bab ii tinjauan pustaka a. konsep tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/bab ii.pdf22 bab ii tinjauan...

35
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1. Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan sosial masyarakat, terdapat berbagai petunjuk hidup dalam berperilaku dan berhubungan antar-individu masyarakat yang disebut dengan norma (kaidah), tanpa itu niscaya masyarakat akan mengalami kondisi yang antabranta. Secara prinsipil Norma dalam masyarakat terbagi dalam dua bagian yakni nomo dinamis (norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma agama) dan nomo statis (norma hukum). Norma (kaedah) hukum ditujukan pada sikap atau perbuatan lahir manusia. 27 Norma (kaedah) hukum berisi kenyataan normatif (apa yang seyogyanya dilakukan), sebab dalam hukum yang penting bukanlah apa yang terjadi, tetapi apa yang seharusnya terjadi. 28 Norma hukum berisi perintah dan larangan yang bersifat imperatif, dan berisi perkenaan yang bersifat fakultatif. 29 Norrma hukum inilah yang sebut sebagai hukum positif, yang berlaku dalam suatu negara dan dalam waktu tertentu, atau yang dikenal dengan ius contutum. 27 Sudikno Mertokusumo, 2003, mengenal hukum suatu pengantar, Liberty, Yogyakarta. Hal. 12 28 Ibid. Hal. 16 29 Ibid. Hal. 32

Upload: others

Post on 29-Jul-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tujuan Hukum

A.1. Istilah dan Pengertian Hukum

Didalam kehidupan sosial masyarakat, terdapat berbagai petunjuk

hidup dalam berperilaku dan berhubungan antar-individu masyarakat

yang disebut dengan norma (kaidah), tanpa itu niscaya masyarakat akan

mengalami kondisi yang antabranta. Secara prinsipil Norma dalam

masyarakat terbagi dalam dua bagian yakni nomo dinamis (norma

kesopanan, norma kesusilaan, dan norma agama) dan nomo statis (norma

hukum).

Norma (kaedah) hukum ditujukan pada sikap atau perbuatan lahir

manusia.27

Norma (kaedah) hukum berisi kenyataan normatif (apa yang

seyogyanya dilakukan), sebab dalam hukum yang penting bukanlah apa

yang terjadi, tetapi apa yang seharusnya terjadi.28

Norma hukum berisi

perintah dan larangan yang bersifat imperatif, dan berisi perkenaan yang

bersifat fakultatif.29

Norrma hukum inilah yang sebut sebagai hukum

positif, yang berlaku dalam suatu negara dan dalam waktu tertentu, atau

yang dikenal dengan ius contutum.

27

Sudikno Mertokusumo, 2003, mengenal hukum suatu pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Hal. 12

28 Ibid. Hal. 16

29

Ibid. Hal. 32

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

23

Istilah “hukum” sangat cukup beragam dalam bahasa setiap negara,

dalam bahasa Inggris disebut “law”, dalam bahasa Perancis disebut

“droit”, dalam bahasa Belanda disebut “recht”, dalam bahasa Jerman

disebut “recht” sedangkan dalam bahasa Arab disebut “syari’ah”.30

Perihal mendefinisikan hukum, para ahli hukum cukup sukar untuk

mendefinisikan hukum secara baku, sehingga setiap para ahli sangat

beraneka ragam dalam memberikan suatu rumusan atau mendefinisikan

hukum, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Lemaire.31

Utrecht, dalam bukunya pengantar hukum indonesia

mengemukakan “hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup

(perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu

masyarakat, dan oleh karena itu seharusnya ditaati oleh anggota

masyarakat yang bersangkutan.32

Selanjutnya, Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya rasa keadilan

sebagai dasar segala hukum menyatakan bahwa “hukum adalah

rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang sebagai

anggota masyarakat.33

Sementara, Soerjo Wignjodipoero dalam bukunya pengatar ilmu

hukum menyatakan bahwa “hukum adalah himpunan peraturan-peraturan

hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau

30

Riduan Syahrani, 2008, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Cetakan Ke III, Bandung, Hal. 15

31 Lemaire menjelaskan bahwa “hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam

hal itu menyebabakan tak mungkin orang membuat suatu definisi apa itu hukum sebenarnya”.

Dalam Mohamad Rosmalie, 1985, Ibid. Hal. 16

32 Ibid. Hal 16.

33 Ibid. Hal. 16.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

24

perizinan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu serta dengan maksud

untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyrakat”.34

Demikianlah beberapa rumusan para ahli untuk melukiskan apa

yang dengan “hukum”. dan dalam hal ini penulis menguraikan unsur-

unsur dalam hukum sebagai berikut:

1 Serangkaian peraturan-peraturan petunjuk hidup

2 Berisi perintah dan larangan, dan kebolehan atau perkenaan

3 Bersifat memaksa dan mengatur

4 Ditujukan sikap tindak atau perilaku masyarakat

5 Dibuat oleh lembaga yang berwenang atau berkuasa.

6 Memiliki sanksi tegas bilamana dilanggar apa yang dilarang.

A.2. Pengertian Asas Hukum

Secara etimologi asas berasal dari bahasa arab yakni asasun yang

mengandung arti dasar, basis, dan pondasi. Jika dikaitkan dengan sistem

berpikir maka asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar.35

Dalam kamus ilmiah populer Asas adalah pokok, dasar, prinsip,

fundamen.36

Sementara dalam pengertian lain, asas adalah suatu alam

pikiran yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya sesuatu norma

hukum.37

34 Ibid. Hal. 18

35

Rohidin, 2016, Buku Ajar Pengantar Hukum Islam dari Semenanjung Arab Hingga

Indonesia, Jogjakarta, Lintang Rasi Aksara Books, Hal 37. 36

Agustin Risa, Kamus Ilmiah Populer Lengkap Dengan EYD dan Pembentukan Istilah

Serta Akronim Bahasa Indonesia, Penerbit Serba Jaya, Surabaya, Hal. 39 37

Kamus Hukum, Penerbit Citra Umbara, Bandung 2008. Hal. 31

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

25

Berpijak pada pengertian asas yang dirumuskan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, maka terdapat tiga pengertian yang terkandung

didalamnya, yakni (1) dasar, alas, pondamen, (2) suatu kebenaran yang

menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir, (3) cita-cita yang menjadi

dasar.

Dalam memaknai asas hukum, beberapa pakar mengemukakan

antaralain, Bellefroid mengartikan asas hukum adalah norma dasar yang

dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap

berasal dari aturan aturan yang lebih umum. Asas hukum umum itu

merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.38

dengan

demikian titik tekan Bellefroid bahwa asas hukum bertitik tolak dari

adanya hukum positif yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat.

Sementara Sudikno Mertokusumo mengemukakan, bahwa asas

hukum atau prinsip hukum bukanlah peraturan konkrit, melainkan

pikiran-pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang

dari peraturan yang kongkrit yang terdapat dalam dan dilatarbelakangi

setiap system hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan

dan putusan hakim yang merupakan hukum positif.39

Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat pakar tersebut,

penulis menyimpulkan dan merumuskan unsur-unsur asas hukum

antaralain : (1) Suatu rumusan yang memuat hal-hal mendasar, pokok

38 Bellefroid, dalam Machmudin Dudu Duswara, 2013, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah

Sketsa, Bandung, PT Refika Aditama, Hal 67-68

39 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Sutau Pengantar, Liberty, Cetakan Ke dua,

Yogyakarta, Hal. 34

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

26

atau prinsipil, (2) menjadi dasar ada dan berlakunya suatu norma hokum,

(3) bersifat umum.

