bab ii tinjauan pustaka a. komunikasi interpersonal ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1228/2/bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant
1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant
Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara langsung antara dua individu
yang berfokus tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana
mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan (Berger, Dalmon &
Stafford, 2012). Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan antara individu – individu secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
komunikan menangkap reaksi individu lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal (Mulyana, 2004). Komunikasi interpersonal juga didefinisikan proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil
orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (De vito,
2015).
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses pengiriman pesan secara langsung atau tatap muka
dengan individu lainnya, dengan beberapa efek dan umpan balik. Dalam penelitian
ini, komunikasi interpersonal yang akan diteliti yaitu komunikasi interpersonal pada
individu dengan ciri-ciri avoidant atau orang normal yang memiliki ciri-ciri avoidant.
Mac Donald (2009) menyatakan bahwa individu dengan ciri-ciri avoidant
10
cenderung mengisolasi diri dari hubungan yang penuh makna dan berusaha
memperkuat kegugupan dan kejanggalan mereka dalam situasi-situasi sosial. Perilaku
individu dengan ciri-ciri avoidant dikarakteristikan dengan penarikan sosial, malu,
tidak percaya diri. Individu dengan ciri-ciri avoidant cenderung menjadi sangat
waspada ketika mereka berbicara, dan mereka membawakan kesan umum yang
janggal dalam gerak gerik mereka. Arthur S. Reber dan Emily S. Reber (Dalam
kamus psikologi , 2010) gangguan kepribadian Avoidant adalah sebuah gangguan
kepribadian yang dicirikan oleh hipersensitivitas untuk menolak segala sesuatu
sampai ekstrem sehingga individu menghindari kontak dengan individu lain dan
menjauh dari upaya apa pun untuk membentuk sebuah relasi kecuali diberi jaminan
sangat kuat akan diterima tanpa syarat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal pada individu dengan ciri-ciri avoidant adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan yang berfokus tentang bagaimana suatu hubungan
dimulai, bagaimana mempertahankan hubungan individu dengan ciri-ciri avoidant
dengan individu lainnya, dan keretakan suatu hubungan. Komunikasi interpersonal
individu dengan ciri-ciri avoidant terjadi secara tatap muka, yang memungkinkan
individu dengan ciri-ciri avoidant menangkap raksi individu lain secara langsung,
baik verbal maupun nonverbal.
2. Proses Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant
Cangara (2013) menyatakan bahwa ada tujuh proses komunikasi
interpersonal, yaitu:
11
a. Sumber
Sumber ialah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan kepada
penerima. Sumber sering disebut dengan banyak nama atau istilah, antara lain;
komunikator, pengirim, aau dalam bahasa disebut source, sender, atau
encoder.
b. Pesan
Pesan ialah pernyataan yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Pernyataan bisa dalam bentuk verbal (bahasa tertulis atau lisan) maupun non-
verbal (isyarat) yang bisa dimengerti oleh penerima. Dalam bahasa inggris
pesan biasanya diartikan dengan kata message, content, atau information.
c. Saluran
Saluran atau media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima. Media dalam pengertiannya merupakan
media massa yang mencakup surat kabar, radio, film, televisi, dan internet.
Bisa juga berupa saluran lainnya seperti kelompok pengajian atau arisan,
kelompok pendengar dan pemirsa, organisasi masyarakat, rumah ibadah,
peseta rakyat, panggung kesenian, serta media alternative lainnya berupa
poster, leaflet, brosur, buku, spanduk, bulletin, stiker, dan lainnya.
d. Penerima
pihak yang menjadi sasaran penerima yang dikirim dari sumber
kepada penerima. Penerima bisa disebut dengan berbagai macam sebutan,
12
antara lain khalayak, sasaran, target, adopter, komunikan. Dalam bahasa
Inggris penerima biasa disebut sebagai receiver, audience atau decode.
e. Efek
Efek atau pengaruh ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku
seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan
keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan. Pengaruh biasa disebut dengan nama akibat atau dampak.
f. Umpan Balik
Umpan balik ialah tanggapan yang diberikan oleh penerima sebagai
akibat penerimaan pesan dari sumber. Selain itu umpan balik memberi efek
atau pengaruh. Dalam bahasa inggris umpan balik sering disebut dengan
istilah feedback, reaction, response.
g. Lingkungan atau Situasi
Lingkungan ialah situasi yang mempengaruhi jalannya komunikasi.
