bab ii tinjauan pustaka a. lahan dan penggunaan lahanrepository.ump.ac.id/9724/3/nur kartika...

21
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan dan Penggunaan Lahan Menurut Hardjowigeno & Widiatmaka (2018), Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Lahan selalu terkait dengan permukaan bumi dengan segala faktor yang mempengaruhinya seperti letak, kesuburan, lereng dan lain sebagainya. Lahan juga merupakan area spesifik permukaan bumi dengan karakteristiknya yang merangkul semua atribut yang cukup stabil atau dapat diduga dari biosfer vertikal di atas dan di bawah area ini, termasuk atmosfer, tanah, dan geologi yang mendasari hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, dan hasil dari aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang sejauh atribut ini memberikan pengaruh yang signifikan pada penggunaan lahan saat ini dan masa depan oleh manusia (McRae & Burnham, 1981). Lahan secara geografis, diartikan sebagai suatu wilayah tertentu di atas permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat di anggap bersifat menetap atau berpindah berada di atas wilayah yang meliputi atmosfer, dan di bawah wilayah tersebut mencakup tanah, batuan (bahan) induk, topografi, air, tumbuh-tumbuhan dan binatang, dan berbagai akibat kegiatan manusia pada masa lalu maupun sekarang yang semuanya memiliki pengaruh nyata terhadap penggunaan lahan oleh manusia, pada masa sekarang maupun masa yang akan datang (Vink, 1975 dalam Ritohardoyo, 2013). Dari beberapa Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan dan Penggunaan Lahan

Menurut Hardjowigeno & Widiatmaka (2018), Lahan adalah suatu

lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana

faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Lahan selalu terkait

dengan permukaan bumi dengan segala faktor yang mempengaruhinya seperti

letak, kesuburan, lereng dan lain sebagainya. Lahan juga merupakan area spesifik

permukaan bumi dengan karakteristiknya yang merangkul semua atribut yang

cukup stabil atau dapat diduga dari biosfer vertikal di atas dan di bawah area ini,

termasuk atmosfer, tanah, dan geologi yang mendasari hidrologi, populasi

tumbuhan dan hewan, dan hasil dari aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang

sejauh atribut ini memberikan pengaruh yang signifikan pada penggunaan lahan

saat ini dan masa depan oleh manusia (McRae & Burnham, 1981).

Lahan secara geografis, diartikan sebagai suatu wilayah tertentu di atas

permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat

di anggap bersifat menetap atau berpindah berada di atas wilayah yang meliputi

atmosfer, dan di bawah wilayah tersebut mencakup tanah, batuan (bahan) induk,

topografi, air, tumbuh-tumbuhan dan binatang, dan berbagai akibat kegiatan

manusia pada masa lalu maupun sekarang yang semuanya memiliki pengaruh

nyata terhadap penggunaan lahan oleh manusia, pada masa sekarang maupun

masa yang akan datang (Vink, 1975 dalam Ritohardoyo, 2013). Dari beberapa

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

7

makna yang diuraikan, lahan termasuk jenis sumberdaya yang penting mengingat

eksistensinya sebagai benda atau keadaan yang dapat berharga atau benilai lebih

jika dapat memproduksi, memproses maupun dalam penggunaannya bisa sesuai.

Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus agar terkendali kelestariannya dari

segi kelingkungan pada penggunaan lahannya.

Dalam Beatus M. Laka, dkk (2017) Penggunaan lahan (land use) diartikan

sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Selain itu

Penggunaan lahan dikatakan sebagai usaha manusia dalam memanfaatkan

lingkungan alamnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam

kehidupan dan keberhasilannya (Ritohardoyo, 2013). Penggunaan lahan bukan

saja permukaan bumi yang berupa darat melainkan juga berupa perairan laut,

disamping itu adanya unsur-unsur alami seperti tanah, air, iklim, dan vegetasi.

