bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. teori birokrasirepository.ump.ac.id/1693/3/ahan lafdi...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Birokrasi
Teori birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang
disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur,
dan proses didalam organisasi. Para teoritikus klasik seperti Weber (1948)
selama bertahun-tahun telah mendukung model birokrasi guna
meningkatkan efektifitas administrasi organisasi, organisasi birokrasi yang
ideal menyertakan enam karakteristik struktural.
Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang
distandarkan dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas
organisasi menggambarkan pengembangan kaidah dan panduan spesifik
untuk merencanakan tugas dan aktifitas organisasi.
Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang
kepada divisi pekerja untuk menyederhanakan aktifitas pekerja dalam
melaksanakan tugas yang rumit kedalam tugas aktifitas yang khusus
tersebut, maka produktivitas pekerja dapat ditingkatkan.
Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran
kekuasaan organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara
individu, membantu mengarahkan hubungan intra personal di antara
anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas organisasi.
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
12
Kempat, pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada
kemampuan tehnik yang mereka miliki dan kemampuan untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.
Kelima impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra
personil di antara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam
kinerja tugas organisasi
Keenam, rasionalitas dan predictability dalam aktifitas organisasi
dan pencapaian tujuan organisasi membantu stabilitas organisasi. Menurut
prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan
pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.
2. Teori Anggaran Tradisional
penganggaran publik telah dipelajari dari tiga perspektif yang
berbeda yaitu ekonomi, manajemen, dan ilmu politik (Caiden, 1990). Studi
berakar pada ekonomi cenderung berfokus pada sifat barang publik dan
terdistribusikan alokatif antara campuran barang dan jasa yang disediakan
oleh pemerintah. berbagai aturan dan proses alokasi diperiksa untuk
utilitas relatif mereka dalam hal ini. upaya baru-baru ini telah berusaha
untuk membangun model sektor publik pengambilan keputusan
menggunakan konsep dari ekonomi mikro. Momok masyarakat
administrator sebagai maximizer anggaran diri tertarik adalah karakter
sentral dalam skenario ini. Ekonomi menawarkan logika, keanggunan
matematika, dan sederhana bentuk yang menghindari isu-isu mengenai
nilai-nilai politik, namun, ekonomi yang ditawarkan sangat sedikit
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
13
bimbingan kepada budgeteer dari dunia praktis "(Caiden,1990: 233).
Ilmuwan politik secara alami menyoroti dimensi politik dari sumber daya
proses alokasi, dan peran anggaran dalam proses pembuatan kebijakan. Itu
perspektif politik telah didominasi oleh teori incrementalism, yang
dimulai sebagai sebuah teori deskriptif tetapi mencapai status normatif di
beberapa kalangan. Di ringkasan singkat, incrementalism menyatakan
bahwa anggaran berubah hanya sedikit dari tahun ke tahun, dan besar
realokasi dapat mahal dan harus dihindari di cahaya dari negara
pengetahuan mengenai isu-isu kebijakan sektor publik; sumber daya
proses alokasi adalah proses terfragmentasi, bottom-up yang ditandai
dengan rasa hormat keahlian substantif dan alokasi sebelumnya. Teori ini
berbasis organisasi proach untuk pengembangan teori anggaran berfokus
pada bagaimana sifat organisasi publik mempengaruhi proses alokasi
sumber daya dan bagaimana alam dari proses alokasi sumber daya
mempengaruhi operasi-organisasi masyarakat
B. Keahlian Independensi
Lastanti (2005:88) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai
seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas
yang ditunjukan dalam pengalaman audit. Sementara itu dalam artikel yang
sama, Shanteau (1987) mendefinisikan keahlian sebagai seorang yang
memiliki keterampilan dan kemampuan pada derajad yang tinggi. Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
14
auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit
dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008
tanggal 31 maret 2008 menyatakan auditor harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan
tanggungjawabnya.
