bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori 1. permainan ... · mulailah putaran lengan ke belakang,...

45
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Bulutangkis Menurut Subardjah (2000) bulutangkis merupakan bentuk permainan bola kecil yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara melakukan satu orang melawan satu orang atau tunggal dan dua orang melawan dua orang atau ganda. Bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk dalam kelompok olahraga permainan. Permainan bulutangkis dapat dimainkan di dalam maupun di luar lapangan. Namun demikian, semua pertandingan resmi yang diselenggarakan sampai saat ini dilakukan di dalam ruangan. Hal ini dikarenakan didalam ruangan laju shuttlecock relatif tidak terpengaruh oleh angin. Ruangan untuk bermain bulutangkis idealnya mempunyai langit-langit minimal setinggi 7,62 meter, penerangan didalam ruangan diusahakan tidak menyebabkan silau pemain. Bentuk lapangan bulutangkis resmi dibatasi dengan garis-garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentuyaitu 13,40 meter dan 6,10 meter, dengan ketebalan garis 3,8 cm. Lapangan bulutangkis dibagi menjadi dua bidang sama besar dan dipisahkan oleh net yang terpasang di tiang net yang berdiri tepat dipinggir lapangan dengan tinggi 1,542 meter. Alat yang digunakan adalah raket sebagai alat pemukul serta shuttlecock sebagai bola yang dipukul. Peraturan bulutangkis tidak menyebutkan persyaratan-persyaratan khusus mengenai raket. Umumnya panjang raket 56-67 cm dan beratnya 78-89 gram. Shuttlecock tersedia dalam dua macam: bulu angsa dan nilon. Shuttlecock yang dipakai dalam pertandingan-pertandingan ialah yang terbuat dari bulu angsa, dengan berat 4,8 -5,6 gram dan mempunyai 14-16 helai bulu. Berikut ini gambar bentuk dan ukuran lapangan bulu tangkis.

Upload: others

Post on 23-Oct-2019

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Permainan Bulutangkis

Menurut Subardjah (2000) bulutangkis merupakan bentuk permainan bola

kecil yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara melakukan satu

orang melawan satu orang atau tunggal dan dua orang melawan dua orang atau

ganda. Bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk dalam kelompok

olahraga permainan. Permainan bulutangkis dapat dimainkan di dalam maupun di

luar lapangan. Namun demikian, semua pertandingan resmi yang diselenggarakan

sampai saat ini dilakukan di dalam ruangan. Hal ini dikarenakan didalam ruangan

laju shuttlecock relatif tidak terpengaruh oleh angin. Ruangan untuk bermain

bulutangkis idealnya mempunyai langit-langit minimal setinggi 7,62 meter,

penerangan didalam ruangan diusahakan tidak menyebabkan silau pemain.

Bentuk lapangan bulutangkis resmi dibatasi dengan garis-garis dalam

ukuran panjang dan lebar tertentuyaitu 13,40 meter dan 6,10 meter, dengan

ketebalan garis 3,8 cm. Lapangan bulutangkis dibagi menjadi dua bidang sama

besar dan dipisahkan oleh net yang terpasang di tiang net yang berdiri tepat

dipinggir lapangan dengan tinggi 1,542 meter. Alat yang digunakan adalah raket

sebagai alat pemukul serta shuttlecock sebagai bola yang dipukul.

Peraturan bulutangkis tidak menyebutkan persyaratan-persyaratan khusus

mengenai raket. Umumnya panjang raket 56-67 cm dan beratnya 78-89 gram.

Shuttlecock tersedia dalam dua macam: bulu angsa dan nilon. Shuttlecock yang

dipakai dalam pertandingan-pertandingan ialah yang terbuat dari bulu angsa,

dengan berat 4,8 -5,6 gram dan mempunyai 14-16 helai bulu.

Berikut ini gambar bentuk dan ukuran lapangan bulu tangkis.

11

Gambar 2.1 Bentuk dan Ukuran Lapangan (BWF:2011)

Menurut Suharno HP (1993:18) “Teknik adalah suatu proses gerakan dan

pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas

yang pasti dalam cabang olahraga”. Penguasaan teknik dasar permainan

bulutangkis merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau

kalahnya suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan

mental.

2. Teknik-Teknik Dasar Bulutangkis

Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih dahulu

guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis dimainkan oleh dua regu

ataupun ada juga perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang beregu,

maka kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta

saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu.

Pemain, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka harus

menguasai teknik dasar permainan bulutangkis supaya strategi yang diterapkan

oleh pelatih akan berjalan di pertandingan. Salah satu teknik yang harus dikuasai

oleh para pemain antara lain:

a. Sikap berdiri (stance)

Sikap berdiri dalam permainan bulutangkis harus dikuasai oleh setiap

pemain, adapun sikap berdiri dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu (1) sikap

12

berdiri saat servis, (2) sikap berdiri saat menerima servis dan (3) sikap saat

permainan berlangsung (in play).

Gambar 2.2 Berdiri Saat Permainan Berlangsung In Play (BWF:2011)

b. Pegangan raket (grip)

Ada 2 (dua) cara memegang raket dalam permainan bulutangkis menurut

Purnama (2010:14), antara lain:

1. Forehand grip

Teknik pegangan forehand dilakukan ibu jari dan jari telunjuk menempel

pada bagian permukaan pegangan yang sempit (sejajar dengan kepala raket).

Yang perlu diperhatikan dalam teknik pegangan ini adalah pergelangan tangan

dapat bergerak leluasa untuk mengarahkan pukulan, agar dapat leluasa yang

menjadi kunci adalah letak pangkal pegangan raket berada dalam genggaman

tangan, tidak menonjol keluar dari genggaman tangan.

Gambar 2.3 Pegangan Forehand (BWF:2011)

Keuntungan teknik pegangan forehand diantaranya:

13

a. Raket tidak mudah lepas dan pukulan yang dihasilkan keras.

b. Memudahkan melakukan pukulan terhadap bola yang datangnya di

sebelah kanan badan (forehand) dan

c. Dapat memutar pergelangan tangan untuk menempatkan posisi kepala

raket tegak lurus dengan kepala shuttlecock.

Kelemahan teknik pegangan forehand, yaitu:

a. Lemah terhadap bola yang datangnya di sebelah kiri badan dan

b. Lemah dalam menerima bola serangan yang mengarah ke badan.

2. Backhand grip

Dari posisi teknik pegangan forehand, dapat dialihkan ke teknik pegangan

backhand yakni dengan memutar raket seperempat putaran ke arah kiri. Dari

pegangan backhand dapat dialihkan ke teknik pegangan gebuk kasur dengan

memutar setengan putaran ke arah kiri.

Keuntungan pegangan backhand adalah pemain dengan leluasa dapat

mengembalikan bola yang datangnya di sebelah kiri badan. Sebaliknya kelemahan

dari teknik pegangan ini, pemain akan kesulitan dalam mengembalikan bola,

terutama semes yang mengarah ke sebelah kanan badan.

Gambar 2.4 Pegangan Backhand (BWF:2011)

c. Servis

Pukulan servis merupakan pukulan pertama yang mengawali suatu

permainan bulutangkis. Pukulan ini boleh dilakukan baik dengan forehand

maupun dengan backhand. Pukulan servis merupakan pukulan yang sangat

menentukan dalam awal perolehan nilai, karena pemain yang melakukan servis

dengan baik dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi

awal serangan. Dalam permainan bulutangkis ada dua macam servis, yaitu servis

14

panjang dan servis pendek. Pukulan servis dengan panjang banyak digunakan

dalam permainan tunggal, sedangkan pukulan servis pendek umumnya digunakan

dalam permainan ganda. Arah Servis dilakukan dengan menyilang dari sisi

pemain yang melakukan dan menerima servis

Servis dalam bulutangkis harus sesuai dengan peraturan permainan

bulutangkis, adapun ketentuan tersebut antara lain:

1. Ketinggian bola saat perkenaan dengan kepala raket berada di bawah

pinggang.

2. Saat perkenaan dengan bola, kepala raket harus condong ke bawah.

3. Kedua kaki berada pada bidang servis, tidak menyentuh garis tengah atau

garis depan.

4. Tidak ada gerakan ganda (saat perkenaan dengan bola satu kali gerakan).

Gerakan raket harus berkelanjutan tanpa adanya saat yang putus-putus.

1. Servis pendek

Pelaksanaan servis pendek dapat dilaksanakan dengan cara forehand

maupun backhand:

a. Berdirilah sedekat mungkin dari garis depan

b. Letak kedua kaki dapat sejajar atau depan-belakang sesuai kebiasaan

c. Bola dipegang salah satu tangan dengan ketinggian dibawah pinggang

d. Kepala raket ditempatkan dibelakang kepala bola

e. Tentukan arah sasaran servis, lihat bola, lakukan pukulan dengan halus

untuk mendapatkan arah bola yang sesuai sasaran tipis diatas net.

Gambar 2.5 Servis Pendek Forehand (BWF:2011)

15

2. Servis panjang

Pelaksanaan servis panjang biasanya dilaksanakan dengan cara forehand

servis tinggi sering digunakan dalam permainan tunggal, latihan servis tinggi

sering diabaikan oleh pemain maupun pelatih, padahal servis tinggi yang baik

adalah melambung tinggi dan jatuhnya dibidang belakang lapangan lawan,

sedekat mungkin dengan garis belakang.

Tujuan servis tinggi yang baik antara lain:

a. Untuk menghindari permainan bagi lawan yang bagus main netting

b. Untuk mempercepat kelelahan fisik lawan, pada saat lawan sudah

mulai kehabisan tenaga (daya tahan kardiorespirasi lemah).

c. Mengukur kemampuan forehand clear lawan

d. Membuka posisi depan lawan

Gambar 2.6 Servis Panjang (BWF:2011)

d. Dropshot

Dropshot adalah pukulan menyerang dengan menempatkan bola tipis

dekat jaring pada lapangan lawan. Dropshot mengandalkan kemampuan feeling

dalam memukul bola sehingga arah dan ketajaman bola tipis di atas net serta jatuh

didekat net. Bola dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot

(pukulan potong) yang baik adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan

tidak melewati garis ganda. Karakteristik pukulan potong ini adalah shuttlecock

senantiasa jatuh dekat jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu mampu

melakukan pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan posisi badan dari

sudut-sudut lapangan permainan. Faktor pegangan raket, gerak kaki yaang cepat,

16

posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat

memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini. Sikap persiapan

awal dan gerak memukul tidak berbeda dengan pukulan forehand clear. Dalam

pelaksanaan pukulan potong ini, adalah menempatkan shuttlecock pada sudut-

sudut lapangan lawan sedekat mungkin jaring/net, dengan variasi gerak tipu badan

dan raket sebelum perkenaan raket dan shuttlecock, yang menyebabkan lawan

terlambat mengantisipasi dan bereaksi atas datangnya shuttlecock secara

mendadak.

