bab ii tinjauan pustaka a. literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/bab...

21
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada Mahasiswa 1. Pengertian Literasi Informasi pada Mahasiswa Australian and New Zealand Institute for Information Literacy (ANZIIL) (2004) menjelaskan bahwa literasi informasi keterampilan yang mencakup pengetahuan tentang masalah dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengatur, dan secara efektif membuat, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi isu atau masalah yang dihadapi. Istilah literasi informasi sebenarnya diciptakan oleh Zurkowski, seorang presiden Asosiasi Industri Informasi pada tahun 1974 (Mcmullin, 2018). Zurkowski (1974) mengatakan bahwa orang dengan literasi informasi adalah orang yang dilatih dalam penerapan sumber daya informasi untuk pekerjaan, hal ini dikarenakan individu tersebut telah mempelajari teknik dan keterampilan untuk memanfaatkan berbagai alat informasi serta sumber utama dalam membuat solusi untuk sebuah permasalahan. Zurkowski (1974) juga menegaskan tentang perlunya melek informasi sebelum World Wide Web dan Internet datang mengantar "Era Informasi." Pernyataan Zurkowski secara filosofis sejajar erat dengan definisi literasi informasi menurut American Library Association (ALA) (2000) dalam hal ini berbicara tentang kemampuan individu untuk menggunakan informasi untuk memecahkan

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Literasi informasi pada Mahasiswa

1. Pengertian Literasi Informasi pada Mahasiswa

Australian and New Zealand Institute for Information Literacy (ANZIIL)

(2004) menjelaskan bahwa literasi informasi keterampilan yang mencakup

pengetahuan tentang masalah dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan

untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengatur, dan secara efektif

membuat, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi isu

atau masalah yang dihadapi. Istilah literasi informasi sebenarnya diciptakan oleh

Zurkowski, seorang presiden Asosiasi Industri Informasi pada tahun 1974

(Mcmullin, 2018). Zurkowski (1974) mengatakan bahwa orang dengan literasi

informasi adalah orang yang dilatih dalam penerapan sumber daya informasi untuk

pekerjaan, hal ini dikarenakan individu tersebut telah mempelajari teknik dan

keterampilan untuk memanfaatkan berbagai alat informasi serta sumber utama

dalam membuat solusi untuk sebuah permasalahan.

Zurkowski (1974) juga menegaskan tentang perlunya melek informasi

sebelum World Wide Web dan Internet datang mengantar "Era Informasi."

Pernyataan Zurkowski secara filosofis sejajar erat dengan definisi literasi informasi

menurut American Library Association (ALA) (2000) dalam hal ini berbicara

tentang kemampuan individu untuk menggunakan informasi untuk memecahkan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

18

masalah. ALA (2000) mengemukakan bahwa literasi informasi adalah serangkaian

kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk mengenali kapan informasi

dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan

menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.

Literasi informasi menjadi penting saat ini ketika orang-orang menyerap

aliran data dan informasi elektronik setiap hari daripada beberapa dekade yang lalu

ketika informasi datang pada kecepatan yang lebih lambat (Mcmullin, 2018).

Mahasiswa, khususnya, dalam hal ini tidak melek informasi karena mahasiswa

harus menetapkan arah information overload yang tersedia bagi (Taylor & Dalal,

2014). Literasi informasi di kalangan mahasiswa yang merupakan dasar

"pembelajaran seumur hidup" karena akan meningkatkan kemampuan evaluasi,

manajemen dan penggunaan keterampilan informasi (Rezaee, 2016). Literasi

informasi menunjukkan sikap yang dimiliki mahasiswa dan menjadi tanggung

jawab masa depan mahasiswa sebagai bagian dari anggota masyarakat yang

menghargai informasi (Mcmullin, 2018).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa literasi informasi

adalah keterampilan yang mencakup pengetahuan tentang masalah dan kebutuhan

informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan,

mengevaluasi, mengatur, dan secara efektif membuat, menggunakan, dan

mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi isu atau masalah yang dihadapi.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

19

2. Aspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa

Australian and New Zealand Institute for Information Literacy (ANZIIL)