Sementara Teori Hukum secara terminology dikenal dengan

beberapa istilah yaitu Legal theory, Jurisprudence, Legal history.40

Dalam

hal ini diuraikan sebagai berikut:

(1) Legal theory adalah suatu teori hukum yang memfokuskan

kajiannya bahwa hukum yang dianggap eksis adalah apa yang ada

di dalam undang-undang, sedangkan di luar undang-undang dapat

dianggap bukan/bagian dari hukum. Istilah legal theory banyak

lebih mengacu pada pandangan positivistik. Pada posisi demikian

ini para praktisi hukum (jurist als medespeler) kurang atau tidak

menyukai teori hukum (legal theory) karena dianggap sangat

terbatas dan sempit sifatnya. (2) Jurisprudence adalah suatu teori

hukum yang lebih meletakkan pada suatu dasar pemikiran bahwa

hukum dan masyarakat bersifat dialektika fungsional. Yaitu antara

hukum dan masyarakat tidak dapat dilepaskan satu dan lainnya dan

saling pengaruh mempengaruhi. (3) Legal history adalah suatu teori

yang berdasarkan pemikiran tentang teori hukum erat hubungannya

dengan ideology (legal ideology) dari masyarakat pendukungnya

yang berarti bahwa teori hukum sangat erat hubungannya dengan

sejarah hukum.41

Teori hukum adalah suatu keseluruhan pernyataan yang saling

berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan

keputusan-keputusan hukum, yang untuk suatu begian penting sistem

tersebut memperoleh bentuk dalam hukum positif.42

Artinya bahwa suatu

teori yang saling berkaitan berkenaan dengan hukum yang memperoleh

suatu bentuk tetap dalam aturan-aturan dan keputusan.

A.3. Teori Tujuan Hukum

40 L.A. Hart dan W. Halverson, 1981, Hal. 2-9, dalam Tiar Ramon, Teori Hukum

https://tiarramon.wordpress.com, di unduh pada tanggal 10 April 2018 Pukul 1.34.

41 Ibid.

42

Bruggink, yang diterjemahakan (alih bahasa) Arief Sidharta, 1999, Refleksi Tentang

Hukum, PT. Citra Aditya Bakhti, Hal. 4

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

27

Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Dan dalam

fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai

tujuan. Tujuan hukum merupakan arah atau sasaran yang hendak

diwujudkan dengan memakai hukum sebagai alat dalam mewujudkan

tujuan tersebut dengan mengatur tatanan dan prilaku masyarakat.

Begitu banyak teori tentang tujuan hukum, namun paling tidak, ada

beberapa teori yang dapat di golongkan sebagai grand theory tentang

tujuan hukum, sebagaimana dikemukakan Acmad Ali dalam bukunya.43

Achmad Ali membagi grand theory tentang tujuan hukum ke dalam

beberapa teori yakni teori barat, teori timur, dan teori hukum islam yakni

sebagai beriku:

a. Teori Barat

menempatkan teori tujuan hukumnya yang mencakup kepastian

hukum, keadilan dan kemanfaatan.44

Yang akan dijelaskan lebih

lanjut dalam tabel yang terdiri atas teori klasik dan teori modern.

b. Teori Timur

berberda dengan teori barat, bangsa-banga timur masih

menggunkan kultur hukum asli mereka, yang hanya

menekankan maka teori tentang tujuan hukumnya hanya

43 “Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Toeri Peradilan (judicialprudence)

termasuk interpretasi Undang-Undang (legisprudence)” merupakan salah satau dari sebelas

Volume karangan buku Profesor Dr. Acmad Ali, S.H.,M.H, (Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Hasanudin)

44 Acmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Toeri Peradilan

(judicialprudence) termasuk interpretasi Undang-Undang (legisprudence), Kencana Perdana

Media Group, Cetakan Ke-I Agustus, Jakarta, Hal. 212

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

28

menekankan “keadilan adalah keharmonisasian, dan

keharmonisasian aalah kedamaian”.45

c. Teori hukum islam.

Teori tujuan hukum islam, pada prinsipnya bagaimana

mewujudkan “kemanfaatan” kepada seluruh umat manusia,

yang mencakup “kemanfaatan” dalam kehidupan dunia maupun

diakhirat. Tujuan mewujudkan kemafaatan ini sesuai dengan

prinsip umum Al-Qur’an: a. Al-Asl fi al-manafi al-hall wa fi al-

mudar al man’u (segala yang bermanfaat dibolehkan, dan segala

yang mudarat dilarang). b. La darara wa la dirar (jangan

menimbulkan kemudaratan dan jangan menjadi korban

kemudaratan). c. Ad-darar yuzal (bahaya harus dihilangkan).46

Perilah “teori barat” lebih jelasnya ia (Achmad Ali) memasukan

dan menjelaskanya ke dalam skema sebagai berikut:47

Tabel : Grand Western Theory tentang Tujuan Hukum

Teori Klasik a. Teori Etis Tujuan hukum semata-mata

untuk mewujudkan keadilan

(justice)

b. Teori Utilitas Tujuan hukum semata-mata

untuk mewujudkan

kemanfaatan (Utility)

c. Teori Legalistik Tujuan hukum semata-mata

untuk mewujudkan

kepastian hukum (Legal

Certainty)

Teori Modern a. Teori Prioritas Baku Tujuan hukum mencakup:

1. keadilan

45 Ibid. Hal. 212-213

46

Ibid. Hal. 216-217

47 Ibid. Hal. 213

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

29

2. kemanfaatan

3. kepastian hukum

b.Teori Prioritas Kasuitik Tujuan hukum mencakupi

keadilan-kemanfaatan-

kepastian hukum, dengan

urutan prioritas, sesuai

dengan kasus yang dihadapi

dan ingin dipecahkan.

Selaras dengan tujuan hukum barat, Indonesia mengunakan hukum

formal barat yang konsep tujuan hukumnya adalah keadilan,

kemanfaatan, dan kepastian hukum, namun Indonesia juga menganut

sistem eropa kontinental secara dominan dalam sistem hukumnya,

sehingga corak pemikirannya sangat legalistik. Hal itu disebabkan oleh

keadaan dan sejarah perkembangan indonesia sebagaimana dikemukakan

oleh Ahmad Ali.48

Dan bagi negara-negara berkembang (salah satunya Indonesia)

pada umumnya hukum di negara-negara berkembang secara historis

terbentuk oleh empat lapisan.