Gambar 2.7 Pukulan Dropshot (BWF:2011)

e. Drive

Pukulan drive adalah jenis pukulan keras dan cepat yang arahnya

mendatar. Pukulan drive biasanya digunakan untuk menyerang atau

mengembalikan bola dengan cepat dengan arah lurus maupun menyilang ke

daerah lawan, baik dengan forehand maupun backhand.

Gambar 2.8 Forehand Drive dan Backhand Drive (BWF:2011)

17

f. Netting

Netting adalah pukulan pendek yang dilakukan di depan net dengan tujuan

untuk menempatkan bola setitpis mungkin jaraknya dengan net di daerah lawan.

Netting sangat menentukan akhir dari pertandingan bulutangkis, kualitas netting

yang baik memungkinkan pemain mendapatkan umpan dari lawan untuk di

forehand clear atau diserang dengan pukulan mematikan yang lain. Karena

pengembalian bola netting yang baik tidak banyak pilihan yang harus dilakukan

oleh lawan, hanya ada dua pilihan naik ke belakang daerah lawan atau dibalas

dengan netting lagi. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul

halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net, dipukul dengan sentuhan tenaga

halus sekali. Karakteristik teknik dasar ini adalah shuttlecock senantiasa jatuh

bergulir sedekat mungkin dengan jaring/net di daerah lapangan lawan. Koordinasi

gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi raket dan shuttlecock saat

perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-faktor penting yang

mempengaruhi keberhasilan pukulan ini.

Gambar 2.9 Netting Backhand dan Netting Forehand (BWF:2011)

g. Footwork

Dalam permainan bulutangkis kaki berfungsi sebagai penompang tubuh

untuk bergerak kesegala arah dengan cepat, sehingga dapat memposisikan tubuh

sedemikian rupa supaya dapat melakukan gerakan pukulan dengan efektif.

Langkah kaki dalam permainan bulutangkis sering diistilahkan footwork.

Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan berkualitas, yaitu

apabila dilakukan dalam posisi baik. Untuk bisa memukul dengan posisi baik,

seorang atlet harus memiliki kecepatan gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa

18

dicapai kalau footworknya tidak teratur. Prinsip dasar footwork dalam permainan

bulutangkis adalah kaki yang sesuai dengan tangan yang digunakan untuk

memegang raket saat memukul selalu berakhir sesuai arah tangan tersebut.

h. Forehand clear

Pukulan forehand clear adalah shuttlecock yang dipukul dari atas kepala,

posisi biasanya dari belakang dan diarahkan keatas pada bagian belakang

lapangan lawan. Pukulan lob merupakan pukulan yang paling sering dilakukan

oleh setiap pemain bulutangkis. Pukulan lob sangat penting dalam mengendalikan

permainan bulutangkis, sangat baik untuk mempersiapkan serangan atau untuk

membenahi posisi sulit saat mendapat tekanan dari lawan. Posisi tubuh sangat

menentukan untuk dapat melakukan pukulan lob yang baik, sehingga kaidah-

kaidah teknik pukulan ini harus dilaksanakan saat latihan.

3. Teknik Forehand Clear Bulutangkis

Forehand clear adalah pukulan overhead (atas kepala) yang diarahkan ke

atas dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan ini digunakan untuk mengatur

tempo permainan. Karena itu tujuan utamanya untuk mengendalikan permainan.

Pukulan forehand clear adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan

dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah tinggi melambung,

laju jalannya shuttlecock sedang dari bidang belakang lapangan kita diarahkan

menuju ke bidang belakang lapangan lawan, sehingga pukulan ini membutuhkan

aspek kekuatan otot bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta

koordinasi gerak tubuh yang harmonis (Pool 2010:44).

a. Pukulan forehand clear

Teknik pukulan forehand clear tersebut secara bertahap setiap pemain

harus menguasainya dengan sempurna. Manfaatnya sangat besar untuk

meningkatkan kualitas permainan.

19

Gambar 2.10 Rangkaian Gerakan Forehand Clear (http://badminton.chorwong.com)

Adapun langkah-langkah melakukan forehand clear adalah sebagai

berikut:

1) Persiapan:

Gunakan Pegangan V

Sikap awal badan rileks

Langkahkan ke belakang untuk membuka atau meregangkan salah satu

kaki ke belakang

Posisi kaki sedikit merendah atau lutut sedikit ditekuk

Badan menghadap ke samping.

Gambar 2.11 Sikap Awal Melakukan Forehand Clear

20

2) Pelaksanaan

Mulailah putaran lengan ke belakang, tengadahkan lengan bawah

Buatlah sudut antara lengan tangan dan raket

Selanjutnya putar/ayunkan lengan ke depan dengan posisi lengan tangan

menelungkup sekuat tenaga dan memutar badan 180.

Gambar 2.12 Ayunan Raket/Lengan Saat Memukul Shuttlecock

3) Perkenaan

Jangkaulah setinggi mungkin saat memukul shuttlecock, dengan posisi

lengan lurus, perkenaan saat memukul berada di sebelah depan bahu.

Gambar 2.13 Perkenaan raket dengan shuttlecock

21

4) Sikap lanjutan

Selesaikan putaran lengan dengan mendarat

Gerakan lanjutan lengan tangan rileks, raket berada didepan badan

Kaki yang sebelumnya di belakang dipindahkan ke depan untuk menumpu

titik berat badan

Gambar 2.14 Gerakan Lanjutan Setelah Melakukan Forehand Clear

Saat memukul beberapa gerakan terjadi dengan cepat yaitu : 1) berat badan

berpindah dari kaki kanan ke kaki kiri pada saat berputar sehingga menghadap ke

daerah lawan, 2) lengan bergerak ke atas mulai dari siku sampai lengan bawah

sehingga pergelangan tangan berputar ke arah dalam, 3) pada saat raket

menyuntuh shuttle, pergelangan tangan menjadi lurus (tidak teracung lagi)

demikian pula dengan lengan dan bidang raket tepat menghadap sasaran, 4) raket

mengeluarkan suara mendesing pada saat menyentuh shutlle, 5) kepala raket

mengayun ke bawah dengan pergelangan tangan setinggi dada sehingga suatu

putaran ayunan penuh terjadi dan gerakan akhir raket menyilang sebelah kiri

tubuh ( James Poole, 1982:28).

Gerakan ayunan ini dapat disamakan dengan melemparkan bola dimana

gerakan tubuh yang terjadi adalah sama. Mekanisme gerakan tubuh yang sama

terjadi pada tiga jenis pukulan yaitu pukulan bersih (clear), pukulan jatuh (drop)

dan pukulan keras (smash). Kedudukan gerak lanjutan sangat penting terhadap

22

ketepatan pukulan. Kekuatan dan momentum yang lebih besar tidak menjamin

ketepatan pukulan, sehingga untuk mendapatkan ketepatan pukulan teknik

overhead forehand dropshoot yang baik diperlukan koordinasi gerak yang baik

terutama pada saat melakukan follow through.

Apabila teknik forehand clear dilakukan dengan benar maka sangat

membantu untuk memperoleh arah dan sasaran shuttlecock dengan tepat. Adapun

arah dan sasaran dari pukulan forehand clear adalah seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.15 Arah dan Sasaran Shuttlecock Pukulan Forehand Clear

(BWF:2011)

a) Analisis Gerakan Dalam Teknik Forehand Clear

Sikap permulaan untuk menganalisis gerakan tubuh yaitu sikap bergiri

tegak dan sikap anatomis. Istilah arah yang digunakan ialah anterior, posterior,

distal, proksimal, superior, inferior, medial, superfacial, profundus. Gerakan dasar

yang terjadi pada bidang sagital dengan sumbu transfersal ialah fleksi, ekstensi,

fleksi dorsal, fleksi plantar. Gerakan pada bidang frontal sumbu anterposterior

ialah abduksi, adduksi, abduksi horisontal, adduksi horisontal, elevasi, depresi,

fleksi lateral, infers, eversi. Gerakan dasar pada bidang transfersal dengan sumbu

longitudinal ialah rotasi medial, rotasi lateral, supinasi, pronasi. Gerak

sirkumduksi terjadi pada bidang sagital dan frontal dengan sumbu triaksial

(Sudarminto,1992:15)

Gerakan forehand clear merupakan koordinasi bagian anggota gerak atas

yang terdiri dari tulang belakang, gelang panggul, gelang bahu, lengan atas dan

lengan bawah. Sedangkan bagian anggota gerak bawah yang terlibat terdiri dari

tulang paha (femur), tulang tempurung lutut (knee), tulang kering, tulang betis,

23

dan tulang kaki. Sehingga kedua bagian anggota gerak tersebut memerluakan

koordinasi yang baik untuk bisa melakukan gerakan forehand clear yang benar.

1) Kerja Sendi dan Gerak Yang Terjadi

Sendi sterno klavikular, sendi yang dibentuk oleh ujung besar di sebelah

sternum dari klavikula yang bergerak secara abduksi dan adduksi.

Sendi akromio klavikular, dibentuk oleh ujung luar dari klavikula yang

bersendi dengan proses akromion dari scapula bergerak secara abduksi dan

adduksi.

Sendi bahu humero scapular, sendi putar kepala humerus membentuk

setengah bola, pembatasan gerak ditentukan oleh otot yang mengelilinginya,

kebebasan gerak keseluruhan arah (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, eksorotasi,

dan endorotari).

Sendi siku atau sendi engsel, membentuk sendi humeri rasialis dan empat

permukaan persendian yang berada dalam kapsul sendi gerakan terjadi adalah

fleksi dan ekstensi.

Sendi radio ulnari, sendi antara radius dan ulna, radius berputar dalam

ligamen pembatas sendi dan ujung bawah radius berputar di atas kepala ulna serta

dalam gerakan pronasi dan supinasi.

Sendi panggul, membatasi gerakan sendi keseluruhan arah dan

membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri gerakan sendi fleksi dan

ekstensi.

Sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi telapak kaki merupakan

sendi engsel yang melakukan gerakan fleksi dan ekstensi dengan gerakan sedikit

mengayun (Syaifudin, 1996:33)

Gerakan pada bagian tubuh tertentu dihasilkam dari kontraksi sekelompok

otot. Sekelompok otot yang menghasilkan gerakan disebut otot penggerak atau

agonis. Pada sisi lain yang berkebalikan dengan otot penggerak ada otot lain yang

sifatnya menghambat yang disebut antagonis. Di dalam gerakan suatu bagian

tubuh, selain agonis dan antagonis ada lagi otot yang disebut sinergis yaitu otot

yang bersifat mengatur gerakan. Apabila otot agonis, sinergis, dan antagonis bisa

berfungsi secara serasi, maka gerakan bisa terjadi dengan lancar (Sugiyanto,

1992:245).

