meliputi nominal dividen yang akan
dibagikan per lembar saham, tanggal pencatatan dan tanggal
40
pembayaran dividen. Pada declaration date ini, perusahaan
melakukan pengakuan atas utang dividen dan manajemen
keuangan akan mendebit saldo laba ditahan.
b. Holder of Record Date (Tanggal pencatatan)
Holder of Record Date merupakan tanggal dimana
perusahaan melakukan penutupan buku pencatatan pemindah-
tanganan saham dan merilis daftar pemilik saham per tanggal
tersebut yang dinyatakan berhak untuk menerima dividen, atau
hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham
agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan
perusahaan. Pada tanggal tersebut, pemegang saham juga dapat
melihat jumlah uang tunai yang akan mereka terima dari
pembagian dividen.
c. Cum-Dividend Date
Cum-Dividend Date adalah hari terakhir investor
melakukan perdagangan saham perusahaan yang masih
memiliki hak untuk memperoleh dividen perusahaan yang
sudah diumumkan, baik dividen tunai maupun dividen saham.
Apabila ada pemegang saham yang menjual sahamnya pada
masa cum-date, pemegang saham tersebut tidak akan
mendapatkan dividennya.
Namun, apabila ada investor yang melakukan pembelian
saham pada saat cum-date, maka investor tersebut berhak
41
mendapatkan pembagian dividen tunai dari perusahaan, jika
investor tersebut tidak menjual lagi sahamnya hingga melewati
masa cum-dividend date.
d. Ex-dividend date (Tanggal pemisahan dividen)
Ex-dividend date adalah tanggal dimana dividen dipisahkan
dari saham atau pada saat dimana hak atas dividen periode
berjalan dilepaskan dari sahamnya. Pada tanggal ini atau
sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memperoleh dividen
yang akan dibagikan. Namun, apabila ada pemegang saham
yang menjual sahamnya ketika masa ex-dividend date atau
setelahnya, pemegang saham tersebut masih dapat terdaftar dan
berhak menerima pembayaran dividen.
Pada tanggal ini transaksi penjualan saham perusahaan di
bursa efek terkadang diberhentikan untuk sementara waktu,
atau biasanya selama 1-2 hari agar perusahaan memiliki waktu
untuk memperbaharui catatan buku besar akun “Pemegang
Saham” perusahaannya. Umumnya, pemisahan dividen ini
dilakukan 4 hari sebelum perusahaan melakukan tanggal
pencatatan. Hak pemilik saham untuk mendapatkan dividen
akan melekat pada saham yang dimillikinya 4 hari sebelum
tanggal pencatatan saham.
42
e. Payment date
Payment date merupakan tanggal kapan dividen tersebut
akan dibayarkan kepada pemegang saham yang telah terdaftar
dan bagaimana cara pembayarannya. Pembayaran bisa
dilakukan via cek ataupun transfer tunai. Pada tanggal ini,
perusahaan mencatat pengeluaran kas untuk pembayaran utang
dividen. Sehingga utang dividen yang diakui pada tanggal
pengumuman di buku catatan perusahaan akan tereliminasi dari
buku catatan perusahaan.
3. Collaterizable Assets
Salah satu kewajiban perusahaan go public adalah membagikan
dividen kepada para pemegang sahamnya. Semakin banyak pemegang
saham yang dimiliki oleh emiten akan semakin besar pula dana yang
dibutuhkan untuk membayar dividen. Hal ini akan mengurangi saldo
laba ditahan perusahaan tersebut secara cukup signifikan.
Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan melakukan pembiayaan
melalui utang kepada kreditur. Pinjaman yang dilakukan pun tidak
dilakukan dalam jumlah yang kecil. Sehingga, kreditur seringkali
meminta jaminan berupa aset ketika memberi pinjaman kepada
perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Hal ini yang dinamakan
dengan Collateral Assets.
43
Menurut Ross et. al (2015 p. 204) collateral merupakan istilah
umum yang berarti surat berharga (obligasi, sekuritas) yang dijadikan
jaminan untuk pembayaran utang. Collateral juga secara umum di
definisikan sebagai aset yang dijaminkan untuk utang.
Menurut Heniswara (2016) Collaterizable Assets adalah besarnya
aktiva yang dapat dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin
pinjamannya. Definisi Collaterizable Assets juga dikemukakan oleh
Fauz dan Rosidi (2007) dalam Argamaya dan Putri (2014) yang secara
garis besar sama dalam mendefinisikan Collaterizable Assets. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Collateralizable Assets adalah aset perusahaan
yang dapat dijaminkan oleh perusahaan kepada kreditur.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan keuangan jangka
panjang adalah tersedianya agunan. Weston dan Brigham (2001:309)
dalam Arfan dan Maywindlan (2013) menyatakan bahwa pada
umumnya utang jangka panjang yang berjaminan akan lebih murah
daripada utang tanpa jaminan. Selain itu, keputusan pembiayaan setiap
tahun akan dipengaruhi oleh jumlah aktiva yang baru diperoleh yang
tersedia untuk jadi jaminan bagi obligasi baru.
Dalam bahasa Inggris kredit beragunan disebut juga dengan istilah
secured debt. Sedangkan kredit tanpa agunan sering disebut unsecured
debt atau non collateral debt. Kredit yang disertai dengan agunan atau
collateral, biasanya memiliki bunga lebih rendah dibandingkan dengan
kredit tanpa agunan.
44
Titman dan Wessels (1988) mengemukakan bahwa perusahaan
yang memiliki lebih banyak aset yang bersifat collateral memiliki
agency problem yang lebih kecil antara kreditur dengan pemegang
saham karena aset demikian bisa berfungsi sebagai jaminan atas utang
(Arfan dan Maywindlan, 2013). Sehingga proteksi kreditur dalam
menerima pembayaran piutang mereka tinggi.
Hal tersebut dikarenakan collateral atau agunan berfungsi untuk
mengamankan utang perusahaan. Apabila perusahaan gagal melunasi
kewajibannya, maka kreditur akan melikuidasi (melelang atau menjual)
aset tetap yang dimiliki perusahaan karena merupakan agunan.
Kemudian kreditur akan mengeluarkan surat pengakuan utang (blanket
lien) yaitu surat berharga yang diterbitkan untuk mengikat secara hukum
atas seluruh agunan milik perusahaan untuk kepentingan kreditur.
Berdasarkan informasi dari Finansialku.com, terdapat dua jenis
agunan dilihat dari fungsinya, yaitu agunan pokok dan agunan
tambahan.
1) Agunan Pokok, merupakan barang atau objek yang dibiayai dengan
kredit, contohnya jaminan pembelian rumah dengan kredit (kredit
pemilikan rumah) maka yang dijaminkan adalah rumah yang dibeli
tersebut.
2) Agunan Tambahan, yaitu barang atau benda yang dijadikan jaminan
untuk menambah jaminan pokok. Hal ini diperlukan karena bank
menilai jaminan pokok dianggap nilainya masih kurang.
45
Kemudian berdasarkan wujud bendanya, maka agunan dapat
dibedakan menjadi agunan berwujud dan agunan tidak berwujud.
1) Agunan Berwujud, seperti bangunan, kendaraan, mesin-mesin.
2) Agunan Tidak Berwujud, seperti garansi perusahaan, garansi
perorangan (personal guarantee).
Sedangkan berdasarkan mobilitas, maka agunan dapat dibedakan
menjadi agunan bergerak dan agunan tidak bergerak.
1) Agunan bergerak, seperti: kendaraan bermotor, piutang, persediaan
barang dagangan
2) Agunan tak bergerak, seperti: tanah, bangunan, pabrik. Biasanya
kredit jangka panjang dengan agunan tak bergerak disebut dengan
hipotek.
Terdapat beberapa syarat umum barang-barang yang dijadikan
agunan, diantaranya:
- Memiliki nilai ekonomis yang dapat dinilai dengan uang.
- Kepemilikannya dapat dipindahtangankan.
- Memiliki nilai yuridis dalam pengertian agunan itu bisa dimiliki
secara sempurna berdasarkan hukum di mana bank punya hak
didahulukan terhadap likuidasi agunan tersebut.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (BI) No 9/PBI/2007, barang-
barang yang dapat dijadikan agunan adalah:
46
Tanah dengan pembuktian sertifikat atas hak tanah tersebut.
Bangunan (rumah tinggal, rumah susun, pabrik, gudang dan hotel)
dengan pembuktian sertifikat atas kepemilikan bangunan, IMB (izin
mendirikan bangunan) dan status hukum (sengketa atau tidak).
Kendaraan bermotor (mobil, motor, skuter dengan berbagai jenis
dan merek), disertai pembuktiannya melalui Bukti Pemilikan
Kendaraan Bermotor (BPKP).
Mesin-mesin pabrik disesuaikan dengan usia mesin pabrik dan
teknisnya.
Surat berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di BEI atau
memiliki peringkat investasi.
Pesawat udara atau kapal laut diperhatikan dengan ukuran pesawat
udara atau kapal laut yang bisa diagunkan berukuran di atas 20
meter kubik yang diikat dengan hipotek.
4. Firm Size
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar
kecilnya suatu perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2010)
dalam Ulfa dan Yuniati (2016) ukuran perusahaan merupakan
karakteristik suatu perusahaan dalam hubungannya dengan struktur
perusahaan. Ukuran sebuah perusahaan merupakan salah satu
pertibangan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi
(Elinda dan Sukirman, 2015).
47
Menurut Rizqia, dkk (2013), ukuran perusahaan (Firm Size) adalah
tingkat untuk menunjukkan perkembangan perusahaan dalam bisnis,
yang salah satunya dapat dilihat dari rata-rata penjualan perusahaan.
Mar’ati (2013) mendifinisikan ukuran perusahaan sebagai ukuran besar
kecilnya suatu perusahaan. Sedangkan, Sutrisno (2001:3) menyatakan,
ukuran perusahaan diwakili oleh log natural dari total asset.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
Firm Size (ukuran perusahaan) merupakan suatu ukuran yang
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Menurut Yulia (2013)
ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara
lain melalui nilai total aset, log size, total penjualan, jumlah karyawan,
nilai pasar saham, market value, dan sebagainya.
Penelitian ini didasarkan pada log natural dari total aset dalam
menentukan ukuran perusahaan, karena dikutip dari Machfoedz (1994)
dalam Yulia (2013) total aset dianggap lebih stabil dan lebih dapat
mencerminkan ukuran perusahaan dibandingkan dengan market value
dan total penjualan.
Machfoed (1994) dalam Yulia (2013) juga menyebutkan bahwa
ukuran perusahaan terbagi kedalam tiga kategori:
1) Perusahaan besar
Perusahaan yang dikategorikan besar biasanya merupakan
perusahaan yang telah go public di pasar modal dan memiliki aset
sekurang-kurangnya 200 miliar.
48
2) Perusahaan menengah
Perusahaan yang digolongkan dalam kategori ini jika memili aset
diantara 2 miliar sampai 200 miliar dan biasanya telah terdaftar di
pasar modal.
3) Perusahaan kecil
Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang
dari 2 miliar dan biasanya belum terdaftar di pasar modal.
Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-11/PM/1997
dijelaskan bahwa perusahaan menengah dan kecil merupakan badan
hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) yang tidak lebih dari
Rp.100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah), sedangkan perusahaan
besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan lebih dari
Rp.100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).
Total aset yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan
tersebut memiliki ukuran yang besar pula. Ketika perusahaan memiliki
total aset yang besar, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut
adalah perusahaan besar dengan kinerja yang berkembang dan memiliki
reputasi yang baik (Nidya dan Titik, 2015).
Perusahaan dengan aset besar dapat memberikan sinyal yang
positif kepada investor, karena semakin besar aset yang dimiliki
perusahaan maka semakin banyak pula modal yang ditanam. Kemudian
aset-aset tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan yang
49
mampu menghasilkan keuntungan, sehingga hal ini dapat mengatasi
agency problem antara perusahaan dengan pemegang saham.
Menurut Hanif dan Bustamam (2017) perusahaan yang berukuran
besar dan yang sudah mapan akan memiliki akses yang lebih mudah
menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih
kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar
modal karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal maka
berarti fleksibilitas lebih besar dan kemampuan untuk mendapatkan
dana dalam jangka pendek, perusahaan besar dapat mengusahakan
pembayaran dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
kecil.
5. Investment Opportunity Set
Sri (2005) menyatakan bahwa Investment Opportunity Set/IOS
merupakan suatu kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan-
pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan net present value
positif. Myers (1977) dalam Yudiana dan Yadnyana (2016) istilah IOS
memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi antara asset in
place (asset yang dimiliki) dengan investment options (pilihan investasi)
dimasa mendatang.
Kemudian menurut Halim (2013) IOS merupakan luasnya
kesempatan atau peluang investasi perusahaan dimasa yang akan datang,
yang akan merepresentasikan perkembangan perusahaan-perusahaan
50
tersebut. Sedangkan menurut Julianto dan Lilis (2004) dalam
Firdhayatin dan Dewi (2012) IOS merupakan kesempatan investasi yang
besarnya tergantung pada pengeluaran yang ditetapkan oleh manajemen
pada masa yang akan datang, dan merupakan investasi yang diharapkan
untuk mendapatkan return yang lebih besar.
Pendapat lain dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan
Sumarni, dkk (2014) yang berpendapat bahwa IOS sebagai salah satu
indikator bagi investor untuk mengetahui kemungkinan tumbuh atau
tidaknya suatu perusahaan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
IOS adalah indikator yang dipertimbangkan oleh investor untuk
memutuskan apakah akan berinvestasi pada suatu emiten atau tidak
karena IOS memberikan gambaran apakah suatu perusahaan memilliki
kemungkinan going concern yang baik atau tidak.
Myers (1977) memperkenalkan IOS untuk mencapai tujuan
perusahaan. Secara umum IOS menggambarkan tentang luasnya
kesempatan atau peluang-peluang investasi suatu perusahaan namun
sangat tergantung pada pilihan pengeluaran perusahaan untuk
kepentingan di masa mendatang (Suartawan dan Yasa, 2016).
Peluang investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang. Kepercayaan investor terhadap
perusahaan yang disertai keputusan investasi, menyebabkan naiknya
51
permintaan terhadap saham perusahaan. Hal ini akan meningkatkan
harga saham yang nantinya akan menjadi nilai dari capital gain.
Hal ini karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu
sumber dana untuk pengembalian investasi perusahaan disamping dari
dividen, juga dari capital gain yakni nilai yang diperoleh dari selisih
antara harga jual dan harga beli saham. Sehingga hal ini dapat mengatasi
agency problem antara perusahaan dengan pemegang saham.
Nilai IOS juga mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola modal. IOS merupakan pilihan investasi dimasa datang yang
mencerminkan adanya pertumbuhan ekuitas dan aktiva. IOS memberi
petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan tergantung pada
pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang. Jadi prospek
perusahaan dapat ditaksir dari IOS.
Pemilihan sumber dana berkaitan dari keputusan pendanaan, baik
pendanaan tersebut berasal dari eksternal maupun dari internal
perusahaan akan mempengaruhi perusahaan. Sumber dana internal
berasal dari laba ditahan dan depresiasi, sedangkan sumber dana
eksternal berasal dari pinjaman dari kreditur.
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel
2.1.
52
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian dan
Peneliti (Tahun)
Metode Penelitian Variabel
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
1 Pengaruh Free Cash
Flow, Profitabilitas,
Likuiditas, Kebijakan
Utang, Dan
Collateralizable Assets
Terhadap Kebijakan
Dividen
Sugesta (2017)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Sumber data:
sekunder dari
www.idx.co.id
c. Metode
sampling:
Purposive
sampling
Metode Analisis
Data : Regresi
Berganda
a. Populasi dalam
penelitian
terdahulu adalah
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
pada periode
2012-2014.
√ √ Collateralizable
Assets tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
2 Pengaruh Institutional
Ownership, Assets,
Debt To Total Assets,
Firm Size Terhadap
Dividend Payout Ratio
Helmina dan Hidayah
(2017)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Sumber data:
sekunder dari
www.idx.co.id
c. Metode
sampling:
Purposive
a. Penelitian
terdahulu
meneliti hanya
perusahaan
manufaktur
periode 2013-
2014.
√ √ √ Collateralizable
Assets dan Firm
Size tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Dividend Policy.
Bersambung ke halaman selanjutnya
52
53
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
sampling
d. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda.
e. Populasi
penelitian yaitu
semua
perusahaan yang
terdaftar di BEI
3 Pengaruh Debt To
Equity Ratio, Return On
Asset, Firm Size, &
Earning Per Share
Terhadap Dividend
Payout Ratio
Hanif dan Bustamam
(2017)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
sampling
Metode Analisis
Data : Regresi
Berganda
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2011-
2015.
√ √ Firm Size tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
53
54
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
4 Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kebijakan Dividen
Neswari dan Priyadi
(2017)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
sampling
c. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi hanya
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2010-2015
√ √ Investment
Opportunity Set
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
5 Pengaruh Insider
Ownership, Institutional
Ownership, Dispersion
Of Ownership,
Collateralizable Assets,
dan Board
Independence Terhadap
Kebijakan Dividen
Mangasih dan
Asandimitra (2017)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Sumber data:
sekunder dari
www.idx.co.id
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi hanya
perusahaan
sektor finansial
selama 2011-
2015.
b. Metode
sampling:
Kelompok
Nonprobability
√ √ Collaterizable
Assets berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
54
55
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
sampling dengan
metode sampel
jenuh.
c. Metode Analisis
Data: Regresi
Logistik.
6 Pengaruh Return On
Asset, Sales Growth,
Firm Size Dan Debt To
Equity Ratio Terhadap
Pembayaran Dividen
Akmal, dkk (2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
sampling
c. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda
a. Penelitian
terdahulu hanya
pada perusahaan
manufaktur sub
sektor
perusahaan
makanan &
minuman pada
BEI periode
2010-2014.
√ √ Firm Size
berpengaruh
negatif terhadap
Pembayaran
Dividen
7 Pengaruh Profitabilitas
Dan Set Kesempatan
Investasi Terhadap
Kebijakan Dividen
Tunai
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
a. Penelitian
terdahulu hanya
pada perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
√ √ Set kesempatan
Investasi
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen tunai
Bersambung ke halaman selanjutnya
55
56
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan Judul
Penelitian
Metode Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
Anam, dkk (2016) sampling
c. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda.
tahun 2007-2011
b. Teknik
pengumpulan data:
pooling data.