Menurut peraturan Menpan kualitas auditor dipengaruhi oleh :
1. Keahlian, menyatakan bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggungjawabnya dengan kriterianya auditor harus
mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu(S1) atau yang
setara; memiliki kompetensi di bidang auditing, akuntansi, administrasi
pemerintahan dan komunikasi: dan telah mempunyai sertifikasi Jabatan
Fungsional Auditor (JFA)
2. Independensi, menyatakan bahwa Auditor APIP harus dalam pelaksanaan
tugasnya dengan kriterianya auditor harus memiliki sikap yang netral dan
tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan.
Melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Jika
independensi atau objektifitas terganggu baik secara factual maupun
penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan
APIP.
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
15
3. Kepatuahan kode etik, menyatakan bahwa auditor wajib mematuhi kode
etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit
APIP. Dengan kriterianya kode etik pejabat pengawas pemerintah/auditor
dengan rekan sekerjanya, auditor dengan atasannya, auditor dengan objek
pemeriksaannya dan auditor dengan masyarakat.
Pimpinan APIP harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan
kompetensi teknis auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan
dilaksanakan. Oleh karena itu, pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria
yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi
auditor di lingkungan APIP.
Auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal
Strata Satu (S-1) atau yang setara. Agar tercipta kinerja baik maka APIP harus
mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan
audit, mengidentifikasi kebutuhan professional auditor dan untuk
mengembangkan tehnik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP juga harus
mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai
bagian dari proses rekrutmen. Aturan tentang pendidikan formal minimal dan
pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani
oleh APIP.
Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan,
prosedur dan praktik – praktik audit, auditor harus memiliki keahlian yang
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
16
memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi unit yang dilayani oleh APIP. Dalam hal auditor melakukan audit
terhadap system keuangan, catatan akuntansi dan laporan keuangan, maka
auditor wajib mempunyai keahlian atau mendapatkan pelatihan di bidang
akuntansi sektor publik dan ilmu – ilmunya yang terkait dengan akuntabilitas
audit APIP pada dasarnya berfungsi melakukan audit di bidang pemerintahan,
sehingga auditor harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan
administrasi pemerintah.
Auditor harus mempunyai sertifikasi Jabatan Auditor (JFA) dan
mengikuti pendidikan dan pelatihan professional berkelanjutan (countring
professional education) sesuai dengan jenjangnya. Pimpinan APIP wajib
memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian
sertifikasi dengan ketentuan. Dalam pengusulan auditor untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenjangnya, pimpinan APIP
mendasarkan keputusannya pada formasi yang dibutuhkan dan persyaratan
administrasi lainnya seperti kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang
dimilikinya.
Auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual
dalam standar, metodologi, prosedur dan teknik audit. Pendidikan professional
berkelanjutan dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam
proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang pengauditan.
APIP dapat menggunakan tenaga ahli apabila APIP tidak mempunyai
keahlian yang diharapkan untuk melaksanakan penugasan, dimana pimpinan
APIP menggunakan arahan dan bantuan dari pihak yang berkompeten dalam
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
17
hal auditor tidak memiliki pengetahuan, keterampilan dan lain-lain
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh atau sebagian
penugasan. Tenaga ahli yang dimaksud dapat merupakan akuratis, penilai,
pengacara, insinyur, konsultan lingkungan, profesi medis, ahli statistik
maupun geologi tenaga ahli tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar
organisai.
Semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independensi dan
para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi
APIP serta objektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan
APIP meningkat Penilaian independensi dan objektifitas mencakup dua
komponen berikut :
1. Status APIP dalam Organisasi
2. Kebijakan untuk menjaga objektifitas auditor terhadap objek audit
Pimpinan APIP bertanggungjawab pelaksanaan audit dapat terpenuh.
Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan
memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi
sehingga dapat bekerjasama dengan auditan dan melaksanakan pekerjaan
dengan leluasa. Meskipun demikian, APIP harus membina hubungan kerja
yang baik dengan auditan terutama saling memahami diantara peran masing-
masing lembaga.
Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta
menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan
melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus objektif dalam
melaksanakan audit. Prinsip objektifitas mensyaratkan agar auditor dalam
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
18
melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas.
Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang
membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan profesionalnya.
Jika independen atau objektifitas terganggu, baik secara faktual
maupun penampilan maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada
pimpinan APIP. Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai
situasi adanya dan atau interpretasi adanya konflik kepentingan,
ketidakindenpendenan atau bias. Pimpinan auditor lainnya yang bebas dari
situasi tersebut.
Dalam hal auditor bertugas menetap untuk beberapa lama di kantor
auditan guna membantu mereview kegiatan, program atau aktifitas auditan,
maka auditor tidak boleh terlibat dalam pengambil keputusan atau menyetujui
hal – hal yang merupakan tanggung jawab auditan.
Independensi pada Inspektorat Kabupaten Banyumas dan Kabupaten
Cilacap sangat berbeda dengan independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP,
atau Akuntan Publik. Inspektorat Kabupaten merupakan bagian dari SKPD
pada pemerintah Kabupaten. Hasil pemeriksaan yang dilaksanakan Inspektorat
Kabupaten hanya dapat memberikan saran kepada Kepala Daerah melalui
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) untuk memberikan sanksi dari temuan
penyalahgunaan wewenang pada SKPD-SKPD di Pemerintah Kabupaten.
Tindakan yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
19
dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atau BPKP, kedua lembaga ini
berhak melakukan ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Perbedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi auditor
di Inspektorat Kabupaten.
C. Profesional Aparat Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional menurut Abdul Halim dan Therisia Damayanti
(2007) adalah : “Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan APBD yang
meliputi BPKP, Itwilprov, Itwikab/kota.”
Pengertian Pengawasan Fungsional menurut Sadu Wasistiono (2010)
adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional, baik
yang berasal dari lingkungan internal pemerintahan daerah maupun yang
berasal dari lingkungan eksternal pemerintah daerah. Pengawasan atau
penyelenggara pemerintah daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 79
Tahun 2005 Pasal 1 tentang Pedoman pembinaan dan pengawasan
penyelanggaraan Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pengawasan atas
penyelenggaraan pemerntahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif
sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
20
Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan mengenai
pengawasan fungsional yaitu :
1) Pengawasan keuangan dilaksanakan berdasarkan perundang-undangan
yang berlaku.
2) Pelaksanaan pengawasan fungsional diarahkan untuk menjamin
terlaksanya tugas umum dan pembangunan pemerintahan.
3) Pengawasan fungsional dilaksanakan oleh aparat pemerintahan baik secara
intern maupun ekstern sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
4) Pengawasan fungsional dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya
berbagai macam bentuk penyimpangan dari pelaksanaan anggaran.
5) Pengawasan fungsional di Pemerintahan Daerah dilaksanakan oleh Badan
Pengawasan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6) Pengawasan fungsional ditujukan untuk menjamin sasaran pembangunan
yang berdaya guna dan berhasil guna.
Aparatur pengawasan fungsional dibentuk oleh pemerintah. Peraturan
Menteri Dalam Negeri no. 44 tahun 2008 tentang kebijakan Pengawasan atas
Penyelenggara Pemerintah Daerah tahun 2009 menjelaskan bahwa aparat yang
melaksanakan pengawasan fungsional dalam lingkungan internal pemerintah
daerah adalah :
1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
2. Inspektorat jenderal Departemen. Aparat Pengawasan Lembaga
Pemerintah Non Departemen, dan Instansi Pemerintah Lainnya
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
21
3. Inspekorat Wilayah Propinsi
4. Inspektorat Wilayah Kabupaten / Kota.
Perilaku professional yang memadai pada aparat pengawasan
fungsional merupakan kebutuhan dalam menumbuhkan kepercayaan publik
terhadap kualitas jasa yang diberikan. Kepercayaan masyarakat terhadap
kualitas jasa professional akan meningkat, jika auditor memiliki kemampuan
professional dalam melaksanakan pekerjaanya. (Arens et al. 2006, Maryandi
dan Ludigdo 2001, Wahyudi 2003).
