bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori · 2017. 11. 21. · 7 bab ii tinjauan pustaka a....
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Pokok
Dalam proses menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh berbagai
pihak yang berkepentingan, akuntansi harus melewati beberapa
tahapan proses/dimulai dari proses pengumpulan data transaksi,
mengklarifikasi jenis transaksi, menganalisisnya, kemudian
meringankannya dalam catatan hingga melaporkan dalam bentuk
laporan keuangan yang dibutuhkan. Akuntansi adalah sebuah sistem
informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
Rudianto (2009:4)
Akuntansi pokok adalah sistem pembukuan (record/book-keeping-
system)yang mulai penjurnalan atas transaksi-transaksi akuntansi,
posting ke buku besar, neraca lajur, dan pada akhirnya menghasilkan
laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
periode tertentu. Hasil dari suatu proses akuntansi juga disebut dengan
laporan keuangan. Informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi
tersebut harus dapat menjawab kebutuhan umum pemakainya. Oleh
karena itu, laporan keuangan suatu perusahaan harus memiliki
kualitas yang diperlukan oleh berbagai pihak yang memerlukan
informasi keuangan. Kasmir (2014:7)
2. Fungsi dan Arti Penting Akuntansi
Fungsi dasar akuntansi adalah menyediakan informasi dana suatu
entitas atau unit organisasi. Dengan informasi tersebut pemilik serta
pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dapat
mengetahui informasi tentang kondisi maupun perkembangan
perusahaan. Akuntansi sebagai sistem informasi terdiri dari 3 fungsi
utama berurutan yaitu:
a. Fungsi penginputan; akuntansi menyiapkan input secara memdai.
Input akuntansi berupa transaksi (transactions), yaitu peristiwa
atau kejadian yang menyebabkan perubahan dana.
b. Fungsi pemprosesan; akuntansi mengolah setiap input dalam
rangka menghasilkan informasi yang berkualitas. Proses dasar
c. berupa pencatatan yang terdiri dari penjualan (journalizing) dan
pemindah bukuan (posting).
8
d. Fungsi peng-output-an; akuntansi menyajikan informasi dan sesuai
kebutuhan pengguna agar dapat bermanfaat dalam pengambilan
keputusan. Warsono (2013:1)
3. Persamaan Akuntansi
“Suatu persamaan yang menunjukan bahwa jumlah semua asset atau
sumber-sumber yang tercantum pada sisi kiri adalah berasal dari kreditur dan
pemilik yang tercantum pada sisi kanan. Sebaliknya jumlah kontribusi
kreditur dan pemilik harus sama dengan jumlah asset perusahaan.” Jusup
(2012: 28)
Setiap transaksi keuangan dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
akuntansi, oleh karena itu persamaan tersebut dapat digunakan untuk
mencatan semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Persamaan
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan:
a. Aset merupakan kebiasaan untuk menempatkan kewajiban (utang)
sebelum ekuitas (modal).
b. Kewajiban (utang) adalah kewajiban yang harus dipenuhi pada saat
yang telah ditentukan.
c. Ekuitas (modal) merupakan hak milik atas harta perusahaan setelah
dikurangi kewajiban (utang).
Persamaan akuntansi menunjukkan posisi keuangan perusahaan ata
dengan kata lain persamaan akuntansi adalah persamaan yang
menyatakan bahwa jumlah aset selalu sama dengan jumlah pasiva.
Rudianto (2009:4)
4. Mekanisme Debit Kredit dalam Pencatatan Akuntansi
a. Definisi Transaksi
Bagi perusahaan, transaksi yang merupakan input di akuntansi
dapat didefinisikan sebagai setiap peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan perubahan dana perusahaan. Sebagai catatan,
transaksi tidak selalu melibatkan uang tunai karena dana
perusahaan dapat beragam. Yang termasuk transaksi adalah
kegiatan bisnis yang dilakukan secara barter dan kredit. Warsono
(2013:7)
Aset = Kewajiban(Utang) + Ekuitas(Modal)
9
b. Sistem Pencatatan Berpasangan
Analisis fakta atas transaksi selalu menyebabkan terjadinya
minimal dua perubahan yang sifatnya berpasangan. Jika perubahan
terjadi di sisi yang sama (misalkan elemen aset dan beban) maka
perubahan selalu bersifat berlawanan (penambahan dengan
pengurangan), sedangkan jika perubahan di sisi yang berbeda
(isalnya elemen aset dan liabilitas) maka perubahan selalu bersifat
sama (penambahan dengan penambahan, atau pengurangan dengan
pengurangan). Secara teknis, sistem pencatatan berpasangan
diwujudkan memalui penerapan mekanisme debit kredit. Warsono
(2013:10)
c. Saldo Normal
Berikut ini adalah saldo normal setiap perkiraan menurut
klasifikasinya:
Tabel 1
Saldo Normal
Perkiraan Saldo
Normal Menambah Mengurangi
Aktiva Debit Debit Kredit
Hutang Kredit Kredit Debit
Modal Kredit Kredit Debit
Pendapatan Kredit Kredit Debit
Biaya Debit Debit Kredit
Sumber: Badriyah (2015:42)
5. Akuntansi Perhotelan
Akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi yang diterapkan di
industri perhotelan. Setiap industri memiliki keunikan tersendiri
(business peculiarities) dalam operasionalnya. Oleh karena
keunikannya itu maka setiap industri memerlukan penangan akuntansi
keuangan yang juga unik. Pada industri perhotelan, perputaran
transaksi terjadi relatif cepat dibanding perputaran transaksi pada
industri lain namun dengan nominal yang relatif kecil pada setiap
transaksinya. Dalam tinjauan akuntansi keuangan hotel dikaji pos-pos
neraca, rugi laba, dan laporan arus kas hotel. Wiyasha (2014:2)
Biaya-biaya yang terjadi di hotel dapat dikelompokkan pada biaya
tenaga kerja, bahan baku, dan overhead. Dalam menentukan harga
pokok makanan dan minuman, hanya biaya bahan baku makanan dan
minuman yang dibebankan sebagai harga pokok untuk setiap produk.
