bab ii tinjauan pustaka a. komunikasi interpersonal ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1228/2/bab...

15
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara langsung antara dua individu yang berfokus tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan (Berger, Dalmon & Stafford, 2012). Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara individu individu secara tatap muka, yang memungkinkan setiap komunikan menangkap reaksi individu lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2004). Komunikasi interpersonal juga didefinisikan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (De vito, 2015). Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman pesan secara langsung atau tatap muka dengan individu lainnya, dengan beberapa efek dan umpan balik. Dalam penelitian ini, komunikasi interpersonal yang akan diteliti yaitu komunikasi interpersonal pada individu dengan ciri-ciri avoidant atau orang normal yang memiliki ciri-ciri avoidant. Mac Donald (2009) menyatakan bahwa individu dengan ciri-ciri avoidant

Upload: phungnhan

Post on 06-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara langsung antara dua individu

yang berfokus tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana

mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan (Berger, Dalmon &

Stafford, 2012). Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan

pesan antara individu – individu secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

komunikan menangkap reaksi individu lain secara langsung, baik verbal maupun

nonverbal (Mulyana, 2004). Komunikasi interpersonal juga didefinisikan proses

pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil

orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (De vito,

2015).

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal adalah proses pengiriman pesan secara langsung atau tatap muka

dengan individu lainnya, dengan beberapa efek dan umpan balik. Dalam penelitian

ini, komunikasi interpersonal yang akan diteliti yaitu komunikasi interpersonal pada

individu dengan ciri-ciri avoidant atau orang normal yang memiliki ciri-ciri avoidant.

Mac Donald (2009) menyatakan bahwa individu dengan ciri-ciri avoidant

10

cenderung mengisolasi diri dari hubungan yang penuh makna dan berusaha

memperkuat kegugupan dan kejanggalan mereka dalam situasi-situasi sosial. Perilaku

individu dengan ciri-ciri avoidant dikarakteristikan dengan penarikan sosial, malu,

tidak percaya diri. Individu dengan ciri-ciri avoidant cenderung menjadi sangat

waspada ketika mereka berbicara, dan mereka membawakan kesan umum yang

janggal dalam gerak gerik mereka. Arthur S. Reber dan Emily S. Reber (Dalam

kamus psikologi , 2010) gangguan kepribadian Avoidant adalah sebuah gangguan

kepribadian yang dicirikan oleh hipersensitivitas untuk menolak segala sesuatu

sampai ekstrem sehingga individu menghindari kontak dengan individu lain dan

menjauh dari upaya apa pun untuk membentuk sebuah relasi kecuali diberi jaminan

sangat kuat akan diterima tanpa syarat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi interpersonal pada individu dengan ciri-ciri avoidant adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan yang berfokus tentang bagaimana suatu hubungan

dimulai, bagaimana mempertahankan hubungan individu dengan ciri-ciri avoidant

dengan individu lainnya, dan keretakan suatu hubungan. Komunikasi interpersonal

individu dengan ciri-ciri avoidant terjadi secara tatap muka, yang memungkinkan

individu dengan ciri-ciri avoidant menangkap raksi individu lain secara langsung,

baik verbal maupun nonverbal.

2. Proses Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

Cangara (2013) menyatakan bahwa ada tujuh proses komunikasi

interpersonal, yaitu:

11

a. Sumber

Sumber ialah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan kepada

penerima. Sumber sering disebut dengan banyak nama atau istilah, antara lain;

komunikator, pengirim, aau dalam bahasa disebut source, sender, atau

encoder.

b. Pesan

Pesan ialah pernyataan yang disampaikan pengirim kepada penerima.

Pernyataan bisa dalam bentuk verbal (bahasa tertulis atau lisan) maupun non-

verbal (isyarat) yang bisa dimengerti oleh penerima. Dalam bahasa inggris

pesan biasanya diartikan dengan kata message, content, atau information.

c. Saluran

Saluran atau media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan dari sumber kepada penerima. Media dalam pengertiannya merupakan

media massa yang mencakup surat kabar, radio, film, televisi, dan internet.