Lapisan terdalam terdiri dari aturan aturan kebiasaan yang diakui

(sebagai hukum oleh masyarakat yang bersangkutan), di atasnya

ialah lapisan aturan-aturan keagamaan yang diakui, kemudian

aturan-aturan hukum dari negara kolonial dan lapisan paling atas

ialah hukum nasional modern yang terus berkembang. Sejak

beberapa puluh tahun ke belakang kemudian ditambahkan lapisan

kelima, yaitu hukum internasional.49

48 Acmad Ali mengemukakan bahwa Indonesia sebagai bangsa timur memang mengalami

“dua macam kesialan atau kecelakaan sejarah”. Yang pertama, sial atau celaka pernah mengalami

penjajahan dari Bangsa Barat selama ratusan tahun di jawa dan puluhan tahun di berbagai daerah

lain. Kedua, bangsa barat yang menjajah indonesia, yakni bangsa belanda yang menganut sistem

hukum eropa kontinental yang legalistik dan ditambah dengan pemaksaan “politik hukum kolonial

belanda” kepada negeri jajahan yang dikenal dengan istilah asas konkordansi. Dan penulis tidak

sepenuhnya sependapat atas pandangan tersebut. 49 Jan Michiel Otto, Kepastian Hukum Yang Nyata di Negara Berkembang, dalam Jan

Michiel Otto (et.all), 2012, Kajian sosio-legal: Seri Unsur-Unsur Penyusun Bangunan Negara

Hukum, Penerbit Pustaka Larasan, Edisi Pertama, Denpasar, Bali, Hal. 119

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

30

Soebekti, berpendapat bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan

negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan keabahagiaan para rakyat.

Dalam mengabdi kepada tujuan negara dengen menyelenggarakan

keadilan dan ketertiban.50

Menurut hukum positif yang tercantum dalam alienea ke 4

Pembukaan Undang-Undang Dasar, menyatakan bahwa tujuan hukum

positif kita adalah untuk membentuk suatu pemerintahan negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh

tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdasakan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.51

Menurut Teori Campuran, Mochtar Kusuatmadja mengemukakan

tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan

ketertiban adalah syarat pokok bagi adanya masyarakat manusia yang

teratur. Disamping itu, tujuan lain hukum adalah tercapainya keadilan

yang berbeda isi dan ukuranya menurut masyarakat dan zamanya.52

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan

negara yang menggunakan konsep umum tujuan hukum yang sama

dengan negara-negara barat yang menggunakan sistem hukum civil law

dan living law yakni keadilan, kemanafaatan dan kepastian. Namun yang

50 Sudikno Mertokusumo ,Op.cit, Hal. 81

51 Ibid.

52

Ibid.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

31

lebih dominan bercorak legalistik yang menekankan pada aspek hukum

tertulis yang berorientasi pada kepastian.

Dengan demikian, pada hakikatnya suatu hukum harus memiliki

tujuan yang didalamnya mengandung unsur keadilan, kemanfaatan dan

kepastian. Ketiga-ketiganya merupakan syarat imperatif yang tidak boleh

hanya satu unsur dan atau dua unsur lainya yang terpenuhi.

A.4. Teori Tujuan Hukum dalam Aspek Kepastian

Kepastian hukum merupakan teori yang lahir atas perkembangan

paham positivisme hukum yang berkembang pada abad ke 19. Kepastian

hukum sangat erat kaitanya dengan hukum positif yakni suatu hukum

yang berlaku dalam suatu wilayah Negara dan atau kedaan tertentu yang

berbentuk tertulis (Peraturan Perundang-Undangan). Aturan tersebut

pada prinsipnya mengatur atau berisi tentang ketentuan-ketenatuan umum

yang menjadi pedoman bertingkah laku bagi setiap individu masyarakat.

Bahwa adanya aturan hukum semacam itu dan pelaksanaan aturan

tersebut akan menimbulkan kepastian hukum, yang dalam pandangan

Peter Mahmud sebagai berikut:

Kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu pertama, adanya

aturan yang bersifat umum membuat individu dapat mengetahui apa

saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan; dan kedua, berupa

keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah

karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh

negara terhadap individu.53

53

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengntar Ilmu Hukum edisi revisi, Kencana Prenada

Media Group, Hal 136

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

32

Sejalan dengan itu, Satjipto Raharjo mengemuka-kan pandangan

mengenai hukum subtantif dan hukum proesdural yang dikeluarkan oleh

pembuat hukum. Peraturan subtantif adalah peraturan yang berisi tentang

perbuatan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sedangkan

peraturan prosedural adalah peraturan yang isinya mengatur tentang tata

cara dan tata tertib untuk melaksanakan peraturan subtantif tersebut yang

bersifat prosedural.54

Kepastian undang-undang lahir dari aliran yuridis dogmatik-

normatif-legalistik-positivistis yang bersumber dari pemikiran kaum legal

positivisim di dunia hukum. penganut aliran ini, tujuan hukum hanya

semata-mata untuk mewujudkan legal certainty (kepastian hukum) yang

dipresepsikan sekedera “kepastian undang-undang”. Kepastian hukum

menurut pandangan kaum legalistik, sifanya hanya sekedar membuat

produk perundang-undangan, dan menerapkan dengan sekedar

menggunakan “kacamata kuda” yang sempit.55

Lebih lanjut, penganut legalistik menyatakan, meskipun aturan

hukum atau penerapan hukum terasa tidak adil, dan tidak memberikan

manfaat yang besar bagi mayoritas warga masyarakat, hal itu tidak

menjadi soal, asalkan kepastian hukum legal certainty dapat terwujud.56

Secara sosio-historis, masalah kepastian hukum muncul bersamaan

dengan sistem produksi ekonomi kapitalis. Berbeda dengan sistem

54

Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan Ke-V,

Bandung, Hal. 77 55

Acmad Ali, Op.cit. Hal.284

56Ibid. Hal.286

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

33

produksi sebelumnya maka yang terkahir ini mendasarkan pada

perhitungan efisiensi. Semua harus bisa dihitung dengan jelas dan pasti,

berapa barang yang dihasilkan, berapa ongkos yang dikeluarkan, dan

berapa harga jual.57

Hukum modern itu mengikuti perkembangan zaman

yang sangat mendukung kebutuhan sistem ekonomi baru yang

kapitalistik.

Karena tertulis dan diumumkan secara publik, maka segala sesuatu

bisa diramalkan dan dimasukan ke dalam komponen produksi. Sehingga

ilmu hukum juga terpanggil untuk memberi legitimasi teori terhadap

perkembangan tersebut. disinilah munculnya positivisme dan berfikir

positivistik.58

Dengan demikian penulis menarik kesimpulan dan menegaskan

sekali lagi, bahwa sejatinya hukum positif negara kita yang bersifat

legalistik yang selalu mengangungkan kepastian hukum pada dasarnya

berpihak dan mengikuti perkembangan ekonomi kapitalisme dalam

sistem produksi dan industrialisasi.

Redbruch, dalam tesisnya yang membicarakan tentang cita hukum

(idea des recht) yang termaktub dalam tiga nilai dasar (Grundwerten)

yaitu keadilan (gerechtigkeit), kemanfaatan (zwekmaeszigkeit), dan

kepastian hukum (rechtssichherkeit).59

Ketiga nilai dasar tersebut tidak

selalu berada dalam hubungan yang serasi (harmonis) satu sama lain,

melainkan saling berhadapan, bertentangan satu sama lain.