Sebagai ilustrasi, misalnya nasi goreng, harga pokok per porsinya
adalah semua bahan baku yang digunakan untuk memproduksi nasi
10
goreng itu. Biaya tenaga kerja dan overhead akan diperhitungkan pada
akhir periode akuntansi sebagai beban restoran. (2014:8)
Manajemen akuntansi memiliki teknik akuntansi biaya yang
penekanannya pada akuntansi pertanggungjawaban. Akuntansi
pertanggungjawaban yang berhubungan dengan pengendalian biaya
adalah, misalnya, biaya langsung yang terjadi di dapur,
pertanggungjawaban manajer dapur. Dengan akuntansi
pertanggungjawaban, biaya-biaya tidak langsung seperti biaya bunga,
depresiasi, dan amortisasi dialokasikan ke departemen hotel sesuai
dengan pendekatan yang disepakati, seperti secara langsung atau tidak
langsung, dan merupakan biaya pertanggungjawaban setiap
departemen hotel. Dalam upaya menerapkan akuntansi
pertanggungjawaban, hotel memiliki ukuran-ukuran baku (standar).
Standar yang dimaksud adalah standard food cost, standard beverage
cost, standard purchase specifications, standard glassware, dan
standard portion size. Ringkasnya akuntansi biaya yang diterapkan
pada industri perhotelan dimaksudkan untuk mengendalikan semua
biaya operasional yang terjadi dan pertanggungjawaban yang jelas
untuk semua departemen hotel.
6. Pencatatan Akuntansi Berbasis Akun
a. Definisi dan Fungsi Akun
Dari perspektif matematika, akun merupakan penjabaran dari sebuah
elemen dipersamaan akuntansi. Dengan kata lain, sebuah elemen
dipersamaan akuntansi lazimnnya terdiri dari banyak akun. Dari
dimensi fungsi, akun merupakan wadah untuk menampung semuah
perubahan yang terjadi disebuah bentuk penggunaan atau sumber
perolehan dana. (Warsono, 2013:25)
b. Format Akun
Format atau bentuk akun dapat dirancang/direkayasa sesuai
kebutuhan. Berikut ini format akun yang lazim digunakan dalam
praktik, yaitu:
1) Format T.
2) Format saldo debet kredit.
3) Format saldo berjalan.
Warsono (2013:26)
c. Ragam Akun
Dalam sebuah laporan keuangan, terutama di perusahaan besar,
beragam akun dapat disajikan. Namun demikian, akun-akun tersebut
pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
11
kelompok. Salah satu pengklasifikasian yang lazim digunakan
adalah berdasarkan induknya, yaitu elemen-elemen di persamaan
akuntansi. Berikut ini adalah ulasan sekilas tentang akun-akun
berdasarkan kelompok elemen dipersamaan akuntansi. Warsono
(2013:26)
1) Akun-Akun Elemen Aset
Elemen aset meliputi beragam bentuk dana yang mencerminkan
sumberdaya, yaitu bentuk dana yang masih memberi manfaat
dimasa datang. Aset lazimnya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
aset lancar (current assets) dan aset tidak lancar (non-current
assets). Berdasar prinsip dasar akuntansi, aset diklasifikasikan
sebagai aset lancar jika sumberdaya tersebut dapat
dikonversikan menjadi kas atau memiliki masa manfaat kurang
dari 1 periode akuntansi dan sebaliknya untuk aset tidak lancar.
Berikut ini merupakan akun-akun asset lancar berdasarkan
klasifikasinya:
Tabel 2
Akun-Akun Aset
Aset Lancar
Kas
Piutang usaha/dagang
Supplies
Dibayar dimuka sewa gudang
Aset Tidak Lancar
Tanah
Bangunan
Peralatan
Sumber: Warsono (2013:27)
2) Akun-Akun Elemen Beban
Elemen beban menggambarkan bermacam-macam penggunaan
dana yang sudah habis masa manfaatnya karena telah dikonsumsi
kegunaannya dalam rangka kegiatan usaha perusahaan. Sebagian
perusahaan mengklasifikasikan beban menjadi 2, yaitu (a) Beban
Operasional (mencerminkan berbagai bentuk dalam rangka
kegiatan operasi) dan (b) Beban Non-operasional (mencerminkan
ragam beban untuk kegiatan lain-lain). Berikut ini ialah akun-
akun beban berdasarkan klasifikasinya:
Tabel 3
Akun-Akun Beban
12
Beban Operasional
Beban gaji
Beban listrik
Beban penyusutan
Bebab Non-operasional
Rugi penjualan aset tetap
Beban lain-lain
Sumber: Warsono (2013:28)
3) Akun-Akun Pengembalian ke Pemilik
Elemen pengembalian ke pemilik (Pp) mencerminkan bentuk
dana yang diserakan ke pemilik. Dua akun yang lazimnya dibentuk
untuk mencerminkan pengembalian ke pemilik, yaitu akun prive untuk
menampung pengembalian dana ke pemilik di perusahaan perseroan
atau persekutuan, dan akun dividen untuk menampung pengembalian
dana ke pemilik di perusahaan perseroan. Warsono (2013:30)
4) Akun-Akun Liabilitas
Elemen liabilitas menggambarkan bermacam-macam sumber