Menurut Sitorus (2016), Secara umum penggunaan lahan dapat

dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu: (1) penggunaan lahan pedesaan

dalam arti yang luas, termasuk pertanian, kehutanan, cagar alam dan tempat-

tempat rekreasi, (2) penggunaan lahan perkotaan dan industri, termasuk kota,

kompleks industri, jalan raya, dan pertambangan. Pada penggunaan lahan

pedesaan terdiri dari penggunaan lahan pertanian yang bertujuan untuk

memperoleh bahan makanan atau keperluan lainnya dari hasil tanaman pertanian

atau hasil ternak, dan penggunaan lahan non-pertanian yang bertujuan untuk

memperoleh sesuatu yang diperlukan dapat berupa benda (material) atau

keperluan lainnya, misalnya untuk keperluan rekreasi.

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

8

B. Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan merupakan bertambahnya suatupenggunaan

lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan

berkurangnya penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya,

atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Wahyunto,

et. al, 2001). Perubahan terjadi karena dua hal, yaitu adanya keperluan untuk

memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat jumlahnya dan

berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan pencerminan upaya

manusia memanfaatkan dan mengelola sumberdaya lahan. Perubahan penggunaan

tersebut akan berdampak pada manusia dan kondisi lingkungannya apabila tidak

dikelola dengan baik.

Menurut Sitorus (2016), perubahan penggunaan lahan dapat mengacu pada

dua hal yang berbeda yaitu : pada penggunaan lahan sebelumnya, dan rencana tata

ruang yang ada. Perubahan yang mengacu pada penggunaan lahan sebelumnya

adalah suatu penggunaan baru atas lahan yang berbeda dengan penggunaan lahan

sebelumnya. Perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang adalah

penggunaan baru atas lahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disahkan (Permendagri No.4/1996

tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan).

Pada umumnya perubahan penggunaan lahan memiliki dampak positif dan

dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Dampak positifnya adalah

semakin lengkapnya fasilitas sosial seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan,

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

9

pariwisata dan sebagainya. Dampak negatifnya adalah berkurangnya lahan

pertanian serta berubahnya orientasi penduduk yang semula bidang pertanian

menjadi non pertanian. Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan

terdistribusi pada tempat-tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik.

Dalam Ilham dkk (2000), faktor-faktor yang menentukan perubahan

penggunaan lahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor ekonomi, faktor

sosial, dan peraturan-peraturan pertanahan yang ada atau telah ditetapkan

pemerintah.

1. Faktor Ekonomi

Secara ekonomi, perubahan penggunaan lahan yang dilakukan petani

baik melalui transaksi penjualan ke pihak lain atau mengganti pada usaha

non padi merupakan keputusan yang rasional. Sebab dengan keputusan

tersebut petani berekspektasi pendapat totalnya, baik dalam jangka pendek

ataupun jangka panjang akan meningkat.

2. Faktor Sosial

Adanya perubahan perilaku masyarakat, dengan prasarana dan sarana

transportasi dan komunikasi yang memadai telah membuka wawasan

penduduk pedesaan terhadap dunia baru di luar lingkungannya. Mereka

merasa dirinya sebagai petani yang ketinggalan zaman dan belum modern

sehingga merubah perubahan cara pandang mereka. Dengan demikian, lahan

pertanian bukan lagi aset sosial, namun lebih di andalkan sebagai aset

ekonomi atau modal kerja. Mereka tidak akan keberatan untuk melepaskan

lahan miliknya untuk berubah menjadi penggunaan lahan non-pertanian.

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

10

Berbeda halnya menurut Sitorus (2016), Perubahan atau perkembangan pola

penggunaan lahan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor alami dan

faktor manusia. Faktor alami antara lain yaitu: tanah, air, iklim, pola musiman,

erosi dan kemiringan lereng. Faktor manusia berpengaruh lebih dominan

dibandingkan faktor alami dan dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan

pengaruh dari luar, seperti kebijakan nasional dan internasional.