24

2) Analisis Fisiologi dalam Gerakan Forehand Clear

Gerakan-gerakan tubuh merupakan hasil dan gerak sejumlah otot yang

terkoordinasi. Gerakan kelompok otot ini dapat merupakan kejasama dari fleksi,

ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi. Karena fungsinya setiap otot itu yang

memungkinkan kelompok otot bergerak efisien, maka otot tersebut dapat disebut

sebagia penggerak utama, antagonis, dan sinergis (Soedarminto,1992:33).

Pengertian koordinasi dari sudut pandang anatomi fisiologi adalah gerakan

dilihat sebagai pengaturan terhadap kerja otot-otot yang diatur melalui sistem

persyaratan atau disebut dengan intra musculare coordination. Koordinasi gerakan

meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam suatu pelaksanaam

gerakan. Pengkoordinasian kerja otot-otot tersebut diatur sedemikian rupa oleh

sistem persyarafan.

Penyesuaian komponen-komponen kekuatan dan kecepatan yang

dibutuhkan oleh otot-otot dalam pelaksanaan gerakan sesuai dengan kebutuhan

setiap bagian gerakan. Penyesuaian kekuatan dan kecepatan ini dimaksudkan agar

setiap bagian gerakan dapat dilakukan secara efektif dan efesien, sehingga

memungkinkan pencapaian hasil yang optimal (Kiram,1992:50).

3) Mekanisme Gerak Otot

Otot merupakan penggerak tulang yang dapat bergerak karena adanya sel

otot. Otot bekerja dengan cara berkontraksi (memendek) dan berelaksasi

(memanjang) sehingga otot disebut alat gerak aktif. Dalam keadaan relaksasi

ujung filamen aktin bertumpang tindih satu sama lainnya, yang sekaligus juga

terjadi tumpang tinding sepenuhnya antara filamen miosin. Pada keadaan

berkontraksi maka filamen aktin tertarik ke bagian dalam diantara filamen miosin

(Sugiyanto, 2004:4).

Otot pada umumnya bekerja dengan kontraksi dan relaksasi. Pada otot

lurik terdapat aktin dan miosin yang mempunyai daya berkerut membentuk

aktomiosin. Bila aktin mendekat ke miosin maka otot akan berkontraksi,

sebaliknya bila aktin menjahui miosin maka otot akan relaksasi.

4) Otot yang Berperan dalam Forehand Clear

Otot-otot yang bekerja menggerakan lengan menurut Syaifudin (1996:38)

adalah:

25

1) M.deltoid atau (otot segitiga), otot ini berbentuk lengkung bahu dan

berpangkal disisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat dan

diafise tulang pangkal lengan terdapat kandung kender yang fungsinya

mengangkat lengan sampai datar.

2) M.Subskapularis (otot depan tulang belikat), otot ini mulai dari depan

tulang belikat menuju tahu kecil tulang pangkal lengan, dibawahnya

terdapat kandung lender yang fungsinya menengahkan atau memutar

tulang humerus ke dalam.

3) M. Suprasupinatus (otot depan tulang belikat), otot ini berpangkal di

lekuk sebelah atas menuju ke taju besar tulang pangkal lengan yang

fungsinya mengangkat lengan.

4) M. Infraspinatus (otot bawah tulang belikat), otot ini berpangkal di

lekuk sebelah bawah balung tulang belikat, menuju taju besar tulang

pangkal lengan yang fungsinya memutar lengan ke dalam.

5) M. Teres mayor (otot lengan bulat besar), otot ini berpangkal di siku

bawah tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan.

Diantara otot lengan bulat kecil dan otot lengan besar terdapat kepala

yang panjang dari muskulus triceps brachi yang fungsinya bisa

memutar lengan kedalam.

6) M. Teres minor (otot lengan belikat kecil), otot ini berpangkal di siku

sebelah luar tulang belikat menuju taju besar tulang pangkal lengan

yang fungsinya memutar lengan ke luar.

Otot pangkal lengan atas tersiri dari : otot-otot ketul (fleksor) dan otot

kedang (ekstensor). Yang meliputi :

a) M. Biceps brachii (otot lengan berkepala dua), kepala yang panjang

melekat pada sendi bahu, kepala yang pendek melekat di sebelah

luar dan di sebelah dalam. Otot ini ke bawah menuju ke tulang

pengupil. Di bawah urat terdapat kandung lender yang fungsinya

membengkokan lengan bawah siku, meratakan hasta dan

mengangkat lengan.

b) M. Brachialis (otot lengan dalam), otot ini berpangkal di bawah otot

segitiga di tulang pangkal lengan menuju taju pangkal tulang hasta

26

yang fungsinya membengkokkan lengan bawah siku.

c) M. korako brachialis, otot ini berpangkal di prosesus korakoid

menuju tulang pangkal lengan yang fungsinya mengangkat lengan.

d) M. triceps brachialis (otot lengan kepala tiga), kepala luar

berpangkal disebelah belakang tulang pangkal lengan dan menuju ke

bawah kemudian bersatu dengan yang lain, kepala dalam dimulai

sebelah dalam tulang pangkal lengan, kepala panjang dimulai pada

tulang dibawah sendi dan ketiga-tiganya mempunyai sebuah urat

yang melekat di olekrani.

5) Bentuk kontraksi otot dalam serangkaian gerak forehand clear

Setelah mengetahui bagian otot yang bekerja dalam serangkaian gerakan

pada forehand clear, dengan begitu dapat menganalisa bagian otot yang bekerja

atau berkontraksi pada saat melakukan serangkaian gerakan forehand clear dalam

hal ini tetap di bagi dalam empat tahapan yaitu tahap posisi badan saat memkul,

ayunan raket, saat impact atau perkenaan raket dengan shuttlecock, dan gerak

lanjutan.

1) Posisi badan pada saat memukul shuttlecock

a) Ketika tangan mengangkat mengangkat lengan (abduksi), lengan di

tekuk kurang lebih 60° sehingga M. Biceps Brachi dan M.

Brachioradialis berkontraksi memendek.

b) Ketika tungkai di ayunkan kebelakang beberapa otot berkontraksi

diantaranya: M. Biceps Femoris, M. Gastrocnemius, M. Soleus, M.

Fibularis Longus.

c) Ketika tungkai di ayunkan kedepan, maka terdapat otot yang

berkontraksi, diantaranya: M. Rectus Femoris, M Vastus Lateralis, M.

Vastus Madialis, M. Tibialis Anterior.

2) Ayunan Raket

a) Ketika melakukan gerakan ini, maka ada beberapa otot bagian leher

yang dikontraksi, diantaranya: M.Sternocleidomastoideus, M. Plasama

dan M. Sternohyoideus.

b) Ketika mengayunkan raket, otot lengan yang berkontraksi adalah M.

Triceps Brachi, M. Extensor Carpi Radialis Longus, M. Extensor Carpi

27

Ulnaris, M. Extensor Digitorum Longus.

c) Ketika tungkai di ayunkan, otot tungkai yang berkontraksi adalah: M.

Adduktor Longus, M. Brachilis, M. Vastus Lateralis, M. Vastus

Medialis, M. Tractus Iliotibialis, dan M. Adduktor Magnus.

3) Saat impact atau perkenaan raket dengan shuttlecock

a) Ketika impact, M. Trapezius berkontraksi.

b) Ketika impact beberapa otot lengan berkontraksi, diantaranya:

M. Teres major, M. Teres minor, M. Deltoid, M. Biceps brachii, M.

Brachioradialis, M Flexor carpi radialis, M. Triceps brachii.

c) Ketika impact, beberapa bagian otot perut dan punggung berkontraksi,

antara lain: M. Obliquus externum, Obliquus internum, M. Rectus

abdominis, M. Latissimus dorsi.

d) Ketika impact, otot bagian tungkai juga berkontraksi antara lain: M.

Biceps femoris, M. Gastrocnemius, M. Soleus, M. Fibularis longus, M.

Rectus femoris, M. Vastus lateralis, M. Vastus medialis, M. Tibialis

anterior, M. Fibularis longuis.

4) Gerak Lanjutan

a) Dalam tahap ini beberapa otot lengan berkontraksi, yaitu: M. Teres

major, M. Teres minor, M. Deltoid, M. Biceps brachii, M.

Brachioradialis, M Flexor carpi radialis, M. Triceps brachii, M.

Extensor carpi ulnaris, M. Ekstensor digitorum longus.

b) Beberapa otot bagian leher yang berkontraksi ketika tahap pemulihan

diantaranya: M. Sternocleidomastoideus, M. Platisma, M.

Sternohyoideus.

c) Beberapa otot bagian punggung yang berkontraksi ketika tahap

pemulihan, diantaranya: M. Trapezius dan M. Latissimus dorsi.

d) Bagian otot perut yang berkontraksi adalah: M. Rectus abdominis.

e) Ketika melakukan tahap pemulihan beberapa otot tungkai berkontraksi,

diantaranya: M. Biceps femoris, M. Gastrocnemius, M. Soleus, M.

Fibularis longus, M. Rectus femoris, M. Vastus lateralis, M. Vastus

medialis, M. Tibialis anterior, M. Fibularis longuis.

28

b) Analisis Biomekanika Gerak Forehand Clear

Biomekanika mempelajari tentang gaya internal dan gaya eksternal yang

beraksi pada tubuh manusia dan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh gaya-

gaya tersebut (Sugiyanto, 1992:243).

Dalam ilmu fisika, gerak diartikan sebagai suatu proses perpindahan suatu

benda dari suatu posisi ke posisi lain yang dapat diamati secara objektif adalah

bahwa perpindahan benda tersebut dapat diukur dalam suatu satuan waktu dan

ruangan (Kiram, 1992: 48).

Gerakan pada manusia dapat diamati karena adanya perubahan dari posisi

tubuh atau anggota tubuh dalam ruang dan waktu. Semua bentuk gerakan terjadi

karena dipengaruhi oleh sejumlah gaya, yaitu kontraksi otot (Hidayat, 1997:50).

Secara mekanis gerakan bisa diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu

gerakan translatori dan gerakan ratotari (Sugiyanto, 1992:44). Gerakan translatori

adalah gerakan di mana benda bergerak secara keseluruhan dari suatu tempat-

ketempat lain. Sedangkan ratotari adalah gerakan yang berpusat pada poros

tertentu seperti pada gerakan lengan tangan terhadap bahu.

Gerakan terjadi karena adanya stimulus gerak. Stimulus gerak dihantarkan

oleh syaraf ke setiap unit gerak pada otot. Otot berkontraksi dan kemudian

menggerakan tukang yang berporos pada persendian. Untuk nerkontrksinya otot

diperlukan energi dan energi yang dihasilkan dari berfungsinya sistem suplai.