pemerolehan dana yang berasal dari pihak lain yang mana pelunasan
akan dilakukan pada waktu yang ditetapkan. Liabilitas diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu liabilitas lancar (current liabilities) dan liabilitas
jangka panjang. Berdasarkan prinsip dasar di akuntansi, liabilitas
diklasifikasikan sebagai liabilitas lancar jika pelunasan akan dilakukan
dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun, dan sebaliknya untuk liabilitas
jangka panjang. Berikut ini merupakan akun-akun liabilitas
berdasarkan klasifikasinya:
Tabel 4
Akun-Akun Liabilitas
Liabilitas lancar (Current Liabilities)
Utang usaha
Utang wesel
Diterima di muka pendapatan sewa
Liabilitas Jangka Panjang
Utang hipotek
Utang koperasi
Sumber: Warsono (2013:28)
5) Akun-Akun Penghasilan
13
Elemen Penghasilan menggambarkan bermacam-macam
sumber pemerolehan dana yang berasal dari kegiatan usaha
perusahaan. Sebagaimana beban, perusahaan lazimnya
mengklasifikasikan penghasilan menjadi 2, yaitu (a)
Penghasilan perasional (mencerminkan penghasilan-penghasian
yang diperoleh dari kegiatan operasi) dan (b) Penghasilan non-
operasional (mencerminkan ragam penghasilan dari kegiatan
lain-lain). Warsono (2013:29)
Tabel 5
Akun-Akun Penghasilan
Penghasilan Operasional
Pendapatan usaha
Penjualan
Penghasilan Non-Operasional
Untung penjualan aset tetap
Pendapatan lain-lain
Sumber: Warsono (2013:29)
6) Akun-Akun Ekuitas
Ekuitas menggambarkan bermacam-macam sumber
pemerolehan dana yang berasal dari lain-lain, selain dari
liabilitas dan penghasilan. Komponen utama ekuitas adalah
modal (capital) yang merupakan setoran dari pemilik. Oleh
karena itu, kadang-kadang terdapat persepsi yang kurang tepat
untuk menyamakan modal dan ekuitas. Sekali lagi, modal
merupakan bagian dari ekuitas.
Tabel 6
Akun-Akun Ekutas
Ekuitas
Modal saham
Premium modal saham (Agio saham/Pemasukan tambahan
di modal)
Saldo laba (Laba ditahan)
Sumber: Warsono (2013:29)
d. Siklus Akuntansi
Satu periode akuntansi dapat bervariasi baik dalam rentang
waktu minggu, bulan, tahun dan sebagainya maupun tanggal
awal dan akhir ( 1 Juni – 30 Juni, 1 Januari – 31 Desember dan
sebagainya). Satu siklus akuntansi dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
14
1) Siklus akuntansi selama periode berjalan terdiri dari
aktivitas untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi
selama periode berjalan, dan
2) Siklus akuntansi pada akhir periode terdiri dari urutan
aktivitas dalam rangka penyusunan lalporan keuangan.
Warsono (2013:2)
Pada siklus akuntansi periode berjalan memiliki tahapan-
tahapan, yaitu:
Sebelum ke tahap-tahap pada siklus akuntansi periode
berjalan, maka hal yang perlu dilakukan adalah penyiapan
transaksi. Penyiapan transaksi yaitu tahap penginputan yang
menjadikan transaksi siap untuk diolah oleh akuntansi. Input
akuntansi disebut juga transaksi yang merupakan kejadian
yang menyebabkan terjadinya perubahan dana. Penyiapan
transaksi memiliki 3 fungsi, yaitu:
1) Fungsi pengidentifikasian, yaitu mengidentifikasi apakah
peristiwa tersebut memenuhi syarat sebagai transaksi.
Pengidentifikasian transaksi dimana perusahaan harus
mengidentifikasi peristiwa bisnis apakah termasuk
transaksi ataukah non-transaksi. Disebut transaksi jika
memenuhi 2 kriteria yaitu menyebabkan perubahan dana
dan dapat diukur menggunakan satuan uang/moneter.
Sedangkan non-transaksi tidak diproses oleh akuntansi.
Contohnya: pelanggan menanyakan tarif jasa konsultasi,
pemindahan barang ke gudang, perhitungan perkiraan upah
lembur untuk 1 bulan berikutnya dan hal-hal lain yang tidak
termasuk 2 kriteria yang telah disebutkan pada kriteria
transaksi. Transaksi juga dikategorikan menjadi 2 kategori,
yaitu:
a) Transaksi ekternal, yaitu transaksi melibatkan pihak
eksternal. Misalnya, penjualan tunai ke pelanggan,
setoran modal oleh pemegang saham dan pembayaran
gaji karyawan.
b) Transaksi internal, yaitu transaksi yang hanya
melibatkan pihak perusahaan saja. Misalnya,
pengakuan aset yang berubah menjadi beban dan
pengakuan beban kerugian piutang tak tertagih.
2) Fungsi pengukuran, yaitu pengukuran transaksi
menggunakan alat ukur tertentu. Pengukuran transaksi
merupakan salah satu fungsi yang penting di akuntansi.
Apabila pengukuran tidak tepat dan tidak akurat maka akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat menyesatkan.