C. Pengembangan Objek Pariwisata

1. Pariwisata

Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara

dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergian karena berbagai kepentingan baik kepentingan ekonomi, sosial,

kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti hanya

sekadar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Pariwisata

dalam pengertiannya di dalam Undang-undang Kepariwisataan No. 10 Tahun

2009 diartikan sebagai pariwisata yang merupakan berbagai macam kegiatan

wisata dan di dukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Selain itu juga

pariwisata sebagai salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya

(Pendit, 1990). Kepariwisataan telah memberikan para petani perluasan

pemasaran bagi sayur-mayur, hasil kebun lainnya seperti buah-buahan dan hasil

ternak. Selain itu juga membuka bagi pemasaran industri kecil seperti kerajinan

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

11

tangan, baik itu kulit, anyaman, alat-alat dan aksesoris lainnya, tekstil berupa

pakaian dan sebagainya.

Menurut Utama & Mahadewi (2012) mengutip bebagai pengertian

pariwisata menurut para ahli seperti di bawah ini, yaitu :

a. Wahab (1992), mengandung tiga unsur yaitu manusia (unsur insani sebagai

pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup

oleh kegiatan itu sendiri), dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam

perjalan itu sendiri selama berdiam di tempat tujuan. Jadi, pariwisata adalah

salah satu dari industri baru yang mampu meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dengan cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup,

dan dalam hal mengaktifkan sektor produksi lain di dalam Negara penerima

wisatawan.

b. Mathieson and Wall (1982), berpendapat bahwa pariwisata adalah

perpindahan masyarakat untuk sementara ke suatu destinasi di luar tempat

normal mereka tinggal dan bekerja untuk melakukan aktivitas di daerah

destinasi dengan adanya fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya.

c. World Tourism Organization (1991), menjelaskan bahwa pariwisata

merupakan aktivitas seseorang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat

diluar lingkungan biasanya untuk kurang dari spesifik waktu dan tujuan

umumnya adalah perjalanan dan bukan untuk mendapatkan penghasilan di

tempat yang di kunjunginya.

Dari berbagai definisi di atas menunjukkan beragam aspek yang berbeda-

beda dari masing-masing para ahli dan dapat menyimpulkan sebagai kegiatan

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

12

yang meninggalkan tempat kediammanya sehari-hari pergi ke tempat lain untuk

tinggal sementara waktu dan bukan untuk mencari nafkah ditempat yang

dikunjungi melainkan untuk menyenangkan hati.

Dalam Undang-undang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009, objek dan

daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Jadi objek

wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta

sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk

dikunjungi wisatawan. Dalam membangun objek dan daya tarik wisata tersebut

harus diperhatikan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, sosial budaya

setempat, nilai-nilai agama, adat istiadat, lingkungan hidup, beserta objek dan

daya tarik wisata itu sendiri. Pembangunan objek dan daya tarik wisata dapat

dilakukan oleh pemerintah, badan usaha, dan perseorangan.

Adapun jenis wisata yang telah dikenal di masa ini menurut Pendit

(1990), antara lain sebagai berikut :

a. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan

atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat dan kebiasaan

adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni mereka.

b. Wisata Pertanian

Wisata pertanian adalah perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek

pertanian, perkebunan, lading pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan

dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk studi maupun melihat

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

13

sekeliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya

pembibitan berbagai jenis sayur-mayur disekitar perkebunan yang dikunjungi.

c. Wisata Sosial

Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah

untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah

untuk mengadakan perjalanan seperti misalnya kaum buruh, pemuda, pelajar

atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

d. Wisata Cagar Alam

Wisata cagar alam adalah wisata yang di selenggarakan atau biro perjalanan

yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat

atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan

sebagainya yang pelestariannya di lindungi oleh undang-undang.

Sesuai dengan Undang - undang Republik Indonesia No. 09 Tahun 1990

tentang Kepariwisataan, Usaha pariwisata digolongkan ke dalam :

a. Usaha Jasa Pariwisata

Adanya berbagai macam keperluan dan kebutuhan bagi wisatawan akan

mendorong tumbuhnya berbagai jenis usaha jasa pariwisata yang

menyediakan keperluan bagi wisatawan dan usaha ini bertujuan untuk

memperlancar perjalanan calon wisatawan. Usaha jasa pariwisata antaranya:

1) Jasa biro perjalanan wisata, yaitu kegiatan usaha yang bersifat komersial

yang mengatur, menyediakan, dan menyelenggarakan pelayanan bagi

seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan

tujuan utama untuk berwisata.