8 Pengaruh Investment
Opportunity Set Dan Free
Cash Flow Pada Kebijakan
Dividen Dan Nilai
Perusahaan
Suartawan dan Yasa (2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
sampling
c. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2011-2013
√ √ Investment
Opportunity Set
berpengaruh positif
pada kebijakan
dividen, menolak
hipotesis yang
menyatakan arah
negatif.
9 Pengaruh Arus Kas Bebas,
Kebijakan Pendanaan,
Profitabilitas, Collateral
Assets Terhadap Kebijakan
Dividen
Suci (2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
sampling.
c. Metode analisis
data: Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu hanya
perusahaan sektor
consumer goods
industry yang
terdaftar di BEI
periode tahun
2011-2014.
√ √ Collateral Assets
berpengaruh
negatif terhadap
kebijakan dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
56
57
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
10 Pengaruh Kepemilikan
Managerial,
Profitabilitas Dan
Kesempatan Investasi
Terhadap Kebijakan
Dividen
Silfiana dan
Rachmawati (2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
sampling
c. Analisis Data:
Regresi.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2009-2013
√ √ Market to book
value/IOS
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan dividen..
11 Pengaruh Kinerja
Keuangan, Asset
Growth Dan Firm Size
Terhadap Dividend
Payout Ratio
Ulfa dan Yuniati (2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
Sampling
c. Analisis Data:
Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2011-
2014.
√ √ Firm Size
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
DPR perusahaan
manufaktur.
Bersambung ke halaman selanjutnya
57
58
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
12 Analisis Pengaruh
Leverage, Likuiditas,
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan Dan
Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan
Dividen
Permana dan Hidayati
(2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
Sampling.
c. Analisis Data:
Regresi
Berganda.
a. Populasi pada
penelitian
terdahulu adalah
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode 2012-
2014.
√ √ Ukuran perusahan
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen.
13 Pengaruh Manajemen
Laba Riil, Arus Kas
Bebas, Dan Collas
Terhadap Kebijakan
Dividen
Kore (2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
Sampling.
c. Analisis Data:
Regresi
Berganda.
a. Populasi pada
penelitian
terdahulu adalah
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode 2012-
2014.
√ √ Collaterizable
Assets tidak
berpengaruh positif
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Bersambung ke halaman selanjutnya
58
59
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
14 Opportunity Set, Total
Asset Turn Over dan
Sales Growth Terhadap
Kebijakan Dividen
Purnami dan Artini
(2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
sampling
c. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi
perusahaan yang
tergabung dalam
sektor industri
barang konsumsi
di BEI periode
2010-2014.
√ √ Investment
Opportunity Set
berpengaruh
negatif namun
tidak signifikan
terhadap kebijakan
dividen,
15. Analisis Pengaruh
Mekanisme Agensi,
Risiko Pasar Dan Siklus
Hidup Perusahaan
Terhadap Kebijakan
Dividen
Heniswara (2016)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
Sampling
c. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu hanya
pada pusahaan
yang terdaftar di
Jakarta Islamic
Index (JII) di
BEI periode
2011-2014.
√ √ Collateralizable
Assets berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
Kebijakan Dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
59
60
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
16 Determinasi Rasio
Keuangan Terhadap
Kebijakan Dividen
Elinda dan Sukirman
(2015)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
Sampling.
c. Analisis Data:
Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
Indeks LQ45
tahun 2011-
2013.
√ √ Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap
pembayaran
dividen.
17 Pengaruh Debt to
Equity Ratio,
Profitabilitas, Growth,
dan Ukuran
Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen
Nidya dan Titik (2015)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Metode
sampling:
Purposive
Sampling
Analisis Data:
Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2010-2013
√ √ Ukuran perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
60
61
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
18 Pengaruh Profitabilitas,
Leverage,
Collateralizable Assets,
Dan Investment
Opportunity Set
Terhadap Kebijakan
Dividen
Argamaya dan Putri
(2014)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Sumber data:
sekunder dari
www.idx.co.id.
c. Metode
sampling:
Purposive
sampling
a. Metode analisis
data penelitian
terdahulu :
metode regresi
common effect
model dengan
metode analisis
ordinary least
square
b. Software yang
digunakan yaitu
Eviews 6.
√ √ √ Investment
Opportunity Set
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen, sedangkan
Collaterizable
Assets berpengaruh
negatif terhadap
kebijakan dividen.
19 Effect of Managerial
Ownership, Financial
Leverage, Profitability,
Firm Size, and
Investment Opportunity
on Dividend Policy and
Firm Value
Rizqia, dkk (2013)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif.
b. Metode
sampling:
Purposive
sampling
c. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi hanya
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEI tahun 2006-
2011.
Firm Size tidak
berpengaruh
terhadap Dividend
Policy dan
Investment
Opportunity Set
berpengaruh
terhadap Dividend
Policy.
Bersambung ke halaman selanjutnya
61
62
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) dan
Judul Penelitian
Metode Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan X1 X2 X3 Y
20. Pengaruh Investment
Opportunity Set,
Kebijakan Utang
Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen
Putri (2013)
a. Jenis penelitian:
kuantitatif
b. Sumber data:
sekunder dari
www.idx.co.id
c. Metode
sampling:
Purposive
sampling
d. Metode Analisis
Data: Regresi
Berganda.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
populasi hanya
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEI tahun 2008-
2011.
√ √ √ Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kebijakan
dividen sedangkan
variabel IOS
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
62
63
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Bersambung ke halaman selanjutnya
Kebijakan dividen adalah
keputusan yang penting
karena sebagai cerminan
kesehatan keuangan
perusahaan. Perusahaan
publik memiliki tanggung
jawab dividen atas para
pemegang saham sehingga
perlu diambil keputusan
yang tepat terhadap
kebijakan dividen.
Penentuan kebijakan
dividen harus diperhatikan
karena kepentingan
pemegang saham dan
perusahaan yang berbeda
(agency problem) dapat
mempengaruhi kebijakan
dividen.
Perusahaan yang memiliki lebih banyak
aset yang bersifat collateral memiliki
agency problem yang lebih kecil antara
kreditor dengan pemegang saham karena
aset tersebut bisa berfungsi sebagai
jaminan atas utang. Perusahaan besar yang
sudah mapan akan memiliki akses yang
mudah untuk masuk ke pasar modal yang
dapat meningkatkan kemampuannya dalam
memperoleh dana yang besar dan akhirnya
mampu memiliki rasio pembayaran dividen
yang lebih besar dari perusahaan kecil.
Pembayaran dividen juga dipengaruhi oleh
baiknya kesempatan investasi (IOS) atau
tingkat keuntungan yang baik, karena
peluang investasi yang tinggi akan
membuat investor tertarik untuk
menanamkan modalnya atau membiayai
peluang investasi tersebut. Sehingga
perusahaan bisa memperoleh laba yang
besar dan makin besar laba yang diperoleh
perusahaan maka makin besar pula dividen
yang dibayarkan kepada pemegang saham.
GAP
Basis Teori :
Teori Keganenan (Agency Theory)
64
Lanjutan dari halaman sebelumnya
Gambar 2.2 (Lanjutan)
Kerangka Pemikiran
Uji Asumsi Klasik:
- Uji Normalitas - Uji Autokorelasi
- Uji Multikolineritas - Uji Heterokedastisitas
Uji Regresi Linear Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Uji Hipotesis:
- Uji Simultan dengan F-test
- Uji Parsial dengan T-tets
Variabel Independen Variabel Dependen
Dividend Policy Firm Size
Investment Opportunity Set
Colaterizable Assets
65
D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1) Collateralizable Assets dan Dividend Policy
Collaterizable Assets adalah aset perusahaan yang dapat dijaminkan
oleh perusahaan kepada kreditur. Pembayaran dividen yang tinggi akan
berdampak terhadap laba ditahan yang kemungkinan berkurang, sehingga
perusahaan perlu untuk melakukan pembiayaan melalui utang kepada
kreditur.
Menurut Darman (2008) variabel Collarerizable Assets berpengaruh
positif terhadap kebijakan dividen, dan mampu mengurangi agency costs
antara pemegang saham dan kreditur. Besarnya Collaterizable Assets yang
dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan dividen yang dibagikan.
Hal ini akan mengurangi konflik yang terjadi antara pemegang saham dan
kreditur dan kreditur tidak akan melakukan pembatasan terhadap dividen
yang dibagikan.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Roring dan
Ronni (2014) bahwa Collateralizable Asstes yang tinggi akan menurunkan
konflik antara pemegang saham dan manajer karena aset yang dijamin
kepada kreditur besar.
Menurunnya konflik di perusahaan maka biaya agensi juga mengecil
dan dividen yang dibayar akan semakin tinggi. Mengingat Collateralizable
Assets berfungsi memperkecil agency problem maka diharapkan besarnya
Collateralizable Assets yang dimiliki oleh perusahaan akan berhubungan
positif dengan dividen.
66
Penelitian yang dilakukan oleh Mangasih dan Asandimitra (2017) dan
Heniswara (2016) menunjukkan hasil bahwa Collateralizable Assets
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh positif tersebut
bermakna bahwa semakin besar Collateralizable Assets yang dimiliki
perusahaan akan mengakibatkan perusahaan membayar dividen dalam
jumlah tinggi. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arfan dan Maywindlan (2013) yang membuktikan bahwa Collaterizable
Assets memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Namun hasil yang berbeda dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
oleh Suci (2016) serta Argamaya dan Putri (2014) menyimpulkan bahwa
Collateral Assets berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Sedangkan Helmina dan Hidayah (2017) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa Collaterizable Assets tidak berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Policy. Hasil serupa juga disimpulkan dalam penelitian
Sugesta (2017) dan Kore (2016) yang menyatakan bahwa Collateralizable
Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil hipotesis sebagai
berikut:
Ha1
: Collateralizable Assets berpengaruh terhadap Dividend Policy.
67
2) Firm Size dan Dividend Policy
Ukuran perusahaan dalama penelitian ini diukur dengan log natural
dari total aset. Sehingga semakin besar total aset maka semakin besar pula
ukuran perusahaan tersebut.
Menurut Rahmawati dan Akram (2007), perusahaan besar memiliki
kemudahan daripada perusahaan kecil untuk menghasilkan keuntungan
dan memperoleh sumber pendanaan. Hal ini menyebabkan banyaknya
aliran dana yang masuk ke perusahaan yang membuat aset perusahaan
tersebut besar karena ada nilai investasi yang ditanamkan investor disitu.
Aliran kas dalam jumlah besar yang masuk dari pasar modal
memungkinkan perusahaan dapat mengalokasikan pembagian dividen
dalam jumlah besar. Oleh karena itu, semakin besar ukuran perusahaan,
besarnya dividen yang dibayarkan semestinya juga ikut meningkat.
Menurut Korner (2006) dalam Hanif dan Bustamam (2017)
perusahaan berskala besar memiliki biaya agensi yang lebih rendah serta
dapat secara mudah memasuki pasar modal serta memiliki bargaining
power yang lebih kuat daripada perusahaan berskala kecil.
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan akan
memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar,
sehingga akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan kecil.
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang
mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang
68
masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke
pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk
fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar,
sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang
lebih tinggi daripada perusahaan kecil, sehingga Firm Size diharapkan
mampu mempengaruhi pembayaran dividen.
Hal ini didukung oleh penelitian Permana dan Hidayati (2016) yang
menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif
terhadap Dividend Payout Ratio. Perusahaan besar dengan akses pasar
yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada
pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran
dividen memiliki hubungan yang positif.
Akan tetapi hal ini berbeda dengan Hanif dan Bustamam (2017), serta
Elinda dan Sukirman (2015) yang menunjukkan bahwa tidak adanya
pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Ulfa dan
Yuniati (2016) yang menyatakan bahwa Firm Size berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil hipotesis sebagai
berikut:
Ha2
: Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Policy.
69
3) Investment Opportunity Set dan Dividend Policy
Dalam penelitian ini IOS merupakan nilai kesempatan investasi yang
diukur dari harga saham penutupan. Nilai IOS mampu mempengaruhi
pembayaran dividen. Apabila nilai IOS tergolong baik, maka akan
menghasilkan tingkat keuntungan yang baik, sehingga perusahaan dapat
membagikan keuntungan dalam bentuk dividen yang tinggi.
Nilai IOS yang baik dapat mengatasi agency problem antara
perusahaan dengan pemegang saham karena nilai IOS yang baik
memberikan gambaran kondisi perusahaan yang bagus karena peluang
investasi yang tinggi akan membuat investor tertarik untuk menanamkan
modalnya atau membiayai peluang investasi tersebut. Sehingga perusahaan
dapat memperoleh laba yang besar pula dan makin besar laba yang
diperoleh perusahaan maka makin besar pula dividen yang dibayarkan
kepada para pemegang saham.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suartawan dan Yasa (2016) yang
menyimpulkan bahwa IOS berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
tunai pada perusahaan manufaktur di Indonesia periode 2011-2013 dimana
IOS yang semakin tinggi akan membuat perusahaan memiliki nilai di masa
yang akan datang dan akan dinilai tinggi oleh investor. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) yang
membuktikan terdapat pengaruh positif signifikan antara IOS dengan
Kebijakan Dividen.
70
Namun, hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Purnami dan Artini (2016) serta Halim (2013) yang
menyimpulkan bahwa IOS memberikan pengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap Dividend Policy. Hal yang sama juga pada penelitian
Halim (2013) yang mengemukakan bahwa IOS tidak berdampak signifikan
terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001:221) dalam Suartawan dan Yasa
(2016), selama satu tahun mungkin perusahaan membayarkan nol dividen.
Hal tersebut disebabkan perusahaan membutuhkan uang guna mendanai
peluang investasi yang baik. Tetapi pada tahun berikutnya perusahaan
akan membayarkan dividen dalam jumlah besar karena peluang investasi
yang buruk dan tidak perlu menahan banyak uang.
Keown et. Al (2010) dalam Sari dan Muliartha (2017) juga
mengemukakan hal yang sama bahwa ketika peluang investasi perusahaan
naik, maka rasio pembayaran dividen harus turun sehingga ada hubungan
terbalik antara besarnya investasi dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan.
Selain itu, terdapat teori yang dikemukakan oleh Miller dan
Modigliani (1961) yaitu teori dividen residual (Argamaya dan Putri, 2014).
Menurut teori tersebut, perusahaan akan membayar dividen hanya pada
saat ada sisa laba yang tidak digunakan perusahaan untuk berinvestasi
sehingga IOS berpengaruh negatif pada kebijakan dividen.
71
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Ha3
: Investment Opportunity Set berpengaruh terhadap Dividend Policy.
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yang terdiri dari
Collaterizable Assets, Firm Size, dan Investment Opportunity Set terhadap
variabel dependen, yaitu Dividend Policy. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI. Adapun
periode yang diambil dalam penelitian ini adalah tahun 2013-2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah semua perusahaan
yang terdaftar di BEI. Tahun yang dijadikan dasar pengambilan data adalah
tahun pelaporan 2013-2016. Metode penentuan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu.
Adapun kriteria penentuan sampel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan secara konsisten
selama periode penelitian.
72
73
3. Perusahaan yang memiliki data lengkap yang dibutuhkan penulis dalam
penelitian ini yaitu Collaterizable Asset, Firm Size dan Investment
Opportunity Set dan Dividend Policy.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan dokumentasi.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet dan perangkat lain
yang berhubungan dengan judul penelitian.
2. Dokumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
diperoleh dari analisis laporan keuangan masing-masing sampel
perusahaan yang diolah dari data Laporan Keuangan Tahunan untuk
mencari sisi variabel Collaterizable Assets (COLLAS) dan Firm Size
(FIRM) sedangkan untuk variabel Dividend Policy (DPR) dan Investment
Opportunity Set (IOS) diolah dari Indonesia Capital Market Directory
(ICMD) yang keduanya diperoleh melalui website BEI yakni
www.idx.co.id.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deksriptif, uji asumsi
klasik, uji koefisien determinasi (R2), uji statistik F dan uji statistik t.
74
1. Statistik Deskriptif
Statistik deksriptif memberikan gambaran atau deksripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2016). Statistik deskriptif yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan nilai rata-rata, nilai median, nilai maksimum,
nilai minimum, serta standar deviasi. Sedangkan metode analisis dara
dilakukan dengan bantuan software SPSS 22.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda terhadap data
yang diperoleh dalam penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan
uji asumsi klasik untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini
terjadi penyimpangan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji normalitas residual, uji multikolonieritas, uji autokorelasi,
dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas Residual
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah apakah nilai
residual atau pengganggu yang telah distandarisasi pada model regresi
berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi
normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar
mendekati rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada
umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak
75
normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai
ekstrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan
sampel, bahkan karena kesalahan dalam melakukan input data atau
memang karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata.
Dengan kata lain, data tersebut memang benar-benar berbeda
dibanding yang lain. Untuk mendeteksi apakah nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak, terdapat dua cara untuk
melakukan uji normalitas, yaitu analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik
dilakukan dengan menggunakan histogram dengan
menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal
sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai
sumbu horizontal.
Jika Histogram Standardized Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng (bell-sharped curve) yang
kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga maka nilai residual
tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
Namun demikian, untuk menguji normalitas hanya dengan
melihat histogram dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah
76
sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi kumulatif dari data sesungguhnya
digambarkan dengan ploting.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diaonal
dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
mengggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali, 2016).
Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik,
baik menggunakan histogram maupun Normal Probability Plot
dapat memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang
yang satu dengan yang lain dapat berbeda dalam
menginterpretasikannya. Maka dari itu penulis mencoba
menambahkan uji statistik untuk memperkuat uji normalitas.
2) Uji Statistik
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai
kurtosis dan nilai skewness dari residual. Uji statistik lain yang
dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji
statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari:
(a) Nilai signifikasi atau probabilitas < 0.05, maka distribusi data
adalah tidak normal.