15
Sejauh ini satuan ukuran yang digunakan dalam akuntansi
adalah unit moneter atau satuan uang. Pengukuran di
akuntansi dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a) Perhitungan nilai moneter, yaitu menghitung besarnya
nilai moneter suatu transaksi. Pengukuran ini biasanya
dilakukan untuk transaksi yang melibatkan pihak
eksternal.
b) Penetapan nilai moneter, yaitu menetapkan besarnya
nilai moneter suatu transaksi. Pengukuran ini biasanya
dilakukan untuk transaksi yang bersifat internal.
3) Fungsi pendokumentasian, yaitu merekam transaksi ke
dokumen atau bukti. Transaksi yang telah diukur
menggunakan satuan moneter selanjutnya direkam kedalam
dokumen yang biasa disebut buti transaksi yang berfungsi
untuk merekam transaksi, mengurangi kemungkinan
kesalahan, menetapkan tanggung jawab atas timbulnya
transaksi serta menyampaikan informasi kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
Dilihat dari sumber pembuatannya bukti transaksi berasal
dari internal yang mana bukti transaksi dibuat oleh
perusahaan sendiri. Misalnya surat gaji dan faktur
penjualan. Bukti transaksi juga berasal dari eksternal yang
dibuat oleh pihak luar dan diterima oleh perusahaan.
Contoh: faktur pembelian dan bukti pelunasan utang dari
pelanggan.
Dilihat dari perananannya bagi akuntansi, bukti transaksi
berperan sebagai dokumen sumber atau dasar untuk
pencatatan, misalnya kuitansi pembayaran dan faktur
penjualan. Bukti transaksi juga berperan sebagai dokumen
pendukung yang mendukung keberadaan dokumen sumber,
misalnya bukti pengiriman barang digunakan sebagai
pendukung dalam pembuatan faktur penjualan dan daftar
tarif upah sebagai pendukung pencatatan gaji karyawan.
(Warsono, 2013:53)
4) Peringkasan transaksi dilakukan dengan cara yang
sistematis yang biasa disebut jurnal. Penjurnalan disebut
sistematis karena berlandaskan pada sistem pencatatan
berpasangan yang menuntut terjadinya 2 hal, yaitu minimal
dua akun berubah dan total perubahan nilai moneter dicatat
16
secara seimbang di kedua sisi (debet dan kredit). (Warsono,
2013:66)
Jurnal di bagi menjadi jurnal umum dan jurnal
khusus. Jurnal umum adalah jurnal yang digunakan untuk
mencatat segala bentuk transaksi keuangan. (Jusup,
2012:414)
Tabel 7
Jurnal Umum
Tanggal Keterangan Ref Jumlah
Debet Kredit
Rp …. Rp ….
Sumber: Jusup (2012:128)
Sedangkan jurnal khusus merupakan jurnal yang
khusus digunakan untuk mencatat kelompok transaksi-
transaksi sejenis. Jurnal khusus dibagi menjadi 4 jurnal ,
yaitu:
a) Jurnal Penjualan
Jurnal penjualan merupakan jurnak khusus
yang biasa digunakan sebagai pencatatan transaksi
penjualan secara kredit saja sebab penjualan tunai
terjadi penerimaan kas yang seharusnya dicatat di
jurnal penerimaan kas (Jusup, 2012:399).
Tabel 8
17
Jurnal Penjualan
Tanggal Keterangan Nomor
Bukti
Piutang
Dagang
Debit
Penjualan
Tunai
Kredit
Lain-lain Hasil
Penjualan
Kredit No.
Rek. Jumlah
Sumber: Mulyadi (2014:108)
b) Jurnal Pembelian
“Sama halnya dengan jurnal penjualan, jurnal
pembelian hanya mencatat transaksi pembelian secara
kredit.” Jusup (2012:410). Berikut di bawah adalah
format jurnal pembelian:
Tabel 9
Jurnal Pembelian
Tanggal Keterangan Nomor
Bukti
Persediaan
Debit
Utang Dagang
Kredit
Lain-lain
No.
Rek Jumlah
Sumber: Mulyadi (2014:109)
c) Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal penerimaan kas disediakan khusus untuk
mencatat penerimaan kas. Pada perusahaan
dibagi menjadi tiga golongan yaitu penerimaan
kas dari penjualan tunai, penerimaan kas dari
debitur yang membayar kewajibannya, dan
penerimaan kas dari sumber lain-lain. Jusup
(2012:405)
18
Tabel 10
Jurnal Penerimaan Kas
Tanggal Keterangan Nomor
Bukti
Kas
Debit
Piutang
Dagang
Kredit
Penjualan
Tunai
Kredit
Lain-lain
No.
Rek Jumlah
Sumber: Mulyadi (2014:110)
d) Jurnal Pengeluaran Kas
“Jurnal pengeluaran kas hanya mencatat
transaksi pengeluaran kas saja.” (Jusup, 2012:410).
Berikut ini format jurnal pengeluaran kas:
Tabel 11
Jurnal Pengeluaran Kas
Tanggal Keterangan Nomor
Bukti
Utang
Dagang
Debit
Lain-lain Kas
Kredit No. Rek Jumlah
Sumber: Mulyadi (2014:106)
5) Pengklasifikasian Transaksi: Pemindah-bukuan
Fungsi pemindah-bukuan (posting) adalah
mengkalsifikasi/menggolongkan hasil pencatatan yang bersal
dari penjurnalan. Karena penyusunan informasi berbasis akun
maka pemindah-bukuan atau pengklasifikasian juga dilakukan
berdasar akun. Pemindah-bukuan (posting) adalah
19
“memindahkan” akun-akun yang tercantum di buku jurnal kea
kun-akun yang sama di buku besar (ledgers). Warsono (2013:68)
“Buku besar merupakan kumpulan rekening-rekening
yang digunakan untuk menyortasi dan meringkas informasi yang
telah dicatat dalam jurnal.” Mulyadi (2014:121)
Tabel 12
Buku Besar
Akun:….. No:…..