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

14

2) Jasa informas pariwisata, yaitu usaha penyediaan informasi, penyebaran,

dan pemanfaatan informasi kepariwisataan.

3) Jasa konsultasi pariwisata, yaitu jasa yang berupa saran dan nasihat yang

diberikan untuk penyelesaian masalah-masalah yang timbul mulai dari

penciptaan gagasan sampai pelaksanaan operasinya yang disusun secara

sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui serta disampaikan secara

lisan, tertulis, maupun gambar oleh tenaga ahli professional.

4) Jasa impresariat, yaitu kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik

yang mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikannya serta

menentukan tempat, waktu, dan jenis hiburan.

b. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata merupakan usaha pemanfaatan

sumberdaya alam dan atau potensi seni budaya bangsa untuk dijadikan

sasaran wisatawan yang mempunyai minat khusus.

c. Usaha Sarana Pariwisata, dikelompokkan menjadi 4 di antaranya yaitu :

1) Penyediaan kawasan pariwisata, yaitu usaha yang kegiatannya

membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk

memenuhi kebutuhan pariwisata.

2) Penyediaan akomodasi, yaitu usaha penyediaan kamar dan fasilitas lain

serta pelayan yang diperlukan. Misalnya, perjalanan wisata dengan jarak

jauh yang ditempuh lebih dari 24 jam maka memerlukan suatu akomodasi

tempat menginap.

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

15

3) Penyediaan makanan dan minuman, yaitu usaha pengolahan, penyediaan,

dan pelayanan makanan dan minuman yang dapat dilakukan sebagai

bagian dari penyediaan akomodasi ataupun sebagai usaha yang berdiri

sendiri.

4) Penyediaan angkutan wisata, yaitu usaha khusus atau sebagian dari usaha

dalam rangka penyediaan angkutan pada umumnya, yaitu angkutan

khusus wisata atau angkutan umum yang menyediakan angkutan wisata.

2. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari adanya daya tarik wisata

sampai adanya jenis pengembangan yang ditunjang oleh penyediaan fasilitas dan

akesebilitas (Arjana, 2016). Maka dalam pengembangan pariwisata harus

dilengkapi dengan perencanaan yang baik dalam skala mikro maupun skala

makro. Berbagai daerah mempunyai rencana induk pengembangan pariwisata

untuk dapat mengembangkan objek atau atraksi wisata maupun rencana

pengembangan secara regional ataupun nasional.

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang

pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan,

pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur (Suwantoro,

2004) yaitu :

a. Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata yang merupakan potensi untuk menjadi

pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam

membangun suatu objek wisata harus dirancang dan dibangun atau dikelola secara

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

16

professional berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat menarik wisatawan

untuk berkunjung. Biasanya daya tarik suatu objek berdasarkan pada, adanya

sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

Selain itu juga memiliki ciri khusus yang bersifat langka atau tidak ada di tempat

lain. Objek wisata alam harus mempunyai daya tarik tinggi seperti adanya

pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya. Pada objek wisata

budaya mempunyai daya tarik tinggi karena adanya nilai khusus dalam bentuk

atraksi kesenian, upacara adat dan terdapat nilai luhur yang terkandung dalam

suatu objek.

b. Prasarana Wisata

Prasarana wisata merupakan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan di daerah

tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan,

dan lain sebagainya. Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan

kondisi dan lokasi objek maka akan meningkatkan aksebilitas suatu objek wisata.