77
(b) Nilai signifikasi atau probabilitas > 0.05, maka distribusi data
adalah normal
Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
analisis grafik yang dilengkapi dengan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov. Nilai residual terstandardisasi berdistribusi
normal jika nilai Asymp.Sig.> Alpha.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2016). Model regresi yang baik tidak terdapat korelasi
diantara variabel independen. Jika dalam model regresi yang
terbentuk terdapat korelasi yang tinggi diantara variabel bebas maka
model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam
model regresi adalah dengan melihat nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) pada tabel Coefficients dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Jika nilai Tolerance < 0,1 dan VIF > 10, terjadi multikolonieritas.
2) Jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, tidak terjadi
multikolonieritas.
Selain cara diatas, mendeteksi multikolinieritas dapat juga
dilakukan dengan menggunakan nilai Pair-Wise Correlation antar
variabel independen. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien
78
korelasi antar masing-masing variabel independen. Jika nilai koefisien
korelasi antar masing-masing variabel independen tidak lebih dari 0,7
maka model tersebut tidak mengandung gejala mulitikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t (saat ini) dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka disebut ada permasalahan
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
permasalahan autokorelasi (Ghozali, 2016).
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi a.dalah dengan Uji Durbin Watson (DW Test)
pada tabel Model Summary. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) untuk menguji ada tidaknya autokorelasi.
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut:
1) Apabila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound
(du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada
autokorelasi.
2) Apabila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower
bound (dl) maka autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.
79
3) Apabila DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi <
0, berarti ada autokorelasi negatif.
4) Apabila DW terletak antara (du) dan (dl) atau DW terletak antara
(4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah
autokorelasi, yaitu menggunakan metode analisis grafik, metode
Durbin-Watson, metode Van Hewmann dan metode Run test, sebagai
salah satu uji statistik non-parametrik. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan uji autokorelasi lain yaitu dengan metode Run test.
Run test merupakan salah satu analisis non-parametrik yang dapat
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat korelasi maka dikatakan
bahwa nilai residual adalah acak atau random. Run test digunakan
untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis). Apabila tingkat signifikansi hasil uji Run test di atas ɑ
(0,05) atau lebih dari 0,05 maka tidak terdapat gejala autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel
pada model regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian
variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka
80
disebut dengan homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas.
Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized.
Dengan dasar analisis sebagai berikut: (Ghozali, 2016).
1) Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik-titik, seperti titik
yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2) Jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas.
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh atau hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X) dengan satu variabel dependen (Y), dimana pada
penelitian ini yaitu Collaterizable Assets, Firm Size, dan Investment
Opportunity Set sebagai variabel independen (X) sedangkan dividen
policy sebagai variabel dependen (Y). Dalam penelitian ini, teknik yang
digunakan adalah teknik analisis regresi berganda, karena variabel
independen dalam penelitian ini lebih dari satu.
81
Teknik analisis regresi berganda merupakan teknik uji yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen apakah hipotesis penelitian signifikan atau tidak
signifikan, dengan persamaan sebagai berikut:
DPR i,t = 0 + 1COLLAS + 2FIRM + 3MBVE +
Keterangan
DPR : Dividen payout ratio perusahaan i tahun ke-t
0 : Konstanta persamaan regresi
1, 2, 3, : Koefisien regresi
COLLAS i,t : Collaterizable Assets perusahaan i pada tahun ke-t
FIRM i,t : Firm Size perusahaan i pada tahun ke-t
MBVE i,t : Market to Book Value of Equity perusahaan i pada
tahun ke-t
: Error (kesalahan pengganggu)
4. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan analisis persamaan regresi dan menghasilkan
data yang baik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji
siginifikansi terhadap variabel-variabel dependen.
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Menurut Ghozali (2016) Uji Statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel terikat. Setelah F garis regresi ditentukan hasilnya, kemudian
dibandingkan dengan F tabel. Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat
82
signifikansi yang digunakan adalah sebesar α = 5% dengan tingkat
kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dimana n adalah jumlah
observasi dan k adalah jumlah variabel.
Jika F hitung > F tabel maka hal ini berarti variabel bebas
mampu menjelaskan variabel terikat secara bersama-sama. Hal ini
berarti bahwa persamaan regresi yang diperoleh dapat diandalkan
atau model yang digunakan sudah fix.
Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap
variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk dalam
kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara
simultan maka hal itu akan masuk dalam kategori tidak cocok atau
non fit.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)
Uji statistik T bertujuan untuk menunjukkan apakah variabel
independen atau bebas yang terdiri dari Collaterizable Assets, Firm
Size dan Investment Opportunity Set mempunyai pengaruh secara
parsial/individual terhadap Dividend Policy perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
Nilai signifikansi (ɑ) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 5%. Uji statistik t dapat dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas signifikansi t masing-masing variabel yang terdapat
pada output hasil analisis regresi. Kriteria yang digunakan dalam uji
statistik t adalah sebagai berikut:
83
1) Apabila t hitung > t tabel dan nilai probabilitas lebih kecil dari
nilai signifikansi (sig. < 0,05), maka variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Ha
diterima dan Ho ditolak).
2) Apabila t hitung < t table dan nilai probabilitas lebih besar dari
tingkat signifikansi (sig. > 0.05), maka variabel independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Ha
ditolak dan Ho diterima).
5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan proporsi yang diterangkan
oleh variabel independen dalam model terhadap variabel dependen. Uji
koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang dilihat
melalui adjusted R square karena variabel dependen nya lebih dari dua.
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
independen diantaranya Collaterizable Assets, Firm Size dan Investment
Opportunity Set terhadap variabel dependennya yaitu Dividend Policy.
Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel
dependennya.
Dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi yang telah
disesuaikan (Adjusted R Square), dimana 0 < R2 < 1. Hal ini berarti nilai
84
DPR = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 x 100%
Adjusted R2 yang kecil menandakan kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi dan menjelaskan variasi variabel dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan operasional dan cara pengukuran dari
masin-masing variabel yang digunakan.
1. Variabel Dependen
a. Dividen Policy
Kebijakan dividen pada dasarnya adalah penentuan besarnya
porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.
Kebijakan pembayaran dividen merupakan hal penting yang
menyangkut apakah arus kas akan dibayarkan kepada investor atau
akan ditahan untuk diinvestasikan kembali oleh perusahaan
(Suartawan, 2016). Dalam penelitian ini kebijakan dividen diukur
dengan Dividend Payout Ratio (DPR), rumus yang dapat digunakan
untuk memnentukan kebijakan dividen yaitu (Pasaribu, Kowanda, dan
Nawawi, 2014) dalam Sugesta (2017) adalah:
85
2. Variabel Independen
a. Collaterizable Assets
Collateralizable Assets diberi simbol COLLAS adalah besarnya
aktiva yang dapat dijaminkan oleh perusahaan kepada kreditur untuk
menjamin pinjaman perusahaan (Helmina dan Hidayah, 2017).
Semakin tinggi collateralizable Assets maka akan mengurangi konflik
kepentingan antara pemegang saham dengan kreditur (Arfan dan
Maywindlan, 2013).
Namun semakin tinggi collateralizable Assets juga dapat
menyebabkan biaya pemeliharaan aktiva tersebut menjadi tinggi dan
dapat mengurangi pembayaran dividen (Argamaya dan Putri, 2014).
Hal ini juga karena rasio pembagian dividen yang tinggi sehingga
tidak ada pembatasan dari kreditur terkait dengan pembayaran dividen
kepada pihak investor (Floressa, 2016). Collateralizable Assets dapat
dihitung dengan rumus (Showalter, 1999) dalam Suci (2016):
b. Firm Size
Firm Size diberi simbol FIRM merupakan skala besar kecilnya
perusahaan yang dalam penelitian ini ditentukan dari total aset. Total
aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan yang
tercantum dalam laporan keuangan pada akhir periode yang telah
diaudit. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki
COLLAS = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 x 100%
86
FIRM = Ln (Total Asset)
akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang
baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk
memiliki akses ke pasar modal.
Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk
fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih
besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran
dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Damayanti dan
Achyani, 2006).
Rumus menghitung besarnya Firm Size yaitu berdasarkan
logaritma natural dari total aset (Sutrisno, 2001) dalam Akmal, dkk
(2016) adalah sebagai berikut:
c. Investment Opportunity Set
Variabel IOS yang digunakan dalam penelitian ini diproksikan
dengan menggunakan rasio Market to Book Value of Equity Ratio
(Gaver dan Gaver, 1993) yang kemudian diberi simbol MBVE.
Variabel ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari
investasi perusahaan di masa depan terhadap return yang diharapkan
dari ekuitasnya (Hartono, 1998 dalam Wirjono, 2009) atau dengan
kata lain menghitung return berdasarkan pertumbuhan perusahaan dan
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal
(Purnami dan Artini, 2016). Berdasarkan penelitian dari Suartawan dan
87
Yasa (2016) serta secara matematis, Market to Book Value of Equity
(MBVE) diformulasikan sebagai berikut (Kallapur dan Trombley,
1999) dalam Suartawan dan Yasa (2016):
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Skala
Pengukuran
1 Dividen Policy (Y)
(Sugesta, 2017)
Dividen per share
x 100%
Earning per share
Rasio
2 Collaterizable Asset (X1)
(Suci, 2016)
Total Aset Tetap x 100%
Total Aset
Rasio
3 Firm Size (X2) (Hanif
dan Bustamam, 2017)
Ln (Total Aset) Rasio
4 Investment Opportunity
Set (X3) (Suartawan dan
Yasa, 2016)
Jumlah saham beredar x
Harga Saham Penutupan
x 100%
Total Ekuitas
Rasio
MBVE = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 x 100%
88
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan bursa hasil penggabungan dari
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun
2007. Berdasarkan informasi dari situs Wikipedia, demi efektivitas
operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung
Bursa Efek Jakarta yang merupakan pasar saham dengan Bursa Efek
Surabaya yang merupakan pasar obligasi dan derivatif.
Dikutip dari berita yang diliput oleh Antara News, Menteri Keuangan
Sri Mulyani menyatakan bahwa Bursa hasil penggabungan ini mulai
beroperasi pada 1 Desember 2007. Penggabungan ini dilakukan dalam
spirit ingin membangun kebersamaan dan kultur bursa yang jauh lebih
optimistis (Purwanto, 2007).
Seiring dengan momentum perekonomian Indonesia yang semakin
stabil dan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik yang mengharuskan
adanya suatu pasar modal yang semakin dinamis. Sehingga penggabungan
BEJ dan BES menjadi BEI ini diharapkan menjadi kultur baru yang dapat
mengakomodasi perkembangan ekonomi di Indonesia juga diharapkan
dapat bersaing dengan bursa luar negeri.
88
89
Sebagai upaya dalam mengembangkan industri pasar modal di
Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) senantiasa mengedukasi dan
mengembangkan industri ke arah yang lebih baik. Berdasarkan informasi
dari situs Yuk Nabung Saham, tujuan BEI tidak semata fokus pada
penambahan jumlah investor baru, namun juga berupaya untuk
menanamkan kebutuhan berinvestasi di pasar modal, yang secara tidak
langsung akan meningkatkan jumlah investor aktif di pasar modal
Indonesia.
Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang
perkembangan bursa kepada publik, BEI menyebarkan data pergerakan
harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator
pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Berdasarkan
informasi dari situs Wikipedia, saat ini BEI mempunyai beberapa jenis
indeks, ditambah dengan sepuluh jenis indeks sektoral. Indeks-indeks
tersebut adalah:
a) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham
tercatat sebagai komponen kalkulasi Indeks.
b) Indeks Individual, yang merupakan Indeks untuk masing-masing
saham didasarkan harga dasar.
c) Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui
beberapa tahapan seleksi.
d) Indeks IDX30, menggunakan 30 saham terpilih setelah melalui
beberapa tahapan seleksi.
90
e) Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham pilihan harian Kompas.
f) Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam
sektor yang sama.
g) Jakarta Islamic Index, menggunakan 30 saham terpilih yang termasuk
dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh OJK.
h) Indeks Saham Syariah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index
(ISSI)), yang menggunakan semua saham yang termasuk dalam
Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh OJK.
i) Indeks Bisnis-27, menggunakan 27 saham terpilih bekerja sama
dengan Harian Bisnis Indonesia.
j) Indeks Pefindo25, menggunakan 25 saham terpilih bekerja sama
dengan Pefindo.
k) Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 saham terpilih yang
menerapkan prinsip tata kelola yang baik dan kepedulian terhadap
lingkungan, bekerjasama dengan Yayasan KEHATI.
l) Indeks SMinfra18, menggunakan 18 saham terpilih yang bergerak
dalam bidang infrastruktur dan penunjangnya, bekerja sama dengan
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
m) Indeks Infobank15, menggunakan 15 perusahaan bank terbesar dari
keseluruhan bank yang tercatat di BEI. Indeks ini diluncurkan pada 7
November 2012 atas kerjasama BEI dengan PT Infoarta Pratama.
n) Indeks MNC36, menggunakan 36 saham terpilih yang memiliki
kinerja bagus, kapitalisasi pasar yang besar dan rasio keuangan yang
91
positif. Indeks ini diluncurkan pada 28 Agustus 2013 atas kerjasama
BEI dengan Media Nusantara Citra (MNC) Group.
o) Indeks Investor33, diluncurkan pada 21 Maret 2014 atas kerjasama
BEI dengan PT Media Investor Indonesia (MII). Indeks ini terdiri
dari 33 saham terbesar yang dipilih dari 100 perusahaan terbaik
menurut MII.
p) Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, indeks yang
didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu
kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.
2. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap semua perusahaan yang terdaftar di
BEI periode 2013 – 2016. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh antara Collaterizable aseets, Firm Size, dan Investment
Opportunity Set terhadap Dividend Policy pada perusahaan.
Semua perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya di BEI
diklasifikasikan ke dalam 9 sektor BEI. Berdasarkan informasi dari situs
Saham OK, kesembilan sektor BEI tersebut didasarkan pada klasifikasi
industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock
Exchange Industrial Classification) yang tergolong ke dalam 3 sektor
diantaranya:
- Sektor Utama:
1) Sektor pertanian
2) Sektor pertambangan
92
- Sektor Manufaktur:
1) Sektor industri dasar dan kimia
2) Sektor aneka industri
3) Sektor industri barang dan konsumsi
- Sektor Jasa:
1) Sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan
2) Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
3) Sektor keuangan
4) Sektor perdagangan, jasa dan investasi.
Dari semua sektor yang ada pada BEI di atas, berdasarkan gambar 4.1
di bawah ini, sektor perdagangan, jasa dan investasi (trade) menjadi
sektor yang mendominasi 70,73% aktivitas pergerakan saham selama
Desember 2015-Desember 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa 70,73%
aktivitas tertinggi terjadi di sektor tersebut.
Gambar 4.1
Pergerakan Aktivitas dari Semua Sektor di BEI
Sumber: Laporan Statistik IDX Tahun 2016
93
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode
purposive sampling, dimana penelitian ini mengindikasikan bahwa sampel
yang digunakan merupakan representasi dari populasi yang ada, serta
sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian mengambil sampel selama
empat tahun yakni tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016. Data yang digunakan
diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan ICMD
pada tahun 2013, 2014 2015 dan 2016 yang di akses dalam situs
www.idx.co.id.
Berdasarkan kriteria-kriteria yang ditelah ditetapkan dalam penelitian
ini, diperoleh 38 perusahaan sampel dari total 567 perusahaan semua
sektor yang terdaftar di BEI periode tahun 2013-2016. Adapun tahapan
proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan terdaftar di BEI tahun 2013-2016 567
2
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak tersedia
di website BEI secara lengkap selama tahun 2013-
2016
(114)
3
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak
menyajikan data yang lengkap untuk menghitung
semua variabel penelitian
(415)
Jumlah Sampel dalam Setahun 38
Jumlah Sampel selama 4 tahun (38 x 4 tahun) 152
Data Outlier (8)
Jumlah perusahaan yang dapat dijadikan sampel penelitian 144
Sumber: Data Sekunder yang diolah
94
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Uji deskriptif merupakan suatu metode dimana semua data yang
berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian di analisis dan diinterprestasikan secara objektif. Analisis
dalam penelitian ini menjelaskan perusahaan-perusahaan mana yang
membagikan dividen secara konsisten selama tahun penelitian.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
Collaterizable Assets, Firm Size, dan Investment Opportunity Set
terhadap Dividend Policy akan diuji secara statitik deskriptif seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini:
a) Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hasil uji statistik deskriptif menggambarkan hasil statistik
deskriptif yang berupa gambaran umum perusahaan yang terdiri atas
jumlah sampel penelitian (N), nilai minimum, nilai maksimum, nilai
rata-rata hitung (mean) serta standar deviasi dari seluruh variabel
dependen dan independen dalam penelitian.
Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif ini adalah untuk melihat
kualitas data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai
yang terdapat pada mean dan standar deviasi. Berikut ini adalah hasil
uji statistik deskriptif penelitian ini:
95
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Yang Digunakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
DPR 144 .17 106.34 41.2022 23.88919
COLLAS 144 .79 316.68 29.5059 40.14201
FIRM 144 10.10 14.83 12.8707 .89824
IOS 144 25.60 3016.82 241.1013 310.29660
Valid N
(listwise) 144
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Berdasarkan tabel 4.2 dengan 144 sampel perusahaan semua
sektor yang terdaftar di BEI dapat dijelaskan bahwa:
a. Nilai statistik deskriptif untuk variabel Dividend Payout Ratio
(DPR) menunjukkan bahwa nilai rata-rata hitung (mean) sebesar
41,2022. Hal tersebut menunjukkan variabel Dividend Policy
yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) bahwa
rata-rata kebijakan pembagian dividen perusahaan sampel adalah
sebesar 41,20%. Nilai maksimum sebesar 106,34 per lembar
yang merupakan nilai DPR dari perusahaan Metropolitan
Kentjana Tbk (MKPI) yang berarti bahwa dividen tertinggi yang
dibagikan dari perusahaan sampel dapat mencapai 106,34 per
lembar saham dari laba yang diperoleh perusahaan, sementara itu
nilai minimum DPR adalah 0,17 per lembar saham dari laba yang
diperoleh yang merupakan nilai DPR dari perusahaan Radiant
96
Utama Interinsco Tbk (RUIS). Sedangkan untuk nilai standar
deviasi pada variabel ini adalah 23.88919.
b. Variabel Collaterizable Assets (COLLAS) memiliki mean
sebesar 29,5059. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan sampel memiliki COLLAS sebesar 29,50%. Nilai
maksimum sebesar 316,68 yang merupakan nilai COLLAS dari
perusahaan Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Sementara
itu nilai minimum COLLAS adalah 0,79 yang merupakan nilai
COLLAS dari perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur Tbk (BJTM). Sedangkan untuk standar deviasi pada
variabel ini adalah 40,14201.
c. Variabel Firm Size (FIRM) yang merupakan log natural dari
Total Aset menunjukkan bahwa nilai mean sebesar 12,8707 yang
berarti rata-rata perusahaan sampel memiliki FIRM sebesar
12,87%. Nilai maksimum sebesar 14,83 yang merupakan nilai
FIRM dari perusahaan Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sementara itu nilai minimum FIRM adalah 10,81 yang
merupakan nilai FIRM dari perusahaan Pembangunan Graha
Lestari Tbk (PGLI). Sedangkan untuk standar deviasi pada
variabel ini adalah 0,89824.
d. Variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan
dengan Market To Book Value of Equity (MBVE) menujukkan
bahwa nilai mean sebesar 241.1013 yang berarti rata-rata
97
perusahaan sampel memiliki MBVE sebesar 241,1013%,. Nilai
maksimum sebesar 6293,11 yang merupakan nilai MBVE dari
perusahaan Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Sementara itu nilai
minimum MBVE adalah 25,60 yang merupakan nilai MBVE dari
perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Sedangkan
untuk nilai standar deviasi pada variabel ini adalah 132.28366.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas Residual
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Data yang dapat dijadikan sampel
penelitian adalah data yang berdistribusi normal. Cara untuk melihat
data yang terdistribusi normal dalam penelitian ini adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Berikut ini adalah
hasil uji Normalitas dalam penelitian ini:
98
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas
Grafik Histogram
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Jika penyebaran data yang mewakili sampel mendekati garis
diagonal Histogram Standardized Regression Residual atau
membentuk kurva seperti lonceng, maka data tersebut dapat dikatakan
berdistribusi normal. Berdasarkan tampilan histogram dari gambar 4.1
terlihat bahwa kurva dependen dan regression stndarized residual
membentuk gambar seperti lonceng. Oleh karena itu berdasarkan uji
normalitas, analisis regresi layak digunakan.
99
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas
Normal P-Plot Regression Standarized
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Berdasarkan hasil uji Normal P-Plot diatas, dapat dilihat titik-
titik yang mewakili jumlah sampel dalam penelitian ini berada atau
menyebar mendekati disekitar garis diagonal dan searah mengikuti
garis diagonal, maka model data regresi ini sudah memenuhi syarat
asumsi normalitas data serta mempunyai pola distribusi yang normal.
Menurut Suliyanto (2011) tidak terpenuhinya normalitas pada
umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak
normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai
ekstrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan
sampel, bahkan karena adanya kesalahan dalam melakukan input data
atau memang karena karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-
rata.
100
Untuk mendukung hasil analisis grafik, maka digunakan uji
normalitas dengan menggunakan metode statistik, yaitu metode uji
One Sample Kolmogorov-Smirnov yang dapat ditunjukkan pada tabel
4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 144
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation 1.72738081
Most Extreme
Differences
Absolute .060
Positive .060
Negative -.053
Test Statistic .060
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Dari hasil pengujian tabel 4.3 tersebut menunjukkan bahwa data
terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan hasil yang memiliki nilai
Asysm.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (0,200 > 0,05). Hal ini
berarti nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal.
101
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Data yang baik,
tidak ada korelasi antara variabel bebasnya. Jika nilai Tolerance > 0,1
dan nilai VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas. Berikut ini adalah tabel hasil uji
multikolinieritas dalam penelitian ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
SQRT COLLAS .956 1.046 Bebas Multikolineritas
SQRT FIRM .959 1.043 Bebas Multikolineritas
SQRT IOS .995 1.005 Bebas Multikolineritas
a. Dependent Variable: SQRT Dividend Payout Ratio
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas dapat dilihat
bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi,
karena memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Dengan
demikian model regresi dalam penelitian ini terbukti terbebas dari
gejala multikolonieritas.
Menurut Suliyanto (2011) penyebab timbulnya gejala
multikolinieritas pada model regresi dikarenakan kebanyakan variabel
ekonomi yang berubah sepanjang waktu, adanya penggunaan nilai lag,
102
metode pengumpulan data yang dipakai, adanya kendala model atau
populasi yang menjadi sampel.
Untuk mendukung hasil analisis diatas maka digunakan uji
multikolinieritas lain, yaitu dengan menggunakan Nilai Pair-Wise
Correlation antar variabel independen. Hasil Pengujian
multikolinieritas dengan menggunakan Nilai Pair-Wise Correlation
tampak dalam tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Nilai Pair-Wise Correlation
Correlations
SQRT
DPR
SQRT
COLLAS
SQRT
FIRM
SQRT
IOS
Pearson
Correlation
SQRT DPR 1.000 .322 -.008 .200
SQRT COLLAS .322 1.000 -.202 -.066
SQRT FIRM -.008 -.202 1.000 .042
SQRT IOS .200 -.066 .042 1.000
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Berdasarkan output pada tabel 4.5 Correlations terlihat bahwa
nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen
(angka yang dicetak tebal) tidak lebih dari 0,7. Maka model regresi
yang terbentuk tidak mengalami gejala multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t (saat ini) dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji
103
dengan uji Durbin-Watson (DW test). Berikut hasil uji Durbin-Watson
pada tabel 4.6:
Tabel 4.6
Hasil Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .395a .156 .138 1.74579 1.973
a. Predictors: (Constant), SQRT IOS, SQRT FIRM, SQRT COLLAS
b. Dependent Variable: SQRT DPR
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,973.
Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu
yang diperoleh dari tabel Durbin Watson, yaitu nilai dL dan du,
dengan K = jumlah variabel bebas dan n = ukuran sampel. Jika nilai
Durbin Watson berada diantara nilai dU hingga (4- dU) berarti asumsi
tidak terjadi gejala autokorelasi terpenuhi.
Gambar 4.4
Tabel Durbin Watson
Sumber: Data diolah
Korelasi
Positif
Tidak Dapat
Diputuskan
Bebas
Autokorelasi
Tidak Dapat
Diputuskan
Korelasi
Negatif
1,6854 1,7704 2,2296 2,3146
104
Dengan jumlah predictors sebanyak 3 buah (k=3) dan sampel
sebanyak 144 perusahaan (n=144), berdasarkan tabel D-W dengan
tingkat signifikansi 5%, maka dapat ditentukan nilai dL adalah sebesar
1,6854 dan dU sebesar 1,7704 dengan demikian nilai dU < DW < 4-
dU yaitu 1,7704 < 1,973 < 2,2296 yang terlihat pada gambar 4.3 yang
menandakan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif dan negatif
dalam model regresi, atau dengan kata lain, variabel COLLAS, FIRM
dan IOS dalam penelitian ini telah terbebas dari masalah autokorelasi.
Untuk meyakinkan hasil diatas maka digunakan uji lain yaitu
menggunakan uji Run Test. Tabel 4.4 menunjukkan hasil Run Test
tersebut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Run Test
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui probabilitas (Asymp. Sig. 2-
tailed) sebesar 0,738 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih
dari 0,05. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa model tersebut
tidak mengalami masalah autokorelasi.
105
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada
ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah
data yang homoskedastisitas atau data yang memiliki kesamaan
varians dalam fungsi regresi. Jika penyebaran titik-titik yang mewakili
sampel berada di daerah positif dan negatif dalam Scatterplot, maka
dapat dikatakan data tersebut memiliki kesamaan varians atau
homoskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji Heteroskedastisitas
dalam penelitian ini:
Gambar 4.5
Hasil Uji Scatterplot
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Dengan melihat penyebaran titik-titik yang mewakili sampel
pada Scatterplot diatas, dapat terlihat bahwa titik titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data
106
tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
tidak terjadi heterokedastisitas dan mempunyai kesamaan varians
dalam fungsi regresi atau homoskedastisitas. Sehingga model regresi
layak digunakan untuk memprediksi Dividend Payout Ratio (DPR)
berdasarkan variabel yang mempengaruhinya yaitu Collaterizable
Assets (COLLAS), Firm Size (FIRM) dan Investment Opportunity Set
(IOS).
3. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Analisis Uji Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah metode yang digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian ini. Metode uji ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh atau hubungan secara linear antara masing-
masing variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
Dimana pada penelitian ini yaitu Collaterizable Assets, Firm Size,
dan Investment Opportunity Set sebagai variabel independen (X)
sedangkan dividen policy sebagai variabel dependen (Y). Dengan
menggunakan nilai signifikan level 0,05 (α = 5%), berikut hasil dari
analisi uji regresi berganda penelitian ini:
107
Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.180 4.341 .272 .786
SQRT.COLLAS .256 .058 .348 4.379 .000
SQRT.FIRM .789 1.191 .053 .663 .509
SQRT.IOS .064 .023 .221 2.844 .005
a. Dependent Variable: SQRT DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
Pada tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda di atas, dapat
dilihat persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
DPR= 1,180 + 0,256 COLLAS + 0,789 FIRM + 0,064 IOS + ε
Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:
a) Koefisien regresi konstanta sebesar 1,180 dengan nilai positif,
dapat diartikan bahwa Dividend Policy (DPR) akan bernilai
1,180 apabila masing-masing variabel Collaterzable Assets, Firm
Size dan Investment Opportunity Set bernilai 0 dengan asumsi
variabel lain yang tetap (konstan).
b) Variabel Collaterizable Assets memiliki koefisien regresi sebesar
0,256. Nilai koefisien regresi positif menunjukkan bahwa
Collaterizable Assets berpengaruh positif terhadap Dividend
108
Policy. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu
persen variabel Collaterizable Assets dengan asumsi variabel
independen lain tetap maka akan menaikkan Dividend Policy
sebesar 0,256.
c) Variabel Firm Size memiliki koefisien regresi sebesar 0,789.
Nilai koefisien regresi positif menunjukkan bahwa Firm Size
berpengaruh positif terhadap Dividend Policy. Hal ini
menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel
Firm Size dengan asumsi variabel independen lain tetap maka
akan menaikkan Dividend Policy sebesar 0,789.
d) Variabel Investment Opportunity Set memiliki koefisien regresi
sebesar 0,064. Nilai koefisien regresi positif menunjukkan bahwa
Investment Opportunity Set berpengaruh positif terhadap
Dividend Policy. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap
kenaikan satu persen variabel Investment Opportunity Set dengan
asumsi variabel independen lain tetap maka akan menaikkan
Dividend Policy sebesar 0,064.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan apakah
variabel independen atau bebas yang terdiri dari Collaterizable Asset
Firm Size dan Investment Opportunity Set mempunyai pengaruh
secara bersama sama atau simultan terhadap Dividend Policy
perusahaan yang terdaftar pada BEI selama periode 2013-2016.
109
Model regresi dikatakan layak apabila nilai signifikansi dari F hitung
harus lebih kecil dari nilai alpha (ɑ) sebesar 0,05. Berikut ini adalah
tabel Uji Statistik F dari penelitian ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 78.902 3 26.301 8.629 .000b
Residual 426.690 140 3.048
Total 505.592 143
a. Dependent Variable: SQRT DPR
b. Predictors: (Constant), SQRT IOS, SQRT FIRM, SQRT COLLAS
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa secara bersama-sama
variabel independen yaitu Collaterizable Assets (COLLAS), Firm Size
(FIRM) dan Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu Dividend Payout
Ratio (DPR). Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar
8,629 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
0,05 (α = 5%), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
secara bersama sama atau simultan antara COLLAS, FIRM dan IOS
terhadap DPR.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)
Uji statistik T bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen atau bebas yang terdiri dari Collaterizable Assets, Firm
110
Size dan Investment Opportunity Set secara parsial/individual
terhadap Dividend Policy. Berikut ini adalah tabel hasil Uji t dari
penelitian ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.180 4.341 .272 .786
SQRT COLLAS .256 .058 .348 4.379 .000
SQRT FIRM .789 1.191 .053 .663 .509
SQRT IOS .064 .023 .221 2.844 .005
a. Dependent Variable: SQRT DPR
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Tabel 4.10 di atas menunjukkan hasil uji statistik t pada tingkat
signifikansi 5%. Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha
diterima dan menolak H0 atau variabel independen secara satu per
satu berpengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan jika nilai
probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha
atau variabel independen secara satu per satu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
Collaterizable Assets memiliki tingkat signifikansi 0,000 dengan nilai
signifikansi 0,05. Hal ini menandakan bahwa variabel Collaterizable
Assets memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Dividend
111
Policy karena dilihat dari nilai signifikansi variabel yang lebih rendah
dari nilai signifikan (0,000 < 0,05).
Untuk variabel Firm Size, tingkat signifikansi 0,509 yang berarti
variabel Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Dividend Policy karena nilai signifikansi variabel yang lebih tinggi
dari nilai signifikan (0,509 > 0,05).
Sedangkan untuk variabel Investment Opportunity Set memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel Investment Opportunity Set memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel Dividend Policy karena nilai signifikansi
variabel yang lebih rendah dari nilai signifikan (0,000 < 0,05).
d. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependennya dengan adanya uji regresi linear berganda. Uji
koefisien determinasi dilakukan dengan melihat angka koefisien
determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R square) karena
variabel dependennya lebih dari dua. Berikut ini disajikan hasil uji
koefisien determinasi untuk variabel Y, X1, X2, dan X3.
112
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .395a .156 .138 1.74579 1.973
a. Predictors: (Constant), SQRT.IOS, SQRT.FIRM, SQRT.COLLAS
b. Dependent Variable: SQRT.DPR
Sumber: Data diolah dengan SPSS 22, 2018
Berdasarkan tabel 4.11 hasil uji koefisien determinasi
menggunakan nilai Adjusted R Square sebesar 0,138 atau 13,8% yang
berarti variabel dependen (DPR) dapat dijelaskan variabel independen
(COLLAS, FIRM dan IOS), sedangkan sisanya 86,2% (100% -
13,8%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini seperti likuiditas, arus kas bebas, kebijakan pendanaan,
profitabilitas, tingkat ekspansi perusahaan, cash position, kepemilikan
manajerial, leverage, kepemilikan institusional, stabilitas perusahaan
dan variabel lainnya.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh Collaterizable
Assets, Firm Size dan Investment Opportunity Set terhadap Dividend Policy.
Setelah dilakukan uji hipotesis, berikut penjelasan masing-masing variabel
berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan:
113
1. Pengaruh Collaterizable Assets terhadap Dividend Policy
Berdasarkan hasil uji statistik T, nilai signifikansi Collaterizable
Assets terhadap Dividend Policy adalah 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa
Collaterizable Assets berpengaruh signifikan terhadap Dividend Policy.
Nilai koefisien regresi pada variabel Collaterizable Assets sebesar 0,256
yang menandakan bahwa Collaterizable Assets dan Dividend Policy
memiliki hubungan positif. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima,
yaitu Collateralizable Assets berpengaruh terhadap Dividend Policy.
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mangasih dan
Asandimitra (2017), Heniswara (2016) serta Arfan dan Maywindlan
(2013) yang menunjukan hasil bahwa Collateralizable Assets berpengaruh
positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh positif tersebut bermakna
bahwa semakin tinggi nilai Collateralizable Assets yang dimiliki
perusahaan maka akan meningkatkan jumlah dividen yang dibagikan.
Sejalan dengan pernyataan Titman & Wessels (1998) yang
berpendapat bahwa semakin tinggi Collaterizable Assets maka akan
semakin tinggi pula proteksi kreditur menerima pembayaran piutang
mereka karena aset yang dijamin (collateral) perusahaan kepada kreditur
besar.
Hal ini dapat mengurangi agency problem atau konflik kepentingan
antara manajemen dengan pemegang saham dan manajemen dengan
kreditur sehingga perusahaan dapat membayar dividen lebih banyak
114
dikarenakan pihak kreditur tidak akan melakukan pembatasan terhadap
dividen yang dibagikan.
Seperti yang terjadi pada perusahaan ITMG yang merupakan sampel
dengan nilai COLLAS tertinggi yakni 316,68. Perusahaan tersebut
memiliki nilai DPR sebesar 99,26, dimana nilai ini mendekati nilai
maksimal dari sampel penelitian untuk variabel DPR yaitu 106, 34. Hal
ini mengindikasikan bahwa semakin tingginya nilai COLLAS perusahaan
maka pembagian dividennya juga tinggi. Hal ini dapat mengatasi agency
problem antara perusahaan dengan pemegang saham dan kreditur.
Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai COLLAS yang dimiliki
perusahaan akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang
saham dengan kreditur. Hal ini dikarenakan kreditur akan menghalangi
perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah besar kepada
pemegang saham karena takut piutang mereka tidak terbayar. Sehingga
perusahaan dengan nilai COLLAS yang rendah akan membayar dividen
yang rendah pula.
Hal ini bertolak belakang dengan Helmina dan Hidayah (2017) serta
Sugesta (2017) yang menyimpulkan bahwa Collaterizable Assets tidak
berpengaruh signifikan terhadap Dividend Policy. Hal ini karena adanya
nilai Collaterizable Assets tidak mampu meningkatkan nilai dividen yang
dibagikan perusahaan, walaupun pihak kreditur tidak menekankan
perusahaan untuk menahan dividen. Perusahaan lebih memilih
mengalokasikan keuntungan yang diperoleh untuk perluasan usaha atau
115
melunasi utang daripada dibagikan dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham.
Sejalan dengan Kore (2016) yang berpendapat bahwa perusahaan
yang memiliki nilai COLLAS yang tinggi cenderung akan menggunakan
utang yang besar pula sehingga laba bersih akan kecil karena adanya
kewajiban perusahaan untuk membayar beban bunga yang semakin besar
seiring dengan besarnya pinjaman yang dilakukan. Hal ini menjadikan
laba yang dialokasikan dalam bentuk dividen menjadi kecil.