Tanggal Keterangan Ref. Debet Kredit Jumlah
Debet Kredit
Sumber: Jusup (2012:142)
6) Buku Pembantu
“Buku pembantu adalah suatu cabang dari buku besar yang
berisi rincian rekening tertentu yang ada dalam buku besar, yang
dibentuk untuk memudahkan dan mempercepat penyusunan
laporan dan neraca percobaan.” Mulyadi (2014:139)
7) Pembuatan Daftar Saldo Percobaan
Tahap pertama dalam siklus akuntansi akhir periode
adalah penyusunan daftar saldo sebelum penyesuaian
disebut juga daftar saldo percobaan. Daftar saldo
percobaan berisi saldo setiap akun yang terdapat di buku
besar utama. Tujuan membuat daftar saldo percobaan
adalah mengetahui saldo masing-masing akun dan
mengecek terjaganya keseimbangan persamaan yang
mencerminkan hukum dana. Warsono (2013:90)
8) Pencatatan Penyesuai
20
“Pencatatan penyesuai dilakukan untuk menjadikan semua
transaksi yang terjadi dalam satu periode telah terekam dan
tercatat.” Warsono (2013:101)
Adapun contoh kasus dalam penghitungan penyesuaian
pada aktiva tetap, contoh: Pada 3 Maret 2014, PT Adi Karya
Makmur membeli mobil dengan harga perolehan sebesar
Rp 350.000. Taksiran umur ekonomis mesin tersebut
adalah 20 tahun dengan nilai residu Rp 15.000. Dengan
demikian, besar biaya penyusutan mobil per tahun dapat
dihitung dengan cara berikut:
Biaya penyusutan per tahun = Rp 350.000– Rp 15.000
20
= Rp 16.750
Warsono (2013:102)
9) Pembuatan Daftar Saldo Setelah Penyesuaian
“Daftar saldo setelah penyesuaian berisi saldo akun-akun
pada tanggal tertentu yang ada di buku besar utama setelah
dilakukan pembaruan karena terjadi pencatatan penyesuaian.”
Warsono (2013:99)
10) Penyajian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
suatu periode tertentu. Kondisi perusahaan pada saat ini
adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan
laba rugi). Kasmir (2014:7)
a) Tujuan Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan suatu perusahaan
pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.
Laporan keuangan mampu memberikan informasi
keuangan kepada pihak dalam maupun luar perusahaan
yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
Kasmir (2014:10)
21
b) Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu output
akuntansi. Terdapat empat macam laporan keuangan
yang banyak dikenal, yaitu:
(1) Laporan laba/rugi
(2) Laporan perubahan ekuitas
(3) Neraca
(4) Laporan arus kas
Warsono (2013:111)
11) Penyajian Laporan Laba/Rugi
“Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan
jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-
biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode
tertentu.” Kasmir (2014:45)
“Laporan laba/rugi disusun untuk menggambarkan hasil
operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Laporan
laba/rugi menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi
perusahaan dalam mencapai tujuannya.” Jusup (2012:29-30).
Terdapat 2 (dua) bentuk laporan lab/rugi, yaitu:
“Bentuk tunggal (single step); laba/rugi disajikan dengan
cara menjumlahkan semua penghasilan dan menguranginya
dengan semua beban tanpa memisahkan jenis laba/rugi dari
kegiatan operasional dan non-operasional.” Jusup (2012:29-30)
Berikut contoh bentuk laporan laba rugi single step:
Tabel 13
PT Roy Akase, Tbk
Per 31 Desember 2007
Komponen Jumlah
22
Pendapatan pokok (operasional) xxxxx
Pendapatan diluar usaha pokok xxxx
Total Pendapatan xxxxx
Harga pokok penjualan Rp xx
Biaya pokok Rp xx
Biaya diluar usaha pokok Rp x
Total Biaya xxxxxx
Laba bersih sebelum pajak (EBT) Xxxxx
Pajak Xx
Laba bersih sesudah pajak (EAT) Xxxxxxx
Earning per Share
Sumber: Kasmir (2014:50)
a) Bentuk majemuk (multi step); laporan laba/rugi
disajikan dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi
pertama diperoleh dari kegiatan operasional (selisih
antara penghasilan operasional dan beban operasional).
Klasifikasi selanjutnya, laporan menyajikan laba/rugi
yang diperolah dari kegiatan non-operasional.
Warsono (2013:113)
Contoh berikut laporan laba rugi multiple step:
Tabel 14
PT Roy Akase, Tbk
Laporan Laba Rugi Per 31 Desember 2007
Komponen Jumlah
Total penjualan (operasional) xxxxx
Harga pokok penjualan xxxx
Laba Kotor Operasional xxxxx
Biaya Operasi
Biaya umum dan administrasi xxx
Biaya penjualan xxx
Biaya lainnya xxx
Total Biaya Operasi xxxx
Laba Bersih Operasional xxxxx
Pendapatan non-operasi xxxx
Biaya non-operasi xxx
Laba bersih sebelum pajak (EBT) xxxx
23
Pajak x
Laba bersih sesudah pajak (EAT) xxxxxx
Earning per Share
Sumber: Kasmir (2014:51)
12) Pencatatan Penutup
Setelah penyusunan laporan laba/rugi, akun-akun nominal
disebut akun sementara (temporary accounts) dipindahkan ke
elemen ekuitas. Tiga elemen nominal di persamaan akuntansi,
yaitu:
a) Penghasilan,
b) Beban, dan
c) Pengembalian ke pemilik
Warsono (2013:114)
Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat pada akhir
periode untuk memindahkan saldo perkiraan sementara, yaitu
perkiraan pendapatan, beban, dan prive ke dalam perkiraan
modal. Berikut ini contoh bentuk jurnal penutup:
Tabel 15
PT Adil Seimbang
Jurnal Penutup
Tahun 2012
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des Pendapatan
Ikhtisar Laba Rugi
Ikhtisar Laba Rugi
Beban ….