Bisa juga berupa saluran lainnya seperti kelompok pengajian atau arisan,

kelompok pendengar dan pemirsa, organisasi masyarakat, rumah ibadah,

peseta rakyat, panggung kesenian, serta media alternative lainnya berupa

poster, leaflet, brosur, buku, spanduk, bulletin, stiker, dan lainnya.

d. Penerima

pihak yang menjadi sasaran penerima yang dikirim dari sumber

kepada penerima. Penerima bisa disebut dengan berbagai macam sebutan,

12

antara lain khalayak, sasaran, target, adopter, komunikan. Dalam bahasa

Inggris penerima biasa disebut sebagai receiver, audience atau decode.

e. Efek

Efek atau pengaruh ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima

pesan. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku

seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan

keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat

penerimaan pesan. Pengaruh biasa disebut dengan nama akibat atau dampak.

f. Umpan Balik

Umpan balik ialah tanggapan yang diberikan oleh penerima sebagai

akibat penerimaan pesan dari sumber. Selain itu umpan balik memberi efek

atau pengaruh. Dalam bahasa inggris umpan balik sering disebut dengan

istilah feedback, reaction, response.

g. Lingkungan atau Situasi

Lingkungan ialah situasi yang mempengaruhi jalannya komunikasi.

Lingkungan dapat diartikan dalam bentuk fisik, sosial budaya, psikologis dan

dimensi waktu. Sebuah informasi tidak bisa dikirim karena terhambat oleh

kendalah sosial budaya. Dapat dicontohkan seseorang berbicara dengan lawan

bicaranya yang memakai bahasa daerah masing-masing. Contoh lainnya

masih adanya trauma akibat bencana atau hal buruk yang merubah persepsi.

Berdasarkan proses komunikasi interpersonal di atas dapat disimpulkan

13

bahwa terdapat tujuh proses komunikasi yaitu sumber, pesan, saluran, penerima, efek,

dan umpan balik.

3. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal

Kemampuan komunikasi adalah keterampilan dalam mengirim pesan,

menerima pesan, dan memberikan umpan balik baik secara verbal dan non verbal.

Aspek-aspek kemampuan komunikasi tersebut bertolak dari pendapat De Vito (1995):

a. Keterbukaan (openness)

Keterbukaan yang dimaksud adalah mencakup keinginan untuk saling

memberi informasi mengenai diri sendiri, keinginan untuk bereaksi secara

jujur terhadap pesan yang disampaikan individu lain, dan bertanggung jawab

terhadap perasaan-perasaan yang dimiliki dalam arti tidak

mengkambinghitamkan individu lain. Kualitas keterbukaan dari komunikasi

interpersonal meliputi beberapa aspek yaitu kesediaan untuk mengungkap diri

(self disclose) pada individu lain yang berinteraksi dengan lingkungannya,

kesediaan untuk menanggapi serta jujur pada setiap stimuli yang diterima

serta mengalami dan bertanggung jawab atas segala pikiran dan perasaan yang

diungkapkannya. Keterbukaan dalam komunikasi interpersonal

memungkinkan para pelakunya untuk membicarakan masalah-masalah yang

dialami oleh kedua belah pihak.

b. Empati (empathy)

Empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan mengalami apa

yang dirasakan individu lain yaitu mencoba merasakan dalam cara yang sama

14

dengan perasaan individu lain. Jika seorang mampu berempati dengan

individu lain maka individu tersebut akan merasa dalam posisi yang lebih baik

untuk memahami individu lain. Pemahaman yang terjadi dalam empati ini

bisa diungkapkan oleh seseorang tanpa kehilangan identitas diri. Keakuratan

berempati meliputi sensitifitas untuk merasakan kejadian-kejadian saat ini dan

mampu mengerti kata-kata yang diucapkan ketika komunikasi interpersonal

berlangsung.

c. Dukungan (suportiveness)

Dua hal yang diperlukan dalam hal ini. Hal yang pertama adalah lebih

bersikap deskriptif dalam berkomunikasi dibanding evaluatif, sebab sikap

yang evaluatif cenderung menimbulkan reaksi defance pada individu lain. Hal

yang kedua adalah kesediaan untuk mendengarkan dan membuka diri

terhadap pendapat yang berbeda. Dukungan yang diperlukan dalam

komunikasi interpersonal, meliputi empat aspek yaitu:

1) Descriptiveness, lingkungan yang deskriptif yaitu lingkungan yang tidak

mengevaluasi individu secara evaluatif sehingga membuat individu

cenderung menjadi defisit. Individu yang merasa dievaluasi akan malu

mengungkapkan perasaan-perasaannya secara bebas dan merasakan terus-

menerus dikritik.