2. Pengaruh Firm Size terhadap Dividend Policy
Berdasarkan hasil pengujian regresi, nilai signifikansi Firm Size
terhadap Dividend Policy adalah 0,509. Nilai signifikansi ini lebih besar
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif 2 tidak
didukung, sehingga Ha2 ditolak. Dengan demikian Firm Size tidak
berpengaruh terhadap Dividend Policy.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Elinda dan Sukirman (2015)
serta Hanif dan Bustamam (2017) bahwa Firm Size tidak berpengaruh
terhadap Dividend Policy. Perusahaan berskala besar mempunyai
berbagai aktivitas. Banyaknya aktivitas ini membutuhkan banyak biaya
sehingga manajer perusahaan mengeluarkan kebijakan untuk
membagikan dividen yang tidak terlalu tinggi karena akan menimbulkan
biaya yang lebih tinggi dan perusahaan yang besar dengan likuiditas dan
profitabilitas yang baik cukup mampu menarik investor dengan
116
mengesampingkan besaran dividen yang dibagikan (Elinda dan
Sukirman, 2015).
Sejalan dengan Ulfa dan Yuniati (2016), baik perusahaan besar
ataupun kecil akan lebih beriorientasi pada ekspansi (pengembangan
usaha) dengan tujuan untuk memperluas pasar. Mengingat kondisi
ekonomi sangat berpengaruh pada operasional dan lebih mengutamakan
bahan operasional tersebut dibandingkan dividennya.
Hal ini yang terbukti pada salah satu sampel penelitian yakni
perusahaan Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang merupakan sampel
dengan nilai FIRM tertinggi yakni 14,83 tetapi hanya memiliki nilai DPR
sebesar 8,38 per lembar saham, sangat jauh dari nilai maksimal DPR
sampel penelitian yaitu 106,34 per lembar saham yang justru dimiliki
oleh perusahaan Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) yang nilai FIRM
nya 12,45.
Sehingga dapat dilihat bahwa perusahaan dengan size tinggi dan
investasi yang bagus akan memutuskan untuk membayar dividen dalam
jumlah kecil. Maka, besarnya perusahaan tidak berperan dalam
menentukan besarnya rasio pembagian dividen dan tidak ada jaminan
bahwa perusahaan besar akan membagikan dividen yang tinggi.
Tidak semua perusahaan berskala besar akan membayar dividen
dalam jumlah tinggi untuk setiap tahun berturut-turut. Perusahaan
tersebut tentunya harus pandai dalam mengalokasi earning yang didapat
117
demi keberlangsungan usahanya, tanpa mengesampingkan pembagian
dividen.
Perusahaan BBCA secara berturut-turut pada tahun 2014, 2015,
2016 dan 2017 memiliki nilai FIRM sebesar 14.47, 14.77, 14.83 dan 15
dengan nilai DPR sebesar 29.61, 7.53, 8.38, dan 11.71. Melalui angka
tersebut dapat diketahui bahwa dengan nilai FIRM yang selalu meningkat
dari tahun ke tahun, tidak membuat nilai DPR juga meningkat.
Perusahaan tersebut menurunkan nilai DPR pada tahun 2015 secara
drastis yakni lebih dari 75%. Akan tetapi, nilai DPR tersebut kembali
meningkat pada tahun 2016 dan 2017. Hal ini menandakan bahwa
ekspansi yang dilakukan perusahaan (dari nilai FIRM yang meningkat
pada tahun 2016 dan 2017) membuat nilai DPR sedikit demi sedikit
mengalami peningkatan.
Sehingga apa yang terjadi pada perusahaan BBCA ini mampu
menjawab persoalan agency problem antara manajer dengan pemegang
saham, bahwa dengan nilai DPR yang menurun pada tahun 2014,
perusahaan mampu melakukan ekspansi pada aset tetapnya hingga
perusahaan mampu menghasilkan nilai DPR yang kembali meningkat
pada tahun selanjutnya.
Hasil ini bertolak belakang dengan yang dikemukakan oleh
Rahmawati dan Akram (2007) serta Nidya dan Titik (2015) yang
mengemukakan bahwa Firm Size berpengaruh dengan Dividend Policy,
dimana perusahaan besar memiliki kemudahan dalam memperoleh
118
keuntungan dan sumber pendanaan sehingga lebih mampu dalam
membayar dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
kecil.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Permana dan Hidayati (2016)
bahwa perusahaan yang sudah besar akan mudah masuk ke pasar modal
sehingga kemampuan perusahaan tersebut untuk mendapatkan modal
akan lebih besar karena memiliki kemudahan untuk berhubungan dengan
pasar modal. Hal ini akan membuat besarnya nilai dividen yang
dibagikan perusahaan.
3. Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Dividend Policy
Berdasarkan hasil pengujian regresi, nilai koefisien regresi pada
variabel IOS sebesar 0,064 yang menandakan bahwa IOS dan Dividend
Policy memiliki hubungan positif. Kemudian nilai signifikansi IOS
terhadap Dividend Policy adalah 0,005. Nilai signifikansi ini kurang dari
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif 3 didukung,
sehingga Ha3 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Investment
Opportunity Set berpengaruh terhadap Dividend Policy. Hal ini sejalan
dengan Suartawan dan Yasa (2016) serta Anam, dkk (2016).
Hasil ini memberikan pengertian bahwa perubahan IOS
mempengaruhi Dividend Policy secara signifikan yang artinya jika
presentase IOS meningkat maka Dividend Policy juga mengalami
peningkatan (Putri, 2013). Investasi yang dilakukan perusahaan
119
memberikan tingkat keuntungan yang baik sehingga perusahaan mampu
memberikan dividen yang tinggi. Maka, hal ini dapat mengurangi agency
problem antara manajer dengan pemegang saham.
IOS dalam penelitian ini diproksikan dengan MBVE yaitu nilai
kesempatan investasi berdasarkan harga saham penutupan yang melihat
pertumbuhan perusahaan dari kemampuan perusahaan dalam
memperoleh dan mengelola modal. Semakin besar IOS akan memberi
sinyal positif kepada investor karena investasi yang dilakukan merupakan
investasi yang menguntungkan dan membuat perusahaan stabil dalam
membayarkan dividen kepada pemegang saham (Argamaya dan Putri,
2014).
Sejalan dengan hasil penelitian, Suartawan dan Yasa (2016) juga
berpendapat bahwa semakin tinggi IOS, maka perusahaan akan memiliki
nilai di masa yang akan datang dan akan dinilai tinggi oleh investor, atau
dengan kata lain perusahaan memiliki prospek yang bagus sebagai
tempat untuk berinvestasi, demikian pula sebaliknya.
Kemudian, perusahaan juga ingin memperlihatkan kepada
masyarakat bahwa kondisi perusahaan yang sedang bagus dengan
peluang investasi yang tinggi sehingga akan membuat investor tertarik
untuk menanamkan modalnya untuk membiayai peluang investasi
tersebut. Akhirnya, perusahaan dapat memperoleh laba yang besar
sebagai sumber dana untuk membagikan dividen kepada pemegang
saham.
120
Kondisi perusahaan yang telah mapan dan memasuki tahap mature
juga menjadi alasan lain perusahaan mampu secara konsisten membayar
dividen kepada investor. Hal ini karena perusahaan yang telah mature
dan mapan memiliki banyak cadangan laba untuk diinvestasikan kembali
tanpa harus mengurangi proporsi dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham (Argamaya dan Putri, 2014).
Namun, hal ini bertolak belakang dengan Purnami dan Artini (2016)
yang hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa IOS berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen serta Halim (2013)
yang menyatakan bahwa IOS tidak berdampak signifikan terhadap
kebijakan dividen perusahaan.
Hal ini karena apabila perusahaan sedang dalam kondisi yang sangat
baik, pihak manajemen cenderung akan mengalokasikan laba untuk
pembelian investasi baru yang menguntungkan daripada membayar
dividen yang tinggi. Kebijakan ini untuk mengatasi masalah
unverinvestment.
Kesempatan investasi yang dilihat dari kemampuan perusahaan
dalam memperoleh dan mengelola modal tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen perusahaan. Besar kecilnya dana yang dikeluarkan
untuk investasi tidak akan mempengaruhi secara signifikan besar
kecilnya dividen yang dibagikan.
121
121
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan analisis hasil penelitian
yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Collaterizable Assets (COLLAS) berpengaruh positif terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mangasih (2017), Heniswara (2016) serta
Affan dan Maywindlan (2013).
2. Variabel Firm Size (FIRM) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elinda dan Sukirman (2015) serta Hanif dan Bustamam
(2017).
3. Variabel Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Suartawan dan Yasa (2016) serta Anam,
dkk (2016).
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki
oleh peneliti, yang antara lain sebagai berikut:
122
1. Penelitian ini hanya menggunakan satu proksi untuk pengukuran variabel
IOS yaitu pengukuran dari proksi berbasis harga atau Market To Book
Value of Equity (MBVE).
2. Penelitian ini terbatas hanya menggunakan data-data keuangan selama 4
periode (2013-2016).
3. Penelitian ini terbatas hanya menggunakan variabel Collaterizable Assets,
Firm Size dan Investement Opportunity Set sebagai variabel yang
mempengaruhi Dividend Policy.
C. Saran
Dari keterbatasan-keterbatasan tersebut, berikut ini adalah beberapa saran
dari penulis untuk peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan atau
mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini:
1. Menambah dan menggunakan proksi variabel IOS yang lain yaitu proksi
IOS yang berbasis pada investasi seperti Capital Expenditure to Market
Value (Sumarni, 2014) dan proksi IOS yang berbasis pada varian seperti
Varian Return/VARRET (Jones dan Sharma, 2001).
2. Memperpanjang periode penelitian sehingga hasil penelitian lebih handal
dan agar dapat jauh lebih menjelaskan terkait dengan konsistensi
pengaruh biaya keagenan terhadap kebijakan dividen.
3. Menambah variabel-variabel independen lain yang mampu
memperlihatkan pengaruh nyata terhadap Dividend Policy, baik dari
faktor internal seperti: Profitabilitas (Argamaya dan Putri, 2015), Free
123
Cash Flow (Suartawan dan Yasa, 2016), Institutional Ownership
(Heniswara, 2016), Return on Assets (Lanawati dan Amillin, 2015), Total
Assets Turn Over (Purnami, 2016), Return on Equity (Ismawan et al.,
2014), Financial Performance (Ulfa dan Yuniati, 2016), maupun faktor
eksternal seperti: Tarif Pajak atas Dividen (Suyanti, 2015), Risiko Pasar
(Safitri, 2015) serta variabel-variabel lainnya.
124
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Zainudin dan Rahmah Yulianti. Pengaruh Return On Asset, Sales Growth,
Firm Size Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Pembayaran Dividen
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Perusahaan Makanan dan
Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.
Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi Vol.2 No.2. 2016.
Andriani, Mitra Nur Fitri dan Lilis Ardini. Pengaruh Kebijakan Hutang, Struktur
Kepemilikan, dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya Vol. 5 No. 8. 2016.
Anam, Budi Safatul, Muhammad Arfan dan M. Shabri. Pengaruh Profitabilitas
dan Set Kesempatan Investasi Terhadap Kebijaka Dividen Tunai Pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 5 No.3. 2016.
Arfan, Muhammad dan Trilas Maywindlan. Pengaruh Arus Kas Bebas,
Collateralizable Assets, dan Kebijakan Utang Terhadap Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index.
Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah
Kuala, Vol. 6 No. 2. 2013.
Arifianto, Nur Imam dan Prasetiono. Agency Cost Terhadap Devidend Payout
Ratio. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 2011.
Argamaya dan Alifa Agustiana Putri. Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
Collateralizable Assets, dan Investment Opportunity Set Terhadap
Kebijakan Dividen. Jurnal Media Riset Akuntansi Program Studi
Akuntansu FEIS Universitas Bakrie, Vol 4 No 2. 2014.
Auditta, I Gede, Sutrisno dan M. Achsin. Pengaruh Agency Cost terhadap
Kebijakan Dividen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
2014.
Badan Pengawas Pasar Modal. Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-
11/PM/1997 Tentang Perubahan Peraturan Nomor Ix.C.7 Tentang
Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam
Rangka Penawaran Umum Oleh Perusahaan Menengah Atau Kecil.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Buku 2 Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. 2010.
124
125
Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan.
Penerjemah Hermawan Wibowo. Edisi Kedelapan. Edisi Indonesia. Buku
II. Jakarta: Erlangga. 2001.
Darman. Agency Costs dan Kebijakan Dividen Pada Emerging Market. Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No.2. 2008.
Diamanda, Rizki. Pengaruh Free Cash Flow, Profitability, dan Investment
Opportunity Set Terhadap Dividend Payout Ratio. 2009.
Elinda, Febru dan Sukirman. Determinan Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan
Dividen. Accounting Analysis. Journal 4 Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang. 2015.
Fadli, Achmad Agus Yasin. Analisis Pengaruh Return On Investment (ROI) dan
Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Pada
Pt. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Periode 2011-2015. JIEP-Vol.
17, No 1. 2017.
Firdhayatin, Septy Kurnia dan Nurul Hasanah Uswati Dewi. Analisis Nilai
Perusahaan, Kinerja Perusahaan dan Kesempatan Bertumbuh
Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Listing di BEI. The Indonesian Accounting Review Vol.2 No. 2.
2012.
Ghozali, Imam. Aplikasi Multivariate dengan Program IMB SPSS. Semarang:
Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. 2016.
Halim, Junaedi Jauwanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Sektor
Industri Barang Konsumsi Periode 2008-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan
Ekonomika, Vol. 2 No. 2. 2013.
Handoko, T. Hani. Manajemen Sumber Daya Manusaia. Cetakan IX Jilid I BPFE
UGM, Yogyakarta. 2009.
Hanif, Muhammad dan Bustamam. Pengaruh Debt To Equity Ratio, Return On
Asset, Firm Size, dan Earning Per Share Terhadap Dividend Payout
Ratio (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
Akuntansi (JIMEKA) Vol. 2 No. 1. 2017.
Hasnawati, Sri. Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Publik
di Bursa Efek Jakarta. JAAI Vol 9 No. 2. 2005
Helmina, Monica Rahardian Ary dan Raudhatul Hidayah. Pengaruh Institutional
Ownership ,Collateralizable Assets, Debt To Total Assets, Firm Size
126
Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis STIE
Pancasetia, Vol. 3 No 1. 2017.
Heniswara, Nurul. Analisis Pengaruh Mekanisme Agensi, Risiko Pasar dan
Siklus Hidup Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. 2016.
Jensen, Michael C dan William H. Meckling. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, University of Harvard. 1976.
Juma’h, A.H. & Pacheco, C.J.O. The Financial Factors Influencing Cash
Dividend Policy: A sample of U.S. Manufacturing Companies. Inter
Metro Business Journal, 4 (2). 2008.
Kertiyasa, Martin Bagya. “Tak Bagi Dividen, Hero Supermarket Rombak Jajaran
Direksi”. Artikel diakses pada tanggal 18 Maret 2018 pukul 10.57 WIB
dari https://economy.okezone.com/read/2017/05/23/237/1697701/tak0
bagi-dividen-hero-supermarket-rombak-jajaran-direksi&hl=en-ID
Kore, Manda Floressa Septiani. Pengaruh Manajemen Laba Riil, Arus Kas Bebas,
dan Collas Terhadap Kebijakan Dividen. STIE Perbanas Surabaya. 2016.
Mangasih, Grevia Violetta dan Nadia Asandimitra. Pengaruh Insider
Ownership, Institutional Ownership, Dispersion Of Ownership,
Collateralizable Assets, dan Board Independence Terhadap Kebijakan
Dividen Pada Sektor Finance Periode 2011-2015. Jurnal Ilmu
Manajemen Volume 5 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya. 2017.
Mar’ati, Fudji Sri. Pengaruh Firm Size Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode
2004-2009. STIE AMA Salatiga Among Makarti Vol.6 No.12. 2013.
M.H. Miller dan F. Modigliani, Dividend Policy, Growth, and Valuation of
Shares. Journal of Business. Oktober 1961.
Myers, S. Determinants of Corporate Borrowing. Journal of Financial
Economics, 5. 1977.
Natalia, Amy dan Retno Kusumastuti. Analisis Pengaruh Ownerships, Debt to
Total Assets, Collaterizable Assets dan Free Cash Flow Terhadap
Dividend Payout Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Non
Keuangan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Periode
Tahun 2009-2011. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, FISIP,
Universitas Indonesia. 2013.
127
Neswari, Prajna Paramita Ardana dan Maswar Patuh Priyadi. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur di BEI.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya, Vol. 6 No. 5. 2017.
Nidya, Anggun Putrid dan Farida Titik. Pengaruh Debt To Equity Ratio,
Profitabilitas, Growth, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan
Dividen (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). E-Proceeding of Management
Universitas Telkom: Vol.2, No.1. 2015.
Pangestuti, Nugraheni. Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan Investasi dan
Pertumbuhan Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2015.
Permana, Hendika Arga dan Lina Nur Hidayati. Analisis Pengaruh Leverage,
Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta. 2016.
Purnami, Kadek Diah Arie dan Luh Gede Sri Artini. Pengaruh Investment
Opportunity Set, Total Asset Turn Over dan Sales Growth Terhadap
Kebijakan Dividen. E-Jurnal Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana (UNUD), Bali, Vol. 5 No. 2. 2016.
Purwanto, Heri. “Menkeu: BEJ dan BES Merger Jadi Bursa Efek Indonesia.”.
Artikel diakses tanggal 13 Maret 2018 pukul 11.01 WIB dari
https://www.antaranews.com/berita/76618/menkeu-bej-dan-bes-merger-
jadi-bursa-efek-indonesia.
Putri, Dithi Amanda. Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Utang dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. 2013.
Rahmawati, Christina Heti Tri. Pengaruh Insider Ownership, Institutional
Ownership, Dispersion Of Ownership, Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan, dan Risiko Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006.
Program Studi Manajemen. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Widya Mandala Madiun. 2011.
Rahmawati, Intan dan Akram. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijaka
Dividen dan Pengaruhnyaterhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan-
perusahaan Di BEJ Periode 2000 – 2004. Jurnal Riset Akuntansi
Aksioma, Fakultas Ekonomi Universitas Mataram Vol. 6 No. 1. 2007.
128
Rahmawati, Christina Heti Tri. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Perusahaan dan
Risiko Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Kristen Immanuel. 2015.
Rizqia, Dwita Ayu, Siti Aisjah dan Sumiati. Effect of Managerial Ownership,
Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity
on Dividend Policy and Firm Value. Research Journal of Finance and
Accounting. Vol.4 No.11. 2013.