Beban ….
Beban ….
Ikhtisar Laba Rugi
Saldo laba
Saldo laba
Dividen
Sumber: Warsono (2013:115)
13) Penyajian Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi
jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini
juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya
24
perubahan modal di perusahaan. Laporan ini baru dibuat bila
memang ada perubahan modal. Kasmir (2014:30).
Berikut contoh bentuk laporan perubahan modal:
Tabel 16
Laporan Perubahan Modal
Untuk Bulan yang Berakhir Tanggal 30 April 2010
Modal, 1 April 2010 Rp ……
Ditambah: Investasi awal Rp …..
Laba Bersih Rp …..
Rp ……
Dikurangi: Pengambilan Prive Rp ……
Modal, 30 April 2010 Rp ……
Sumber: Jusup (2012:208)
14) Neraca
Neraca merupakan ringkasan laporan keuangan. Artinya
laporan keuangan disusun secara garis besarnya dan tidak
mendetail. Setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan
laporan keuangan dalam bentuk neraca. Neraca biasanya
disusun pada periode tertentu. Namun, juga dapat dibuat pada
saat tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila
diperlukan. Kasmir (2014:30)
Dalam praktiknya terdapat beberapa bentuk neraca, yaitu:
a) Bentuk skontro (account form);
Neraca dalam bentuk skontro merupakan neraca yang
bentuknya seperti huruf “T”. Dalam bentuk ini neraca dibagi
ke dalam dua posisi, yaitu disebelah kiri berisi aktiva dan
disebelah kanan berisi kewajiban dan modal. Bentuk neraca
ini sering pula disebut dengan bentuk horizontal. Kasmir
(2014:36).
Contoh neraca bentuk skontro atau horizontal adalah
sebagai berikut:
Tabel 17
PT Roy Akase, Tbk
Neraca Per 31 Desember 2007
AKTIVA PASIVA
25
Aktiva Lancar Utang Lancar
Kas xx Utang wesel xx
Bank xx Utang dagang xx
Surat-surat berharga xx Utang Bank 1 tahun xx
Piutang xx Utang pajak xx
Sediaan xx Utang lain-lain xx
xx xx
Aktiva Tetap Utang Jangka Panjang
Tanah xx Obligasi xx
Bangunan xx Hipotek xx
Mesin-mesin xx Utang Bank 3 tahun xx
Peralatan xx xx
xx
Aktiva Lainnya Ekuitas
Gedung dalam Proses xx Modal Setor xx
Laba ditahan xx
xx xx
Total Aktiva xx Total Pasiva xx
Aktiva Lainnya Ekuitas
Gedung dalam Proses xx Modal Setor xx
Laba ditahan xx
xx xx
Total Aktiva xx Total Pasiva xx
Sumber: Kasmir (2014:37)
b) Bentuk laporan (report form)
Necara bentuk laporan sering disebut bentuk vertikal.
Dalam bentuk laporan isi neraca disusun dari atas terus ke
bawah, yaitu mulai dari aktiva lancer seperti kas, bank, efek
ialah komponen aktiva tetap, komponen aktiva lainnya,
komponen kewajiban lancar, komponen utang jangka
panjang dan terakhir adalah komponen modal (ekuitas).
Kasmir (2014:36)
Contoh neraca bentuk laporan atau vertical, sebagai
berikut:
Tabel 18
PT Roy Akase, Tbk
Neraca Per 31 Desember 2007
Aktiva Lancar
26
Kas xxx
Bank xxx
Surat-surat berharga xxx
Piutang xxx
Sediaan xxx
Total Aktiva Lancar xxx
Aktiva Tetap
Tanah xxx
Bangunan xxx
Mesin-mesin xxx
Peralatan xxx
Total Aktiva Tetap xxx
Aktiva Lainnya
Gedung Dalam Proses xxx
Total Aktiva Lainnya xxx
Total Aktiva xxx
Utang Lancar
Utang wesel xxx
Utang dagang xxx
Utang Bank 1 tahun xxx
Utang pajak xxx
dan lain-lain xxx
Total Utang Lancar xxx
Utang Jangka Panjang
Obligasi xxx
Hipotek xxx
Utang Bank 3 tahun xxx
Total Utang Jangka Panjang xxx
Ekuitas
Modal Setor xxx
Cadangan laba xxx
Total Modal xxx
27
Total Pasiva xxx
Sumber: Kasmir (2014:38)
15) Penyajian Laporan Arus Kas
“Laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan
informasi selama satu periode tentang beragam perubahan dan
aktivitas yang melibatkan sumber daya kas.” Warsono
(2013:111)
Laporan arus kas merpakan laporan yang menunjukkan
semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik
yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
kas. Laporan kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama
periode laporan. Laporan kas terdiri dari arus kas masuk (cash
in) dan arus kas keluar (cash out). Kasmir (2014:30)
Berikut contoh bentuk laporan arus kas:
Tabel 19
PT Adil Seimbang
Tahun 2012
Keterangan Penerimaan Kas Pengeluaran Kas Saldo
Arus Kas dari Aktivitas
Operasi:
Penjualan Tunai xxx xxx
Gaji Karyawan xxx
Aliran Kas Bersih Aktivitas
Operasi xxx xxx xxx
Arus Kas dari Aktivitas
Investasi:
Penjualan Mesin xxx
Pembelian Mesin Tunai xxx
28
Aliran Kas Bersih dari
Aktivitas Investasi xxx xxx Xxx
Aliran Kas dari Aktivitas
Pendanaan:
Pinjaman Hipotek xxx
Pelunasan dan Angsuran
Pinjaman xxx
Aliran Kas Bersih dari
Aktivitas Pendanaan xxx xxx Xxx
Kenaikan/Penurunan Bersih
Kas Xx
Sumber: Warsono (2013:119)
16) Pencatatan Pembalik
Pencatatan pembalik adalah pencatatan yang
dimaksudkan untuk “membalik” beberapa pencatatan yang
dilakukan di pencatatan penyesuai. Dengan pencatatan
pembalik ini maka pencatatan penyesuai atas beberapa akun
“seakan-akan dibatalkan”. Pencatatan penyesuai yang dapat
dibalik adalah yang terkait dengan transaksi-transaksi yang
membawa konsekuensi di periode berikutnya. Warsono
(2013:119)
7. Kode Rekening
Kode adalah suatu rerangka yang menggunakan angka atau huruf atau
kombinasi antara angka dan huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi
yang sebelumnya telah dibuat. Kode ini memudahkan identifikasi dan
pembedaan elemen-elemen yang ada di dalam suatu klasifikasi.