Kebutuhan lain yang dibutuhkan wisatawan yang menjadi penunjang bagi objek

wisata harus di sediakan seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-

pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.

c. Sarana Wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan

wisatanya. Dalam pembangunan sarana wisata di suatu objek wisata harus

disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Berbagai macam sarana wisata yang

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

17

harus di sediakan seperti hotel, homestay, restoran atau rumah makan, alat

transportasi serta sarana pendukung lainnya.

d. Tata Laksana atau Infrastruktur

Infrastruktur merupakan situasi yang mendukung fungsi sarana dan

prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di

atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti, adanya sistem pengairan,

distribusi air bersih dan sistem pembuangan air limbah, adanya sumber listrik,

energi jaringan yang memandai untuk kebutuha baik pengunjung maupun

pengelola, adanya sistem jalur angkutan dan jalan yang memadai dan lancar

sehingga mempermudah wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut,

adanya sistem komunikasi yang memudahkan wisatawan untuk mendapatkan

informasi dan mengirimkan informasi secara cepat, selain itu juga harus ada

sistem keamanan dan pengawasan karena untuk menjaga keamanan di daerah

wisata agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh wisatawan sehingga

ketika berwisata mereka akan merasa aman dan nyaman.

e. Masyarakat dan Lingkungan

Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai

jenis dan kualitas layanan yang di butuhkan oleh para wisatawan. Dalam hal

seperti ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan

berbagai penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar

wisata, sehingga masyarakat akan sadar wisata tersebut bisa memberikan dampak

positif dan mendapatkan keuntungan dari wisatawan yang membelanjakan

uangnya. Begitu sebaliknya wisatawan akan mendapatkan pelayanan yang

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

18

memudahkan mereka untuk memenuhi kebutuhan. Pada lingkungan objek wisata

juga harus diperhatikan agar tidak rusak maupun tercemar, oleh sebab itu perlu

adanya upaya menjaga kelestarian lingkungan dengan melalui penegakan berbagai

aturan dan persyaratan dan pengelolaan suatu objek wisata.

Landasan Pembangunan Pariwisata Indonesia dalam Pengembangan

kepariwisataan sebagaimana digariskan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara

(GBHN) dalam kurun waktu Repelita VI ditetapkan (Suwantoro, 2004) sebagai

berikut :

a. Pembangunan pariwisata ditingkatkan dengan mendayagunakan sumber atau

potensi yang ada sehingga menjadi kegiatan ekonomi untuk memperbesar

penerimaan devisa, memperluas atau pemerataan kesempatan berusaha atau

lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat dan pariwisata akan

mendorong pembangunan daerah.

b. Memperkenalkan nilai budaya bangsa atau meningkatkan kualitas

kebudayaan nasional dengan memperhatikan tetap terpeliharanya kebudayaan

bangsa, kelestarian dan mutu lingkungan hidup.

c. Pembangunan pariwisata dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan

sektor lain serta antar pengusaha pariwisata agar mereka dapat saling

menunjang.

d. Menciptakan iklim yang menarik melalui pengembangan objek wisata,

kegiatan promosi, penyediaan prasarana dan sarana pendidikan dan latihan

pariwisata serta meningkatkan mutu dan pelayanan yang dilakukan bersama

sektor lainnya, serta berbagai usaha pariwisata.

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

19

Menurut Spilanne (1991) menyatakan bahwa ada beberapa hal tertentu dalam

mempertimbangkan pengembangan pariwisata yaitu dengan perencanaan

pengembangan pariwisata harus menyeluruh, sehingga seluruh segi

pengembangan pariwisata diperhitungkan dengan memperhatikan pula

perhitungan untung rugi apabila dibandingkan dengan pembangunan pada sektor

lain. Selain itu adanya pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian

rupa, sehingga dapat membawakan kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas

dalam masyarakat setempat dan konflik pertentangan sosial dapat dicegah agar

dapat menjadi perubahan sosial yang positif. Terakhir dengan adanya

pengembangan pariwisata harus “sadar-lingkungan”, sehingga pengembangannya

mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan lingkungan alam suatu negara, bukannya

justru merusak lingkungan alam dan budaya yang khas di daerah.