Roring, Rio dan Sautma Ronni. Pengaruh Biaya Agensi dan Siklus Hidup
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Industri Manufaktur.
Finesta Vol. 2. 2014.
Ross, S.A., Westerfield, R.W., dan Jordan, B.D. Essentials of Corporate Finance
Asia Global Edition. McGraw-Hill Higher Education, Singapore. 2015.
Sari, Ayu Etika dan Ketut Muliartha RM. Pengaruh IOS, Leverage dan
Profitabilitas Pada Kebijakan Dividen Dengan Nilai Perusahaan
Sebagai Variabel Moderating. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol. 20. 3. 2017.
Sari, Novita Intan. “Selama 10 Tahun, 55 Emiten Tak Pernah Bagi Dividen”.
Artikel ini diakses pada Minggu, 22 Juli 2018 pukul 20.00 WIB dari
https://www.merdeka.com/uang/selama-10-tahun-55-emiten-tak-pernah-
bagi -hasil.html.
Sartono, Agus. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi
Empat.Yogyakarta: BPFE. 2008.
Setiawan, Yudi dan Etna Nur Afri Yuyetta. Pengaruh Independensi Dewan
Komisaris, Reputasi Auditor, Rasio Hutang, dan Collateralizable Assets
Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-
2011). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro, Vol. 3, No.1. 2013.
Silfiana dan Rachmawati. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Profitabilitas dan
Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013.
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Kompartemen, Vol. XIV No.1. 2016.
Simorangkir, Eduardo. “Sahamnya Banyak Diminati Investor, Antam Dinobatkan
Jadi Emiten Terbaik 2016”. Artikel diakses tanggal 13 Maret 2018 pukul
10.47 WIB dari https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-
3311895/sahamnya-banyak-diminati-investor-antam-dinobatkan-jadi-
emiten-terbaik-2016.
129
Suartawan, I Gusti Ngurah Putu Adi dan Gerianta Wirawan Yasa. Pengaruh
Investment Opportunity Set dan Free Cash Flow Pada Kebijakan
Dividen dan Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Udayana, Bali, Vol. 11 No. 2.
2016.
Suci, Rizky Indra Wulan dan Andayani. Pengaruh Arus Kas Bebas, Kebijakan
Pendanaan, Profitabilitas, Collateral Assets Terhadap Kebijakan
Dividen. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia (STIESIA) Surabaya, Vol. 5 No. 2. 2016.
Sudana, Made. I. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga. 2011.
Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap
Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding
PESAT, Vol. 2. 2007.
Sugesta, Rio Putra. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas,
Kebijakan Utang, dan Collateralizable Assets Terhadap Kebijakan
Dividen. Jurnal Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Syiah Kuala. 2017.
Suharli, Michell. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel
Penguat, (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Periode 2002-2003). Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi -
Universitas Kristen Petra. 2007.
Sulistiyowati, Indah Ratna Anggraini dan Tri Hesti Utaminingtyas. Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen
dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening.
Universitas Negeri Jakarta. 2010.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta.
2011.
Sumarni, Indriati, Meina Wulansari Yusniar dan Asrid Juniar. Pengaruh
Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal
Wawasan Manajemen Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin,
Vol. 2 No. 2. 2014.
Sundjaja, Ridwan S, Inge Barlian dan Dharma Putra Sundjaja. Manajemen
Keuangan 2. Edisi Kelima. Bandung: Unpar Press. 2007.
Sutrisno. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Kedelapan.
Yogyakarta: Ekonisia. 2012.
130
Titman, Sheridan & Roberto Wessels. The determinants of Capital Structure
Choice. The Journal of Finance. Vol. 43, No. 1. 1988.
Ulfa, Luluk Mariyah dan Tri Yuniati. Pengaruh Kinerja Keuangan, Asset Growth
dan Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Ilmu Dan Riset
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Surabaya : Vol. 5 No. 5. 2016.
Presiden Republik Indonesia. Undang Undang No. 40 Tahun 2007 Pasal 71 ayat 3
Tentang Perseroan Terbatas.
Warsono. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Bayu Media Publishing.
Malang. 2003.
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Erlangga. 1977.
Widosari, Shinta Altia dan Rahardja. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2010. Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 1,
No. 1. 2012
Yudiana, I. G. Y dan I. K. Yadnyana. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Leverage, Investment Opportunity Set, dan Profitabilitas Pada Kebijakan
Dividen Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. 2016.
Yulia, Mona. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage,
Dan Nilai Saham Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada
Perusahaan Manufaktur, Keuangan Dan Pertambangan Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Negeri Padang. 2013
“Bursa Efek Indonesia”. Diakses pada Minggu , 27 Mei 2018 pukul 14.39 WIB
melalui https://id.wikipedia.org/wiki/ Bursa_Efek_Indonesia.
“Dividend Payout Ratio”. Diakses pada Jumat, 27 Juli 2018 melalui
https://www.finansialku.com/definisi-dividend-payout-ratio-adalah/.
“Pembagian Dividen”. Diakses pada tanggal 18 Maret pukul 10.15 WIB dari
sahamraddien.com/2011/07/pembagian-dividen.html.
“Selama Lebih Dari 10 Tahun, 55 Emiten Ogah Bagikan Dividen “. Diakses
melalui situs Ipot News 2012 pada Minggu 22 Juli 2018 pukul 20.10
WIB dari https://indopremiernews.wordpress.com/2012/11/27/ selama-
lebih-dari-10-tahun-55-emiten-ogah-bagikan-dividen/.
131
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
132
Lampiran 1
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
No Kode Emiten Keterangan
1. ACST PT Acset Indonusa Tbk.
2. AKRA AKR Corporindo Tbk
3. ASBI Asuransi Bintang Tbk
4. ASGR Astra Graphia Tbk
5. ASII Astra International Tbk
6. ASRM Asuransi Ramayana Tbk
7. AUTO Astra Otoparts Tbk
8. BATA Sepatu Bata Tbk
9. BBCA Bank Central Asia Tbk
10 BBMD PT Bank Mestika Dharma Tbk.
11. BBNI Bank Negara Indonesia Tbk
12. BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
13. BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
14. BMTR Global Mediacom Tbk
15. CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk
16 GEMA Gema Grahasarana Tbk
17. GGRM Gudang Garam Tbk
18 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
19. ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
20. MKPI Metropolitan Kentjana Tbk
21. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
22. MTLA Metropolitan Land Tbk
23. PGLI Pembangunan Graha Lestari Tbk
24. PTBA Bukit Asam Tbk
25. PWON Pakuwon Jati Tbk
26. RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk
27. SCMA Surya Citra Media Tbk
28. SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk
29. SMSM Selamat Sempurna Tbk
30. TCID Mandom Indonesia Tbk
31. TOTL Total Bangun Persada Tbk
32. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
33. TRST Trias Sentosa Tbk
34. TURI Tunas Ridean Tbk
35. UNTR United Tractors Tbk
36. UNVR Unilever Indonesia Tbk
37. WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
38. WIKA Wijaya Karya Tbk
131
133
Lampiran 2
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL DIVIDEND PAYOUT RATIO
No Emiten Tahun Earning
Per Share
Dividend
Per Share DPR
1 ACST 2013 39,5 198,43 19,91
2 AKRA 2013 115 167,04 68,85
3 ASGR 2013 62 154,96 40,01
4 ASBI 2013 25 113,62 22,00
5 ASII 2013 216 479,63 45,03
6 ASRM 2013 55 157,15 35,00
7 AUTO 2013 105,5 208,78 50,53
8 BATA 2013 28,55 34,13 83,65
9 BBCA 2013 165 578,13 28,54
10 BBMD 2013 19,56 75,38 25,95
11 BBNI 2013 145,71 485,52 30,01
12 BBTN 2013 44,36 147,86 30,00
13 BMTR 2013 25 44,15 56,63
14 CSAP 2013 8,5 24,58 34,58
15 GEMA 2013 7 58 12,07
16 GGRM 2013 800 2250 35,56
17 INDF 2013 142 285 49,82
18 MKPI 2013 410 385,54 106,34
19 MLBI 2013 55576 55576,08 100,00
20 MTLA 2013 6,5 31,83 20,42
21 PGLI 2013 14 58,28 24,02
22 PTBA 2013 461,97 792,55 58,29
23 PWON 2013 4,5 23,52 19,13
24 RUIS 2013 7,5 38,48 19,49
25 SIMP 2013 10 33 30,30
26 SMSM 2013 140 213,86 65,46
27 TCID 2013 370 796 46,48
28 TOTL 2013 35 62,51 55,99
29 TOTO 2013 200 477,55 41,88
30 TRST 2013 5 11,74 42,59
31 TURI 2013 22 55,02 39,99
32 UNTR 2013 690 1295,85 53,25
33 UNVR 2013 701 701,52 99,93
34 WIIM 2013 18,9 62,93 30,03
35 WIKA 2013 27,82 101,69 27,36
36 ACST 2014 42 207,6 20,23
37 AKRA 2014 130 206,99 62,80
Bersambung ke halaman berikutnya
134
No Emiten Tahun Earning
Per Share
Dividend
Per Share DPR
38 ASGR 2014 77 192,93 39,91
39 ASBI 2014 20 54,43 36,74
40 ASII 2014 216 473,8 45,59
41 ASRM 2014 85 271,81 31,27
42 AUTO 2014 96 180,85 53,08
43 BATA 2014 21,78 54,45 40,00
44 BBCA 2014 198 668,66 29,61
45 BBMD 2014 12,22 57,95 21,09
46 BBNI 2014 144,55 578,2 25,00
47 BBTN 2014 21,11 108,4 19,47
48 BJTM 2014 41,86 62,95 66,50
49 BMTR 2014 25 49,65 50,35
50 CSAP 2014 5 36,14 13,84
51 GEMA 2014 7 56,32 12,43
52 GGRM 2014 800 2790 28,67
53 INDF 2014 220 442,5 49,72
54 ITMG 2014 1745 2203,61 79,19
55 MKPI 2014 223,5 461,37 48,44
56 PGLI 2014 2 2,51 79,68
57 PTBA 2014 324,6 875,02 37,10
58 PWON 2014 4,5 53,97 8,34
59 RUIS 2014 10 72,35 13,82
60 SCMA 2014 70 99,42 70,41
61 SIMP 2014 16 53,25 30,05
62 SMSM 2014 125 292,75 42,70
63 TCID 2014 390 867 44,98
64 TOTL 2014 30 48 62,50
65 TOTO 2014 170 593,11 28,66
66 TRST 2014 5 10,71 46,69
67 TURI 2014 14 45,37 30,86
68 UNTR 2014 935 1439,52 64,95
69 UNVR 2014 336 752,1 44,67
70 WIIM 2014 13,5 53,41 25,28
71 WIKA 2014 20,03 122,1 16,40
72 ACST 2015 33,5 84,44 39,67
73 AKRA 2015 120 262,36 45,74
74 ASGR 2015 93 196,56 47,31
75 ASBI 2015 25 161,88 15,44
76 ASII 2015 177 357,31 49,54
77 ASRM 2015 95 297,62 31,92
78 AUTO 2015 27 66,1 40,85
79 BATA 2015 6,45 99,63 6,47
Bersambung ke halaman berikutnya
135
No Emiten Tahun Earning
Per Share
Dividend
Per Share DPR
80 BBCA 2015 55 730,83 7,53
81 BBMD 2015 14,67 58,87 24,92
82 BBNI 2015 122,53 486,18 25,20
83 BBTN 2015 34,96 174,91 19,99
84 BJTM 2015 43 59,29 72,52
85 CSAP 2015 2,5 14,03 17,82
86 GEMA 2015 16 77,67 20,60
87 GGRM 2015 2600 3345 77,73
88 INDF 2015 168 338,02 49,70
89 ITMG 2015 812,56 818,6 99,26
90 MKPI 2015 327 938,24 34,85
91 MTLA 2015 4,2 31,35 13,40
92 PGLI 2015 0,9 0,96 93,75
93 PTBA 2015 289,73 883,59 32,79
94 PWON 2015 4,5 29,08 15,47
95 RUIS 2015 7,5 53,61 13,99
96 SCMA 2015 83 104,2 79,65
97 SIMP 2015 5 17 29,41
98 SMSM 2015 185 297,03 62,28
99 TCID 2015 410 2708 15,14
100 TOTL 2015 40 56,13 71,26
101 TOTO 2015 120 276,39 43,42
102 TRST 2015 5 9,01 55,49
103 TURI 2015 20 52,18 38,33
104 UNTR 2015 691 1033,07 66,89
105 UNVR 2015 766 766,95 99,88
106 WIIM 2015 25 62,34 40,10
107 WIKA 2015 20,35 114,32 17,80
108 ACST 2016 11 96,51 11,40
109 AKRA 2016 120 253,22 47,39
110 ASGR 2016 27 189,14 14,28
111 ASBI 2016 12,5 43,92 28,46
112 ASII 2016 168 374,37 44,88
113 ASRM 2016 200 295,39 67,71
114 AUTO 2016 9 86,77 10,37
115 BATA 2016 23,77 32,49 73,16
116 BBCA 2016 70 835,76 8,38
117 BBMD 2016 14,67 43,83 33,47
118 BBNI 2016 212,8069 608,03 35,00
119 BBTN 2016 49,46 247,3 20,00
120 BJTM 2016 43,64 68,8 63,43
121 BMTR 2016 5 14,36 34,82
Bersambung ke halaman berikutnya
136
No Emiten Tahun Earning
Per Share
Dividend
Per Share DPR
122 CSAP 2016 3,5 17,84 19,62
123 GEMA 2016 35 95,99 36,46
124 GGRM 2016 2600 3470 74,93
125 INDF 2016 235 472,02 49,79
126 ITMG 2016 434,32 1554,27 27,94
127 MKPI 2016 369 1264,9 29,17
128 MLBI 2016 466 465,98 100,00
129 MTLA 2016 5,3 41,35 12,82
130 PTBA 2016 285,5 870,69 32,79
131 PWON 2016 4,5 36,97 12,17
132 RUIS 2016 6 3516,97 0,17
133 SCMA 2016 73 102,65 71,12
134 SIMP 2016 10 34,04 29,38
135 SMSM 2016 65 314,58 20,66
136 TCID 2016 410 806 50,87
137 TOTL 2016 45 65,42 68,79
138 TOTO 2016 13 16,33 79,61
139 TRST 2016 5 12,04 41,53
140 TURI 2016 30 98,88 30,34
141 UNTR 2016 143 1341,03 10,66
142 UNVR 2016 835 837,57 99,69
143 WIIM 2016 15,5 50,56 30,66
144 WIKA 2016 33,86 135,01 25,08
137
Lampiran 3
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL COLLATERIZABLE ASSETS
No Emiten Tahun Aset Tetap Total Aset COLLAS
1 ACST 2013 445.597.536.347 1.298.358.202.545 34,32
2 AKRA 2013 4.226.961.791.000 4.633.141.381.000 28,89
3 ASGR 2013 265.672.000.000 1.451.020.000.000 18,31
4 ASBI 2013 34.057.036.000 398.947.898.000 8,54
5 ASII 2013 37.862.000.000.000 213.994.000.000.000 17,69
6 ASRM 2013 56.646.774.092 1.167.762.378.643 4,85
7 AUTO 2013 3.182.962.000.000 12.617.678.000.000 25,23
8 BATA 2013 210.124.423.000 680.685.060.000 30,87
9 BBCA 2013 7.440.017.000.000 496.304.573.000.000 1,50
10 BBMD 2013 108.757.720.371 7.911.550.307.124 1,37
11 BBNI 2013 5.513.569.000.000 386.654.815.000.000 1,43
12 BBTN 2013 1.522.724.000.000 131.169.730.000.000 1,16
13 BMTR 2013 4.906.183.000.000 21.069.471.000.000 23,29
14 CSAP 2013 734.041.671.000 3.107.895.429.000 23,62
15 GEMA 2013 54.771.246.397 377.603.940.825 14,50
16 GGRM 2013 14.788.915.000.000 50.770.251.000.000 29,13
17 INDF 2013 23.027.913.000.000 78.092.789.000.000 29,49
18 MKPI 2013 1.915.526.694.182 2.838.815.438.871 67,48
19 MLBI 2013 1.009.836.000.000 1.782.148.000.000 56,66
20 MTLA 2013 226.561.784.000 2.834.484.171.000 7,99
21 PGLI 2013 20.804.391.150 68.177.883.499 30,51
22 PTBA 2013 2.803.393.000.000 11.677.155.000.000 24,01
23 PWON 2013 673.095.853.000 9.298.245.408.000 7,24
24 RUIS 2013 406.569.506.411 1.277.942.893.245 31,81
25 SIMP 2013 9.073.928.000.000 28.065.121.000.000 32,33
26 SMSM 2013 492.164.737.137 1.701.103.245.176 28,93
27 TCID 2013 684.459.614.584 1.465.952.460.752 46,69