2) Spontanity, individu yang berkomunikasi secara spontan yaitu yang

memiliki pandangan ke depan dan terbaik dalam mengungkapkan

pemikirannya.

15

3) Provitionalism, menjadi professional berarti memiliki pemikiran yang

terbuka (open mindedeness), bersedia menerima pandangan individu lain

dan bersedia merubah posisi atau pandangannya jika memang diperlukan.

4) Dukungan yang tidak terucapkan berupa gerakan-gerakan menganggukkan

kepala, mengedipkan mata, tersenyum.

d. Kepositifan (positiveness)

Berkomunikasi secara positif di dalam komunikasi interpersonal

sekurang-kurangnya melalui dua jalan, yaitu berdasarkan sikap positif dan

menghargai individu lain. Kepositifan terdiri dari tiga hal yaitu :

1) perhatian yang positif terhadap individu lain sangat mendukung

keberhasilan komunikasi interpersonal.

2) perasaan yang positif sangat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama.

3) perhatian dan perasaan yang positif itu harus dikomunikasikan sehingga

komunikasi interpersonal dapat terpelihara dengan baik. Mencakup sikap

positif terhadap diri sendiri, individu lain, dan situasi komunikasi.

Perasaan-perasaan negatif biasanya membuat komunikasi menjadi lebih

sulit dan dapat menyebabkan perpecahan atau konflik. Sikap positif juga

bisa diungkapkan lewat kalimat-kalimat yang diutarakan.

e. Kesamaan (equality)

Komunikasi akan lebih efektif dalam suasana kesamaan walaupun

tidak ada individu yang secara absolut sama dengan individu lain dalam

segala hal. Adapun dalam kesamaan terkandung unsur keinginan untuk saling

16

bekerjasama dalam memecahkan masalah, hal ini terwujud dalam memandang

ketidaksetujuan dan perselisihan di antara individu yang berkomunikasi, lebih

sebagai usaha untuk memahami perbedaan yang ada, daripada memandangnya

sebagai kesempatan untuk saling menjatuhkan. Komunikasi interpersonal

akan lebih efektif bila setiap perbedaan atau konflik tidak dipandang sebagai

usaha untuk menjatuhkan individu lain atau mendapatkan posisi menang.

Kantor (2003) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal pada individu

dengan ciri-ciri avoidant cenderung menutup diri dengan individu lain dan juga

lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan individu dengan ciri-ciri avoidant merasa

takut diejek oleh individu lain dan merasa tidak diterima. Individu dengan ciri-ciri

avoidant enggan untuk menceritakan tentang dirinya kepada individu lain. Selain itu,

individu dengan ciri-ciri avoidant cenderung lebih evaluatif ketika berkomunikasi

dengan individu lain. Hal ini membuat individu dengan ciri-ciri avoidant selalu

menganalisis setiap pesan yang berasa dari lawan bicara. Hal ini terjadi, karena

individu dengan ciri-ciri avoidant memiliki kecenderungan skeptic atau cenderung

tidak percaya terhadap orang lain. Individu dengan ciri-ciri avoidant, juga cenderung

memandang segala hal secara negatif dan tidak konsisten dengan pernyataannya yang

sewaktu-waktu bisa berubah. Hal ini dilakukan individu dengan ciri-ciri avoidant

untuk menutupi rasa takut dalam mengambil resiko.

4. Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal

Menurut Rakhmat (2009) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya komunikasi interpersonal, di antaranya:

17

a. Persepsi Interpersonal

Beberapa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan bahwa

manusia bukan benda melainkan sebagai objek persepsi.

b. Konsep Diri

Menurut Brooks (2012) berpendapat bahwa konsep diri merupakan suatu

pandangan dan perasaan individu tentang dirinya.

c. Atraksi Interpersonal

Menurut Berlund (2009) Atraksi interpersonal diperoleh dengan mengetahui

siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka individu

dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.