Selama terjadinya, agar gerakan itu bisa dilakukan dengan lancar dan sesuai

dengan kemauan, yang berperan mengendalikannya sistem kontrol yaitu syaraf

dan endokrin (Sugiyanto, 1992:245).

Pengertian koordinasi dari sudut pandang biomekanika tidak jauh berbeda

dengan sudut pandang anatomi dan fisiologi. Pengertian dari sudut pandang

biomekanika lebih diarahkan pada penyesuaian antara impluls kekuatan kepada

otot atau sekelompok otot dengan kebutuhan setiap pelaksanaan bagian gerakan

(Phil Yanuar Kiram, 1992:50). Koordinasi merupakan kemampuan tubuh

melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Koordinasi adalah

hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan

(Prateknyo, 2006:5). Koordinasi merupakan kemampuan tubuh untuk secara

29

bersamaan melakukan berbagai tugas gerak secara mulus dan tepat (Atmojo,

2008:57).

1. Sifat gerakan forehand clear bulutangkis.

Ditinjau dari biomekanika gerakan ayunan lengan saat forehand clear

lebih banyak didominasi oleh kekuatan otot lengan, sedangkan otot yang terdapat

pada pangkal lengan atas dan lengan bawah peran aktif terjadi pada saat impact

(pertemuan) antara proksimal lengan pada saat raket memukul shuttlecock dimana

lengan difleksikan dengan bantuan Musculus Biceps Brachii. Jadi pada saat

impact (pertemuan) lengan pada saat raket memukul shuttlecock terjadi suatu

momentum yang berkaitan dengan kecepatan dan massa benda yang sedang

bergerak.

Momentum merupakan besaran gerak yang bertambah atau berkurangnya

dengan cara menambah atau mengurangi massa atau kecepatannya (Soedarminto,

1992:116). Peningkatan momentum terjadi bila gaya digunakan searah dengan

gerak. Bila gaya yang digunakan berlawanan dengan gerak menghasilkan

perlambatan atau pengurangan momentum. Hal ini terjadi pada forehand clear

saat kontak shuttlecock mengenai raket dengan lengan yang menghasilkan

perlambatan shuttlecock. Sesuai dengan hukum reaksi “pada setiap aksi akan

timbul suatu reaksi yang sama besarnya dan berlawanan arah”. Bila suatu benda

bergerak mendapatkan momentum, sedang benda lain yang dikenai gayanya akan

memiliki momentum yang sama besar dan berlawanan arah (Haryono, 2005:16).

Serangkaian gerak forehand clear adalah merupakan kumpulan berbagai

gerak antara lain abduksi, adduksi, fleksi, dan ekstensi. Gerak abduksi adalah

gerakan yang menjauhi garis tengah badan didalam bidang frontal dan berputar

pada sumbu anteropostior. Gerak adduksi adalah kebalikan dari gerakan abduksi

dimana bagian badan bergerak kearah garis tengah badan atau mendekati poros

tengah badan (Soedarminto, 1992:10). Gerak fleksi adalah gerakan dari bagian

tubuh yang terjadi didalam bidang sagital dan berputar pada sumbu transversal,

fleksi pada sendi ialah mengecilkan sudut antara dua segmen yang bertemu pada

sendi tersebut. Sedangkan gerak ekstensi merupakan kebalikan dari gerak fleksi,

yang terjadi didalam bidang yang sama dan juga pada sumbu yang sama, tetapi

memperbesar sudut sendi (Soedarminto, 1992:7). Berikut akan disajikan unsur

30

gerakan teknik forehand clear pada bulutangkis.

A. Posisi siap (awalan)

a) Kaki dan bahu sejajar dengan jaring, kaki dibuka sejajar dengan bahu.

b) Lutut agak ditekuk kurang lebih 110°.

c) Tumpuan pada kedua kaki yang jinit.

d) Pegangan raket digenggam dan setinggi pinggang

e) Kepala raket menghadap ke arah lawan

Sikap seperti yang diuraikan diatas bertujuan untuk memperoleh

keseimbangan yang tepat. Kaki yang dibuka selebar bahu akan memperoleh

tumpuan yang baik, tidak mudah goyah dan mudah untuk melakukan gerakan.

Kalau hendak bergerak dengan seketika dan cepat ke suatu arah, maka badan

harus dalam kondisi labil (Hidayat, 1997:36). Kondisi labil ini ditunjukan oleh

tumpuan badan yang berdiri hanya ujung telapak kaki atau posisi jinjit yang juga

berperan sebagai resistance (R) atau tahanan.

Gambar 2.16 Sikap Awalan

1. Tulang yang berperan dan gerak yang terjadi pada saat posisi siap (awalan)

a) Tulang yang berperan.

i. Bahu: Clavikula, acromion, skapula, dan caput humeri

ii. Lengan: Humerus, Costa (cartilago) epycondylus M-L, Olecranon, Radius,

Ulna dan Carpalias

31

iii. Telapak Tangan: Metacarpalia dan phalange

iv. Kaki: Tuberculum Majus, Patela, Fibula dan Tibia

v. Telapak Kaki: Melleolus Lateralis, Malleolus Medialis, Tarsalia,

Metatarsalia dan Phalanges.

vi. Togok: Vertebra cervicales, Procsimal transversal, Procsimal Spinosus,

Vertebra Thoracalis, Vert Lumbalis.

b) Gerak yang terjadi pada saat posisi siap (awalan)

i. Saat telapak tangan menggenggam raket gerakan yang terjadi yaitu

phalanges melakukan gerakan adduksi terhadap metacarpal.

ii. Saat mengangkat lengan gerakan yang terjadi yaitu radius ulna melakukan

gerakan fleksi, adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicondylus

melakukan gerakan fleksi, caput humeri melakukan gerakan adduksi.

iii. Bagian tangan yang tidak memegang raket yaitu radius, ulna melakukan

gerakan adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicandylus

melakukan gerakan fleksi, dan humerus melakukan gerakan adduksi

terhadap costa cartilage.

iv. Posisi kaki kiri pada saat agak menekuk gerakan yang terjadi yaitu femur

melakukan gerakan fleksi adduksi terhadap tibia dan fibula, patela

melaukan gerekan fleksi, tarsalia, metatarsal, phlanges melakukan gerakan

fleksi adduksi terhadap malleolus lateralis, dan tuberculum majus

melakukan gerakan fleksi terhadap caput femoris.

v. Posisi kaki kanan yang agak lurus yaitu femur melakukan gerakan ekstensi

terhadap tibia fibula.

vi. Gerakan togok pada saat posisi sipa(awalan) yaitu vert lumbalis, vert

thoracalis, proc spinosus, proc transversal melakukan gerakan fleksi.

2) Otot yang berperan dan kontraksi otot yang terjadi pada saat posisi siap

(awalan).

a) Jenis otot

i. Otot bahu dan dada depan: otot trapezius, otot deltoid, otot bicep, otot

latisimus dorsi, otot pektoralis mayor, dan otot abdominus.

ii. Otot perut: Otot oblikus abdominis externus, otot seratus anterior, krista

iliaka, linea alba, Sarung otot rectus, otot oblikus abdominis, otot rektus

32

abdominis, dan otot transversus.

iii. Otot pada punggung : otot trapazius, otot deltoid, otot teres minor dan

mayor, otot latisimus dorsi dan otot gluteus madius dan maksimus.

iv. Otot tangan: Otot bicep brachi, otot tricep, otot brakialis, otot brakioradialis,

otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus, otot

fleksor retinakulum, otot fleksor karpi ulnaris, otot ekstensor karpi radialis

longus, otot ankoneus, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi ulnaris,

otot ekstensor dan abduktor ibu jari, dan otot ekstensor retinakulum.

v. Otot paha : Spina iliaka, iliakus, Otot tensot fasialata, otot aduktor dari paha,

otot sartosius, otot rektus femoris, vastus medialis, otot vastus lateralis, otot

aduktor, otot gluteus maksimus, otot paha lateral dan otot paha medial.

vi. Otot tungkai: Tendon rektus femoris, patela, tendon satorius, otot, otot

tibialis anterior, otot peroneus longus, otot ekstensor digitorum longus, otot

gastroknemius, otot soleus, ekstensor atas, maleous medialis, retinakula

bawah, tendon ekstensor jari-jari kaki, tendon achilles dan kalkaneus.

vii. Otot leher: Otot sterno-matoideus dan otot sterno-kleidomastoideus.

b) Gerakan otot saat berkontraksi

i. Ketika tangan mengangkat raket kontraksi otot yang terjadi yaitu: otot

tricep, otot bisep brachi, otot brachialis, otot brakioradialis, otot pronator

teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus,otot fleksor

retinakulum, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi radialis longus,

otot deltoid,otot ekstensor dan abduktor ibu jari, otot fleksor karpi ulnaris

berkontraksi memendek, sedangkan tendon bicep, atot ankoneus,otot

ekstensor karpi ulanris berkontraksi memanjang.

ii. Saat kaki kanan dan kiri agak menekuk kontraksi otot yang terjadi yaitu :

otot soleus, otot gastroknemius, tendon sartorius, kepala otot

gastroknemius, otot paha lateral, otot paha medial, otot aduktor, otot gluteus

maksimus berkontraksi memendek, sedangkan otot peroneus longus, otot

tibialis anterior,otot ekstensor digitorum longus, otot vastus lateralis, otot

tensor fasialata, otot rektus femoris, otot sartorius, otot tensor fasialata,

otot aduktor dari paha berkontraksi memanjang.

B. Posisi saat gerakan perkenaan

33

a) Kaki melangkah ke belakang

b) Lengan kanan diangkat keatas ditekuk membentuk sudut 45°

c) Lengan kiri mengayun keatas sebagai penyeimbang

d) Pergelangan tangan dalam posisi teracung, dengan raket berada di belakang

kepala dan bahu.

e) Saat raket menyentuh shuttle, pergelangan tangan berubah menjadi lurus

(tidak teracung).

f) Lengan dan bidang raket menghadap tepat ke sasaran.

g) Kepala raket mengayun ke bawah dengan pergelangan tangan setinggi dada

sehingga terjadi suatu putaran ayunan penuh dan gerakan akhir ayunan raket

menyilang sebelah kiri.

h) Berat badan pindah ke kaki belakang

i) Togok agak condong kebelakang

Pada saat persiapan sebelum memukul lengan ditarik kebelakang abduksi dan

flexy, posisi dilakukan untuk memperoleh jarak antara persiapan dan titik

perkenaan (impact) sehingga diperoleh percepatan yang baik pada shuttlecock

yang dipukul. Seperti rumus kecepatan yang berbunyi “kecepatan atau velocity

(V) berbanding lurus dengan jarak (S), makin besar jarak (S) makin besar pula

velocity (V).