D. Dampak Pariwisata

Menurut Faizun (2009) Dampak pariwisata adalah perubahan-perubahan

yang terjadi terhadap masyarakat sebagai komponen dalam lingkungan hidup

sebelum ada kegiatan pariwisata dan setelah ada kegiatan pariwisata. Dalam

kegiatan pariwisata yang melibatkan banyak komponen di dalamnya seringkali

menimbulkan dampak terhadap masyarakat dan lingkungan dimana kegiatan

pariwisata tersebut dilakukan.

Keuntungan yang di dapatkan dengan adanya pariwisata di suatu daerah

menurut Spillane (1991) yaitu dapat menambah pemasukan ataupun pendapatan

masyarakat daerah dengan menjual barang dan jasa seperti adanya tempat makan,

homestay atau penginapan, menjual barang-barang souvenir atau oleh-oleh

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

20

makanan khas dari daerah tersebut. Selain itu juga dapat membuka kesempatan

kerja bagi masyarakat sekitar, menunjang gerak pembangunan di daerah, dan

merangsang pertumbuhan kebudayaan asli daerah.

1. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan di

daerah tujuan wisata. Penyebab perubahan tersebut di antaranya adalah adanya

pengembangan fasilitas pelayanan wisata dan pengembangan kegiatan pariwisata

seperti atraksi, rekreasi, akomodasi, serta kegiatan penunjang lainnya. Akomodasi

ini terus dikembangkan untuk menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat

wisata (Paramitasari, 2010). Pada kegiatan pemanfaatan lahan di gunakan untuk

memenuhi kebutuhan manusia, salah satunya adalah untuk pariwisata. Selain itu,

kegiatan pemanfaatan lahan juga untuk mendirikan warung, toko, penginapan, dan

ladang atau kebun.

2. Dampak Ekonomi

Secara formal menurut Brida dan Zapata (2010), para peneliti tentang

pariwisata menilai dari aspek ekonomi. Mereka membagikan dampak ekonomi

yang terjadi karena kegiatan pariwisata terdiri atas adanya efek langsung dan efek

tidak langsung. Manfaat efek langsung dapat diakibatkan dari pengeluaran

wisatawan yang langsung, seperti pengeluaran untuk warung makan, penginapan,

transportasi, wahana atau objek dan lain sebagainya. Selanjutnya unit usaha yang

menerima dampak langsung tersebut akan membutuhkan input (bahan baku dan

tenaga kerja) dari sektor lain, dan hal ini akan menimbulkan dampak efek tidak

langsung. Sedangkan Menurut META (2001), Kegiatan pariwisata menghasilkan

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

21

dampak ekonomi yang terdiri dari dampak langsung yang merupakan total nilai

pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan di lokasi objek pariwisata seperti

konsumsi, souvenir, hotel, restoran, dan lainnya. Dampak tidak langsung adalah

aktivitas ekonomi dengan perputaran yang terjadi setelah diterimanya pengeluaran

wisatawan. Sedangkan dampak lanjutan adalah pengeluaran pendapatan yang

diperoleh warga setempat dari upah dan keuntungan yang diperoleh dari

perputaran dampak langsung dan tidak langsung. Konsep pada dampak ekonomi

didasarkan pada teori bahwa pengeluaran dari non-lokal warga disuntikan ke

dalam ekonomi dan akan menguntungkan masyarakat lokal (Anthony W. Dixon et

al., 2013).

Dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata menurut Yoeti (2008) yaitu

dapat menciptakan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan kerja, dapat

meningkatkan pendapatan, dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan

retribusi daerah, dapat meningkatkan pendapatan nasional (Gross Domestic

Bruto), dapat mendorong peningkatan infestasi dari sektor industri pariwisata dan

sektor ekonomi lainnya, serta dapat memperkuat neraca pembayaran.

Menurut Suwantoro (2004) Dampak ekonomi dari adanya pariwisata di

antaranya yaitu :

a. Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha

Peningkatan pembangunan pariwisata dapat membuka lapangan kerja dan

lapangan berusaha, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik pada

waktu sebelum dan sesudah berlangsungnya kegiatan kepariwisataan tersebut.