a. Tujuan Kode
Dalam sistem pengolahan data akuntansi, kode harus memenuhi
berbagai tujuan berikut ini:
1) Mengidentifikasi Data Akuntansi Secara Unik
29
Data akuntansi perlu diberi identifikasi secara unik agar dapat
dilakukan pencatatan, klasifikasi, penyimpanan, serta pengambilan data
tersebut dengan benar.
2) Meringkas Data
Kode menjadikan data akuntansi lebih ringkas sehingga hanya
memerlukan lebih sedikit ruang dalam pencatatannya.
3) Mengklasifikasikan Rekening atau Transaksi
Dalam mengolah data akuntansi, kode digunakan untuk
menunjukkan masuk ke dalam klasifikasi apa suatu rekening atau
transaksi dikelompokkan.
4) Menyampaikan Makna Tertentu
Dengan kode dapat menyampaikan informasi yang bermakna
tertentu. Mulyadi (2014:127)
b. Metode Pemberian Kode Rekening
Pemberian kode rekening pada umumnya didasarkan pada
rerangka pemberian kode tertentu, sehingga memudahkan pemakai
dalam penggunaannya. Ada 5 (lima) metode pemberian kode
rekening:
1) Kode Angka atau Alfabet Urut
Dalam metode pemberian kode ini, rekening buku besar
diberi kode angka atau huruf yang berurutan. Kelemahan metode
ini adalah jika terjadi perluasan jumlah rekening akan
mengakibatkan perubahan menyeluruh terhadap kode rekening
yang mempunyai kode angka yang lebih besar. Contoh Kode
Angka Urut sebagai berikut:
Tabel 20
Kode Angka atau Alfabet Urut
Kode Akun Golongan Akun
30
1 Kas dan bank
2 Investasi sementara
3 Piutang
4 Cadangan kerugian piutang
5 Persediaan produk jadi
Mulyadi (2014:129)
2) Kode Angka Blok
Dalam metode ini, rekening buku besar dikelompokkan
menjadi beberapa golongan dan setiap golongan disediakan satu
blok angka yang berurutan untuk memberi kodenya. Contoh
Kode Angka Blok sebagai berikut:
Tabel 21
Kode Angka Blok
Kode Akun Golongan Akun
1-24 Aktiva Lancar
23-39 Investasi jangka Panjang
40-69 Aktiva Tetap Berwujud
70-79 Aktiva Tidak Berwujud
80-89 Aktiva Lain-Lain
Mulyadi (2014:130-131)
3) Kode Angka Kelompok
Kode ini terbentuk dari dua atau lebih subcodes yang
dikombinasikan menjadi satu kode. Kode Angka Kelompok ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf
b) Jumlah angka dan/atau huruf dalam kode tetap
c) Posisi angka dan/atau huruf dalam kode mempunyai arti
tertentu
d) Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan
angka dan/atau huruf ke kanan.
Sebagai contoh plat mobil di Indonesia. Jika plat mobil
AB7964CE, maka makna yang disampaikan adalah:
31
AB untuk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 7954 untuk
menjelaskan kode kendaraan tertentu, dan sedangkan CE adalah
kode untuk kabupaten Sleman. Mulyadi (2014:134)
4) Kode Angka Desimal
Desimal berarti persepuluhan. Kode Angka Desimal
memneri kode angka terhadap klasifikasi yang membagi
kelompok menjadi maksimum 10 subkelompok dan membaginya
menjadi maksimum 10 golongan yang lebih kecil dari
subkelompok tersebut. Sebagai contoh sebagi berikut:
Tabel 22
Kode Angka Desimal
Kode Akun Nama Akun
1 Persediaan
1.1 Persediaan Suku Cadang
1.2 Persediaan Bahan Penolong
1.3 Persediaan Bahan Baku
1.9 Persediaan Lain-Lain
Mulyadi (2014:137)
5) Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf
Metode ini menggunakan kode kombinasi angka dan huruf.