(2004) menjelaskan individu yang melek (literate) informasi adalah yang

memenuhi 6 standar inti (core standard) yaitu:

a. Mengenali kebutuhan informasi dan menentukan sifat dan jangkauan informasi

yang dibutuhkan, yang ditunjukkan dengan kemampuan mendefinisikan dan

mengartikulasi informasi sesuai kebutuhan, memahami tujuan, ruang lingkup,

dan kesesuaian berbagai sumber informasi, mengevaluasi ulang sifat dan tingkat

kebutuhan informasi, serta menggunakan beragam sumber informasi untuk

menginformasikan hasil.

b. Menemukan informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, ditunjukkan

dengan mampu memilih metode atau alat yang paling tepat untuk mencari

informasi, membangun dan menerapkan strategi pencarian yang efektif,

memperoleh informasi menggunakan metode yang tepat, selalu memperbarui

sumber informasi, teknologi informasi, alat akses informasi, dan metode

investigasi secara kritis mengevaluasi informasi dan proses pencarian informasi.

c. Dapat mengevaluasi secara kritis informasi dan proses pencarian informasi,

dengan menilai kegunaan dan relevansi dari informasi yang diperoleh,

mendefinisikan dan menerapkan kriteria untuk mengevaluasi informasi,

merefleksikan proses pencarian informasi dan merevisi strategi pencarian yang

diperlukan.

d. Mengelola informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan, dengan mencatat

informasi dan sumbernya dan mengatur atau mengklasifikasikan informasi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

20

e. Menerapkan informasi baru atau lama untuk membangun konsep baru atau

menghasilkan pemahaman baru, dengan cara membandingkan dan

mengintegrasikan pemahaman baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk

menentukan nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lainnya dari

informasi yang mampu mengkomunikasikan pengetahuan dan pemahaman baru

secara efektif.

f. dan menggunakan informasi dengan memahami dan mengakui masalah budaya,

etika, ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi, dengan

mengakui masalah budaya, etika, dan sosial ekonomi yang terkait dengan akses

menuju dan penggunaan informasi, mengakui bahwa informasi didukung oleh

nilai-nilai dan keyakinan sesuai dengan konvensi dan etika yang terkait dengan

akses menuju dan penggunaan informasi.

Sejalan dengan aspek menurut Australian and New Zealand Institute for

Information Literacy (ANZILL) (2004), menurut American Library Association

(ALA) (2000), orang yang melek (literate) informasi adalah:

a. Mampu menentukan sejauh mana informasi yang dibutuhkan,

b. Mampu mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien,

c. Mampu mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis,

d. Mampu menggabungkan informasi terpilih ke dalam basis pengetahuan

seseorang,

e. Mengunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu,

f. Memahami masalah ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi,

dan akses dan penggunaan informasi secara etis dan legal.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

21

Selain itu, aspek-aspek literasi informasi menurut United Nations

Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) (dalam Tirado &

Muñoz, 2012) adalah:

a. Mengenali dan mengartikulasi kebutuhan informasi.

b. Menemukan informasi atau mencari dan mengevaluasi kualitas informasi.

c. Penilaian informasi atau mencari dan mengevaluasi kualitas informasi.

d. Organisasi informasi atau memperoleh dan menyimpan informasi.

e. Penggunaan informasi, dengan membuat penggunaan informasi yang efektif dan

etis.

f. Membuat penggunaan informasi yang efektif dan etis untuk berkomunikasi.

Berdasarkan aspek literasi informasi yang dipaparkan ANZILL (2004), ALA

(2000), dan UNESCO (dalam Tirado & Muñoz, 2012) dapat disimpulkan bahwa

aspek literasi informasi meliputi mengenali kebutuhan informasi dan menentukan

sifat dan jangkauan informasi yang dibutuhkan, menemukan informasi yang

dibutuhkan secara efektif dan efisien, dapat mengevaluasi secara kritis informasi

dan proses pencarian informasi, mengelola informasi yang dikumpulkan atau

dihasilkan, menerapkan informasi baru atau lama untuk membangun konsep baru

atau menghasilkan pemahaman baru, dan menggunakan informasi dengan

memahami dan mengakui masalah budaya, etika, ekonomi, hukum, dan sosial

seputar penggunaan informasi, mampu menentukan sejauh mana informasi yang

dibutuhkan, mampu mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan

efisien, mampu mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

22

mampu menggabungkan informasi terpilih ke dalam basis pengetahuan seseorang,

mengunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu, memahami

masalah ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi, dan akses dan

penggunaan informasi secara etis dan legal, mengenali kebutuhan informasi,

menemukan informasi, penilaian informasi, organisasi informasi, penggunaan

informasi, penggunaan informasi yang efektif dan etis untuk berkomunikasi. Dalam

penelitian ini, peneliti memilih aspek literasi informasi yang dikemukakan oleh

ANZILL (2004) yaitu mengenali kebutuhan informasi dan menentukan sifat dan

jangkauan informasi yang dibutuhkan, menemukan informasi yang dibutuhkan

secara efektif dan efisien, dapat mengevaluasi secara kritis informasi dan proses