57 Ibid. Hal.290

58 Ibid. Hal.291

59

Redbruch, dalam Acmad Ali, Ibid. Hal.292

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

34

Berdasarkan ajaran prioritas baku, Gustav Rebruch mengemukakan

kembali, yang awalnya bahwa ide dasar hukum itu merupakan tujuan

hukum secara bersama-sama, namun setelah berkembang, bahwa (ia

mengajarkan) kita harus menggunakan asas prioritas, dimana prioritas

pertama adalah keadilan, kedua kemanfaatan, dan terkahir adalah

kepastian hukum. kepastian dan kemanfaatn hukum tidak boleh

bertentang dengan keadilan, juga kepastina hukum tidak boleh

bertentangan dengan kemanfaatan.60

Selanjutnya, tentang “kepastian hukum” Fuller yang dikutip Satjipto

Raharjo dalam bukunya Hukum dalam Jagat Ketertiban menjelaskan

bahwa, “Fuller mengajukan delapan asas yang harus dipenuhi oleh

hukum dan apabila itu tidak terpenuhi, maka gagalah hukum disebut

sebagai hukum. kedepalan asas tersebut sebagai berikut :61

1 Suatu sistem hukum terdiri dari peraturan-peraturan, tidak

berdasarkan putusan-putusan sesat untuk hal-hal tertentu (ad

hoc).

2 Peraturan tersebut di umumkan kepada publik.

3 Tidak berlaku surut, karena akan merusak integritas sistem.

4 Dibuat dalam rumusan yang dimengerti oleh umum.

5 Tidak boleh ada peraturan yang saling bertentangan.

6 Tidak boleh menuntut suatu tindakan yang melebihi apa yang

bisa dilakukan.

7 Tidak boleh sering diubah-ubah.

8 Harus ada kesesuaian antara peraturan dan pelaksanaan sehari-

hari.

Sejalan dengan itu, Jan Micheil Otto memberikan suatu definisi

“kepastian hukum” yang tidak sekedar kepastian yuridis. Kepastian

60

Ibid. Hal. 288

61 Fuller yang dikutip oleh Satjipto Raharjo, 2006, Hukum dalam jagat ketertiban,

dalam Acmad Ali, Ibid. Hal. 294

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

35

hukum nyata sesungguhnya mencakup pengertian kepastian hukum

yuridis, namun sekaligus lebih dari itu. Saya (Jan) mendefinisikannya

sebagai kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu:62

1. tersedia aturan-aturan hukum yang jelas, konsisten dan mudah

diperoleh (accessible), diterbitkan oleh atau diakui karena

(kekuasaan) negara.

2. bahwa instansi-instansi pemerintah menerapkan aturan-aturan

hukum itu secara konsisten dan juga tunduk dan taat terhadapnya.

3. bahwa pada prinsipnya bagian terbesar atau mayoritas dari warga-

negara menyetujui muatan isi dan karena itu menyesuaikan perilaku

mereka terhadap aturan-aturan tersebut.

4. bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak

(independent and impartial judges) menerapkan aturan-aturan

hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan

sengketa hukum yang dibawa kehadapan mereka.

5. bahwa keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.

Dengan demikian, pada dasarnya kepastian hukum akan memberikan

suatu dasar, apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh masyarakat,

serta perlindungan bagi setiap individu masyrakat dari tindakan otoriter

negara. Namun yang tak kalah penting adalah bahwa nilai kepastian

hukum tidak hanya berbentuk pasal-pasal dalam peraturan perundang-

udangan, melainkan adanya korelasi antara aturan hukum yang satu

dengan aturan hukum yang lain baik secara hierarkis maupun secara

subtansif. Artinya suatu aturan hukum yang satu dengan yang lain tidak

boleh tumpang tindih dan bertentangan antara yang umum dengan khusus

baik secara hierarkis maupun subtansi dalam aturan tersebut, sehingga

dapat menimbulkan suatu kepastian hukum dalam implementasinya.

62

Jan Michiel Otto, op.cit. Hal. 122

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

36

Termasuk dalam hal ini perjanjian kerjasama antara TNI dan Polri

dalam Nota Kesepahaman atau MoU TNI dan POLRI Nomor B/2/I/2018

dan Kerma Nomor 2/I/2018 Tentang Perbantuan TNI kepada Kepolisian

RI dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat harus

selaras dan berdasarkan aturan hukum kedudukanya lebih tinggi yakni

UU TNI dan UU Polri.

B. Konsep Memorandum Of Understanding (MOU)

B. 1. Istilah dan Pengertian Memorandum Of Understanding (MOU)

Istilah Memorandum of Understanding berasal dari dua kata, yakni

Memorandum dan Understanding. Secara gramatikal Memorandum of

Understanding diartikan sebagai Nota Kesepahaman.

I. Nyoman Sudana, mengartikan Memorandum of Understanding

sebagai suatu perjanjian pendahuluan, dalam artian akan diikuti perjanjian

lainya.63

kemudian dipertegas kembali oleh Munir Fuady, yang

mendefinisikan Memorandum of Understanding sebagai:

“perjanjian pendahuluan, dalam artian nantinya akan diikuti dan

dijadikan barkan dalam perjanjian lain yang mengaturnya secara

detail, karen itu, Memorandum of Understanding berisikan hal-hal

yang pokok saja. Adapun mengenai lain-lain aspek dari

Memorandum of Understanding relatif sama dengan perjanjian

lain”.64

Sedangkan Erman, menyatakan bahwa Memorandum of

Understanding sebagai sebuah “dokumen yang memuat saling pengertian

diantara para pihak sebelum perjanjian dibuat. Isi dari Memorandum of

63 I. Nyoman Sudana, Hal.9, dalam dalam Salim (et.al), Perancangan Kontrak dan

Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, Hal.47

64 Munir Fuady, Hal. 91, dalam Salim (et.al), Perancangan Kontrak dan Memorandum of

Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, Hal.46

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

37

Understanding harus dimasukan dalam kontrak, sehingga ia mempuyai

kekuatan mengikat.65

Unsur yang terkandung dalam ketiga definisi di atas, adalah (1).

Memorandum of Understanding sebagai perjanjian pendahuluan, (2). Isi

Memorandum of Understanding adalah mengenai hal-hal yang pokok, (3).

Isi Memorandum of Understanding dimasukan dalam kontrak. Ketiga

definisi di atas kurang lengkap, karena hanya mengfokuskan pada sifat

dari MOU yakni sebagai perjanjian pendahuluan.

Berbeda dari ketiga para ahli diatas, Salim dkk, mengartikan

Memorandum of Understanding adalah “nota kesepahaman yang dibuat

antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain, baik

dalam suatu negara maupun antara negara untuk melakukan kerjasama

dalam berbagai aspek kehidupan dan jangka waktu tertentu”.66

Unsur yang terkandung dalam definisi diatas, adalah meliputi:67

1. Para pihak yang membuat Memorandum of Understanding

tersebut adalah subyek hukum, baik berupa badan hukum publik

mupun badan hukum privat. Badan hukum publik misalnya

negara, pemerintah provinsi/kota/kabupaten. Adapaun badan

hukum privat adalah Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Yayasan.

2. wilayah berlaku dari Memorandum of Understanding itu bisa

regional, nasional maupun internasional.

3. subtansi Memorandum of Understanding adalah kerjasama dalam

berbagai aspek kehidupan.

4. jangka waktu tertentu.