Lingkungan dapat diartikan dalam bentuk fisik, sosial budaya, psikologis dan
dimensi waktu. Sebuah informasi tidak bisa dikirim karena terhambat oleh
kendalah sosial budaya. Dapat dicontohkan seseorang berbicara dengan lawan
bicaranya yang memakai bahasa daerah masing-masing. Contoh lainnya
masih adanya trauma akibat bencana atau hal buruk yang merubah persepsi.
Berdasarkan proses komunikasi interpersonal di atas dapat disimpulkan
13
bahwa terdapat tujuh proses komunikasi yaitu sumber, pesan, saluran, penerima, efek,
dan umpan balik.
3. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal
Kemampuan komunikasi adalah keterampilan dalam mengirim pesan,
menerima pesan, dan memberikan umpan balik baik secara verbal dan non verbal.
Aspek-aspek kemampuan komunikasi tersebut bertolak dari pendapat De Vito (1995):
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan yang dimaksud adalah mencakup keinginan untuk saling
memberi informasi mengenai diri sendiri, keinginan untuk bereaksi secara
jujur terhadap pesan yang disampaikan individu lain, dan bertanggung jawab
terhadap perasaan-perasaan yang dimiliki dalam arti tidak
mengkambinghitamkan individu lain. Kualitas keterbukaan dari komunikasi
interpersonal meliputi beberapa aspek yaitu kesediaan untuk mengungkap diri
(self disclose) pada individu lain yang berinteraksi dengan lingkungannya,
kesediaan untuk menanggapi serta jujur pada setiap stimuli yang diterima
serta mengalami dan bertanggung jawab atas segala pikiran dan perasaan yang
diungkapkannya. Keterbukaan dalam komunikasi interpersonal
memungkinkan para pelakunya untuk membicarakan masalah-masalah yang
dialami oleh kedua belah pihak.
b. Empati (empathy)
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan mengalami apa
yang dirasakan individu lain yaitu mencoba merasakan dalam cara yang sama
14
dengan perasaan individu lain. Jika seorang mampu berempati dengan
individu lain maka individu tersebut akan merasa dalam posisi yang lebih baik
untuk memahami individu lain. Pemahaman yang terjadi dalam empati ini
bisa diungkapkan oleh seseorang tanpa kehilangan identitas diri. Keakuratan
berempati meliputi sensitifitas untuk merasakan kejadian-kejadian saat ini dan
mampu mengerti kata-kata yang diucapkan ketika komunikasi interpersonal
berlangsung.
c. Dukungan (suportiveness)
Dua hal yang diperlukan dalam hal ini. Hal yang pertama adalah lebih
bersikap deskriptif dalam berkomunikasi dibanding evaluatif, sebab sikap
yang evaluatif cenderung menimbulkan reaksi defance pada individu lain. Hal
yang kedua adalah kesediaan untuk mendengarkan dan membuka diri
terhadap pendapat yang berbeda. Dukungan yang diperlukan dalam
komunikasi interpersonal, meliputi empat aspek yaitu:
1) Descriptiveness, lingkungan yang deskriptif yaitu lingkungan yang tidak
mengevaluasi individu secara evaluatif sehingga membuat individu
cenderung menjadi defisit. Individu yang merasa dievaluasi akan malu
mengungkapkan perasaan-perasaannya secara bebas dan merasakan terus-
menerus dikritik.
2) Spontanity, individu yang berkomunikasi secara spontan yaitu yang
memiliki pandangan ke depan dan terbaik dalam mengungkapkan
pemikirannya.