pencarian informasi, mengelola informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan,

menerapkan informasi baru atau lama untuk membangun konsep baru atau

menghasilkan pemahaman baru, dan menggunakan informasi dengan memahami

dan mengakui masalah budaya, etika, ekonomi, hukum, dan sosial seputar

penggunaan informasi untuk dijadikan panduan dalam membuat alat ukur

penelitian ini karena lebih jelas, sehingga memudahkan penelti dalam membuat alat

ukur. Selain itu aspek ini sesuai dengan keadaan yang terjadi pada mahasiswa.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi literasi informasi

Dalam penelitiannya, McGuigan (2008) mengatakan bahwa literasi informasi

dipengaruhi oleh:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

23

a. Berpikir kritis adalah syarat literasi informasi yang digunakan dalam kegiatan

penilaian kritis dalam mencari, memilih, dan menggunakan sumber daya

informasi.

b. Literasi komputer (atau literasi alat) adalah pemahaman tentang bagaimana

menggunakan mesin, pengetahuan tentang operasi Komputer. Literasi

komputer menunjukkan tingkat kemahiran dalam mengoperasikan mesin,

memanipulasi data, dan menavigasi berbagai lingkungan.

Kemudian, Pedro (dalam Jeffrey, Hegarty, Kelly, Penman, Coburn, &

McDonald, 2011) menemukan bahwa literasi informasi dipengaruhi oleh:

a. Status sosio-ekonomi termasuk di dalamnya jenis kelamin dan usia yang

terpengaruh oleh pengguna teknologi sebagai bagian dari gaya hidup.

Kesenjangan digital baru muncul dalam net-generation dimana dengan status

sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih mungkin memiliki komputer di rumah

dan akses ke berbagai informasi dan media ketika berkomunikasi dengan

rekan-rekan.

b. Sikap terhadap teknologi adalah keyakinan tentang kemampuan seseorang

sendiri untuk belajar teknologi baru dan menggunakannya dapat

meningkatkan kemampuan literasi informasi. Kecemasan untuk belajar dan

terlalu percaya diri dapat menghambat literasi informasi.

c. Efikasi diri, memengaruhi persepsi orang tentang betapa mudahnya

penggunaan teknologi baru dan keinginan untuk menggunakannya. Cassidy

dan Eachus (dalam Jeffrey, dkk., 2011) menemukan bahwa tingkat efikasi

diri dalam penggunaan komputer yang lebih tinggi diasosiasikan dengan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

24

penggunaan komputer yang lebih tinggi dan lebih intens dan eksplorasi

berbagai perangkat lunak yang lebih banyak.

Berdasarkan teori mengenai faktor-faktor yang dikemukakan oleh pendapat

yang dikemukakan McGuigan (2008) dan Pedro (dalam Jeffrey, dkk., 2011) dapat

disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi literasi informasi meliputi faktor

berpikir kritis, literasi komputer, status sosio-ekonomi, sikap terhadap teknologi,

dan efikasi diri. Dalam penelitian ini, peneliti memilih faktor berpikir kritis sebagai

variabel bebas dalam penelitian ini karena penelitian sebelumnya yaitu penelitian

Mcmullin (2018) menyatakan bahwa masyarakat yang jenuh informasi

membutuhkan masyarakat yang melek informasi-pemikir kritis untuk

mempertahankan peradaban yang stabil dan progresif, sehingga menjadi keharusan

bagi mahasiswa untuk belajar yang baik literasi informasi dan keterampilan berpikir

kritis sangat penting dalam lingkungan informasi saat ini, terutama saat ini ketika

berita hoaks di media sosial utamanya di instagram merajalela. Selain didasarkan

pada hasil penelitian terdahulu, pemilihan berpikir kritis sebagai variabel bebas juga

diperkuat oleh hasil wawancara pada mahasiswa sebagai pengguna aktif instagram

bahwa keengganan untuk mencari dan mengkaji informasi lebih dalam sebelum

menyebarkannya di akun instagram pribadi masih menjadi tantangan tersendiri.