65 Erman Rajagukguk, Hal. 4, Dalam dalam Salim (et.al), Perancangan Kontrak dan

Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, Hal.46

66 Salim (et.al), Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Sinar

Grafika, Jakarta, Hal. 47

67Ibid. Hal. 47

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

38

Pada hakikatnya subtansi dari Memorandum of Understanding

misalnya berisi suatu kerjasama dalam berbagai aspek kehidupan, di

bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, pertahanan keamanan (Hankam),

keuangan, keahlian dan lain-lain.

Menurut hemat penulis, bahwa yang diartikan Memorandum of

Understanding adalah suatu perjanjian yang dibuat secara sukarela dan

saling mengikatkan diri antara subyek hukum, dimana muatan perjanjian

tersebut memuat hal-hal yang pokok dan mengandung batasan waktu

dalam berbagai bidang kehidupan (sosial, politik, keamanan, pertahanan,

yudisial dll) yang dibuat secara tertulis maupun lisan.

Dengan demikian, tidak selalu MoU dibuat untuk masa yang akan

datang dan tidak selalu MoU akan ditindak lanjuti dengan suatu perjanjian

lainya yang bersifat rinci, karena MoU yang dibuat sudah berisi hal-hal

yang pokok dan teknis. Maka MoU merupakan suatu perjanjian.

sebagaimana Pasal 1313 KUHPerdata adalah “suatu perbuatan dimana

satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau

lebih”.68

Subketi dalam bukunya Hukum Perjanjian menyatakan suatu

perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada

seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.69

Dari peristiwa itu, timbulah suatu hubungan

68

Soimin Soedharyo, 2012, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Penerbit Sinar

Grafika, cetakan Kesebelas, Jakarta, Hal. 328

69 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Penerbit PT. Intermesa, Cetakan Keduapulusatu,

Hal. 1

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

39

hukum antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu

menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam

bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang di ucapkan atau tertulis

B. 2. Dasar Hukum Memorandum Of Understanding (MOU)

MoU dalam hukum positive Indonesia tidak diatur secara kongkrit,

melainkan muncul dalam praktik-praktik perbuatan hukum antara

masyarakat. Sehingga dalam berbagai perturan perundang-undangan,

tidak kita temukan ketentuan yang secara khusus mengatur tentang

Memorandum of Understanding, namun bilamana kita memperhatikan

subtansi dari Memorandum of Understanding maka jelaslah bahwa di

dalamnya berisi kesepakatan para pihak yang berisi tentang hal-hal yang

umum.

Ketentuan yang mengatur tentang kesepakatan atau persetujuan

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (yang selanjutnya di

singkat KUHPerdata) dalam Pasal 1320, yang pada intinya mengatur

mengenai syarat-syarat sahnya suatu perjanjian. Salah satu syarat sahnya

perjanjian tersebut adalah adanya konsensus antara para pihak.

Menurut Ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, supaya terjadi suatu

persetujuan atau perjanjian yang sah, perlu dipenuhi empat syarat70

:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

70

Soimin Soedharyo, Op.cit, Hal. 329

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

40

3. Suatu pokok persoalan tertentu

4. Suatu sebab yang tidak terlarang

Empat (4) point dalam ketentuan diatas merupakan syarat

kumulatif yang harus ada dalam setiap persetujuan atau perjanjian yang di

adakan oleh para pihak. Dan yang dapat dijadikan dasar hukum pembuatan

Memorandum of Understanding adalah Pasal 1338 KUHPerdata yang

berbunyi semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya.

Disamping itu, terdapat beberapa asas yang menjadi dasar

timbulnya suatu kesepakatan. Pertama, Asas pucta sun Survanda

merupakan asas yang mempertegas akibat hukum dari suatu perjanjian

yang dibuat para pihak. Asas tersebut diatur dalam Pasal 1338

KUHPerdata yang berbunyi “semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.71

Kedua, Asas konsensualisme pada dasarnya menganut paham dasar

bahwa suatu perjanjian itu sudah lahir sejak saat tercapainya kata sepakat.

Asas konsensualisme di atur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang

menetapkan bahwa harus ada kesepakatan antara para pihak yang

mengkitakan dirinya atau terdapat “consensus”.72

dengan demikian pada

detik tercapainya kesepakatan, maka lahirlah suatu perjanjia.

Ketiga, Asas Freedom of Contract atau kebebasan berkontrak.

Asas ini lahir berdasarkan sifat dalam Buku III KUHPerdata (BW) yang

71

Ibid. Hal. 332 72

Rai Widjaya I.G, 2003, Merancang Suatu Kontrak (Contract Drafting) Teori dan

Praktik, Penerbit Kesaint Blanc, Jakarta, Hal. 35

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

41

menganut sistem terbuka dan bebas. Artinya, setiap orang dapat membuat

perjanjian sesuai dengan maksud dan keinginanya. Kebebasan diberikan

seluas-luasnya (beginsel der contractsvrijheid) untuk mengatur dan

menentukan isi suatu perjanjian, asalkan tidak melanggar peraturan

perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan.73

Asas kebebasan berkontrak adalah asas yang memberikan suatu

kebebasan kepada para pihak untuk: (1). Membuat atau tidak membuat

perjanjian, (2). Mengadakan perjanjian dengan siapapu, (3). Menentukan

isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratnaya (4). Menentukan bentuk

perjanjianya yaitu tertulis atau lisan.74

Secara internasional, yang menjadi dasar hukum adanya MoU

adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian

Internasional. Dalam ketentuan umum Pasal 1 huruf a menyebutkan

perjanjian internasional adalah “perjanjian dalam bentuk dan nama

tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara

tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik”.

Bila kita memperhatikan definisi dan penjelasan umum UU perjanjian

internasional, maka perjanjian internasioal dalam praktiknya disamakan

dengan: Treaty (Perjanjian), Convetion (Konvensi.kebiasaan

internasional), Agreement (persetujuan), Memorandum of understanding

(Nota Kesepahaman), Protocol (surat resmi yang memuat hasil

perundingan), charter (Piagama), declaration (Pernyataan), final act

73

Ibid. Hal. 33 74

Salim (et.al), Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Sinar

Grafika, Jakarta, Hal.48

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

42

(keputusan final), letter of intent (surat yang mengungkapan suatu

keinginan).

Apabila kita perhatikan dasar hukum adanya MoU adalah

peraturan perundang-undangan nasional maupun internasional dalam UU

Perjanjian internasional.

Dengan demikan, dasar hukum lahinrya MoU adalah ketentuan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya pasal 1320, dan Pasal

1338 dan Asas asas hukum. disamping juga diatur dalam Undang-Undang

Perjanjian Internsional. sehingga MoU dapat dikategorikan sebagai

sebuah perjanjian yang sifatnya tertulis.

B. 3. Ciri-Ciri Memorandum Of Understanding (MOU)

Menurut Munir Fuady, suatu MoU memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:75

a Isinya ringkas, bahkan sering kali satu halaman saja.

b Berisi hal yang pokok saja.

c Bersifat pendahuluan, yang akan diikuti oleh perjanjian yang lebih

rinci.

d Mempunyai jangka waktuya.

e Biasanya dibuat dalam bentuk perjanjian bawah tangan.

f Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para

pihak untuk membuat suatu perjanjian yang lebih detail setelah

penandatangan MoU, karena secara resonable barangkali kedua

belah pihak punya rintangan untuk membuat dan menandatangai

perjanjian yang lebih detail.