Setiap rekening diberi kode angka yang di depannya dicantumkan
huruf singkatan kelompok rekening tersebut. Misalnya:
AL 101
ATL 112
MO 245
AL merupakan singkatan dari aktiva lancar, ATL singkatan
dari aktiva tidak lancar, MO singkatan dari modal. Mulyadi
(2014:138)
8. Aktiva Tetap
32
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi
perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan.” Jusup (2012:153)
9. Peraturan Pajak Daerah (Hotel dan Restoran)
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 3 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah Bab III Bagian Kesatu Pajak Hotel:
a. Pajak Hotel
1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel
adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran,
termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya
memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas
olahraga dan hiburan.
2) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah
fasilitas telepon, faksimil, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci,
setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan
atau dikelola Hotel
b. Pajak Restoran
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
Restoran. Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pasal ini adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran
yang nilai penjualannya kurang dari Rp 500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah).
33
Adapun tarif dari masing-masing pajak daerah, yakni Pajak Hotel dan
Restoran sebesar 10% .
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian pernah dilakukan dalam topik yang sama, yang
dilakukan Winda (2016) dan Fitria Indriyani (2016). Hasil penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 23
Hasil Penelitian Terdahulu
Identifikasi
Penelitian
Aspek
Winda
A03130011
Politeknik Negeri
Banjarmasin
Fitria Indriyani
A03130023
Politeknik Negeri
Banjarmasin
Nuryani Agustina
A03140028
Politeknik Negeri
Banjarmasin
1. Judul
Penerapan
Akuntansi Pokok
untuk Menyusun
Laporan Keuangan
pada UD Central
Batako Banjarmasin
Penerapan Akuntansi
Pokok untuk
Menyusun Laporan
Keuangan pada UD
Usaha Remaja
Banjarmasin
Penerapan Akuntansi
Pokok untuk Penyusunan
Laporan Keuangan pada
Berlian Guest House
Syariah Martapura
2. Institusi/perusah
aan yang diteliti
UD Central Batako
Banjarmasin
UD Usaha Remaja
Banjarmasin
Berlian Guest House
Syariah Martapura
3. Permasalahan
Bagaimana
Penerapan
Akuntansi Pokok
untuk Menyusun
Laporan keuangan
pada UD Central
Batako?
Bagaimana Penerapan
Akuntansi Pokok
untuk Menyusun
Laporan keuangan
pada UD Usaha
Remaja Banjarmasin?
Bagaimanakan Penerapan
Akuntansi Pokok untuk
Menyusun Laporan
Keuangan pada Berlian
Guest House Syariah
Martapura?
4. Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui
dan menjelaskan
penerapan akuntansi
pokok pada UD
Central Batako
Untuk mengetahui
bagaimana penerapan
akuntansi pokok untuk
menyusun lapoan
keuangan pada UD
Usaha Remaja
Banjarmasin
Untuk Menyusun Laporan
Keuangan pada Berlian
Guest House Syariah
Martapura
5. Metode
Penelitian
Wawancara dan
dokumentasi
Wawancara dan
dokumentasi
Jenis Penelitian:
Studi Kasus
Jenis dan Sumber Data:
1. Jenis Data:
a. Kualitatif
b. Kuantitatif
2. Sumber Data:
34
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Teknik Pengumpulan
Data:
1. Wawancara
2. Dokumentasi
3. Studi Pustaka
Teknik Analisa Data:
1. Membuat dan
mengelompokkan kode
dan nama rekening
2. Menghitung aset tetap
berwujud pada tanggal
01 Desember 2016
3. Membuat Neraca Saldo
Awal 01 Desember
2016
4. Mencatat transaksi ke
dalam jurnal dari
tanggal 01 hingga 31
Desember 2016
5. Memposting jurnal ke
buku besar tanggal 01
Desember 2016
6. Membuat Daftar Saldo
Percobaan pada tanggal
31 Desember
7. Membuat data
penyesuaian jurnal
penyesuaian tanggal 31
Desember 2016
8. Membuat daftar saldo
seteah penyesuaian
9. Menyusun laporan laba
rugi per 31 Desember
2016
10. Menyusun laporan
perubahan ekuitas per
31 Desember 2016
11. Menyusun neraca per
31 Desember 2016
12. Menyusun arus kas per
31 Desember 2016
13. Membuat jurnal
penutup pada tanggal
31 Desember 2016
35
14. Menyusun neraca saldo
setelah penutupan pada
tanggal 31 Desember
2016
6. Hasil Penelitian
Hasil perhitungan
dengan menerapkan
akuntansi pokok
untuk menyusun
laporan keuangan
memperlihatkan
bahwa perusahaan
mendapatkan laba
sebesar Rp
14.535.948 selama
periode Oktober
2015
UD Usaha Remaja
Banjarmasin belum
sepenuhnya
menerapkan akuntansi
pokok dalam
mengelola keuangan
sehingga perusahaan
tidak memiliki laporan
keuangan yang akurat
serta tidak mengetahui
laba ruginya
Hasil penerapan akuntansi
pokok oleh penulis pada
Berlian Guest House
Syariah Martapura
menghasilkan laporan
keuangan yang dapat
diperoleh informasi
mengenai aktivitas
operasional dan posisi
keuangan perusahaan
selama 1 bulan yakni per
31 Desember 2016 sebagai
berikut:
a. Aset
Rp 9.147.464.438,49
b. Kewajiban
Rp 31.657.908,00
c. Ekuitas
Rp 9.155.806.530,49
d. Jumlah Laba
Rp18.039.084,24,
dengan rincian sebagai
berikut:
1) Laba Departemen
Kamar
Rp 13.285.896,01
2) Laba Departemen
Resto (F&B) Rp
4.806.291,25
3) Rugi Departemen
Laundry Rp
53.103,03