Dapat disimpulkan bahwa, faktor terjadinya komunikasi interpersonal dalam

diri sendiri dan pada lawan bicara seperti persepsi interpersonal,konsep diri, atraksi

interpersoanl, dan percaya diri, profesionalitas, empati, sikap terbuka. Hal ini lah

yang mempengaruhi faktor komunikasi interpersonal.

5. Hambatan-hambatan Dalam Komunikasi Interpersonal Pada Individu

Dengan Ciri-ciri Avoidant

Menurut Cangara (2013) hambatan atau gangguan komunikasi pada dasarnya

dapat dibedakan atas tujuh macam, yaitu:

a. Hambatan Teknis

Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam

berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi

18

mengalami kerusakan.

b. Hambatan Sematik

Hambatan sematik ialah hambatan komunikasi yang disebabkan karena

kesalahan pada bahasa yang digunakan

c. Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh

adanya persoalan-persoalan yang terjadi dalam diri individu. Misalnya rasa

curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena kondisi kejiwaan

sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.

d. Hambatan Fisik

Dalam komunikasi interpersonal, hambatan fisik bisa juga diartikan karena

adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera

pada penerima.

e. Hambatan Status

Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial diantara

peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan junior, atau

atasan dan bawahan. Perbedaan ini biasanya menuntut perilaku komunikasi

yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya

dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat kepada atasan, atau

rakyat pada raja yang memimpinnya.

f. Hambatan Kerangka Berpikir

Hambatan kerangka berpikir ialah hambatan yang disebabkan adanya

19

perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang

digunakan dalam komunikasi, ini disebabkan karena latar belakang

pengalaman dan pendidikan yang berbeda.

g. Hambatan Budaya

Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya

perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang

terlibat dalam berkomunikasi.

Dari teori di atas dapat diketahui bahwa ada berbagai macam hambatan dalam

komunikasi interpersonal. Hambatan tersebut berpengaruh dalam penerimaan pesan

dan dapat menggakobatkan komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan lancar

semestinya.

6. Gambaran Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

Rakhmat (2005) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang

tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu membuat

kontak sosial atau berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi sosial dengan

masyarakat, manusia melakukan komunikasi, bahkan sebagian besar dari waktu yang

dimiliki digunakan untuk berkomunikasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi

merupakan salah satu hal penting bagi manusia, dengan kata lain kualitas hidup

manusia juga ditentukan oleh pola komunikasi yang dilakukannya. Hal ini membuat

setiap individu selalu berusaha untuk lebih mendekatkan diri dengan individu

lainnya. Oleh sebab itu, manusia diharapkan memiliki kemampuan komunikasi

20

interpersonal yang baik. Rakhmat (2005) menambahkan bahwa komunikasi

interpersonal dilakukan oleh setiap individu, termasuk individu dengan ciri-ciri

avoidant.

Kantor (2003) menyatakan bahwa individu dengan ciri-ciri avoidant ketika

melakukan komunikasi interpersonal cenderung menutup diri dengan individu lain

dan juga lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan individu dengan ciri-ciri avoidant

merasa takut diejek oleh individu lain dan merasa tidak diterima. Individu dengan

ciri-ciri avoidant enggan untuk menceritakan tentang dirinya kepada individu lain.

Selain itu, individu dengan ciri-ciri avoidant cenderung lebih evaluatif ketika

berkomunikasi dengan individu lain. Hal ini membuat individu dengan ciri-ciri

avoidant selalu menganalisis setiap pesan yang berasal dari lawan bicara. Hal ini

terjadi, karena individu dengan ciri-ciri avoidant memiliki kecenderungan skeptis

atau cenderung tidak percaya terhadap orang lain. Individu dengan ciri-ciri avoidant,

juga cenderung memandang segala hal secara negatif dan tidak konsisten dengan

pernyataannya yang sewaktu-waktu bisa berubah. Hal ini dilakukan individu dengan

ciri-ciri avoidant untuk menutupi rasa takut dalam mengambil resiko.