Gambar 2.17 Jarak awalan

Kemudian, saat raket menyentuh shuttlecock (impact), pergelangan

34

tangan berubah menjadi lurus (tidak teracung). Lengan dan bidang raket

menghadap tepat ke sasaran. Sasaran yang dimaksud yaitu arah shuttlecock yang

dipukul ada pada sudut elevasi 45°. Karena dengan sudut elevasi 45° ini bisa

mencapai jarak horisontal yang maksimal (Hidayat 1997:147)

Gambar 2.18 Perkenaan Raket Dengan Shuttlecock

1. Tulang yang berperan dan gerak yang terjadi pada saat perkenaan

a) Tulang yang berperan

i. Bahu: Clavikula, acromion, skapula, dan caput humeri

ii. Lengan: Humerus, Costa (cartilago) epycondylus M-L, Olecranon, Radius,

Ulna dan Carpalia

iii. Telapak Tangan: Metacarpalia dan phalanges

iv. Kaki: Tuberculum Majus, Patela, Fibula dan Tibia

v. Telapak Kaki: Melleolus Lateralis, Malleolus Medialis, Tarsalia,

Metatarsalia dan Phalanges.

vi. Togok: Vertebra cervicalis, Procsimal transversal, Procsimal Spinosus,

35

Vertebra Thoracalis, Vertebra Lumbalis.

b) Gerak yang terjadi pada saat gerakan perkenaan

i. Saat telapak tangan menggenggam raket gerakan yang terjadi yaitu phalanges

melakukan gerakan adduksi terhadap metacarpal.

ii. Saat mengangkat lengan gerakan yang terjadi yaitu radius ulna melakukan

gerakan fleksi, adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicondylus

melakukan gerakan fleksi, caput humeri melakukan gerakan adduksi, dan

humerus melakukan gerakan adduksi terhadap costa cartilage.

iii. Bagian tangan yang tidak memegang raket yaitu radius, ulna melakukan

gerakan adduksi terhadap humerus, costa ( cartilago) epicandylus melakukan

gerakan fleksi, dan humerus melakukan gerakan adduksi terhadap costa

cartilage.

iv. Posisi kaki kiri yang agak lurus yaitu femur malakukan gerakan fleksi adduksi

terhadap tibia fibula dan patela melakukan gerakan fleksi.

v. Posisi kaki kanan yang agak lurus yaitu femur melakukan gerakan ekstensi

terhadap tibia fibula.

vi. Gerakan togok pada saat perkenaan yaitu vert lumbalis, vert thoracalis, proc

spinosus, proc transversal melakukan gerakan fleksi kebelakang.

2. Otot yang berperan dan kontraksi otot yang terjadi pada saat perkenaan.

a) Jenis otot

i. Otot bahu dan dada depan: otot trapezius, otot deltoid, otot bisep, otot

latisimus dorsi, otot pektoralis mayor, dan otot abdominus.

ii. Otot perut: Otot oblikus abdominis externus, otot seratus anterior, krista

iliaka, linea alba, Sarung otot rectus, otot oblikus abdominis, otot rektus

abdominis, dan otot transversus.

iii. Otot pada punggung: otot trapazius, otot deltoid, otot teres minor dan mayor,

otot latisimus dorsi dan otot gluteus madius dan maksimus.

iv. Otot tangan: Otot bicep brachi, otot tricep, otot brakialis, otot brakioradialis,

otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus, otot

fleksor retinakulum, otot fleksor karpi ulnaris, otot ekstensor karpi radialis

longus, otot ankoneus, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi ulnaris,

otot ekstensor dan abduktor ibu jari, dan otot ekstensor retinakulum.

36

v. Otot paha : Spina iliaka, iliakus, Otot tensot fasialata, otot aduktor dari paha,

otot sartosius, otot rektus femoris, vastus medialis, otot vastus lateralis, otot

aduktor, otot gluteus maksimus, otot paha lateral dan otot paha medial.

vi. Otot tungkai : Tendon rektus femoris, patela, tendon satorius, otot tibialis

anterior, otot tibialis anterior, otot peroneus longus, otot ekstensor digitorum

longus, otot gastroknemius, otot soleus, ekstensor atas, maleous medialis,

retinakula bawah, tendon ekstensor jari-jari kaki, tendon achilles dan

kalkaneus.

vii. Otot leher : Otot sterno-matoideus dan otot sterno-kleidomastoideus.

b) Gerakan otot saat berkontraksi

i. Ketika tangan mengangkat raket kontraksi otot yang terjadi yaitu : otot tricep,

otot bisep brachi, otot brachialis, otot brakioradialis, otot pronator teres, otot

fleksor karpi radialis, otot palmaris longus,otot fleksor retinakulum, otot

ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi radialis longus, otot deltoid, otot

ekstensor dan abduktor ibu jari, otot fleksor karpi ulnaris berkontraksi

memendek, sedangkan tendon bicep, otot ankoneus, otot ekstensor karpi

ulanris berkontraksi memanjang.

ii. Bahu kanan pada saat perkenaan kontraksi otot yang terjadi yaitu: otot

deltoid, otot trapesius, otot teres minor dan mayor berkontraksi memanjang

sedangkan bahu kiri pada saat perkenaan kontraksi otot yang terjadi yaitu :

otot deltoid, otot trapesius berkontraksi memendek.

iii. Kontraksi otot yang terjadi pada perut bagian kanan yaitu: otot seratus

anterior, otot abliqus abdominis, otot rektus abdominis berkontrakmsi

memanjang memutar kearah kiri, sedangkan orot perut bagian kiri yaitu otot

seratus anterior, otot abliqus abdominis, otot rektus abdominis berkontraksi

memendek memutar kekanan.

iv. Kontraksi otot yang terjadi pada punggung bagian kiri yaitu: otot latisimus

dorsi memanjang mengarang ke kanan, sedangkan punggung bagian kanan

yaitu: otot latisimus dorsi berkontraksi memendek mengarah ke kanan.

v. Saat kaki kanan dan kiri agak menekuk kontraksi otot yang terhjadi yaitu :

otot soleus, otot gastroknemius, tendon sartorius, kepala otot gastroknemius,

otot paha lateral, otot paha medial, otot aduktor, otot gluteus maksimus

37

berkontraksi memendek, sedangkan otot peroneus longus, otot tibialis

anterior, otot ekstensor digitorum longus, otot vastus lateralis, otot tensor

fasialata, otot rektus femoris, otot sartorius, otot tensor fasialata, otot

aduktor dari paha berkontraksi memanjang.

C. Fase Follow Trough

a) Gerakan tangan yang memegang raket berakhir dengan telapak tangan

menghadap luar.

b) Gerakan raket berakhir di bawah lurus dengan gerakan bola

c) Raket menyilang pada posisi tubuh yang berlawanan

d) Ayunan kaki yang di belakang dengan gerakan seperti gunting

e) Togok agak condong ke depan.

f) Berat badan berpindah ke depan

Gerakan lanjutan (follow through) bertujuan untuk memperoleh

keseimbangan setelah kita melakukan gerakan dan keseimbangan

terganggu karena impact raket dengan shuttlecock.

Gambar 2.19 Gerak Lanjutan

1. Tulang yang berperan dan gerakan yang terjadi pada saat follow trough

a) Tulang yang berperan

i. Bahu: Clavikula, acromion, skapula, dan caput humeri

ii. Lengan: Humerus, Costa (cartilago) epycondylus M-L, Olecranon, Radius,

Ulna dan Carpalia

38

iii. Telapak Tangan: Metacarpalia dan phalanges

iv. Kaki: Tuberculum Majus, Patela, Fibula dan Tibia

v. Telapak Kaki: Melleolus Lateralis, Malleolus Medialis, Tarsalia,

Metatarsalia dan Phalanges.

vi. Togok: Vert cevicalis, Proc transversal, Proc Spinosus, Vert Thoracalis,

Vert Lumbalis.

b) Gerak yang terjadi pada saat Follow Trough

i. Telapak tangan menggenggam raket gerakan yang terjadi yaitu phalanges

melakukan gerakan adduksi terhadap metacarpal.

ii. Saat mengangkat lengan gerakan yang terjadi yaitu radius ulna melakukan

gerakan fleksi, adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicondylus

melakukan gerakan fleksi, caput humeri melakukan gerakan abduksi, dan

humerus melakukan gerakan abduksi terhadap costa cartilage.

iii. Bagian tangan yang tidak memegang raket yaitu radius, ulna melakukan

gerakan adduksi terhadap humerus, costa (cartilago) epicandylus melakukan

gerakan fleksi, dan humerus melakukan gerakan adduksi terhadap costa

cartilage.

iv. Posisi kaki kiri yang agak lurus yaitu femur malakukan gerakan fleksi adduksi

terhadap tibia fibula dan patela melakukan gerakan fleksi.

v. Posisi kaki kanan yang agak lurus yaitu femur melakukan gerakan ekstensi

terhadap tibia fibula.

vi. Gerakan togok pada saat perkenaan yaitu vert lumbalis, vert thoracalis, proc

spinosus, proc transversal melakukan gerakan fleksi kedepan.

2. Otot yang berperan dan kontraksi otot yang terjadi pada saat Follow Trough

a) Jenis Otot

i. Otot bahu dan dada depan: otot trapezius, otot deltoid, otot bisep, otot

latisimus dorsi, otot pektoralis mayor, dan otot abdominus.

ii. Otot perut: Otot oblikus abdominis externus, otot seratus anterior, krista

iliaka, linea alba, Sarung otot rectus, otot oblikus abdominis, otot rektus

abdominis, dan otot transversus.

iii. Otot pada punggung : otot trapazius, otot deltoid, otot teres minor dan

mayor, otot latisimus dorsi dan otot gluteus madius dan maksimus.