Secara langsung pada usaha akomodasi, restoran dan angkutan wisata, biro

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

22

perjalanan, taman rekreasi dan hiburan, cinderamata, informasi pariwisata,

pramuwisata dan pemerintah. Secara tidak langsung pada usaha taxi, pusat

perbelanjaan, industri kecil, pengolahan makan, pertanian, perkebunan,

perbankan, olahraga dan jasa lainnya.

b. Meningkatkan devisa

Sektor pariwisata mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa yaitu

dilihat dengan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara.

Sebagai penghasil devisa yang diandalkan, pembangunan pariwisata dapat

mendukung kelanjutan pembangunan nasional.

c. Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat

Belanja wisata di daerah tujuan wisata akan meningkatkan pendapatan dan

pemerataan pada masyarakat setempat baik langsung maupun tidak langsung

melalui dampak berganda.

d. Menunjang pembangunan daerah

Pembangunan pariwisata cenderung untuk tidak terpusat di kota, melaikan ke

daerah pedalaman dan pantai yang bebas dari kebisingan kota. Dengan

demikian sektor pariwisata amat berperan dalam menunjang pembangunan

daerah.

E. Persepsi

Menurut Slameto (2010), Persepsi adalah proses yang menyangkut

masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui presepsi manusia

terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungan. Hubungan ini

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

23

dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihatan, pendengaran, peraba, perasa

dan pencium. Jika dikaitkan dengan persepsi terhadap kondisi wisata adalah

penilaian yang diberikan oleh tenaga kerja, pelaku usaha, dan wisatawan terhadap

segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi wisata.

F. Konsep Multiplier Effect

Multiplier effect merupakan suatu keterkaitan langsung dan tidak langsung

yang kemudian mendorong adanya kegiatan pembangunan diakibatkan oleh

kegiatan pada bidang tertentu baik bersifat positif maupun negatif yang

menggerakkan kegiatan dibidang-bidang lain (Lestari, 2015). Nilai multiplier

effect sendiri adalah nilai yang menunjukkansejauh mana pengeluaran wisatawan

akan menstimulasi pengeluaran lebih lanjut, sehingga pada akhirnya

meningkatkan aktivitas ekonomi ditingkat lokal.

Menurut META 2001, formula untuk menghitung nilai pengganda dari

pengeluaran wisatawan yaitu: (1) Lokal pendapatan Keynesian Multiplier dimana

nilai yang dihasilkan dari pengeluaran lebih atau pengurangan dari pengeluaran

yang digandakan untuk mengetahui penambahan dan pengurangan pendapatan

lokal. Keynesian merupakan metode terbaik untuk merefleksikan keseluruhan

dampak dari pengeluaran lebih dari wisata. (2) Rasio Pendapatan Multiplier

adalah nilai yang diperoleh dari peningkatan dan penurunan pendapatan langsung

dari ekonomi lokal yang digandakan untuk memperoleh hasil peningkatan dan

penurunan total pendapatan lokal.

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

24

G. Penelitian Terdahulu

Peneliti Achadiat Dritasto

Annisa Ayu Anggraeni Muhammad Ikhsan Nur Kartika Rahmawati

Tujuan Menganalisis dampak ekonomi yang

ditimbulkan oleh kegiatan wisata terhadap

pendapatan masyarakat di Pulau Tidung

Mendeskripsikan Multiplier Effect Industri Pariwisata

Candi Muara Takus Terhadap Perekonomian

Masyarakat Di Kecamatan XII Koto Kampar

Kabupaten Kampar.

Untuk mengetahui Kajian Perubahan Penggunaan Lahan

Dan Dampak Berganda (Multiplier Effect) untuk

Pengembangan Objek Pariwisata Lembah Asri Serang Di

Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten

Purbalingga

Metode Sumber data dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Jenis data dalam

penelitian ini berupa data kualitatif dan

kuantitatif. Teknik pengumpulan data meliputi

observasi dan wawancara. Teknik analisis data

menggunakan Analisis Efek Berganda

(Multiplier Effect Analysis).