B. Berpikir Kritis

1. Pengertian berpikir kritis

Berpikir kritis adalah keterampilan dalam proses pertimbangan yang

bertujuan dan reflektif untuk memutuskan apa yang harus dipercaya atau apa

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

25

yang harus dilakukan (Facione, 2013). Facione (2013) juga menjelaskan bahwa

pemikiran kritis adalah proses dari penilaian yang bertujuan dan mengatur diri

sendiri, proses ini memberikan pertimbangan yang masuk akal terhadap bukti,

konteks, konseptualisasi, metode, dan kriteria. Berpikir kritis menjadikan

individu mempunyai kemampuan menilai dan mengambil keputusan dengan

baik. Hal ini walaupun tidak sepenuhnya menjamin kehidupan kebahagiaan,

kebajikan, atau kesuksesan ekonomi, tetapi menawarkan kesempatan yang

lebih baik yakni terhindar dari menanggung konsekuensi dari membuat

keputusan yang buruk sehingga tidak akan membebani teman, keluarga, dan

orang lain di sekitar dengan konsekuensi yang tidak diinginkan dan dihindari

dari pilihan-pilihan yang buruk itu.

Menurut Paul dan Elder (2007) berpikir kritis adalah cara berpikir

tentang subjek, konten, atau masalah apa pun di mana pemikir dapat

meningkatkan kualitas pemikirannya dengan secara terampil mengambil alih

struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar intelektual

individu. Sejalan dengan itu Ennis (2011) menyatakan bahwa berpikir kritis

adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Dengan kata lain, pengambilan keputusan diambil setelah dilakukan refleksi

dan evaluasi pada apa yang dipercayai sejalan dengan hal tersebut. Schultz

(2008) menjelaskan bahwa berpikir kritis terdiri dari proses kognitif dari

ketajaman, analisis dan evaluasi, termasuk di antaranya adalah proses-proses

lain yang mencerminkan item yang nyata (atau tidak berwujud) untuk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

26

membentuk penilaian yang solid yang menyatukan bukti ilmiah. Dalam

kerangka skeptisisme ilmiah, proses berpikir kritis melibatkan memperoleh

informasi dan mengevaluasinya untuk mencapai kesimpulan yang dibenarkan

dengan baik. Sebagian besar keterampilan berpikir kritis mencakup hal-hal

seperti; penilaian keyakinan dan identifikasi prasangka, prasangka,

kesalahpahaman, bias, propaganda media, distorsi atau melebih-lebihkan

kebenaran, dan misinformasi.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah keterampilan dalam proses

pertimbangan yang bertujuan dan reflektif untuk memutuskan apa yang harus

dipercaya atau apa yang harus dilakukan.

2. Aspek-aspek berpikir kritis

Facione (2011) menjelaskan bahwa individu yang mampu berpikir kritis

adalah individu yang memenuhi kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Interpretasi adalah memahami ungkapkan makna dari berbagai macam

pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, konvensi, keyakinan, aturan,

prosedur, atau kriteria. Interpretasi digunakan untuk menentukan makna dan

signifikansi yang tepat dari pesan atau sinyal, apa yang dimaksud dengan isyarat,

tanda, serangkaian data, kata-kata tertulis atau lisan, diagram, ikon, grafik atau

grafik dan memperjelas makna. Kemampuan kategorisasi, menguraikan, dan

memperjelas makna adalah sub-skill interpretasi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

27

b. Analisis adalah mengidentifikasi hubungan inferensial yang dimaksudkan dan

aktual antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk representasi

lain yang ditujukan untuk mengekspresikan keyakinan, penilaian, pengalaman,

alasan, informasi, atau pendapat. Kemampuan untuk memeriksa ide, mendeteksi

argumen, dan menganalisis argumen adalah sub-skill analisis.

c. Inferensi adalah mengidentifikasi dan mengamankan elemen yang diperlukan

untuk menarik kesimpulan yang masuk akal; untuk membentuk hipotesis; untuk

mempertimbangkan informasi yang relevan dan untuk mengurangi konsekuensi

yang mengalir dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian, keyakinan,

pendapat, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk representasi lainnya.