15
3) Provitionalism, menjadi professional berarti memiliki pemikiran yang
terbuka (open mindedeness), bersedia menerima pandangan individu lain
dan bersedia merubah posisi atau pandangannya jika memang diperlukan.
4) Dukungan yang tidak terucapkan berupa gerakan-gerakan menganggukkan
kepala, mengedipkan mata, tersenyum.
d. Kepositifan (positiveness)
Berkomunikasi secara positif di dalam komunikasi interpersonal
sekurang-kurangnya melalui dua jalan, yaitu berdasarkan sikap positif dan
menghargai individu lain. Kepositifan terdiri dari tiga hal yaitu :
1) perhatian yang positif terhadap individu lain sangat mendukung
keberhasilan komunikasi interpersonal.
2) perasaan yang positif sangat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama.
3) perhatian dan perasaan yang positif itu harus dikomunikasikan sehingga
komunikasi interpersonal dapat terpelihara dengan baik. Mencakup sikap
positif terhadap diri sendiri, individu lain, dan situasi komunikasi.
Perasaan-perasaan negatif biasanya membuat komunikasi menjadi lebih
sulit dan dapat menyebabkan perpecahan atau konflik. Sikap positif juga
bisa diungkapkan lewat kalimat-kalimat yang diutarakan.
e. Kesamaan (equality)
Komunikasi akan lebih efektif dalam suasana kesamaan walaupun
tidak ada individu yang secara absolut sama dengan individu lain dalam
segala hal. Adapun dalam kesamaan terkandung unsur keinginan untuk saling
16
bekerjasama dalam memecahkan masalah, hal ini terwujud dalam memandang
ketidaksetujuan dan perselisihan di antara individu yang berkomunikasi, lebih
sebagai usaha untuk memahami perbedaan yang ada, daripada memandangnya
sebagai kesempatan untuk saling menjatuhkan. Komunikasi interpersonal
akan lebih efektif bila setiap perbedaan atau konflik tidak dipandang sebagai
usaha untuk menjatuhkan individu lain atau mendapatkan posisi menang.
Kantor (2003) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal pada individu
dengan ciri-ciri avoidant cenderung menutup diri dengan individu lain dan juga
lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan individu dengan ciri-ciri avoidant merasa
takut diejek oleh individu lain dan merasa tidak diterima. Individu dengan ciri-ciri
avoidant enggan untuk menceritakan tentang dirinya kepada individu lain. Selain itu,
individu dengan ciri-ciri avoidant cenderung lebih evaluatif ketika berkomunikasi
dengan individu lain. Hal ini membuat individu dengan ciri-ciri avoidant selalu
menganalisis setiap pesan yang berasa dari lawan bicara. Hal ini terjadi, karena
individu dengan ciri-ciri avoidant memiliki kecenderungan skeptic atau cenderung
tidak percaya terhadap orang lain. Individu dengan ciri-ciri avoidant, juga cenderung
memandang segala hal secara negatif dan tidak konsisten dengan pernyataannya yang
sewaktu-waktu bisa berubah. Hal ini dilakukan individu dengan ciri-ciri avoidant
untuk menutupi rasa takut dalam mengambil resiko.
4. Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal
Menurut Rakhmat (2009) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya komunikasi interpersonal, di antaranya:
17
a. Persepsi Interpersonal
Beberapa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan bahwa
manusia bukan benda melainkan sebagai objek persepsi.
b. Konsep Diri
Menurut Brooks (2012) berpendapat bahwa konsep diri merupakan suatu
pandangan dan perasaan individu tentang dirinya.
c. Atraksi Interpersonal
Menurut Berlund (2009) Atraksi interpersonal diperoleh dengan mengetahui
siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka individu
dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa, faktor terjadinya komunikasi interpersonal dalam
diri sendiri dan pada lawan bicara seperti persepsi interpersonal,konsep diri, atraksi
interpersoanl, dan percaya diri, profesionalitas, empati, sikap terbuka. Hal ini lah
yang mempengaruhi faktor komunikasi interpersonal.