Kantor (2003) menambahkan bahwa yang menyebabkan komunikasi

interpersonal pada individu yang memiliki ciri-ciri avoidant menjadi tidak efektif

ialah karena individu dengan ciri-ciri avoidant memiliki pengalaman di masa lalu

yang kurang menyenangkan. Pengalaman yang tidak menyenangkan ini dapat berupa

bullying di lingkungan sekolah atau tempat tinggalnya. Hal ini membuat individu

dengan ciri-ciri avoidant merasa takut terhadap kritikan, hinaan, penolakan, dan

21

membuatnya enggan untuk terbuka dan terlibat dengan orang lain kecuali merasa

yakin akan disukai.

Cangara (2003) menyatakan bahwa faktor yang menghambat komunikasi

interpersonal pada individu yang memiliki ciri-ciri avoidant adalah hambatan secara

psikologis. Hambatan ini terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh

persoalan-persoalan yang terjadi dalam diri individu dengan ciri-ciri avoidant,

misalnya rasa curiga terhadap orang lain. Ketika individu dengan ciri-ciri avoidant

melakukan komunikasi dengan individu lainnya, individu dengan ciri-ciri avoidant

akan mencurigai atau tidak langsung memercayai apa yang dikatakan oleh lawan

bicara. Hal ini karena individu dengan ciri-ciri avoidant mempuyai pemikiran yang

cenderung negatif terhadap orang lain.

Selain itu, komunikasi interpersonal individu dengan ciri-ciri avoidant akan

terhambat jika kondisi emosi dalam keadaan tidak stabil. Kondisi yang tidak stabil ini

dapat disebabkan oleh rasa marah, cemas, atau sedih. Ketika individu dengan ciri-ciri

avoidant sedang mengalami ketidakstabilan emosi, individu dengan ciri-ciri avoidant

cenderung menyendiri atau menarik diri dari lingkungan dan enggan untuk

berkomunikasi dengan orang lain. Ketidakstabilan emosi yang dirasakan oleh

individu dengan ciri-ciri avoidant pun akan membuat individu dengan ciri-ciri

avoidant cenderung menjadi hypersensitive terhadap perkataaan atau pendapat dari

individu lain. Hal ini membuat penerimaan dan pemberian informasi dari lawan

bicara menjadi tidak diterima dengan baik. Individu dengan ciri-ciri avoidant

cenderung menolak perkataan dan pendapat dari orang lain.

22

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran komunikasi

interpersonal individu dengan ciri-ciri avoidant cenderung tertutup, eveluatif dan

berpikir negatif terhadap lawan bicara. Komunikasi interpersonal pada individu yang

memiliki ciri-ciri avoidant menjadi tidak efektif ialah karena memiliki pengalaman di

masa lalu yang kurang menyenangkan, misalnya rasa curiga penerima kepada

sumber, atau kondisi emosi yang tidak sehat sehingga dalam penerimaan dan

pemberian informasi tidak sempurna.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif. Pertanyaan penelitian tersebut digunakan untuk mengungkap pengalaman

individu yang diteliti, (Miller& Huberman,1994). Menurut Creswell (2015)

pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan yang bertujuan mengungkap arti

pengalaman individu mengenai sesuatu yang diteliti. Pertanyaan penelitian dibagi

menjadi dua bagian, yaitu pertanyaan inti (central question) dan pertanyaan tambahan

(sub question). Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti menyusun pertanyaan

sebagai berikut:

1. Central Question

Central Questiondalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran

Komunikasi Interpersonal individu dengan ciri-ciri Avoidant”. Pertanyaan

penelitian ini, yang nantinya akan dieksplorasi dalam penelitian kualitatif.

23

2. Sub Question

Creswell (2015) sub question adalah sejumlah sub pertanyaan yang

mencabangkan pertanyaan sentral ke dalam sebagian area penelitian. Adapun

sub question dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana perilaku anda ketika harus berbicara dengan orang baru?

b. Bagaimana sikap anda jika ada seseorang atau teman dekat anda

menceritakan permasalahannya kepada anda?

c. Apakah anda dapat merasakan cerita yang teman anda ceritakan kepada

anda?

d. Bagaimana perilaku anda ketika anda berbicara dengan orang yang

memiliki pemahaman yang berbeda dengan anda?

e. Perasaan apa yang mendominasi anda ketika berbicara dengan lawan bicara

anda?

f. Bagaimana arti komunikasi menurut anda