Inferensi memungkinkan individu untuk menarik kesimpulan dari alasan dan

bukti. Kemampuan mencatat daftar bukti pencarian, menaksir alternatif dugaan,

dan menarik kesimpulan adalah sub-skill dari inferensi

d. Evaluasi adalah menilai kredibilitas pernyataan atau representasi lain yang

merupakan deskripsi persepsi seseorang, pengalaman, situasi, penilaian,

keyakinan, atau pendapat; dan untuk menilai kekuatan logis dari hubungan

inferensial yang sebenarnya atau yang dimaksudkan di antara pernyataan,

deskripsi, pertanyaan, atau bentuk representasi lainnya. Evaluasi memungkinkan

untuk menilai kredibilitas sumber informasi dan klaim yang dibuat.

Keterampilan ini digunakan untuk menentukan kekuatan atau kelemahan

argumen. Sub-skill dari evaluasi adalah kemampuan menilai kredibilitas klaim

dan penalaran induktif atau deduktif.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

28

e. Eksplanasi adalah penjelasan sebagai mampu menyajikan dengan meyakinkan

dan koheren sebagai hasil dari penalaran seseorang ini berarti individu mampu

untuk menjelaskan bukti, alasan, metode, asumsi, standar atau alasan untuk

keputusan, pendapat, keyakinan dan kesimpulan. Kemampuan penalaran

eksplanatif dilakukan sebelum membuat keputusan akhir tentang apa yang harus

dipercaya atau apa yang harus dilakukan. Keterampilan penjelasan yang kuat

memungkinkan individu untuk menemukan, untuk menguji dan

mengartikulasikan alasan untuk keyakinan, peristiwa, tindakan dan keputusan.

f. Regulasi diri berarti sadar diri untuk memantau aktivitas kognitif, unsur-unsur

yang digunakan dalam kegiatan tersebut, kemudian menerapkan keterampilan

dalam analisis, dan evaluasi terhadap penilaian inferensial seseorang dengan

pandangan terhadap pertanyaan, mengkonfirmasikan, memvalidasi, atau

mengoreksi salah satu alasan seseorang atau hasil seseorang. Terdapat dua sub-

skill dalam aspek ini adalah monitor diri dan koreksi diri.

Sedangkan, menurut Paul dan Elder (2017) terdapat aspek-aspek berpikir

kritis yang dinamakan Intellectual Standards of Critical Thinking, yaitu:

a. Kejelasan adalah standar penting pemikiran kritis. Kejelasan meliputi kejelasan

komunikasi yang berarti jelas dalam cara mengkomunikasikan pikiran,

keyakinan, dan alasan untuk keyakinan itu. Kemudian, kejelasan pemikiran juga

penting yang berarti mampu memahami dengan jelas apa yang dipercayai, dan

mengapa mempercayainya.

b. Precision melibatkan bekerja keras untuk menyelesaikan masalah yang ada di

depan pikiran dengan cara tertentu.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

29

c. Akurasi dilakukan untuk mencapai atau mendekati kebenaran, pemikir kritis

mencari informasi yang akurat dan memadai sebelum melakukan analisa.

d. Relevansi berarti informasi dan ide yang dibahas harus relevan secara logis

dengan masalah yang sedang dibahas.

e. Konsistensi adalah aspek kunci dari pemikiran kritis. Keyakinan kita harus

konsisten.

f. Kebenaran logis berarti bahwa seseorang terlibat dalam penalaran yang benar

dari apa yang dipercaya pada contoh yang diberikan, dan kepada kesimpulan

yang mengikuti dari keyakinan tersebut.

g. Kelengkapan berarti terlibat dalam pemikiran dan evaluasi yang mendalam dan

menyeluruh, menghindari pemikiran dan kritik yang dangkal dan dangkal.

h. Keadilan melibatkan upaya untuk berpikiran terbuka, tidak memihak, dan bebas

dari bias dan prakonsepsi yang mendistorsi pemikiran kita.