5. Hambatan-hambatan Dalam Komunikasi Interpersonal Pada Individu
Dengan Ciri-ciri Avoidant
Menurut Cangara (2013) hambatan atau gangguan komunikasi pada dasarnya
dapat dibedakan atas tujuh macam, yaitu:
a. Hambatan Teknis
Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi
18
mengalami kerusakan.
b. Hambatan Sematik
Hambatan sematik ialah hambatan komunikasi yang disebabkan karena
kesalahan pada bahasa yang digunakan
c. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh
adanya persoalan-persoalan yang terjadi dalam diri individu. Misalnya rasa
curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena kondisi kejiwaan
sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.
d. Hambatan Fisik
Dalam komunikasi interpersonal, hambatan fisik bisa juga diartikan karena
adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera
pada penerima.
e. Hambatan Status
Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial diantara
peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan junior, atau
atasan dan bawahan. Perbedaan ini biasanya menuntut perilaku komunikasi
yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya
dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat kepada atasan, atau
rakyat pada raja yang memimpinnya.
f. Hambatan Kerangka Berpikir
Hambatan kerangka berpikir ialah hambatan yang disebabkan adanya
19
perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang
digunakan dalam komunikasi, ini disebabkan karena latar belakang
pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
g. Hambatan Budaya
Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya
perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam berkomunikasi.
Dari teori di atas dapat diketahui bahwa ada berbagai macam hambatan dalam
komunikasi interpersonal. Hambatan tersebut berpengaruh dalam penerimaan pesan
dan dapat menggakobatkan komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan lancar
semestinya.
6. Gambaran Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant
Rakhmat (2005) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu membuat
kontak sosial atau berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi sosial dengan
masyarakat, manusia melakukan komunikasi, bahkan sebagian besar dari waktu yang
dimiliki digunakan untuk berkomunikasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi
merupakan salah satu hal penting bagi manusia, dengan kata lain kualitas hidup
manusia juga ditentukan oleh pola komunikasi yang dilakukannya. Hal ini membuat
setiap individu selalu berusaha untuk lebih mendekatkan diri dengan individu
lainnya. Oleh sebab itu, manusia diharapkan memiliki kemampuan komunikasi
20
interpersonal yang baik. Rakhmat (2005) menambahkan bahwa komunikasi
interpersonal dilakukan oleh setiap individu, termasuk individu dengan ciri-ciri
avoidant.
Kantor (2003) menyatakan bahwa individu dengan ciri-ciri avoidant ketika
melakukan komunikasi interpersonal cenderung menutup diri dengan individu lain
dan juga lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan individu dengan ciri-ciri avoidant
merasa takut diejek oleh individu lain dan merasa tidak diterima. Individu dengan
ciri-ciri avoidant enggan untuk menceritakan tentang dirinya kepada individu lain.
Selain itu, individu dengan ciri-ciri avoidant cenderung lebih evaluatif ketika
berkomunikasi dengan individu lain. Hal ini membuat individu dengan ciri-ciri
avoidant selalu menganalisis setiap pesan yang berasal dari lawan bicara. Hal ini
terjadi, karena individu dengan ciri-ciri avoidant memiliki kecenderungan skeptis
atau cenderung tidak percaya terhadap orang lain. Individu dengan ciri-ciri avoidant,
juga cenderung memandang segala hal secara negatif dan tidak konsisten dengan
pernyataannya yang sewaktu-waktu bisa berubah. Hal ini dilakukan individu dengan
ciri-ciri avoidant untuk menutupi rasa takut dalam mengambil resiko.
Kantor (2003) menambahkan bahwa yang menyebabkan komunikasi
interpersonal pada individu yang memiliki ciri-ciri avoidant menjadi tidak efektif
ialah karena individu dengan ciri-ciri avoidant memiliki pengalaman di masa lalu
yang kurang menyenangkan. Pengalaman yang tidak menyenangkan ini dapat berupa
bullying di lingkungan sekolah atau tempat tinggalnya. Hal ini membuat individu
dengan ciri-ciri avoidant merasa takut terhadap kritikan, hinaan, penolakan, dan
21
membuatnya enggan untuk terbuka dan terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin akan disukai.