39

iv. Otot tangan: Otot bicep brachi, otot tricep, otot brakialis, otot brakioradialis,

otot pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus, otot

fleksor retinakulum, otot fleksor karpi ulnaris, otot ekstensor karpi radialis

longus, otot ankoneus, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi ulnaris,

otot ekstensor dan abduktor ibu jari, dan otot ekstensor retinakulum.

v. Otot paha: Spina iliaka, iliakus, Otot tensot fasialata, otot aduktor dari paha,

otot sartosius, otot rektus femoris, vastus medialis, otot vastus lateralis, otot

aduktor, otot gluteus maksimus, otot paha lateral dan otot paha medial.

vi. Otot tungkai: Tendon rektus femoris, patela, tendon satorius, otot tibialis

anterior, otot tibialis anterior, otot peroneus longus, otot ekstensor digitorum

longus, otot gastroknemius, otot soleus, ekstensor atas, maleous medialis,

retinakula bawah, tendon ekstensor jari-jari kaki, tendon achilles dan

kalkneus.

vii. Otot leher: Otot sterno-matoideus dan otot sterno-kleidomastoideus.

b) Gerakan otot saat berkontraksi

i. Ketika tangan mengayun raket ke bawah kontraksi otot yang terjadi yaitu :

otot tricep, otot bisep brachi, otot brachialis, otot brakioradialis, otot

pronator teres, otot fleksor karpi radialis, otot palmaris longus,otot fleksor

retinakulum, otot ekstensor digitorum, otot ekstensor karpi radialis longus,

otot deltoid,otot ekstensor dan abduktor ibu jari, otot fleksor karpi ulnaris

berkontraksi memanjang, sedangkan tendon bicep, atot ankoneus,otot

ekstensor karpi ulanris berkontraksi memendek.

ii. Bahu depan pada saat follow trough kontraksi otot yang terjadi yaitu : otot

deltoid, otot trapesius, otot teres minor dan mayor berkontraksi memanjang

sedangkan bahu belakang pada saat perkenaan kontraksi otot yang terjadi

yaitu: otot deltoid, otot trapesius, otot pektoralis mayor berkontraksi

memendek.

iii. Kontraksi otot yang terjadi pada perut yaitu: otot seratus anterior, otot

abliqus abdominis, otot rektus abdominis berkontrakmsi memendek,

iv. Kontraksi otot yang terjadi pada punggung bagian kiri yaitu: otot latisimus

dorsi memanjang , sedangkan punggung bagian kanan yaitu: otot latisimus

dorsi, otot gluteus medius dan maksimus berkontraksi memanjang

40

mengarah ke depan.

v. Ketika kaki kanan dan kiri agak menekuk kontraksi otot yang terjadi yaitu:

otot soleus, otot gastroknemius, tendon sartorius, kepala otot

gastroknemius, otot paha lateral, otot paha medial, otot aduktor, otot

gluteus maksimus berkontraksi memendek, sedangkan otot peroneus

longus, otot tibialis anterior, otot ekstensor digitorum longus, otot vastus

lateralis, otot tensor fasialata, otot rektus femoris, otot sartorius, otot

tensor fasialata, atot aduktor dari paha berkontraksi memanjang.

4. Perkembangan Gerak Atlet Tingkat Pemula

Atlet tingkat Pemula di klub bulutangkis Kabupaten Pacitan rata-rata

berusia antara 6-12 tahun. Dalam tingkat kejuaran bulutangkis usia 6-12 masuk

kategori tingkat usia dini. Tinjauan karakteristik atlet tingkat pemula berdasarkan

usia kronologis berada pada masa anak besar, atlet tingkat pemula di klub

bulutangkis Kabupaten Pacitan didominasi oleh anak berusia antara 6-12 tahun,

secara usia kronologis berada masa Anak besar. Menurut Sugiyanto (1998) “masa

anak besar terjadi pada usia 6 sampai 10 atau 12 tahun”.

Menurut Sugiyanto (1991) pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi

pada anak-anak (anak kecil dan anak besar) ditandai dengan pertumbuhan fisik

yaitu tinggi badan, berat badan, besar penampang bagian-bagian tubuh, dan lebar

dan panjang bagian-bagian tubuh. Selain itu, juga terjadi perkembangan

kemampuan fisik dan gerak dasar. Sedangkan menurut Gallahue dan Ozmun

(1998:267-292) dari segi perkembangan fisik, pada masa ini sudah terjadi

perkembangan komponen biomotorik diantaranya kekuatan, fleksibilitas, daya

tahan, power dan kemampuan biomotorik lainnya.

Pada anak kecil, pertumbuhan fisik secara proporsional sedikit lambat

apabila dibandingkan dengan masa bayi. Perbandingan antara anak laki-laki dan

perempuan menunjukkan adanya sedikit perbedaan. Anak laki-laki sedikit lebih

tinggi dan besar. Perbandingan lebar bahu dan lebar panggul anak laki-laki dan

perempuan belum berbeda. Pada masa ini, koordinasi dan keseimbangan serta

kemampuan gerak dasar mulai mengalami peningkatan

41

Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada anak besar menunjukkan

adanya kecenderungan yang berbeda dibanding masa sebelumnya dan juga masa

sesudahnya. Kecenderungan yang terjadi adalah dalam hal kepesatan dan pola

pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian-bagian tubuh.

Kemampuan fisik mengalami perkembangan yang jelas terutama dalam hal

kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi. Selain itu, perkembangan

penguasaan gerak dasar juga mengalami peningkatan yang ditandai dengan

peningkatan kualitas atau mengalami penyempurnaan (Sugiyanto, 1991:101).

Menurut Sugiyanto (1991:20-31) secara proporsional pertumbuhan fisik

anak besar relatif melambat dibandingkan dengan pada masa anak kecil dan pada

masa bayi. Dalam hal pertumbuhan bagian-bagian tubuh, pertumbuhan panjang

kaki, panjang lengan dan kaki relatif lebih cepat dibandingkan panjang togok.

Pada usia 6 tahun sebesar lebih kurang 45% dibandingkan tinggi badan, pada usia

11 tahun menjadi 47% dan pada usia 14 tahun mencapai 49%.

Perbandingan bentuk ukuran tubuh antara anak laki-laki dan dengan anak

perempuan mulai tampak pada akhir anak besar. Anak perempuan sedikit agak

cepat dalam hal pertumbuhan lebar pinggul. Perbandingan kecepatan tinggi badan

antara anak laki-laki dan anak perempuan juga tidak sama, ada saat-saat masa

anak perempuan lebih cepat dan masa anak laki-laki lebih cepat. Pada usia 10

sampai dengan 14 tahun anak perempuan lebih tinggi tapi setelah itu anak laki-

laki menjadi lebih tinggi.

Pertumbuhan jaringan otot berangsur-angsur mengalami peningkatan dan

makin cepat pada anak masa besar. Pada masa anak besar, kecendrungan setiap

anak untuk tumbuh kearah tipe tubuh tertentu mulai tampak. Ada 3 tipe tubuh

antara lain mesemorph, endomorph, dan ectomorph. Melihat kecendrungan

tersebut, berarti mulai pada masa anak besar ini dimungkinkan untuk melatih dan

melakukan pemanduan bakat, yakni yang dihubungkan dengan kesesuaian tipe

tubuh dengan cabang olahraga tertentu.

1) Perkembangan Kemampuan Fisik

Perkembangan kemampuan fisik terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik.

Tubuh yang tumbuh semakin tinggi, dan makin besar bisa meningkatkan

42

kemampuan fisiknya. Kemampuan fisik yang berkembang adalah kekuatan,

fleksibilitas dan keseimbangan.

a) Kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan fisik yang dihasilkan dari kemampuan

kontraksi otot dalam mengangkat dan menahan beban. Makin besar penampang

otot, makin besar kekuatan yang bisa dihasilkan. Pada anak perempuan secara

proporsional peningkatan kekuatan tercepat dicapai pada pada usia 9 sampai 10

tahun dan anak laki-laki mencapainya pada usia 11 sampai dengan 12 tahun. Anak

perempuan mencapai peningkatan tercepatnya 2 tahun lebih awal di bandingkan

anak laki-laki, ini disebabkan karena kecenderungan anak perempuan mencapai

kematangan fisiologis dan biologis lebih kurang 2 tahun lebih awal dibandingkan

anak laki-laki. Ditinjau dari tingkat kekuatan pada masa anak kecil antara anak

laki-laki dan perempuan relatif memiliki kekuatan yang sama, namun pada masa

anak besar mulai ada perbedaan yang berangsur-angsur semakin nyata, dan anak

laki-laki lebih kuat. Perkembangan kekuatan terjadi secara simetris antara bagian

tubuh yang kanan danyang kiri, dimana bagian yang dominan sedikit lebih besar

peningkatan. Orang kidal yang cenderung lebih banyak menggunakan tangan kiri,

tangan kiri sedikit lebih kuat (Sugiyanto, 1991:112).

Sedangkan menurut Gallahue dan Ozmun (1998:272) kekuatan otot adalah

kemampuan tubuh untuk mengeluarkan kekuatan. Mudahnya, ini adalah

kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal seseorang. Anak-anak yang

terlibat dalam aktivitas bermain sehari-hari telah memperkuat kakinya dengan

cara berlari dan naik sepeda. Kekuatan lengan mereka bertambah dengan cara

mengangkat, membawa obyek, memegang alat, atau mengayunkan mainan.

Kekuatan bisa diklasifikasikan sebagai isotonic, isometric, atau isokinetic.

Kekuatan isometric adalah pengerahan usaha terhadap benda tidak bergerak. Ada

kontraksi otot, tetapi hanya ada sedikit perubahan jarak. Kekuatan isotonic

merujuk pada kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan jarak maksimal.

Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memanjangkan dan

memendekkan otot saat melakukan gerakan. Gerakan mengangkat barbell dan

benchpress merupakan contoh dari kekuatan isotonic. Kekuatan isokinetic adalah

kemampuan untuk melakukan kontraksi otot dan menjaga kontraksi itu pada satu

43

gerakan utuh. Kekuatan isokinetic diukur menggunakan mesin khusus yang

mengakomodir penolakan pada tingkat tertentu saat otot bekerja.

b) Fleksibilitas

Menurut William (1993) dalam Gallahue dan Ozmun (1998:274)

fleksibilitas sendi adalah kemampuan dari berbagai sendi tubuh untuk bergerak

pada jarak maksimal mereka. Ada dua tipe fleksibilitas: statis dan dinamis.

Fleksibilitas statis adalah gerakan yang dilakukan dengan pelan-pelan dan tarikan

yang lambat dengan keterlibatan sendi yang sangat terbatas. Fleksibilitas dinamis

adalah gerakan yang dilakukan dengan cepat hingga mencapai batasnya.

Fleksibilitas adalah keluasan gerak persendian. Menurut penelitian fleksibilitas

yang dilakukan Hupprich dan Sigerseth (1950) dalam Sugiyanto (1991:113)

menyebutkan bahwa sampai umur 12 tahun anak perempuan mengalami

peningkatan fleksibilitas secara umum dan sesudah usia 12 tahun akan mengalami

penurunan, ada pengecualian dalam penurunan fleksibilitas secara umum tersebut,

yaitu pada bahu, lutut, dan paha fleksibilitasnya sudah mulai menurun sesudah

umur 6 tahun, flesibilitas pergelangan kaki adalah yang konstan di semua umur,

fleksibilitas pada setiap bagian tubuh tidak ada interkorelasi.

c) Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk menjaga kestabilan tubuh saat

berada pada berbagai posisi, keseimbangan adalah dasar bagi semua gerakan dan

dipengaruhi oleh visual, tactile-kinesthetic dan vestibular stimulation. Penglihatan

memainkan peranan penting dalam keseimbangan pada anak-anak. Cratty dan

Martin (1969) dalam Gallahue dan Ozmun (1998:288) menemukan bahwa anak

laki-laki dan perempuan umur 6 tahun atau kurang dari 6 tahun tidak bisa berdiri

secara seimbang sambil berdiri satu kaki dengan mata tertutup. Saat umur 7 tahun

bagaimanapun, mereka dapat mempertahankan keseimbangannya dengan mata

mereka tertutup dan kemampuan untuk mengeseimbangkan diri terus berkembang

seiring bertambahnya umur. Penggunaan mata membantu anak untuk fokus pada

titik yang ditunjuk dalam rangka mempertahankan keseimbangan. Mata juga

membantu anak untuk secara cermat memonitor badan selama dalam

keseimbangan statis atau dinamis.