Ennis (dalam Schroeder, 2012) kemudian menyebutkan bahwa pemikir kritis

idealnya mempunyai 12 kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi

5 aspek kemampuan berpikir kritis, antara lain:

a. Elementary clarification (memberikan penjelasan dasar) yang meliputi, fokus

pada pertanyaan (dapat mengidentifikasi pertanyaan/masalah, dapat

mengidentifikasi jawaban yang mungkin, dan apa yang dipikirkan tidak keluar

dari masalah itu), Menganalisis pendapat (dapat mengidentifikasi kesimpulan

dari masalah itu, dapat mengidentifikasi alasan, dapat menangani hal-hal yang

tidak relevan dengan masalah itu), berusaha mengklarifikasi suatu penjelasan

melalui tanya-jawab.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

30

b. The basis for the decision (menentukan dasar pengambilan keputusan) yang

meliputi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,

mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

c. Inference (menarik kesimpulan) yang meliputi, mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil

induksi, membuat dan menentukan pertimbangan nilai.

d. Advanced clarification (memberikan penjelasan lanjut) yang meliputi,

mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi tersebut,

mengidentifikasi asumsi.

e. Supposition and integration (memperkirakan dan menggabungkan) yang

meliputi, mempertimbangkan alasan atau asumsi-asumsi yang diragukan tanpa

menyertakannya dalam anggapan pemikiran kita, menggabungkan kemampuan

dan karakter yang lain dalam penentuan keputusan.

Berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Facione (2011), Paul dan Elder

(2017), dan Ennis (dalam Schroeder, 2012) dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-

aspek berpikir kritis adalah analisis, interpretasi, inferensi, evaluasi, eksplanasi,

regulasi diri, kejelasan, precision, akurasi, relevansi, konsistensi, kebenaran logis,

kelengkapan, keadilan, elementary clarification, the basis for the decision,

inference, advanced clarification, supposition and integration. Pada penelitian ini,

peneliti memilih menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Facione (2011)

karena aspek tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap mahasiswa sebagai

pengguna aktif media sosial instagram.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

31

C. Dinamika Hubungan antara Berpikir Kritis dengan Literasi Informasi

pada Mahasiswa

Internet bagaikan rimba belantara informasi, begitupun media sosial (Banowo

dan Pradittya, 2010). Informasi yang telah terunggah dan dibaca oleh banyak orang

dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran, bahkan dapat memengaruhi

tindakan seseorang atau kelompok (Abner, Khaidir, Abdillah & Bimantoro, 2017).

Sangat disayangkan apabila informasi yang disampaikan tersebut adalah informasi

yang tidak akurat apalagi bohong. Berita bohong ini kemudian lebih dikenal dengan

sebutan hoaks. Hoaks berarti rencana untuk menipu seseorang (McIntosh, 2013)

dan penyebaran hoaks yang masif di instagram ini tentu sangat meresahkan apalagi

juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Beragamnya informasi yang

tersebar di instagram menuntut pengguna untuk dapat menentukan mana informasi

yang akurat dan mana informasi yang tidak akurat.

Weiner (dalam Mcmullin, 2018) menjelaskan bahwa berpikir kritis

merupakan disiplin khusus yang harus dimiliki individu. Dalam prosesnya, berpikir

kritis menggunakan prosedur yang hanya diketahui oleh individu karena dilakukan

secara mental dan berpikir kritis dapat meningkatkan status individu dengan fokus

pada hasil dalam hal ini dijelaskan pula bahwa literasi informasi menggunakan

proses yang lebih umum yang melibatkan teknik menghubungkan alat (komputer,

misalnya) dengan tindakan manusia. Temuan ini menunjukkan bahwa berpikir

kritis dengan literasi informasi mempunyai keterkaitan dalam fungsi kognitif

manusia. Beberapa penelitian lainnya menyatakan bahwa terdapat hubungan

langsung antara berpikir kritis dan literasi informasi. Seperti penelitian yang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

32

dilakukan oleh Chang (dalam Rezaee, dkk., 2016) yang menyatakan ada hubungan

yang signifikan dan langsung antara keterampilan berpikir kritis dan literasi

informasi. Kemampuan-kemampuan dalam beberapa aspek berpikir kritis

selanjutnya dirasa mampu meningkatkan literasi informasi mahasiswa dalam

menghadapi berita hoaks di instagram.

Interpretasi adalah memahami ungkapkan makna dari berbagai macam

pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, konvensi, keyakinan, aturan,

prosedur, atau kriteria (Facione, 2011). Interpretasi dapat dikatakan sebagai

tindakan paling dasar untuk memahami informasi yang datang, hal ini dikarenakan

informasi dapat hadir dalam proses komunikasi lisan, gerakan, atau melalui simbol

tertentu. Interpretasi yang benar tergantung pada pemahaman pesan dalam

konteksnya dan dalam hal siapa yang mengirimnya, dan untuk tujuan apa.