Jika kegiatan audit dilandasi dengan kemampuan professional aparat
yang melakukan audit yaitu (1) memiliki kemampuan/keahlian yang
disaratkan, (2) independen, (3) serta menggunakan kemahiran professional
secara cermat dan seksama, maka hasil audit yang dilakukan akan lebih baik
(Arens et al. 2006) dengan demikian secara konseptual profesionalitas aparat
pengawasan fungsional mempunyai pengaruh terhadap pelaksaan audit
pemerintahan.
Menurut Deddy dan Sherly (2010), Pelaksanaan Pengawasan
fungsional akan menunjang akuntabilitas publik, yang diperkuat dengan teori
“Dengan audit kinerja, tingkat akuntabilitas pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggungjawab akan meningkat,
sehingga mendorong pengawasan dan kemudian tindakan koreksi”. (Indra
Bastian, 2007).
Jadi dengan adanya pengawasan fungsional dapat diketahui apakah
suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
22
dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,
kebijakan yang telah ditetapkan. Sehingga dengan adanya pengawasan
fungsional oleh inspektorat daerah pada khususnya dapat mendorong
terwujudnya akuntabilitas publik yang bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Aparat pengawasan fungsional intern pemerintah terdiri dari
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal,
Unit Pengawasan 3
LPND, dan Inspektorat Wilayah. Peran aparat pengawasan fungsional
pemerintah sangat mendukung dan mendorong proses terwujudnya good
governance dalam pelaksanaan pemerintah dan pembangunan. Terdapat tiga
aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good
governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Selain BPK
salah satu instansi yang melakukan audit atau pemeriksaan terhadap
pemerintah daerah adalah Inspektorat Daerah. Inspektorat daerah mempunyai
tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan
tugas lain yang diberikan kepala daerah. Instansi ini melakukan pengawasan
terhadap aktivitas pemerintah daerah, termasuk kecamatan, kelurahan atau
desa selain itu juga melakukan pengawasan terhadap tugas departemen dalam
negeri di kabupaten atau kota (Askam, 2008).
LAN RI (1997 : 160 ), mengemukakan pengertian Pengawasan
Melekat (Waskat) yaitu pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan
terhadap bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya.
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
23
Harto (2012) mengatakan bahwa pengawasan melekat yaitu berupa
tindakan atau kegiatan usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah
secara langsung, yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi.
Menurut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan, Waskat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat
sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung
terhadap bawahannya, secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugas
bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana
kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pimpinan dapat
diartikan atasan langsung atau disebut juga pejabat yang karena struktur
organisasinya atau kewenangan khususnya termasuk proyek, membawahi dan
wajib mengawasi pegawai bawahan. Bawahan adalah mereka yang
bertanggungjawab serta wajib melapor kepada atasan tentang pelaksanaan
pekerjaan yang harus di punyai oleh seorang pimpinan, dalam memberikan
tugas atau tanggungjawabnya kepada orang-orang yang dipimpinnya, agar
arah, sasaran dan tujuan untuk pelaksanaan tugas atau tanggungjawab tersebut
tidak menyimpang dan selesai sesuai dengan perencanaan atau ketentuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, pengawasan melekat yang
dimaksud tentu bermakna luas dan menjadi bagian integral dari konsep dan
gaya kepemimpinan seseorang.
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
24
D. Hasil Penelitian Terdahulu
Table 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul
Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1 Rosnawati Amasi
(2013)
- Pengaruh
Pengawasan
Fungsional
Terhadap
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Pemerintah Kota
Gorontalo
Pengawasan
intern memiliki
pengaruh yang
positif terhadap
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan daerah.