Disamping itu, berdasarkan uraian-uraian pengetian di atas, maka

dapat dipahami bahwa dalam suatu Mou muatanya mencakup unsur-unsur

sebagai berikut:

75 Ibid. Hal. 52-53

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

43

a MoU merupakan pendahuluan perikatan (landasan kepastian).

Kecuali content atau isi dari MoU telah memenuhi syarat-syarat

dalam Pasal 1320, maka kedudukanya bukan lagi sebagai

perjanjian pendahuluan melainkan telah menjadi perjanjian yang

sah dan mengikat.

b Content atau isi MoU memuat hal-hal yang pokok-pokok.

c MoU bersifat sementara karena memiliki tenggang waktu.

d MoU biasanya dibuat untuk memudahkan pembatalan sewaktu-

waktu oleh para pihak.

Namun pada dasarsnya ciri utama dari MoU adalah sebagai dasar

membuat kontrak pada masa yang akan datang, isinya singkat dan jangka

waktu tertentu.

B. 4. Kekuatan Hukum Memorandum of Understanding (MOU)

Mengenai kekuatan hukum mengikat dan memaksa dari suatu

MoU yang dibuat pada dasarnya sama halnya dengan suatu perjanjian.

Walaupun secara khusus tidak ada pengaturan tentang MoU. Namun

yang harus diperhatikan adalah isi dari suatu kesepakatan tersebut,

bukanlah nama. Karena dalam prakteknya ada suatu dokumen yang

diberi Judul MoU, namun isinya tidak singkron dengan judulnya,

sehingga dokumen tersebut memiliki kekuatan mengikat seperti

perjanjian.

Dalam beberapa pendapat mengatakan bahwa MoU merupakan

perjanjian pendahuluan, yang artinya perjanjian awal dan akan ada

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

44

perjanjian lanjutan yang kektentuanya lebih rinci. Namun bukan berarti

MoU tersebut tidak mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa bagi

para pihak untuk mentaatinya dan atau melaksanakannya.

Karena apabila suatu MoU telah dibuat secara sah, dengan

memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian dalam pasal 1320

KUHPerdata, maka kedudukan dan atau keberlakuan MoU bagi para

pihak dapat disamakan dengan sebuah undang-undang yang mempunyai

kekuatan mengikat dan memaksa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mengenai kekuatan

hukum dari suatu MoU dapat mengikat para pihak, apabila subtansi yang

diperjanjikan sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 BW, dan dengan

demikian maka MoU tersebut dengan sendirinya bukanlah suatu

perjanjian pendahulu, melainkan suatu perjanjian.

Ray Wijaya mengemukakan kekuatan mengikat dari Memorandum

of Understanding (MoU) adalah sebagai berikut;76

“dari sudut pandang indonesia, tampaknya para ahli hukum

indonesia masih berbeda pendapat makna dari MoU tersebut. satu

pihak berpendapat bahwa MOU hanya merupakan gentelement

agreement yang tidak mempunyai akibat hukum, sedangkan pihak

lain menganggap bahwa MOU merupakan suatu bukti awal telah

terjadi atau tercapai saling pengertian mengenai masalah-masalah

pokok. Artinya telah terjadi pemahaman awal antara para pihak

yang benegosiasi sebagaimana yang dituangkan dalam

Memrandum para pihak yang melakukan kerjsama. Oleh

karenanya, kesepakatan awal ini merupakan pendahulun untuk

merintis lahinya suatu kerjasama yang sebenanrya, yang kemudian

baru diatur dan dituangkan secara lebih rinci dalam perjanjian

kerjsama atatu joint venture dalam bentuk yang lebih formal”.

76 Rai Widjaya I.G, 2003, Merancang Suatu Kontrak (Contract Drafting) Teori dan

Praktik, Penerbit Kesaint Blanc, Jakarta, Hal.103

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

45

Pandangan ini hanya mendeskripsikan tentang kekuatan hukum

dari MOU atas berbagi pandangan ahli hukuim lainya. yang didalamnya

ia (Ray Widjaya) mengemukankan dua pandangan tentang kekuatan

mengikat MOU, yaitu (1). MOU hanya merupakan gentelement

agreement yang tidak mempunyai akibat hukum, dan (2). MOU

merupakan bukti awal telah terjadinya atau tercapainya saling pengertian

mengenai msalah pokok.

Munir Fuady, mengemukanan dua padangan juga mengenai

kekuatan mengikat dari MoU, yaitu gentelement agreement dan

agreement is agreement. Pertama, MoU merupakan suatu gentelement

agreement maksudnya kekuatan mengikat suatu MoU (1). tidak sama

denganperjanjian biasa, sungguh pun MoU dibuat bentuk yang paling

kuat, seperti dengabn akta notaris sekalipun (tetapi dalam praktik jarang

MOU dalam notariil). (2). Hanya sebatas pengikat moral belaka, dalam

artian tidak enforcable secara hukum, dan pihak yang wanprestasi tidak

dapat digugat dipengadilan. Kedua, sekalipun suatu perjanjian dibuat,

apapun bentuknya, lisan atau tertulis, pendek atau panjang, lengkap atau

detail atau hanya diatur pokok-pokoknya saja. Tetap saja merupakan

suatu perjanjian dan karenaya mempunyai kekuatan mengikat seperti

layaknya suatu perjanjian, sehingga keseluruhan pasal pasal tentang

hukum perjanjian telah diterapkan kepada nya.77

B. 5. Tujuan dibuatnya Memorandum of Understanding (MOU)

77 Munir Fuady, 1997, Hal-93-94, dalam Salim, 2003, Op.cit, Hal. 55

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

46

Pada prinsipnya, setiap MoU yang dibuat oleh para pihak, tentunya

memiliki tujuan dan maksud tertentu.

Munir Fuady, mengemukakan tujuan pembuatan MoU adalah:78

1 Untuk menghindari kesulitan pembatalan suatu agreement

nantinya, dalam hal prospek bisnis belum jelas, dalam artian

belum bisa dipastikan apakah deal kerjasama tersebut akan

ditindaklanjuti, sehingga dibuatlah MoU yang mudah dibatalkan.

2 Penandantangan kontrak masih lama karena masih dilakukan

negosiasi yang alot. Karena itu, daripada tidak ada ikatan apa-apa

sebelum ditanda-tangani kontrak tersebut, sehingga untuk

sementara dibuatlah MoU.

3 Adanya keraguan para pihak dan masih perlu waktu untuk pikir-

pikir dalam hal penandatangan suatu kontrak, sehingga untuk

sementara dibuat MOU.

4 Mou dibuat dan ditandatangani oleh pihak eksekutif teras dari

sutau perusahaan, sehingga untuk sutau perjanjian yang lebih

rinci mesti dirancang dan dinegosiasi khusus oleh staf-stasf yang

lebih rendah.

Hemat penulis, pada prinsipnya tujuan diadakan-nya MOU adalah

dalam rangka untuk melaksanakan suatu kerja sama dalam bidang

tertentu, berdasarkan suatu kewenangan dan atau tugasnya masing-

masing antara para pihak. Melalui kewenangan dan atau tugas itulah,

mereka saling mengikatkan dirinya.