Interpretasi termasuk mengklarifikasi apa arti sesuatu atau seseorang,

mengelompokkan atau mengelompokkan informasi, dan menentukan pentingnya

suatu pesan (Facione 2011).

Sejak era media sosial berlangsung dan pengguna media harus memiliki akses

ke perangkat tertentu dan mengetahui cara mengoperasikan perangkat tersebut.

Tidak seperti media massa tradisional, maka seseorang harus selanjutnya

melibatkan kemampuan untuk menemukan konten yang relevan dengan mencari

dan memfilter melalui beragam informasi. Pada tahap inilah kemampuan

menafsirkan pesan diperlukan. Konten media bersifat interaktif, artinya

interaktivitas menjadi sifat dasar dari media digital yang membedakannya dari

media massa tradisional. Ini memungkinkan pengguna media rata-rata untuk

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

33

menyimpan, membuat catatan, mendistribusikan kembali, dan berbagi berbagai

bentuk informasi yang dulunya hanya dikonsumsi (Jenkins dalam Park, 2012).

Apabila mahasiswa mempunyai kemampuan interpretasi yang tinggi maka akan

dapat melihat informasi secara menyeluruh sesuai dengan konteksnya.

Aspek analisis didefinisikan sebagai kemampuan yang memungkinkan

individu untuk mengidentifikasi berbagai asumsi, alasan, klaim, dan untuk

memeriksa bagaimana mahasiswa berinteraksi dalam pembentukan argumen.

Aspek ini digunakan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai format.

Individu dengan kemampuan analisis yang kuat dapat mengerti pola dan perincian,

dapat mengidentifikasi elemen-elemen dari sebuah informasi dan menentukan

bagaimana elemen-elemen tersebut saling berinteraksi (Facione, 2011). Dalam hal

ini, apabila mahasiswa mempunyai kemampuan analisis yang tinggi maka semakin

mudah untuk mengumpulkan dan mengelola informasi yang didapat dari instagram.

Hal ini sesuai dengan penjelasan Azami dan Salehiniya (2016) bahwa literasi

informasi mahasiswa memiliki korelasi positif dengan komponen analisis dari

berpikir kritis (r = 16, p = 0,006). Selanjutnya, Eyvazi (dalam Rezaee, dkk., 2016)

yang menemukan dalam studinya bahwa berpikir kritis dan literasi informasi

memiliki hubungan yang signifikan dan langsung dengan analisis dan inferensi dari

seorang individu dengan literasi informasi yang tinggi dan rendah untuk literasi

informasi yang rendah. Penjelasan ini menunjukkan jika mahasiswa mempunyai

kemampuan analitis yang tinggi maka literasi informasinya akan semakin baik.

Tentu informasi ini tidak hanya semata-mata dianalisis namun mahasiswa perlu

mengetahui cara mengelola informasi dengan cara kreatif agar mendapat esensi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

34

informasi tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ward (dalam Wertz, dkk., 2013)

bahwa kemampuan literasi informasi membutuhkan lebih dari hanya sekedar

menganalisis informasi, individu harus tahu bagaimana mengelola informasi

dengan cara yang kreatif.

Aspek inferensi berarti kemampuan yang memungkinkan individu untuk

menarik kesimpulan dari alasan dan bukti. Inferensi menunjukkan konsekuensi

yang diperlukan atau yang sangat mungkin dari serangkaian fakta dan kondisi

tertentu. Kesimpulan, hipotesis, rekomendasi atau keputusan yang didasarkan pada

analisis yang salah, mis-informasi, data buruk atau evaluasi bias dapat berubah

menjadi keliru. Kemampuan untuk menarik kesimpulan dari alasan dan bukti ini

terbukti berpengaruh pada kemampuan literasi informasi mahasiswa. Hal ini

dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Azami dan Salehiniya (2016)

yang menunjukkan bahwa komponen inferensi mahasiswa memiliki korelasi positif

dengan literasi informasi (r = 0,12, p = 0,040). Apabila mahasiswa dapat menarik

kesimpulan berdasarkan alasan dan bukti maka akan dapat terhindar dari

misinformasi bahkan hoaks.