- Variabel
independen
yaitu
Keahlian
independensi
- Lokasi
penelitian
- variabel
dependen
yaitu
Akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
daerah
2 Nurhanifah (2014)
- Pengaruh
Kinerja Pegawai,
Pengawasan
Melekat dan
Pengawasan
Fungsional
Terhadap
Efektifitas
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
- kinerja pegawai
berpengaruh
terhadap
efektifitas
pengelolaan
keuangan
daerah
- pengawasan
melekat
berpengaruh
terhadap
efektifitas
pengelolaan
keuangan
daerah
- pengawasan
fungsional
tidak
berpengaruh
terhadap
efektifitas
pengelolaan
keuangan
daerah
- variabel
independen
yaitu
keahlian
independens
i
- Lokasi
penelitian
- Metode
analisis data
- Variabel
independen
yaitu
pengawasan
fungsional
3 Dadang Sadeli
(2012)
- Profesionalitas
aparat
- Variabel
independen
- variabel
independen
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
25
No Peneliti dan Judul
Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
- Profesionalitas
Aparat
Pengawasan
Fungsional
Intern Terhadap
Pelaksanaan
Audit
Pemerintahan
Dan
Implikasinya
Kepada
Akuntabilitas
Keuangan
Instansi
Pemerintah
Daerah
pengawasan
fungsional
intern
berpengaruh
positif terhadap
tingkat
pelaksanaan
audit
pemerintahan
- pelaksanaan
audit
pemerintahan
berpengaruh
positif terhadap
kualitas
akuntabilitas
keuangan
instansi
pemerintah
daerah
yaitu
keahlian
independens
i
- Lokasi
penelitian
- Metode
analisis data
yaitu
pengawasan
fungsional
- variabel
dependen
akuntabilitas
keuangan
daerah
4 Putu Septiani Futri
dan Gede Juliarsa
(2014)
- Pengaruh
Independensi,
Profesionalisme,
Tingkat
Pendidikan,
Etika Profesi,
Pengalaman,
Dan Kepuasan
Kerja Auditor
Pada
Akuntabilitas
Audit Kantor
Akuntan Publik
Di Bali
- Independensi
tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas audit
- profesionalisme
tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas adit
- Tingkat
pendidikan
berpengaruh
terhadap
kualitas audit
- Etika profesi
auditor
berpengaruh
terhadap
kualitas audit
- Pengalaman
tidak
berpengaruh
positif terhadap
- Variable
dependen
yaitu
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
daerah
- metode
analisis data
- Objek
penelitian
- Lokasi
penelitian
- Variabel
independen
yaitu keahlian
independensi
dan
profesionalis
me
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
26
No Peneliti dan Judul
Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
kualitas audit
5 Agung Puja
Laksana dan
Bestari Dwi
Handayani (2014)
-Pengaruh
Kejelasan Sasaran
Anggaran,
Pengawasan
Fungsional, Dan
Pelaporan Kinerja
Terhadap
Akuntabilitas
Publik Di
Kabupaten Batang
- kejelasan
sasaran
anggaran
berpengaruh
terhadap
akuntabilitas
public
- Pengawasan
fungsional
tidak
berpengaruh
terhadap
akuntabilitas
public
- Pelaporan
Kinerja
berpengaruh
positif terhadap
akuntabilitas
public
- variabel
independen
yaitu
keahlian
independens
i
- Variabel
dependen
yaitu
akuntabilitas
publik
- Lokasi
penelitian
- Variabel
independen
yaitu
pengawasan
fungsional
6 Nasriana, Hasan,
Syukriy Abdullah
(2015)
-Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
Obyektivitas,
Kecermatan
Profesional Dan
Pengalaman Audit
Terhadap Kualitas
Audit
- Kompetensi
berpengaruh
terhadap
signifikan
terhadap
kualitas audit
pemeriksa
inspektorat
- Independensi
tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas audit
pemeriksa
inspektorat
kabupaten
- Obyektifitas
berpengaruh
terhadap
kualitas audit
pemeriksa
inspektorat
kabupaten
-Variabel
dependen
yaitu
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
daerah.