B. 6. Para Pihak dan Objek Memorandum Of Understanding (MOU)

MOU tidak hanya dibuat oleh badan hukum privat semata-mata,

tetapi juga oleh badan hukum publik yang wilayah pemberlakukanya

meliputi nasional dan internasional. Pemerintah dan atau lembaga negara

indonesia selama ini telah menadatangai berbagai macam MOU dengan

pemrintah dan atau lembaga negara asing. Sementara objek dalam MOU

78 Ibid. Hal. 52

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

47

adalah kerjasama dalam berbagai aspek seperti bidang ekonomi, yudisial.

Termasuk dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan yang diadakan antara

TNI (Bidang Pertahanan Negara) dan POLRI (Bidang Keamanan dan

Ketertiban Masyarakat) dalam melaksanakan Tugas Perbantuan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

B. 7. Jenis-Jenis Memorandum Of Understanding (MOU)

Perihal jenis-jenis Memorandum of Understanding pada dasarnya

tidak diatur secara jelas dalam peraturan-perundang-undangan, namun

dalam prakteknya, dapat lahir dari berbagai hubungan hukum antara

perorangan (naturalijk persoon), badan hukum (recht persoon) yang

berupa lembaga negara, lembaga negara non pemerintahan, lembaga atau

badan hukum swasta.

Memorandum of Understanding menurut negara yang

membuatnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:79

1 MoU yang bersifat nasional, merupakan MoU yang kedua belah

pihaknya adalah warga negar atau badan hukum indonesia.

Misalnya, MoU yang dibuat antara badan hukum publik seperti

TNI dan KNRI/Polri.

2 MoU yang bersifat internsional, merupakan nota kesepahaman

yang dibuat antara pemerintah indonesia dengan pemerintah negara

asaing dan atau badan hukum indonesia dengan badan hukum

asing.

79

Ibid, Hal 50.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

48

C. Konsep Kepolisian Negara Republik Indonesia (KNRI)

C.1. Istilah Polisi dan Kepolisian

Secara etimologi istilah polisi di beberapa daerah negara memiliki

ketidak samaan, seperti Yunani istilah polisi dengan sebutan “politeia”,

di Inggris “police” , di Jerman “polize”, di Amerika dikenal dengan

“sheriff”, di Belanda dikenal “politie”, di Jepang dengan istilah

“koban” dan “chuzaisho”.80

Jauh istilah polisi lahir sebagai sebuah organ, kata “polisi” telah

dikenal dalam bahasa Yunani, yakni “politeia”. Kata “politeia”

digunakan sebagai title buku pertama Plato yakni “politeia” yang

mengandung makna suatu negara yang ideal sesuai dengan cita-citanya,

suatu negara bebas dari pemimpin negara yang rakus dan jahat, tempat

keadilan dijunjung tinggi.81

Kemudian dikenal sebagai bentuk negara, yaitu negara polisi

(polizeistaat) yang artinya negara yang menyelenggarakan keamanan dan

kemakmuran. Di dalam negara polisi dikenal dua konsep polisi (polizei),

yakni sicherheit polizei yang berfungsi sebagai penjaga tata tertib dan

keamanan, dan verwaltung polizei yang berfungsi sebagai penyelenggara

perekonommian atau penyelenggaran semua kebutuhan hidup warga

negara.82

80 Sadjijono, 2010, Memahami Hukum Kepolisian, Laskbang Pressindo Group, Cetaka I,

Yogyakarta, Hal. 1

81 Ibid. Hal. 2

82 Ibid. Hal. 2

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

49

Dilihat dari sisi historis, istilah “polisi” di Indonesia tampaknya

mengikuti dan menggunakan istilah “politei” di Belanda. Hal ini sebagai

akibat dan pengaruh dari bangunan system hukum Belanda yang banyak

di anut di negara Belanda.83

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 menyatakan

“Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.84

Istilah

kepolisian dalam Undang-Undang dengan Polri mengandung dua

pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga polisi.

Beranjak dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa

istilah “polisi” dan “kepolisian” mengandung pengertian yang berbeda.

Istilah “polisi” adalah sebagai organ atau lembaga pemerintah yang

terorganisasi dan terstruktur dalam organisasi negara, sedangkan sebagai

fungsi, yakni tugas dan wewenang serta tanggungjawab lembaga atas

kuasa undang-undang untuk menyelenggarakan fungsinya. Dengan

demikian berbicara kepolisian berarti berbicara tentang fungsi dan

lembaga kepolisian.85

Dalam implementasinya KNRI bertujuan untuk mewujudkan

keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharaya keamanan dan

ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta

83 Ibid.

84

Lihat Pasal 1 angka 1 dan 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

dan Peraturan Pemerintah R.I. Tahun 2010 tentang Kepolisian, Bandung, Cetakan I, Juli 2010,

Penerbit Citra Umbara, Hal. 3

85 Sadjijono, Op.cit. Hal. 5

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

50

terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.86

C.2. Peran dan Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Menurut Ketetapan MPR Republik Indonesia Nomor

VII/MPR/2000 Tahun 2000 tentang Peran TNI dan KNRI dalam Pasal 6

ayat 1 dan 2 menyatakan “KNRI merupakan alat negara yang berperan

dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan

hukum, memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dan dalam menjalankan peranya, KNRI wajib memiliki keahlian dan

keterampilan secara profesional. Dan kemudian dipertegas dengan frasa

yang sama pada Pasal 5 ayat 1 Undang Undang No.2 Tahun 2002 tentang

KNRI serta ditambah frasa yang dilakukan “dalam rangka terpeliharanya

keamanan dalam negeri”.

Keamanan Dalam Negeri yang dimaksud adalah suatu keadaan

yang ditandai dengan terjaminya kemananan dan ketertiban masyarakat,

tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.87

Sedangkan fungsi pokok kepolisian yang diatur dalam Pasal 2

Undang-undang Kepolisan adalah satu fungsi pemerintahan negara di

bidang pemeliharaan kemananan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.88

Artinya Kepolisian merupakan lembaga negara yang melaksanakan tugas

86 Ibid Hal. 5

87

Ibid Hal. 3

88 Ibid Hal. 5

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

51

eksekutif yang berhadapan dengan masyarakat sipil dalam memeliharan

keamanan dan ketertiban kehidupan masyarakat yang dilaksanakan di

seluruh wilayah negara republik indonesia. Salah satu fungsi kepolisian

merupakan fungsi pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Jo

Pasal 13 UU a-quo.

C.3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa fungsi kepolisian tersebut

menjadi tugas pokok kepolisian sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 13

dan 14 UU a-quo, bahwa Tugas pokok Kepolisian adalah a. Memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat, b. Menegakan hukum, c.

Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat. dengan demikian, tugas pokok kepolisian dapat dimaknai

sebagai fungsi utama kepolisian yang merupakan salah satu fungsi

pemerintahan, yakni terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat.

Sementara mengenai wewenang Kepolisian terbagi dalam

wewenang umum yang diatur dalam pasal 15 ayat 1, wewenang

berdasarkan peraturan perundang-undangan lainya yang diatur dalam

pasal 15 ayat 2, dan wewenang dalam bidang proses pidana yang diatur

dalam pasal 16 ayat 1. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

pejabat kepolisian senantias bertindak berdasarkan norma hukum dan

norma agama, kesopanan, kesusilaan serta menjunjung tinggi hak asasi

manusia.89

89 Ibid Hal. 13 lihat Pasal 9 ayat 1 dan 2

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

52

C.4. Susunan Organisasi dan Kedudukan Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Dilihat dari ketatanegaraan berdasarakan UUD 1945 lembaga

kepolisian merupakan lembaga pemerintahan (regeringsorganen).