Cangara (2003) menyatakan bahwa faktor yang menghambat komunikasi
interpersonal pada individu yang memiliki ciri-ciri avoidant adalah hambatan secara
psikologis. Hambatan ini terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh
persoalan-persoalan yang terjadi dalam diri individu dengan ciri-ciri avoidant,
misalnya rasa curiga terhadap orang lain. Ketika individu dengan ciri-ciri avoidant
melakukan komunikasi dengan individu lainnya, individu dengan ciri-ciri avoidant
akan mencurigai atau tidak langsung memercayai apa yang dikatakan oleh lawan
bicara. Hal ini karena individu dengan ciri-ciri avoidant mempuyai pemikiran yang
cenderung negatif terhadap orang lain.
Selain itu, komunikasi interpersonal individu dengan ciri-ciri avoidant akan
terhambat jika kondisi emosi dalam keadaan tidak stabil. Kondisi yang tidak stabil ini
dapat disebabkan oleh rasa marah, cemas, atau sedih. Ketika individu dengan ciri-ciri
avoidant sedang mengalami ketidakstabilan emosi, individu dengan ciri-ciri avoidant
cenderung menyendiri atau menarik diri dari lingkungan dan enggan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Ketidakstabilan emosi yang dirasakan oleh
individu dengan ciri-ciri avoidant pun akan membuat individu dengan ciri-ciri
avoidant cenderung menjadi hypersensitive terhadap perkataaan atau pendapat dari
individu lain. Hal ini membuat penerimaan dan pemberian informasi dari lawan
bicara menjadi tidak diterima dengan baik. Individu dengan ciri-ciri avoidant
cenderung menolak perkataan dan pendapat dari orang lain.
22
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran komunikasi
interpersonal individu dengan ciri-ciri avoidant cenderung tertutup, eveluatif dan
berpikir negatif terhadap lawan bicara. Komunikasi interpersonal pada individu yang
memiliki ciri-ciri avoidant menjadi tidak efektif ialah karena memiliki pengalaman di
masa lalu yang kurang menyenangkan, misalnya rasa curiga penerima kepada
sumber, atau kondisi emosi yang tidak sehat sehingga dalam penerimaan dan
pemberian informasi tidak sempurna.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Pertanyaan penelitian tersebut digunakan untuk mengungkap pengalaman
individu yang diteliti, (Miller& Huberman,1994). Menurut Creswell (2015)
pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan yang bertujuan mengungkap arti
pengalaman individu mengenai sesuatu yang diteliti. Pertanyaan penelitian dibagi
menjadi dua bagian, yaitu pertanyaan inti (central question) dan pertanyaan tambahan
(sub question). Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti menyusun pertanyaan
sebagai berikut:
1. Central Question
Central Questiondalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran
Komunikasi Interpersonal individu dengan ciri-ciri Avoidant”. Pertanyaan
penelitian ini, yang nantinya akan dieksplorasi dalam penelitian kualitatif.
23
2. Sub Question
Creswell (2015) sub question adalah sejumlah sub pertanyaan yang
mencabangkan pertanyaan sentral ke dalam sebagian area penelitian. Adapun
sub question dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana perilaku anda ketika harus berbicara dengan orang baru?
b. Bagaimana sikap anda jika ada seseorang atau teman dekat anda
menceritakan permasalahannya kepada anda?
c. Apakah anda dapat merasakan cerita yang teman anda ceritakan kepada
anda?
d. Bagaimana perilaku anda ketika anda berbicara dengan orang yang
memiliki pemahaman yang berbeda dengan anda?
e. Perasaan apa yang mendominasi anda ketika berbicara dengan lawan bicara
anda?
f. Bagaimana arti komunikasi menurut anda