Variable
independen
yaitu
profesionalitas
pengawasan
fungsional
-Lokasi
Penelitian
-Variable
independen
yaitu keahlian
independensi
-metode analisi
data
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
27
No Peneliti dan Judul
Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
- Kecermatan
professional
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kualitas audit
pemeriksa
inspektorat
kabupaten.
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian landasan teori diatas dalam tinjauan pustaka yang
telah diuraikan sebelumnya, maka model kerangka kajian yang digunakan
untuk memudahkan pemahaman konsep yang digunakan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Model Penelitian
H1 (+)
H2 (+)
F. Hipotesis
Dari gambar kerangka konseptual diatas, dijelaskan bahwa keahlian
independensi dapat mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
dengan profesionalitas pengawasan fungsional sebagai variabel independen ke
Variabel Independen Variabel Dependen
Keahlian Indepensi
Profesionalitas pengawasan
fungsional
akuntabilitas
pengelolaan keuangan
daerah
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
28
dua. Dari gambar diatas keahlian independensi dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara profesionalitas pengawasan fungsional dengan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Penambahan profesionalitas pengawasan fungsional disini untuk
memperkuat hubungan antara keahlian indepedensi dengan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah. Profesionalitas pengawasan fungsional
merupakan faktor untuk meningkatkan adanya ke akuntabilitasan pengelolaan
keuangan daerah dikarenakan bahwa, semakin sering profesionalitas
pengawasan fungsional melakukan pengawasan maka semakin bagus pula
akuntabilitas laporan keuangan daerah(Rosnawati, 2013)
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, dapat diambil
hipotesis sementara penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengaruh keahlian independensi terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah
Lastanti (2005:88 ) mengartikan keahlian independensi atau
kompetensi sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
prosedurial yang luas yang ditunjukan dalam pengalaman audit. Sementara
itu dalam artikel yang sama, Shenteau ( 1987 ) mendefinisikan keahlian
independensi sebagai orang yang memiliki keterampilan dan kemampuan
pada derajad yang tinggi
Dalam SPAP ( IAI, 2001: 220.1 ) auditor diharuskan bersikap
independen, artinya tidak mudah depengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia
berpraktik sebagai auditor intern). Terdapat tiga aspek independensi
seorang auditor, yaitu sebagai berikut :
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
29
(1) Independenci in fact ( independensi dalam fakta ) artinya auditor harus
mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dan
objektifitas.
(2) Independence in appearance ( independensi dalam penampilan )
artinya pandangan pihak lain terhadap dari auditor sehubungan dengan
pelaksanaan audit.
(3) Independence in competence ( independensi dari sudut keahliannya )
artinya Independensi dari sudut pandang keahlian terkait dengan
kecakapan professional auditor.
Menurut Amasi (2013) independensi merupakan sikap netral dan
tidak bias serta menghindari kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Yaitu
memiliki objektifitas, memiliki kejujuran, tidak mengkompromikan
kualitas begitu juga dengan keahlian harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggungjawabnya. Yaitu latar belakang pendidikan,
memiliki kompetensi teknis dan memiliki sertifikasi JFA dan mengikuti
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
Dengan demikian secara konseptual keahlian independensi
mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Jika
kegiatan audit dilandasi dengan kemampuan professional aparat yang
melakukan audit yaitu (1) memiliki kemampuan/keahlian yang disaratkan,
(2) independen, (3) serta menggunakan kemahiran professional secara
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
30
cermat dan seksama, maka hasil audit yang dilakukan akan lebih baik dan
akuntabilitas (Arens et al. 2006) dengan demikian secara konseptual
keahlian independensi mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah.