28 TOTL 2013 93.273.653.000 2.226.418.477.000 4,19
29 TOTO 2013 558.782.969.187 1.746.177.682.568 32,00
30 TRST 2013 1.991.932.354.350 3.260.919.505.192 61,08
31 TURI 2013 1.344.845.000.000 3.465.316.000.000 38,81
32 UNTR 2013 14.574.384.000.000 57.362.244.000.000 25,41
33 UNVR 2013 6.874.177.000.000 13.348.188.000.000 51,50
34 WIIM 2013 218.745.061.722 1.229.011.260.881 17,80
35 WIKA 2013 1.640.292.113 12.594.962.700.000 0,01
36 ACST 2014 463.020.871.447 1.473.649.276.860 31,42
37 AKRA 2014 4.390.206.830.000 14.791.917.177.000 29,68
38 ASGR 2014 284.897.000.000 1.633.339.000.000 17,44
Bersambung ke halaman berikutnya
138
No Emiten Tahun Aset Tetap Total Aset COLLAS
39 ASBI 2014 32.490.332.000 39.681.392.000 7,39
40 ASII 2014 1.250.000.000.000 36.029.000.000.000 17,48
41 ASRM 2014 4.122.799.917 1.385.987.344.448 3,90
42 AUTO 2014 3.305.968.000.000 14.380.926.000.000 22,99
43 BATA 2014 245.225.987.000 774.891.087.000 31,65
44 BBCA 2014 8.844.930.000.000 2.423.892.000.000 1,60
45 BBMD 2014 112.518.832.801 8.672.083.709.182 1,30
46 BBNI 2014 6.222.050.000.000 16.573.708.000.000 1,49
47 BBTN 2014 1.488.383.000.000 44.575.961.000.000 1,03
48 BJTM 2014 321.021.000.000 37.998.046.000.000 0,84
49 BMTR 2014 6.299.156.000.000 25.365.211.000.000 24,83
50 CSAP 2014 641.768.554.000 3.308.917.601.000 19,40
51 GEMA 2014 63.644.996.346 420.613.021.533 15,13
52 GGRM 2014 8.973.272.000.000 58.220.600.000.000 32,59
53 INDF 2014 2.011.488.000.000 85.938.885.000.000 25,61
54 ITMG 2014 3.552.816.000.000 1.307.348.000.000 271,76
55 MKPI 2014 2.102.421.535.480 4.316.214.269.222 48,71
56 PGLI 2014 26.895.005.412 69.855.302.836 38,50
57 PTBA 2014 3.987.565.000.000 14.812.023.000.000 26,92
58 PWON 2014 964.375.227.000 16.770.742.538.000 5,75
59 RUIS 2014 507.593.258.183 1.264.142.659.644 40,15
60 SCMA 2014 761.977.973.000 4.728.435.671.000 16,11
61 SIMP 2014 10.330.692.000.000 30.996.051.000.000 33,33
62 SMSM 2014 492.897.000.000 1.749.395.000.000 28,18
63 TCID 2014 923.951.560.313 1.853.235.343.636 49,86
64 TOTL 2014 70.990.871.000 2.483.746.395.000 2,86
65 TOTO 2014 807.117.366.092 2.027.288.693.678 39,81
66 TRST 2014 1.980.022.881.193 3.261.285.495.052 60,71
67 TURI 2014 1.644.948.000.000 3.962.895.000.000 41,51
68 UNTR 2014 13.625.012.000.000 60.292.031.000.000 22,60
69 UNVR 2014 7.348.025.000.000 14.280.670.000.000 51,45
70 WIIM 2014 309.830.060.177 1.332.907.675.785 23,24
71 WIKA 2014 2.676.043.079.000 15.915.161.682.000 16,81
72 ACST 2015 457.127.128.671 1.929.428.000.000 23,69
73 AKRA 2015 4.469.497.604.000 15.203.129.563.000 29,40
74 ASGR 2015 296.112.000.000 1.810.083.000.000 16,36
75 ASBI 2015 32.214.535.000 494.002.999.000 6,52
76 ASII 2015 41.702.000.000.000 245.435.000.000.000 16,99
77 ASRM 2015 56.474.858.495 1.422.094.069.358 3,97
78 AUTO 2015 3.507.217.000.000 14.339.110.000.000 24,46
79 BATA 2015 234.746.191.000 795.257.974.000 29,52
80 BBCA 2015 9.712.021.000.000 594.372.770.000.000 1,63
Bersambung ke halaman berikutnya
139
No Emiten Tahun Aset Tetap Total Aset COLLAS
81 BBMD 2015 137.344.246.849 9.409.596.959.532 1,46
82 BBNI 2015 20.756.594.000.000 508.595.288.000.000 4,08
83 BBTN 2015 1.553.401.000.000 171.807.592.000.000 0,90
84 BJTM 2015 339.148.000.000 42.803.631.000.000 0,79
85 CSAP 2015 778.838.532.000 3.522.572.851.000 22,11
86 GEMA 2015 67.145.829.442 447.899.389.368 14,99
87 GGRM 2015 20.106.488.000.000 63.505.413.000.000 31,66
88 INDF 2015 25.096.342.000.000 91.831.526.000.000 27,33
89 ITMG 2015 3.731.584.000.000 1.178.363.000.000 316,68
90 MKPI 2015 2.288.651.001.580 5.709.371.372.467 40,09
91 MTLA 2015 363.937.545.000 3.620.742.578.000 10,05
92 PGLI 2015 26.235.691.782 65.103.319.418 40,30
93 PTBA 2015 5.579.117.000.000 16.894.043.000.000 33,02
94 PWON 2015 1.457.275.104.000 18.778.122.467.000 7,76
95 RUIS 2015 474.338.230.928 1.091.753.891.437 43,45
96 SCMA 2015 962.114.344.000 4.565.963.576.000 21,07
97 SIMP 2015 10.810.812.000.000 31.697.142.000.000 34,11
98 SMSM 2015 714.935.000.000 2.220.108.000.000 32,20
99 TCID 2015 902.694.745.887 2.082.096.848.703 43,36
100 TOTL 2015 194.298.289.000 2.846.152.620.000 6,83
101 TOTO 2015 875.127.024.145 2.439.540.859.205 35,87
102 TRST 2015 2.101.159.762.436 3.357.359.499.954 62,58
103 TURI 2015 1.773.530.000.000 4.361.587.000.000 40,66
104 UNTR 2015 12.659.736.000.000 61.715.399.000.000 20,51
105 UNVR 2015 8.320.917.000.000 15.729.945.000.000 52,90
106 WIIM 2015 331.748.299.750 1.342.700.045.391 24,71
107 WIKA 2015 3.184.400.114.000 19.602.406.034.000 16,24
108 ACST 2016 588.764.731.189 2.503.171.000.000 23,52
109 AKRA 2016 4.561.738.403.000 15.830.740.710.000 28,82
110 ASGR 2016 392.325.000.000 1.723.468.000.000 22,76
111 ASBI 2016 32.790.469.000 525.898.830.000 6,24
112 ASII 2016 43.237.000.000.000 261.885.000.000.000 16,51
113 ASRM 2016 54.064.933.451 1.434.654.843.080 3,77
114 AUTO 2016 3.599.815.000.000 14.612.274.000.000 24,64
115 BATA 2016 219.554.437.000 804.742.917.000 27,28
116 BBCA 2016 6.990.835.000.000 676.738.753.000.000 2,51
117 BBMD 2016 412.887.062.278 10.587.950.826.941 3,90
118 BBNI 2016 21.972.223.000.000 603.031.880.000.000 3,64
119 BBTN 2016 4.659.379.000.000 214.168.479.000.000 2,18
120 BJTM 2016 857.420.000.000 43.032.950.000.000 1,99
121 BMTR 2016 8.551.320.000.000 24.624.431.000.000 34,73
122 CSAP 2016 871.363.683.000 4.240.820.320.000 20,55
Bersambung ke halaman berikutnya
140
No Emiten Tahun Aset Tetap Total Aset COLLAS
123 GEMA 2016 196.476.668.882 681.245.836.220 28,84
124 GGRM 2016 20.498.950.000.000 62.951.634.000.000 32,56
125 INDF 2016 25.701.913.000.000 82.174.515.000.000 31,28
126 ITMG 2016 3.006.923.000.000 1.209.792.000.000 248,55
127 MKPI 2016 2.689.384.414.885 6.612.200.867.199 40,67
128 MLBI 2016 1.278.015.000.000 2.275.038.000.000 56,18
129 MTLA 2016 387.873.153.000 3.932.529.273.000 9,86
130 PTBA 2016 6.087.746.000.000 18.576.774.000.000 32,77
131 PWON 2016 1.699.652.156.000 20.674.141.654.000 8,22
132 RUIS 2016 443.475.154.491 979.132.450.762 45,29
133 SCMA 2016 966.766.368.000 4.820.611.941.000 20,05
134 SIMP 2016 10.626.686.000.000 32.537.592.000.000 32,66
135 SMSM 2016 658.258.000.000 2.254.740.000.000 29,19
136 TCID 2016 935.344.860.312 2.185.101.038.101 42,81
137 TOTL 2016 186.495.179.000 2.950.559.912.000 6,32
138 TOTO 2016 881.751.585.677 2.581.440.938.262 34,16
139 TRST 2016 2.025.462.701.661 3.290.596.224.286 61,55
140 TURI 2016 1.860.835.000.000 4.977.673.000.000 37,38
141 UNTR 2016 12.072.399.000.000 63.991.229.000.000 18,87
142 UNVR 2016 9.529.476.000.000 16.745.695.000.000 56,91
143 WIIM 2016 330.448.090.705 1.353.634.132.275 24,41
144 WIKA 2016 3.465.843.202.000 31.096.539.490.000 11,15
141
Lampiran 4
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL FIRM SIZE
No Emiten Tahun Total Aset FIRM
1 ACST 2013 1.298.358.202.545 12,11
2 AKRA 2013 4.633.141.381.000 13,17
3 ASGR 2013 1.451.020.000.000 12,16
4 ASBI 2013 398.947.898.000 11,60
5 ASII 2013 213.994.000.000.000 14,33
6 ASRM 2013 1.167.762.378.643 12,07
7 AUTO 2013 12.617.678.000.000 13,10
8 BATA 2013 680.685.060.000 11,83
9 BBCA 2013 496.304.573.000.000 14,70
10 BBMD 2013 7.911.550.307.124 12,90
11 BBNI 2013 386.654.815.000.000 14,59
12 BBTN 2013 131.169.730.000.000 14,12
13 BMTR 2013 21.069.471.000.000 13,32
14 CSAP 2013 3.107.895.429.000 12,49
15 GEMA 2013 377.603.940.825 11,58
16 GGRM 2013 50.770.251.000.000 13,71
17 INDF 2013 78.092.789.000.000 13,89
18 MKPI 2013 2.838.815.438.871 12,45
19 MLBI 2013 1.782.148.000.000 12,25
20 MTLA 2013 2.834.484.171.000 12,45
21 PGLI 2013 68.177.883.499 10,83
22 PTBA 2013 11.677.155.000.000 13,07
23 PWON 2013 9.298.245.408.000 12,97
24 RUIS 2013 1.277.942.893.245 12,11
25 SIMP 2013 28.065.121.000.000 13,45
26 SMSM 2013 1.701.103.245.176 12,23
27 TCID 2013 1.465.952.460.752 12,17
28 TOTL 2013 2.226.418.477.000 12,35
29 TOTO 2013 1.746.177.682.568 12,24
30 TRST 2013 3.260.919.505.192 12,51
31 TURI 2013 3.465.316.000.000 12,54
32 UNTR 2013 57.362.244.000.000 13,76
33 UNVR 2013 13.348.188.000.000 13,13
34 WIIM 2013 1.229.011.260.881 12,09
35 WIKA 2013 12.594.962.700.000 13,10
36 ACST 2014 1.473.649.276.860 12,17
37 AKRA 2014 14.791.917.177.000 13,17
38 ASGR 2014 1.633.339.000.000 12,21
Bersambung ke halaman berikutnya
142
No Emiten Tahun Total Aset FIRM
39 ASBI 2014 39.681.392.000 11,64
40 ASII 2014 36.029.000.000.000 14,37
41 ASRM 2014 1.385.987.344.448 12,14
42 AUTO 2014 14.380.926.000.000 13,16
43 BATA 2014 774.891.087.000 11,89
44 BBCA 2014 2.423.892.000.000 14,74
45 BBMD 2014 8.672.083.709.182 12,94
46 BBNI 2014 16.573.708.000.000 14,62
47 BBTN 2014 44.575.961.000.000 14,16
48 BJTM 2014 37.998.046.000.000 13,58
49 BMTR 2014 25.365.211.000.000 13,40
50 CSAP 2014 3.308.917.601.000 12,52
51 GEMA 2014 420.613.021.533 11,62
52 GGRM 2014 58.220.600.000.000 13,77
53 INDF 2014 85.938.885.000.000 13,93
54 ITMG 2014 1.307.348.000.000 12,12
55 MKPI 2014 4.316.214.269.222 12,64
56 PGLI 2014 69.855.302.836 10,84
57 PTBA 2014 14.812.023.000.000 13,17
58 PWON 2014 16.770.742.538.000 13,22
59 RUIS 2014 1.264.142.659.644 12,10
60 SCMA 2014 4.728.435.671.000 12,67
61 SIMP 2014 30.996.051.000.000 13,49
62 SMSM 2014 1.749.395.000.000 12,24
63 TCID 2014 1.853.235.343.636 12,27
64 TOTL 2014 2.483.746.395.000 12,40
65 TOTO 2014 2.027.288.693.678 12,31
66 TRST 2014 3.261.285.495.052 12,51
67 TURI 2014 3.962.895.000.000 12,60
68 UNTR 2014 60.292.031.000.000 13,78
69 UNVR 2014 14.280.670.000.000 13,15
70 WIIM 2014 1.332.907.675.785 12,12
71 WIKA 2014 15.915.161.682.000 13,20
72 ACST 2015 1.929.428.000.000 12,29
73 AKRA 2015 15.203.129.563.000 13,18
74 ASGR 2015 1.810.083.000.000 12,26
75 ASBI 2015 494.002.999.000 11,69
76 ASII 2015 245.435.000.000.000 14,39
77 ASRM 2015 1.422.094.069.358 12,15
78 AUTO 2015 14.339.110.000.000 13,16
79 BATA 2015 795.257.974.000 11,90
80 BBCA 2015 594.372.770.000.000 14,77
Bersambung ke halaman berikutnya
143
No Emiten Tahun Total Aset FIRM
81 BBMD 2015 9.409.596.959.532 12,97
82 BBNI 2015 508.595.288.000.000 14,71
83 BBTN 2015 171.807.592.000.000 14,24
84 BJTM 2015 42.803.631.000.000 13,63
85 CSAP 2015 3.522.572.851.000 12,55
86 GEMA 2015 447.899.389.368 11,65
87 GGRM 2015 63.505.413.000.000 13,80
88 INDF 2015 91.831.526.000.000 13,96
89 ITMG 2015 1.178.363.000.000 12,07
90 MKPI 2015 5.709.371.372.467 12,76
91 MTLA 2015 3.620.742.578.000 12,56
92 PGLI 2015 65.103.319.418 10,81
93 PTBA 2015 16.894.043.000.000 13,23
94 PWON 2015 18.778.122.467.000 13,27
95 RUIS 2015 1.091.753.891.437 12,04
96 SCMA 2015 4.565.963.576.000 12,66
97 SIMP 2015 31.697.142.000.000 13,50
98 SMSM 2015 2.220.108.000.000 12,35
99 TCID 2015 2.082.096.848.703 12,32
100 TOTL 2015 2.846.152.620.000 12,45
101 TOTO 2015 2.439.540.859.205 12,39
102 TRST 2015 3.357.359.499.954 12,53
103 TURI 2015 4.361.587.000.000 12,64
104 UNTR 2015 61.715.399.000.000 13,79
105 UNVR 2015 15.729.945.000.000 13,20
106 WIIM 2015 1.342.700.045.391 12,13
107 WIKA 2015 19.602.406.034.000 13,29
108 ACST 2016 2.503.171.000.000 12,40
109 AKRA 2016 15.830.740.710.000 13,20
110 ASGR 2016 1.723.468.000.000 12,24
111 ASBI 2016 525.898.830.000 11,72
112 ASII 2016 261.885.000.000.000 14,42
113 ASRM 2016 1.434.654.843.080 12,16
114 AUTO 2016 14.612.274.000.000 13,16
115 BATA 2016 804.742.917.000 11,91
116 BBCA 2016 676.738.753.000.000 14,83
117 BBMD 2016 10.587.950.826.941 13,02
118 BBNI 2016 603.031.880.000.000 14,78
119 BBTN 2016 214.168.479.000.000 14,33
120 BJTM 2016 43.032.950.000.000 13,63
121 BMTR 2016 24.624.431.000.000 13,39
122 CSAP 2016 4.240.820.320.000 12,63
Bersambung ke halaman berikutnya
144
No Emiten Tahun Total Aset FIRM
123 GEMA 2016 681.245.836.220 11,83
124 GGRM 2016 62.951.634.000.000 13,80
125 INDF 2016 82.174.515.000.000 13,91
126 ITMG 2016 1.209.792.000.000 12,08
127 MKPI 2016 6.612.200.867.199 12,82
128 MLBI 2016 2.275.038.000.000 12,36
129 MTLA 2016 3.932.529.273.000 12,59
130 PTBA 2016 18.576.774.000.000 13,27
131 PWON 2016 20.674.141.654.000 13,32
132 RUIS 2016 979.132.450.762 11,99
133 SCMA 2016 4.820.611.941.000 12,68
134 SIMP 2016 32.537.592.000.000 13,51
135 SMSM 2016 2.254.740.000.000 12,35
136 TCID 2016 2.185.101.038.101 12,34
137 TOTL 2016 2.950.559.912.000 12,47
138 TOTO 2016 2.581.440.938.262 12,41
139 TRST 2016 3.290.596.224.286 12,52
140 TURI 2016 4.977.673.000.000 12,70
141 UNTR 2016 63.991.229.000.000 13,81
142 UNVR 2016 16.745.695.000.000 13,22
143 WIIM 2016 1.353.634.132.275 12,13
144 WIKA 2016 31.096.539.490.000 13,49
145
Lampiran 5
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL INVESTMENT OPPORTUNITY SET
No Emiten Tahun Jumlah saham
beredar
Harga
Saham
Penutupan
Total Ekuitas IOS
1 ACST 2013 500.000.000 2.302 560.442.562.162 205,35
2 AKRA 2013 3.880.727.500 4.375 8.074.320.321.000 210,27
3 ASGR 2013 1.348.780.500 1.670 1.451.020.000.000 155,23
4 ASBI 2013 174.193.236 485 128.043.912.000 65,98
5 ASII 2013 40.483.553.140 6.800 106.188.000.000.000 259,25
6 ASRM 2013 214.559.422 960 183.233.677.807 112,41
7 AUTO 2013 4.819.733.000 3.650 9.558.754.000.000 184,04
8 BATA 2013 1.300.000.000 1.060 396.853.165.000 347,23
9 BBCA 2013 24.655.010.000 9.600 63.966.678.000.000 370,02
10 BBMD 2013 4.090.090.000 1.570 1.930.963.193.620 332,55
11 BBNI 2013 18.648.656.458 3.950 47.683.505.000.000 154,48
12 BBTN 2013 10.564.853.500 870 11.556.753.000.000 79,53
13 BJTM 2013 36.000.000.000 375 5.718.663.000.000 236,07
14 CSAP 2013 2.895.037.800 180 716.874.227.000 72,69
15 GEMA 2013 320.000.000 470 150.661.179.797 99,83
16 GGRM 2013 1.924.088.000 42.000 29.416.271.000.000 274,72