44

Keseimbangan bisa diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu

keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis adalah

kemampuan mempertahankan posisi tubuh untuk tidak bergoyang atau roboh,

sedangkan keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan

tubuh untuk tidak jatuh pada saat melakukan gerakan. Berdasarkan beberapa

penelitian mengeai keseimbangan, dapat disimpulkan bahwa antara umur 6-16

tahun umumnya anak-anak mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi

antara umur 12-14 tahun hanya sedikit peningkatannya, keseimbangan dinamik

anak laki-laki dengan perempuan mengalami peningkatan yang berbeda besarnya,

dan dalam hal keseimbangan statis ada peningkatan yang ajeg pada masa anak

besar. (Sugiyanto, 1991:114)

2) Perkembangan koordinasi gerak

Menurut Sugiyanto (1991:118) koordinasi adalah kemampuan untuk

mengontrol gerakan tubuh. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan

kontrol tubuh. Individu yang koordinasi geraknya baik mampu mengendalikan

gerak tubuhnya sesuai dengan kemauannya. Kemampuan koordinasi gerak dinilai

berdasarkan kemampuan melakukan gerak-gerak keterampilan. Pada masa anak

besar kemampuan ini berkembang dengan baik. Pertumbuhan fisik yang relatif

lambat pada masa tersebut justru menguntungkan dalam hal meningkatkan

koordinasi.

3) Aktivitas yang diperlukan anak besar.

Menurut Sugiyanto (1991:127) sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan

fisik dan gerak, minat dan sifat-sifat sosial-psikologi dapat diperhatikan dalam

pemberian aktivitas agar sesuai dengan kebutuhanya agar petumbuhan dan

perkembangan lebih lanjut menjadi semakin lebih baik. Aktivitas yang diperlukan

anak besar adalah sebagai berikut :

a) Aktivitas Keterampilan yang Ada Tujuannya.

Anak dilibatkan aktivitas yang diatur untuk tujuan tertentu misalnya :

1) Bermain dalam situasi berlomba dan bertanding.

2) Aktivitas pengujian diri

3) Aktivitas menggunakan alat-alat

4) Pengenalan cabang-cabang olahraga tertentu yang sederhana

45

5) Berlatih melakukan gerakan yang berulang-ulang untuk menguasai

keterampilan tertentu.

b) Aktivitas Beregu.

Anak-anak diberi kesempatan untuk bermain berkelompok untuk membina

kemampuan kerjasama dan saling pengertian.

1) Aktivitas permainan atau berlomba beregu

2) Menari berkelompok serta membuat formasi tertentu.

c) Aktivitas Mencoba-Coba.

Anak diberi kesempatan mencoba-coba menurut kreativitas dan

kemampuan masing-masing.

1) Aktivitas menyelesaikan tugas dengan cara dan kemampuan sendiri-

sendiri.

2) Aktivitas gerak bebas dan tari kreatif

d) Aktivitas latihan fisik dan latihan keberanian.

Anak diberi kesempatan melakukan aktivitas fisik yang membutuhkan

kekuatan, ketahanan dan keberanian. Misalnya:

1) Latihan kemampuan fisik yang berunsur gerak, jalan, lari, lompat,

lempar, tangkap, sepak, panjat, mengguling, mengulur dan melipat

tubuh.

2) Permainan kombatif : bermain perang-perangan, kejar-kejaran.

3) Latihan relaksasi.

e) Perkembangan kemampuan gerak dasar pada anak-anak

Masa anak besar adalah kesempatan untuk menyempurnakan keterampilan

melakukan gerakan-gerakan dasar. Gerakan dasar yang yang sudah mulai bisa

dilakukan pada masa anak kecil makin bisa dilakukan dengan baik dan semakin

bervariasi pola gerakannya. Sampai usia kurang lebih 11 tahun keterampilan anak

laki-laki dan perempuan relatif belum besar perbedaanya, namun ada

kecenderungan bahwa anak laki-laki lebih baik dalam keterampilan yang

memerlukan kekuatan atau melibatkan kemampuan otot-otot besar, sedangkan

anak perempuan lebih baik dalam keterampilan yang memerlukan kecermatan

atau melibatkan otot-otot halus sesudah usia 11 tahun perbedaan keterampilan

semakin besar.

46

Perkembangan kemampuan gerak dasar terjadi sejalan dengan

pertumbuhan dan perkembangan fisik. Semakin tinggi pertumbuhan fisik dan

semakin besar atau makin berotot, maka peningkatan penguasaan gerak dasar bisa

diidentifikasi sebagai berikut :

a. Mekanika tubuh dalam melakukan gerakan semakin baik

b. Kontrol dan kelancaran gerak makin baik.

c. Pola atau bentuk gerakan makin bervariasi.

d. Gerakan makin bertenaga.

Menurut Gallahue dan Ozmun (1998) kemampuan gerak dasar pada anak-

anak telah bisa diamati pada akhir tahun kedua. Perubahan-perubahan yang jelas

dapat diamati pada bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan mereka.

Pada akhir tahun kedua ini, mereka telah menguasai kemampuan gerakan yang

belum sempurna yang dikembangkan pada masa pertumbuhan. Kemampuan

gerakan tersebut membentuk dasar dimana masing-masing anak berkembang atau

memperbaiki pola gerakan dasar pada awal masa anak-anak dan keterampilan

gerakan yang matang dari masa anak-anak sampai dewasa akhir. Menurut

Sugiyanto (1991:119) perkembangan kemampuan gerak anak-anak dapat

diketahui dengan cara malakukan tes dan pengukuran kemampuan berlari,

meloncat dan melempar.

5. Latihan

Latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu

yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan

membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk

memenuhi tuntutan tugas Bompa, (dalam Budiwanto 2004). Kemudian definisi

yang lain menyebutkan bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk

mengembangkan seorang atlet dalam menghadapi pertandingan penting (Fox,

Bowers & Foss, 1993).

Teknik adalah proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan

sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga

(Suharno, 1993). Keterampilan teknik merupakan bagian penting dalam

pencapaian prestasi. Dengan keterampilan teknik yang baik maka seorang atlet

47

memungkinkan mampu menampilkan permainan atau gaya yang baik dalam suatu

cabang olahraga. Teknik dalam setiap cabang olahraga selalu berkembang sesuai

dengan tujuan dan peraturan permainan yang semakin tinggi tuntutannya, yaitu

prestasi maksimal. Oleh karena itu latihan keterampilan teknik harus secara

proporsional mendapat prioritas utama dalam susunan program latihan.

Proses latihan menganut hukum dan prinsip-prinsip tertentu yang

diungkapkan Argasasmita, dkk (2007) latihan tidak selalu positif dan optimal bila

pembenanan tidak diberikan dengan kaidah hukum dan prinsip-prinsip latihan

yang benar. Menurut Fox, Bowers & Foss (1988), prinsip dasar dalam program

latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan

suatu aktivitas dan melalui prinsip beban berlebih (overload) untuk menyusun

satu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi yang bersifat

khusus pada cabang olahraga, kebutuhan tubuh secara optimal.

Beberapa hukum, prinsip latihan dan faktor yang biasa digunakan akan

disajikan berikut ini.

a. Hukum Latihan

Hukum Overload atau yang biasa disebut prinsip beban lebih adalah

prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat

daripada yang mampu dilakukan oleh atlet (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996).

Tubuh manusia memiliki sifat adaptasi terhadap perlakuan yang dikenakan, bila

tubuh dikenakan latihan beban dengan tingkat intesitas yang ditetapkan maka

tubuh akan beradaptasi, Argasasmita, dkk (2007). Proses adapatasi tersebut

menyebabkan kelelahan dan memerlukan istirahat, setelah istirahat tubuh

mengalami peningkatan kebugaran, peningkatan kebugaran melalui adaptasi dari

hukum overload disebut overkompensasi. Argasasmita, dkk (2007) hukum

overload juga menunjukkan bahwa pemberian beban latihan harus sesuai untuk

mendapatkan overkompensasi yang optimal sesuai dengan bentuk dan jenis beban

latihan yang diberikan.

Hukum Reversibilitas, kemampuan fisik atlet naik turun sesuai dengan

latihan dan proses adaptasi tubuh atlet, Argasasmita, dkk (2007) sehingga

menuntut atlet secara berkelanjutan dan progresif. Menurut Soekarman (1987)

bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali keadaan semula.

48

Berdasarkan hukum reversibilitas, latihan fisik harus secara teratur dan kontinyu.

Hukum reversibilitas harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang

teratur dan kontinyu sehingga menghasilkan kebugaran yang progresif.

Hukum kekhususan menurut Argasasmita, dkk (2007) memberikan

tuntunan bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet harus sesuai dengan

kebutuhan terhadap kemampuan dan keterampilan fisik (biomotor abilities)

cabang olahraga dan kondisi objektif dari atlet tersebut seperti umur kronologis,

umur perkembangan. Kemampuan fisik dan mentalnya saat itu. Soekarman

(1987) mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan

kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang

bersangkutan.

Hukum kekhususan memberikan tuntutan pada pelatih untuk memahami

sepenuhnya kondisi atlet terhadap cabang olahraga yang ditekuni, kekuatanya

serta peluang dan tantangan bagi atlet yang diasuhnya untuk dapat mencapai

prestasi.

b. Prinsip latihan

Prinsip pedagogik, latihan pada dasarnya adalah proses belajar dan

mencerminkan proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan kognitif, fisik, pskimotor dan afektif. Prinsip pedagogik dalam

Argasasmita dkk, (2007) mengarahkan latihan untuk mengikuti berbagai kaidah

yaitu multilateral, pengembangan kesehatan, kebermanfaatan, kesadaran,

sistematik dan gradual.

Prinsip variasi, latihan merupakan proses jangka panjang, sehingga

diperlukan pengaturan suasana latihan yang kondusif dan menyenangkan agar

atlet tidak bosan dan tidak meninggalkan latihan. Argasasmita, dkk (2007) variasi

yang dapat diberikan oleh pelatih dalam latihan dapat berupa:

1) Tempat latihan yang berganti-ganti, misalnya di stadion, di gor, di tempat

fitness/gym, di alam bebas, di pantai, bukit, tempat rekreasi dan sebagainya

yang dapat memberikan suasana baru bagi atlet.