Independensi pada Inspektorat Kabupaten sangat berbeda dengan
independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP, atau Akuntan Publik.
Inspektorat Kabupaten merupakan bagian dari SKPD pada pemerintah
kabupaten. Hasil pemeriksaan yang dilaksanakan Inspektorat Kabupaten
hanya dapat memberikan saran kepada Kepala Daerah melalui Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) untuk memberikan sanksi dari temuan
penyalahgunaan wewenang pada SKPD-SKPD di Kabupaten. Tindakan
yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda dengan
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atau BPKP, kedua lembaga ini
berhak melakukan ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Pebedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi
auditor di Inspektorat Kabupaten.
Ashari ( 2011 ) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh
keahlian, independensi, dan etika terhadap kualitas auditor pada
inspektorat provinsi utara penelitian ini membuktikan bahwa secara
simultan keahlian, independensi dan etika secara bersama berpengaruh
signifikan terhadap kualitas auditor. Maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
HI : keahlian independensi berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
31
2. Pengaruh profesionalitas pengawasan fungsional berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Menghadapi perkembangan dunia yang demikian pesat, dan seiring
dengan adanya derasnya reformasi di dalam negeri ini, maka peranan
penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi
semakin penting. Salah satunya elemen yang penting dalam tata
pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas publik disamping
transparansi, tegaknya hukum, dan peraturan.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus
dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegitan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui
pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan
efektifitas pelaksanaan kegiatan ( Amasi 2013 ).
Perilaku professional yang memadai pada aparat pengawasan
fungsional merupakan kebutuhan dalam menumbuhkan kepercayaan
publik terhadap kualitas jasa yang diberikan. Kepercayaan masyarakat
terhadap kualitas jasa professional akan meningkat, jika auditor memiliki
kemampuan professional dalam melaksanakan pekerjaannya ( Arens et al.
2006, Maryani dan Ludigo 2001, Wahyudi 2003 )
Dalam Pemerintah Daerah terdapat pengawasan fungsional intern
Pemerintah Kabupaten/Kota yang membantu pimpinan Pemerintah dalam
melakukan pengawasan apakah kegiatan yang dilakukan oleh aparatnya
sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang telah
ditentukan. Pengawaan fungsional dapat dilakukan melalui pemeriksaan,
pengujian, penilaian, dan penghusutan (PP NO 20 Tahun 2001).
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016
32
Kusmayadi (2009) menyimpulkan bahwa pengawasan menjiwai
seluruh aspek pengelolaan keuangan daerah. Bila pengawasan ini berjalan
sebagai mana mestinya, dapat dipastikan bahwa pengawasan menjiwai
seluruh aspek pengelolaan keuangan daerah apabila pengawasan ini
berjalan sebagai mana mestinya, dapat dipastikan bahwa kelemahan –
kelemahan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan pemerintah
pemerintah dapat diminimalkan, sehingga disiplin dan prestasi kerja yang
meningkat, penyalagunaan wewenang berkurang, efisiensi dan efektifitas
penggunaan dana dan sumber daya manusia lainnya akan meningkat,
kualitas pelayanan publik akan meningkat suasana kerja lebih tertib dan
teratur termasuk akuntabilitasnya sesuai dengan prinsip-prinsip
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).
Sadeli (2012) juga melakukan penelitian tentang profesionalitas
aparat pengawasan fungsional intern terhadap pelaksanaan audit
pemerintahan dan implikasinya kepada akuntabilitas keuangan pemerintah
instansi pemerintah daerah ini membuktikan bahwa aparat pengawasan
fungsional intern berpengaruh positif terhadap pelaksanaan audit
pemerintahan.
Maka dirumuskan hipotesissebagai berikut:
H2 : profesionalitas pengawasan fungsional berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Pengaruh Keahlian Independensi..., Ahan Lafdi Munir, FEB UMP 2016