17 INDF 2013 8.780.426.500 6.600 38.373.129.000.000 151,02
18 ITMG 2013 1.129.925.000 28.500 11.826.501.000.000 272,29
19 MLBI 2013 21.070.000 12.000 987.533.000.000 25,60
20 MTLA 2013 7.579.333.000 380 1.764.755.309.000 163,20
21 PGLI 2013 488.000.000 150 59.695.621.518 122,62
22 PTBA 2013 2.304.131.850 10.200 7.551.569.000.000 311,22
23 PWON 2013 48.159.602.400 270 4.102.508.882.000 316,95
24 RUIS 2013 770.000.000 192 261.898.079.767 56,45
25 SCMA 2013 14.621.601.234 2.625 2.789.457.238.000 1.375,96
26 SMSM 2013 1.439.668.860 863 1.006.799.010.307 123,40
27 TCID 2013 201.066.667 11.900 1.182.990.689.957 202,26
28 TOTL 2013 3.410.000.000 500 818.990.410.000 208,18
29 TOTO 2013 495.360.000 7.700 1.035.650.413.675 368,30
30 TRST 2013 2.808.000.000 250 1.709.677.140.374 41,06
31 TURI 2013 5.580.000.000 530 1.987.162.000.000 148,83
Bersambung ke halaman selanjutnya
146
No Emiten Tahun Jumlah saham
beredar
Harga
Saham
Penutupan
Total Ekuitas IOS
32 UNTR 2013 3.730.135.136 19.000 35.648.898.000.000 198,81
33 UNVR 2013 7.630.000.000 26.000 4.254.670.000.000 4.662,64
34 WIIM 2013 2.099.873.760 670 781.359.304.525 180,06
35 WIKA 2013 6.139.968.000 1.580 3.226.958.875.000 300,63
36 ACST 2014 500.000.000 3.725 647.336.194.147 287,72
37 AKRA 2014 3.913.637.674 4.120 5.961.182.563.000 270,49
38 ASGR 2014 1.348.780.500 1.895 1.166.310.000.000 219,15
39 ASBI 2014 174.193.236 950 137.620.135.000 120,25
40 ASII 2014 40.483.553.140 7.425 120.324.000.000.000 249,82
41 ASRM 2014 214.559.422 1.285 231.162.618.575 119,27
42 AUTO 2014 4.819.733.000 4.200 10.136.557.000.000 199,70
43 BATA 2014 1.300.000.000 1.105 429.115.605.000 334,76
44 BBCA 2014 24.655.010.000 13.125 77.920.617.000.000 415,29
45 BBMD 2014 4.090.090.000 1.600 2.130.820.959.344 307,12
46 BBNI 2014 18.648.656.458 6.100 61.021.308.000.000 186,42
47 BBTN 2014 10.564.853.500 1.205 12.206.406.000.000 104,29
48 BJTM 2014 36.000.000.000 460 6.043.635.000.000 274,01
49 BMTR 2014 14.198.613.922 1.425 15.874.525.000.000 127,46
50 CSAP 2014 2.895.037.800 575 818.877.777.000 203,28
51 GEMA 2014 320.000.000 395 166.375.888.797 75,97
52 GGRM 2014 1.924.088.000 60.700 33.228.720.000.000 351,48
53 INDF 2014 8.780.426.500 6.750 41.228.376.000.000 143,76
54 ITMG 2014 1.129.925.000 15.375 11.175.288.000.000 155,46
55 MKPI 2014 948.194.000 15.300 2.161.794.247.668 671,08
56 MLBI 2014 2.107.000.000 11.950 553.797.000.000 4.546,55
57 PTBA 2014 2.304.131.850 12.500 8.670.842.000.000 332,17
58 PWON 2014 48.159.602.400 515 8.283.070.780.000 299,43
59 RUIS 2014 770.000.000 217 310.582.541.256 53,80
60 SCMA 2014 14.621.601.234 3.500 3.478.188.028.000 1.471,33
61 SIMP 2014 15.816.310.000 705 16.807.051.000.000 66,34
62 SMSM 2014 1.439.668.860 4.750 1.146.837.000.000 596,29
63 TCID 2014 201.066.667 17.525 1.283.504.442.268 274,54
64 TOTL 2014 3.410.000.000 1.120 7.992.348.130.000 47,79
65 TOTO 2014 990.720.000 3.975 1.231.192.322.624 319,86
66 TRST 2014 2.808.000.000 380 1.761.493.183.162 60,58
Bersambung ke halaman selanjutnya
147
No Emiten Tahun Jumlah saham
beredar
Harga
Saham
Penutupan
Total Ekuitas IOS
67 TURI 2014 5.580.000.000 605 2.153.243.000.000 156,78
68 UNTR 2014 3.730.135.136 17.350 38.576.734.000.000 167,76
69 UNVR 2014 7.630.000.000 32.300 4.598.782.000.000 5.359,01
70 WIIM 2014 2.099.873.760 625 854.425.098.590 153,60
71 WIKA 2014 6.149.225.000 3.680 4.978.758.224.000 454,51
72 ACST 2015 500.000.000 3.020 664.859.000.000 227,12
73 AKRA 2015 3.949.030.235 7.175 7.286.175.343.000 388,88
74 ASGR 2015 1.348.780.500 1.800 1.059.943.000.000 229,05
75 ASBI 2015 174.193.236 440 160.705.086.000 47,69
76 ASII 2015 40.483.553.140 6.000 126.533.000.000.000 191,97
77 ASRM 2015 214.559.422 2.300 274.413.615.021 179,83
78 AUTO 2015 4.819.733.000 1.600 10.143.426.000.000 76,03
79 BATA 2015 1.300.000.000 900 547.187.208.000 213,82
80 BBCA 2015 24.655.010.000 13.300 89.624.940.000.000 365,87
81 BBMD 2015 4.090.090.000 1.560 2.263.834.427.402 281,85
82 BBNI 2015 18.648.656.458 4.990 78.438.222.000.000 118,64
83 BBTN 2015 10.582.345.000 1.295 13.860.107.000.000 98,87
84 BJTM 2015 36.000.000.000 437 6.295.461.000.000 249,89
85 BMTR 2015 14.198.613.922 1.100 15.294.612.000.000 102,12
86 GEMA 2015 320.000.000 328 188.172.274.177 55,78
87 GGRM 2015 1.924.088.000 55.000 38.007.909.000.000 278,43
88 INDF 2015 8.780.426.500 5.175 43.121.593.000.000 105,37
89 ITMG 2015 1.129.925.000 5.725 12.232.102.000.000 52,88
90 MKPI 2015 948.194.000 16.875 2.829.195.478.600 565,56
91 MLBI 2015 2.107.000.000 8.200 766.480.000.000 2.254,12
92 PGLI 2015 488.000.000 69 57.220.549.382 58,85
93 PTBA 2015 2.304.131.850 4.525 9.287.547.000.000 112,26
94 PWON 2015 48.159.602.400 496 9.455.055.977.000 252,64
95 RUIS 2015 770.000.000 215 338.413.465.428 48,92
96 SCMA 2015 14.621.601.234 3.100 3.413.675.712.000 1.327,81
97 SIMP 2015 15.816.310.000 332 17.231.401.000.000 30,47
98 SMSM 2015 1.439.668.860 4.760 1.440.248.000.000 475,81
99 TCID 2015 201.066.667 16.500 1.714.871.478.033 193,46
100 TOTL 2015 3.410.000.000 615 866.314.623.000 242,08
101 TOTO 2015 1.032.000.000 6.950 1.491.542.919.106 480,87
Bersambung ke halaman selanjutnya
148
No Emiten Tahun Jumlah saham
beredar
Harga
Saham
Penutupan
Total Ekuitas IOS
102 TRST 2015 2.808.000.000 310 1.956.920.690.054 44,48
103 TURI 2015 5.580.000.000 600 2.380.116.000.000 140,67
104 UNTR 2015 3.730.135.136 16.950 39.250.325.000.000 161,08
105 UNVR 2015 7.630.000.000 37.000 4.827.360.000.000 5.848,12
106 WIIM 2015 2.099.873.760 430 943.708.980.906 95,68
107 WIKA 2015 6.149.225.000 2.640 5.438.101.365.000 298,52
108 ACST 2016 700.000.000 2.820 1.301.225.000.000 151,70
109 AKRA 2016 3.991.781.170 6.000 8.074.320.321.000 296,63
110 ASGR 2016 1.348.780.500 1.900 1.166.310.000.000 219,73
111 ASBI 2016 348.386.472 380 173.651.622.000 76,24
112 ASII 2016 40.483.553.140 8.275 139.906.000.000.000 239,45
113 ASRM 2016 214.559.422 2.690 310.491.043.060 185,89
114 AUTO 2016 4.819.733.000 2.050 10.536.558.000.000 93,77
115 BATA 2016 1.300.000.000 790 557.155.279.000 184,33
116 BBCA 2016 24.655.010.000 15.500 112.715.059.000.000 339,04
117 BBMD 2016 4.090.090.000 1.500 2.681.773.809.235 228,77
118 BBNI 2016 18.648.656.458 5.525 89.254.000.000.000 115,44
119 BBTN 2016 10.590.000.000 1.740 19.130.536.000.000 96,32
120 BJTM 2016 36.000.000.000 570 7.209.572.000.000 284,62
121 BMTR 2016 14.198.621.422 615 13.911.984.000.000 62,77
122 CSAP 2016 4.053.052.920 525 1.411.774.313.000 150,72
123 GEMA 2016 320.000.000 418 395.462.744.829 33,82
124 GGRM 2016 1.924.088.000 63.900 39.564.228.000.000 310,76
125 INDF 2016 8.780.426.500 7.925 43.941.423.000.000 158,36
126 ITMG 2016 1.129.925.000 16.875 12.192.229.000.000 156,39
127 MKPI 2016 948.194.000 25.750 3.714.904.308.188 657,24
128 MLBI 2016 2.107.000.000 11.750 820.640.000.000 3.016,82
129 MTLA 2016 7.655.126.330 354 2.502.402.530.000 108,29
130 PGLI 2016 488.000.000 57 57.879.959.097 48,06
131 PWON 2016 48.159.602.400 565 11.019.693.800.000 246,92
132 RUIS 2016 770.000.000 236 359.719.063.530 50,52
133 SCMA 2016 14.621.601.234 2.800 3.705.408.156.000 1.104,88
134 SIMP 2016 15.816.310.000 494 17.618.288.000.000 44,35
135 SMSM 2016 5.758.675.440 980 1.580.055.000.000 357,17
136 TCID 2016 201.066.667 12.500 1.783.158.507.325 140,95
Bersambung ke halaman selanjutnya
149
No Emiten Tahun Jumlah saham
beredar
Harga
Saham
Penutupan
Total Ekuitas IOS
137 TOTL 2016 3.410.000.000 765 942.610.292.000 276,75
138 TOTO 2016 10.320.000.000 498 1.523.874.519.542 337,26
139 TRST 2016 2.808.000.000 300 1.932.355.184.014 43,59
140 TURI 2016 5.580.000.000 1.300 2.822.564.000.000 257,00
141 UNTR 2016 3.730.135.136 21.250 42.621.943.000.000 185,97
142 UNVR 2016 7.630.000.000 38.800 4.704.258.000.000 6.293,11
143 WIIM 2016 2.099.873.760 440 991.093.391.804 93,22
144 WIKA 2016 8.969.951.372 2.360 12.498.715.304.000 169,37
150
Lampiran 6
HASIL OUTPUT SPSS 22 SEBELUM TRANSFORMASI
Regressions
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
DPR 145 .17 106.34 40.9228 24.04277
COLLAS 145 .79 316.68 29.7090 40.07705
FIRM 145 10.10 14.83 12.8671 .89616
IOS 145 25.60 4546.55 270.7940 472.71128
Valid N
(listwise) 145
Correlations
DPR COLLAS FIRM IOS
Pearson
Correlation
DPR 1.000 .302 -.025 .063
COLLAS .302 1.000 -.067 .032
FIRM -.025 -.067 1.000 -.046
IOS .063 .032 -.046 1.000
Sig. (1-tailed) DPR . .000 .382 .225
COLLAS .000 . .211 .351
FIRM .382 .211 . .290
IOS .225 .351 .290 .
N DPR 145 145 145 145
COLLAS 145 145 145 145
FIRM 145 145 145 145
IOS 145 145 145 145
151
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 IOS,
COLLAS,
FIRMb
. Enter
a. Dependent Variable: DPR
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .307a .094 .075 23.12646 2.163
a. Predictors: (Constant), IOS, COLLAS, FIRM
b. Dependent Variable: DPR
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7828.443 3 2609.481 4.879 .003b
Residual 75411.467 141 534.833
Total 83239.910 144
a. Dependent Variable: DPR
b. Predictors: (Constant), IOS, COLLAS, FIRM
152
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 35.734 28.027 1.275 .204
COLLAS .180 .048 .300 3.733 .000 .995 1.005
FIRM -.070 2.158 -.003 -.032 .974 .994 1.007
IOS .003 .004 .053 .666 .507 .997 1.003
a. Dependent Variable: DPR
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) COLLAS FIRM IOS
1 1 2.804 1.000 .00 .05 .00 .04
2 .696 2.007 .00 .21 .00 .80
3 .498 2.373 .00 .73 .00 .15
4 .002 34.397 1.00 .01 1.00 .00
a. Dependent Variable: DPR
153
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N
Predicted Value 35.1741 91.9627 40.9228 7.37321 145
Std. Predicted Value -.780 6.922 .000 1.000 145
Standard Error of
Predicted Value 1.986 17.560 3.223 2.096 145
Adjusted Predicted
Value 35.0446 135.6614 41.4201 10.97613 145
Residual -57.16285 58.04905 .00000 22.88429 145
Std. Residual -2.472 2.510 .000 .990 145
Stud. Residual -3.798 2.529 -.008 1.035 145
Deleted Residual -134.98140 61.86535 -.49733 25.85292 145
Stud. Deleted Residual -3.995 2.580 -.007 1.047 145
Mahal. Distance .069 82.025 2.979 9.239 145
Cook's Distance .000 4.910 .044 .410 145
Centered Leverage
Value .000 .570 .021 .064 145
a. Dependent Variable: DPR
154
155
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 145
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation 22.88429029
Most Extreme
Differences
Absolute .118
Positive .118
Negative -.074
Test Statistic .118
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Runs Test
Unstandardiz
ed Residual
Test Valuea -4.17211
Cases < Test Value 72
Cases >= Test
Value 73
Total Cases 145
Number of Runs 71
Z -.416
Asymp. Sig. (2-
tailed) .677
a. Median
156
Lampiran 7
HASIL OUTPUT SPSS 22 SETELAH TRANSFORMASI
Regression
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
SQRT DPR 144 .17 106.34 41.2022 23.88919
SQRT COLLAS 144 .79 316.68 29.5059 40.14201
SQRT FIRM 144 10.10 14.83 12.8707 .89824
SQRT IOS 144 25.60 3016.82 241.1013 310.29660
Valid N
(listwise) 144
Correlations
SQRT.
DPR
SQRT.
COLLAS
SQRT.
FIRM
SQRT.
IOS
Pearson
Correlation
SQRT.DPR 1.000 .322 -.008 .200
SQRT.COLLAS .322 1.000 -.202 -.066
SQRT.FIRM -.008 -.202 1.000 .042
SQRT.IOS .200 -.066 .042 1.000
Sig. (1-tailed) SQRT.DPR . .000 .461 .008
SQRT.COLLAS .000 . .008 .215
SQRT.FIRM .461 .008 . .309
SQRT.IOS .008 .215 .309 .
N SQRT.DPR 144 144 144 144
SQRT.COLLAS 144 144 144 144
SQRT.FIRM 144 144 144 144
SQRT.IOS 144 144 144 144
157
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 SQRT.IOS, SQRT.FIRM,
SQRT.COLLASb
. Enter
a. Dependent Variable: SQRT.DPR
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .395a .156 .138 1.74579 1.973
a. Predictors: (Constant), SQRT.IOS, SQRT.FIRM, SQRT.COLLAS
b. Dependent Variable: SQRT.DPR
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 78.902 3 26.301 8.629 .000b
Residual 426.690 140 3.048
Total 505.592 143
a. Dependent Variable: SQRT.DPR
b. Predictors: (Constant), SQRT.IOS, SQRT.FIRM, SQRT.COLLAS
158
Coefficienta
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.180 4.341 .272 .786
SQRT.COLLAS .256 .058 .348 4.379 .000 .956 1.046
SQRT.FIRM .789 1.191 .053 .663 .509 .959 1.043
SQRT.IOS .064 .023 .221 2.844 .005 .995 1.005
a. Dependent Variable: SQRT.DPR
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant)
SQRT.
COLLAS
SQRT.
FIRM
SQRT.
IOS
1 1 3.688 1.000 .00 .01 .00 .01
2 .214 4.155 .00 .61 .00 .30
3 .098 6.127 .00 .32 .00 .69
4 .001 80.296 1.00 .05 1.00 .00
a. Dependent Variable: SQRT.DPR
159
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 4.8341 9.3868 6.1393 .74281 144
Std. Predicted Value -1.757 4.372 .000 1.000 144
Standard Error of
Predicted Value .153 .956 .268 .115 144
Adjusted Predicted
Value 4.7359 9.4991 6.1368 .74483 144
Residual -5.67598 3.80947 .00000 1.72738 144
Std. Residual -3.251 2.182 .000 .989 144
Stud. Residual -3.289 2.232 .001 1.004 144
Deleted Residual -5.80960 4.00185 .00248 1.77825 144
Stud. Deleted Residual -3.412 2.265 .001 1.012 144
Mahal. Distance .103 41.864 2.979 5.006 144
Cook's Distance .000 .214 .007 .020 144
Centered Leverage
Value .001 .293 .021 .035 144
a. Dependent Variable: SQRT DPR
160
161
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 144
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.72738081
Most Extreme
Differences
Absolute .060
Positive .060
Negative -.053
Test Statistic .060
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.06414
Cases < Test Value 72
Cases >= Test Value 72
Total Cases 144
Number of Runs 71
Z -.335
Asymp. Sig. (2-tailed) .738
a. Median