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Metode dalam penentuan sampel

menggunakan Quota Sampling. metode deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data yang

digunakan adalah metode deskriptif dan Analisis Efek

Berganda (Multiplier Effect Analysis)

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Jenis data dalam penelitian adalah

penelitian kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan

data dengan data primer dan dan sekunder. Teknik analisis

data menggunakan analisis data deskriptif dan Analisis

Efek Berganda (Multiplier Effect Analysis).

Hasil Keberadaan wisata di Pulau Tidung telah

memberikan dampak ekonomi terhadap

perekonomian masyarakat lokal walaupun

masih terbilang kecil. Terbukti dari nilai

Keynesian Income Multiplier adalah sebesar

0,28, Ratio Income Multiplier Tipe I adalah

sebesar 1,35 dan Ratio Income Multiplier Tipe

II adalah 1,59.

Persepsi dari pengunjung terhadap kondisi wisata

sebesar 54% yaitu cukup baik, persepsi pelaku usaha

terhadap kondisi wisata sebesar 65% yaitu baik, dan

persepsi tenaga kerja memberikan penilaian baik 66%

terhadap kondisi objek wisata. sedangkan untuk Wisata

alam tanjung didanau singkarak memberikan dampak

ekonomi yang nyata bagi masyarakat lokal, yang

meliputi dampak lansung, tidak lansung dan lanjutan

yang di ukur dengan multiplier effect dimana hasilnya

Keynesian Income Multiplier adalah sebesar 1,14,

Ratio Income Multiplier Tipe I adalah sebesar 1,19 dan

Ratio Income Multiplier Tipe II adalah 1,36.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu perubahan

penggunaan lahan di Desa Serang pada tahun 2009 & 2018

mengalami perubahan 12,98% dari luas daerah dan

perubahan penggunaan lahan di lembah asri serang serang

tahun 2014 & 2019 mengalami perubahan penambahan

sebesar 3,83ha atau 43,97% dari luas objek wisata.

Persepsi tenaga kerja memberikan penilaian sebesar 87,3%

dan pelaku usaha memberikan penilaian sebesar 86,8%

yang artinya kondisi objek pariwisata sangat baik,

sedangkan wisatawan memberikan penilaian sebesar

73,8% dengan kategori baik terhadap kondisi objek wisata. Objek Pariwisata Lembah Asri Serang memberikan

dampak ekonomi yang nyata bagi masyarakat lokal, yang

meliputi dampak langsung, tidak langsung dan lanjutan

yang di ukur dengan multiplier effect dimana hasilnya

Keynesian Income Multiplier adalah sebesar 7,9, Ratio

Income Multiplier Tipe I adalah sebesar 1,6 dan Ratio

Income Multiplier Tipe II adalah 1,9.

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

25

H. Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini menjelaskan tentang tahapan-tahapan proses berpikir

dalam melakukan penelitian, mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian

sampai dengan hasil akhir dari sebuah penelitian yang di lakukan, sehingga apa

yang menjadi permasalahan dalam penelitian dapat terjawab. Adapun kerangka

pikir dalam penelitian ini dapat diamati pada Gambar berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Desa

Serang Tahun 2009 & 2018

Penggunaan lahan di objek

pariwisata Lembah Asri Serang

Tahun 2014 & 2019

Perubahan Lahan

Pengembangan

Pariwisata

Dampak Ekonomi

(Dampak langsung, tidak

langsung dan lanjutan)

Persepsi (Tenaga

kerja, pelaku usaha

dan wisatawan)

Perubahan dan

Multiplier Effect

Perubahan Lahan

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019

26

I. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang ada dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Perubahan penggunaan lahan untuk pengembangan objek pariwisata Lembah

Asri Serang di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga

> 50 % dari luas daerah area objek wisata.

2. Persepsi untuk pengembangan objek pariwisata Lembah Asri Serang di Desa

Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga > 50 % disetujui.

3. Dampak berganda (Multiplier Effect) untuk pengembangan pariwisata

Lembah Asri Serang di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten

Purbalingga apabila 0 < x < 1, maka nilai berdampak rendah.

Kajian Perubahan Penggunaan…, Nur Kartika Rahmawati, FKIP UMP, 2019