2) Metode latihan yang bervariasi, untuk tujuan latihan yang sama pelatih dapat

menggunakan metode berbeda, misalnya latihan kecepatan dapat diberikan

dengan metode repetisi, namun dapat juga metode permainan.

49

3) Suasana latihan, yaitu dengan memberikan berbagai situasi lapangan yang

berbeda dengan mendatangkan klub lain untuk berlatih bersama, atau berlatih

dalam kondisi baru.

Prinsip individual, prinsipnya masing-masing individu berbeda satu

dengan yang lain. Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya,

manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan

dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu

faktor-faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun

program latihan. Argasasmita, dkk (2007) prinsip individual berkaitan dengan

hukum kekhususan yang berimplementasi pada latihan yang khusus bagi setiap

atlet. Hukum dan prinsip inilah yang memunculkan adanya beban luar dan beban

dalam.

Prinsip keterlibatan aktif, salah satu tugas pelatih dalam proses latihan

adalah memperlakukan atlet dengan kesempatan yang sama, oleh karena itu

pelatih perlu merancang manajemen latihannya agar setiap atlet dapat

melaksanakan kegiatan latihan secara optimal. Argasasmita, dkk (2007:48)

keterlibatan yang aktif pada atlet dapat akan menghasilkan hasil latihan yang

optimal. Keterlibatan ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Kegiatan fisik (motor density), yaitu bagaimana atlet dapat melaksanakan

aktifitas fisik dengan kesempatan yang sama pada setiap sesi latihan.

2) Kegiatan mental dan intelektual, yaitu bagaimana atlet dilibatkan dalam setiap

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penyusunan program latihan,

pelaksanaan latihan dan kompetisi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

dengan pengembangan kepribadian dan kedewasan atlet.

c. Faktor latihan

Bompa (dalam Budiwanto, 2004) menyatakan, "faktor dasar latihan

meliputi latihan fisik, teknik, taktik, dan mental". Jadi latihan itu harus dilakukan

secara menyeluruh agar proporsinya tepat dan menimbulkan efek yang baik bagi

tubuh. Bompa (dalam Budiwanto, 2004) menyatakan bahwa" Untuk memoles dan

menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih melalui suatu upaya teknis,

seseorang harus mengembangkan kapasitas penampilan lebih lanjut dengan teknik

yang tepat secara keseluruhan."

50

Menurut Suharno (1992) "teknik adalah suatu proses gerakan dan

pembuktian dalam praktik dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas

yang pasti dalam cabang olahraga". Budiwanto (2004) menyatakan bahwa"

keterampilan teknik merupakan bagian terpenting dalam pencapaian prestasi

olahraga. Tanpa keterampilan teknik yang baik maka seorang atlet tidak mungkin

akan mampu menampilkan permainan atau gaya yang baik dalam suatu cabang

olahraga". Budiwanto (2004) menyimpulkan teknik dasar ada tiga kategori, yaitu

teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi". Teknik dasar adalah suatu

teknik dimana proses melakukan gerakan merupakan fondamen dasar, gerakan

dilakukan dalam kondisi sederhana dan mudah. Teknik menengah adalah suatu

teknik dimana dalam melakukan gerakan menuntut penggunaan kecepatan,

kekuatan, kelincahan dan koordinasi yang lebih tinggi daripada teknik dasar.

Teknik tinggi adalah suatu teknik dimana dalam melakukan gerakan menuntut

tempo yang tinggi, koordinasi, keseimbangan, ketepatan yang tinggi serta gerakan

tersebut sulit, simultan dalam kondisi yang berat.

Dalam kegiatan kepelatihan, pelatih diharapkan mampu memberikan

tahap-tahap latihan, dari yang mudah ke yang sukar, dari beban yang ringan ke

yang berat, dari teknik yang rendah, menengah, lalu ke teknik yang lebih tinggi,

agar peserta mampu beradaptasi secara perlahan-lahan.

Suharno (1993) menyatakan langkah-langkah melatih teknik: (a) Melatih

gerak teknik secara keseluruhan dan kasar, (b) melatih gerak-gerak badan dengan

teliti dan benar, (c) melatih gerak keseluruan secara cermat dengan jalan menitik

beratkan kunci-kunci gerak yang dapat menjamin kebenaran gerak keseluruhan,

(d) mengotomatisasikan gerak yang benar secara keseluruhan dengan jalan

melakukan sebanyak mungkin frekuensinya, (e) dicobakan/dipraktekkan dalam

permainan dengan pengontrolan secara cermat gerakan teknik tersebut, (f)

penyempurnaan kesalahan-kesalahan yang terdapat saat bermain/bertanding,

kemudian dilatih secara intensif untuk pemantapan otomatisme gerak, (g)

dinilai/dievaluasi hasil gerak keterampilan yang menjadi tujuan latihan.

Latihan penguasaan teknik juga harus dilaksanakan secara bertahap sesuai

dengan prinsip-prinsip latihan. Hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan dalam

penguasaan tekniknya sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. Latihan

51

dari tahap yang paling sederhana menuju kepada tingkatan yang lebih kompleks

akan sangat efektif dilakukan karena penguasaan ketrampilan geraknya dapat

tersusun dengan sistematis.

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang

diajukan, dalam penelitian pengembangan kerangka berpikir memberikan arahan

tentang langkah-langkah metodologis yang akan diambil, penelitian ini

menggunakan metode pengembangan research and development Borg dan Gall

(1983). Pemilihan metode pengembangan ini karena dianggap sesuai dengan

permasalahan yang akan diangkat menjadi topik penelitian dan dapat menjadi

solusi dari permasalahan yang ada. Secara garis besar metode pengembangan ada

tiga tahap, yang pertama tahap 1 pendahuluan, kedua tahap uji produk, dan tahap

uji efektivitas produk. Tahap 1 pendahuluan terdiri analisis kebutuhan, kajian

teoritik dan pengembangan produk awal. Analisis kebutuhan dilakukan untuk

mengetahui proses latihan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan di klub

atau persatuan bulutangkis di Kabupaten Pacitan. Setelah menemukan masalah

yang akan diangkat menjadi masalah penelitian, kemudian dilanjutkan kajian

teoritik yang relevan dengan topik masalah penelitian yang diangkat.

Pengembangan atau yang sering disebut sebagai penelitian pengembangan

dilakukan dengan maksud menjembatani jurang yang terbentang cukup lebar

antara penelitian dan praktek pendidikan.

Langkah pertama penelitian pengembangan yaitu pengembangan produk

awal yaitu mengembangkan model latihan forehand clear dalam bulutangkis.

Model latihan forehand clear dikembangkan berdasarkan karakteristik atlet

tingkat pemula dan disesuaikan dengan kajian teori tentang bulutangkis, analisis

kondisi fisik, prinsip latihan dan tentang belajar gerak.

Tahap 2 uji coba produk ada dua yaitu uji coba ahli dan uji coba lapangan

bertujuan untuk mendapatkan penilaian dari ahli bulutangkis dan atlet bulutangkis

tingkat intermediet di Kabupaten Pacitan. Hasil evaluasi dijadikan acuan dan

masukan untuk perbaikan model latihan forehand clear yang dikembangkan oleh

52

peneliti. Hasil penelitian juga sebagai acuan, apakah produk bisa dilanjutkan atau

tidak.

Tahap uji efektivitas produk menggunakan rancangan eksperimen semu,

eksperimen semu membandingkan 2 kelompok antara kelompok coba yang

menggunakan model latihan forehand clear yang dikembangkan peneliti dan

kelompok kontrol yang menggunakan model latihan forehand clear yang

konvensional. Uji efektivitas ada tiga tahapan yaitu: tes awal, perlakuan, tes akhir.

Tes awal menggunakan instrumen tes forehand clear dan skala penilaian

forehand clear bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan

forehand clear atlet tingkat intermediet kelompok coba dan kelompok kontrol di

Kabupaten Pacitan. Perlakuan kelompok coba dan kelompok kontrol selama 16

kali pertemuan, 3 kali seminggu, banyaknya pertemuan disesuaikan dengan

prinsip latihan. Tes akhir menggunakan instrumen tes target daerah sasaran dan

skala penilaian forehand clear bertujuan untuk mengetahui kemampuan forehand

clear atlet tingkat intermediet di Kabupaten Pacitan setelah diberi perlakuan.

C. Penelitian yang Relevan

Secara umum pengembangan model latihan teknik dasar forehand clear

bulutangkis ditinjau analisis biomekanika belum banyak dilakukan sehingga

peneliti belum menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan sekarang.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Peneliti akan mengembangkan model latihan forehand clear dengan

memperhatikan tahapan pelaksanaan latihan, yang dilakukan dari yang mudah ke

yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari jarak dekat ke yang jauh,

dan dari tingkat kesulitan yang rendah ke yang tinggi (Depdiknas, 2006:9).

Kemudian akan menjelaskan yaitu pertama tentang teknik forehand clear. Produk

yang dihasilkan berisi tentang model-model latihan teknik forehand clear

bulutangkis. Produk pengembangan ini berbasis pembentukan gerak berdasarkan

analisis biomekanika, produk ini berisi latihan pendahuluan yang sifatnya

mengarah pada gerakan teknik forehand clear sehingga diharapkan

53

menyenangkan dan membantu memudahkan atlet untuk menguasai teknik

tersebut.

Penyusunan model latihan teknik forehand clear ini subyek penelitian

adalah atlet bulutangkis yang berada pada tahapan intermediet, dimana penekanan

utamanya diarahkan pada pengembangan yang diarahkan pada tujuan. Kegiatan-

kegiatan latihannya mengarah pada pengkondisian terhadap penguasaan

keterampilan. Penguatan tingkat koordinasi lebih diutamakan terkait dengan

gerakan-gerakan yang diberikan. Pemberian materi latihan masih mengarah pada

teknik dan fisik. Namun taktik juga dapat diberikan tetapi hanya pada

pengkondisian pengembangan komponen kognitif. Gambaran spesifikasi

pengembangan model latihan forehand clear pada atlet tingkat intermediet adalah

sebagai berikut:

54

Tabel 2.1 Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Konsep Variabel Indikator

Model latihan

forehand clear

dalam

bulutangkis

Latihan

pendahuluan

forehand clear

bulutangkis

Latihan untuk fleksibelitas

(peregangan)

Model latihan

forehand clear

bulutangkis

Latihan individu

Latihan berpasangan

Latihan target

Program latihan

forehand clear

bulutangkis

Program latihan bulanan

Program latihan mingguan

Program latihan harian