Kemudian, ketika menghadapi paparan informasi yang begitu banyak,

mahasiswa dituntut untuk melakukan evaluasi dan verifikasi informasi secara

efektif dan efisien dalam pengambilan keputusan untuk tentang apa yang harus

dipercayai atau dilakukan. Aspek evaluasi memungkinkan untuk menilai

kredibilitas sumber informasi dan klaim yang ada sebagai dasar menentukan

kekuatan atau kelemahan argumen (Facione, 2011). Dengan evaluasi, mahasiswa

dapat menilai kualitas informasi yang beredar di instagram berupa penjelasan,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

35

pendapat, opsi, keyakinan, ide, dan keputusan yang dimuat dengan format tulisan,

video, dan/atau musik. Selain itu, mahasiswa dapat menilai kualitas analisis,

interpretasi, penjelasan, dan kesimpulan, yang telah dilakukan. Penelitian Rezaee,

dkk., (2016) mengungkapkan hasil yang signifikan dan positif pada aspek evaluasi

dengan literasi informasi mahasiswa (r = 0,231 p = 0,001).

Selanjutnya, Eksplanasi didefinisikan sebagai penjelasan sebagai mampu

menyajikan dengan meyakinkan dan koheren sebagai hasil dari penalaran seseorang

ini berarti individu mampu untuk menjelaskan bukti, alasan, metode, asumsi,

standar atau alasan untuk keputusan, pendapat, keyakinan dan kesimpulan.

Kemampuan penalaran eksplanatif dilakukan sebelum membuat keputusan akhir

tentang apa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan. Keterampilan

penjelasan yang kuat memungkinkan individu untuk menemukan, untuk menguji

dan mengartikulasikan alasan untuk keyakinan, peristiwa, tindakan dan keputusan.

Eksplanasi dapat memperlihatkan kepaduan dan keteraturan pikiran

seseorang. Salah satu indikator dari eksplanasi adalah mampu mengungkapkan

hasil dengan kata-kata, hal ini dapat juga dilihat melalui kemampuan menulis.

Kusunarningsih (2018) mengungkapkan bahwa kepaduan sebuah paragraf dari

yang dibangun harus mempunyai hubungan timbal balik, teratur, tidak ada loncatan

pikiran dan dibutuhkan kalimat penjelas untuk menunjang kejelasan topik.

Penelitian yang sama mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara dan kemampuan menulis dengan literasi informasi.

Regulasi diri berarti sadar diri untuk memantau aktivitas kognitif, unsur-

unsur yang digunakan dalam kegiatan tersebut, kemudian menerapkan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

36

keterampilan dalam analisis, dan evaluasi terhadap penilaian inferensial seseorang

dengan pandangan terhadap pertanyaan, mengkonfirmasikan, memvalidasi, atau

mengoreksi salah satu alasan seseorang atau hasil seseorang. Terdapat dua sub-skill

dalam aspek ini adalah monitor diri dan koreksi diri. Rasooli (2016) mengatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara strategi regulasi diri dengan

literasi informasi, dapat disimpulkan bahwa regulasi diri berkaitan dengan

meningkatkan literasi informasi.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap aspek berpikir kritis

terbukti berpengaruh terhadap literasi informasi. Penelitian terdahulu memperkuat

pernyataan tersebut. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Wertz, dkk. (2013)

menyatakan adanya korelasi positif antara literasi informasi dan berpikir kritis

melalui analisis. Penelitian yang dilakukan Moradi, dkk. (2014) telah mengungkap

bahwa ada korelasi yang signifikan antara berpikir kritis dan skor literasi informasi.

Dijelaskan pula bahwa terdapat korelasi langsung dan signifikan antara analisis,

inferensi, penalaran deduktif dan induktif dengan literasi informasi. Maka, hal

tersebut dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi kemampuan berpikir kritis

mahasiswa maka semakin tinggi pula kemampuan literasi informasinya dalam

menghadapi berita hoaks di media sosial.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara

berpikir kritis dengan literasi informasi pada mahasiswa dalam menghadapi hoaks

di instagram. Semakin tinggi keterampilan berpikir kritis mahasiswa, maka semakin

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi informasi pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5064/3/BAB II.pdfAspek-aspek Literasi Informasi Mahasiswa Australian and New Zealand Institute

37

tinggi literasi informasi mahasiswa, demikian pula sebaliknya semakin rendah

keterampilan berpikir kritis mahasiswa, maka semakin rendah literasi informasi

mahasiswa.