Kosenkuensi dari menjalankan fungsi pemerintahan tersebut, maka

kedudukan kepolisian berada dibawah Presiden yang secara

ketatanegaraan tugas pemerintahan tersebut adalah tugas lembaga

eksekutif yang dikepalai Presiden.90

Implikasi kedudukan kepolisian dibawah Presiden, bahwa

tanggungjawab penyelenggaraan kepolisian menjadi tanggungjawab

Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kepolisian di pimpin oleh Kapolri yang bertugas menetapkan,

menyelenggarakan, dan mengendalikan kebijakan teknis kepolisian, serta

bertanggung jawab atas: a. Penyelenggaraan kegiatan operasional

kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas kepolisian NRI, b.

Penyelenggaraan pembinaan kemampuan kepolisian NRI.91

Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, yang diajukan oleh Presiden yang

disertai alasanya. Selain tugas yang dikemukakan di atas, Kapolri juga

dapat mewakili KNRI dalam membuat nota kerjasama atau kesepakatan

antara lembaga negara baik wilayah dalam negeri maupun luar negeri

dalam pelaksanaan tugas tertentu, yang salah satunya Mou antara TNI dan

90 Sadjijono, Op.Cit. Hal. 53

91

Ibid Hal. 7

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

53

Polri Nomor B/2/I/2018 dan Kerma Nomor 2/I/2018 Tentang Perbantuan

TNI kepada Kepolisian RI dalam rangka memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat.

Berdasarkan Keppres No. 70 Tahun 2002, struktur organisasi di

tingkat Mabes Polri memiliki unsur-unsur yang terdiri dari:92

a. Unsur Pimpinan

b. Unsur Pembantu pimpinan dan pelaksana staf.

c. Unsur Pelaksana Pendidikan dan atau Pelaksana Staf Khusus

d. Unsur Pelaksana Utama Pusat.

e. Unsur Organisasi Penunjang lainnya.

D. Konsep Tentara Nasional Indonesia (TNI)

D.1. Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Prajurit Tentara Nasional Indonesia atau yang disingkat TNI.

Tentara adalah warga negara yang dipersiapkan dan dipersenjatai untuk

tugas-tugas pertahanan negara guna menghadapi ancaman militer

maupun ancaman bersenjata93

, baik ancaman yang dilakukan oleh militer

suatu negara kepada negara lain94

, maupun yang datangnya dari gerkan

kekuatan bersenjata.95

Tentara Nasional Indonesia memiliki ciri khas yang

membedakannya dengan Tentara bangsa-bangsa lain, yakni TNI

berdasarkan jati dirinya:

92 Ibid Hal. 65

93

Pasal 1 angka 21 Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional

Indonesia, dalam www.hukumonline.com , di unduh pada tanggal 24 September 2018 94

Ibid pasal 1 angka 23

95 Ibid pasal 1 angka 24

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

54

a. Tentara Rakyat yaitu tentara yang anggotnya berasal dari warga

negara indonesia

b. Tentara Pejuang yaitu tentara yang berjuang menegakan negara

republik indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam

melaksanakan dan menyelesaikan tuganya.

c. Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan indonesia yang bertugas

demi kepentingan negara dan di atas kepentingan daerah, suku, ras,

dan golongan agama.

d. Tentara Profesional yaitu tentara yang terlatih, terdidik,

diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis,

dan dijamin kesejahteraanya, serta mengikuti kebijakan politik

negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak

asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional

yang diratifikasi.96

Dengan demikian secara historis TNI merupakan bagian dari

rakyat, serta lahir dan berjuang bersama rakyat demi membela kepentingan

negara.

D.2. Peran dan Fungsi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Menurut TAP-MPR Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000

Tahun 2000 tentang Peran TNI Pasal 2 ayat 2, TNI merupakan alat

negara yang berperan sebagai alat pertahanan negara, dan menjadi

komponen utama dalam sistem pertahanan negara.97

dan lebih lanjut

dipertegas dalam pasal 5 Undang-Undang TNI yang menyataka bahwa

TNI sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan

tugasnya berdasarkan kebijkan dan keputusan politik negara.98

Maka berdasarkan peran tersebut, TNI berfungsi sebagai: a.

Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman

bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan

96

Ibid pasal 2

97 TAP MPR Nomor VII/MPR/2000

98

Undang-Undang TNI, op.cit. Pasal 5

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

55

wilayah, dan keselamatan bangsa. b. Penindak terhadap setiap bentuk

ancaman. c. Pemulih terhadap kondisi negara yang terganggung akibat

kekacauan keamanan.99

D.3. Tugas dan Pokok Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Hasil amandemen ke II UUD 1945 dalam Pasal 30 ayat 3 TNI

bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan

keadulatan Negara.100

Kemudian dipertegas dalam Pasal 7 ayat 1

Undang-Undang TNI yang menyatakan bahwa tugas pokok TNI;

“adalah menegakan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan

bangsa dan Negara”.

Tugas pokok TNI dilakukan dengan Operasi Militer (OMP) untuk

Perang, dan Operasi Militer selain Perang (OMSP) yang terbagi dalam

tiga wilayah yakni wilayah darat, udara dan laut. Setiap wilayah terdiri

dari satuan angkatan masing-masing yang bertugas secara khusus yakni

ankatan darat, angkatan udara dan angkatan laut. TNI dipimpin oleh

seorang panglima sebagai perwira tertinggi yang membawahi

keseluruhan angkatan dan setiap ankatan dipimpin oleh Kepala Staf

Angkatan yang secara khusus bertanggungjawab kepada Panglima TNI

99 Ibid

100 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2018, Panduan

Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta, Cetakan Ke 17, Penerbit

Sekretariat Jenderal MPR RI, Hal. 187

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan …eprints.umm.ac.id/45980/3/BAB II.pdf22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tujuan Hukum A.1.Istilah dan Pengertian Hukum Didalam kehidupan

56

yang bertugas untuk memimpin TNI dan termasuk mewakili dalam

pembuatan kerjasama antara lembaga negara.

D.4. Hierarki Organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Sebagai Lembaga Negara yang menjalankan kekuasaan eksekutif ,

TNI memiliki struktur organisasi yang terdiri atas:

(a). Markas Besar TNI yang membawahi Markas Besar TNI

Angkatan Darat, Markas Besar TNI Angkatan Laut, dan Markas

Besar TNI Angkatan Udara. (b). Dalam Markas Besar TNI terdiri

dari unsur pimpinan, unsur pembantu pimpinan, unsur pelayanan,

badan pelaksana pusat, dan komando utama operasi. (c).

Begitupula Markas Besar TNI Angkatan terdiri dari unsur

pimpinan, unsur pembantu pimpinan, unsur pelayanan, badan

pelaksana pusat, dan komando utama pembinaan.101

Struktur organisasi Tentara Nasional Indonesia sebagai berikut:102

101

Lihat Pasal 12 UU No 34/2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia

102 Tentara Nasional Indonesia, Struktur Organisasi TNI https://tni.mil.id/struktur, diakses

12 Desember 2018